Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Gipsum
Gipsum adalah mineral hidrous kalsium sulfat (CaSO4.2H2O) yang terjadi di alam.
Pada umumnya endapan gipsum berbentuk endapan sedimen mendatar, terletak dekat
permukaan bumi dengan penyebaran yang luas, serta sering berasosiasi dengan batu
kapur, serpih, batu pasir, marmer, dan lempung. Jenis batuan yang lain dan
berasosiasi dengan gipsum anhidrat (CaSO4), yang masih merupakan mineral sulfat
yang sejenis dengan gipsum tetapi tidak mengandung kristal H 2O.
Endapan gipsum sebagian terbentuk dari air laut dan hanya sebahagian kecil
berasal dari endapan danau yang mengandung air garam. Gipsum juga terjadi sebagai
hasil kegiatan vulkanik, tempat gas H2 dan fumarol bereaksi dengan kapur dan hasil
pelapukan batuan-batuan. Endapan gipsum ditemukan ke dalam lima jenis bentuk,
yaitu :
1. Batuan gipsum yang berbentuk granular dan buram, mengandung sedikit dolomit,
batu kapur, dari kadar CaSO4 76%.
2. Gipsit, bersifat lunak dan kurang murni.
3. Alabaster, berbentuk padat, berbutir halus, bagus berwarna putih dan agak bening.
4. Satinspar, berbentuk serat dan berkilap.
5. Selenit, berbentuk kristal dan transparan (Sentano, 1992).
Gips di lapangan didapatkan dalam bentuk lembaran pipih, kristalin, serabut,
sedangkan di daerah batu gamping, ada batu gamping dan fumarol. Konsep utama
terbentuknya gips adalah terdapatnya Ca
2+
dari belerang (S) atau pirit (FS2). Adanya kondisi reduksi dari daerah sedimentasi
yang bersifat karbonatan (misal pada batu lempung) akan menghasilkan gipsum yang
berlembar pipih. Adanya fumarol dari daerah batuan yang bersifat karbonatan akan
menghasilkan gips kristal. Demikian pula adanya pirit (FeS2). Di samping itu gipsum
berbentuk akibat hidrotermal yang berdekatan dengan batuan karbonat akan
menghasilkan gips kristal seperti yang didapatkan di daerah Ponorogo. Secara teoritis
gipsum mempunyai komposisi CaO 32,6%, SO3 46%, dan H2O 20,9%. Gipsum
sering didapatkan bersama dengan halit dan anhidrit (Gips : CaSO 4.2H2O; anhidrit
CaSO4). (Sukandarrumidi, 2003).
Kemungkinan
pengayakan buangan
Pengeringan
Kalsinasi
Penghalusan
Kalsinasi
Pengeringan
Stucco
Kemungkinan
pengayakan buangan
Produk
Produk
2. Bahan plester. Anhidrat dalam bentuk serbuk diaduk dengan cairan perekat dan
siap untuk dipergunakan untuk plester dinding.
3. Bahan pembuat cetakan. Serbuk anhidrat ditambah air secukupnya. Bahan
campuran ini siap untuk dipakai sebagai bahan pembuat cetakan.
4. Kedokteran. Sebuk anhidart direkayasa untuk spalk.
5. Bahan pembuat kapur tulis. Serbuk anhidrat dicampur dengan air. Adonan ini siap
untuk dicetak menjadi kapur tulis.
6. Alat optik dalam mikroskop polarisasi. Gips yang pipih untuk keping gips.
Dengan adanya keping gips yang merupakan asesori pada mikroskop petrografi
maka identifikasi suatu mineral dapat lebih nyata.
7. Industri kimia. Sebagai bahan utama pembuat asam sulfat.
8. Industri makanan. Dicampur dalam bentuk anhidrat dengan bahan pembuat tahu.
Dengan campuran anhidrat dan keledai yang sudah dibuat sebagai bahan dasar
perusahaan kecil dalam bentuk bubur tahu. Tahu menjadi relatif keras dan awet.
2.2
melalui proses pabrikasi menjadi tepung. Papan gipsum digunakan sebagai salah satu
elemen dari dinding partisi dan plafon.
Papan gipsum juga digunakan sebagai plafon dimana gipsum mempunyai
kelendutan paling minimal, fleksibel dan memiliki kemampuan konduktivitas suhu
yang rendah. Berdasarkan sifat di atas gipsum sebagai plafon dengan mudah dapat di
mengetahui kalau asbes yang digunakan sudah rusak. Dan kondisi lain yang sangat
beresiko saat asbes diperbaiki atau dipotong akan mengeluarkan serpihan yang
berupa serbuk yang sangat berbahaya bagi paru-paru.
Adapun beberapa penyakit yang ditimbulkan karena asbes antara lain yaitu :
1. Asbestosis, yaitu luka pada paru-paru hingga kesulitan bernafas dan dapat
mengakibatkan kematian.
2. Mesothelioma, sejenis kanker yang menyerang selaput pada perut dan dada,
muncul gejalanya setelah 20-30 tahun sejak pertama kali menghirup serat asbes.
3. Kanker paru-paru, biasanya asbes putih penyebab utama kanker paru-paru.
Sejak tahun 2001 pemerintah sudah melarang penjualan dan penggunaan
asbes sebagai atap rumah. Sehingga banyak yang sekarang menggunakan triplek
ataupun papan gipsum plafon (Anonim. 2009).
Plafon adalah bagian konstruksi, merupakan lapis pembatas antara rangka
bangunan di bawah rangka atapnya. Sedangkan papan gipsum plafon merupakan
papan yang digunakan untuk konstruksi bangunan, khususnya pada dinding-dinding
langit yang bahan dasarnya menggunakan gipsum. Dimana kelebihan dari pada papan
gipsum yaitu mudah didesain dan enak dipandang (artistik), ruangan menjadi lebih
sejuk karena dapat menahan panas, dapat sebagai peredam suara yang baik terutama
untuk air hujan yang jatuh dari atap.
2.3
Acetate Monomer (VAM) dengan ratio berkisar antara 87% - 99%. Polivinil asetat
adalah suatu polimer karet sintetis. Polivinil asetat dibuat dari monomernya, vinil
asetat (vinyl acetate monomer). Senyawa ini ditemukan di Jerman oleh Dr. Flitz
Klatte pada 1912.
CAS No.
Jumlah
Metil Alkohol
67-56-1
1%
Polivinil Alkohol
9002-89-5
95%
Massa jenis PVA = 1,19 1,31 g/cm dengan melting point = 230C. PVA
dijual dalam bentuk emulsi di air, sebagai bahan perekat untuk bahan-bahan berpori,
khususnya kayu. PVA adalah lem kayu yang paling sering digunakan, baik sebagai
"lem putih" atau "lem tukang kayu" (lem kuning). "Lem kuning" tersebut juga
digunakan secara luas untuk mengelem bahan-bahan lain seperti kertas, kain, dan
rokok. Polivinil Alkohol juga umum dipakai dalam percetakan buku karena
fleksibilitasnya dan tidak bersifat asam seperti banyak polimer lain.
Polivinil Alkohol juga sering dijadikan kopolimer bersama akrilat (yang lebih
mahal), digunakan pada kertas dan cat. Kopolimer ini disebut vinil akrilat. Polivinil
Alkohol juga bisa digunakan untuk melindungi keju dari jamur dan kelembaban.
Polivinil Alkohol bereaksi perlahan dengan basa membentuk asam asetat sebagai
hasil hidrolisis. Senyawa boron seperti asam borat atau boraks akan terbentuk sebagai
endapan.
Tabel 2.2 Kelarutan PVA Dalam Air
Safonifikasi (Penyabunan)
Air Dingin
Air panas
Membengkak
Larut
80%
Larut
Tidak Larut
Tidak larut
Tidak Larut
PVA dipergunakan untuk membuat serat kimia pada saat ini terutama dipakai
untuk benang ban mobil dan industri lainnya. Bahan ini juga sering dipakai
pengepakan, bahan pewarna , bahan kimia pupuk yang dapat segera larut dalam air.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa peranan polivinil alkohol
dalam penelitian ini adalah sebagai perekat untuk menyambung serat yang terputus
sehingga menimbulkan gaya adhesif yang tinggi dan akan menambah kekuatan
material campuran dan fleksibel (Anonim, 2010).
2.4
paleman (palmae), buahnya menghasilkan minyak kelapa sawit yang dapat digunakan
untuk berbagai keperluan industri dan rumah tangga. Kelapa sawit diketahui berasal
dari Guenea di Afrika, dan diperkenalkan ke Indonesia sejak zaman Belanda (1848).
Sekarang kelapa sawit sudah berkembang sangat pesat, khususnya di Malaysia dan
Indonesia, dan sedikit di Thailand. Dikatakan bahwa secara bersama Indonesia dan
Malaysia menguasai lebih dari 95% produksi kelapa sawit di dunia saat ini.
Sejauh ini budidaya kelapa sawit hanya ditujukan untuk produksi minyak.
Komoditi minyak kelapa sawit memang sudah berhasil memberikan devisa cukup
signifikan bagi negara. Untuk produksi minyak, daur tanaman kelapa sawit ditetapkan
25 tahun, lewat umur tersebut pohon kelapa sawit sudah terlalu tinggi untuk dipanen
dan produksi buahnya sudah menurun sehingga harus diremajakan. Dari peremajaan
tanaman tua kelapa sawit tersebut dihasilkan limbah batang yang mengandung kayu
dalam jumlah yang sangat besar (Bakar, 2003).
Sejauh ini hasil peremajaan tersebut dibakar atau dibiarkan menumpuk
menjadi limbah yang dapat menimbulkan berbagai dampak lingkungan dan
gangguan. Sementara itu sebagai hasil dari penanaman besar-besaran yang dimulai
pada tahun 1970an, maka pada tahun-tahun mendatang kegiatan peremajaan tanaman
tua kelapa sawit akan menjadi sangat besar (Bakar, 1999).
Salah satu limbah padat dari kelapa sawit yang mengandung lignoselulosa
adalah batang kelapa sawit. Potensi batang kelapa sawit di Indonesia cukup besar.
Penanaman kelapa sawit di lapangan biasanya dilakukan dengan kerapatan 130-143
pohon per hektar. Setelah 25 tahun diperkirakan ada sekitar 10% pohon yang mati,
sehingga pada saat peremajaan terdapat sekitar 117 pohon tua per hektar. Pada tahun
1967-1982 luas penambahan areal kelapa sawit mencapai rata-rata 15.000 hektar per
tahun.
Dengan asumsi bahwa luas areal yang diremajakan sama dengan pertambahan
luas areal kelapa sawit 25 tahun sebelumnya, maka pada tahun 1992-2007 ada sekitar
1,7 juta pohon yang ditebang setiap tahun atau setara dengan 0,85 juta ton kering.
Pada tahun 1983-1990 pertambahan areal rata-rata mencapai 100.000 hektar
pertahun, sehingga pada tahun 2008-2015 jumlah pohon yang ditebang mencapai
11,7 juta pohon pertahun atau setara dengan 5,85 juta ton kayu kering. Batang kelapa
sawit tersebut akan terus menerus tersedia sepanjang tahun karena peremajaan
tanaman kelapa sawit dilakukan secara terus-menerus (Prayitno, 1994).
MOE
MOR
Tekan
Kekerasan
(kg/m)
(MPa)
(MPa)
(MPa)
(N)
Kelapa sawit
220-550
800-8000
8-45
5-25
350-2450
Kayu kelapa
250-850
3100-11400
26-105
19-49
520-4400
Cengal
820
19600
149
75
9480
Kapur
690
13200
73
39
5560
Kayu karet
530
8800
58
26
4320
Spesies
Menurut Bakar (1999), untuk bahan konstruksi, kayu dituntut memiliki sifatsifat mekanik yang memenuhi persyaratan struktural dan keamanan. Selain itu kayu
yang digunakan disyaratkan memiliki penyusutan yang kecil, tidak mudah pecah,
berserat lurus, ringan dan tidak bercacat. Kelebihan lain dari batang kelapa sawit
yang mendukung persyaratan-persyaratan di atas adalah kelapa sawit mempunyai
umur relatif pendek, mudah tumbuh, tidak mengandung cacat mata kayu, berserat
lurus, berdiameter cukup besar, serta bentuk batang lurus dan silinder.
Dari penelitian Bakar (2003) diketahui bahwa batang kelapa sawit mempunyai
sifat sangat beragam dari bagian luar ke pusat batang dan sedikit bervariasi dari
bagian pangkal ke ujung batang. Beberapa sifat penting dari batang kelapa sawit
untuk setiap bagian batang dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Sifat Sifat Fisik Bagian Dalam Batang Sawit
Sifat
Tengah
Pusat
Berat Jenis,g/cm3
0,35
0,28
0,2
Kadar Air, %
156
257
365
MOE, kgf/cm2
29996
11421
6980
MOR, kgf/cm2
295
129
67
Kelas Awet
Kelas Kuat
III-V
Dalam hal ini yang dipergunakan dalam penelitian yaitu bagian tengah dalam
batang sawit. Menurut Balfas (2003), secara umum terdapat beberapa hal yang
kurang menguntungkan dari batang kelapa sawit dibandingkan dengan kayu biasa, di
antaranya adalah :
1. Kandungan air pada kayu segar sangat tinggi (dapat mencapai 500%).
2. Kandungan zat pati sangat tinggi (pada jaringan parenkim dapat mencapai 45%).
3. Keawetan alami sangat rendah.
4. Kadar air keseimbangan relatif lebih tinggi.
5. Dalam proses pengeringan terjadi kerusakan parenkim disertai dengan perubahan
dan kerusakan fisik secara berlebihan terutama pada kayu berkerapatan rendah.
6. Dalam pengolahan mekanik batang kelapa sawit lebih cepat menumpulkan pisau,
gergaji, dan ampelas.
7. Kualitas permukaan kayu setelah pengolahan relatif sangat rendah.
8. Dalam proses pengerjaan akhir (finishing) memerlukan bahan lebih banyak.
2.5
ataupun SNI 03-6384-2000. Dimana pengujian yaitu uji mekanis (uji kuat lentur, uji
modulus elastisitas, uji kuat tarik dan uji impak) dan uji fisik (uji densitas, uji
penyerapan air) dan uji termal dengan DTA.
Besarnya suatu tekanan atau tarikan akan bertambah besar bila semakin
menjauhi bidang netral. Tekanan dan tarikan akan maksimum pada permukaan atas
dan bawah. (Dieter, 1981).
Pengujian kuat lentur dari papan gipsum plafon mengacu pada SNI 03-21052006. Untuk menentukan nilai kuat lenturnya dapat menggunakan persamaan sebagai
berikut :
Fl
Dimana :
3 P1 S
2 LT2
(2.1)
Fl
P1
= Jarak penyangga, m
Untuk papan gipsum biasa nilai terendah yang dipakai. Untuk papan gipsum
biasa struktural, nilai pada arah panjang dan lebar yang dipakai. (Anonim, 1991)
Fp
Dimana :
P
S3
x 2
3
Y
4 LT
Fp
= Jarak penyangga, m
P2
(2.2)
Untuk papan gipsum biasa nilai terendah yang dipakai. Untuk papan gipsum
biasa struktural, nilai pada arah panjang dan lebar yang dipakai.
Gaya tarik
Gambar 2.4 Kuat Tarik
Pengujian kuat tarik ini mengacu pada SNI 03-3399-1994, setelah dilakukan
pengujian akan diperoleh nilai P maksimumnya, yang kemudian ditentukan nilai kuat
tariknya dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
Ft
Dimana :
P
A
(2.3)
Ft
= Luas penampang, m
Selain tegangan tarik hasil lain yang didapat dan diuji tarik adalah kemuluran
material sebelum putus seperti pada persamaan berikut ini (Dieter, G. E, 1981).
e
Dimana :
p 2 p1
(2.4)
p1
e
= Kemuluran
p1
p2
Dari tegangan dan kemuluran material di dapat suatu modulus yang biasa
disebut modulus youngs: ( Dieter, G.E,1981)
E
Dimana :
Ft
e
(2.5)
E
= Modulus Youngs,kgf/m
Ft
= Kemuluran
Gambar 2.5 Ilustrasi Skematis Pengujian Impak Dengan Benda Uji Charpy
Pada pengujian impak ini banyaknya energi yang diserap oleh bahan untuk
terjadinya perpatahan merupakan ukuran ketahanan impak atau ketangguhan bahan
tersebut. Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa setelah benda uji patah akibat
deformasi, bandul pendulum melanjutkan ayunannya hingga posisi h. Bila bahan
tersebut tangguh yaitu makin mampu menyerap energi lebih besar maka makin
rendah posisi h. Suatu material dikatakan tangguh bila memiliki kemampuan
menyerap beban kejut yang besar tanpa terjadinya retak atau terdeformasi dengan
mudah.
Pada pengujian impak, energi yang diserap oleh benda uji biasanya
dinyatakan dalam satuan Joule dan dibaca langsung pada skala (dial) penunjuk yang
telah dikalibrasi yang terdapat pada mesin penguji. Harga impak (HI) suatu bahan
yang diuji dengan metode Charpy menggunakan persamaan sebagai berikut :
HI
E
A
Dimana :
(2.6)
E
= Luas penampang, m2
HI
Benda uji Charpy memiliki luas penampang lintang bujur sangkar (10 x 10
mm) dan memiliki takik (notch) berbentuk V dengan sudut 45o, dengan jari-jari dasar
0,25 mm dan kedalaman 2 mm. Benda uji diletakkan pada tumpuan dalam posisi
mendatar dan bagian yang bertakik diberi beban impak dari ayunan bandul,
sebagaimana telah ditunjukkan oleh Gambar 2.4. Serangkaian uji Charpy pada satu
material umumnya dilakukan pada berbagai temperatur sebagai upaya untuk
mengetahui temperatur transisi.
Takik (notch) dalam benda uji standar ditujukan sebagai suatu konsentrasi
tegangan sehingga perpatahan diharapkan akan terjadi di bagian tersebut. Selain
berbentuk V dengan sudut 45o, takik dapat pula dibuat dengan bentuk lubang kunci
(key hole). Pengukuran lain yang biasa dilakukan dalam pengujian impak Charpy
adalah penelaahan permukaan perpatahan untuk menentukan jenis perpatahan
(fracografi) yang terjadi.
Secara umum sebagaimana analisis perpatahan pada benda hasil uji tarik
maka perpatahan impak digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Perpatahan berserat (fibrous fracture), yang melibatkan mekanisme pergeseran
bidang-bidang kristal di dalam bahan (logam) yang ulet (ductile). Ditandai dengan
permukaan patahan berserat yang berbentuk dimpel yang menyerap cahaya dan
berpenampilan buram.
2. Perpatahan granular/kristalin, yang dihasilkan oleh mekanisme pembelahan
(cleavage) pada butir-butir dari bahan (logam) yang rapuh (brittle). Ditandai
dengan permukaan patahan yang datar yang mampu memberikan daya pantul
cahaya yang tinggi (mengkilat).
3.
Dimana :
Mk
x air
M k (M g M t )
(2.7)
air
Mk
Mg
Mt
PA
Dengan :
(M b M k )
x100%
Mk
(2.8)
PA
Mk
Mb