Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh :
Agusyanti
Ni Made Belladona
Dicky Risca
Testina Sri
Wilma Nurilla
Mohammad Alfi Fahmi
Santi Rachmawati
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya, makalah yang berjudul: Perawatan Pasien Kritis
Krisis Hiperglikemi ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu syarat yang harus diselesaikan
dalam mengikuti mata kuliah Emergency Nursing. Dalam penyelesaian makalah ini
banyak terdapat keterbatasan, kekurangan dan kelemahan. Namun berkat bantuan dan
bimbingan serta kerja sama dari anggota kelompok maka makalah ini dapat
terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis ucapkan terima kasih yang kepada semua pihak yang telah
membantu penyelesaian makalah ini.
Malang, November 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
1.3.1
Tujuan Umum..........................................................................................2
1.3.2
Tujuan Khusus.........................................................................................2
1.4 Manfaat...........................................................................................................3
1.4.1
Akademi...................................................................................................3
1.4.2
Praktek Klinik..........................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................4
2.1 Konsep Hiperglikemia....................................................................................4
2.1.1
Pengertian hiperglikemia.............................................................................4
2.1.2
Pengertian Hiperglikemi Hiperosmolaritas.................................................4
2.1.3
Etiologi........................................................................................................5
2.1.4
Klasifikasi....................................................................................................6
2.1.5
Patofisiologi................................................................................................7
2.1.6
Manifestasi Hiperglikemia..........................................................................8
2.1.7
Komplikasi................................................................................................10
2.1.8
Pemeriksaan Diagnostik............................................................................10
2.1.9
Penatalaksanaan........................................................................................12
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Hiperglikemia.......................18
2.2.1
Pengkajian.............................................................................................18
2.2.2
Diagnosa Keperawatan..........................................................................22
2.2.3
Intervensi...............................................................................................22
BAB III TINAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN................................................28
3.1 Kasus.............................................................................................................28
3.2 Pembahasan Kasus.......................................................................................29
3.2.1
Pengkajian :...........................................................................................29
3.2.2
Anallisa Data.........................................................................................31
3.2.3
Diagnosa Keperawatan :........................................................................32
3.2.4
Intervensi :.............................................................................................32
BAB III PENUTUP.....................................................................................................36
3.1 Kesimpulan...................................................................................................36
3.2 Saran.............................................................................................................36
Daftar Pustaka
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Asuhan keperawatan gawat darurat adalah pelayanan profesional yang
keton
yang
berlebihan,
sedangkan
SHH
ditandai
dengan
hiperosmolalitas berat dengan kadar glukosa serum yang biasanya lebih tinggi dari
KAD murni.
Insidensi KAD berdasarkan suatu penelitian population-based adalah antara
4.6 sampai 8 kejadian per 1,000 pasien diabetes. Adapun angka kejadian SHH < 1%.
Pada penelitian retrospektif oleh Wachtel dan kawan-kawan ditemukan bahwa dari
613 pasien yang diteliti, 22% adalah pasien KAD, 45% SHH dan 33% merupakan
campuran dari kedua keadaan tersebut. Pada penelitian tersebut ternyata sepertiga
dari mereka yang presentasi kliniknya campuran KAD dan SHH, adalah mereka yang
berusia lebih dari 60 tahun.
Tingkat kematian pasien dengan ketoasidosis (KAD) adalah < 5% pada
sentrum yang berpengalaman, sedangkan tingkat kematian pasien dengan
hiperglikemia hiperosmoler (SHH) masih tinggi yaitu 15%. Prognosis keduanya lebih
buruk pada usia ekstrim yang disertai koma dan hipotensi. Bila mortalitas akibat
KAD distratifikasi berdasarkan usia maka mortalitas pada kelompok usia 60 69
tahun adalah 8%, kelompok usia 70 79 tahun 27%, dan 33% pada kelompok usia >
79 tahun. Untuk kasus SHH mortalitas berkisar antara 10% pada mereka yang berusia
< 75 tahun, 19% untuk mereka yang berusia 75 84 tahun, dan 35% pada mereka
yang berusia > 84 tahun. 40 % pasien yang tua yang mengalami krisis hiperglikemik
sebelumnya tidak didiagnosis sebagai diabetes.
Berdasarkan latar belakang di atas penyusun ingin membahas tentang konsep
asuhan keperawatan gawat darurat pada klien dengan Kritis Krisis Hiperglikemi.
1.2
Rumusan Masalah
Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan gawat darurat pada klien dengan
Tujuan
h. Mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan gawat darurat pada klien Kritis
Krisis Hiperglikemi
1.4
Manfaat
1.4.1 Akademi
Menambah wawasan para akademisi, khususnya mahasiswa keperawatan,
serta menambah literatur pembelajaran tentang asuhan keperawatan gawat darurat
pada klien dengan Kritis Krisis Hiperglikemi.
1.4.2 Praktek Klinik
Mengetahui serta dapat menerapkan asuhan keperawatan gawat darurat pada
klien dengan Kritis Krisis Hiperglikemi dengan tepat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Hiperglikemia
2.1.1 Pengertian hiperglikemia
Hiperglikemia berasal dari bahasa yunani diantaranya, hyper yang artinya
lebih, glyc artinya manis dan emia yang berarti darah, jadi hiperglikemia merupakan
keadaan dimana jumlah glukosa dalam darah melebihi batas normal (> 200 mg/dl
atau 11,1 mmol/L) (Reference ranges for blood tests). Peningkatan glukosa dalam
darah terjadi ketika pankreas memiliki sedikit insulin atau ketika sel tidak dapat
menerima respon insulin untuk menangkap glukosa dalam darah (American
Assisiation Diabetes, 2000). Hiperglikemia berbeda dengan diabetes militus,
hiperglikemia merupakan tanda dari diabetes militus. Seseorang yang memiliki
hiperglikemia belum tentu memiliki penyakit diabetes militus. Namun ketika
hiperglikemia semakin kronis, hal ini bisa memicu timbulnya diabetes dan
ketoasidosis (AIDS Info, 2005).
Hiperglikemia, atau gula darah tinggi adalah suatu kondisi di mana jumlah
yang berlebihan glukosa beredar dalam plasma darah. Hiperglikemia merupakan
keadaan peningkatan glukosa darah dari pada rentang kadar puasa normal 80 90 mg
/ dl darah, atau rentang non puasa sekitar 140 160 mg /100 ml darah (Corwin,
2001).
2.1.2 Pengertian Hiperglikemi Hiperosmolaritas
Hyperglycaemic hyperosmolar state (HHS)
adalah
satu
keadaan
perubahan yang cepat dalam Osmolalitas selama pengobatan mungkin sebagai faktor
presipitasi dari CPM. Sementara DKA memiliki onset beberapa jam, HHS terjadi
dalam beberapa hari, dan akibatnya dehidrasi dan gangguan metabolisme yang lebih
ekstrim.
2.1.3 Etiologi
Penyebab tidak diketahui dengan pasti tapi umumnya diketahui kekurangan
insulin adalah penyebab utama dan faktor herediter yang memegang peranan penting.
Penyebab yang lain akibat pengangkatan pankreas, pengrusakan secara kimiawi sel
beta pulau langerhans, Faktor predisposisi herediter, obesitas, faktor imunologi; pada
penderita hiperglikemia khususnya DM terdapat bukti adanya suatu respon autoimun.
Respon ini merupakan repon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap sebagai jaringan
asing.
Krisis hiperglikemia pada diabetes tipe 2 biasanya terjadi karena ada keadaan
yang mencetuskannya. Faktor pencetus krisis hiperglikemia ini antara lain :
a. Infeksi : meliputi 20 55% dari kasus krisis hiperglikemia dicetuskan oleh
Infeksi. Infeksinya dapat berupa : Pneumonia, Infeksi traktus urinarius, abses,
sepsis.
b. Penyakit vaskular akut:
menghentikan
suntikan
insulin
ataupun
pengobatannya
tidak
adekuat. Keadaan ini terjadi pada 20-40% kasus KAD. Pada pasien muda
dengan DM tipe 1, permasalahan psikologis yang diperumit dengan gangguan
makan berperan sebesar 20% dari seluruh faktor yang mencetuskan ketoasidosis.
Faktor yang bisa mendorong penghentian suntikan insulin pada pasien muda
meliputi ketakutan akan naiknya berat badan pada keadaan kontrol metabolisme
dan
hormon
pertumbuhan.
Hormon - hormon
ini
menyebabkan peningkatan produksi glukosa oleh ginjal dan hepar dan gangguan
utilisasi
kekurangan
hormon kontrainsulin
pada
hormon
KAD
juga
insulin
dan
mengakibatkan
[ -OHB]
dan
acetoacetate)
tak
terkendali,
sehingga
mengakibatkan ketonemia dan asidosis metabolik. Pada sisi lain, SHH mungkin di
sebabkan oleh konsentrasi hormon insulin plasma yang tidak cukup untuk
membantu ambilan glukosa oleh jaringan yang sensitif terhadap insulin, tetapi
masih cukup adekuat ( dibuktikan dengan C-peptide) untuk mencegah terjadinya
lipolisis dan ketogenesis; akan tetapi bukti-bukti untuk teori ini masih lemah. KAD
dan SHH berkaitan
dengan glikosuria,
yang
ketogenesis lewat mekanisme yang belum diketahui. HHS biasanya terjadi pada
orang tua dengan DM, penyakit penyerta, infeksi, efek pengobatan, penyalahgunaan
obat, dan noncompliance.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda dehidrasi berat seperti
turgor yang buruk, mukosa pipi yang kering, mata cekung, perabaan ekstremitas yang
dingin dan denyut nadi yang cepat dan lemah. Temuan laboratorium awal pada pasien
dengan HHS adalah kadar glukosa darah yang sangat tinggi ( >600 mg per dL) dan
osmolaritas serum yang tinggi ( >320 mOsm per kg air [normal = 290 5]) dengan
Ph lebih besar dari 7,30 dan disertai ketonemia ringan. HHS menyebabkan tubuh
banyak kehilangan berbagai macam elektrolit. Kadar natrium harus dikoreksi jika
kadar glukosa darah pasien sangat meningkat. Penatalaksanaan HHS meliputi lima
pendekatan yaitu 1). Rehidrasi intravena agresif; 2). Penggantian elektrolit; 3.) Baru
kemudian dilakukan pemberian insulin intravena untuk menghindari cairan akan
berpindah ke intrasel dan berpotensi menyebabkan perburukan hipotensi serta kolaps
vaskular, 4.) Diagnosis dan manajemen faktor pencetus dan penyakit penyerta dan 5).
Pencegahan.
2.1.6 Manifestasi Hiperglikemia
a. Hiperglikemia Sedang
Pada hiperglikemia akut belum terlihat tanda dan gejala yang bermakna,
namun seseorang yang memiliki hiperglikemia akut biasanya mengalami osmotik
dieresis. Keadaan ini biasanya terjadi karena kontrol gula darah yang rendah.
b. Hiperglikemia Berat
-
infeksi)
- Cardiac arrhythmia (Peningkatan irama jantung)
- Stupor (Kejang)
8
- Coma (Koma)
- Seizures (Pingsan) (Jauch Chara K, et al,. 2007).
Manifestasi HHS:
a. Hiperglikemia : glukosa serum 600 mg/dl atau lebih
b. Hiperosmolaritas : osmolalitas 320 mOsm/kg atau lebih
c. Dehidrasi berat
d. pH >7,3
e. Konsentrasi bikarbonat >15 mEq/L
f. Tanpa ketoasidosis bermakna, ketonuria sedikit, ketonemia rendah/tidak ada
g. Pada pasien DM tipe 2
h. Poliuri, polidipsi, polifagi
i. BB turun drastis
j. Mual, muntah
k. Nyeri perut tidak tipikal
l. Dehidrasi
m. Badan lemas
n. Deficit neurology fokal/global: kejang, hemiparesis, deficit sensoris, pandangan
kabur
o. Gangguan kesadaran (apatis-koma)
2.1.7 Komplikasi
Hiperglikemia akan menjadi masalah yang serius jika tidak ditangani dengan
tepat. Ketoasidosis (KAD) merupakan salah satu komplikasi dari hiperglikemia
jangka panjang dimana tanda gejalanya antara lain: nafas pendek, nafas bau buah,
mual muntah dan mulut kering. Selain ketoasidosis, hiperglikemia juga dapat
meningkatkan komplikasi pada gagal jantung dan ginjal. Jika hiperglikemia terjadi
lama hal ini dapat menyebabkan penurunan aliran darah terutama pada kaki dan
terjadi kerusakan saraf, sehingga kaki mudah mendapat luka dan sulit sembuh
(Gangren
dan
tenggorokan
elektrokardiogram. Kultur
dan
lain-lain
bakteri
dari
air
seni,
darah,
dan
diberikan jika dicurigai ada infeksi. A1c mungkin bermanfaat untuk menentukan
apakah episode akut ini adalah akumulasi dari suatu proses evolusiner yang
tidak di diagnosis atau DM yang tidak terkontrol ,atau suatu episodeakut pada
pasien yangterkendali dengan baik. Foto thorax harus dikerjakan jika ada indikasi.
Konsentrasi natrium serum pada umumnya berkurang oleh karena
perubahan osmotik yang terjadi terus menerus dari intr asellular ke extracellular
dalam keadaan hiperglikemia. Konsentrasi kalium serum mungkin meningkat
oleh karena pergeseran k alium extracellular yang disebabkan oleh kekurang an
hormon insulin, hypertonisitas, dan asidemia. Pasien dengan konsentrasi kalium
serum rendah atau lownormal
kalium yang berat pada saat perawatan sehingga perlu diberi kalium dan perlu
10
monitoring jantung
yang
ketat,
hiperglikemia
akan
ini mungkin
bermanfaat
berkaitan
dengan
sumber
nonpankreatik.
Serum lipase
abdominal dan peningkatan kadar amilase dan enzim hati lebih sering terjadi pada
DKA dibandingkan dengan SHH.
Kriteria diagnostik dan klasifikasi
Glukosa plasma(dalam mg/dL)
pH arteri
Bikarbonat serum(dalam mEq/L)
Keton urin
Keton serum
Osmolalitas serum (dalam
mOsm/kg)*
Anion Gap
HHS
> 600
> 7,3
> 15
+ ringan/+ ringan/> 320
<>
b.
Kalium : Kadar kalium dapat bervariasi. Kondisi asidosis pada pasien dapat
menyebabkan perpindahan kalium dari intraseluler ke ekstraseluler sehingga akan
terjadi hiperkalemia.1 Keadaan defisiensi insulin yang lama pada pasien DM
membuat pasien mengalami hiperkalemia ringan yang kronik. Pada keadaan akut,
pasien dapat mengalami ekskresi kalium yang berlebih melalui ginjal ataupun
gastrointestinal karena kondisi diuresis osmotik, sehingga terjadi masking effect
yang dapat membuat kadar kalium dalam kisaran normal. Oleh karena itu, pada
penatalaksanaan keadaan akut pasien DM, baik pada pemberian kalium maupun
terapi insulin, kadar kalium harus selalu dievaluasi dengan ketat agar tidak terjadi
11
d.
2.1.9 Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi Hiperglikemia adalah mencoba menormalkan aktivitas
insulin dan kadar glukosa darah dan upaya mengurangi terjadinya komplikasi
vaskuler serta neuropati. Ada 4 komponen dalam penatalaksanaan hiperglikemia :
a. Olahraga (namun jika gula darah diatas 240 mg/dl dan ketika diperiksa terdapat
keton dalam urin maka olahraga harus dihentikan)
b. Diet rendah gula
c. Terapi insulin
d. Hypoglicemic medication
Penanganan
komplikasi
Hiperglkemia
yaitu
ketoasidosis
(KAD)
12
penggantian
cairan
dapat
dilihat
dengan
pemantauan
14
Sesudah
itu, dosis
insulin
atau
konsentrasi dextrose
perlu
(untuk
DKA).
berulang-ulang; pH vena (pada umumnya 0.03 unit lebih rendah dari pH arteri)
dan gap anion dapat diikuti, untuk memonitor resolusi asidosis.
Pada KAD yang ringan, insulin reguler baik secara subkutan maupun
intramuskular tiap jam adalah sama efektif seperti pemberian intravena dalam
menurunkan glukosa darah dan benda keton. Pertama-tama diberikan dosis dasar
sebanyak 0.40.6 units/kg bb, separuh sebagai suntikan bolus intravena, dan
setengah secara subkutan atau intramuskular. Sesudah itu, 0.1 unit kg-1 h-1
insulin reguler diberi secara subkutan atau intramuscular. Kriteria untuk resolusi
KAD meliputi kadar glukosa < 200 mg/dl, bikarbonat serum > 18 mEq/l, dan pH
vena > 7.3. Bila KAD membaik, dan pasien masih NPO (Nothing Per Oral),
insulin intravena yang kontinyu dan penggantian cairan dilanjutkan dan ditambah
dengan suplemen insulin subcutan sesuai kebutuhan tiap 4 jam. Ketika pasien
sudah
bisa
makan,
jadwal
multiple-dose harus
dimulai menggunakan
berat.
bersamaan dengan cairan infus, danterapi insulin harus ditunda sampai konsentrasi
kalium > 3. 3 mEq/l untuk menghindari aritmia atau cardiac arrest dan kelemahan
otot pernapasan.
Di samping kekurangan kalium dalam tubuh, hiperkalemia ringan
sampai sedang sering terjadi pada penderita dengan krisis hiperglikemia.
16
Terapi
insulin, koreksi
asidosis,
dan
penambahan
volume
cairan
akan
2.2.1 Pengkajian
a. Identitas pasien
17
19
20
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Hasil
NOC:
NIC :
Fluid balance
Pertahankan
catatan
intake dan output yang
Hydration
akurat
Nutritional Status :
Kolaborasi
pemberian
nadi, suhu tubuh
cairan IV
dalam batas normal
21
- Perubahan
status
kulit baik, membran
mental
mukosa
lembab,
- Konsentrasi
urine
tidak ada rasa haus
meningkat
yang berlebihan
- Temperatur
tubuh Orientasi terhadap
meningkat
waktu dan tempat
- Kehilangan
berat
baik
badan secara tiba-tiba Jumlah dan irama
- Penurunan
urine
pernapasan dalam
output
batas normal
- HMT meningkat
Elektrolit, Hb, Hmt
- Kelemahan
dalam batas normal
pH urin dalam batas
normal
Intake oral dan
intravena adekuat
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Hasil
NOC:
a. Nutritional
status:
Adequacy
of
nutrient
b. Nutritional Status :
food
and
Fluid
Intake
c. Weight Control
Setelah
dilakukan
tindakan keperawatan
selama.nutrisi kurang
teratasi
dengan
indikator:
Albumin serum
Pre albumin serum
Hematokrit
Hemoglobin
Total iron binding
22
Intervensi
Kaji adanya alergi makanan
Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan
harian.
Monitor adanya penurunan
BB dan gula darah
Monitor lingkungan selama
makan
Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
berlebih
Kurang nafsu makan
Bising usus berlebih
Konjungtiva pucat
Denyut nadi lemah
capacity
Jumlah limfosit
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Hasil
23
Intervensi
Intoleransi aktivitas
Berhubungan dengan :
Tirah Baring atau
imobilisasi
Kelemahan
menyeluruh
Ketidakseimbangan
antara suplei oksigen
dengan kebutuhan
Gaya
hidup
yang
dipertahankan.
DS:
Melaporkan
secara
verbal
adanya
kelelahan
atau
kelemahan.
Adanya dyspneu atau
ketidaknyamanan saat
beraktivitas.
DO :
NOC :
NIC :
Self Care : ADLs
Observasi
adanya
Toleransi aktivitas
pembatasan klien dalam
melakukan aktivitas
Konservasi eneergi
Setelah
dilakukan Kaji adanya faktor yang
menyebabkan kelelahan
tindakan
keperawatan
dan
selama
.
Pasien Monitor nutrisi
bertoleransi
terhadap
sumber
energi
yang
aktivitas dengan Kriteria
adekuat
Hasil :
Monitor pasien akan
Berpartisipasi dalam
adanya kelelahan fisik
aktivitas fisik tanpa
dan
emosi
secara
disertai peningkatan
berlebihan
tekanan darah, nadi Monitor
respon
dan RR
kardivaskuler
terhadap
Mampu
melakukan
aktivitas
(takikardi,
aktivitas sehari hari
disritmia, sesak nafas,
(ADLs)
secara
diaporesis,
pucat,
mandiri
perubahan hemodinamik)
Keseimbangan
Monitor pola tidur dan
aktivitas dan istirahat
lamanya
tidur/istirahat
pasien
Kolaborasikan
dengan
Tenaga
Rehabilitasi
Medik
dalam
merencanakan
progran
terapi yang tepat.
Bantu
klien
untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten yang
sesuai
dengan
kemampuan
fisik,
psikologi dan sosial
Bantu
untuk
mengidentifikasi
dan
mendapatkan
sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
Bantu untuk mendpatkan
alat bantuan aktivitas
seperti kursi roda, krek
24
Bantu
untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
Bantu
klien
untuk
membuat jadwal latihan
diwaktu luang
Bantu
pasien/keluarga
untuk
mengidentifikasi
kekurangan
dalam
beraktivitas
Sediakan
penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
Bantu
pasien
untuk
mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
Monitor respon fisik,
emosi, sosial dan spiritual
d. Ansietas b/d kurang informasi tentang penyakit diabetes melitus
Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Kecemasan
berhubungan dengan
Faktor keturunan, Krisis
situasional,
Stress,
perubahan
status
kesehatan,
ancaman
kematian,
perubahan
konsep diri, kurang
pengetahuan
dan
hospitalisasi
DO/DS:
- Insomnia
- Kontak mata kurang
- Kurang istirahat
- Berfokus pada diri
sendiri
- Iritabilitas
- Takut
- Nyeri perut
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Hasil
NOC :
NIC :
- Kontrol kecemasan Anxiety
Reduction
- Koping
(penurunan kecemasan)
Setelah
dilakukan Gunakan
pendekatan
asuhan
selama
yang menenangkan
klien
Nyatakan dengan jelas
kecemasan teratasi dgn
harapan terhadap pelaku
kriteria hasil:
pasien
Klien
mampu Jelaskan semua prosedur
mengidentifikasi
dan apa yang dirasakan
dan
selama prosedur
mengungkapkan
Temani pasien untuk
gejala cemas
memberikan keamanan
Mengidentifikasi,
dan mengurangi takut
mengungkapkan
Berikan informasi faktual
dan menunjukkan
mengenai
diagnosis,
tehnik
untuk
tindakan prognosis
mengontol cemas
Vital sign dalam Libatkan keluarga untuk
mendampingi klien
25
- Penurunan TD dan
batas normal
denyut nadi
Postur
tubuh,
- Diare, mual, kelelahan
ekspresi
wajah,
- Gangguan tidur
bahasa tubuh dan
- Gemetar
tingkat
aktivitas
- Anoreksia,
mulut
menunjukkan
kering
berkurangnya
- Peningkatan
TD,
kecemasan
denyut nadi, RR
- Kesulitan bernafas
- Bingung
- Bloking
dalam
pembicaraan
- Sulit berkonsentrasi
26
BAB III
TINAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
3.1
Kasus
Ny.R berusia 56 tahun dibawa ke UGD dengan keluhan nyeri ulu hati mual
sejak kemarin, keluarga pasien mengatakan pasien mengeluh nyeri ulu hati, nyeri
dirasakan perih dan panas, muntah (-). Buang air besar (+) setiap 3 hari, konsistensi
padat, warna kuning. Buang air kecil cukup sering, nyeri saat BAK (+). Pasien juga
mengeluh demam sejak kemarin, demam terus menerus dan disertai mengigil. Nafsu
makan pasien juga menurun. Riwayat penyakit dahulu, sebelumnya pasien belum
pernah mengalami gejala yang sama. Riwayat penyakit DM tidak tahu karena belum
pernah memeriksakannya ke dokter atau puskesmas. Riwayat penyakit keluarga,
dalam keluarga tidak ada yang mengalami gejala yang sama. Keluarga sering
menanyakan keadaan pasien dan keluarga mengatakan khawatir dengan keadaan
pasien sekarang. Keluarga tampak cemas. Pemeriksaan Fisik : Nadi : 106 kali/menit,
RR : 26 kali/menit, reguler, Suhu : 38,6C, TD : 82/32 mmHg, GDS : > 600 mg/dl,
asidosis (PH: 8, bicarbonate: 17 mEql/L), osmolaritas 335 mosmol/kg, Kesadaran:
GCS : 3-4-5, Kepala dan wajah : wajah simetris, pucat, tidak ada pernafasan cuping
hidung, mukosa bibir kering. Leher : tidak ada distensi vena jugularis, tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening. Dada simetris, tidak ada penggunaan otot bantu
pernafasan, perkusi : sonor, Cor : bunyi jantung 1 dan 2 tunggal, reguler. Abdomen
dan pinggang : tidak tampak adanya massa, bising usus : 8 kali/menit, perkusi
timpany, nyeri tekan ulu hati, turgor tidak elastis. Pelvis dan perineum : terpasang
kateter urin, produksi urin : 600 cc dalam 2 jam. Ekstremitas : simetris, kekuatan
otot : 4 pd semua ekstremitas, terpasang IV line dengan cairan NaCl 0,9 %. Hasil
Pemeriksaan Laborat : Darah lengkap : HB : 12 mg/dl, leukosit : 11.000, hematokrit :
45 %, trombosit : 120.000. BGA : pH : 7,3; pCO 2 :40; HCO3 : 20. GDS : 820 mg/Cl.
Serum creatinin : 220 mol/L. Na : 150 mmol/L, Ca : 3,3 mmol/L, osmolaritas 335
mosmol/kg. Urine Lengkap : Glukosa Urin : ++, Keton : trace.
27
3.2
Pembahasan Kasus
3.2.1 Pengkajian :
a. Identitas
Nama
: Ny.R
Usia
: 56 tahun
b. Data subjektif:
-
Keluhan utama : Nyeri ulu hati dan mual (+) sejak kemarin dan sering BAK
disertai nyeri.
Riwayat penyakit sekarang: Nyeri ulu hati dan mual (+) sejak kemarin. Nyeri
dirasakan perih dan panas, muntah (-). Buang air besar (+) setiap 3 hari,
konsistensi padat, warna kuning, lendir (-), darah (-). Buang air kecil cukup
sering, nyeri saat BAK (+). Pasien mengeluh juga demam sejak kemarin,
demam terus menerus dan disertai mengigil. Nafsu makan pasien juga
menurun.
Riwayat penyakit keluarga: dalam keluarga tidak ada yang mengalami gejala
yang sama.
c. Data objektif:
1. Primary Survey
a) Airway :
Vokalisasi baik, nafas paten tidak ada sputum atau benda asing yang
menghalangi jalan nafas.
b) Breathing:
Napas spontan, gerakan dada simetris, tidak ada penggunaan otot bantu
pernafasan, warna kulit pucat
c) Circulation : lemah, tampak pucat, suhu 38,60 C, nadi 106x/menit, CRT
28
: 106 kali/menit
RR
: 26 kali/menit
Suhu
: 38,6C
TD
: 82/32 mmHg
- Lima intervensi
terpasang monitor jantung, saturasi oksigen : 92 %
terpasang kateter urine, produksi : 600 cc dalam 2 jam
tidak terpasang NGT
Glukosa darah: > 600 mg/dl
Aseton plasma (keton) : Trac
osmolaritas 335 mosmol/kg
d. Give Comfort : pasien berbaring dalam posisi supine
e. Head do Toe :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Data
Etiologi
Masalah
keperawatan
30
volume
2.
3.
Kurang
pengetahuan
Hospitalisasi
Cemas
dan
b.
c.
3.2.4 Intervensi :
a. Kurang volume cairan b/d diuresis osmotik (dari hiperglikemia).
Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tekanan
darah,
menerus dan disertai
nadi, suhu tubuh
mengigil.
dalam batas normal
DO:
Tidak ada tanda
TTV : ND: 106
tanda
dehidrasi,
x/mnt, RR : 26
Elastisitas
turgor
x/mnt, S : 38,6C,
kulit baik, membran
TD : 82/32 mmHg
mukosa
lembab,
Mukosa bibir
tidak
ada
rasa
haus
kering, turgor kulit
yang berlebihan
tidak elastis
Orientasi terhadap
Hasil Lab :
waktu dan tempat
- GDS : 820 mg/dl
baik
- Serum creatinin :
Rencana keperawatan
Intervensi
NIC :
Lakukan pengkajian nyeri
secara
komprehensif
menentukan intervensi
Observasi reaksi nonverbal
dari ketidaknyamanan
Ajarkan tentang teknik non
farmakologi: napas dalam,
relaksasi, distraksi, kompres
hangat/ dingin
Berikan informasi tentang
x/mnt, S : 38,6C,
TD : 82/32 mmHg
menggunakan
nyeri seperti penyebab nyeri,
tehnik
berapa lama nyeri akan
nonfarmakologi
berkurang dan antisipasi
untuk mengurangi ketidaknyamanan
dari
nyeri,
mencari prosedur
bantuan)
Monitor vital sign sebelum
Melaporkan bahwa dan sesudah pemberian
nyeri
berkurang analgesik pertama kali
dengan
Kolaborasi
pemberian
menggunakan
analgetik
manajemen nyeri
Mampu mengenali
nyeri
(skala,
intensitas,
frekuensi dan tanda
nyeri)
Tanda vital dalam
rentang normal
Wajah rileks
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Hasil
NOC :
NIC :
- Kontrol kecemasan Anxiety
Reduction
- Koping
(penurunan kecemasan)
Setelah
dilakukan Gunakan
pendekatan
asuhan
yang menenangkan
selama
Nyatakan dengan jelas
kecemasan teratasi dgn
harapan terhadap pelaku
kriteria hasil:
pasien
Keluarga mampu Jelaskan semua prosedur
mengidentifikasi
dan apa yang dirasakan
dan
selama prosedur
mengungkapkan
Temani pasien untuk
gejala cemas
memberikan keamanan
Mengidentifikasi,
dan mengurangi takut
mengungkapkan
Berikan informasi faktual
dan menunjukkan
mengenai
diagnosis,
tehnik
untuk
tindakan prognosis
mengontol cemas
Vital sign dalam Libatkan keluarga untuk
33
batas normal
Postur
tubuh,
ekspresi
wajah,
bahasa tubuh dan
tingkat
aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan
34
mendampingi klien
Dengarkan dengan penuh
perhatian
Identifikasi
tingkat
kecemasan
Bantu keluarga mengenal
situasi
yang
menimbulkan kecemasan
Dorong keluarga untuk
mengungkapkan
perasaan,
ketakutan,
persepsi
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Kasus krisis hiperglikemi dapat memicu berbagai macam komplikasi salah satu
komplikasi yang paling sering terjadi pada hiperglikemi krisis adalah KAD dan
HHS.
b. Tujuan utama penanganan Hiperglikemia adalah dengan menormalkan aktivitas
insulin dan kadar glukosa darah dan upaya mengurangi terjadinya komplikasi
vaskuler serta neuropati. Ada 4 komponen dalam penatalaksanaan hiperglikemia
1. Olahraga (namun jika gula darah diatas 240 mg/dl dan ketika diperiksa terdapat
keton dalam urin maka olahraga harus dihentikan)
2. Diet rendah gula
3. Terapi insulin
4. Hypoglicemic medication
c. Dalam penaganan kegawatdaruratan hiperglikemia krisis ketoasidosis Diabetik
berfokus pada ABCD dengan 4 komponen utama intervensi :
1. Penggantian cairan tubuh dan garam yang hilang.
2. Menekan lipolisis sel lemak dan menekan glukoneogenesis sel hati dengan
pemberian insulin.
3. Mengatasi stres sebagai pencetus KAD.
4. Mengembalikan keadaan fisiologi normal dan menyadari pentingnya
pemantauan serta penyesuaian pengobatan.
3.2
Saran
Kasus hiperglikemi dapat memicu berbagai macam komplikasi, maka perawat
harus berperan aktif dalam memberikan edukasi pada pasien diabetes mellitus dan
keluarga sebagai support sistem untuk mencegah terjadinya hiperglikemik dan
perawat juga hendaknya meningkatkan pengetahuan dalam penanganan pasien
dengan hiperglikemik untuk mencegah komplikasi lebih lanjut pada pasien
35
Daftar Pustaka
Hyperglycemic crises in patients with diabetes mellitus. American Diabetes
Association. Diabetes Carevol27 supplement1 2004, S94-S102.
Gaglia JL, Wyckoff J, Abrahamson MJ. Acute hyperglycemic crisis in elderly. Med
Cli N Am 88: 1063-1084, 2004. 16
Kitabchi AE, Fisher JN, Murphy MB, Rumbak MJ : Diabetic ketoacidosis and the
hyperglycemic hyperosmolar nonketotic state. In Joslins Diabetes Mellitus.
13th ed. Kahn CR, Weir GC, Eds. Philadelphia, Lea & Febiger, 1994, p.738
770
Marshall SM, Walker M, Alberti KGMM : Diabetic ketoacidosis and hyperglycaemic
nonketotic coma. In International Textbook of Diabetes Mellitus. 2nd ed.
Alberti KGMM, Zimmet P, DeFronzo RA, Eds. New York, John Wiley, 1997, p.
12151229.
Ennis ED, Stahl EJ, Kreisberg RA : Diabetic ketoacidosis. In Diabetes Mellitus :
Theory and practice. 5th ed.Porte D Jr, Sherwin RS, Ed. Amsterdam,
Elsevier,1997, 827-844.
Rosenbloom AL : Intracerebral crises during treatment of diabetic ketoacidosis.
Diabetes Care 13: 22-23, 1990.
Umpierrez GE, Murphy MB, Kitabchi AE. Diabetic ketoacidosis and hyperglycemic
hyperosmolar syndrome. 2002. Diunduh dari:
http://spectrum.diabetesjournals.org/cgi/content/full/15/1/28
Sergot PB. Hyperosmolar hyperglycemic states. Emedicine. 2008. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/766804-overview.
36