Você está na página 1de 32

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1

DEFINISI ASI DAN ASI EKSKLUSIF


Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan

garam-garam anorganik yang di sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai
makanan bagi bayinya. Sedangkan ASI Ekslusif adalah perilaku dimana hanya memberikan
Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sampai umur 6 bulan tanpa makanan dan ataupun
minuman lain kecuali sirup obat. 3,2
ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi
kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama. ASI merupakan makanan alamiah yang pertama
dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal. ASI
mengandung semua zat gizi yang diperlukan oleh bayi dengan komposisi yang sesuai dengan
kebutuhan bayi. Dan melalui ASI, hubungan kasih sayang ibu dan anak dapat terjalin dengan
baik dan ketentraman jiwa bagi bayi sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan
jiwa bayi.4,3
II.2

MANFAAT ASI DAN MENYUSUI

Komposisi ASI yang unik dan spesifik tidak dapat diimbangi oleh susu formula. Pemberian
ASI tidak hanya bermanfaat bagi bayi tetapi juga bagi ibu yang menyusui.
II.2.1 Manfaat ASI bagi bayi :1,9
1) ASI merupakan sumber gizi sempurna
ASI mengandung zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan
dan perkembangan kecerdasan bayi. Faktor pembentukan sel-sel otak terutama
DHA dalam kadar tinggi. ASI juga mengandung whey (protein utama dari
susu yang berbentuk cair) lebih banyak dari casein (protein utama dari susu
yang berbentuk gumpalan). Komposisi ini menyebabkan ASI mudah diserap
oleh bayi.
2) ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi

Bayi sudah dibekali immunoglobulin (zat kekebalan tubuh) yang didapat dari
ibunya melalui plasenta. Tapi, segera setelah bayi lahir kadar zat ini akan
turun cepat sekali. Tubuh bayi baru memproduksi immunoglobulin dalam
jumlah yang cukup pada usia 3 - 4 bulan. Saat kadar immunoglubolin bawaan
menurun, sementara produksi sendiri belum mencukupi, bisa muncul
kesenjangan immunoglobulin pada bayi. Di sinilah ASI berperan bisa
menghilangkan atau setidaknya mengurangi kesenjangan yang mungkin
timbul. ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang mampu melindungi bayi
dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, dan jamur. Colostrum (cairan
pertama yang mendahului ASI) mengandung zat immunoglobulin 10 - 17 kali
lebih banyak dari ASI.
3) ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan dan kemandirian anak
Fakta-fakta ilmiah membuktikan, bayi dapat tumbuh lebih sehat dan cerdas
bila diberi air susu ibu (ASI) secara eksklusif pada 4 - 6 bulan pertama
kehidupannya. Di dalam ASI terdapat beberapa nutrien untuk pertumbuhan
otak bayi di antaranya taurin, yaitu suatu bentuk zat putih telur khusus, laktosa
atau hidrat arang utama dari ASI, dan asam lemak ikatan panjang - antara lain
DHA dan AA yang merupakan asam lemak utama dari ASI.
Hasil

penelitian

tahun

1993

terhadap

1.000

bayi

prematur

membuktikan, bayi-bayi prematur yang mendapat ASI eksklusif mempunyai


IQ lebih tinggi secara bermakna yaitu 8,3 poin lebih tinggi dibanding bayi
premature yang tidak diberi ASI. Pada penelitian Dr. Riva dkk. menunjukkan
anak-anak usia 9,5 tahun yang ketika bayi mendapat ASI eksklusif, ditemukan
memiliki IQ mencapai 12,9 poin lebih tinggi dibandingkan anak-anak yang
ketika bayi tidak mendapatkan ASI.
4) ASI meningkatkan jalinan kasih sayang
Jalinan kasih sayang yang baik adalah landasan terciptanya keadaan yang
disebut secure attachment. Anak yang tumbuh dalam suasana aman akan
menjadi anak yang berkepribadian tangguh, percaya diri, mandiri, peduli
lingkungan dan pandai menempatkan diri. Bayi yang mendapat ASI secara
eksklusif akan sering dalam dekapan ibu saat menyusu, mendengar detak

jantung ibu, dan gerakan pernapasan ibu yang telah dikenalnya dan juga akan
sering merasakan situasi seperti saat dalam kandungan: terlindung, aman dan
tenteram.
II.2.2 Manfaat menyusui bagi ibu :
1) Mengurangi resiko kanker payudara
Menyusui setidaknya sampai 6 bulan mengurangi kemungkinan ibu menderita
kanker payudara, kanker rahim, kanker indung telur. Perlindungan terhadap
kanker payudara sesuai dengan lama pemberian ASI. Ibu yang menyusui akan
terhindar dari kanker payudara sebanyak 20%-30%. Berdasarkan penelitian
dari 30 negara pada 50.000 ibu menyusui dan 97.000 tidak menyusui
kemungkinan kejadian kanker payudara lebih rendah pada ibu menyusui. Jika
menyusui lebih dari 2 tahun ibu akan lebih jarang menderita kanker payudara
sebanyak 50%.
2) Metode KB paling aman
Kuisioner digunakan untuk memperoleh data dari para ibu di Nigeria untuk
mengetahui dampak menyusui dengan jarak kelahiran anak secara alami. Jarak
kelahiran anak lebih panjang pada ibu yang menyusui secara ekslusif daripada
yang tidak.
3) Kemudahan dan kepraktisan dalam memberikan ASI
ASI dapat segera diberikan pada bayi, segar, siap pakai serta mudah pada
pemberiannya sehingga tidak terlalu merepotkan ibu.
4) Ekonomis
Dengan memberikan ASI, ibu tidak memerlukan untuk makanan bayi sampai
berumur 4-6 bulan. Dengan demikian akan menghemat pengeluaran rumah
tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya.

II.3.

FISIOLOGI LAKTASI
Menyusui merupakan proses yang cukup kompleks. Dengan mengetahui bagaimana

payudara menghasilkan ASI akan sangat membantu para ibu mengerti proses kerja menyusui
sehingga dapat menyusui secara eksklusif.
ASI diproduksi atas hasil kerja gabungan antara hormon dan refleks. Ketika bayi
mulai mengisap ASI, akan terjadi dua refleks yang akan menyebabkan ASI keluar. Hal ini
disebut dengan refleks pembentukan atau refleks prolaktin yang dirangsang oleh hormon
prolaktin dan refleks pengeluaran ASI atau disebut juga let down refleks.
Produksi ASI merupakan hasil perangsangan payudara oleh hormon prolaktin.
Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofise anterior yang ada yang berada di dasar otak.
Bila bayi mengisap ASI maka ASI akan dikeluarkan dari gudang ASI yang disebut sinus
laktiferus. Proses pengisapan akan merangsang ujung saraf disekitar payudara untuk
membawa pesan ke kelenjar hipofise anterior untuk memproduksi hormone prolaktin.
Prolaktin kemudian akan dialirkan ke kelenjar payudara untuk merangsang pembuatan ASI.
Hal ini disebut dengan refleks pembentukan ASI atau refleks prolaktin.
Hormon oksitosin diproduksi oleh bagian belakang kelenjar hipofisis. Hormon
tersebut dihasilkan bila ujung saraf di sekitar payudara dirangsang oleh isapan. Oksitosin
akan dialirkan melalui darah menuju ke payudara yang akan merangsang kontraksi otot di
sekeliling alveoli (pabrik ASI) dan memeras ASI keluar dari pabrik ke gudang ASI. Hanya
ASI di dalam gudang ASI yang dapat dikeluarkan oleh bayi atau ibunya.
Oksitosin dibentuk lebih cepat dibandingkan prolaktin. Keadaan ini menyebabkan
ASI di payudara akan mengalir untuk diisap. Oksitosin sudah mulai bekerja saat ibu
berkeinginan menyusui (sebelum bayi mengisap). Jika refleks oksitosin tidak bekerja dengan
baik, maka bayi mengalami kesulitan untuk mendapatkan ASI. Payudara seolah-olah telah
berhenti memproduksi ASI, padahal payudara tetap menghasilkan ASI namun tidak mengalir
keluar. Efek oksitosin lainnya adalah menyebabkan uterus berkontraksi setelah melahirkan.
Sehingga dapat membantu mengurangi perdarahan walaupun kadang mengakibatkan nyeri.
II.4.

PRODUKSI ASI2, 9
Pada tiap payudara terdapat sekitar 20 lobus (lobe) , dan setiap lobus memiliki sistem

saluran (duct system) . Saluran utama bercabang menjadi saluran-saluran kecil yang

bercabang menjadi saluran-saluran kecil yang berakhir pada sekelompok sel-sel yang
memproduksi susu, disebut alveoli. Saluran melebar menjadi penyimpanan susu dan bertemu
pada puting susu.
Pada seorang ibu yang menyusui, terdapat 2 refleks yang masing-masing berperan
sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu, yaitu refleks prolaktin dn refleks let down 1
1. Refleks prolaktin
Menjelang akhir kehamilan, hormon prolactin memegang peranan unutk membuat
kolostrum. Karena aktivitas prolaktin dihambat oleh hormon estrogen dan progesteron yang
memang kadarnya tinggi, jumlah kolostrum terbatas. Setelah melahirkan, sehubungan dengan
lepasnya plasenta dan kurang berfungsinya korpus luteum, maka estrogen dan progesteron
sangat berkurang , ditambah lagi dengan adanya isapan bayi yang merangsang puting susu
dan kalang payudara (areola mamae) akan merangsang ujung-ujung saraf sensoris yang
berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui
medulla spinalis dan mesensephalon. Hipotalamus merangsang pengeluaran faktor-faktor
yang memacu sekresi prolaktin akan merangsang adenophise (hipofose anterior) sehingga
keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air
susu. Kadar prolaktin pada ibu yang menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah
melahirkan sampai massa penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak ada peningkatan
prolaktin walaupun ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung. Pada ibu
yang melahirkan anak tapi tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada
minggu kedua sampai ketiga.
Jika bayi lapar atau haus dia menyusu lebih sering dan lebih lama maka ibu akan
memproduksi ASI lebih bnyak. Jika ibu ingin meningkatkan produksi ASI, maka dia harus
membiarkan bayi menyusu lebih sering dan lebih lama untuk beberapa hari. Jika bayi sedikit
menyusu karena telah mengonsumsi makanan atau minuman lain, atau karena ibu jauh dari
bayi untuk beberapa waktu atau ibu ingin menyimpan ASI-nya maka payudara akan
memproduksi sedikit ASI. Prolaktin lebih bnyak diproduksi saat malam hari sehingga
menyusui saat malam hari membantu mempertahankan produksi ASI 1,2.

2. Refleks Let Down


Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh adenohipofise, rangsangan yang
berasal dari isapan bayi ada yang dilanjutkan ke neurohipofise (hipofose postrior) yang
kemudian dikeluarkannya oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini menuju uterus sehingga

terjadi involunsi dari organ tersebut. Oksitosin yang sampai pada alveoli akan mempengaruhi
sel mioepitelium. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat keluar dari
alveoli dan masuk ke sistem duktulus yang selanjutnya akan mengalir melalui duktus
laktiferus masuk ke mulut bayi. Faktor-faktor yang meningkatkan refleks let down adalah
melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, dan memikirkan untuk menyusui
bayi. Sedangkan faktor-faktor yang menghambat let down adalah stres, keadaan bingung
atau pikiran kacau, takut, dan cemas.
Pemberian ASI pertama harus dimulai di ruang persalinan. Ibu dan bayi harus
diselimuti agar tetap hangat. Biarkan ibu mendekap bayinya dan bayi akan segera mengisap
payudara ibu karena ini adalah saat terbaik bagi bayi untuk belajar mengisap. Pada usia 20-30
menit, refleks isap bayi sangat kuat. Isapan pertama merangsang produksi oksitosin, yang
membantu menghentikan perdarahan setelah persalinan. Selain itu bayi juga akan
mendapatkan kolostrum yang sangat bermanfaat baginya. Jam-jam pertama adalah saat
terpenting menjalin ikatan antara ibu dan anak. Menyusui segera setelah melahirkan akan
membuat ibu mencintai dan merawat bayinya. Ibu akan lebih mudah menyusui untuk jangka
waktu yang lama. Bila terjadi keterlambatan, walaupun hanya beberapa jam, proses menyusui
menjadi lebih sering gagal. Pemberian ASI pertama bagi bayi tidak dimaksudkan untuk
pemberian makan awal,tetapi lebih pada pengenalan.1

Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi 3, yaitu :


II.4.1 ASI Stadium I (kolostrum)
Kolostrum merupakan ciran yang pertama disekresi oleh kelenjar payudara dari hari
pertama sampai hari ke empat yang berbeda karakteristik fisik dan komposisinya dengan ASI
matang dengan volume 150 300 ml/hari. Kolostrum berwarna kuning keemasan disebabkan
oleh tingginya komposisi lemak dan sel-sel hidup.
Kolostrum merupakan pencahar (pembersih usus bayi) yang membersihkan
mekonium sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih dan siap menerima ASI.
Hal ini menyebabkan bayi yang mendapat ASI pada minggu pertama sering defekasi dan
feses berwarna hitam
II.4.2 ASI Stadium II (ASI peralihan)

ASI ini diproduksi pada hari ke empat sampai hari ke sepuluh. Komposisi protein
semakin rendah, sedangkan lemak dan hidrat arang semakin tinggi dan jumlah volume ASI
semakin meningkat. Hal ini merupakan pemenuhan terhadap aktifitas bayi yang semakin aktif
karena bayi sudah beradaptasi terhadap lingkungan.
II.4.3 ASI Stadium III (ASI matur)
ASI yang disekresi pada hari ke sepuluh sampai seterusnya. ASI matur merupakan
nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai berumur 6
bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain selain ASI. Dimulai
dengan makanan yang lunak, kemudian padat, dan makanan biasa sesuai makanan biasa.
II.5.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI ASI


Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produksi ASI adalah:1,2,6

1. Makanan atau asupan gizi


2. Ketentraman jiwa dan pikiran
Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan
berbagai bentuk ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui
bayinya. Pada ibu ada dua macam, reflek yang menentukan keberhasilan dalam
menyusui baynya, reflek tersebut adalah reflek prolactin dan let-down reflex(Milk
efection reflex) refleks ini membuat memancarkan ASI keluar.
3. Pengaruh persalinan dan klinik bersalin
Ada pengaruh yang kurang baik terhadap kebiasaan memberikan ASI pada ibu-ibu
yang melahirkan di rumah sakit atau klinik bersalin lebih menitik beratkan upaya agar
persalinan dapat berlangsung dengan baik, ibu dan anak berada dalam keadaan
selamat dan sehat sedangkan masalah pemberian ASI kurang mendapat perhatian,
sering makanan pertama yang diberikan justru susu buatan atau susu sapi. Hal ini
memberikan kesan tidak mendidik pada ibu dan ibu selalu beranggapan bahwa susu
sapi lebih dari ASI.
4. Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen dan progesteron.
Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi pil
yang mengandung hormon estrogen , karena hal ini dapat mengurangi jumlah
produksi ASI bahkan dapat menghentikan produksi ASI.
5. Perawatan payudara

Perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan, yaitu dengan
mengurut payudara selama 6 minggu terakhir masa kehamilan.
II.6.

VOLUME PRODUKSI ASI


Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai

menghasilkan ASI. Apabila tidak ada kelainan, pada hari pertama sejak bayi lahir akan dapat
menghasilkan 50-100 ml sehari dari jumlah ini akan terus bertambah sehingga mencapai
sekitar 400-450 ml pada waktu bayi mencapai usia minggu kedua.

(9)

Jumlah tersebut dapat

dicapai dengan menysusui bayinya selama 4 6 bulan pertama. Karena itu selama kurun
waktu tersebut ASI mampu memenuhi kebutuhan gizinya. Setelah 6 bulan volume
pengeluaran air susu menjadi menurun dan sejak saat itu kebutuhan gizi tidak lagi dapat
dipenuhi oleh ASI saja dan harus mendapat makanan tambahan.

1, 4

Dalam keadaan produksi ASI telah normal, volume susu terbanyak yang dapat
diperoleh adalah 5 menit pertama. Penyedotan/penghisapan oleh bayi biasanya berlangsung
selama 15-25 menit

(12)

Selama beberapa bulan berikutnya bayi yang sehat akan


6

mengkonsumsi sekitar 700-800 ml ASI setiap hari. Akan tetapi penelitian yang dilakukan
pada beberpa kelompok ibu dan bayi menunjukkan terdapatnya variasi dimana seseorang
bayi dapat mengkonsumsi sampai 1 liter selama 24 jam, meskipun kedua anak tersebut
tumbuh dengan kecepatan yang sama.
Konsumsi ASI selama satu kali menyusui atau jumlahnya selama sehari penuh sangat
bervariasi. Ukuran payudara tidak ada hubungannya dengan volume air susu yang diproduksi,
meskipun umumnya payudara yang berukuran sangat kecil, terutama yang ukurannya tidak
berubah selama masa kehamilan hanya memproduksi sejumlah kecil ASI.

Pada ibu-ibu yang mengalami kekurangan gizi, jumlah air susunya dalam sehari
sekitar 500-700 ml selama 6 bulan pertama, 400-600 ml dalam 6 bulan kedua, dan 300-500
ml dalam tahun kedua kehidupan bayi. Penyebabnya mungkin dapat ditelusuri pada masa
kehamilan dimana jumlah pangan yang dikonsumsi ibu tidak memungkinkan untuk
menyimpan cadangan lemak dalam tubuhnya, yang kelak akan digunakan sebagai salah satu
komponen ASI dan sebagai sumber energi selama menyusui. Akan tetapi kadang-kadang
terjadi bahwa peningkatan jumlah produksi konsumsi pangan ibu tidak selalu dapat
meningkatkan produksi air susunya. Produksi ASI dari ibu yang kekurangan gizi seringkali

menurun jumlahnya dan akhirnya berhenti, dengan akibat yang fatal bagi bayi yang masih
sangat muda.
II.7.

KOMPOSISI ASI

ASI mengandung sebagian besar air sebanyak 87,5 %, oleh karena itu bayi yang mendapat
cukup ASI tidak perlu mendapat tambahan air walaupun berada ditempat yang suhu udara
panas. Kekentalan ASI sesuai dengan saluran cerna bayi, sedangkan susu formula lebih
kental dibandingkan ASI. Hal tersebut yang dapat menyebabkan terjadinya diare pada bayi
yang mendapat susu formula.
II.7.1 Karbohidrat
Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah satu
sumber untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir dua kali lipat
dibanding laktosa yang ditemukan pada susu formula. Kadar karbohidrat dalam
kolostrum tidak terlalu tinggi, tetapi jumlahnya meningkat terutama laktosa pada ASI
transisi (7-14 hari setelah melahirkan). Setelah melewati masa ini maka kadar
karbohidrat ASI relatif stabil.
II.7.2 Protein
Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan
protein yang terdapat dalam susu formula. Protein dalam ASI dan susu formula terdiri
dari protein whey dan casein. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein
whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi., sedangkan susu formula lebih banyak
mengandung protein casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi. Jumlah casein
yang terdapat di dalam ASI hanya 30% dibanding susu formula yang mengandung
protein ini dalam jumlah yang tinggi (80%).
II.7.3 Lemak
Kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah kemudian meningkat
jumlahnya. Lemak ASI berubah kadarnya setiap kali diisap oleh bayi yang terjadi
secara otomatis. Komposisi lemak pada 5 menit pertama isapan akan berbeda dengan
10 menit kemudian. Kadar lemak pada hari pertama berbeda dengan hari kedua dan
akan berubah menurut perkembangan bayi dan kebutuhan energi yang dibutuhkan
bayi (Hubertin, 2004).

Selain jumlahnya yang mencukupi, jenis lemak yang ada dalam ASI
mengandung lemak rantai panjang yang merupakan lemak kebutuhan sel jaringan
otak dan sangat mudah dicerna serta mempunyai jumlah yang cukup tinggi. Dalam
bentuk Omega 3, Omega 6, DHA (Docoso Hexsaconic Acid) dan Acachidonid acid
merupakan komponen penting untuk meilinasi. Asam linoleat ada di dalam ASI dalam
jumlah yang cukup tinggi. Lemak ASI mudah dicerna dan diserap oleh bayi karena
ASI juga mengandung enzim lipase yang mencerna lemak trigliserida menjadi
digliserida, sehingga sedikit lemak yang tidak diserap oleh sistem pencernaan bayi
II.7.4 Mineral
ASI mengandung mineral yang lengkap, walaupun kadarnya relatif rendah
tetapi cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan. Zat besi dan kalsium di dalam ASI
merupakan mineral yang sangat stabil dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diit ibu.
Garam organik yang terdapat di dalam ASI terutama adalah kalsium, kalium,
sedangkan kadar Cu, Fe, dan Mn yang merupakan bahan untuk pembuat darah relatif
sedikit. Ca dan P yang merupakan bahan pembentuk tulang yang cukup kadarnya
dalam ASI.
II.7.5 Vitamin
1) Vitamin K
Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai
faktor pembekuan. Kadar vitamin K di dalam ASI hanya seperempatnya kadar
dalam susu formula. Bayi yang hanya mendapat ASI berisiko untuk mengalami
perdarahan, walaupun angka kejadian perdarahan ini kecil. Oleh karena itu pada
bayi baru lahir perlu diberikan vitamin K yang umumnya dalam bentuk suntikan.
2) Vitamin D
Seperti halnya vitamin K, ASI hanya mengandung sedikit vitamin D. Hal ini
tidak perlu dikuatirkan karena dengan menjemur bayi pada pagi hari maka bayi
akan mendapat tambahan vitamin D yang berasal dari sinar matahari. Sehingga
pemberian ASI eksklusif ditambah dengan membiarkan bayi terpapar pada sinar
matahari pagi akan mencegah bayi menderita penyakit tulang karena kekurangan
vitamin K.

3) Vitamin E
Salah satu fungsi penting vitamin E adalah untuk ketahanan dinding sel darah
merah. Kekurangan vitamin E dapat menyebabkan terjadinya kekurangan darah
(anemia hemolitik). Keuntungan ASI adalah kandungan vitamin E nya tinggi
terutama pada kolostrum dan ASI transisi awal.
4) Vitamin A
Selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi untuk
mendukung pembelahan sel,

kekebalan

tubuh, dan pertumbuhan.

ASI

mengandung dalam jumlah tinggi tidak saja vitamin A, tetapi juga bahan bakunya
yaitu beta karoten.
5) Vitamin yang larut dalam air
Hampir semua vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B, asam folat,
vitamin C terdapat dalam ASI. Makanan yang dikonsumsi ibu berpengaruh
terhadap kadar vitamin ini dalam ASI. Kadar vitamin B1 dan B2 cukup tinggi
dalam ASI tetapi kadar vitamin B6, B12 dan asam folat mungkin rendah pada ibu
dengan gizi kurang.
Kandungan colostrum berbeda dengan air susu yang mature, karena
colostrum mengandung berbeda dengan air susu yang mature, karena colostrum
dan hanya sekitar 1% dalam air susu mature, lebih banyak mengandung
imunoglobin A (Iga), laktoterin dan sel-sel darah putih, terhadap, yang kesemuanya
sangat penting untuk pertahanan tubuh bayi, terhadap serangan penyakit (Infeksi)
lebih sedikit mengandung lemak dan laktosa, lebih banyak, mengandung vitamin
dan lebih banyak mengandung mineral-mineral natrium (Na) dan seng (Zn).
Berdasarkan sumber dari Food and Nutrition Boart, National research
Council Washington tahun 1980 diperoleh perkiraan komposisi Kolostrum ASI dan
susu sapi untuk setiap 100 ml seperti tertera pada tabel berikut:

Tabel 1 perbandingan komposisi ASI dengan susu formula

Komposisi Kolostrum, ASI dan susu Kolostrum

ASI

Susu Sapi

sapi untuk setiap 100 ml


Energi (K Cal)

58

70

65

Protein (g)

2,3

0,9

3,4

1 : 1,5

1 : 1,2

- Kasein/whey
- Kasein (mg)

140

187

- Laktamil bumil (mg)

218

161

- Laktoferin (mg)

330

167

- Ig A (mg)

364

142

Laktosa (g)

5,3

7,3

4,8

Lemak (g)

2,9

4,2

3,9

- Vit A (mg)

151

75

41

- Vit B1 (mg)

1,9

14

43

- Vit B2 (mg)

30

40

145

- Asam Nikotinmik (mg)

75

160

82

- Vit B6 (mg)

12-15

64

- Asam pantotenik

183

246

340

- Biotin

0,06

0,6

2,8

- Asam folat

0,05

0,1

,13

- Vit B12

0,05

0,1

0,6

Vitamin

- Vit C

5,9

1,1

- Vit D (mg)

0,04

0,02

- Vit Z

1,5

0,25

0,07

- Vit K (mg)

1,5

- Kalsium (mg)

39

35

130

- Klorin (mg)

85

40

108

- Tembaga (mg)

40

40

14

- Zat besi (ferrum) (mg)

70

100

70

- Magnesium (mg)

12

- Fosfor (mg)

14

15

120

- Potassium (mg)

74

57

145

- Sodium (mg)

48

15

58

- Sulfur (mg)

22

14

30

Mineral

II.8

PRINSIP PEMBERIAN ASI 1,7


Prinsip-prinsip pemberian ASI:
1.

Susui bayi segera dalam 30-60 menit setelah lahir.

2.

Semakin sering menyusui semakin banyak ASI keluar, produksi ASI sama dengan
hukum Demand on Supply.

3.

Pemberian makanan dan minuman lain akan mengurangi jumlah ASI.

4.

Ibu dapat menyusui dan mempunyai cukup ASI untuk bayinya. Oleh karena itu
perlu mengetahui cara menyusui yang benar.

II.9 IBU BEKERJA,7


Ibu bekerja dapat melakukan penyimpanan ASI karena ASI yang dikeluarkan
dapat disimpan untuk beberapa saat. Ada perbedaan lamanya disimpan dikaitkan
dengan tempat penyimpanan.
Di udara terbuka/bebas

: 6-8 jam

Di lemari es (4oC)

: 24 jam

Di lemari pendingin/beku (-18oC)

: 6 bulan

ASI yang telah didinginkan tidak boleh direbus bila akan dipakai, karena
kualitasnya akan menurun, yaitu unsur kekebalannya. ASI tersebut cukup didiamkan
beberapa saat di dalam suhu kamar, agar tidak terlalu dingin atau dapat pula direndam
di dalam wadah yang telah berisi air panas.
II.10. KENDALA-KENDALA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
1. Kurang dimengertinya konsep pentingnya ASI Eksklusif baik bagi ibu maupun
tenaga kesehatan.
2. Adanya pendapat bahwa dengan pemberian ASI, bentuk payudara ibu akan berubah.
3. Kurangnya waktu bagi para wanita pekerja untuk memberikan ASI secara langsung.
4. Tidak adanya sarana dan prasarana

penunjang untuk memerah ASI dan tepat

penyimpanan ASI ditempat ibu bekerja.


5. Adanya pelanggaran cara-cara promosi tertentu yang dapat menyesatkan para ibu
untuk mempercayai bahwa susu formula dan makanan pendamping ASI sama
baiknya dengan ASI.
II.11. INISIASI MENYUSU DINI (IMD)6
II.11.1 Definisi
Inisiasi Menyusu Dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah
bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Sebenarnya bayi manusia seperti juga
bayi mamalia lain yang mempunyai kemampuan untuk menyusu sendiri. Asalkan

dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya selama satu jam segera
setelah lahir. Cara bayi melakukan menyusu dini ini dinamakan the breast crawl atau
merangkak mencari payudara.
Inisiasi Menyusui Dini disebut sebagai tahap keempat persalinan yaitu tepat
setelah persalinan sampai 1 jam setelah persalinan, meletakkan bayi baru lahir dengan
menengkurapkan bayi yang sudah dikeringkan tubuhnya namun belum dibersihkan
dan tidak dibungkus di dada ibunya segera setelah persalinan dan memastikan bayi
mendapat kontak kulit dini dengan ibunya, menemukan putting susu dan
mendapatkan asupan kolostrum sebelum ASI keluar.
Bayi menunjukan kesiapan untuk mulai menyusu setelah 30-40 menit setelah
lahir. Tanda-tanda kesiapan bayi untuk menyusu yaitu mengeluarkan suara kecil,
menguap, meregang, adanya pergerakan mulut. Selanjutnya menggerakan tangan ke
mulut, timbul refleks rooting, menggerakan kepala dan menangis sebagai isyarat
menyusu dini. Dengan indra peraba, penghidu, penglihatan, pendengaran, refleks bayi
baru lahir bisa menemukan dan menyentuh payudara tanpa bantuan. Hal ini dapat
merevitalisasi pencarian bayi terhadap payudara.
II.11.2 Manfaat Inisiasi Menyusu Dini Bagi Bayi Dan Ibu
1) Meningkatkan Refleks Menyusu Bayi Secara Optimal
Menyusu pada bayi baru lahir merupakan keterpaduan antara tiga refleks yaitu
refleks mencari (Rooting refleks), refleks menghisap (Sucking refleks), refleks
menelan (Swallowing refleks) dan bernafas. Menurut hasil penelitian, bayi baru
lahir setelah dikeringkan tanpa dibersihkan terlebih dahulu, diletakan di dekat
puting susu ibunya segera setelah lahir, memiliki respon menyusu lebih baik.
Apabila dilakukan tindakan terlebih dahulu seperti ditimbang, diukur atau
dimandikan, refleks menyusu akan hilang 50%, apalagi setelah dilahirkan
dilakukan tindakan dan dipisahkan, maka refleks menyusu akan hilang 100%.
Bayi yang tidak segera diberi kesempatan untuk menyusu refleksnya akan
berkurang dengan cepat dan akan muncul kembali dalam kadar secukupnya dalam
40 jam kemudian. Dengan inisiasi menyusu dini akan mencegah terlewatnya
refleks menyusu dan meningkatkan refleks menyusu secara optimal.

2) Menurunkan Angka Kejadian Hipotermia


Luas permukaan tubuh bayi 3 kali luas permukaan tubuh orang dewasa.
Lapisan insulasi jaringan lemak di bawah kulit tipis, kecepatan kehilangan panas
pada tubuh bayi baru lahir 4 kali pada orang dewasa. Pada ruang bersalin
dengan suhu 20-25 celcius, suhu kulit tubuh bayi akan turun 0,3 celcius, suhu
tubuh bagian dalam turun 0,1 celcius / menit. Selama periode dini setelah bayi
lahir, biasanya berakibat kehilangan panas komulatif 2-3 celcius. Kehilangan
panas ini terjadi melalui konveksi, konduksi, radiasi dan evaporasi. kulit ibu
berfungsi sebagai incubator, karena kulit ibu merupakan thermoregulator bagi
bayi. Suhu kulit ibu 1 celcius lebih tinggi dari ibu yang tidak bersalin. Apabila
pada saat lahir bayi mengalami hipothermi, dengan terjadi skin to skin contact
secara otomatis suhu kulit ibu akan meningkat 2 celcius. Sebaliknya apabila bayi
mengalami hiperthermi, suhu kulit ibu akan turun 1 celcius.
3) Menurunkan Angka Kejadian Asfiksia
Dengan inisiasi menyusu dini, ibu dan bayi menjadi lebih tenang. Hal ini akan
membantu pernapasan dan bunyi jantung lebih stabil.
4) Menurunkan Angka Kejadian Hipoglikemia
Menyusu dini membuat bayi menjadi tenang dan frekuensi menangis kurang
sehingga mengurangi pemakaian energi. Penelitian membuktikan bahwa bayi
yang melakukan IMD memiliki tingkat gula darah yang lebih baik daripada bayi
baru lahir yang dipisahkan dari ibunya.
5) Meningkatkan Pengeluaran Hormon Oksitosin
Melalui sentuhan, emutan dan jilatan bayi pada puting susu ibu akan
pengeluaran hormon oksitosin yang penting. Selain itu gerakan kaki bayi pada
saat merangkak di perut ibu akan membantu melakukan massage uterus untuk
merangsang kontraksi uterus. Oksitosin akan menyebabkan uterus berkontraksi
sehingga membantu pengeluaran plasenta dan mengurangi terjadinya perdarahan
post partum. Oksitosin akan merangsang hormon lain yang membuat ibu menjadi
tenang, rileks, euphoria, meningkatkan ambang rasa nyeri, dan mencintai bayinya.
Oksitosin merangsang pengaliran ASI dari payudara.

6) Memfasilitasi Bonding Attachment


Bonding atau ikatan batin menunjukan perjalinan hubungan orang tua dan bayi
pada saat awal kelahiran. Sebagai individu, orang tua akan mengembangkan
hubungan kasih sayang dengan bayi menurut gaya dan cara mereka. Jam pertama
merupakan saat peka dimana kontak pertama akan mempermudah jalinan batin.
Sifat dan tingkah laku jalinan saling berhubungan yang tercipta antara ibu dan
bayi sering berupa sentuhan halus ibu dengan ujung jarinya pada anggota gerak
dan wajah bayi serta membelai dengan penuh kasih sayang. Sentuhan pada pipi
akan membangkitkan respon berupa gerakan memalingkan wajah ke ibu untuk
mengadakan kontak mata dan mengarah ke payudara disertai gerakan menyondol
dan menjilat puting susu selanjutnya menghisap payudara. Kontak pertama ini
harus berlangsung pada jam pertama setelah kelahirannya. Bayi baru lahir
matanya terbuka lebih lama daripada hari-hari selanjutnya, sehingga paling baik
untuk memulai perlekatan dan kontak mata antara ibu dan bayi.
II.12. LANGKAH KEGIATAN DALAM MANAJEMEN LAKTASI5, 6
II.12.1 Masa Kehamilan (antenatal)
1) Memberikan komunikasi, informasi dan edukasi mengenai manfaat dan
keunggulan ASI, manfaat menyusui bagi ibu, bayi dan keluarga serta cara
pelaksanaan manajemen laktasi.
2) Meyakinkan ibu hamil agar mau dan mampu menyusukan bayinya.
3) Melakukan pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara, disamping itu
perlu juga dipantau kenaikan berat badan ibu selama kehamilan.
4) Memperhatikan kecukupan gizi dalam makanan sehari-hari termasuk
mencegah kekurangan zat besi. Jumlah makanan sehari-hari perlu ditambah
mulai kehamilan trimester ke-2 menjadi 1-2 kali porsi makanan lebih banyak
daripada saat sebelum hamil untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil.
5) Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Pentingnya perhatian
keluarga khususnya suami terhadap istri yang sedang hamil.
II.12.2 Saat Segera Setelah Bayi Lahir

1) Dalam waktu 30 menit setelah melahirkan, ibu dibantu dan dimotivasi agar
mulai kontak dengan bayi (skin to skin contact) dan mulai menyusui bayi.
2) Membantu kontak langsung bayi sedini mungkin untuk memberikan rasa
aman dan kehangatan.
II.12.3 Masa Neonatus
1) Bayi hanya diberi ASI saja atau ASI eksklusif tanpa diberi minum apapun.
2) Ibu selalu dekat dengan bayi atau dirawat gabung.
3) Menyusui tanpa dijadwal atau setiap kali bayi meminta (on demand).
4) Melaksanakan cara menyusui yang baik dan benar.
5) Bila bayi terpaksa dipisah dari ibu karena indikasi medik, bayi harus tetap
mendapat ASI dengan cara memerah ASI untuk mempertahankan agar
produksi ASI tetap lancar.
6) Ibu nifas diberi kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI) dalam waktu
kurang dari 30 hari setelah melahirkan.
II.12.4 Masa menyusui selanjutnya (post neonatal)
1. Menyusui dilanjutkan secara eksklusif selama 6 bulan pertama usia
bayi, yaitu hanya memberikan ASI saja tanpa makanan dan minuman
lainnya.
2. Memerhatikan kecukupan gizi dalam makanan ibu menyusui perlu
makan 1 kali lebih banyak dari biasanya (4-6 piring) dan minum
minimal 10 gelas sehari.
3. Cukup istirahat (tidur siang/berbarng 1-2 jam), menjaga ketenangan
pikiran dan menghindarkan kelelahan fisik yang berlebihan agar
produksi ASI tidak terhambat.
4. Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami penting untuk
menunjang keberhasilan menyusui.

5. Mengatasi apabila ada masalah menyusui (payudara bengkak, puting


lecet, bayi tidak mau menyusu, dll).
6. Memperhatikan kecukupan gizi makanan bayi, terutama setelah bayi
berumur 6 bulan. Selain ASI berikan makan pendamping ASI yang
cukup baik kualitas maupun kuantitasnya.
II.13 DEFINISI PENGETAHUAN DAN PERILAKU
II.13.1.

Pengetahuan7

II.13.1.1. Definisi Pengetahuan


Pengetahuan adalah merupakan hasil dari Tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

pendidikan,

pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan (Notoatmodjo, 2003).


Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam menumbuhkan
rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan
bahwa pengetahuan merupakan fakta yang mendukung tindakan seseorang
(Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil dari pekerjaan tahu.
Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai (Drs.
Sidi Gazalba)
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu
knowledge. Dalam encyclopedia of philosophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan
adalah kepercayaan yang benar (knowledgement is justified true beliefed).
Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian, pengetahuan
merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.
Dalam kamus filsafat, dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah
proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri.

Dalam peristiwa ini yang mengetahui (subjek) memilliki yang diketahui (objek) di
dalam dirinya sendiri sedemikian aktif sehingga yang mengetahui itu menyusun yang
diketehui pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif.
Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku
baru dalam diri orang tersebut menjadi proses berurutan :
a. Awareness, dimana orang tersebut menyadari pengetahuan terlebih dahulu terhadap
stimulus (objek).
b. Interest, dimana orang mulai tertarik pada stimulus.
c. Evaluation, merupakan suatu keadaan mempertimbangkan terhadap baik buruknya
stimulus tersebut bagi dirinya.
d. Trial, dimana orang telah mulai mecoba perilaku baru.
e. Adaptation, dimana orang telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan
kesadaran dan sikap.
II.13.1.2. Tingkat Pengetahuan
Notoatmodjo mengemukakan yang dicakup dalam domain kognitif yang mempunyai
enam tingkatan, pengetahuan mempunyai tingkatan sebagai berikut (Notoatmodjo,
2003) :
o Tahu (Know)
Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari, dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Cara kerja untuk mengukur
bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan,
menguraikan, mengidentifikasikan dan mengatakan.
o Memahami (Comprehension)
Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan
dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
o Aplikasi (Aplication)

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai pengguna
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip-prinsip dan sebagainya.
o Analisis (Analysis)
Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam suatu
komponenkomponen, tetapi masih dalam struktur organisasi dan masih ada
kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata
kerja seperti kata kerja mengelompokkan, menggambarkan, memisahkan.
o Sintesis (Synthesis)
Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan
yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi yang ada.
o Evaluasi (Evaluation)
Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek
tersebut berdasarkan suatu cerita yang sudah ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria yang sudah ada (Notoatmodjo, 2003).
II.13.1.3. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalamam
pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan
tingkatan-tingkatan diatas (Notoadmojo, 2003)
a. Tingkat pengetahuan baik bila skor > 75%-100%
b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor 60%-75%
c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor < 60%
II.13.2.

Perilaku7

II.13.2.1. Definisi Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia,
baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
Menurut Robert kwick (1974) perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu
organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari.
Menurut Ensiklopedia Amerika perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi
organisme terhadap lingkungannya. Skiner (1938) seorang ahli psikologi merumuskan
bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus
(rangsangan dari luar).
Namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau
faktor - faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan
respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan
perilaku dibedakan menjadi dua yaitu :
1) Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang
bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis
kelamin, dan sebagainya.
2) Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini merupakan
faktor dominan yang mewarnai perilaku seseorang.
II. 14. KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI POKOK, DAN KEGIATAN BIDAN DI
DESA
Bidan desa adalah bidan yang ditempatkan dan di bertugas di desa, mempunyai
wilayah kerja 1 dan 2 desa dan harus bertanggung jawab langsung kepada kepala puskesmas.
Tugas pokok bidan desa adalah:
1. Melaksanakan kegiatan puskesmas di desa wilayah kerjanya berdasarkan urutan
prioritas masalah kesehatan yang di hadapinya, sesuai dengan kewenangan yang
dimiliki dan diberikan.
2. Menggerakan dan membina masyarakat desa di wilayah kerjanya agar tumbuh
kesadarannya untuk dapat berprilaku hidup sehat.
Fungsi bidan:

1. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di rumah-rumah, menangani


persalinan, pelayanan KB, dan pengayoman medis kontrasepsi.
2. Menggerakkan dan membina peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan, yang
sesuai dengan permasalahan kesehatan setempat.
3. Membina dan memberikan bimbingan teknis kepada kader serta dukun bayi.
4. Membina kelompok dasawisma di bidang kesehatan
5. Membina kerjasama lintas program, lintas sektoral, dan lembaga swadaya masyarakat.
6. Melakukan rujukan medis kesehatan ke puskesmas kecuali dalam keadaan darurat
harus dirujuk ke fasilitas kesehatan lainnya.
7. Mendeteksi secara dini adanya efek samping dan komplikasi pemakaian kontrasepsi
serta adanya penyakit-penyakit lain dan berusaha mengatasi sesuai dengan
kemampuan.
Kegiatan bidan yang ditempatkan di desa:

1. Mengenali wilayah, struktur kemasyarakatan, dan komposisi penduduk, serta sitem


pemerintahan desa.
2. Mengumpulkan dan menganalisa data serta mengidentifikasi masalah kesehatan untuk
merencanakan penanggulangannya.
3. Menggerakkan peran serta masyarakat melalui pendekatan PKMD dengan
melaksanakan pertemuan tingkat desa, SMD, dan MMD yang diikuti dengan
menghimpun dan melatih kader sesuai kebutuhan.
4. Memberikan bimbingan teknis kepada kader dan memberikan pelayanan langsung di
meja 5 pada setiap kegiatan posyandu.
5. Melaksanakan pembinaan anak prasekolah di TK dan masyarakat.
6. Memberikan pertolongan persalinan.
7. Memberikan pertolongan pada orang sakit, keelakaan, dan kedaruratan.
8. Kunjungan rumah untuk melaksanakan perawatan kesehatan masyarakat di wilayah
kerja bidan.
9. Melatih dan membina dukun bayi agar mampu melaksanakan penyuluhan dan
membantu mendeteksi dini ibu hamil resiko tinggi.
10. Membina dan melatih ketua kelompok dasa wisma dalam bidang kesehatan secara
berkala sesuai dengan kebutuhan setempat.
11. Menggerakkan masyarakat agar melaksanakan kegiatan dana sehat di wilayah
kerjanya.

12. Mencatat semua kegiatan yang dilakukan dan melaporkan secara berkala kepada
Kepala Puskesmas sesuai dengan ketentuan.
13. Bekerja sama dengan rekan puskesmas dan tenaga sektor lain yang ada di desa.
14. Menghadiri rapat lokakarya mini puskesmas setiap bulan.
15. Melaksanakan upaya kesehatan sekolah di wilayah kerjanya.
16. Merujuk penderita dengan kelainan jiwa, dan melakukan perawatan/pengobatan
tindak lanjut pasien dengan kelainan jiwa yang dirujuk oleh puskesmas.

II. 15. PERAN DAN FUNGSI KADER


Peran:

Pelaku penggerak masyarakat dalam pendataan PHBS, kadarzi, dan kondisi rumah,
pengamatan sederhana berbasis masyarakat, peningkatan PHBS, Kadarzi, dan
kesehatan lingkungan, peningkatan kesehatan ibu, bayi, dan balita.

Peran tambahan, membantu dalam penanggulangan kegawat-daruratan sehari-hari,


penyiapan untuk menghadapi bencana dan pengelolaan pos kesehatan desa
(poskesdes) atau UKBM lainnya.

Fungsi:

Melakukan pencatatan, memantau, dan evaluasi kegiatan Poskesdes kegiatan bersama


bidan.

Mengembangkan dan mengelola UKBM (PHBS, Kesling, KIBB-Balita, Kadarzi,


Dana Sehat, TOGA, dll).

Mengidentifikasi dan melaporkan kejadian masyarakat yang berdampak terhadap


kesehatan masyarakat (surveilance ber-basis masyarakat).

Pemecahan masalah bersama masyarakat.

II.16. ANALISIS MASALAH


Dalam menganalisis masalah digunakan metode pendekatan sistem untuk mencari
kemungkinan penyebab dan menyusun pendekatan-pendekatan masalah, dari pendekatan
sistem ini dapat ditelusuri hal-hal yang mungkin menyebabkan munculnya permasalahan
rendahnya Cakupan Bayi yang mendapat ASI Eksklusif di wilayah Puskesmas Tempuran,
Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang. Adapun sistem yang diutarakan disini adalah

sistem terbuka pelayanan kesehatan yang dijabarkan sebagai berikut :

LINGKUNGAN
Fisik, Kependudukan, Sosial Budaya, Sosial Ekonomi, Kebijakan

INPUT

PROSES
P1
P2
P3

Man
Money
Method
Material
Machine

OUTPUT

OUTCOM
E

IMPACT

Gambar 1. Analisis Pemecahan Masalah Dengan Pendekatan Sistem

Masalah yang timbul terdapat pada output dimana hasil kegiatan tidak sesuai
standar minimal. Hal yang penting pada upaya pemecahan masalah adalah kegiatan dalam
rangka pemecahan masalah harus sesuai dengan penyebab masalah tersebut,
berdasarkan pendekatan sistern masalah dapat terjadi pada input, lingkungan maupun proses.

II.16.1. Kerangka Pikir Pemecahan Masalah


1) Masalah
Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin dicapai,
menetapkan indikator tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja. Kemudian
mempelajari keadaan yang terjadi dengan menghitung atau mengukur hasil
pencapaian. Yang terakhir membandingkan antara keadaan nyata yang terjadi,
dengan keadaan tertentu yang diinginkan atau indikator tertentu yang sudah
ditetapkan.
2) Penentuan Penyebab Masalah
Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan
dengan curah pendapat. Penentuan penyebab masalah dilakukan dengan
menggunakan fishbone. Hal ini hendaknya jangan menyimpang dari masalah
tersebut.

3) Memilih Penyebab yang Paling Mungkin


Penyebab masalah yang paling mungkin harus dipilih dari sebab-sebab
yang didukung oleh data atau konfirmasi dan pengamatan.
4) Menentukan Alternatif Pemecahan Masalah
Seringkali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari
penyebab yang sudah diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas maka dapat
langsung pada alternatif pemecahan masalah.
5) Penetapan Pemecahan Masalah Terpilih
Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan
pemilihan pemecahan terpilih. Apabila ditemukan beberapa alternatif maka
digunakan Kriteria Matriks untuk menentukan/memilih pemecahan terbaik.
6) Penyusunan Rencana Penerapan
Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA (Plan
of Action atau Rencana Kegiatan).
7) Monitoring dan evaluasi
Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan pemecahan
masalah yang sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan
menyangkut masalah itu sendiri, apakah permasalahan sudah dapat
dipecahkan.
Setelah melalui berbagai proses, maka berdasarkan penyebab masalah dapat
ditentukan alternatif pemecahan masalah dan dari hasil pemecahan masalah akan
dibuat rencana untuk penatalaksanaannya secara rinci dalam bentuk Plan of Action.

Berdasarkan gambaran kasus yang dibahas pada bab sebelumnya, maka


ditemukan beberapa masalah yang akan dibahas dengan menggunakan bahan
pendekatan pemecahan masalah sebagai berikut :

1. Identifikasi Masalah

8.Monitoring dan evaluasi

2. Penentuan proritas masalah

3. Penentuan penyebab masalah

7. Penentuan rencana penerapan

6. Penetapan pemecahan
masalah terpilih

4. Memilih penyebab yang paling


mungkin

5. Menentukan alternatif pemecahan


masalah

Gambar 2. Siklus Pemecahan Masalah


II.16.2. Analisis Penyebab Masalah
Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan dengan
curah pendapat. Untuk membantu menentukan kemungkinan penyebab masalah dapat
dipergunakan diagram fish bone. Metode ini berdasarkan pada kerangka pendekatan
sistem, seperti yang tampak pada gambar di bawah ini :
INPUT
MAN
MONEY

METHODE
MACHINE

MATERIAL
MASALAH

P1
P3
P2
LINGKUNGAN
PROSES

Gambar 3. Diagram fish bone


II.16.3.Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah
Setelah melakukan analisis penyebab maka langkah selanjutnya yaitu
menyusun alternatif pemecahan masalah.
II.16.4.Penentuan Pemecahan Masalah Dengan Kriteria Matriks Mengunakan
Rumus M x I x V/C
Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya
dilakukan penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan prioritas
alternatif pemecahan masalah dapat dilakukan dengan menggunakan metode kriteria
matriks MxIxV/C. Berikut ini proses penentuan prioritas alternatif pemecahan
masalah dengan menggunakan metode kriteria matriks :

Magnitude (M) adalah besarnya penyebab masalah dari pemecahan masalah yang
dapat diselesaikan. Makin besar (banyak) penyebab masalah yang dapat
diselesaikan dengan pemecahan masalah, maka semakin efektif.

Importancy (I) adalah pentingnya cara pemecahan masalah. Makin penting cara
penyelesaian dalam mengatasi penyebab masalah, maka semakin efektif.

Vulnerability (V) adalah sensitifitas cara penyelesaian masalah. Makin sensitif


bentuk penyelesaian masalah, maka semakin efektif.

Cost (C) adalah perkiraan besarnya biaya yang diperlukan untuk melakukan
pemecahan masalah. Masing-masing cara pemecahan masalah diberi nilai 1-5.10

Magnitude
1=Tidak

Importancy

Vulnerability

Cost

1=Tidak penting

1 = Tidak sensitif

1=Sangat murah

2=Kurang penting

2 = Kurang sensitif

2=Murah

3=Cukup penting

3 = Cukup sensitif

3=Cukup murah

magnitude
2=Kurang
magnitude
3=Cukup
magnitude

4= Magnitude

4=Penting

4 = Sensitif

4=kurang Murah

5=Sangat

5=Sangat penting

5 = Sangat sensitif

5=Tidak murah

magnitude

II.16.5 Pembuatan Plan of Action dan Gann Chart


Setelah melakukan penentuan pemecahan masalah maka selanjutnya
dilakukan pembuatan plan of action serta Gann Chart, halaman ini bertujuan untuk
menentukan perencanaan kegiatan.9

BAB III
KERANGKA PENELITIAN

III.1 KERANGKA TEORI


INPUT
Man
Money
Method

Material
Machine

: Petugas Kesehatan
(bidan,kader)
: DanaBOK
: Penyuluhan ASI Eksklusif
dan
Pencatatan ibu
yang melaksanakan ASI
ekslusif
: Tempat pelaksaan
program ASI eksklusif
: leaflet tentang ASI

PROSES
-Pelaksanaan jadwal rutin
dilakukannya program
ASI ekslusif
-Pencatatan dan pelaporan
tentang cakupan ASI
eksklusif

LINGKUNGAN
Ibu dan balita usia 6-12
bulan

Cakupan pemberian ASI


EKSKLUSIF
Gambar 3. Kerangka Teori

III.2 KERANGKA KONSEP


Bidan Desa
- Tugas dan fungsi promosi
-Tugas dan fungsi
pelayanan
-Sistem pencatatan dan
pelaporan
-Jadwal Kegiatan

Ibu
Faktor Lingkungan:
-Pendidikan
-Pekerjaan
-Pengetahuan tentang ASI
Eksklusif
-Perilaku
-Sosial budaya

Cakupan pemberian ASI


EKSKLUSIF di Dusun
Pakeron, Desa
Sumberarum
Gambar 4 . Kerangka Konsep

Kader
Peran dan fungsi kader

BAB IV
ANALISA MASALAH

Berdasarkan dari data cakupan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif di puskesmas
Tempuran, Desa Sumberarum merupakan peringkat ke dua dalam kecamatan Tempuran.
No.

Nama Desa

Sasaran

Bulan Mei

Bayi

Kumulatif
Absolut

Presentasi

Ranking

Ringinanom

61

48

78,69 %

Sumberarum

42

37

88,10 %

IX

Sidoagung

68

57

83,82 %

VIII

Tanggulrejo

29

23

79,31 %

VI

Kalisari

21

29

138,10 %

XIV

Girirejo

14

50 %

Tempurejo

41

41

100 %

XIII

Prajeksari

15

12

80 %

VII

Tugurejo

16

50 %

II

10

Jogomulyo

59

53

89,83 %

11

Growong

10

70 %

IV

12

Temanggal

100 %

XI

13

Pringombo

200 %

XV

14

Kemutuk

100 %

XII

15

Bawang

13

53,85 %

III

Você também pode gostar