Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
bertahan hingga umur 16-17 tahun. Dari kelompok terakhir ini ada sebagian kecil
yang bertahan secara persisten sampai dewasa bila tidak ditangani.1,2
Bila fimosis menghambat kelancaran berkemih seperti balloning maka
sisa-sisa urin mudah terjebak di bagian dalam preputium dan menjadi ladang
subur bagi pertumbuhan bakteri, maka berakibat terjadi infeksi saluran kemih
(ISK) 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ikat yang disebut tunica albuginea, satu lapisan jaringan kolagen yang padat dan
diluarnya ada jaringan yang kurang padat yang disebut fascia buck. 8,9
Korpus kavernosa terdiri dari gelembung-gelembung yang disebut
sinusoid. Dinding dalam atau endothel sangat berperan untuk bereaksi kimiawi
untuk menghasilkan ereksi. Ini diperdarahi oleh arteriol yang disebut arteria
helicina. Seluruh sinusoid diliputi otot polos yang disebut trabekel. Selanjutnya
sinusoid
berhubungan
dengan
venula
(sistem
pembuluh
balik)
yang
relaksasi atau pelebaran pembuluh darah sehingga aliran darah bertambah besar
dan cepat kemudian berkumpul di dalam rongga-rongga lakunar atau sinusoid.
Rongga sinusoid membesar sehingga terjadilah ereksi. Sebaliknya darah yang
mengalir dari sinusoid ke luar melalui satu pleksus yang terletak di bawah tunica
albugenia. Bila sinusoid dan trabekel tadi mengembang karena berkumpulnya
darah di seluruh korpus kavernosa, maka vena-vena di sekitarnya menjadi
tertekan. Vena-vena di bawah tunica albuginea ini bergabung membentuk vena
dorsalisprofunda lalu ke luar dari Corpora Cavernosa pada rongga penis ke sistem
vena yang besar.4
lahir.
Fimosis
ini
bukan
karena
adanya
faktor
sempit.
seakan-akan
Sebenarnya
terlihat
merupakan
kondisi normal pada anak-anak, bahkan sampai masa remaja. Kulit preputium
selalu melekat erat pada glans penis dan tidak dapat ditarik ke belakang pada
saat lahir, namun seiring bertambahnya usia serta diproduksinya hormon dan
faktor pertumbuhan, terjadi proses keratinisasi lapisan epitel dan deskuamasi
antara glans penis dan lapis bagian dalam preputium sehingga akhirnya kulit
preputium terpisah dari glans penis.
b. Fimosis didapat (fimosis patologik, fimosis yang sebenarnya, true phimosis)
timbul kemudian setelah lahir.
Fimosis Patologis didefinisikan
sebagai ketidakmampuan untuk
menarik
preputim
setelah
Hal ini berkaitan dengan kebersihan (higiene) yang buruk, peradangan kronik
glans penis dan kulit preputium (balanoposthitis kronik), atau penarikan
berlebihan kulit preputium (forceful retraction) pada fimosis kongenital yang
akan menyebabkan pembentukkan jaringan ikat (fibrosis) dekat bagian kulit
preputiumyang membuka. Rickwood mendefinisikan fimosis patologis adalah
kulit distal penis (preputium) yang kaku dan tidak bisa ditarik, yang disebabkan
oleh Balanitis Xerotica Obliterans (BXO).8
Fimosis Patologis
6
2.4 Patofisiologi6-9
Fimosis yang fisiologis merupakan hasil dari adhesi lapisan-lapisan epitel
antara preputium bagian dalam dengan glans penis. Ereksi penis yang terjadi
secara berkala membuat preputium terdilatasi perlahan-lahan sehingga preputium
menjadi retraktil dan tidak dapat ditarik kearah proksimal. Jadi seiring dengan
bertambahnya usia fimosis fisiologis akan hilang.
Higienitas yang buruk pada daerah sekitar penis dan adanya balanitis atau
balanophostitis berulang yang mengarah terbentuknya scar pada orificium
preputium dapat mengakibatkan fimosis patologis. Retraksi preputium secara
paksa juga dapat mengakibatkan luka kecil pada orificio preputium yang dapat
mengarah ke scar dan berlanjut ke fimosis. Pada orang dewasa yang belum
berkhitan memiliki risiko fimosis sekunder karena kehilangan elastisitas kulit.
Pada kasus fimosis, lubang yang terdapat di prepusium sempit sehingga
tidak bisa ditarik mundur dan glans penis sama sekali tidak bisa dilihat. Kadang
hanya tersisa lubang yang sangat kecil di ujung prepusium. Pada kondisi ini, akan
terjadi fenomena balloning dimana preputium mengembang saat berkemih
karena desakan pancaran urine yang tidak diimbangi besarnya lubang di ujung
prepusium. Bila fimosis menghambat kelancaran berkemih, seperti pada balloning
maka
sisa-sisa
urine
mudah
terjebak di dalam
preputium. Hal
ini
bisa
lapisan
dalam
prepusium
terdapat
kelenjar
sebacea
yang
mati
dan bakteri.
kotoran ini
mudah
prepusium
dengan
glans
penis,
debris
dan
sel
Ada pula kondisi lain akibat infeksi yaitu balanopostitis. Pada infeksi ini
terjadi peradangan pada permukaan preputium dan glans penis. Terjadi
pembengkakan kemerahan dan produksi pus di antara glans penis dan prepusium.
2.5 Manisfestasi Klinis1,6
1. Menggelembungnya ujung prepusium penis pada saat miksi dan dapat
menimbulkan retensi urine. Hal tersebut disebabkan oleh karena urine
yang keluar terlebih dahulu masuk ke ruang antara prepusium dan glans
penis yang akan teregang membentuk kandung sebelum keluar melalui
muaranya yang sempit.
2. Gangguan aliran urine berupa sulit BAK, pancaran urine mengecil,
kadang-kadang menetes atau memancar dengan arah yang tidak diduga.
3. Biasanya bayi/anak menangis dan mengejan saat buang air kecil karena
timbul rasa sakit.
4. Higienelokal yang kurang bersih dapat menyebabkan terjadinya infeksi
pada prepusium (postitis), infeksi pada glans penis (balanitis), atau infeksi
pada glans dan prepusium penis (balanopostitis). Balanopostitis sukar
sembuh karena tindak hygiene biasa untuk membersihkan glans dan
permukaan dalam prepusium tidak dapat dilakukan.
5. Kadang pasien dibawa berobat oleh orangtuanya karena ada benjolan
lunak di ujung penis yang tak lain adalah korpus smegma yaitu timbunan
smegma di dalam sakus prepusium penis. Smegma terjadi dari sel-sel
mukosa prepusium dan glans penis yang mengalami deskuamasi oleh
bakteri yang ada di dalamnya.
2.6 Diagnosis1,6
Untuk menegakkan diagnosis didapatkan dari anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Pada anamnesis biasanya didapatkan keluhan berupa ujung kemaluan
menggembung saat buang air kecil, adanya gangguan aliran urine berupa pancaran
urine mengecil, bayi yang menangis dan mengejan saat buang air kecil karena
timbul rasa sakit, serta manifestasi klinis fimosis lainnya.
Pada pemeriksaan fisik kasus fimosis, dapat ditemukan kulit yang tidak
dapat diretraksi melewati gland penis, korpussmegma, inflamasi pada prepusium
atau pada glans penis. Pada fimosis fisiologis, bagian preputial orifice tidak ada
luka dan terlihat sehat, sedangkan pada fimosis patologis terdapat jaringan fibrus
berwana putih yang melingkar.
2.7 Penatalaksanaan1,8,9,10
1. Terapi Konservatif
Sebagai pilihan terapi konservatif dapat diberikan salep kortikoid (0,050,1%) dua kali sehari selama 20-30 hari. Tetapi ini tidak dianjurkan untuk bayi
dan anak anak yang masih memakai popok, tetapi dapat dipertimbangkan
untuk usia sekitar 3 tahun.
Tidak dianjurkan melakukan dilatasi atau retraksi yang dipaksakan pada
fimosis, karena menimbulkan luka dan terbentuk sikatriks pada ujung
prepusium sebagai fimosis sekunder. Fimosis yang disertai balanitis xerotika
obliterans dapat dicoba diberikan salep deksametasone 0,1% yang dioleskan 3
atau 4 kali per hari. Diharapkan setelah pemberian selama 6 minggu,
prepusium dapat diretraksi spontan.
Pada kasus dengan komplikasi, seperti infrksi saluran kemih yang berulang
atau balloning kulit prepusium saat miksi, sirkumsisi harus segera dilakukan
tanpa memperhitungkan usia pasien.
2. Preputialplasty
Merupakan suatu teknik bedah plastic untuk memperbesar lubang
prepusium tanpa membuang jaringan lokal.
3. Sirkumsisi
Indikasi medis utama dilakukannya tindakan sirkumsisi pada anak-anak
adalah fimosis patologik. Pada fimosis yang menimbulkan keluhan miksi,
menggelembungnya ujung prepeusium pada saat miksi, atau fimosis yang
disertai dengan infeksi postitis atau balanitis merupakan indikasi untuk
dilakukan sirkumsisi. Tentunya pada balanitis atau postitisharus diberi
antibiotika dahulu sebelum sirkumsisi. Bila ada balanopostitis, sebaiknya
dilakukan sayatan dorsal terlebih dahulu yang disusul dengan sirkumsisi
sempurna setelah radang mereda.
Prosedur Teknik Dorsumsisi adalah teknik sirkumsisi dengan cara
memotong preputium pada bagian dorsal pada jam 12 sejajar sumbu panjang
penis ke arah proksimal, kemudian dilakukan pemotongan sirkuler kekiri dan
kekanan sejajar sulcus coronarius. Langkahnya:
1. Disinfeksi penis dan sekitarnya dengan cairan disinfeksi
2. Persempit lapangan tindakan dengan doek lubang steril
3. Lakukan anestesi infiltrasi subkutan dimulai dari pangkal penis
melingkar. Bila perlu tambahkan juga pada daerah preputium yang
akan dipotong dan daerah ventral.
4. Tunggu 3 5 menit dan yakinkan anestesi lokal sudah bekerja dengan
mencubitkan pinset
5. Bila didapati fimosis, lakukan dilatasi dengan klem pada lubang
preputium, lepaskan perlengketannya dengan glans memakai sonde
atau klem sampai seluruh glans bebas. Bila ada smegma, dibersihkan.
6. Jepit kulit preputium sebelah kanan dan kiri garis median bagian dorsal
dengan 2 klem lurus. Klem ketiga dipasang pada garis tengah ventral.
(Prepusium dijepit klem pada jam 11, 1 dan jam 6 ditarik ke distal)
10
sampai
sentimeter
dari
sulkus
koronarius
8. Pindahkan klem (dari jam 1 dan 11) ke ujung distal sayatan (jam 12
dan 12). Insisi meingkar kekiri dan kekanan dengan arah serong
menuju frenulum di distal penis (pada frenulum insisi dibuat agak
meruncing (huruf V), buat tali kendali).
9. Cari perdarahan dan klem, ikat dengan benang plain catgut yang
disiapkan.
10. Setelah diyakini tidak ada perdarahan (biasanya perdarahan yang
banyak ada di frenulum) siap untuk dijahit.Penjahitan dimulai dari
dorsal (jam 12), dengan patokan klem yang terpasang dan jahitan
kedua pada bagian ventral (jam 6). Tergantung banyaknya jahitan yang
diperlukan, selanjutnya jahitan dibuat melingkar pada jam 3,6,9,12 dan
seterusnya.
11
11. Luka ditutup dengan kasa atau penutup luka lain, dan diplester.
Lubang uretra harus bebas dan sedapat mungkin tidak terkena urin
Komplikasi dari sirkumsisi termasuk:
1.
Sepsis
2.
3.
4.
Fistel uretrokutan.
Hipospadia
2.
3.
Micropenis
4.
2.8 Komplikasi6
1. Ketidaknyamanan atau nyeri saat berkemih
2. Akumulasi sekret dan smegma di bawah preputium yang kemudian
terkena infeksi sekunder dan akhirnya terbentuk jaringan parut.
3. Pada kasus yang berat dapat menimbulkan retensi urin.
4. Infeksi pada pada glans penis (balanitis), prepusium (postitis), atau
keduanya (balanopostitis)
5. Infeksi saluran kemih (ISK)
12
Jika
prepusium
tidak
superfisial, sedangkan aliran arteri tetap berjalan normal. Hal ini menyebabkan
edema glans penis dan dirasakan nyeri. Jika dibiarkan bagian penis di sebelah
distal jeratan makin membengkak yang akhirnya bias mengalami nekrosis glans
penis, warnanya akan menjadi biru atau hitam dan glans penis akan terasa keras
saat di palpasi.
Balanopostitis
Balanitis
adalah
istilah
untuk
peradangan
glans
penis.
Postitis
secara
lembut,
mandi
dan
beta
hemolitik
streptokokus
merupakan
13
anak
laki-laki
dibawah
umur
tahun.
Gejala
klinsinya
yaitu
dapat
dilakukan
dengan
biopsi,
yang
menunjukkan
2.10
Prognosis
Prognosis dari fimosis akan semakin baik bila cepat didiagnosis dan
ditangani dengan tepat. Tidak ada catatan aspek jangka panjang pada fimosis
fisiologis. Jika terjadi setelah pubertas pada saat memasuki hubungan seksual,
bagaimanapun dapan menyebabkan gangguan aktivitas seksual.
15
BAB III
KESIMPULAN
Fimosis adalah suatu kelainan dimana preputium penis yang tidak dapat
diretraksi (ditarik) ke proksimal sampai ke korona glandis. Pada fimosis terjadi
penyempitan pada ujung prepusium. Kelainan ini menyebabkan bayi atau anak
sulit berkemih, sehingga prepusium menggelembung seperti balon. Hal ini dapat
menyebabkan gangguan aliran urine berupa sulit BAK, pancaran urine mengecil,
menggelembungnya ujung prepusium penis pada saat miksi, dan menimbulkan
retensi urine. Higiene lokal yang kurang bersih menyebabkan terjadinya infeksi
pada prepusium (postitis), infeksi pada glans penis (balanitis) atau infeksi pada
glans dan prepusium penis (balanopostitis).
Tidak dianjurkan melakukan dilatasi atau retraksi yang dipaksakan pada
fimosis karena dapat menimbulkan luka dan terbentuknya sikatrik pada ujung
prepusium. Pada fimosis yang menimbulkan keluhan miksi, menggelembungnya
ujung prepeusium pada saat miksi, atau fimosis yang disertai dengan infeksi
postitis atau balanitis merupakan indikasi untuk dilakukan sirkumsisi. Tentunya
pada balanitis atau postitis harus diberi antibiotika dahulu sebelum sirkumsisi.
16
DAFTAR PUSTAKA
A.
Fimosis`dan
Parafimosis.
Tim
Penyusun
Panduan
17