Você está na página 1de 13

A.

Pengertian
Gastritis adalah inflamasi (pembengkakan ) dari mukosa lambung. Inflamasi ini
mengakibatkan sel darah putih menuju kedinding lambung sebagai respon terjadinya
kelainan pada bagian tersebut (Sujoono Hadi, 2003)
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung
yang dapat bersifat akut, kronis, difus, atau local. Dua jenis gastritis yang paling
sering terjadi adalah gastritis superficial akut dan gastritis atrofik kronis. (Sylvia A.
Price, 2005).
Gastritis Akut adalah inflamasi mukosa lambung akibat diet yang sembrono
atau disebabkan oleh pencernaan asam atau alkali yang dapat menyebab kan
mukosa menjadi

alakali /ganggren peforasi

sedangkan Gastritis kronik

adalah

inflamasi yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung
atau karena bakteri helicobacteri pillory. (Smeltzer ,2001)
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa gastritis adalah inflamasi
atau peradangan/perdarahan pada mukosa lambung yang disebabkan oleh pencernaan
asam atau alkali sehingga menimbulkan perfporasi pada lambung.
B. Etiologi
Lambung adalah sebuah kantung otot yang kosong, terletak pada bagian kiri atas
perut tepat dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa mempunyai panjang berkisar
antara 10 inchi dan dapat mengembang untuk menampung makanan atau minuman
sebanyak 1 gallon. Bila lambung dalam keadaan kosong, maka ia akan melipat, mirip
seperti sebuah akordion. Ketika lambung mulai terisi dan mengembang, lipatan lipatan tersebut secara bertahap membuka.
Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara bertahap
melepaskannya ke dalam usus kecil. Ketika makanan masuk ke dalam esophagus,
sebuah cincin otot yang berada pada sambungan antara esophagus dan lambung
(esophageal sphincter) akan membuka dan membiarkan makanan masuk ke lambung.
Setelah masuk ke lambung cincin in menutup. Dinding lambung terdiri dari lapisan
lapisan otot yang kuat. Ketika makanan berada di lambung, dinding lambung akan
mulai menghancurkan makanan tersebut. Pada saat yang sama, kelenjar - kelenjar
yang berada di mukosa pada dinding lambung mulai mengeluarkan cairan lambung
(termasuk enzim - enzim dan asam lambung) untuk lebih menghancurkan makanan
tersebut.
Salah satu komponen cairan lambung adalah asam hidroklorida. Asam ini sangat
korosif sehingga paku besi pun dapat larut dalam cairan ini. Dinding lambung
1

dilindungi oleh mukosa - mukosa bicarbonate (sebuah lapisan penyangga yang


mengeluarkan ion bicarbonate secara regular sehingga menyeimbangkan keasaman
dalam lambung) sehingga terhindar dari sifat korosif asam hidroklorida. Gastritis
biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung ini kewalahan dan mengakibatkan rusak
dan meradangnya dinding lambung. Beberapa penyebab yang dapat mengakibatkan
terjadinya gastritis antara lain (Sudoyo, 2006) :
1. Infeksi bakteri.
Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri H. Pylori yang hidup di
bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung. Walaupun tidak
sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat ditularkan, namun
diperkirakan penularan tersebut terjadi melalui jalur oral atau akibat memakan
makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi H. pylori
sering terjadi pada masa kanak kanak dan dapat bertahan seumur hidup jika
tidak dilakukan perawatan. Infeksi H. pylori ini sekarang diketahui sebagai
penyebab utama terjadinya peptic ulcer dan penyebab tersering terjadinya
gastritis. Infeksi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan peradangan
menyebar yang kemudian mengakibatkan perubahan pada lapisan pelindung
dinding lambung. Salah satu perubahan itu adalah atrophic gastritis, sebuah
keadaan dimana kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung secara perlahan rusak.
Peneliti menyimpulkan bahwa tingkat asam lambung yang rendah dapat
mengakibatkan racun-racun yang dihasilkan oleh kanker tidak dapat dihancurkan
atau dikeluarkan secara sempurna dari lambung sehingga meningkatkan resiko
(tingkat bahaya) dari kanker lambung. Tapi sebagian besar orang yang terkena
infeksi H. pylori kronis tidak mempunyai kanker dan tidak mempunyai gejala
gastritis, hal ini mengindikasikan bahwa ada penyebab lain yang membuat
sebagian orang rentan terhadap bakteri ini sedangkan yang lain tidak.
2. Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus.
Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan
naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara mengurangi
prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung. Jika pemakaian obatobat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah lambung akan
kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau pemakaian
yang berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer.
3. Penggunaan alkohol secara berlebihan

Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan
membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun pada
kondisi normal.
4. Penggunaan kokain
Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan pendarahan dan gastritis.
5. Stress fisik.
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi berat
dapat menyebabkan gastritis dan juga borok serta pendarahan pada lambung.
6. Kelainan Autoimune
Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang
sel-sel sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal ini mengakibatkan
peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding lambung, menghancurkan
kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan menganggu produksi faktor
intrinsic (yaitu sebuah zat yang membantu tubuh mengabsorbsi vitamin B-12).
Kekurangan B-12, akhirnya, dapat mengakibatkan pernicious anemia, sebuah
konsisi serius yang jika tidak dirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam
tubuh. Autoimmune atrophic gastritis terjadi terutama pada orang tua.
7. Penyakit Crohns
Walaupun penyakit ini biasanya menyebabkan peradangan kronis pada dinding
saluran cerna, namun kadang-kadang dapat juga menyebabkan peradangan pada
dinding lambung. Ketika lambung terkena penyakit ini, gejala-gejala dari Crohns
disease (yaitu sakit perut dan diare dalam bentuk cairan) tampak lebih menyolok
daripada gejala-gejala gastritis.
8. Radiasi and kemoterapi
Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat mengakibatkan
peradangan pada dinding lambung yang selanjutnya dapat berkembang menjadi
gastritis dan peptic ulcer. Ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan
yang terjadi biasanya sementara, tapi dalam dosis besar akan mengakibatkan
kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat mengikis dinding lambung serta
merusak kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung.
9. Faktor-faktor lain
Gastritis sering juga dikaitkan dengan konsisi kesehatan lainnya seperti
HIV/AIDS, infeksi oleh parasit, dan gagal hati atau ginjal.
C. Tanda dan Gejala
1. Gastritis Akut
Pada pasien dengan gastritis akut , membran mukosa lambung menjadi edema dan
hiperemik (kongesti dengan jaringan, cairan, dan darah) dan mengalami erosi
3

superfisial, bagian ini mensekresikan sejumlah getah lambung, yang mengandung


sedikit asam tetapi banyak mukus. Ulserasi supefisial dapat terjadi dan dapat
menimbulkan hemoragi. Pasien dapat mengalami ketidaknyamanan, sakit kepala,
malas, mual, anoreksia, dan sering disertai dengan muntah dan cegukan.
Mukosa lambung dapat memperbaiki diri sendiri setelah mengalami gastritis.
Kadang-kadang, hemoragi memerlukan intervensi bedah. Bila makanan
pengiritasi tidak dimuntahkan tetapi mencapai usus, dapat mengakibatkan kolik
diare dan diare. Biasanya, pasien sembuh kira-kira sehari, meskipun napsu makan
H. phylori
Kafein
Obat-obatan
mungkin (NSIAD,
menurun aspirin,
selama 2 atau 3 hari
kemudian
steroid,
2. sulfanomida
Gastritis Kronis
Gastritis
kronis dapat diklasifikasikan tipe A atau tipe B. Tipe A (sering disebut
digitalis)
Melekat pada epitel me produksi bikarbonat
sebagai gastritis autoimun) diakibatkan
dari perubahan sel (HCO
parietal,
lambung
-) yang
3
Mengganggu
Menghancurkan lapisan
menimbulkan atropi dan infiltrasi sel. Hal ini dihubungkan dengan penyakit
pembentukan sawar
mukosa sel lambung
meatau
kemampuan
otoimun,
seperti
anemia
pernisiosa
dan terjadi pada fundus
korpus dari
mukosa lambung
protektif terhadap asam

lambung.
me
barrier
lambung
Tipe B (kadang
disebut
sebagai
gastritis H. pylory) Ini dihubungkan dengan
terhadap asam dan pepsin

bakteri H. pylory, faktor diet seperti minum panas atau pedas, penggunaan obatobatan dan
alkohol, merokok
atau
refluks isi usus kedalam lambung. H. Pylori
Menyebabkan
difusi
kembali
asam lambung
& pepsin
termasuk bakteri
yang tidak
tahan asam, namun bakteri jenis ini dapat

mengamankan dirinya pada lapisan mukosa lambung. Keberadaan bakteri ini


dalam
mukosa lambung menyebabkan lapisan lambung melemah dan rapuh
Inflamasi
Erosi mukosa
lambung

sehingga asam lambung dapat menembus lapisan tersebut. Dengan demikian baik
Nyeriasam
epigastrium
lambung maupun bakteri menyebabkan luka atau tukak. Pada gastritis tipe

B, pasien mengeluh anoreksia, nyeri ulu hati setelah makan, kembung, rasa asam
Mukosa lambung
kehilangan
me sensori
integritas
jaringan
untuk makan

di mulut, dan mual juga muntah.

Dx :Gangguan
rasa nyaman
:
D. Pathway
nyeri

Anoreksia

me tonus &
perisaltik lambung
Refluks isi
deudenum ke
lambung

Perdarahan

Mual

Dorongan ekspulsi
isi lambung ke
mulut

Muntah
Proses infeksi dan
inflamasi

Ketidakseimbanga
n nutrisi kurang
Dx
dari kebutuhan
Hipertermia
Dx :Kekurangan
volume cairan

Kecemasan
Klien akibat
Gejala penyakit

DxDimodifikasi
: Ansietas dari Price (2006);McPhee (2010); Hadi Sujono (2002)

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. Pylori dalam darah. Hasil
test yang positif menunjukan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada
suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukan bahwa pasien tersebut
terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa Anemia, yang
terjadi akibat pendarahan lambung akibat Gastritis.
2. Pemeriksaan Pernafasan
Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H. Pylori atau
tidak.
3. Pemeriksaan Feses
Tes ini memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang
positif mengindikasikan terjadi infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap
adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukan adanya perdarahan pada lambung.
4. Endoskopi
Dengan test ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian
atas yang mungkin tidak terlihat dengan sinar-X. Test ini dilakukan dengan cara
memesukan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan
masuk kedalam esopagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan
terlebih dahulu dimati-rasakan (anestesi) sebelum endoskop dimasukan untuk
memastikan pasien merasa nyaman menjalani test ini. Jika ada jaringan dalam
5

saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel
(biopsi) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium
untuk diperiksa. Test ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien
biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika selesai test ini, tetapi harus
menunggu sampai efek dari anestesi menghilang, kurang lebih satu atau dua jam.
Hampir tidak ada resiko akibat test ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa
tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
5. Radiologi
Test ini akan melihat adanya tanda-tanda Gastritis atau penyakit pencernaan
lainnya. Biasanya pasien akan diminta menelan cairan Barium terlebih dahulu
sebelum dilakukan Ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan
terlihat lebih jelas ketika dironsen.
F. Penatalaksanaan Medis
1. Gastritis Akut
Menurut Smeltzer, (2001) penatalaksanaan medis pada pasien gastritis akut diatasi
dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari alcohol dan makanan yang
asam sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet
mengandung gizi dianjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara
parenteral. Bila perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa dengan
prosedur yang dilakukan untuk hemoragi saluran gastrointestinal atas. Bila
gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam, pengobatan
terdiri dari pengenceran dan penetralisasian agen penyebab. Untuk menetralisir
asam digunakan antacid umum. Dan bila korosi luas atau berat dihindari karena
bahaya perforasi.
2. Gastritis Kronis
Menurut Smeltzer, (2001) penatalaksanaan medis pada pasien gastritis kronik
diatasi dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan istirahat, mengurangi
stress dan memuli farmakoterapi. Helicobacter pylori dapat diatasi dengan
antibiotic (mis; tetrasiklin atau amoxicillin) dan garam bismuth (pepto bismol)
atau terapi H.Phylory. Terapi terhadap H. Pylori. Terdapat beberapa regimen
dalam mengatasi infeksi H. pylori. Yang paling sering digunakan adalah
kombinasi dari antibiotik dan penghambat pompa proton. Terkadang ditambahkan
pula bismuth subsalycilate. Antibiotik berfungsi untuk membunuh bakteri,
penghambat pompa proton berfungsi untuk meringankan rasa sakit, mual,
menyembuhkan inflamasi dan meningkatkan efektifitas antibiotik. Terapi terhadap
6

infeksi H. pylori tidak selalu berhasil, kecepatan untuk membunuh H. pylori


sangat beragam, bergantung pada regimen yang digunakan. Akan tetapi kombinasi
dari tiga obat tampaknya lebih efektif daripada kombinasi dua obat. Terapi dalam
jangka waktu yang lama (terapi selama 2 minggu dibandingkan dengan 10 hari)
juga tampaknya meningkatkan efektifitas. Untuk memastikan H. pylori sudah
hilang, dapat dilakukan pemeriksaan kembali setelah terapi dilaksanakan.
Pemeriksaan pernapasan dan pemeriksaan feces adalah dua jenis pemeriksaan
yang sering dipakai untuk memastikan sudah tidak adanya H. pylori. Pemeriksaan
darah akan menunjukkan hasil yang positif selama beberapa bulan atau bahkan
lebih walaupun pada kenyataanya bakteri tersebut sudah hilang.
G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Perawat mengisi identitas pasien meliputi nama, usia, jenis kelamin, jenis
pekerjaan, alamat, suku atau bangsa, agama, dan tingkat pendidikan : bagi
orang yang tingkat pendidikan rendah/minim mendapatkan pengetahuan
tentang gastritis, maka akan menganggap remeh penyakit ini, bahkan hanya
menganggap gastritis sebagai sakit perut biasa dan akan memakan makanan
yang dapat menimbulkan serta memperparah penyakit ini.
b. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Meliputi perjalanan penyakitnya, awal dari gejala yang di rasakan klien,
keluhan timbul secara mendadak atau bertahap, factor pencetus, upaya yang di
lakukan untuk mengatasi masalah tersebut
c. Keluhan utama biasanya pada pasien gastritis yaitu mual, muntah, anoreksia
(yang di tandai dengan BB turun), sendawa, malaise, hematemesis
d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Meliputi penyakit yang berhubungan dengan penyakit sekarang, riwayat
kecelakaan, riwayat dirawat di rumah sakit dan riwayat pemakaian obat.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi adalah keluarga yang mempunyai penyakit keturunan seperti
hipertensi, jantung, DM, dan lain-lain.
f. Riwayat Psikososial
Meliputi mekanisme koping yang di gunakan klien untuk mengatasi masalah
dan bagaimana motivasi kesembuhan dan cara klien menerima keadaannya.
g. Pola kebiasaan Sehari-hari
Meliputi cairan, nutrisi, eliminasi, personal hygine, istirahat tidur, aktivitas
dan latihan serta kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan.
2. Pemeriksaan Fisik
1. B1 (breath)
7

Ditemukan takhipnea pada pasien


2. B2 (blood)
Ditemukan takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah, pengisian perifer
lambat dan warna kulit pucat.
3. B3 (brain)
Ditemukan sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu,
disorientasi, nyeri epigastrum.
4. B4 (bladder)
Ditemukan oliguri, gangguan keseimbangan cairan.
5. B5 (bowel)
Ditemukan anemia, anorexia,mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak toleran
terhadap makanan pedas.
6. B6 (bone)
Ditemukan kelelahan, kelemahan
Pemeriksaan yang di lakukan mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan
menggunakan 4 teknik yaitu palpasi, inspeksi, auskultasi, dan perkusi
1. Aktivitas dan Istirahat
Gejala : lemah, lemas, gangguan pola tidur dan istirahat, kram abdomen, nyeri
ulu hati.
: nyeri ulu hati saat istirahat

Tanda
2. Sirkulasi
Gejala : keringat dingin (menunjukkan status syok, nyeri akut, respon
psikologis)
3. Eliminasi
Gejala : bising usus hiperaktif atau hipoaktif, abdomen teraba keras.
Distensi peubahan pola BAB
Tanda : feses encer atau bercampur darah (melena), bau busuk, konstipasi.
4. Integitas Ego
Gejala : stress (keuangan, hubungan kerja). Perasaan tidak berdaya.
Tanda : ansietas, misalnya : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit,
gemetar.
5. Makanan dan cairan
Gejala : anoreksia, mual dan muntah, nyeri ulu hati, kram pada abdomen,
sendawa bau busa, penurunan berat badan.
Tanda : membrane mukosa kering, muntah berupa cairan yang berwarna
kekuning-kuningan, distensi abdomen, kram pada abdomen.
6. Neurosensori
Gejala : pusing, pandangan berkunang-kunang, kelemahan pada otot
Tanda : lethargi, disorientasi (mengantuk)
7. Nyeri dan Kenyamanan
Gejala : nyeri epigastrium kiri samping tengah atau ulu hati, nyeri yang
digambarkan sampai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih.
Tanda : meringis, ekspresi wajah tegang
8. Pernafasan
8

Gejala

: Sedikit sesak

3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung sekresi asam lambung
bikarbonat yang naik turun
b. Kekurangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan muntah)
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurangnya intake makanan
d. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi dan inflamasi
e. Ansietas berhubungan dengan proses penyakit yang diderita
4. Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa 1 : Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung sekresi asam
lambung bikarbonat yang naik turun
NOC : Pain Control
: Pain Level
: Comfort Level
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam maka nyeri dapat
dikontrol dengan kriteria hasil sebagai berikut :
- Klien mengatakan nyeri berkurang
- Klien mengatakan nyeri terkontrol
- TTV dalam batas normal
- Tidak ada gangguan tidur
NIC
1) Pantau keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas nyeri, dan skala nyeri
serta Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri segera saat mulai.
Rasional : Untuk mengetahui letak nyeri dan memudahkan intervensi yang
akan dilakukan. Intervensi dini pada kontrol nyeri memudahkan
pemulihan otot dengan menurunkan tegangan otot.
2) Pantau tanda-tanda vital
Rasional : Respon autonomik meliputi, perubahan pada TD, nadi, RR,
yang berhubungan dengan penghilangan nyeri.
3) Anjurkan istirahat selama fase akut
Rasional : Mengurangi nyeri yang diperberat oleh gerakan
4) Anjurkan teknik distraksi dan relaksasi
Rasional : Menurunkan tegangan otot, meningkatkan relaksasi, dan
meningkatkan rasa kontrol dan kemampuan koping
5) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian tindakan.
Rasional : Menghilangkan atau mengurangi keluhan nyeri klien

b. Kekurangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


intake yang tidak adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan muntah)
9

NOC : Fluid Balance


: Hydration
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam, maka kekurangan
volume cairan dapat diatasi dengan kriteria hasil sebagai berikut :
-

Membran mukosa lembab

Turgor kulit elastis

Input dan output seimbang

NIC
1. Kaji Turgor kulit
Rasional : Indicator dehidasi atau hipovolemia, keadekuatan penggantian
cairan
2. Awasi tanda-tanda vital, pengisian kapiler dan membran mukosa.
Rasional : Menunjukkan status dehidrasi atau kemungkinan kebutuhan
untuk peningkatan penggantian cairan.

3. Cata intake dan output cairan


Rasional : Mengganti cairan untuk masukan kalori yang berdampak pada
keseimbangan elektrolit
4. Berikan cairan tambahan IV sesuai indikasi.
Rasional : Mengganti kehilangan cairan dan memperbaiki keseimbangan
cairan dalam fase segera.
5. Kolaborasi pemberian cimetidine dan ranitidine
Rasional : Cimetidine dan ranitidine berfungsi untuk menghambat sekresi
asam lambung
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurangnya intake makanan
NOC : Nutritional Status : Adequacy of Nutrient
: Nutritional Status : Food and Fluid Intake
10

: Weight Control
Setelah dilakukan tindakan

keperawatan

selama

...x24

jam,

maka

ketidakseimbangan nutrisi dapat diatasi dengan kriteria hasil sebagai berikut:


- Keadaan Umum Cukup
- Turgor kulit elastis
- BB meningkat
NIC
1) Anjurkan pasien untuk makan dengan porsi yang sedikit tapi sering
Rasional : Menjaga nutrisi pasien tetap stabil dan mencegah rasa mual
muntah.
2) Berikan makanan yang lunak
Rasional : Untuk mempermudah pasien menelan
3) Lakukan oral hygiene
Rasional : Kebersihan mulut dapat merangsang nafsu makan pasien
4) Timbang BB dengan teratur
Rasional : Mengetahui perkembangan status nutrisi pasien
5) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi
Rasional : Pemberian nutrisi yang tepat sesuai dengan kebutuhan klien.
d. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi dan inflamasi
NOC : Thermoregulasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ....x24 jam, maka hipertermia
dapat diatasi dengan kriteria hasil sebagai berikut :
- Suhu 360C 37,50C
- Tidak ada perubahan warna kulit dan pusing
- Nadi 80 100 x/mnt
NIC
1) Monitor suhu secara teratur
Rasional : Memantau suhu klien secara berkala
2) Berikan minuman per oral
Rasional : Pasien dengan hipertermia banyak kehilangan cairan tubuh,
akibat metabolisme yang berlebihan
3) Berikan kompres hangat pada klien jika demam
Rasional : Kompres hangat dapat memperlebar (dilatasi) pembuluh darah
sehingga, mempercepat proses penurunan suhu tubuh.
4) Kolaborasi dalam pemberian antipiretik
Rasional : Pemberian antipiretik sebagai penurun panas
e. Ansietas berhubungan dengan proses penyakit yang diderita
NOC : Anxiety Control
Anxiety Level
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x 24 jam, maka ansietas
dapat diatasi dengan kriteria hasil sebagai berikut :
- Klien mengatakan cemas berkurang
- Merencanakan strategi koping untuk menghadapi situasi stres
NIC
1) Berikan informasi mengenai penyakit serta tindakan yang dilakukan
11

Rasional : Dengan mengetahui tentang penyakit yang dideritanya dapat


menurunkan tingkat kecemasan klien
2) Dorong pasien untuk mengungkapkan ketakutan, perasaan, dan persepsi
Rasional : Mengetahui penyebab cemas klien
3) Dorong keluarga untuk selalu menemani anak
Rasional : Dukungan keluarga sangat penting untuk menurunkan
kecemasan anak
4) Ajarkan klien teknik relaksasi
Rasional : selain untuk mengurangi nyeri, teknik relaksasi juga dapat
untuk menurunkan tingkat kecemasan

DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer C & Bare ,2002,Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah ,Edisi 8,Vol 1, Jakarta
:EGC
Doengoes ,Marilyn E.2000. I Rencana Keperawatan Edisi III,Jakarta ;EGC.
Hadi, Sujono. 2002. Gastroenterologi. Bandung : P.T Alumni
12

McPhee, Stephen J. 2010. Patofisiologi Penyakit: Pengantar Menuju Kedokteran Klinis.


Jakarta: EGC.
Potter, Patricia A. 2009. Fundamental of Nursing. Jakrta: Salemba Medika
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta:
EGC
Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT. Gramedia
Sudoyo, Aru. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI
Wilkinton, Judith M & Nancy, R. Ahern. 2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan :
Diagnosis Nanda, Intervensi, Kriteria Hasil NOC Edisi 9. Jakarta : EGC

13

Você também pode gostar