Você está na página 1de 28

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

JUDUL LAPORAN :
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
BRONKOPNEUMONIA

Di susun oleh :

WINDRA BANGUN SUCIPTO

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES ) MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2012

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN BRONKOPNEUMONIA

Windra Bangun Sucipto

Program Studi D III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
Jln. Yos Sudarso No. 461 Gombong 54412, telp / fax. 0287472433

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN


BRONKOPNEUMONIA

A.

Pengertian Bronkopneumonia

Bronkho pneumonia adalah salah satu peradangan paru yang terjadi pada jaringan paru atau alveoli
yang biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratus bagian atas selama beberapa hari. Yang dapat
disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing lainnya. (Dep.
Kes. 1993 : Halaman 106).
Bronkopneumonia adalah Radang dinding bronkus kecil disertai atelektasis daerah percabangannya
(Muda, 1999).
Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang mempunyai pola penyebaran
berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi didalam bronki dan meluas ke parenkim paru

yang berdekatan di sekitarnya. Pada bronkopneumonia terjadi konsolidasi area berbercak.


(Smeltzer,2001).
Jadi bronkopneumonia adalah radang paru dalam satu atau lebih area dalam bronki dan meluas ke
parenkim paru.

B.

Klasifikasi Pneumonia

1.
Community Acquired Pneunomia dimulai sebagai penyakit pernafasan umum dan bisa
berkembang menjadi pneumonia. Pneumonia Streptococal merupakan organisme penyebab umum.
Tipe pneumonia ini biasanya menimpa kalangan anak-anak atau kalangan orang tua
2.
Hospital Acquired Pneumonia dikenal sebagai pneumonia nosokomial. Organisme seperti
ini aeruginisa pseudomonas. Klibseilla atau aureus stapilococcus, merupakan bakteri umum
penyebab hospital acquired pneumonia.
3.
Lobar dan Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi infeksi. Sekarang ini
pneumonia diklasifikasikan menurut organisme, bukan hanya menurut lokasi anatominya saja.
4.
Pneumonia viral, bakterial dan fungi dikategorikan berdasarkan pada agen penyebabnya, kultur
sensifitas dilakukan untuk mengidentifikasikan organisme perusak. ( Reeves, 2001)

C.

Etiologi

1.

Bakteri

Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram posifif seperti : Steptococcus
pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus
influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
2.

Virus

Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini
dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.
3.

Jamur

Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan udara yang
mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.
4.

Protozoa

Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya menjangkiti pasien yang
mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001)

D.

Tanda dan Gejala

1.

Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan

a.

Nyeri pleuritik

b.

Nafas dangkal dan mendengkur

c.

Takipnea

2.

Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi

a.

Mengecil, kemudian menjadi hilang

b.

Krekels, ronki,

3.

Gerakan dada tidak simetris

4.

Menggigil dan demam 38,8 C sampai 41,1C, delirium

5.

Diafoesis

6.

Anoreksia

7.

Malaise

8.
Batuk kental, produktif Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau
berkarat
9.

Gelisah

10. Sianosis Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan


11. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati

E.

Pathofisiologi

Kuman penyebab bronchopneumonia masuk ke dalam jaringan paru-paru melaui saluran pernafasan
atas ke bronchiolus, kemudian kuman masuk ke dalam alveolus ke alveolus lainnya melalui poros kohn,
sehingga terjadi peradangan pada dinding bronchus atau bronchiolus dan alveolus sekitarnya.
Kemudian proses radang ini selalu dimulai pada hilus paru yang menyebar secara progresif ke perifer
sampai seluruh lobus. Dimana proses peradangan ini dapat dibagi dalam empat (4) tahap, antara lain :
1.

Stadium Kongesti (4 12 jam)

Dimana lobus yang meradang tampak warna kemerahan, membengkak, pada perabaan banyak
mengandung cairan, pada irisan keluar cairan kemerahan (eksudat masuk ke dalam alveoli melalui
pembuluh darah yang berdilatasi)
2.

Stadium Hepatisasi (48 jam berikutnya)

Dimana lobus paru tampak lebih padat dan bergranuler karena sel darah merah fibrinosa, lecocit
polimorfomuklear mengisi alveoli (pleura yang berdekatan mengandung eksudat fibrinosa kekuningan).
3.

Stadium Hepatisasi Kelabu (3 8 hari)

Dimana paru-paru menjadi kelabu karena lecocit dan fibrinosa terjadi konsolidasi di dalam alveolus yang
terserang dan eksudat yang ada pada pleura masih ada bahkan dapat berubah menjadi pus.
4.

Stadium Resolusi (7 11 hari)

Dimana eksudat lisis dan reabsorbsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali pada struktur semua
(Sylvia Anderson Pearce, 1995 : 231- 232).

LAPORAN PENDAHULUAN BRONKOPNEUMONIA

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
BRONCHOPNEUMONIA DI RUANG GARUDA
RSUD dr M ASHARI PEMALANG

DISUSUN OLEH :
LUKMAN FEBRIANTO

C1010018

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES BHAMADA SLAWI
2013

TINJAUAN TEORI
PENGERTIAN
Bronchopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak,
teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang
berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572)
Bronchopneomonia adalah penyebaran daerah infeksi yang berbercak dengan diameter sekitar 3 sampai
4 cm mengelilingi dan juga melibatkan bronchi. (Sylvia A. Price & Lorraine M.W, 1995 : 710)
Menurut Whaley & Wong, Bronchopneumonia adalah bronkiolus terminal yang tersumbat oleh eksudat,
kemudian menjadi bagian yang terkonsolidasi atau membentuk gabungan di dekat lobulus, disebut juga
pneumonia lobaris.
Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang di bronkeoli terminal.
Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat mokopurulen yang membentuk bercak-barcak konsolidasi di
lobuli yang berdekatan. Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran pernafasan atas,
demam infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh.(Sudigdiodi dan Imam
Supardi, 1998)
Kesimpulannya bronchopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan oleh agen infeksius dan
terdapat di daerah bronkus dan sekitar alveoli.

ETIOLOGI
Secara umun individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh adanya penurunan
mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang yang normal dan sehat

mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis
dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan
sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa, mikobakteri,
mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettiria, 2001 : 682) antara lain:
1.

Bakteri

: Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.

2.

Virus

: Legionella pneumoniae

3.

Jamur

: Aspergillus spesies, Candida albicans

4.

Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru

5.

Terjadi karena kongesti paru yang lama.

Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada pasien yang daya tahannya
terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang terdapat dalam mulut dan karena adanya
pneumocystis cranii, Mycoplasma. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572 dan Sandra M. Nettina, 2001 :
682)

PATHOFISIOLOGI
Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh bakteri
staphylococcus, Haemophillus influenzae atau karena aspirasi makanan dan minuman.
Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masukl ke saluran pernafasan bagian
bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat tersebut, sebagian lagi masuk ke
pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan dengan ganbaran sebagai berikut:
1.
Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh darah alveoli,
peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli.
2.
Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam saluran pencernaan dan
menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora normal dalam usus, peristaltik meningkat
akibat usus mengalami malabsorbsi dan kemudian terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit.
(Soeparman, 1991)

MANIFESTASI KLINIS

Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran pernafasan bagian atas selama
beberapa hari. Pada tahap awal, penderita bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas
seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat bernafas
menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul sianosis.
(Barbara C. long, 1996 :435)
Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar ketika terjadi konsolidasi (pengisian
rongga udara oleh eksudat).
(Sandra M. Nettina, 2001 : 683)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara:
1.

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan darah

Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis (meningkatnya jumlah
neutrofil). (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)

Pemeriksaan sputum

Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam. Digunakan untuk
pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius.
(Barbara C, Long, 1996 : 435)

Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa. (Sandra M.
Nettina, 2001 : 684)

Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia

Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen mikroba.
(Sandra M. Nettina, 2001 : 684)
2.

Pemeriksaan Radiologi

Rontgenogram Thoraks

Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi pneumokokal atau klebsiella.
Infiltrat multiple seringkali dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus. (Barbara C, Long, 1996 :
435)


Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas tersumbat oleh benda padat.
(Sandra M, Nettina, 2001)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi trakeobronkial, pembentukan
edema, peningkatan produksi sputum. (Doenges, 1999 : 166)
2.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus kapiler, gangguan
kapasitas pembawa aksigen darah, ganggguan pengiriman oksigen. (Doenges, 1999 : 166)
3.

Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli. (Doenges, 1999 :177)

4.
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan berlebih,
penurunan masukan oral. (Doenges, 1999 : 172)
5.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan metabolik sekunder
terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia yang berhubungan dengan toksin bakteri bau dan rasa
sputum, distensi abdomen atau gas.( Doenges, 1999 : 171)
6.
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk aktifitas sehari-hari. (Doenges,
1999 : 170)
FOKUS INTERVENSI
1. DP : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi trakeobronkial, pembentukan
edema, peningkatan produksi sputum
Tujuan :
-

Jalan nafas efektif dengan bunyi nafas bersih dan jelas

Pasien dapat melakukan batuk efektif untuk mengeluarkan sekret

Hasil yang diharapkan :


-

Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih/ jelas

Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas

Misalnya: batuk efektif dan mengeluarkan sekret.


Intervensi :
a.

Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas. Misalnya: mengi, krekels dan ronki.

Rasional: Bersihan jalan nafas yang tidak efektif dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas
adventisius

b.

Kaji/ pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ ekspirasi

Rasional: Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau
selama stres/ adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi
memanjang dibanding inspirasi.
c.

Berikan posisi yang nyaman buat pasien, misalnya posisi semi fowler

Rasional: Posisi semi fowler akan mempermudah pasien untuk bernafas


d.

Dorong/ bantu latihan nafas abdomen atau bibir

Rasional: Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dipsnea dan menurunkan
jebakan udara
e.

Observasi karakteristik batik, bantu tindakan untuk memoerbaiki keefektifan upaya batuk.

Rasional: Batuk dapat menetap, tetapi tidak efektif. Batuk paling efektif pada posisi duduk tinggi atau
kepala di bawah setelah perkusi dada.
f.

Berikan air hangat sesuai toleransi jantung.

Rasional: Hidrasi menurunkan kekentalan sekret dan mempermudah pengeluaran.


2. DP : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus kapiler, gangguan
kapasitas pembawa oksigen darah, gangguan pengiriman oksigen.
Tujuan :
Perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang normal dan tidak ada
distres pernafasan.
Hasil yang diharapkan :
-

Menunjukkan adanya perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan

Berpartisispasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigenasi

Intervensi :
a.

kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan pernafasan

Rasional :Manifestasi distres pernafasan tergantung pada derajat keterlibatan paru dan status
kesehatan umum
b.

Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya sianosis

Rasional :Sianosis menunjukkan vasokontriksi atau respon tubuh terhadap demam/ menggigil dan
terjadi hipoksemia.

c.

Kaji status mental

Rasional :Gelisah, mudah terangsang, bingung dapat menunjukkan hipoksemia.


d.

Awsi frekuensi jantung/ irama

Rasional :Takikardi biasanya ada karena akibat adanya demam/ dehidrasi.


e.

Awasi suhu tubuh. Bantu tindakan kenyamanan untuk mengurangi demam dan menggigil

Rasional :Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen dan
mengganggu oksigenasi seluler.
f.

Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam, dan batuk efektif

Rasional :Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran sekret untuk
memperbaiaki ventilasi.
g.

Kolaborasi pemberian oksigen dengan benar sesuai dengan indikasi

Rasional :Mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg.


3.

DP: Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli

Tujuan:
-

Pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal dan paru jelas/ bersih

Intervensi :
a.

Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada.

Rasional :Kecepatan biasanya meningkat, dispnea, dan terjadi peningkatan kerja nafas, kedalaman
bervariasi, ekspansi dada terbatas.
b.

Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas adventisius.

Rasional :Bunyi nafas menurun/ tidak ada bila jalan nafas terdapat obstruksi kecil.
c.

Tinggikan kepala dan bentu mengubah posisi.

Rasional :Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan.


d.

Observasi pola batuk dan karakter sekret.

Rasional :Batuk biasanya mengeluarkan sputum dan mengindikasikan adanya kelainan.


e.

Bantu pasien untuk nafas dalam dan latihan batuk efektif.

Rasional :Dapat meningkatkan pengeluaran sputum.

f.

Kolaborasi pemberian oksigen tambahan.

Rasional :Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas.


g.

Berikan humidifikasi tambahan

Rasional :Memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran sekret untuk
memudahkan pembersihan.
h.

Bantu fisioterapi dada, postural drainage

Rasional :Memudahkan upaya pernafasan dan meningkatkan drainage sekret dari segmen paru ke
dalam bronkus.
4. Dp : Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilngan cairan berlebih,
penurunan masukan oral.
Tujuan : Menunjukkan keseimbangan cairan dan elektrolit
Intervensi :
a.

Kaji perubahan tanda vital, contoh :peningkatan suhu, takikardi,, hipotensi.

Rasional :Untuk menunjukkan adnya kekurangan cairan sisitemik


b.

Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa (bibir, lidah).

Rasional :Indikator langsung keadekuatan masukan cairan


c.

Catat lapporan mual/ muntah.

Rasional :Adanya gejala ini menurunkan masukan oral


d.

Pantau masukan dan haluaran urine.

Rasional :Memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan kebutuhan penggantian
e.

Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi.

Rasional :Memperbaiki ststus kesehatan


5. DP : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik
sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia, distensi abdomen.
Tujuan :
-

Menunjukkan peningkatan nafsu makan

Mempertahankan/ meningkatkan berat badan

Intervensi :
a.

Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/ muntah.

Rasional :Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah


b.

Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin, bantu kebersihan mulut.

Rasional :Menghilangkan bahaya, rasa, bau,dari lingkungan pasien dan dapat menurunkan mual
c.

Jadwalkan pengobatan pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum makan.

Rasional :Menurunkan efek mual yang berhubungan dengan pengobatan ini


d.

Auskultasi bunyi usus, observasi/ palpasi distensi abdomen.

Rasional :Bunyi usus mungkin menurun bila proses infeksi berat, distensi abdomen terjadi sebagai akibat
menelan udara dan menunjukkan pengaruh toksin bakteri pada saluran gastro intestinal
e.
Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering atau makanan yang menarik untuk
pasien.
Rasional :Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk
kembali
f.

Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.

Rasional :Adanya kondisi kronis dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap infeksi,
atau lambatnya responterhadap terapi
6.

DP : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk aktifitas hidup sehari-hari.

Tujuan : Peningkatan toleransi terhadap aktifitas.


Intervensi :
a.

Evakuasi respon pasien terhadap aktivitas.

Rasional :Menetapkan kemampuan/ kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi


b.

Berikan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung selama fase akut.

Rasional :Menurunkan stres dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat


c.
Jelaskan pentingnya istitahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbamgan aktivitas
dan istirahat.
Rasional :Tirah baring dipertahankan untuk menurunkan kebutuhan metabolik

d.

Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan.

Rasional :Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan :Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta :EGC
Nettina, Sandra M. (1996). Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta :EGC
Long, B. C.(1996). Perawatan Madikal Bedah. Jilid 2. Bandung :Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan
Soeparma, Sarwono Waspadji. (1991). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta :Balai Penerbit FKUI
Sylvia A. Price, Lorraine Mc Carty Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta :EGC

LAPORAN PENDAHULUAN BRONCHOPNEUMONIA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT BRONCHOPNEUMONIA


1.

PENGERTIAN

Istilah bronchopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang mempunyai penyebaran


berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi dalam bronki dan meluas ke parenkim paru
yang berdekatan di sekitarnya. (Brunner & Suddarth, 2001). Bronchopneu monia disebut juga
pneumonia lobularis, yaitu radang paru- paru yang di sebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan lain- lain.

Bronchopneumonia/ pneumonia lobaris merupakan radang paru yang menyebabkana bronkhioli


terminal. Bronkhioli terminal tersumbat oleh eksudat yang berbentuk bercak- bercak., kemudian
menjadi bagian yang terkonsulidasi atau membentuk gabungan dan meluas ke parenkim paru.
Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran pernafasan atas, demam, infeksi yang
spesifik dan penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh.

2.

ETIOLOGI

Broncopneumonia dapat disebabkan oleh:

Bakteri= streptococcus, straphylococcus, influenmza

Virus= legionella pneumonia, virus influenza

Jamur= aspergilus, candida albicons

Aspirasi makanan, sekresi oropharing/isi lambung ke dalam paru

Kongesti paru kronik

Flora normal, hidrokarbon.

3.

PATOFISIOLOGI

Sebagian besar penyebab bronkopneumonia adalah mikroorganisme (jamur, bakter, virus) dan sebagian
kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (minyak tanah, bensin dan sejenisnya). Serta aspirasi (
masuknya isi lambung ke dalam saluran napas). Awalnmya mikroorganisme akan masuk melalui
percikan ludah ( droplet) infasi ini akan masuk ke saluran pernapasan atas dan menimbulkan reaksi
imunologis dari tubuh. Reaksi ini menyebabkan peradangan, dimana saat terjadi peradangan ini tubuh
akan menyesuaikan diri sehingga timbulah gejala demam pada penderita.
Reaksi peradangan ini akan menimbulkan secret. Semakin lama secret semakin menumpuk di bronkus
sehingga aliran bronkus menjadi semakin sempit dan pasien akan merasa sesak. Selain terkumpul di

bronkus, lama kelamaan secret akan sampai ke alveolus paru dan mengganggu system pertukaran gas di
paru.
Selain menginfeksi saluran napas, bakteri ini juga dapat menginfeksi saluran cerna saat ia terbawa oleh
darah. Bakteri ini akan membuat flora normal dalam usus menjadi agen pathogen sehingga timbul
masalah GI tract.

PATHWAY

4.

GEJALA KLINIS

A. Pnemonia bakteri
Gejala :
-

Rinitis ringan

Anoreksia

Gelisah

Berlanjut sampai:
-

Demam

Malaise (tidak nyaman)

Nafas cepat dan dangkal.

Ekspirasi berbunyi.

Lebih dari 5 tahun, sakit kepala dan kedinginan

Kurang dari 2 tahun vomitus dan diare ringan

Leukositosis

Foto thorak pneumonia lebar

B.

Pnemonia Virus

Gejala awal
-

Batuk

Rhinitis

Berkembang sampai
-

Demam ringan, batuk ringan dan malaise sampai demam tinggi batuk hebat dan lesu.

Emfisema obstruktif

Ronkhi basah.

C.

Pneumonia mikroplasma

Demam

Sakit kepala

Menggigil

Anoreksia

Berkembang sampai
-

Rhinitis alergi

Sakit tenggorokan batuk kering berdarah

Area konsolidasi pada pemeriksa thorak.

5.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Pemeriksaan Laboratorium
-

Leukosit meningkat 15.000-40.000/mm3

Laju endap darah meningkat 100mm

ASTO meningkat pada infeksi streptococcus.

GDA menunjukkan hipoksemia tanpa hiperkapnea atau retensi CO2

Urin biasanya berwarna lebih tua, mungkin terdapat albumin urin ringan karena peningkatan suhu
tubuh.
B.

Pemeriksaan Radiologi

Terlihat bercak- bercak pada bronkus hingga lobus.

6.

PENATALAKSANAAN

a.

Antibiotic seperti ; penisilin, eritromicin, kindomisin, dan sefalosforin.

b.

Terapi oksigen (O2)

c.

Nebulizer, untuk mengencerkandahak yang kental dan pemberian bronkodilator.

d.

Istirahat yang cukup

e.
Kemoterafi untuk mikoplasma pneumonia dapat diberikan eritromicin 4x 500 mg/ hari atau
tetrasiklin 3-4 x 500mg/ hari.

7.

KOMPLIKASI

a.

Atelektasis

:Pengembangan paru yang tidak sempurna.

b.

Emfisema

: Terdapatnya pus pada rongga pleura.

c.

Abses paru

:pengumpulan pus pada jaringan paru yang meradang.

d.

Infeksi sistomik

e.

Endokarditis

:peradangan pada endokardium.

f.

Meningitis

: Peradangan pada selaput otak.

8.

PENCEGAHAN PADA ANAK

a.

Hindari anak dari paparan asap rokok, polusi dan tempat keramaian yang berpotensi penularan.

b.

Hindari kontak anak dengan penderita ISPA

c.

Membiasakan pemberian ASI

d. Segera berobat jika terjadi demam, batuk, dan pilek, terlebih disertai suara sesak dan sesak pada
anak.
e.

Imunisasi Hb untuk kekebalan terhadapa hameophilus influenza.

LAPORAN PENDAHULUAN BRONKOPNEUMONIA


A. Pengertian
Pneumonia adalah inflamasi atau infeksi pada parenkim paru ( Betz C, 2002 )
Pneumonia adalah peradangan alveoli atau pada parenchim paru yang terjadi pada anak. (Suriadi
Yuliani, 2001)
Pneumonia adalah suatu peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam- macam etiologi seperti
bakteri, virus, jamur dan benda asing (IKA, 2001)

Jadi bronkopnemonia adalah infeksi atau peradangan pada jaringan paru terutama alveoli atau
parenkim yang sering menyerang pada anak anak
B.

Etiologi

Pneumonia bisa dikatakan sebagai komplikasi dari penyakit yang lain ataupun sebagai penyakit yang
terjadi karena etiologi di bawah ini
Sebenarnya pada diri manusia sudah ada kuman yang dapat menimbulkan pneumonia sedang timbulnya
setelah ada faktor- faktor prsesipitasi yang dapat menyebabkan timbulnya.
Y Bakteri
Organisme gram positif yang menyebabkan pneumonia bakteri adalah steprokokus pneumonia,
streptococcus aureus dan streptococcus pyogenis.
Y Virus
Pneumonia virus merupakan tipe pneumonia yang paling umum ini disebabkan oleh virus influenza yang
menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus yang merupakan sebagai penyebab utama
pneumonia virus.
Y Jamur
Infeksi yang disebabkan oleh jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan udara yang
mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung.
Y Protozoa
Ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami imunosupresi seperti pada pasien yang mengalami
imunosupresi seperti pada penderita AIDS.
C. Manifestasi klinis
Y Pneumonia bakteri
Gejala awal :
-

Rinitis ringan

Anoreksia

Gelisah

Berlanjut sampai :
-

Demam

Malaise

Nafas cepat dan dangkal ( 50 80 )

Ekspirasi bebunyi

Lebih dari 5 tahun, sakit kepala dan kedinginan

Kurang dari 2 tahun vomitus dan diare ringan

Leukositosis

Foto thorak pneumonia lobar

Y Pneumonia virus
Gejala awal :
-

Batuk

Rinitis

Berkembang sampai
-

Demam ringan, batuk ringan, dan malaise sampai demam tinggi, batuk hebat dan lesu

Emfisema obstruktif

Ronkhi basah

Penurunan leukosit

Y Pneumonia mikoplasma
Gejala awal :
-

Demam

Mengigil

Sakit kepala

Anoreksia

Mialgia
Berkembang menjadi :

Rinitis

Sakit tenggorokan

Batuk kering berdarah

Area konsolidasi pada pemeriksaan thorak

D. Patofisiologi
Adanya gangguan pada terminal jalan nafas dan alveoli oleh mikroorganisme patogen yaitu virus dan
stapilococcus aurens, H. Influenza dan streptococcus pneumoniae bakteri.
Terdapat infiltrat yang biasanya mengenai pada multipel lobus. Terjadinya destruksi sel dengan
menanggalkan debris celluler ke dalam lumen yang mengakibatkan gangguan fungsi alveolar dan jalan
nafas.
Pada anak kondisi ini dapat akut maupun kronik misal pad AIDS, Cystic Fibrosis, aspirasi benda asing dan
congenital yang dapat meningkatkan risiko pneumonia.
E.

Pemeriksaan diagnostik

1. Foto polos : digunakan untuk melihat adanya infeksi di paru dan status pulmoner
2. Nilai analisa gas darah: untuk mengetahui status kardiopulmoner yang berhubungan dengan
oksigenasi
3. Hitung darah lengkap dan hitung jenis: digunakan untuk menetapkan adanya anemia, infeksi dan
proses inflamasi
4. Pewarnaan gram: untuk seleksi awal anti mikroba
5. Tes kulit untuk tuberkulin: untuk mengesampingkan kemungkinan terjadi tuberkulosis jika anak tidak
berespon terhadap pengobatan
6. jumlah lekosit: terjadi lekositosis pada pneumonia bakterial
7. Tes fungsi paru: digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas dan beratnya penyakit
dan membantu memperbaiki keadaan.
8. Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi
9. Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti
virus
F.

Penatalaksanaan medis

Pengobatan supportive bila virus pneumonia


Bila kondisi berat harus dirawat
Berikan oksigen, fisiotherapi dada dan cairan intravena

Antibiotik sesuai dengan program


Pemeriksaan sensitivitas untuk pemberian antibiotik

LAPORAN PENDAHULUANBRONCHOPNEUMONIA
A.

Pengertian
Bronchopneumonia adalah penyakit virus pada saluran pernafasan bawah yangditandai peradangan
bronkoli yang lebih kecil.Kamus Lengkap Kedokteran 2005 D.
Jombatan.Bronchopneumonia adalah suatu peradangan alveoli atau pada parenchyma paruyang terjadi
pada anak.Wong. Donnal, 2004.Bronchopneumonia adalah inflamasi parenkim paru, biasanya
behubungan denganpengisian alveoli dengan cairan.Doengus E. Marilynn 1999:hal 164.
B.

Etiologi
Bakteri diplococuspneumonia, pneumococus hemolidcas aureus, haemoptilusinfluenza, basilus
friendlander (klebisia pneumonia) mycobacterium tuberculosis. Virusrespiratory syntical virus, virus
influenza, virus sitomegalik. Jamur citoplasma capsultatum,criptococcus nepiomas, blastomicess
dermatides, coeedirides iritis, aspergillus sp, candidaalbicans, mycoplasma pneumonia, aspirasi benda
asing. Faktor lain yang mempengaruhitimbulnya Bronchopneumonia adalah daya tahan tubuh yang
menurun misalnya akibatmalnutrisi energy protein (MEP): penyakit menahun, pengobatan antibiotic
yang tidak sempurna.

Você também pode gostar