Você está na página 1de 13

1

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA DALAM KEHIDUPAN


BERBANGSA DAN BERNEGARA DI INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Etika merupakan cabang falsafah dan sekaligus merupakan cabang dari ilmu kemanusiaan
(humaniora). Etika sebagai cabang falsafah membahas sistem dan pemikiran mendasar tentang
ajaran dan pandangan moral. Etika sebagai cabang ilmu membahas bagaimana dan mengapa kita
mengikuti suatu ajaran moral tertentu. Etika sosial meliputi cabang etika yang lebih khusus
seperti etika keluarga, etika profesi, etika bisnis, etika lingkungan, etika pendidikan, etika
kedokteran, etika jurnalistik, etika seksual dan etika politik.
Pancasila merupakan nilai dasar yang menjadi rambu-rambu bagi politik hukum nasional. Nilainilai dasar itu kemudian melahirkan empat kaidah penuntun hukum yang harus dijadikan
pedoman dalam pembangunan hukum. Empat kaidah itu meliputi, pertama hukum Indonesia
harus bertujuan dan menjamin integrasi bangsa, baik secara teritorial maupun ideologis.
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia sebagaimana dikemukakan oleh Hans Kelsen
merupakan Grundnorm ataupun menurut Teori Hans Nawiasky disebut sebagai
Staatsfundamentalnorm. Dalam hal ini menurut A. Hamid S. Attamimi secara eksplisit bahwa
Pancasila adalah norma fundamental negara (Staatsfundamentalnorm) Republik Indonesia.
Pancasila memegang peranan dalam perwujudan sebuah sistem etika yang baik di negara ini. Di
setiap saat dan dimana saja kita berada kita diwajibkan untuk beretika disetiap tingkah laku kita.
Seperti tercantum di sila ke dua pada Pancasila, yaitu Kemanusian yang adil dan beradab
sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran pancasila dalam membangun etika bangsa ini
sangat berandil besar.
Oleh karena itu, penulis akan menjelaskan kedudukan dan implementasi Pancasila sebagai
sistem etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia dalam bentuk makalah
dengan judul Pancasila Sebagai Sistem Etika dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara di
Indonesia.
B. Rumusan Masalah
a. Apakah Pancasila sebagai nilai dasar Negara Republik Indonesia?
b. Bagaimana implementasi Pancasila sebagai sistem etika dalam pelaksanaan pemilu dan
kehidupan sehari-hari?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Menjelaskan eksistensi Pancasila sebagai philosophishce groondslag Negara Indonesia;
dan
b. Menganalisis sejauh mana implementasi Pancasila sebagai etika dalam kehidupan
bernegara berkaitan dengan pelaksanaan pemilu di Indonesia.
D. Manfaat Penulisan
Di samping itu, penulisan ini diharapkan memberikan nilai manfaat, baik dari segi teoretis
maupun praktis, yaitu:
a. Dalam tataran teoretis, diharapkan penulisan ini mampu merekonstruksi pemikiran
tentang Pancasila sebagai etika dalam kehidupan bernegara di Indonesia;
b. Dalam tataran praktis, penulisan ini diharapkan dapat menjelaskan mengenai sejauh mana
implementasi Pancasila sebagai etika dalam kehidupan bernegara di Indonesia.

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
a. Etika dan Norma Sosial
i. Pengertian Etika
Sebagai suatu usaha ilmiah, filsafat dibagi, menjadi beberapa cabang menurut lingkungan
masing-masing. Cabang-cabang itu dibagi menjadi dua kelompokbahasan pokok yaitu filsafat
teoritis dan filsafat praktis. Filsafat pertama berisi tentang segala sesuatu yang ada sedangkan
kelompok kedua membahas bagaimana manusia bersikap terhadap apa yang ada tersebut.
Misalnya hakikat manusia, alam, hakikat realitas sebagai suatu keseluruhan, tentang
pengetahuan, tentang apa yang kita ketahui dan tentang yang transenden.
Etika termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi. dua kelompok yaitu etika umum
dan etika khusus. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran
danpandangan-pandangan moral. Etika adalah suatu ilmu yang membahass tentang bagaimana
dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita harus menggambil
sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral (Suseno, 1987). Etika
umum merupakan prinsip- prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia sedangkan etika
khusus membahas prinsip-prinsip itu dalam hubungannya dengan berbagai aspek kehidupan
manusia (Suseno, 1987). Etika khusus dibagi menjadi etika individu yang membahas kewajiban
manusia terhadap diri sendiri dan etika sosial yang membahas tentang kewajiban manusia
terhadap manusia lain dalamhidup masyarakat, yang merupakan suatu bagian terbesar dari etika
khusus.
Etika berkaitan dengan berbagai masalah nilai karena etika pada pada umumnya membicarakan
masalah-masalah yang berkaitan dengan predikat nilai "susila" dan "tidak susila", "baik" dan
"buruk". Kualitas-kualitas ini dinamakan kebajikan yang dilawankan dengan kejahatan yang
berarti sifat-sifat yang menunjukan bahwa orang yang memilikinya dikatakan orang yang tidak
susila. Sebenarnya etika banyak bertangkutan dengan Prinsip-prinsip dasar pembenaran dalam
hubungan dengan, tingkah laku manusia (Kattsoff, 1986). Dapat juga dikatakan bahwa etika
berkaitan dengan dasar-dasar filosofis dalam hubungan dengan tingkah laku manusia.

ii. Nilai, Norma dan Moral dalam Kehidupan Bernegara di Indonesia


Nilai (value) adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan
manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik minat seseorang atau kelompok.
Nilai bersumber pada budi yang berfungsi mendorong dan mengarahkan (motivator) sikap dan
perilaku manusia. Nilai sebagai suatu sistem merupakan salah satu wujud kebudayaan di
samping sistem sosial dan karya. Alport mengidentifikasikan nilai-nilai yang terdapat dalam
kehidupan masyarakat pada enam macam, yaitu : nilai teori, nilai ekonomi, nilai estetika, nilai
sosial, nilai politik dan nilai religi. Hierarkhi nilai sangat tergantung pada titik tolak dan sudut
pandang individu masyarakat terhadap sesuatu obyek. Menurut Notonagoro membedakan
menjadi tiga yaitu nilai material, nilai vital dan nilai kerohanian.
1.

Nilai material

yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia, atau kebutuhan
material ragawi manusia
2.

Nilai vital

yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau
aktivitas
3.

nilai keberohanian

yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai kerohanian dapat dibedakan
menjadi empat macam:
1. nilai kebenaran, yang bersumber pada akal (ratio, budi, cipta) manusia.
2. nilai keindahan atau nilai estetis, yang bersumber pada unsure perasaan (esthetis,
gevoel, rasa) manusia.
3. nilai moral atau nilai kebaikan, yang bersumber pada unsure kehendak (will, wollen,
karsa) manusia.
4. nilai religious, yang merupakan nilai kerokhanian tertinggi dan mutlak. Nilai religious
ini bersumber kepada kepercayaan atau keyakinan manusia.
Dalam pelaksanaanya, nilai-nilai dijabarkan dalam wujud norma, ukuran dan kriteria sehingga
merupakan suatu keharusan anjuran atau larangan, tidak dikehendaki atau tercela. Oleh karena
itu, nilai berperan sebagai pedoman yang menentukan kehidupan setiap manusia.
Keterkaitan nilai, norma dan moral merupakan suatu kenyataan yang seharusnya tetap
terpelihara di setiap waktu pada hidup dan kehidupan manusia. Keterkaitan itu mutlak
digarisbawahi bila seorang individu, masyarakat, bangsa dan negara menghendaki fondasi yang
kuat tumbuh dan berkembang. Sebagaimana tersebut di atas maka nilai akan berguna menuntun

sikap dan tingkah laku manusia bila dikongkritkan dan diformulakan menjadi lebih obyektif
sehingga memudahkan manusia untuk menjabarkannya dalam aktivitas sehari-hari.

iii. Nilai Dasar, Nilai Instrumental dan Nilai Praktis

1.

Nilai Dasar

Sekalipun nilai bersifat abstrak yang tidak dapat diamati melalui panca indra manusia,
tetapi dalam kenyataannya nilai berhubungan dengan tingkah laku atau berbagai aspek
kehidupan manusia dalam prakteknya. Setiap nilai memiliki nilai dasar yaitu berupa
hakikat, esensi, intisari atau makna yang dalam dari nilai-nilai tersebut. Nilai dasar itu
bersifat universal karena menyangkut kenyataan obyektif dari segala sesuatu, contoh,
hakikat Tuhan, manusia, atau mahluk lainnya.
Apabila nilai dasar itu berkaitan dengan hakikat Tuhan, maka nilai dasar itu bersifat
mutlak karena Tuhan adalah kausa prima (penyebab pertama). Segala sesuatu yang
diciptakan berasal dari kehendak Tuhan. Nilai dasar yang menjadi sumber etika bagi
bangsa Indonesia adalah nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Di samping itu terdapat nilai instrumental sebagai nilai yang menjadi pedoman
pelaksanaan dari nilai dasar. Apabila nilai instrumental itu berkaitan dengan tingkah laku
manusia dalam kehidupan sehari-hari maka nilai itu akan menjadi norma moral. Namun
jika nilai instrumental itu berkaitan dengan suatu organisasi atau negara, maka nilai
instrumental itu merupakan suatu arahan, kebijakan, atau strategi yang bersumber pada
nilai dasar sehingga dapat juga dikatakan bahwa nilai instrumental itu merupakan suatu
eksplisitasi dari nilai dasar.
2.

Nilai Instrumental

Nilai instrumental ialah nilai yang menjadi pedoman pelaksanaan nilai dasar, nilai dasar
belum dapat bermakna sepenuhnya bila nilai dasar tersebut belum memiliki formulasi
serta parameter atau ukuran yang jelas dan nyata. Bagi kehidupan manusia merupakan
nilai moral. Bagi negara Pasal-pasal dalam UUD 1945 merupakan nilai instrumental dari
Pancasila.
3.

Nilai Praktis

Nilai praktis merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental dalam kehidupan
yang lebih nyata dengan demikian nilai praktis merupakan pelaksanaan secara nyata dari
nilai-nilai dasar dan nilai-nilai instrumental.. Undang-undang organik adalah wujud dari

nilai praktis, dengan kata lain, semua perundang-undangan yang berada di bawah UUD
sampai kepada peraturan pelaksana yang dibuat oleh pemerintah.

B. Kerangka Berpikir
Makalah ini mengungkapkan Peranan Pancasila sebagai etika politik dalam kehidupan politik
berbangsa dan bernegara khususnya dalam pemilu yang akhir-akhir ini carut marut serta
implementasi nilai dan moral kehidupan masyarakat.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Pancasila Sebagai Nilai Dasar dan Sistem Etika Negara Indonesia


a.

Makna Nilai Dasar Pancasila


Makna nilai dasar pancasila dikaji dalam perspektif filosofis yaitu, Pancasila sebagai dasar
filsafat negara serta sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia pada hakikatnya merupakan
suatu nilai yang bersifat sistematis. Fungsi filsafat berkaitan dengan Pancasila yaitu
mempertanyakan dan menjawab apakah dasar kehidupan berrpolitik dalam berbangsa dan
bernegara.
Sangat tepat kiranya pertanyaan yang diajukan oleh Ketua BPUPKI, Dr. Radjiman
Wediodiningrat di hadapan rapat BPUPKI bahwa negara Indonesia yang akan kita bentuk itu
apa dasarnya? Kemudian Soekarno menafsirkan pertanyaan tersebut sebagai berikut;
Menurut anggapan saya yang diminta oleh Paduka tuan Ketua yang mulia ialah dalam
Bahasa Belanda yaitu philosiphische grondslag dari pada Indonesia Merdeka.
Philosophische grondslag itulah fundamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa,
hasrat yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia Merdeka.
Pengertian Pancasila harus dimaknai kesatuan yang bulat, hirarkhis dan sistematis. Dalam
aka Pancasila merupakansuatu sistem filsafat sehingga kelima silanya memiliki esensi
makna yang utuh. Dasar pemikiran filosofisnya yaitu Pancasila sebagai filsafat bangsa dan
negara Republik Indonesia mempunyai makna bahwa dalam setiap aspek kehidupan
kebangsaan, kemasyarakatan serta kenegaraan harus berdasarkan nilai-nilai Ketuhanan,
Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan. Titik tolaknya pandangan itu adalah
negara adalah suatu persekutuan hidup manusia atau organisasi kemasyarakatan manusia.
Hal demkian dapat dijelaskan sebagai berikut :
i. Nilai-nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia sehingga bangsa Indonesia sebagai
kausa materialis. Nilai-nilai itu sebagai hasil pemikiran, penilaian kritik serta hasil
refleksi filosofis bangsa Indonesia.
ii. Nilai-nilai Pancasila merupakan filsafat (pandangan hidup) bangsa Indonesia sehingga
merupakan jati diri bangsa, yang diyakini sebagai sumber nilai atas kebenaran, kebaikan,
keadilan dan kebijaksanaan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

iii. Nilai-nilai Pancasila didalamnya terkandung ketujuh nilai-nilai kerohanian yaitu nilai-nilai
kebenaran, keadilan, kebaikan, kebijaksanaan, estetis dan religius yang manifestasinya
sesuai dengan budi nurani bangsa Indonesia karena bersumber pada kepribadian bangsa.
Oleh karena itu, Pancasila yang diambil dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia pada
dasarnya bersifat religius, kemanusiaan, persatuan, demokrasi dan keadilan. Disamping itu
Pancasila bercirikan asas kekeluargaan dan gotong royong serta pengakuan atas hak-hak
individu.

b. Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Nilai Fundamental Terhadap Sistem Etika Negara


Nilai-nilai Pancasila bersifat universal yang memperlihatkan nafas humanisme. Oleh karena
itu, Pancasila dapat dengan mudah diterima oleh siapa saja. Meskipun Pancasila mempunyai
nilai universal tetapi tidak begitu sajadengan mudah diterima oleh semua bangsa.
Perbedaannya terletak pada fakta sejarah bahwa nilai Pancasila secara sadar dirangkai dan
disahkan menjadi satu kesatuan yang berfungsi sebagai basis perilaku politik dan sikap
moral bangsa.
Adapun Pembukaan UUD 1945 yang didalamnya memuat nilai-nilai Pancasila mengandung
empat pokok pikiran yang merupakan derivasi atau penjabaran dari nilai-nilai Pancasila itu
sendiri. Pokok pikiran pertama menyatakan bahwa negara Indonesia adalah negara
persatuan, yaitu negara yang melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia, mengatasi segala paham golongan maupun perseorangan.
Ketentuan dalam pembukaan UUD 1945 yaitu, ..maka disusunlah kemerdekaan
kebangsaan Indonesia dalam suatu Undang- Undang Dasar Negara Indonesia
menunjukkan sebagai sumber hukum. Nilai dasar yang fundamental dalam hukum
mempunyai hakikat dan kedudukan yang kuat dan tidak dapat berubah mengingat
pembukaan UUD 1945 sebagai cita-cita negara (staatsidee) para pediri bangsa sekaligus
perumus konstitusi (the framers of the constitution). Di samping itu, nilai-nilai Pancasila
juga merupakan suatu landasan moral etik dalam kehidupan kenegaraan yang ditegaskan
dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 bahwa negara berdasar atas Ketuhanan Yang
Maha Esa berdasar atas kemanusiaan yang adil dan beradab. Konsekuensinya dalam
penyelenggaraan kenegaraan antara lain operasional pemerintahan negara, pembangunan
negara, pertahanan-keamanan negara, politik negara serta pelaksanaan demokrasi negara
harus senantiasa berdasarkan pada moral ketuhanan dan kemanusiaan.
Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan Negara Republik Indonesia merupakan nilai yang
tidak dapat dipisah-pisahkan dengan masing-masing silanya. Untuk lebih memahami nilai-

nilai yang terkandung dalam masing-masing sila Pancasila, makadapat diuraikan sebagai
berikut:
i. Ketuhanan Yang Maha Esa, meliputi dan menjiwai keempat sila lainnya. Dalam sila ini
terkandung nilai bahwa negara yang didirikan adalah pengejawantahan tujuan manusia
sebagai mahluk Tuhan Yang Maha esa.
ii. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Kemanusian berasal dari kata manusia yaitu mahluk
yang berbudaya dengan memiliki potensi pikir, rasa, karsa dan cipta. Potensi itu yang
mendudukkan manusia pada tingkatan martabat yang tinggi yang menyadari nilai-nilai dan
norma-norma. Kemanusiaan terutama berarti hakikat dan sifat-sifat khas manusia sesuai
dengan martabat.
iii. Persatuan Indonesia. Persatuan mengandung pengertian bersatunya bermacam-macam
corak yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan. Persatuan Indonesia dalam sila ketiga
ini mencakup persatuan dalam arti ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan keamanan.
Persatuan Indonesia ialah persatuan bangsa yang mendiami seluruh wilayah Indonesia.
Persatuan Indonesia merupakan faktor yang dinamis dalam kehidupan.
iv. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksaaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan Kerakyatan. Rakyat merupakan sekelompok manusia yang
berdiam dalam satu wilayah negara tertentu. Dengan sila ini berarti bahwa bangsa
Indonesia menganut sistem demokrasi yang menempatkan rakyat di posisi tertinggi dalam
hirarki kekuasaan.
v. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Keadilan sosial berarti keadilan yang
berlaku dalam masyarakat di segala bidang kehidupan, baik materiil maupun spiritual.
Seluruh rakyat Indonesia berarti untuk setiap orang yang menjadi rakyat Indonesia.
Adapun makna dan maksud istilah beradab pada sila kedua, Kemanusiaan yanga dil dan
beradab yaitu terlaksananya penjelmaan unsur-unsur hakikat manusia, jiwa raga, akal, rasa,
kehendak, serta sifat kodrat perseorangan dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa sebagai causa
prima dalam kesatuan majemuk-tunggal. Hal demikian dilaksnakan dalam upaya
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernagara yang bermartabat tinggi.

B. Pancasila Sebagai Etika Politik di Indonesia


a. Pancasila Sebagai Etika dalam Pemilu
Pelaksanaan pemilu merupakan wujud dari negara yang berkedaulatan rakyat (demokrasi).
Pelaksanaan pemilu diatur dalam Pasal 22E UUD 1945 Pasca perubahan. Pelaksanaan
pemilu, termasuk pemilu kepala daerah (pemilukada) harus senantiasa didasarkan pada

10

prinsip-prinsip Pancasila, yaitu proses demokrasi harus dilaksanakan dengan menjunjung


tinggi prinsip kemanusiaan yang beradab sehingga terwujud keharmonisan dan pemerintahan
negara yang demokratis.
Selanjutnya, pencasila mengatur kehidupan berdemokrasi dalam batang tubuh UUD 1945.
Hal yang perlu diperhatikan agar pelaksanaan pemilihan umum yang demokratis yaitu harus
senantiasa memegang teguh prinsip konstitusionalisme sebagaimana diatur dalam Pasal 2
ayat (2) UUD 1945, yaitu Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut
Undang-Undang Dasar.
Prinsip demikian merupakan wujud enguatan berdemokrasi dan pembangunan sistem etika,
terutama dalam pelaksanaan pemilu. Artinya, apabila pelaksanaan pemilu telah menyimpang
dari ketentuan sebagaimana diatur dalam UUD 1945 maka pelaksanaan hasil pemilu perlu
ditinjau ulang sehingga sesuai dengan prinsip berdemokrasi yang dibangun dalam UUD
1945 sebagai generalisasi dari Pancasila yang berkedudukan sebagai hukum tertinggi dalam
sistem hukum di Indonesia. Upaya untuk mengatasi berbagai kecurangan dalam pemilu,
UUD 1945 mengatur pelaksanaan pemilu demokratis, yaitu untuk menjaga konsistensi
prinsip konstitusionalisme agar pelaksanaan pemilu tetap berdasarkan pada koridor hukum
yang senantiasa menjunjung tinggi etika berpolitik, ditangani oleh lembaga peradilan tata
negara yaitu Mahkamah Konstitusi (MK) sebagai lembaga pengawal konstitusi (the
guardian of the constitution). Implikasinya, pelaksanaan pemilu mengarah pada prinsip
sebagaimana diatur dalam UUD 1945 termasuk Pancasila.

b. Implementasi Nilai dan Moral Kehidupan Bermasyarakat


Dalam kehidupan kita akan selalu berhadapan dengan istilah nilai dan norma dan juga moral
dalam kehidupan sehari-hari. Dapat kita ketahui bahwa yang dimaksud dengan nilai sosial
merupakan nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan
apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Sebagai contoh, orang menanggap menolong
memiliki nilai baik, sedangkan mencuri bernilai buruk. Demikian pula, guru yang melihat
siswanya gagal dalam ujian akan merasa gagal dalam mendidik anak tersebut. Bagi manusia,
nilai berfungsi sebagai landasan, alasan, atau motivasi dalam segala tingkah laku dan
perbuatannya.
Nilai mencerminkan kualitas pilihan tindakan dan pandangan hidup seseorang dalam
masyarakat. Itu adalah yang dimaksud dan juga contoh dari nilai. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa norma sosial adalah patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat
tertentu. Norma sering juga disebut dengan peraturan sosial. Norma menyangkut perilaku-

11

perilaku yang pantas dilakukan dalam menjalani interaksi sosialnya. Keberadaan norma
dalam masyarakat bersifat memaksa individu atau suatu kelompok agar bertindak sesuai
dengan aturan sosial yang telah terbentuk. Pada dasarnya, norma disusun agar hubungan di
antara manusia dalam masyarakat dapat berlangsung tertib sebagaimana yang diharapkan.
Tingkat norma dasar didalam masyarakat dibedakan menjadi 4 (empat) yaitu cara,
kebiasaan, tata kelakuan, dan adat istiadat. Misalnya orang yang melanggar hukum adat akan
dibuang dan diasingkan ke daerah lain.

12

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, kiranya dapat disimpulkan beberapa kesimpulan, yaitu:
a. Pancasila merupakan sebuah nilai dasar Negara Indonesia. Pancasila diambil dari nilainilai luhur bangsa Indonesia pada dasarnya bersifat religius, kemanusiaan, persatuan,
demokrasi dan keadilan. Di samping itu Pancasila bercirikan asas kekeluargaan dan
gotong royong serta pengakuan atas hak-hak individu.
b. Implementasi Pancasila sebagai sistem etika harus senantiasa terwujud prinsip-prinsip
sebagai nilai luhur termasuk sila kedua dari Pancasila, yaitu Kemanusiaan yang adil dan
beradab. Eksistensi pancasila sebagai sistem etika dapat ditegakkan dengan
mengimplementasikan prinsip konstitusionalisme dalam penyelenggaraan pemerintahan
Negara Indonesia.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan di atas, kiranya dapat diuraikan beberapa saran, yaitu:
a. Pancasila harus senantiasa diaktualisasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di
Indonesia sehingga ciri kekeluargaan dan gotong royong senantiasa dapat terwujud dalam
kehidupan di Indonesia.
b. Implementasi pancasila harus senantiasa tertuang dalam setiap kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, termasuk dalam penyelenggaraan hak berpolitik seperti pemilu
dan kehidupan sehari-hari sehingga terwujud perilaku atau etika yang sesuai dengan
karakter Bangsa Indonesia.

13

DAFTAR PUSTAKA
Achmad Ali. 2009. Menguak Teori Hukum (Legal Theory), Teori Peradilan (Judicialprudence)
Termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legisprudence). Jakarta: Prenada Media Group
Jazim Hamidi. Kedudukan Hukum Naskah Proklamasi 17 Agustus 1945 dalam Sistem
Ketatanegaraan Republik Indonesia. Jurnal Konstitusi Volume 3 Nomor 1, Februari 2006:
Setjen dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi
Kaelan. 2008. Pendidikan Pancasila.Yogyakarta: Paradigma
Mahkamah Konstitusi. 2009. Kongres Pancasila: Pancasila dalam Berbagai Perspektif. Jakarta:
Setjen dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi
Notonagoro. 1971. Pancasila Secara Ilmiah Populer. Jakarta: Bumi Aksara

Você também pode gostar