Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
I.
KINERJA ENZIM
Di dalam tubuh terjadi beraneka ragam reaksi kimia yang merupakan bagian dan
proses metabolisme. Reaksi-reaksitersebut harus berlangsung dengan laju yang memadai,
sesuai dengan kebutuhan. Sementara kecepatan reaksi ini sendiri dipengarudi antara lain
oleh suhu reaksi dan kadar rektan. Namun, kedua faktor ini seringkali tak dapat
ditingkatkan secara bermakna pada makhluk hidup sehingga harus ada cara lain untuk
menambah kecepatan reaksi, yakni dengan melibatkan katalisator khusus yang dikenal
sebagai enzim. Baik atau buruknya suatu enzim tercermin dari besar kecilnya kecepatan
reaksi kimia yang dikatalisisnya. Berbagi faktor dapat mempengaruhi kinerja enzim ini.
Secara kimiawi, enzim merupakan protein dengan sifat-sifat khasnya. Karena itu faktorfaktor yang mempengaruhi struktur molekul proteinakan mempengaruhi pula kinerja
enzim. Selain itu keikutsertaan zat-zat khusus yang dikenal sebagai modifier dalam reaksi
enzimatik. Dapat memperbaiki dan sebaliknya memperburuk ninerja enzim.
II.
PRINSIP
1. Kinerja enzim diukur dari kecepatan reaksi yang dikatalisisnya.
2. Kecepatan rekasi enzimatik tercermin dari berkurangnya subtract atau bertambhanya
poduk per satuan waktu.
3. Reaksi enzimatik tidak berlangsung dalam kecepatan yang kosntan; kecepatan akan
smakin menurun seiring dengan makin berkurangnya kadar subtract.
4. Karena kecepatan reaksi selalu berubah, perlu ditentukan suatu kecepatan reaksi pada
sat tertentu dalam perjalanan reaksi enzimatik sebagai patokan untuk menilai kinerja
enzim. Kecepatan enzim (initially velocity = Vo), adalah kecepatan reaksi enzimatik
pada saat reaksi baru saja berlangsung, dengan kadar subtract yang masih belum
berkurang.
5. Kecepatan awal reaksi dapat diketahui dengan mengukur penurunan lkadar subtract
atau peningkatan kadar produk selama berlangsung reaksi, dan menurutnya sebagai
kurva yang lazim dikenal sebagai progress curve; kecepatan awal adalah tangens dan
sudut yang dibentuk antara garis singgung pada kurva yang ditarik melalui titik waktu
reaksi 0.
III.
MEKANISME REAKSI
Kecepatan reaksi mula-mula meningkat seiring meningkatnya suhu,akibat
peningkatan energi kinetik pada molekul-molekul yang bereaksi. Akan tetapi pada
akhirnya energi kinetik enzim akan melampui rintangan energi untuk memutuskan ikatan
hidrogen dan hidrofobik yang lemah,yang mempertahankan struktur sekunder dan tersier.
Pada suhu ini terutama terjadi denaturasi,disertai hilangnya aktivitas katalik secara
cepat.Kisaran suhu yang suatu enzim akan mempertahankan konfirmasi yang stabil serta
mempunyai kemampuan katalis umumnya akan bergantung pada suhu sel tersebut. Enzim
dari manusia yang mempertahankan suhu tubuh pada 37 oC umumnya memperlihatkan
stabilitas hingga suhu setinggi 45-55oC. Enzim dari mikroorganisme yang hidup di dalam
mata air panas alam/pada temapt-tempat ventilasi hipertermal didasar samudra dapat tetap
stabil pada suhu 100oC atau lebih.
Perubahan pada kecepatan banyak reaksi yang dikatalisnya enzim yang menyertai
kenaikan/penurunan suhu tubuh merupakan gambaran mendasar upaya mempertahankan
kecepatan reaksi saat kemampuan enzim mengurangi rintangan energi bagi terjadinya
reaksi menaikkan konsentrasi lokal reaktan.
IV. ALAT
Bejana erlemeyer
Pipet volumetric 1 ml
Buret
Tabung reaksi
Stopwatch
V. REAGENSIA
Larutan enzim E (saliva)
Larutan Nacl 0,9%
Larutan dapar (buffer) dengan ph 6,5
Larutan substrat S
Penangas air ( water bath)
Larutan KI-KIO3
Larutan Hcl 0,05 N
VI. PELAKSANAAN
1. Masing-masing kelompok anggota belakang melakukan percobaan pada suhu
(0C,27C,40C dan 70C) sesuai dengan yang ditentukan oleh pemimpin praktikum
2. Siapkan 5 tabung reaksi bersih,beri masing-masing tanda 000 ,50 ,100 ,150 dan 200.
3. Siapkan bejana erlenmeyer dan pipet volumetric.
4. Ambil berturut-turut 15 ml dapar dengan pH 6,5, 3 ml larutan S, dan 6 ml larutan
HCl 0,9% dan masukkan ke dalam erlenmeyer. Goyangkan erlenmeyer dengan gerakan
memutar agar isinya tercampur rata.
5. Rendam erlenmeyer di dalam waterbath yang sesuai dengan suhu yang dipilihkan oleh
pimpinan praktikum untuk kelompok anda. (untuk 27 oC, letakkan saja erlenmeyer pada
Keterangan:
ATt
100%
15. Runutlah nili presentase substrat yang dicerna pada ordinat grafik yang
menghubungkannya dengan lama berlangsungnya reaksi (T) pada absisnya. Kurva
yang terbentuk disebut progress curve.
16. Bandingkan kinerja enzim pada berbagai suhu di atas dan buatlah analisis mengapa
demikian
VII.
BAGAN ALIR
Siapkan 5 tabung reaksi
Campuran tadi dipipet 1 ml, dimasukkan ke dalam tabung reaksi menit ke-0, aduk ad homogen
Dipipet 2 ml enzim, lalu masukkan ke campuran erlenmeyer, aduk rata
Menjelang menit ke 5, pipet campuran lalu masukkan ke dalam tabung reaksi bertanda 5,
lakukakn hal tersebut pada menit ke-10, 15, dan 20, aduk ad rata
VIII.
GAMBAR SKEMATIS
siapkan 5 tabung
reaksi
masing-masing 5 ml
Dipiet 1 ml camp.1,
dimasukkan ke dalam
tabung reaksi bertanda
15 ml larutan pH 6,5 +
3 ml Substrat + 6 ml
NaCl 0,9% dalam
erlenmeyer ( camp. 1)
Baca
absorbansinya
IX.
HASIL PENGAMATAN
Absorbsn : log
Waktu (t)
Transmitan (T)
Absorbance
70
0,1549
0%
58,5
0,2328
-50,29 %
10
60
0,2218
-43,19 %
15
56,5
0,2480
-60,10 %
20
54
0,2676
-72,76 %
0oC
70oC
Waktu (t)
0
Transmitan (T)
68
Absorbance
0,1765
52
0,2840
-69,55%
10
59
0,2291
-36,78%
15
63
0,2007
-19,82%
20
0
68
59
0,1675
0,2291
0%
0%
61
0,2147
6,29%
10
50
0,3010
-31,38%
15
51
0,2924
-27,63%
20
93
0,3140
86,25%
X.
PEMABAHASAN
Suhu mempengaruhi aktivitas katalisis enzim. Diluar suhu optimum, aktivitas
enzim menjadi tidak maksimal. Bila suhu terlalu rendah enzim menjadi tidak aktif,
akrena tidak terjadi benturan antara molekul enzim dengan subtract. Sedangkan bila suhu
terlalu tinggi, dimana terjadi benturan semakin banyak sehingga enzim akan mengalami
denaturasi, atau dapat dikatakan enzim akan kehilangan sifat alamiahnya.
Suhu rendah mendekati titik beku tidak merusak enzim, namun enzim tidak dapat
bekerja sebagian dan mencapai suhu maksimum pada suhu tertentu. Bila suhu
ditingkatkan terus menerus, jumlah enzim yang aktif akan berkurang karena mengalami
denaturasi. Kecepatan reaksi enzimatik mencapai puncaknya pada suhu optimum. Enzim
dalam tubuh manusia mempunyai suhu optimum sekitar 37oC. Sebagian besae enzim
menjadi tidak aktif pada pemanasan sampai 60C karena terjadi denaturasi.
Pada suhu 70C saat praktikum dilakukan, pembentukan antara enzim dan
subtract terus berlangsung. Namun keadaan ini tidak menambah laju reaksi melainkan
menurunkan laju reaksi, ini dikarenakan enzim mengalami denaturasi. Jika suhu jauh
lebih tinggi dari suhu optimum, maka semakin sukar bagis ubtrat untuk menempati
secara tepat di bagian aktif molekul enzim. Akibatnya kompleks ensim-subtrat (E-S)
akan sukar terbentuk, sehingga produk juga semakin sedikit dan ini terlibat pada grafik
yang semakin menurun dan ketidakberaturan grafik dengan naiknya nilai absorbansi
sehingga diperoleh grafik yang tidak sesuai teori. Hal ini disebabkan terlalu lamanya
tabung reaksi yang berada di luar penangas, sehingga diperkirakan suhu di dalam tabung
berada di bawah 70C pada saat pencampuran sehingga tumbukan antara enzim dan
subtract mengalami penurunan dan mendekati suhu optimum dan menghasilkan laju
reaksi yang menurun.
XI.
KESIMPULAN
1. Pada suhu 70C enzim mengalami denaturasi atau dapat dikatakan enzim kehilangan
sifat alamiahnya.
2. Ketidakberaturan grafik yang menurut teori menurun dikarenakan beberapa factor,
diantaranya :
Terjadinya kerusakan enzim karena pemanasan
Suhu setelah pencampuran mendekati suhu optimum karena tabung reaksi
berada di luar penangas.