Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kanker yang juga disebut neoplasma ganas atau tumor ganas ialah suatu massa jaringan
yang abnormal, yang pertumbuhannya melebihi dan tidak dikoordinasi dengan jaringan normal,
dan tetap berperangai demikian walaupun rangsangan yang menimbulkan perubahan tersebut
telah hilang. Pada saat ini merupakan salah satu penyakit yang paling ditakuti, oleh karena
dengan ditegakannya diagnosis kanker pada seseorang itu berarti telah dapat diramalkan
hidupnya tidak terlalu lama lagi. Pada umumnya penderita kanker berakhir dengan kematian.
Dewasa ini, masalah kanker paru dirasakan makin menonjol dibandingkan 20 tahun yang
lalu, terutama di Indonesia. Menurut Union Internationale Centre Le Cancer (IUCC), insidensi
dan mortalitas kanker paru meningkat di seluruh dunia, baik di negara maju maupun negaranegara berkembang. Di negara-negara maju, kematian akibat kanker menempati urutan pertama
di antara 10 penyebab kematian terbanyak di dunia. Di negara-negara berkembang seperti
Indonesia, kanker menempati urutan ke 7 sesudah penyakit-penyakit infeksi saluran cerna,
infeksi saluran nafas, penyakit kardiovaskular dan lain-lain. Di negara-negara maju, kanker paru
pada pria menempati urutan pertama sampai ke tiga dari seluruh penderita kanker. Bagaimana
keadaannya di Indonsia? Ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Makin menonjolnya
masalah kanker paru di Indonesia ini disebabkan oleh beberapa faktor:
1. Makin majunya ilmu pengetahuan, khususnya ilmu kedokteran dengan ditemukannya alat-alat
diagnostik baru; makin banyak penderita kanker paru didiagnosis.
2. Meningkatnya konsumsi rokok, di mana rokok mempunyai hubungan erat dengan timbulnya
kanker paru.
3. Meningkatnya polusi di udara, sebagai akibat bertambahnya kendaraan bermotor dan
berdirinya pabrik-pabrik baru.
4. Membaiknya pelayanan kesehatan, mengakibatkan bertambahnya penduduk yang berusia
lanjut.
1.2 Tujuan
limfangitis) menyebabkan suatu perselubungan linier pada paru, biasanya disertai pembesaran
kelenjar getah bening hilus.
2.2 ETIOLOGI
1. Rokok
Rokok merupakan penyebab 85 90% kasus kanker paru, dimana resiko kanker paru pada
perokok 30 kali lebih besar dari yang bukan perokok. Perokok pasif memiliki resiko 2 kali lipat
untuk menjadi kanker paru, sedangkan perokok aktif 20 kali lipat untuk mengalami kanker paru.
Resiko untuk terjadinya kanker paru berhubungan dengan dosis kumulatif yang pada rokok
digunakan isitilah Pack-year atau pak per tahun dan untuk pencatatan biasanya dipakai batang
per hari. Resiko untuk terjadinya kanker tipe sel besar meningkat pada perokok sedangkan
beberapa adenokarsinoma tidak berhubungan dengan rokok khususnya pada wanita
Ini karena tembakau pada rokok mengandung lebih dari 4.000 zat kimia, dimana 50 di
antaranya dikenal sebagai karsinogen (yang berarti agen penyebab kanker) yang dapat
menyebabkan kerusakan pada sel-sel paru-paru. Sebuah sel yang sudah rusak dapat menjadi
kanker dalam jangka waktu tertentu.
2. Paparan dengan gas radon
Faktor risiko kedua untuk kanker paru-paru adalah paparan gas radon. Radon adalah gas
radioaktif yang terjadi secara alami di tanah di daerah tertentu, yang dapat menyebabkan kanker
paru-paru jika merembes ke dalam rumah Anda.
3. Skrining kanker paru-paru
Skrining berarti pengetesan untuk tahap awal penyakit sebelum ada gejala. Sebelum skrining
untuk semua jenis kanker. Pengujian harus handal dalam menangani kanker yang ada di sana.
Dan tidak boleh memberikan hasil positif palsu pada orang yang tidak memiliki kanker.
Kanker paru seringkali ditangani dengan sinar-X dada. Namun jika didiagnosis dengan cara
ini, umumnya cukup lama. Peneliti sedang mencoba untuk menemukan tes skrining yang dapat
membantu untuk mendiagnosa kanker paru-paru lebih cepat. Mereka melirik pada alat scan yang
disebut CT Scan untuk orang-orang berisiko tinggi terkena kanker paru-paru.
4. Polusi udara
Sebuah studi menunjukkan bahwa orang yang tinggal di daerah dengan tingkat oksida
nitrogen tinggi (umumnya dari mobil dan kendaraan lainnya) memiliki peningkatan risiko kanker
paru-paru sebesar 30%.
2.3 PATOFISIOLOGI.
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia
hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan
karsinogen maka menyebabkan metaplasia, hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang
disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul
efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi yang letaknya
sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan
ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala gejala yang timbul
dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin. Wheezing unilateral dapat
terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan
adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur struktur
terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.
Dalam istilah medis penyebaran kanker disebabkan oleh bagian tubuh lain sebagai
penderita kanker. Dalam virus yang menginfeksi awal kanker paru-paru, dapat terjadi karena
pasien sering merokok atau penderita lain bisa menyebabkan infeksi dari virus kanker. Pada saat
tumor ganas mulai di tempat dan penyebaran mereka sangat terbatas hanya di bagian-bagian
tubuh tertentu. Pertama dimulai di paru-paru yang sel-sel kanker ganas sangat rentan di paruparu, tetapi juga di organ lain mulai menyebar, sementara kerusakan jaringan ini juga dikenal
sebagai tumor primer, tumor ini cenderung jaringan paru-paru, di mana ia tumbuh dan
berkembang . Tidak peduli apa yang telah meningkatkan angka kelangsungan hidup untuk
kanker paru-paru dibandingkan dengan kanker lainnya.
Sebuah kanker paru-paru adalah salah satu bentuk kanker paling berbahaya di dunia saat
ini, yang dikenal dan bertanggung jawab atas lebih dari 100.000 kematian per tahun. Meskipun
statistik ini mengkhawatirkan, masih banyak orang yang tidak tahu bahwa merokok tembakau,
atau bahkan alasan utama untuk kasus kanker paru-paru. Di sisi lain, juga dikenal sebagai
perokok pasif merokok berbahaya terutama yang berkaitan dengan Tahap 1 kanker paru-paru.
2.5 KLASIFIKASI.
Klasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma Pleura dan Paru paru (1977) :
1. Karsinoma Bronkogenik.
a.
Gejala yang paling sering adalah batuk kronis dengan/tanpa produksi sputum. Produksi
sputum yang berlebih merupakan suatu gejala karsinoma sel bronkoalveolar (bronchoalveolar
cell
carcinoma). Hemoptisis (batuk darah) merupakan gejala pada hampir 50% kasus. Nyeri
dada juga umum terjadi dan bervariasi mulai dari nyeri pada lokasi tumor atau nyeri yang lebih
berat oleh karena adanya invasi ke dinding dada atau mediastinum. Susah bernafas (dyspnea) dan
penurunan berat badan juga sering dikeluhkan oleh pasien kanker paru. Pneumonia fokal rekuren
dan pneumonia segmental mungkin terjadi karena lesi obstruktif dalam saluran nafas. Mengi
unilateral dan monofonik jarang terjadi karena adanya tumor bronkial obstruksi. Stridor dapat
ditemukan bila trakea sudah terlibat.
sembab/plethora, lehar edema dan kongesti, pelebaran vena-vena dada. Tumor apeks dapat
meluas dan melibatkan cabang simpatis superior dan menyebabkan sindroma Horner, melibatkan
pleksus brakialis dan menyebabkan nyeri pada leher dan bahu dengan atrofi dari otot-otot kecil
tangan. Tumor di sebelah kiri dapat mengkompresi nervus laringeus rekurensyang berjalan di
atas arcus aorta dan menyebabkan suara serak dan paralisis pita suara kiri. Invasi tumor langsung
atau kelenjar mediastinum yang membesar dapat menyebabkan kompresi esophagus dan
akhirnya disfagia.
Kira-kira 10-20% pasien kanker paru mengalami sindroma paraneoplastik. Biasanya hal ini
terjadi bukan disebabkan oleh tumor, melainkan karena zat hormon/peptida yang dihasilkan oleh
tumor itu sendiri. Pasien dapat menunjukkan gejala-gejala seperti mudah lelah, mual, nyeri
abdomen, confusion, atau gejala yang lebih spesifik seperti galaktorea (galactorrhea). Produksi
hormon lebih sering terjadi pada karsinoma sel kecil dan beberapa sel menunjukkan karakteristik
neuro-endokrin. Peptida yang disekresi berupa
antidiuretic hormone (ADH), kalsitonin, oksitosin dan hormon paratiroid. Walaupun kadar
peptide-peptida ini tinggi pada pasien-pasien kanker paru, namun hanya sekitar 5% pasien yang
menunjukkan sindroma klinisnya. Jari tabuh (clubbing finger) dan hypertrophic pulmonary
osteo-arthropathy (HPOA) juga termasuk manifestasi non metastasis dari kanker paru. Neuropati
perifer dan sindroma neurologi seperti sindroma miastenia Lambert-Eaton juga dihubungkan
dengan kanker paru.
Penurunan berat badan >20% dari berat badan sebelumnya (bulan sebelumnya) sering
mengindikasikan adanya metastasis. Pasien dengan metastasis ke hepar sering mengeluhkan
penurunan berat badan. Kanker paru umumnya juga bermetastasis ke kelenjar adrenal, tulang,
otak, dan kulit. Keterlibatan organ-organ ini dapat menyebabkan nyeri local. Metastasis ke
tulang dapat terjadi ke tulang mana saja namun cenderung melibatkan tulang iga, vertebra,
humerus, dan tulang femur. Bila terjadi metastasis ke otak, maka akan terdapat gejala-gejala
neurologi, seperti confusion, perubahan kepribadian, dan kejang. Kelenjar getah bening
supraklavikular dan servikal anterior dapat terlibat pada 25% pasien dan sebaiknya dinilai secara
rutin dalam mengevaluasi pasien kanker paru.
2.7 PATOLOGI
A.Kanker paru tipe sel kecil
Kanker paru tipe sel kecil atau small cell lung cancer (SCLC) meliputi15% dari seluruh
kanker paru. SCLC ini terdiri dari beberapa subtipehistologi yaitu sel oat, sel poligonal,
limfositik dan sel spindel. Lokasi yang paling sering adalah pada daerah sentral atau hilus (95%)
sedangkan sisanya di daerah perifer (5%). Pasien dengan SCLC biasanya telah menunjukkan
berbagai gejala dan tanda penyakit pada saat SCLC di diagnosis. Penurunan kondisi klinis yang
cepat pada seseorang yang terdapat massa di daerah thorax ini dapat mengindikasikan adanya
SCLC.Metastase SCLC biasanya melalui jalur peredaran darah ke otak, sumsum tulang dan hati.
Effusi pleura sering terjadi pada SCLC. Sering kambuh pada tempat yang baru setelah
radioterapi atau kemoterapi. SCLC dihubungkan dengan sindrom paraneoplastik seperti
SIADH,Hiperkoagulasi, sindrom ACTH ektopik, sindrom myastenia danhiperkalsemia.
terjadi di perifer dan secara klinis biasanya terlokalisasi pada tempatnya dan kekambuhan setelah
operasi maupun radiasi atau kemoterapi biasanya pada tempat yang sama. Karsinoma sel
skuamosa
ini
dihubungkan
dengansindrom
paraneoplastik
seperti
hiperkalsemia
dan
hiperkoagulasi.
Adenokarsinoma dan kanker sel besar meliputi 60% kanker paru dimana keduanya sering
berlokasi di perifer namun adenokarsinoma dapat juga terjadi di sentral. Secara klinis pasien
dengan adenokarsinoma biasanya menunjukkan gambaran nodul di perifer dan biasanya telah
mengalamimetastase regional. Adenokarsinoma dan kanker sel besar memiliki perjalanan
penyakit dan penyebaran yang sama yaitu melalui aliran darah paling banyak ke tulang, hati dan
otak. Kedua kanker ini berhubungan dengan sindrom paraneoplastik seperti hipertropik
osteoartropati, hiperkoagulasi, hiperkalsemia, dan ginekomastia (kanker sel besar).
Tahap terbatas, yaitu kanker yang hanya ditemukan pada satu bagian paru-paru saja dan
pada jaringan disekitarnya.
Tahap ekstensif, yaitu kanker yang ditemukan pada jaringan dada di luar paru-paru
tempat asalnya. Atau kanker ditemukan pada organ-organ tubuh yang jauh.
2.Perkembangan NSCLC
Tahap tersembunyi merupakan tahap ditemukannya sel kanker pada dahak (sputum)
pasien di dalam sampel air saat bronkoskopi, tetapi tidak terlihat adanya tumor di paruparu.
Stadium 0 merupakan tahap ditemukannya sel-sel kanker hanya pada lapisan terdalam
paru-paru dan tidak bersifat invasif.
Stadium I merupakan tahap kanker yang hanya ditemukan pada paru-paru dan belum
menyebar ke kelenjar getah bening sekitarnya.
Stadium II merupakan tahap kanker yang ditemukan pada paru-paru dan kelenjar getah
bening di dekatnya.
Stadium III merupakan tahap kanker yang telah menyebar ke daerah di sekitarnya, seperti
dinding dada, diafragma, pembuluh besar atau kelenjar getah bening di sisi yang sama
atau pun sisi berlawanan dari tumor tersebut.
Stadium IV merupakan tahap kanker yang ditemukan lebih dari satu lobus paru-paru
yang sama, atau di paru-paru yang lain. Sel-sel kanker telah menyebar juga ke organ
tubuh lainnya, misalnya ke otak, kelenjar adrenalin, hati, dan tulang.
D.Pemeriksaan Sitologi
Pemeriksaan sitologi dilakukan dengan pemeriksan sitologi sputumterutama pada kasus
tumor paru yang menginvasi saluran nafasdengan gejala batuk. Dalam pemeriksaan mikroskopis
akanditemukan gambaran sel-sel kanker dalam sputum. Pemeriksaan initidak invasif
E.Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi merupakan standar baku penegakandiagnosis kanker paru.
Pengumpulan
bahannya
dapat
melalui bronkoskopi,
biopsi
transtorakal,
torakoskopi,
F.Pemeriksaan Serologi
Beberapa petanda kanker paru yang dipakai sebagai penunjangdiagnosis yaitu CEA
(carcinoma embryonic antigen), NSE(neuron-spesific enolase) dan Cyfra 21-1(Cytokeratin
fragment19).
G.Bronkoskopi
Dilakukan dengan memasukkan alat bronkoskof ke dalam bronkusuntuk melihat secara
langsung tumor atau kanker pada salurannafas dan juga dapat digunakan untuk mengambil bahan
biopsi
Jika kanker terdapat pada saluran nafas maka akan tampak jaringankanker yang mengisi
ruang saluran nafas di antara sel normal.
H.Thorakosintesis
Dilakukan apabila kanker yang mengenai jaringan paru telahmenimbulkan efusi pleura
atau suatu ruang dalam paru yang terisicairan eksudat atau transudat akibat invasi sel-sel kanker.
Supotif.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi, tranfusi
darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi. (Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan
Doenges, rencana Asuhan Keperawatan, 2000)
1.Pembedahan: Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk
mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi
paru paru yang tidak terkena kanker.
a.Toraktomi eksplorasi: Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau
toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
b.Pneumonektomi: Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa
diangkat.
c.Lobektomi (pengangkatan lobus paru). Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu
lobus, bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak
tuberkulois.
d.Resesi segmental. Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
e.Resesi baji. Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan
yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru paru berbentuk baji (potongan
es).
f.Dekortikasi. Merupakan pengangkatan bahan bahan fibrin dari pleura viscelaris).
2.Radiasi:
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga sebagai
terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/
penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus.
3.Kemoterafi:
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani pasien
dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi
radiasi.
Pasien dengan keganasan memiliki kondisi dan kelemahan-kelemahan yang apabila
diberikan kemoterapi dapat terjadi untolerable side efek, sebelum memberikan kemoterapi
harus dipertimbangkan:
1. Menggunakan kriteria Eastren Cooperative Oncology Group (ECOG) yaitu status
penampilan < 2.
2. Jumlah lekosit lebih dari 3000/ml.
3. Jumlah trombosit lebih dari 120.000/ul.
4. Cadangan sumsum tulang masih adekuat misalnya Hb lebih dari 10 gr%.
5. Kliren kreatinin diatas 60 ml/menit (dalam 24 jam).
6. Bilirubin kurang dari 2 ml/dl, SGOT dan SGPT dalam batas normal.
7. Elektrolit dalam batasnormal.
8. Mengingat toksisitas obat sebaiknya tidak diberikan diatas umur 70 tahun.
Status penampilan penderita ini mengambil indikator kemampuan pasien, dimana penyakit
kanker semakin berat pasti akan mempengaruhi penampilan pasien. Hal ini juga menjadi faktor
prognostik dan faktor yang menetukan pilihan terapi yang tepat pada pasien sesuia dengan
status penampilannya.
Skala status penampilan menurut ECOG ialah:
Grade 0
: masih sepenuhnya aktif, tanpa hambatan untuk mengerjakan tugas dan pekerjaan
sehari-hari.
Grade 1
: hambatan pada pekerjaan berat, namun masih mampu bekerja kantor ataupun
bisa mengurus perawata dirinya sendiri, tidak dapat melakukan pekerjaan lain.
Grade 3
: hanya mampu melakukan perawatan diri tertentu, lebih dari 50 % waktunya untuk
tiduran.
Grade 4
: sepenuhnya tidak bisa melakukan aktifitas apapun, hanya dikursi atau tiduran terus.
Kemoterapi dapat diberikan jika memenuhi syarat antara lain keadaan umum baik, skala
Karnofsky diatas > 70, fungsi hati, ginjal dan homeostatik (darah) baik dan masalah finansial
dapat diatasi. Syarat homeostatik yang memenuhi syarat ialah: HB >10 gr%, leukosit >
4000/dl, trombosit > 100000/dl.
Kemoterapi Ajuvan
Kemoterapi ialah segolongan obat-obatan yang dapat menghambat pertumbuhan kanker dan
bahkan membunuh sel kanker. Obat-obat anti kanker ini dapat digunakan sebagai terapi
tunggal (active single agent), tetapi sebagian besar berupa kombinasi karena dapat lebih
meningkatkan potensi sitotoksik terhadap sel kanker. Selain itu sel-sel yang resisten terhadap
salah satu obat mungkin sensitif
Platinum Based
Kemoterapi merupakan pilihan terapi lini pertama pada hampir 70 sampai 80% pasien
Non-small cell Lung Carcinoma (NSCLC) yang luas (stadium III) atau yang sudah bermetastase
(stadium IV), yang merupakan 80 %-85% dari kasus kanker paru. Standar lini pertama
kemoterapi pada pasien dengan performance status baik (0/1) ialah platinum-based (Cisplatin
atau Carboplatin) yang dikombinasikan dengan generasi ketiga sitotoksik agen (gemcitabine,
vinorelbine, paclitaxel, atau docetaxel).
Kemoterapi untuk kanker paru minimal berupa regimen yang terdiri
obat anti kanker dan diberikan dengan siklus 21 atau 28 hari setiap siklusnya. Kemoterapi
untuk SCLC (small cell lung cancer) diberikan sampai enam siklus dengan Cisplatin based
regimen, yang diberikan ialah Cisplatin dengan Etoposide, Cisplatin dengan Irinotecan dimana
pada keadaan tertentu Cisplatin dapat digantikan dengan Karboplatin dan Irinotecan digantikan
dengan Docetaxel.
Kemoterapi untuk NSCLC (non-small cell lung cancer) dapat diberikan enam siklus
(pada kasus tertentu dapat diberikan lebih dari 6 siklus) dengan platinum based regimen yang
diberikan sebagai terapi lini pertama adalah; Karboplatin/Cisplatin dengan Etoposide,
Karboplatin/Cisplatin
dengan
Gemcitabin,
Karboplatin/Cisplatin
dengan
Paklitaksel,
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
Pemeriksaan Fisik :
Pada pemeriksaan fisik pasien dengan kanker paru akan didapatkan sebagai berikut :
Inspeksi
Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa
melalui pengamatan. Cahaya yang adekuat diperlukan agar perawat dapat membedakan warna,
bentuk dan kebersihan tubuh klien. Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran
tubuh, warna, bentuk, posisi, simetris. Dan perlu dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian
tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya. Contoh : mata kuning (ikterus), terdapat struma di leher,
kulit kebiruan (sianosis), dan lain-lain.
Palpasi
Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera peraba. Tangan dan jari-jari adalah
instrumen yang sensitif digunakan untuk mengumpulkan data, misalnya tentang : temperatur,
turgor, bentuk, kelembaban, vibrasi, ukuran.
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama palpasi :
Ciptakan lingkungan yang nyaman dan santai.
Tangan perawat harus dalam keadaan hangat dan kering
Kuku jari perawat harus dipotong pendek.
Semua bagian yang nyeri dipalpasi paling akhir.
Misalnya : adanya tumor, oedema, krepitasi (patah tulang), dan lain-lain.
Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu untuk
membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri kanan) dengan tujuan menghasilkan suara.
Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan.
Perawat menggunakan kedua tangannya sebagai alat untuk menghasilkan suara.
Adapun suara-suara yang dijumpai pada perkusi adalah :
Sonor : suara perkusi jaringan yang normal.
Redup : suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya di daerah paru-paru pada pneumonia.
Pekak : suara perkusi jaringan yang padat seperti pada perkusi daerah jantung, perkusi daerah
hepar.
Hipersonor/timpani : suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong, misalnya daerah
caverna paru, pada klien asthma kronik.
Auskultasi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan
oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang
didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.
Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafas adalah :
Rales : suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-saluran halus pernafasan
mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang, kasar). Misalnya pada klien pneumonia,
TBC.
Ronchi : nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun saat
ekspirasi. Ciri khas ronchi adalah akan hilang bila klien batuk. Misalnya pada edema
paru.
Wheezing : bunyi yang terdengar ngiii.k. bisa dijumpai pada fase inspirasi maupun
ekspirasi. Misalnya pada bronchitis akut, asma.
Pleura Friction Rub ; bunyi yang terdengar kering seperti suara gosokan amplas pada
kayu. Misalnya pada klien dengan peradangan pleura.
Gejala : JVD (obstruksi vana kava). Bunyi jantung : gesekan pericardial (menunjukkan efusi),
Takikardi/ disritmia, Jari tabuh.
3). Integritas ego.
Gejala : Perasaan takut. Takut hasil pembedahan,Menolak kondisi yang berat/ potensi
keganasan.
Gejala : Penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan makanan, Kesulitan
menelan, Haus/ peningkatan masukan cairan.
Gejala : Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak selalu pada tahap lanjut)
dimana dapat/ tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi.
Nyeri bahu/ tangan (khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma)
Nyeri abdomen hilang timbul.
7). Pernafasan.
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau produksi sputum. Nafas
pendek, Pekerja yang terpajan polutan, debu industri, Serak, paralysis pita suara.
Riwayat merokok
3.3 Intervensi
1). Kerusakan pertukaran gas
Kriteria hasil :
- Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisi adekuat dengan GDA dalam rentang normal
dan bebas gejala distress pernafasan.
- Berpartisipasi dalam program pengobatan, dalam kemampuan/ situasi.
INTERVENSI
RASIONAL
Kaji status pernafasan dengan sering, catat Dispnea merupakan mekanisme kompensasi
peningkatan frekuensi atau upaya pernafasan adanya tahanan jalan nafas
akibat
membrane
peningkatan
alveolar-kapiler.
permeabilitas
Mengi
adalah
Penurunan
oksigenasi
bermakna
terjadi
pertukaran
Menunjukkan
sediaan
ventilasi
oksigen
atau
untuk
oksigenasi.
RASIONAL
Penggunaan otot interkostal/ abdominal dan
pelebaran nasal menunjukkan peningkatan
upaya bernafas
dad
terbatas
atau
tidak
sama
dan adanya
Catat karakteristik batuk (misalnya, menetap, Karakteristik batuk dapat berubah tergantung
efektif,
tak
efektif),
juga
produksi
karakteristik sputum
Pertahankan posisi tubuh/ kepala tepat dan Memudahkan memelihara jalan nafas atas
gunakan alat jalan nafas sesuai kebutuhan
menurunkan
ventilasi,
viskositas
dan
sekret,
memudahkan
3). Nyeri
Kriteria hasil :
- Melaporkan nyeri hilang/ terkontrol.
- Tampak rileks dan tidur/ istirahat dengan baik.
- Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/ dibutuhkan
INTERVENSI
RASIONAL
Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan Membantu dalam evaluasi gejala nyeri karena
karakteristik nyeri. Buat rentang intensitas kanker. Penggunaan skala rentang membantu
pada skala 0 10
Kaji pernyataan verbal dan non-verbal nyeri Ketidaksesuaian antar petunjuk verbal/ non
pasien
Catat
kemungkinan
penyebab
diagnosa
kanker
dapat
mengganggu
kemampuan mengatasinya.
Dorong menyatakan perasaan tentang nyeri.
relaksasi
dan
pengalihan
perhatian
RASIONAL
Dorong belajar untuk memenuhi kebutuhan Sembuh dari gangguan gagal paru dapat sangat
pasien. Beriak informasi dalam cara yang jelas/ menghambat
ringkas.
lingkup
perhatian
pasien,
Berikan informasi verbal dan tertulis tentang Pemberian instruksi penggunaan obat yang
obat
Kaji konseling nutrisi tentang rencana makan; Pasien dengan masalah pernafasan berat
kebutuhan makanan kalori tinggi.
anoreksia
sehingga
memerlukan
konsumsi/
kebutuhan
oksigen
berlebihan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas atau epitel
bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak terbatas
dan merusak sel-sel atau jaringan yang normal. Pertumbuhan sel-sel kanker akan menyebabkan
jaringan menjadi besar yang disebut tumor ganas. Tumor dibagi atas dua bagian yaitu tumor
jinak dan tumor ganas.
Kanker paru merupakan salah satu jenis kanker yang paling sering ditemukan pada laki-laki
dibanding perempuan. Cause Spesifik Death Rate (CSDR) kanker paru antara negara satu
dengan negara yang lain berbeda. Hal ini berhubungan dengan kebiasaan merokok di negara
tersebut. Dilaporkan bahwa 90% kasus kanker paru terjadi pada usia 40 tahun. Gangguan pada
gen atau proses pertumbuhan itu dapat menyebabkan sel tumbuh tidak terkendali. Pada beberapa
kondisi tidak semua gangguan itu berkembang cepat namun dapat berhenti sebelum berubah
menjadi ganas (tumor jinak). Status imunologi penderita yang dipantau dari celular mediated
menunjukkan adanya korelasi antara derajat differensiasi sel, stadium penyakit, tanggapan
terhadap pengobatan serta prognosis. Merokok merupakan faktor risiko utama kanker paru. Pada
rokok terdapat zat karsinogen dan zat pemicu timbulnya kanker. Risiko relatif terjadinya kanker
paru pada perokok adalah 20 kali dibandingkan dengan non perokok.
Klasifikasi kanker paru secara histologi dibagi menjadi 4 jenis untuk kebutuhan klinis,
yaitu Small Cell Lung Cancer, Karsinoma Epidermoid, Adenikarsinoma, dan Karsinoma Sel
Besar. Penatalaksanaan Kanker paru meliputi pembedahan, radioterapi, dan kemoterapi.
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum:
Menjelaskan asuhan keperawatan dengan klien kanker paru
1. Tujuan Khusus:
1. Menjelaskan konsep dasar dari penyakit kanker paru
2. Menjelaskan definisi dari penyakit kanker paru
3. Menjelaskan etiologi dari penyakit kanker paru
4. Menjelaskan patofisiologi kanker paru
5. Menjelaskan Stadium kanker paru
6. Menjelaskan manifestasi klinis kanker paru
1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil sebagai berikut :
1. Mengetahui Penatalaksaan pada klien kanker paru
2. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien kanker paru
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.1.1 Kanker
Kanker adalah suatu pertumbuhan sel0sel abnormal yang cenderung menginvasi jaringan di
sekitarnya dan menyebar ke tempat-tempat jauh. Terdapar beberapa kategori kanker
Kanker adalah pertumbuhan sel abnormal yang cenderung menyerang jaringan disekitarnya dan
menyebar ke organ tubuh lain yang letaknya jauh. Kanker terjadi karena profilerasi sel tak
terkontrol yang terjadi tanpa batas dan tanpa tujuan bagi pejamu. Istilah kanker menagcu pada
lebih dari 100 bentuk penyakit. Meskipun setiap kanker memiliki ciri unik, kanker muncul
melalui beberapa proses yang sama yang pada akhirnya bergantung pada perubahan genetik
secara krusial. (elizabeth, 2008)
Kategori kanker
1. Tumor diindentifikasi berdasarkan jaringan asal, tempat mereka tumbuh. Akhiran oma
biasanya ditambahkan ke istilah jaringn untuk mengidentifikasi suatu kaker.
2. KARSINOMA adalah kanker jaringn epitel, termasuk sel-sel kulit, testis, ovarium,
kelenjar penghasil mucus, sel penghasil melanin, payudara, serviks, kolon, rectum,
lambung, pangkreas dan esophagus karsinoma in situ adalah istilah yang digunakan untuk
menjelaskan sel epitel abnormal yang masih terbatas di daerah tertentu sehingga masih
dianggap lesi prainvasif.
3. LIMFOMA adalah kanker jaringn limfe yang mencakup kapiler limfe, lacteal, limpa,
berbagai kelenjar limfe, dan pembuluh limfe. Timus dan sumsum tulang juga dapat
dipengaruhi. Limfoma spesifik antara lain adalah penyakit Hodgkin (kanker kelenjar
limfe dan limpa) dan limfoma malignum
4. SARKOMA adalah kanker jaringn ikat, termasuk sel-sel yang ditemukan di otot dan
tulang
5. GLIKOMA adalah kanker sel-sel glia (penunjang) di susunan saraf pusat
biasanya berukuran keci dan tumbuh lambat, tetapi bermetastasis secara dini dan angka bertahan
hidup sampai 5 tahunnya buruk.
Kanker sel besar Takberdiferensiasi sangat anaplastik dan cepat bermetastasis. Tumor ini sekitar
10-15% dari semua kanker paru, sering terjadi di bagian perifer dan meluas kearah pusat paru.
Tumor ini berkaitan erat dengan merokok dan dapat menyebabkan nyeri dada. Kanker jenis ini
mamiliki prognosis berthan hidup yang sangat buruk.
Karsinoma sel kecil sekitar 25% dari semua sel kanker paru. Tumor jenis ini juga disebut sebagi
karsinoma oat cell dan biasanya tumbuh dibagian tengah paru. Karsinoma sel kecil sejenis tumor
yang bersifat sangat anaplastik, atau embrionik, sehingga memperlihatkan insiden metastasis
yang tinggi. Tumor ini sering merupakan tempat produksi tumor ektopik dan dapat menyebabkan
gejala awal berdasarkan gangguan endokrin. Metastasis paru yang timbul ada tumor ini juga
disebabkan obstruksi aliran udara. Tumor jenis ini mungkin merupakn jenis yang paling sering
dijumpai pada perokok, dan memiliki prognosis paling buruk. (elizabeth, 2008)
Klasifikasi histologist WHO 1999 untuk tumor paru dan tumor pleura : Epithelia tumors
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Benign
Preinsasive
Malignant
Large cell carcinoma
Adenosquamous carcinoma
Carcinoma woth pleomorphic sarcomatoid or sarcomatous element
7. Carcinoid tumor
8. Carcinomas of salicary gland tyepe
2.2 Etiologi
1. 1.
Merokok
Kejadian kanker paru-paru adalah sangat terkait dengan merokok, dengan kira-kira 90% dari
kanker-kanker paru-paru timbul sebagai akibat dari penggunaan tembakau. Risiko kanker paruparu meningkat dengan jumlah rokok-rokok yang dihisap melalui waktu; dokter-dokter merujuk
risiko ini dalam hal sejarah merokok bungkus tahunan (jumlah dari bungkus-bungkus rokok yang
dihisap per hari dikalikan dengan jumlah tahun-tahun penghisapan). Contohnya, seorang yang
telah merokok dua bungkus rokok per hari untuk 10 tahun mempunyai suatu sejarah 20 bungkus
tahunan. Ketika risiko kanker paru meningkat bahkan dengan suatu sejarah merokok 10 bungkus
tahunan, mereka yang dengan sejarah-sejarah 30 bungkus tahunan atau lebih dipertimbangkan
mempunyai risiko yang paling besar mengembangkan kanker paru. Diantara merek yang
merokok dua bungkus atau lebih rokok per hari, satu dari tujuh akan meninggal karena kanker
paru.
Menghisap pipa dan cerutu dapat juga menyebabkan kanker paru, meskipun risikonya tidak
setinggi menghisap rokok. Dimana seorang yang merokok satu bungkus rokok per hari
mempunyai suatu risiko mengembangkan kanker paru yang 25 kali lebih tinggi daripada seorang
yang tidak merokok, perokok-perokok pipa dan cerutu mempunyai suatu risiko kanker paru yang
kira-kira 5 kali daripada seseorang yang tidak merokok.
Asap tembakau mengandung lebih dari 4,000 senyawa-senyawa kimia, banyak darinya telah
ditunjukkan menyebabkan kanker, atau karsinogen. Dua karsinogenik-karsinogenik utama
didalam asap tembakau adalah kimia-kimia yang dikenal sebagai nitrosamines dan polycyclic
aromatic hydrocarbons. Risiko mengembangkan kanker paru berkurang setiap tahun seiring
dengan penghentian merokok ketika sel-sel normal tumbuh dan menggantikan sel-sel yang rusak
didalam paru. Pada mantan-mantan perokok, risiko mengembangkan kanker paru mulai
mendekati yang dari seorang bukan perokok kira-kira 15 tahun setelah penghentian merokok.
3
Merokok Pasif
Serat-serat asbes (asbestos fibers) adalah serat-serat silikat (silicate fibers) yang dapat menetap
untuk seumur hidup dalam jaringan paru seiring dengan paparan pada asbes-asbes. Tempat kerja
adalah suatu sumber paparan pada serat-serat asbes yang umum, karena asbes-asbes digunakan
secara meluas di masa lalu untuk kedua-duanya yaitu sebagai materi-materi isolasi panas dan
akustik. Sekarang, penggunaan asbes dibatasi atau dilarang pada banyak negara-negara,
termasuk Amerika. Kedua-duanya kanker paru dan mesothelioma (suatu tipe kanker dari pleura
atau dari lapisan rongga perut yang disebut peritoneum) dikaitkan dengan paparan pada asbesasbes. Mehisap rokok secara dramatis meningkatkan kemungkinan mengembangkan suatu
kanker paru yang berhubungan dengan asbes pada pekerja-pekerja yang terpapar. Pekerjapekerja asbes yang tidak merokok mempunyai suatu risiko sebesar lima kali mengembangkan
kanker paru daripada bukan perokok, dan pekerja-pekerja asbes yang merokok mempunyai suatu
risiko sebesar 50 sampai 90 kali lebih besar daripada bukan perokok.
4
Radon Gas
Radon gas adalah suatu gas mulia secara kimia dan alami yang adalah suatu pemecahan produk
uranium alami (Produk radio aktif). Ia pecah/hancur membentuk produk-produk yang mengemisi
suatu tipe radiasi yang mengionisasi. Radon gas adalah suatu penyebab kanker paru yang
dikenal, dengan suatu estimasi 12% dari kematian-kematian kanker paru diakibatkan oleh radon
gas, atau 15,000 sampai 22,000 kematian-kematian yang berhubungan dengan kanker paru setiap
tahun di Amerika, membuat radon penyebab utama kedua dari kanker paru di Amerika. Seperti
dengan paparan pada asbes, merokok yang serentak meningkatkan sangat besar risiko kanker
paru dengan paparan pada radon. Radon gas dapat bergerak melalui tanah dan masuk kedalam
rumah melalui celah-celah diantara fondasi-fondasi, pipa-pipa, saluran-saluran, atau tempattempat terbuka lainnya. The U.S. Environmental Protection Agency memperkirakan bahwa satu
dari setiap 15 rumah-rumah di Amerika mengandung tingkat-tingkat radon gas yang berbahaya.
Radon gas tidak terlihat dan tidak berbau, namun ia dapat terdeteksi dengan kotak-kotak tes yang
sederhana.
5
Kecenderungan Keluarga
Ketika mayoritas dari kanker-kanker paru dikaitkan dengan menghisap tembakau, fakta bahwa
tidak semua perokok akhirnya mengembangkan kanker paru menyarankan bahwa faktor-faktor
lain, seperti kepekaan genetik individu, mungkin memainkan suatu peran dalam menyebabkan
kanker paru. Banyak studi-studi telah menunjukkan bahwa kanker paru kemungkinan terjadi
pada saudara-saudara baik yang merokok maupun yang tidak merokok yang telah mempunyai
kanker paru daripada populasi umum. Penelitian akhir-akhir ini telah melokalisir suatu daerah
pada lengan panjang dari kromosom manusia nomor 6 yang kemungkinan mengandung suatu
gen yang memberikan suatu kepekaan yang meningkat mengembangkan kanker paru pada
perokok-perokok.
6
Penyakit-Penyakit Paru
Orang-orang yang selamat dari kanker paru mempunyai suatu risiko yang lebih besar daripada
populasi umum mengembangkan suatu kanker paru kedua. Orang-orang yang selamat dari nonsmall cell lung cancers (NSCLCs, lihat dibawah) mempunyai suatu risiko tambahan dari 1%-2%
per tahun mengembangkan suatu kanker paru kedua. Pada orang-orang yang selamat dari small
cell lung cancers (SCLCs), risiko mengembangkan kanker-kanker kedua mendekati 6% per
tahun.
8
Polusi Udara
Polusi udara dari kendaraan-kendaraan, industri, dan tempat-tempat pembangkit tenaga (listrik)
dapat meningkatkan kemungkinan mengembangkan kanker paru pada individu-individu yang
terpapar. Sampai 1% dari kematian-kematian kanker paru disebabkan oleh pernapasan udara
yang terpolusi, dan ahli-ahli percaya bahwa paparan yang memanjang (lama) pada udara yang
terpolusi sangat tinggi dapat membawa suatu risiko serupa dengan yang dari merokok pasif
untuk mengembangkan kanker paru. Merokok merupakan penyebab utama dari sekitar 90%
kasus kanker paru-paru pada pria dan sekitar 70% pada wanita. Semakin banyak rokok yang
dihisap, semakin besar risiko untuk menderita kanker paru-paru. Hanya sebagian kecil kanker
paru-paru (sekitar 10%-15% pada pria dan 5% pada wanita) yang disebabkan oleh zat yang
ditemui atau terhirup di tempat bekerja. Bekerja dengan asbes, radiasi, arsen, kromat, nikel,
klorometil eter, gas mustard dan pancaran oven arang bisa menyebabkan kanker paru-paru,
meskipun biasanya hanya terjadi pada pekerja yang juga merokok. Peranan polusi udara sebagai
penyebab kanker paru-paru masih belum jelas. Beberapa kasus terjadi karena adanya pemaparan
oleh gas radon di rumah tangga. Kadang kanker paru (terutama adenokarsinoma dan karsinoma
sel alveolar) terjadi pada orang yang paru-parunya telah memiliki jaringan parut karena penyakit
paru-paru lainnya, seperti tuberkulosis dan fibrosis.
Kanker paru paling banyak ditemukan pada laki-laki dewasa dan perokok. Lebih dari 80%
kanker paru berhubungan dengan perokok. Bagaimanapun, tidak semua perokok akhirnya
menderita kanker paru. Berhenti dari merokok akan mengurangi dengan sangat berarti risiko
seseorang terkena kanker paru. Risiko pada bekas perokok lebih besar daripada orang-orang
yang tidak pernah merokok. Faktor lain yang dapat menjadi faktor risiko terutama berkaitan
dengan udara yang dihirup.
9
Suatu penelitian menunjukkan adanya hubungan erat antara betakaroten dan vitamin A dengan
pencegahan dan penyembuhan penyakit jantung koroner dan kanker. Hal ini terkait dengan
fungsi betakaroten dari vitamin A sebagai antioksidan yang mampu melawan radikal bebas.
Pencegahan kanker. Kemampuan retinoid dalam memengaruhi perkembangan sel epitel dan
meningkatkan aktivitas sistem kekebalan, berpengaruh terhadap pencegahan kanker kulit,
tenggorokan, paru-paru, payudara, dan kantong kemih. Betakaroten bersama dengan vitamin E
dan C telah berperan aktif sebagai antioksidan untuk mencegah berbagai kanker.
Fakta bahwa hasil kerja NIDDK menunjukkan bahwa vitamin C dosis tinggi telah terbukti
menjadi toksik (racun) bagi sel kanker, tetapi membiarkan sel itu sendiri tetap normal. Kualitas
ini, dengan jelas, sangat dibutuhkan jika kita sedang berusaha memerangi kanker namun
menginginkan tubuh yang normal tidak me-ngalami cedera. Frie dan Lawson berdiskusi seberapa
tinggi dosis vitamin C dapat meningkatkan produksi hydrogen peroksida, yang diperkirakan
merupakan zat utama yang menentukan sifat anti kanker dari vitamin C.
Laki-laki
Seseorang yang termasuk golongan risiko tinggi (GRT) jika mempunyai keluhan napas
(gangguan respirasi) seperti batuk, sesak napas, nyeri dada, sebaiknya segera meneriksakan diri
dan dirujuk ke dokter spesialis paru
2.3 Patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan
deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen
maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa
diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini
menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal.
Gejala gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan
dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya
pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur struktur terdekat seperti kelenjar limfe,
dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.
2.4 Manifestasi Klinis
1. Gejala awal. Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi pada
bronkus.
2. Gejala umum.
1. Batuk : Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk mulai
sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sampai titik dimana
dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.
2. Hemoptisis : Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang
mengalami ulserasi.
3. Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.
Definisi
T0
Tx
Kanker yang tersembunyi terlihat pada sitologi bilasan bronkus, tetapi
tidak terlihat pada radiogram atau bronkoskopi
Tis
Karsinoma in situ
T1
normal
T2
Tumor berdiameter >3 cm atau ukuran berapa pun yang sudah menyerang
pleura viselaris atau mengakibatkan atelektasis yang meluas ke hilus ; harus berjarak >2 cm
distal dari krania
T3
Tumor berukuran berapapun dengan perluasan langsung pada dinding
dada, diagram, pleura mediastinalis, atau korpus vertebra ; atau dalam jarak 2 cm dari karina,
tetapi tidak mengenai karina
T4
Tumor berukuran berapapun yang sudah menyerang mediastinum atau
mengenai jantung, pembuluh darah besar, trakea, esophagus, korpus vertebra atau karina ; atau
adanya efusi pleura yang maligna
N1
N2
subkarina
N3
Metastasis pada mediastinal atau kelenjar-kelenjar getah bening hilus
kontralateral ; kelenjar kelenjar-kelenjar getah bening skalenus atau supraklavikular ipsilateral
atau kontralateral
M1
KELOMPOK STADIUM
Karsinoma tersembunyi
Tx,N0,M0
Spuntum mengandung sel-sel ganas tetapi
tidak dapat dibuktikan adanya tumor primer atau metastasis
Stadium 0
Tis, N0, M0
Karsinoma in situ
Stadium IA
T1, N0, M0
Tumor termasuk T1 tanpa adanya bukti
metastasis pada kelenjar getah bening regional atau tempat yang jauh
Stadium IB
T2, N0, M0
Tumor termasuk klasifikasi T2 dengan bukti
metastasis pada kelenjar getah bening regional atau tempat yang jauh
Stadium IIA
T1, N1, M0
tumor termasuk klasifikasi T1 dengan bukti
hanya terdapat metastasis ke peribrokial ipsilateral atau hilus kelenjar limfe ; tidak ada metastasis
ke tempat yang jauh.
Stadium IIB
T2, NI, M0
T3, N0, M0
tumor termasuk klasifikasi T2 atau T3
dengan atau tanpa bukti metastasis ke peribronkial ipsilateral atau hilus kelenjar limfe ; tidak ada
metastasis ke tempat yang jauh
Stadium IIIA
T1-T3, N1, N2, M0 tumor termasuk klasifikasi T1, T2, atau T3
dengan atau tanpa bukti adanya metastasis ke peribronkial
Stadium IIIB
T beberapa pun, N3
Stadium IV
beberapa pun, M1
T beberapa pun, N
pada bagian
b. Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
2. Laboratorium.
a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker
paru).
3. Histopatologi.
a. Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma
bronkogenik dapat diketahui).
b. Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm,
sensitivitasnya mencapai 90 95 %.
c. Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi.
d. Mediastinosopi.
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.
e. Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam macam prosedur non
invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
4. Pencitraan.
a. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
b. MRI, u
2.7 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
1. Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup
klien.
1. Paliatif.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
1. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga.
1. Supotif.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi, tranfusi darah
dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi. (Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges,
rencana Asuhan Keperawatan, 2000)
1. Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengankat semua
jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru paru yang tidak
terkena kanker.
1. Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya karsinoma,
untuk melakukan biopsy.
1. Pneumonektomi pengangkatan paru).
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.
1. Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula
emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.
1. Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
1. Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan yang terlokalisir.
Merupakan pengangkatan dari permukaan paru paru berbentuk baji (potongan es).
1. Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan bahan fibrin dari pleura viscelaris)
1. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga sebagai
terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/
penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus.
1. Kemoterafi.
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani pasien
dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi
radiasi.
DOWNLOAD : WOC ASKEP KANKER PARU
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1
Pengkajian
Tn.J,
Jenis kelamin
laki laki
Alamat
Surabaya
Status
Menikah
Diagnosa medic
Ca Paru Dextra.
Riwayat kesehatan
:
Mempunyai riwayat merokok 10 tahun yang lalu dimana
frekuensinya 15 batang perhari, Sudah dirawat selama 17 hari.
Keluhan
Pemeriksaan Fisik
:
:
Kesadaran
: kompos mentis
Suhu
: 370C
Nadi
: 88x/mnt
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
B1 ( Breathing ) :
RR 26x/mnt
tidak ada retraksi dada
menggunakan alat bantu nafas nassal canul 1 lpm
Batuk: (-)
Sputum: (-)
B3 ( Brain ) :
B4 ( Bladder ) :
B5 ( Bowel ) :
tidak kembung
bising usus normal
nafsu makan normal
makan 3kali sehari, diet bubur
B6 ( Bone ) :
Penatalaksanaan
umum.
Pemeriksaan Penunjang :
pH
: 7,25
PCO2
: 30mmHg
PO2
: 85mmHg
HCO3
: 23
3.2
TCO2
: 23 mmol/L
BE
saturasi O2
: 1 mEq/L
: 95 %
Analisa data.
Dari keluhan yang didapat maka diagnosa yang dapat timbul yaitu :
1. Kerusakan pertukaran gas
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif
3.3
Intervensi
Kaji status pernafasan dengan sering, catat
peningkatan frekuensi atau upaya
pernafasan atau perubahan pola nafas.
Rasional
Dispnea merupakan mekanisme kompensasi
adanya tahanan jalan nafas.
Catat ada atau tidak adanya bunyi tambahan dan Bunyi nafas dapat menurun, tidak sama atau tak
adanya bunyi tambahan, misalnya
ada pada area yang sakit.Krekels adalah bukti
peningkatan cairan dalam area jaringan sebagai
akibat peningkatan permeabilitas membrane
krekels, mengi.
alveolar-kapiler. Mengi adalah bukti adanya
tahanan atau penyempitan jalan nafas
sehubungan dengan mukus/ edema serta tumor.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan kehilangan fungsi silia, peningkatan
jumlah/viskositas secret paru, meningkatnya tahanan jalan nafas.
Kriteria hasil : Menyatakan/ menunjukkan hilangnya dispnea.
Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih Mengeluarkan sekret tanpa
kesulitan.
Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki/ mempertahankan bersihan
Intervensi
Catat perubahan upaya dan pola bernafas.
jalan nafas.
Rasional
Penggunaan otot interkostal/ abdominal dan
pelebaran nasal menunjukkan
peningkatan upaya bernafas.
dipengaruhi.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN.
Kanker paru merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada wanita maupun
pria, yang sering kali di sebabkan oleh merokok. Setiap tipe timbul pada tempat atau tipe
jaringan yang khusus, menyebabkan manifestasi klinis yang berbeda, dan perbedaan dalam
kecendrungan metastasis dan prognosis.
Karena tidak ada penyembuhan dari kanker, penekanan utama adalah pada pencegahan
misalnya dengan berhenti merokok karena perokok mempunyai peluang 10 kali lebih besar
untuk mengalami kanker paru di bandingkan bukan perokok, dan menghindari lingkungan
polusi. Pengobatan pilihan dari kanker paru adalah tindakan bedah pengangkatan tumor.
Sayangnya, sepertiga dari individu tidak dapat dioperasi ketika mereka pertama kali didiagnosa.
Asuhan keperawatan pascaoperasi klien setelah bedah toraks berpusat pada peningkatan ventilasi
dan reekspansi paru dengan mempertahankan jalan nafas yang bersih, pemeliharaan sistem
drainage tertutup, meningkatkan rasa nyaman dengan peredaran nyeri, meningkatkan masukan
nutrisi, dan pemantauan insisi terhadap perdarahan dan emfisema subkutan.
4.2 SARAN.
Dalam menerapkan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Kanker Paru diperlukan
pengkajian, konsep dan teori oleh seorang perawat.
Informasi atau pendidkan kesehatan berguna untuk klien dengan kanker paru misalnya
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2010
http://kankerparu.org/main/index.php?option=com_content&task=view&id=19&Itemid=3,
diakses 17 November 2010 jam: 19.26
Anonymous. 2010 http://www.totalkesehatananda.com/lungcancer2.html,diakses 17 November
2010 jam: 18.35
Anonymous. 2010 http://id.wikipedia.org/wiki/Kanker_paru-paru, diakses tanggal 17 November
2010 jam: 16.41
Carpenito, L. J. 1995. Buku Saku : Diagnosis Keperawatan. Edisi ke-6. Penerbit Buku
Kedokteran. EGC : Jakarta
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi ke-3. EGC:Jakarta
Elizabeth, J. Corwin.2008. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta: ECG
Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah; Suatu Pendekatan Proses
Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran: Bandung.
Holistik.
Price, Sylvia A and Wilson, Lorraine M. 1988. Patofisiologi. Konsep Klinik Proses-proses
Penyakit. Jakarta : EGC.
Suryo, Joko. 2010. Herbal Penyembuhan Gangguan Sistem Pernapasan. Yogyakarta: B First
Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi 3. Balai Penerbit FKUI :
Jakarta.