Você está na página 1de 32

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemeriksaan Kehamilan (Ante Natal Care = ANC)


Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan
kelahiran bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir, namun ini kadang tidak sesuai
dengan yang diharapkan. Sulit sekali diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan
menjadi masalah. Oleh karena itu pelayanan antenatal/asuhan antenatal merupakan
cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan
mendeteksi ibu dengan kehamilan normal (Kusmiyati, 2009).

2.1.1 Pengertian Ante Natal Care (ANC)


Ante Natal Care adalah sebagai salah satu upaya pencegahan awal dari faktor
resiko kehamilan. Menurut WHO, Ante Natal Care untuk mendeteksi dini terjadinya
resiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan juga dapat menurunkan angka
kematian ibu dan memantau keadaan janin. Idealnya bila tiap wanita hamil mau
memeriksakan kehamilannya, bertujuan untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang
mungkin ada atau akan timbul pada kehamilan tersebut lekas diketahui, dan segera
dapat diatasi sebelum berpengaruh tidak baik terhadap kehamilan (Winkjosastro,
2006).
Ante Natal Care adalah cara penting untuk memonitor dan mendukung
kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal. Pelayanan
antenatal atau yang sering disebut pemeriksaan kehamilan adalah pelayanan yang

Universitas Sumatera Utara

diberikan oleh tenaga profesional yaitu dokter spesialisasi bidan, dokter umum, bidan,
pembantu bidan dan perawat bidan. Untuk itu selama masa kehamilannya ibu hamil
sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ibu
merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan asuhan antenatal. Bidan
melakukan pemeriksaan klinis terhadap kondisi kehamilannya. Bidan memberi KIE
(Komunikasi, Informasi, Edukasi) kepada ibu hamil, suami dan keluarganya tentang
kondisi ibu hamil dan masalahnya (Depkes RI, 2007).
Ketidakpatuhan dalam melakukan Ante Natal Care selama kehamilan dapat
menyebabkan tidak diketahuinya berbagai komplikasi pada ibu dan janin. Apalagi ibu
hamil tidak melakukan Ante Natal Care, maka tidak akan diketahui apakah
kehamilannya berjalan dengan baik atau mengalami resiko tinggi dan komplikasi
yang dapat membahayakan kehidupan ibu dan janinnya. Dan dapat menyebabkan
morbiditas dan mortalitas yang tinggi (Indiarti, 2009).
2.1.2

Pelayanan Ante Natal Care


Pelayanan antenatal dilakukan oleh tenaga profesional seperti dokter spesialis

kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan, dan perawat bidan. Perawatan
antenatal dapat diberikan di ruang praktek dokter, klinik di rumah sakit, atau klinik
bidan swasta. Ibu hamil harus diberikan kesempatan untuk memilih fasilitas yang
disukainya (Liewellyn, 2001).
Perawatan yang ditujukan kepada ibu hamil, bukan saja bila ibu sakit dan
memerlukan perawatan saja, tetapi juga pengawasan dan penjagaan wanita hamil agar

Universitas Sumatera Utara

tidak terjadi kelainan sehingga mendapatkan ibu dan anak yang sehat (Mochtar,
1998).
Sasaran pelayanan antenatal adalah ibu hamil, dengan perhitungan bahwa
sasaran ibu hamil baru setiap tahun adalah Crude Birth Rate (CBR)
Propinsi/Kabupaten x Jumlah Penduduk x 1,1. Sedangkan target pelayanan antenatal
adalah jumlah ibu hamil yang harus dicakup, yang perhitungan setiap tahunnya
ditentukan oleh daerah tingkat I dan daerah tingkat II.
Standar pelayanan kehamilan yang bertujuan memantau kemajuan kehamilan
untuk memastikan kesehatan umum dan tumbuh kembang janin, mengenali secara
dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil,
deteksi risiko tinggi (anemia, kurang gizi, hipertensi, penyakit menular seksual),
memberikan pendidikan kesehatan serta mempersiapkan persalinan cukup bulan,
melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin
(Depkes RI, 2002).
Perawatan antenatal pada ibu hamil mencakup: (a) Pengawasan kehamilan
untuk melihat apakah segalanya berlangsung normal, untuk mendeteksi dan
mengatasi setiap kelainan yang timbul juga antisipasinya. (b) Penyuluhan atau
pendidikan mengenai kehamilan dan bagaimana cara-cara mengatasi gejalanya
mengenai gaya hidupnya. (c) Persiapan, baik fisik maupun psikologis untuk
persalinan nantinya. (d) Dukungan dan dorongan mental jika terdapat masalahmasalah sosial ataupun psikologis dalam kehamilan (Farrer, 2000).

Universitas Sumatera Utara

Kesehatan ibu dan janin sangat penting dijaga, dengan melakukan


pemeriksaan ke dokter, bidan atau puskesmas. Pemeriksaan kehamilan harus
dilakukan minimal 4 kali selama kehamilan berlangsung, yakni pada trimester
pertama, kedua dan ketiga. Namun, idealnya pemeriksaan dilakukan sebulan sekali
pada bulan 1-6, dua kali pada bulan 7-8, dan seminggu sekali pada bulan ke-9 hingga
bersalin (Indiarti, 2009).
Ante Natal Care bertujuan untuk memantau kemajuan kehamilan untuk
memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi, meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan anak, mengenal secara
dini ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk
riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan, mempersiapkan
persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu dan bayinya dengan trauma
seminimal mungkin, mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan
pemberian ASI Eksklusif dan mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam
menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
2.1.3

Standar Pelayanan Ante Natal Care (ANC)

a. Standar 1: Metode Asuhan


Asuhan kebidanan dilaksanakan dengan metode manajemen kebidanan
dengan langkah : Pengumpulan data dan analisa data, penentuan diagnosa
perencanaan, evaluasi dan dokumentasi.

Universitas Sumatera Utara

b. Standar 2 : Pengkajian
Pengumpulan data tentang status kesehatan klien dilakukan secara sistematis
berkesinambungan. Data yang diperoleh dicatat dan dianalisis.
c. Standar 3: Identifikasi Ibu Hamil
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat
secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan
anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak
dini dan secara teratur.
d. Standar 4: Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal
Bidan memberikan sedikitnya 4x pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi
anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah
perkembangan berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan resiko
tinggi/kelainan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS (Penyakit Menular
Seksual) / infeksi HIV (Human Immuno Deficiency Virus); memberikan pelayanan
imunisasi, nasehat dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang
diberikan oleh Puskesmas. Mereka harus mencatat data yang tepat pada setiap
kunjungan. Bila ditemukan kelainan, mereka harus mampu mengambil tindakan yang
diperlukan dan rnerujuknya untuk tindakan selanjutnya.
e. Standar 5: Palpasi Abdominal
Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan
palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan; serta bila umur kehamilan bertambah,

Universitas Sumatera Utara

memeriksa posisi, bagian terendah janin dan masuknya kepala janin ke dalam rongga
panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.
f. Standar 6: Pengelolaan Anemia pada Kehamilan
Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan dan/atau
rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
g. Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan
dan mengenali tanda serta gejala preeklamsi lainnya, serta mengambil tindakan yang
tepat dan merujuknya.
h. Standar 8 : Persiapan Persalinan
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta
keluarganya pada trimester ketiga, untuk memastikan bahwa persiapan persalinan
yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan akan direncanakan dengan
baik, disamping persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi
kadaan gawat darurat. Bidan hendaknya kunjungan rumah untuk hal ini (Sofyan,
1999).
2.1.4

Penatalaksanaan Ante Natal Care (ANC)


Pelayanan Ante Natal Care (ANC) adalah pelayanan kesehatan yang

diberikan kepada ibu selama kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan Ante
Natal Care (ANC). Selengkapnya mencakup banyak hal yang meliputi anamnesis,
pemeriksaan fisik baik umum dan kebidanan, perneriksaan laboratorium atas indikasi

Universitas Sumatera Utara

serta intervensi dasar dan khusus sesuai dengan resiko yang ada. Namun dalam
penerapan operasionalnya menurut Manuaba (2001) pada dasarnya, ada 7 standar
minimal dalam melakukan asuhan kehamilan (Antenatal Care) yang disebut dengan
7 T yaitu:
1.

(Timbang) berat badan


Berat badan ibu selama kehamilan haruslah bertambah. Pertambahan berat

badan ibu selama hamil merupakan salah satu indikator penilaian status gizi,
indikator tumbuh kembang janin. Pertambahan berat badan selama hamil rata-rata
0,3-0,5 kg per minggu. Dalam KMS ibu hamil selama trimester I kisaran
pertambahan berat sebaiknya 1-2 kg (350-400gr/mg). Sementara trimester II dan III,
sekitar 0,34-0,50 kg tiap minggu pertumbuhan janin, plasenta serta penambahan
jumlah cairan amnion berlangsung sangat cepat selama trimester III.
Berat badan janin bertambah sebesar 5 gr sehari pada minggu ke 14-15 dan
menjadi 10 gr pada minggu ke 20, kecepatan tumbuh sebesar 30-35 gr sehari
berlangsung pada minggu ke 32-34 dan berubah menjadi 230 gr seminggu pada
minggu ke 33-36. Pada akhir kehamilan pertambahan berat badan total sebanyak 12,5
kg (Arisman, 2007). Bila terdapat kenaikan berat badan yang berlebihan, perlu
dipikirkan adanya kemungkinan preeklamsi, kehamilan kembar atau hidramnion.
2. Ukur (tekanan) darah
Tekanan darah diperiksa dan dicatt setiap kunjungan. Bila lebih tinggi dari
sebelumnya, perlu diteliti dan harus diberitahukan apa yang harus dilakukan oleh
penderita. Tekanan darah ibu hamil yang normal tidak boleh lebih dan 30 mmHg

Universitas Sumatera Utara

systole dan 15 mmHg diastole. Bila lebih dan itu, hati-hati adanya preeklamsi untuk
kehamilan lebih dari 20 minggu.
3. Ukur (tinggi) fundus uteri
Pengukuran tinggi fundus uteri mulai dari batas atas symsis dan disesuaikan
dengan hari pertama haid terakhir. Tinggi fundus uteri diukur pada kehamilan >12
minggu karena pada usia kehamilan ini uterus dapat diraba dari dinding perut dan
untuk kehamilan > 24 minggu dianjurkan mengukur dengan pita meter. Tinggi fundus
uteri dapat menentukan ukuran kehamilan. Bila tinggi fundus kurang dari perhitungan
umur kehamilan mungkin terdapat gangguan pertumbuhan janin, dan sebaliknya
mungkin terdapat gemeli, hidramnion atau molahidatidosa (Depkes, 2007).
Pengukuran tinggi fundus uteri adalah merupakan pemeriksaan palpasi
abdomen, pada pemeriksaan palpasi ini ada cara menurut Leopold (yang sering) I, II,
III, IV dan atau cara Kenebel, Budin dan Ahfeld (Mochtar, 1998). Biasanya bila
dilakukan pemeriksaan tinggi fundus uteri dengan cara Leopold I diteruskan dengan
Leopold II, III, dan IV sekaligus perabaan gerakan janin dan pemeriksaan auskultasi
untuk mendengarkan denyut jantung janin. Tujuan utama dari pemeriksaan ini adalah
untuk mengetahui pertumbuhan janin dengan menilai besarnya tinggi fundus uteri
yang tidak sesuai dengan usia kehamilan, atau penilaian terhadap janin yang tumbuh
terlalu besar sehingga tinggi fundus uteri yang terlalu besar seperti pada kehamilan
ganda (Depkes, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Menurut Spiegelberd dengan jalan mengukur tinggi fundus uteri dari simfisis,
maka diperoleh :
- 22 28 minggu

: 24 25 cm di atas simfisis.

- 28 minggu

: 26,7 cm di atas simfisis.

- 30 minggu

: 29,5 30 cm di atas simfisis.

- 32 minggu

: 29,5 30 cm di atas simfisis.

- 34 minggu

: 31 cm di atas simfisis.

- 36 minggu

: 32 cm di atas simfisis.

- 38 minggu

: 33 cm di atas simfisis.

- 40 minggu

: 37,7 cm di atas simfisis.

Menurut Sarwono (2008), pengukuran tinggi fundus uteri, kemudian hasil


pengukuran dimasukkan dalam perhitungan dengan menggunakan rumus:
Berat badan janin = (Tinggi Fundus Uteri 13) x 155 gram: untuk kepala janin yang
masih floating.
Berat badan janin = (Tinggi Fundus Uteri 12) x 155 gram: untuk kepala janin yang
sudah memasuki pintu atas panggul.
Berat badan janin = (Tinggi Fundus Uteri 11) x 155 gram: untuk kepala janin yang
sudah melewati atas panggul.
Pengukuran tinggi fundus uteri juga dapat dilakukan pada posisi ibu tidur
terlentang, ibu diminta untuk berkemih sehingga kandungan kemih dalam keadaan
kosong. Titik 0 pada pengukurannya adalah tulang symphisis pubis. Pemeriksaan
dimulai dengan pemeriksaan Leopold. Perut ibu disimetriskan, centimeter ditarik dari

Universitas Sumatera Utara

titik 0 sampai setinggi umbulikus, kemudian ditambahkan dari hasil pengukuran yang
kembali dimulai dari umbulikus ke fundus uteri (Henretty, 2006).
4. Pemberian Imunisasai (Tetanus Toxoid) TT lengkap
Tinjauan pemberian imunisasi TT (tetanus toxoid) adalah untuk melindungi
ibu dan bayi dan infeksi tetanus neonatorum. Pemberian TT baru menimbulkan efek
perlindungan bila diberikan sekurang-kurangnya 2 kali dengan variabel 4 minggu
kecuali bila sebelumnya ibu telah mendapat TT 2 kali pada kehamilan yang lalu atau
pada masa calon pengantin. Maka TT cukup diberikan satu kali saja (TT ulang). Bila
ibu pernah mendapatkan suntikan TT 2 kali, diberikan suntikan ulang/boster 1 kali
pada kunjungan antenatal yang pertama (Depkes, 2007).
Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi TT
Antigen
TT 1
TT 2
TT 3
TT 4
TT 5

Interval (selang waktu


minimal)
Pada kunjungan antenatal
pertama
4 minggu setelah TT 1
1-6 bulan setelah TT 2
1 tahun setelah TT 3
1 tahun setelah TT 4

Lama perlindungan

Perlindungan

3 tahun
5 tahun
10 tahun
25 tahun / seumur hidup

80
95
95
99

Keterangan :Apabila dalam waktu tiga (3) tahun WUS tersebut melahirkan maka bayi yang dilahirkan
akan terlindungi dari tetanus neonatorum.

5. Pemberian Tablet Zat Besi


Tujuan pemberian tablet zat besi adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe pada
ibu hamil dan nifas, karena pada masa hamil volume darah ibu mengalami
pengenceran hingga kira-kira 25%, sedangkan pada masa nifas terjadi banyak
pendaharan sehingga membutuhkan Fe yang lebih banyak (Pusdiknakes, 2001).

Universitas Sumatera Utara

Kebijakan program KIA di Indonesia saat ini menetapkan, pemberian tablet


Fe (320 mg sulfas ferosis dan 0,5 mg asam folat) untuk semua ibu hamil sebanyak l x
1 tablet selama 90 hari. Jumlah tersebut mencukupi kebutuhan tambahan zat besi
selama hamil yaitu 1000 mg. Bila ditemukan anemia pada ibu hamil diberikan tablet
zat besi (Fe) dan dilakukan pemantauan Hb 1 kali dalam bulan.
Daya serap tubuh terhadap zat besi akan baik apabila dihindari mengkonsumsi
tembakau, teh dan kopi untuk membantu penyerapan, dianjurkan mengkonsumsi
makanan kaya protein dan vitamin C (Wastidar, 1999).
6. Tes terhadap Penyakit Menular Seksual
Tes penyakit menular seksual sangat penting karena banyak gejala
asimtomatik penyakit menular seksual ini yang tidak diketahui seperti sipilis,
gonorrhoe, clamidya trachomatis ataupun AIDS.
Tes penyakit menular seksual dapat dilakukan mulai dari:
a. Mengkaji riwayat penyakit terdahulu, riwayat obstetric, riwayat sosial dan lainlain.
b. Melakukan pemeriksaan fisik mulai dan inspeksi seperti pada alat genitalia dan
mungkin juga dibutuhkan palpasi. Bila ada indikasi maka perlu dilakukan
pemeriksaan laboratorium, seperti pemeriksaan Torch, VDRI dan juga
pemeriksaan AIDS.
7. Temu Wicara dalam Persiapan Rujukan
Kebanyakan ibu tampak sehat-sehat saja sampai waktu persalinan dan
melahirkan. Meskipun sebagian besar ibu akan mengalami persalinan normal, namun

Universitas Sumatera Utara

ada sekitar 10-15% dari mereka khususnya di Indonesia yang perlu dirujuk ke tempat
pertolongan khusus seperti transfuse darah, tindakan-tindakan khusus (ekstraksi
vakum, seksio secarea dan tindakan bedah obstetric). Karena itu seringkali ada suatu
masalah yang muncul saat persalinan, seringkali sulit melakukan upaya rujukan
dengan cepat. Penundaan dalam membuat keputusan dan pengiriman si ibu ke tempat
rujukan akan menyebabkan tertundanya ibu mendapatkan penatalaksanaan yang
diharapkan. Penundaan ini akan mempertinggi angka kesakitan dan kematian ibu dan
bayi.
2.1.5

Cakupan Kunjungan Ante Natal Care (ANC)


Menurut Depkes RI, (2007), disebutkan kunjungan ibu hamil adalah kontak

ibu hamil dengan tenaga profesional untuk mendapatkan pelayanan Ante Natal Care
(ANC) sesuai standar yang ditetapkan. Istilah kunjungan di sini tidak hanya
mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas pelayanan, tetapi
adalah setiap kontak tenaga kesehatan baik di posyandu, pondok bersalin desa,
kunjungan rumah dengan ibu hamil tidak memberikan pelayanan ANC sesuai dengan
standar dapat dianggap sebagai kunjungan ibu hamil sebagaimana uraian dibawah ini:
A. Kunjungan ibu hamil KI
Kunjungan baru ibu hamil adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada
masa kehamilan. Pada kunjungan pertama suatu pelayanan antenatal, dilakukan
pemeriksaan sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

1) Anamesis, yaitu pencarian riwayat kehamilan dan persalinan terdahulu seperti


gangguan kehamilan atau penyulit persalinan yang pernah dialami.
2) Pengukuran tinggi badan yang dilakukan satu kali saja dan pengukuran berat
badan (yang dilakukan setiap kali ibu memeriksakan diri). Rasio tinggi dan berat
badan juga dapat dipakai sebagai pedoman kasar untuk melihat kekurangan gizi
pada ibu.
3) Pengukuran tinggi fundus uteri untuk menaksir usia kehamilan, dilakukan dengan
perabaan perut.
4) Pemeriksaan panggul, dilakukan dengan maksud:
a) Mendeteksi infeksi vagina atau alat reproduksi oleh kuman Neisseria atau
kuman Gonnorhoea
b) Ada atau tidaknya tumor atau massa massif yang bukan janin
c) Mengetahui posisi spina ischidiea untuk memperkirakan besar panggul
d) Mengadakan pemeriksaan untuk membuktikan bahwa ibu itu benar-benar
hamil.
5) Penghitungan detak jantung janin.
6) Penentuan perkiraan taksiran tanggal persalinan; dengan perhitungan paling lazim
menggunakan rumus Naegele, yaitu tanggal haid terakhir dikurangi 7, bulan
ditambah 3, dan tahun ditambah 1.
7) Pemeriksaan kesehatan secara umum, meliputi pengukuran tekanan darah dan
denyut jantung ibu, dan pemeriksaan faal tubuh.
8) Pemeriksaan laboratorium, yang dilakukan dengan:

Universitas Sumatera Utara

a) Pemeriksaan darah lengkap atau pemeriksaan kadar Hb atau perhitungan


hematokrit untuk mengetahui kadar Hb di darah (kehamilan cenderung
menimbulkan anemia fisiologis karena volume darah menjadi lebih banyak.
Kadar Hb yang ditoleransi oleh WHO pada wanita hamil adalah 1 lg% atau
lebih. Di bawah nilai tersebut, wanita hamil digolongkan anemis).
b) Pemeriksaan serologis untuk pendeteksian VDRL dan faktor Rhesus.
c) Pemeriksaan urine untuk menentukan kadar Folticle Stimulating Hormon
(FSH) sebagai indikator hamil atau tidak; pemeriksaan urine untuk memeriksa
kadar albumin dan glukosa.
9) Pemeriksaan radiologis yang diadakan hanya bila ada indikasi yang kuat dan
dihindari jika tidak diperlukan.
10) Penyuluhan kesehatan pada kehamilan, yang ditujukan kepada pemeliharaan
kebersihan perorangan, pemeliharaan status gizi, perencanaan berkeluarga, dan
persiapan pemeliharaan anak (menyusui).
11) Suplemen gizi dengan pemberian tablet besi, khususnya bagi negara-negara
dengan prevalensi anemia ibu hamil tinggi.
12) Pemberian suntikan Tetanus Toksoid (TT) lengkap 2 kali untuk mencegah
terjadinya tetanus neonatorum.
B. Kunjungan ulang
Kunjungan ulang adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang
kedua dan seterusnya, untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar
selama satu periode kehamilan berlangsung. Pada kunjungan ulang ini, prosedur pada

Universitas Sumatera Utara

kunjungan pertama dilakukan kembali. Bergantung kepada pendiagnosisan kesehatan


maka frekuensi pemeriksaan dapat dipersering. Selanjutnya dapat dilakukan jenisjenis pemeriksaan yang lebih spesifik.
C. Kunjungan ibu hamil K4
Kunjungan ibu hamil K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan
yang ke empat atau lebih untuk mendapatkan pelayanan Ante Natal Care (ANC)
sesuai standar yang ditetapkan dengan syarat:
1) Satu kali dalam trimester pertama (sebelum 14 minggu).
2) Satu kali dalam trimester kedua (antara minggu 14-28)
3) Dua kali dalam trimester ketiga (antara minggu 28-36 dan setelah minggu ke 36).
4) Pemeriksaan khusus bil terdapat keluhan-keluhan tertentu
Upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi
luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemeriksaan rutin selama
kehamilan. Dalam program kesehatan ibu dan anak, kunjungan antenatal ini diberi
kode angka K yang merupakan singkatan dari kunjungan. Pemeriksaan antenatal yang
lengkap adalah K1, K2, K3, dan K4. Ini berarti, minimal dilakukan sekali kunjungan
antenatal hingga usia kehamilan 28 minggu, sekali kunjungan antenatal selama
kehamilan 28-36 minggu dan sebanyak dua kali kunjungan antenatal

pada usia

kehamilan di atas 36 minggu (Sarwono, 2008).


Pemeriksaan kesehatan secara periodik selama periode antenatal juga perlu
untuk membangun hubungan dan kepercayaan antara ibu hamil dan petugas
kesehatannya, pemberian pesan-pesan sebagai promosi kesehatan secara pribadi serta

Universitas Sumatera Utara

untuk identifikasi dan penanganan bila ada faktor resiko dan komplikasi pada ibu.
Cakupan pelayanan ANC lengkap (K4) berdasarkan Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) 1986 adalah 34,4% dan SKRT 1992 sebesar 38,2%, ada peningkatan
namun sangat kecil dan terkesan sangat lambat, sedangkan berdasarkan hasil Survei
Demografi dan Kesebatan Indonesia (SDKI) tahun 1991 adalah sebesar 55,54%.
2.1.6

Faktor-faktor yang Memengaruhi Ante Natal Care (ANC)

a. Pengetahuan
Ketidakmengertian ibu dan keluarga terhadap pentingnya pemeriksaan
kehamilan berdampak pada ibu hamil tidak memeriksakan kehamilannya pada
petugas kesehatan,
b. Ekonomi
Tingkat ekonomi akan berpengaruh terhadap kesehatan, tingkat ekonomi
keluarga rendah tidak mampu untuk menyediakan dana bagi pemeriksaan kehamilan,
masalah yang timbul pada keluarga dengan tingkat ekonomi rendah ibu hamil
kekurangan energi dan protein (KEK) hal mi disebabkan tidak mampunya keluarga
untuk menyediakan kebutuhan energi dan protein yang dibutuhkan ibu selama
kehamilan.
c. Sosial Budaya
Keadaan lingkungan keluarga yang tidak mendukung akan mempengaruhi ibu
dalam memeriksakan kehamilannya. Perilaku keluarga yang tidak mengijinkan
seorang wanita meninggalkan rumah untuk memeriksakan kehamilannya merupakan

Universitas Sumatera Utara

budaya yang rnenghambat keteraturan kunjungan ibu hamil memeriksakan


kehamilannya.
d. Geografis
Letak geografis sangat menentukan terhadap pelayanan kesehatan, ditempat
yang terpencil ibu hamil sulit memeriksakan kehamilannya, hal ini karena
transpontasi yang sulit menjangkau sampai tempat terpencil (Depkes RI, 2001).

2.2 Status Gizi Ibu Hamil


2.2.1 Definisi Gizi Ibu Hamil
Brozek (1966) dalam Moersintowati, 2005, mendefinisikan status gizi adalah
sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan
masukan nutrisi. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada
data antropometri serta biokimia dan riwayat diet.
Gizi adalah suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi secara
normal oleh suatu organisme melalui suatu proses digesti, absorbsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan mengeluarkan zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ serta
menghasilkan energi. Makanan bergizi adalah makanan yang mengandung zat tenaga,
zat pembangunan dan zat yang sesuai dengan kebutuhan gizi (Bandiyah, 2009).
Selama kehamilan dianjurkan mengkonsumsi beberapa makanan segar harus
dikonsumsi setiap ibu, misalnya buah-buahan yang sudah matang seperti buah persik,
aprikot, pear, jeruk ceri, nanas, anggur, plum, stroberi, dan lain-lain. Mengkonsumsi

Universitas Sumatera Utara

teh, kopi, coklat, dan susu/kalsium memang bisa menghalangi penyerapan zat besi
(gizi) dalam tubuh. Oleh karena itu, Samuel (dokter spesialis gizi klinik)
menyarankan untuk memberi jarak waktu antara pemberian makanan atau suplemen
zat gizi dengan konsumsi teh, kopi, cokelat, dan susu/kalsium sekitar 1,5 sampai dua
jam (Ratih, 2008).
2.2.2. Lingkar Lengan Atas (LLA)
Masalah gizi dapat terjadi pada seluruh kelompok umur, bahkan dapat
memengaruhi periode siklus kehidupan berikutnya. Masa kehamilan merupakan
periode yang sangat menentukan kualitas SDM di masa depan karena tumbuh
kembang anak sangat ditentukan oleh kondisinya saat masa janin di dalam kandungan.
Akan tetapi perlu diingat bahwa keadaan kesehatan dan status gizi ibu hamil
ditentukan juga jauh sebelumnya yaitu pada saat remaja atau usia sekolah.
Indikator untuk mengetahui status gizi ibu hamil adalah dengan mengukur
lingkar lengan atas (LLA). Lingkat lengan atas kurang dari 23,5 cm merupakan
indikator kuat untuk status gizi yang kurang/buruk, sehingga ibu berisiko untuk
melahirkan anak dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Bila hal ini ditemukan
sejak awal kehamilan, petugas dapat memotivasi ibu agar lebih memperhatikan
kesehatannya (Depkes RI, 2007)

2.3. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)


Berdasarkan perkiraan organisasi kesehatan dunia World Health Organization
(WHO), pada tahun 1998 hampir semua (98% dari lima juta kematian neonatal terjadi

Universitas Sumatera Utara

di negara berkembang). Lebih dari dua pertiga kematian itu terjadi pada periode
neonatal dini. Umumnya karena berat badan lahir kurang dari 2.500 gram 17% dari
25 juta persalinan per tahun adalah BBLR dan hampir semua terjadi di negara
berkembang. Kondisi tersebut berkaitan erat dengan kondisi kehamilan, pertolongan
persalinan yang aman, dan perawatan bayi baru lahir (WHO, 1998).
Bayi Berat Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah satu faktor
utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan
dalam 2 kategori, yaitu BBLR karena premature dan BBLR karena intrauterine
growth retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya
kurang (Kosim, 2003).
1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2.500 gram, tanpa memandang usia
kehamilan disebutkan sebagai bayi berat lahir rendah. Bayi ini fungsi sistem
organnya belum matur sehingga dapat mengalami kesulitan untuk beradaptasi
dengan lingkungannya.
2. Bayi Berat Lahir Amat Rendah (BBLAR)
Bayi berat lahir amat rendah dengan berat lahir kurang dari 1001- 1.500 gram.
BBLAR ini memiliki kondisi paru yang belum siap sepenuhnya untuk berfungsi
sebagai organ pertukaran gas yang efektif. Hal ini merupakan faktor krisis dalam
terjadinya sindrome gawat nafas. Kesiapan paru menjalankan fungsinya tersebut

Universitas Sumatera Utara

terutama

disebabkan

oleh

kekurangan

surfaktan

dapat

menimbulkan

ketidakseimbangan inflasi saat inspirasi dan kolaps alveoli saat ekspirasi.


3. Bayi Berat Lahir Amat Sangat Rendah (BBLASR).
BBBL amat sangat rendah dengan berat lahir kurang 1000 gram. Bayi prematur
ini umumnya kurang mampu untuk bertahap hidup karena struktur anatomi atau
fisiologi yang imatur dan fungsi biokimianya belum bekerja seperti bayi yang
lebih tua terutama dalam disfungsi pernafasan, ketidakmampuan mempertahankan
pengembangan paru ini dapat menyebabkan atelektasis dan kematian (Maulana,
2009).
2.3.1 Pengertian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Bayi Berat Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah satu faktor
utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan
dalam 2 kategori, yaitu BBLR karena premature atau BBLR karena intrauterine
growth retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya
kurang (Surasmi, 2003).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang beratnya kurang dari 2,5
kilogram saat dilahirkan. BBLR diketahui dengan menimbang bayi sebelum 30 menit
setelah lahir. Bila penimbangan bayi tidak mungkin dilakukan, masih ada cara
mengenal BBLR, yaitu dengan mengukur lingkar lengan atas bayi. Lengan atas bayi
normal minimal 9,5 cm. Jika tubuhnya kurang berisi, ototnya lembek dan kulitnya
mungkin keriput atau tipis serta lebih kecil dari bayi normal, bayi termasuk kategori
BBLR (Indiarti, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Menurut Krisnadi (2009), berdasarkan usia kehamilan, bayi dengan berat badan
lahir rendah dapat dibedakan menjadi 2 tipe yaitu:
1. Prematur yaitu bayi yang lahir lebih awal dari waktunya (kehamilan < 37
minggu); disebabkan oleh berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih
remaja, kehamilan kembar, pernah melahirkan bayi prematur sebelumnya,
cervical imcompetence (mulut rahim yang lemah hingga tak mampu menahan
berat bayi dalam rahim), perdarahan sebelum atau saat persalinan (antepartum
hemorrhage), dan ibu hamil yang sedang sakit.
2. Bayi kecil masa kehamilan (KMK) yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi
memiliki berat badan kurang. Bayi KMK ini dapat dibagi tiga yaitu bayi kurang
bulan (pre term), cukup bulan (aterm), lewat bulan (post term). Bayi ini sering
dsebut juga dengan sebutan Small for Gestational Age (SGA) atau Small for Date
(SDA). Hal ini dikarenakan janin mengalami gangguan pertumbuhan di dalam
uterus sehingga pertumbuhan janin mengalami hambatan. Beberapa penyebabnya
seperti : ibu hamil kekurangan nutrisi, ibu memiliki hipertensi, preeklamsi, atau
anemia, kehamilan kembar, kehamilan lewat waktu, malaria kronik, penyakit
kronik, dan ibu hamil merokok. Bayi KMK dibagi atas:
a. Proportionate intra Uterine Growth Retardation (IUGR) adalah janin yang
menderita distres yang lama, dimana gangguan pertumbuhan terjadi
berminggu-minggu sampai berbulan-bulan sebelum lahir, sehingga berat,
panjang kepala dan lingkar kepala dalam proporsi yang seimbang, akan tetapi
keseluruhannya masih berada di bawah masa gestasi yang sebenamya.

Universitas Sumatera Utara

b. Disproportionate Intra Uterine Growth Retardation, terjadi akibat distress sub


akut. Gangguan terjadi beberapa minggu sampai beberapa hari sebelum janin
lahir. Pada keadaan ini panjang dan lingkar kepala normal akan tetapi berat
tidak sesuai dengan masa gestasi. Bayi tampak kurus dan lebih panjang
dengan tanda-tanda sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit, kulit kering
keriput dan mudah diangkat.
2.3.2

Penyebab Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)


BBLR terjadi karena bayi lahir sebelum waktunya atau usia kelahiran belum

mencapai 9 bulan, bayi lahir cukup bulan tetapi pertumbuhan ketika dalam
kandungan tidak baik karena ibu kurang gizi, kurang darah, sering sakit, banyak
merokok atau bekerja berat (Indiarti, 2009).
Penyebab BBLR sangat multifaktorial, seperti asupan gizi ibu sangat kurang
pada masa kehamilan, gangguan pertumbuhan dalam kandungan (janin tumbuh
lambat), faktor plasenta, infeksi, kelainan rahim ibu, trauma, dan lain sebagainya
(Maulana, 2009).
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum
cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas, artinya bayi lahir
cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil
ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. "Biasanya hal ini
terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang
disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan

Universitas Sumatera Utara

keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang"


(Widyastuti, 2009).
BBLR disebabkan oleh proses paling penting yaitu persalinan prematur atau
pertumbuhan intra urine yang lambat atau kedua-duanya (Depkes RI, 2008) :
1. Persalinan prematur atau kurang bulan
Persalinan prematur atau kurang bulan adalah bayi lahir pada umur kehamilan
antara 28 minggu sampai 36 minggu. Pada umumnya bayi kurang bulan
disebabkan tidak mampunya uterus menahan janin, gangguan selama kehamilan,
lepasnya plasenta lebih cepat dan waktunya atau rangsanga yang memudahkan
terjadinya kontraksi uterus sebelum cukup bulan. Bayi lahir kurang bulan
mempunyai organ dan alat tubuh yang belum berfungsi normal untuk bertahan
hidup di luar rahim. Semakin muda umur kehamilan, fungsi organ tubuh semakin
kurang sempurna dan prognosisnya semakin kurang baik, kelompok BBLR ini
sering mendapat penyulit atau komplikasi akibat kurang matangnya organ karena
masa gestasi yang kurang (prematur).
2. Pertumbuhan intrauterine yang lambat atau bayi lahir kecil untuk masa kehamilan
Pertumbuhan intrauterine yang lambat atau bayi lahir kecil untuk masa kehamilan
karena ada hambatan pertumbuhan pada saat dalam kandungan (janin tumbuh
lambat). Retardasi pertumbuhan intrauterine berhubungan dengan keadaan yang
mengganggu sirkulasi dan efisiensi plasenta dengan pertumbuhan dan
perkembangan janin atau dengan keadaan umum dan gizi ibu. Keadaan ini
mengakibatkan kurangnya oksigen dan nutrisi secara kronik dalam waktu yang

Universitas Sumatera Utara

lama untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Kematangan fungsi organ


tergantung pada usia kehamilan walaupun berat lahirnya kecil.
2.3.3

Faktor-faktor yang Memengaruhi Terjadinya BBLR


Sulit untuk mengetahui secara pasti penyebab BBLR, namun ada beberapa

faktor resiko yang erat hubungannya dengan kejadian BBLR. Menurut WHO (1998),
adapun faktor-faktor resiko tersebut adalah
1. Karakteristik Ibu
a. Umur saat melahirkan
Umur ibu yang paling baik untuk melahirkan adalah berkisar antara 20-35
tahun, makin jauh umur ibu dan rentang waktu tersebut makin besar resiko bagi ibu
maupun anaknya. Banyak penelitian yang menghubungkan antara umur ibu dengan
kejadian BBLR 12,69 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang berumur lebih
dari 20 tahun (JNPKKR, 2004). Menurut Kramer (1987) yang dikutip oleh institute of
medicine, secara umum ibu yang umurnya lebih muda akan mernpunyai bayi yang
lebih kecil dibandingkan dengan ibu yang lebih tua. Penelitian menunjukkan angka
kematian dan kesakitan ibu akan tinggi bila melahirkan terlalu muda atau terlalu tua,
yaitu usia di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun.
Menurut SKDI 1994, proporsi ibu hamil berusia kurang dan 20 tahun sebesar
25,4% dan usia lebih dan 35 tabun sebesar 19,5%. Faktor usia pada wanita hamil di
negara berkembang perlu diperhatikan, hal ini dikarenakan perkawinan pada
masyarakat di pedesaan sering terjadi pada usia muda, yaitu sekitar usia menarche. Di

Universitas Sumatera Utara

usia ini resiko untuk melahirkan BBLR sekitar 2 kali lipat dan yang hamil pada usia 2
tahun setelah menarche (Sutjiningsih, 1995).
Pada umur ibu yang masih muda perkembangan organ-organ reproduksi dan
fungsi fisiologisnya belum optimal serta belum tercapai emosi dan kejiwaan yang
cukup matang yang akhimya akan mempengaruhi janin yang dikandungnya. Di sisi
lain pada umur yang tua akan banyak merugikan perkembangan janin selama periode
dalam kandungan, hal ini disebabkan oleh karena penurunan fungsi fisiologik dan
reproduksinya (Maulana, 2009).
b. Usia kehamilan saat melahirkan
Makin rendah usia kehamilan maka semakin kecil bayi yang dilahirkan, dan
makin tinggi morbiditas dan mortalitasnya. Bayi yang dilahirkan prematur (< 37
minggu) belum mempunyai alat-alat yang tumbuh lengkap seperti bayi matur ( 37
minggu), oleh sebab itu ia memiliki lebih banyak kesulitan untuk hidup diluar uterus
ibunya. Makin pendek umur kehamilannya makin kurang sempurna alat-alat dalam
tubuhnya, yang mengakibatkan makin mudah terjadi komplikasi dan makin tinggi
angka kematiannya. Dalam hal ini sebagian besar kematian neonatal terjadi pada
bayi-bayi prematur.
c. Status bekerja
Ibu yang bekerja pada waktu bayi ada dalam kandungan tidak begitu
memengaruhi keadaan bayi asalkan pada trimester pertama dan kedua saja. Bila ibu
bekerja pada trimester ketiga maka angka prematuritas akan naik. Istirahat pada
trimester ketiga adalah sangat penting untuk ibu dan calon bayi (Indiarti, 2009).

Universitas Sumatera Utara

d. Tingkat pendidikan
Pendidikan ibu mencerminkan keadaan sosial ekonomi keluarga, variabel
tersebut secara tidak langsung mempengaruhi terjadinya BBLR. Dengan pendidikan,
seseorang dapat menerima lebih banyak informasi dan memperluas cakrawala
berpikir sehingga mudah untuk mengembangkan diri, mengambil keputusan dan
bertindak.
Secara konsisten penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang
dimiliki ibu mempunyai pengaruh kuat pada perilaku reproduksi, kelahiran, kematian
anak dan bayi, kesakitan, dan sikap serta kesadaran atas kesehatan keluarga. Latar
belakang pendidikan itu mempengaruhi sikapnya dalam pemilihan pelayanan
kesehatan dan pola konsumsi makan yang berhubungan juga dengan peningkatan
berat badan ibu semasa hamil yang pada saatnya akan mempengaruhi kejadian BBLR.
Ibu yang berpendidikan rendah sulit untuk menerima inovasi dan sebagian besar
kurang mengetahui pentingnya perawatan pra kelahiran. Disamping itu juga
mempunyai

keterbatasan

mendapatkan

pelayanan

antenatal

yang

adekuat,

keterbatasan mengkonsumsi makanan yang bergizi selama hamil. Kesemuanya ini


akan mengganggu kesehatan ibu dan janin, bahkan sering mengalami keguguran atau
lahir mati (Varney, 2003).
e. Tinggi badan sebelum hamil
Tinggi badan selain ditentukan oleh faktor genetik juga ditentukan oleh status
gizi pada masa kanak-kanak, keadaan ini dapat diartikan bahwa gangguan gizi waktu
anak-anak pengaruhnya sangat jauh sampai dengan masa reproduksi (JNPKKR,

Universitas Sumatera Utara

2004). Pengukuran tinggi badan ibu hamil sedapat mungkin dilaksanakan pada awal
kehamilan, untuk menghindari kesalahan akibat perubahan postur tubuh.
Perubahan postur tubuh dapat mengurangi ukuran tinggi badan sepanjang 1
cm (institute of medicine, 1990). Ibu yang mempunyai tinggi badan kurang dan 144
cm akan melahirkan bayi yang lebih kecil dibandingkan ibu yang mempunyai tinggi
badan normal. Penelitian Budiman di Garut (1996) menyebutkan bahwa ibu hamil
yang mempunyai TB 145 cm akan melahirkan bayi dengan BBLR 3,06 kali lebih
besar dan pada ibu yang tinggi badannya lebih dan 145 cm.
f. Berat badan sebelum hamil
Berat badan ibu merupakan parameter penting selama kunjungan ANC. BB
selama kehamilan adalah indikator untuk menentukan status gizi ibu. Bila berat badan
ibu pada kunjungan pertama ANC kurang dan 47 kg maka kemungkinan melahirkan
bayi BBLR adalah 1,73 kali lebih besar bila dibandingkan dengan ibu yang berat
badannya lebih atau sama dengan 47 kg (Kestler, 1991).
Berat badan ibu sebelum hamil dan kenaikan berat badannya selama hamil
temyata dapat berpengaruh terhadap kesehatan serta pertumbuhan janin dalam
kandungannya. Kesehatan dan pertumbuhan jamn sangat dipengaruhi oleh kesehatan
ibunya., salah satu faktor penting untuk kesehatan ibu adalah pengaturan berat badan,
yang sebaiknya dilakukan sejak si ibu merencanakan kehamilan. Indeks massa tubuh
yang normal untuk wanita yaitu antara 19-23. Bila berat badan ibu sebelum hamil
terlalu kurus atau terlalu gemuk, maka sebiknya diatur dulu agar berat badannya
normal.

Universitas Sumatera Utara

g. Pertambahan berat badan


Pertambahan BB kurang dan 210 gram per minggu akan memberikan resiko
melahirkan BBLR 1,85 kali lebih besar bila dibandingkan dengan ibu yang
penambahan BB nya lebih atau sama dengan 210 gram per minggu (Kestler, 1991),
jadi pertambahan BB 8-13 kg selama kehamilan dianggap normal, sehingga pada
akhir kehamilan minimal BB ibu adalah 55 kg.
Berikut ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan untuk pertambahan
berat badan ibu selama kehamilan :
1) Bila berat badan ibu sebelum hamil adalah normal, maka kenaikan berat badan
ibu sebaiknya antara 9-12 kg.
2) Bila berat badan sebelumnya adalah berlebih, maka kenaikan berat badannya
cukup 6-9 kg saja.
3) Bila sebelum kehamilan berat badan ibu adalah kurang, maka kenaikan berat
badannya sebaiknya 12-15 kg.
4) Jika ibu mengandung bayi kembar dua atau lebih, maka kebaikan berat badan
selama kehamilan harus lebih banyak lagi, tergantung dan jumlah bayi yang
dikandung.
h. LLA
Indikator untuk mengetahui status gizi ibu hamil adalah dengan menggunakan
LLA. LLA adalah Lingkar Lengan Atas. LLA kurang dari 23,5 cm merupakan
indikator kuat untuk status gizi yang kurang/buruk. Ibu berisiko melahirkan anak
dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Dengan demikian, bila hal ini ditemukan

Universitas Sumatera Utara

sejak awal kehamilan, petugas kesehatan dapat memotivasi ibu agar lebih
mempertahankan kesehatannya (Supariasa, 2001).
i. Riwayat Keguguran
Riwayat abortus baik spontan maupun sengaja pada kehamilan sebelumnya
dapat meningkatkan resiko kelahiran prematur pada persalinan berikutnya. Tindakan
kuretase dan dilatasi akan menyebabkan trauma path serviks yang merupakan faktor
predisposisi pada kelahiran berikutnya. Demikian juga ibu dengan riwayat
melahirkan bayi lahir mati sebelumnya, memiliki resiko untuk melahirkan BBLR
pada persalinan berikutnya, sebagian yang lahir mati tersebut adalah bayi prematur
dan IUGR dan kecenderungan tersebut berulang pada persalinan berikutnya.
j. Paritas
Paritas adalah banyaknya ibu melahirkan anak selama masa reproduksi. Ibu
dengan jumlah kehamilan yang lebih dan tiga mengalami kesulitan untuk
pertambahan BB yang diharapkan.
2. Karakteristik Bayi
Beberapa penelitian ditemukan bahwa jenis kelamin bayi berpengaruh
terhadap kejadian BBLR. Proporsi kejadian BBLR bayi laki-laki adalah lebih sedikit
(46,44%) dibandingkan dengan bayi BBLR perempuan (53,56%) dan resiko
melahirkan bayi laki-laki dengan BBLR ialah 0,82 kali lebih kecil dibandingkan
dengan melahirkan bayi perempuan BBLR (Rosemary, 1997).
Bayi laki-laki saat lahir memiliki rata-rata berat lahir 150 gram lebih berat dan
pada bayi perempuan, perbedaan ini paling nyata pada umur kehamilan 28 minggu.

Universitas Sumatera Utara

Diduga hal ini akibat stimulasi hormone androgenic atau karena kromosom Y
memuat materi genetik yang dapat meningkatkan pertumbuhan janin laki-laki.

2.4 Landasan Teori


Mulai dari pembuahan sampai saat bayi dilahirkan, ibu dan anak merupakan
satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Kesehatan ibu sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan janin yang dikandungnya (Kardjati, 1985).
Menurut WHO (1998), faktor resiko yang berpengaruh terhadap kejadian
BBLR adalah:
1. Faktor biologis meliputi : umur ibu, paritas dan jarak kelahiran.
2. Status gizi ibu (LLA), tinggi badan, berat badan sewaktu melahirkan dan
penambahan berat badan.
3. Komplikasi kesehatan.
4. Komplikasi kebidanan preeklampsia.
5. Pemanfaatan pelayanan kesehatan tidak pernah memeriksakan kehamilan
(layanan antenatal) dengan Standar 7T yaitu timbang berat badan/tinggi badan,
tekanan darah, pemberian imunisasi toxoid, tablet zat besi (Fe), tinggi fundus uteri,
test PMS, dan temu wicara.
Beberapa penelitian telah membuktikan secara statistik bahwa terdapat
hubungan antara layanan antenatal dengan kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR).
Wibowo (2001) pada penelitiannya di Ciawi, Bogor mengemukakan bahwa bayi yang
dilahirkan dari ibu yang melaksanakan pelayanan antenatal yang tidak adekuat

Universitas Sumatera Utara

mempunyai resiko 2 kali lebih besar dibandingkan dengan bayi dan ibu yang
memanfaatkan layanan antenatal secara adekuat.
Pemanfaatan pelayanan antenatal dapat dibedakan menurut kuantitas dan
kualitas layanan. Kuantitasnya sering kali dijabarkan dalam bentuk jumlah kunjungan
pemeriksaan kehamilan yang secara popular disebut frekuensi pelayanan antenatal.
Kualitas pelayanan antenatal lebih sulit diukur. Sejauh ini belum ada tolak ukur baku
untuk mengukur kualitas pelayanan antenatal di Indonesia. Kestler (1991), di
Amerika Serikat telah menyusun sebuah tabel indikator untuk pengukuran kualitas
pelayanan antenatal, yang disebut adekuasi pemanfaatan pelayanan antenatal, yaitu:
Tabel 2.2 Adekuasi Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Sehubungan dengan
Waktu dan Total Kunjungan
Adekuasi
Pelayanan
Antenatal
Adekuat

Inadekuat

Trimester
Trimester I (1-3
bulan)

Trimester II dan III


(4-9 bulan)

Usia Kehamilan
(Minggu)
13 minggu dan
14-17 minggu dan
18-21 minggu dan
22-25 minggu dan
26-29 minggu dan
30-31 minggu dan
32-33 minggu dan
34-35 minggu dan
36 minggu / lebih
14-17 minggu dan
22-29 minggu dan
30-31 minggu dan
32-33 minggu dan
34 minggu / lebih

Total Kunjungan
Pelayanan
Antenatal
0 atau 1
2 atau lebih
3 atau lebih
4 atau lebih
5 atau lebih
6 atau lebih
7 atau lebih
8 atau lebih
9 atau lebih
0 atau 1
2 atau lebih
3 atau lebih
4 atau lebih

Sumber : Pedoman Pelayanan Antenatal di Tingkat Pelayanan Dasar (Depkes R1 1998)

Universitas Sumatera Utara

Pemanfaatan disebut adekuat bila ibu harnil pertama sekali memeriksakan


kehamilannya pada trimester satu, usia kehamilan cukup bulan (sama dengan atau di
atas 37 minggu) dan total kunjungan pemanfaatan pelayanan antenatal 4 kali atau
lebih. Pemanfaatan disebut tidak adekuat bila ibu hamil pertama sekali mulai
memeriksakan kehamilannya sesudah trimester satu, usia kehamilan cukup bulan
(sama dengan atau di atas 37 minggu) dan total kunjungan pemanfaatan pelayanan
antenatal adalah kurang dari 4 kali (Depkes RI, 2007).

2.5. Kerangka Konsep


Berpedoman pada landasan teori, maka disusun kerangka konsep sebagai
berikut:
Variabel Independen
Pemeriksaan Kehamilan :
- Berat badan
- Tekanan darah
- Pemberian imunisasi
toxoid
- Pemberian tablet zat
besi (Fe)
- Tinggi fundus uteri
- Status Gizi (LLA)

Variabel Dependen

Bayi Berat
Lahir Rendah
1. Bayi berat lahir rendah
2. Bayi berat lahir amat rendah
3. Bayi berat lahir amat sangat
rendah

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Você também pode gostar

  • Refleksi Kasus
    Refleksi Kasus
    Documento5 páginas
    Refleksi Kasus
    Siti Anisa Fatmawati
    100% (1)
  • Status Pasien - Dewi
    Status Pasien - Dewi
    Documento4 páginas
    Status Pasien - Dewi
    Yoasta Elsa KovsZero
    Ainda não há avaliações
  • EPISTAKSIS-edit Baru Feb 2017
    EPISTAKSIS-edit Baru Feb 2017
    Documento78 páginas
    EPISTAKSIS-edit Baru Feb 2017
    Sunaia Ismail
    Ainda não há avaliações
  • Pico
    Pico
    Documento4 páginas
    Pico
    Yoasta Elsa KovsZero
    Ainda não há avaliações
  • Form Refleksi Kasus
    Form Refleksi Kasus
    Documento5 páginas
    Form Refleksi Kasus
    Yoasta Elsa KovsZero
    Ainda não há avaliações
  • Cover Journal Reading
    Cover Journal Reading
    Documento3 páginas
    Cover Journal Reading
    Yoasta Elsa KovsZero
    Ainda não há avaliações
  • Laporan Dops 2
    Laporan Dops 2
    Documento9 páginas
    Laporan Dops 2
    Yoasta Elsa KovsZero
    Ainda não há avaliações
  • Laporan Refleksi Kasus - Pita
    Laporan Refleksi Kasus - Pita
    Documento6 páginas
    Laporan Refleksi Kasus - Pita
    Yoasta Elsa KovsZero
    Ainda não há avaliações
  • Soal Indra
    Soal Indra
    Documento26 páginas
    Soal Indra
    Yoasta Elsa KovsZero
    Ainda não há avaliações
  • Cover Journal Reading
    Cover Journal Reading
    Documento3 páginas
    Cover Journal Reading
    Yoasta Elsa KovsZero
    Ainda não há avaliações
  • Form Refleksi Kasus
    Form Refleksi Kasus
    Documento5 páginas
    Form Refleksi Kasus
    Yoasta Elsa KovsZero
    Ainda não há avaliações
  • Manajemen Kasus
    Manajemen Kasus
    Documento21 páginas
    Manajemen Kasus
    Yoasta Elsa KovsZero
    Ainda não há avaliações
  • Dapus Organofosfat 2006-2013
    Dapus Organofosfat 2006-2013
    Documento2 páginas
    Dapus Organofosfat 2006-2013
    Yoasta Elsa KovsZero
    Ainda não há avaliações
  • Cover Journal Reading
    Cover Journal Reading
    Documento3 páginas
    Cover Journal Reading
    Yoasta Elsa KovsZero
    Ainda não há avaliações
  • Cover Laporan Tugas Koas Obstetri
    Cover Laporan Tugas Koas Obstetri
    Documento1 página
    Cover Laporan Tugas Koas Obstetri
    Yoasta Elsa KovsZero
    Ainda não há avaliações
  • SENAM
    SENAM
    Documento11 páginas
    SENAM
    Yoasta Elsa KovsZero
    Ainda não há avaliações
  • Presentation 1
    Presentation 1
    Documento31 páginas
    Presentation 1
    Yoasta Elsa KovsZero
    Ainda não há avaliações
  • Tujuan Belajar
    Tujuan Belajar
    Documento2 páginas
    Tujuan Belajar
    Yoasta Elsa KovsZero
    Ainda não há avaliações
  • Klamidia 2
    Klamidia 2
    Documento11 páginas
    Klamidia 2
    Yoasta Elsa KovsZero
    Ainda não há avaliações
  • Dapus Organofosfat 2006-2013
    Dapus Organofosfat 2006-2013
    Documento2 páginas
    Dapus Organofosfat 2006-2013
    Yoasta Elsa KovsZero
    Ainda não há avaliações
  • Pandangan Euthanasia Menurut Islam
    Pandangan Euthanasia Menurut Islam
    Documento2 páginas
    Pandangan Euthanasia Menurut Islam
    Yoasta Elsa KovsZero
    Ainda não há avaliações
  • BAB I Mankas 2 SJS
    BAB I Mankas 2 SJS
    Documento7 páginas
    BAB I Mankas 2 SJS
    Yoasta Elsa KovsZero
    Ainda não há avaliações
  • Mankas 2 SJS
    Mankas 2 SJS
    Documento13 páginas
    Mankas 2 SJS
    Yoasta Elsa KovsZero
    Ainda não há avaliações
  • SENAM
    SENAM
    Documento11 páginas
    SENAM
    Yoasta Elsa KovsZero
    Ainda não há avaliações
  • PRINSIP BIOETIK
    PRINSIP BIOETIK
    Documento6 páginas
    PRINSIP BIOETIK
    Siti Anisa Fatmawati
    Ainda não há avaliações
  • BAB II Mankas 1
    BAB II Mankas 1
    Documento17 páginas
    BAB II Mankas 1
    Yoasta Elsa KovsZero
    Ainda não há avaliações
  • PENYAKIT KLAMIDIA
    PENYAKIT KLAMIDIA
    Documento3 páginas
    PENYAKIT KLAMIDIA
    Yoasta Elsa KovsZero
    Ainda não há avaliações
  • Proposal
    Proposal
    Documento33 páginas
    Proposal
    Yoasta Elsa KovsZero
    Ainda não há avaliações
  • Artikel Di Jurnal GEA - PDF Pekerja Anak Dan Permasalahannya
    Artikel Di Jurnal GEA - PDF Pekerja Anak Dan Permasalahannya
    Documento10 páginas
    Artikel Di Jurnal GEA - PDF Pekerja Anak Dan Permasalahannya
    Ri Fahri
    Ainda não há avaliações