Você está na página 1de 61

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

HASIL PEM ERIKSAAN


ATAS
BELANJA DAERAH
PADA
KABUPATEN SITUBONDO
TAHUN ANGGARAN 2004 DAN 2005
DI
SITUBONDO
PERWAKILAN BPK-RI
DI YOGYAKARTA

Nomor
Tanggal

: 20 /R/XIV.04/02/2006
: 17 Februari 2006

DAFTAR ISI
RESUME HASIL PEMERIKSAAN ...................................................................

BAB I.

GAMBARAN UMUM .........................................................................

1. Tujuan Pemeriksaan ..............................................................................

2. Sasaran Pemeriksaan .............................................................................

3. Metode Pemeriksaan .............................................................................

4. Jangka Waktu Pemeriksaan .................................................................

5. Obyek Pemeriksaan ...............................................................................

BAB II.

HASIL PEMERIKSAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN

1. Lingkungan Pengendalian ...................................................................

2. Penaksiran Resiko .................................................................................

10

3. Aktivitas Pengendalian .........................................................................

11

4. Informasi dan Komunikasi ..................................................................

11

5. Pemantauan ...........................................................................................

12

BAB III. TEMUAN PEMERIKSAAN ..............................................................

13

1. Pengeluaran DPRD sebesar Rp24.685.000,00 diragukan dan


sebesar Rp30.556.300,00 tidak didukung bukti yang lengkap ........

13

2. Honorarium Tim/Panitia melebihi standar honorarium daerah


mengakibatkan

pemborosan

keuangan

daerah

sebesar

Rp380.000.000,00 .................................................................................
3. Pengeluaran

Bantuan

Profesi

Tahun

2004

16

sebesar

Rp5.769.060.600,00 dan Tahun 2005 sebesar Rp3.218.283.445,00


tidak sesuai dengan ketentuan ............................................................
4. Pengelola

Bantuan

Dana

Pembangunan

19

Desa/Kelurahan,

Gerakan Terpadu Pengentasan Kemiskinan dan Program


Percepatan Pemberdayaan Kecamatan belum memberikan
Laporan pertanggungjawaban sesuai ketentuan .............................

22

5. Perjalanan Dinas KPU dalam Pelaksanaan Pilkada Melebihi


Standar Bupati Sehingga Mengakibatkan Pemborosan Keuangan
Daerah Sebesar Rp48.610.000,00 ..........................................................

25

6. Barang Inventaris Pemerintah Kabupaten Situbondo di KPPS


berupa

kalkulator

belum

diserahkan

ke

KPUD

untuk

dikembalikan ke Pemerintah Kabupaten Situbondo sebesar


Rp33.087.000,00 .....................................................................................
7. Tanah

milik

Pemerintah

Kabupaten

Situbondo

28

senilai

Rp932.500.000,00 belum disertifikatkan .............................................

31

8. Volume pekerjaan beton rabat kurang dari RAB senilai


Rp27.330.537,60

dan

pengalihan

pekerjaan

pada

proyek

pemasangan jaringan perpipaan senilai Rp22.062.000,00 kurang


bisa dipercaya ........................................................................................

34

9. Pekerjaan pengembangan prasarana/sarana Motel Cottage Pasir


Putih Tahun 2004 Kabupaten Situbondo dilaksanakan tidak
sesuai RAB senilai Rp64.199.000,00 ......................................................

37

10. Surat pertanggungjawaban pada dua kegiatan di Bagian


Ekonomi dan Bagian keuangan kurang didukung bukti yang
lengkap senilai Rp292.500.000,00 ........................................................

39

11. Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan jalan berkala tidak sesuai


kontrak sebesar Rp125.440.293,82 .......................................................

41

12. Terdapat perbedaan kekurangan pekerjaan dalam laporan


pelaksanaan harian pada beberapa proyek pemeliharaan berkala
sebesar Rp34.712.388,00 ........................................................................

46

13. Kesalahan Analisa HPS Bronjong Kawat Galvanis Pada Proyek


Pembuatan

Tangkis

Kali

Memboroskan

Daerah

Sebesar

Rp69.349.000,00 ......................................................................................

49

14. Pengadaan semen dan batu kali untuk pekerjaan swakelola


kurang dari seharusnya sebesar Rp19.602.000,00 .............................

52

Lampiran ..................................................................................................................

55

ii

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA

HASIL PEMERIKSAAN ATAS


PELAKSANAAN BELANJA DAERAH
TAHUN ANGGARAN 2004 DAN 2005
PADA
KABUPATEN SITUBONDO
DI SITUBONDO

SEMESTER II
TAHUN ANGGARAN 2005

RESUME HASIL PEMERIKSAAN

Berdasarkan ketentuan pasal 23 E perubahan ketiga Undang-undang Dasar


Republik Indonesia Tahun 1945, pasal 2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1973, Undangundang Nomor 15 Tahun 2004, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPKRI) telah melakukan Pemeriksaan atas Pelaksanaan Belanja Daerah Kabupaten Situbondo
(audit dengan tujuan tertentu) di Situbondo. Pemeriksaan dilakukan dengan berpedoman
pada Standar Audit Pemerintahan (SAP) yang ditetapkan oleh BPK-RI pada tahun 1995.
Anggaran Belanja Tahun Anggaran 2004 sebesar RP323.632.807.278,63 dan
telah direalisasikan sebesar Rp301.017.622.037,89 atau 93,01%. Sedangkan untuk Tahun

Anggaran 2005 dari anggaran belanja sebesar Rp257.696.185.724,56 telah direalisasikan


sampai dengan September 2005 sebesar Rp169.883.512.069,54 atau sebesar 65,92%.
Secara umum sistem pengendalian intern telah dirancang dan dilaksanakan secara
cukup memadai sehingga informasi yang dihasilkan dapat dipercaya. Selain itu
pemantauan dan pertanggungjawaban keuangan telah dilaksanakan cukup baik.
Selanjutnya tanpa mengurangi keberhasilan yang telah dicapai, hasil pemeriksaan masih
menunjukkan berbagai kelemahan yang perlu mendapatkan perhatian, yaitu:
1. Penyimpangan yang dapat mengganggu kewajaran penyajian laporan keuangan;
a. Pengelola Bantuan Dana Pembangunan Desa/Kelurahan, Gerakan Terpadu
Pengentasan Kemiskinan dan Program Percepatan Pemberdayaan,
b. Surat pertanggungjawaban pada dua kegiatan di Bagian Ekonomi dan Bagian
Keuangan kurang didukung bukti yang lengkap senilai Rp292.500.000,00.
2. Penyimpangan terhadap kriteria/peraturan yang telah ditetapkan;
a. Pengeluaran

DPRD

sebesar

Rp24.685.000,00

diragukan

dan

sebesar

Rp30.556.300,00 tidak didukung dengan bukti yang lengkap,


b. Barang

inventaris

Pemerintah

Kabupaten

Situbondo

belum

seluruhnya

dikembalikan ke KPUD Kabupaten Situbondo sebesar Rp33.087.000,00,


c. Volume pekerjaan beton rabat kurang dari RAB senilai Rp27.330.537,60 dan
pengalihan pekerjaan pada proyek pemasangan jaringan perpipaan senilai
Rp22.062.000,00 kurang bisa dipercaya,
d. Pekerjaan pengembangan prasarana/sarana Motel Cottage Pasir Putih Tahun 2004
di Kabupaten Situbondo dilaksanakan tidak sesuai RAB senilai Rp64.199.000,00,
e. Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan jalan berkala tidak sesuai kontrak sebesar
Rp125.440.293,82,
f. Terdapat perbedaan kekurangan pekerjaan dalam laporan pelaksanaan harian
pada beberapa proyek pemeliharaan berkala sebesar Rp43.712.442,00,
g. Pengadaan semen dan batu kali untuk pekerjaan swakelola kurang dari seharusnya
sebesar Rp19.602.000,00.

3. Penyimpangan yang mengganggu azas kehematan;


a. Honorarium Tim/Panitia melebihi standar honorarium daerah mengakibatkan
pemborosan keuangan daerah sebesar Rp380.000.000,00,
b. Pengeluaran Bantuan Profesi Tahun Anggaran 2004 sebesar Rp5.769.060.600,00
dan Tahun Anggaran 2005 sebesar Rp3.218.283.445,00 tidak sesuai dengan
ketentuan,
c. Perjalanan dinas KPU dalam pelaksanaan Pilkada melebihi standar bupati
sehingga mengakibatkan pemborosan keuangan daerah sebesar Rp48.610.000,00,
d. Kesalahan Analisa HPS bronjong kawat galvanis pada proyek pembuatan tangkis
kali memboroskan keuangan daerah sebesar Rp69.349.000,00.
4. Penyimpangan yang dapat mengakibatkan tidak tercapainya program yang
direncanakan;
a. Tanah milik Pemerintah Kabupaten Situbondo senilai Rp932.500.000,00 belum
disertifikatkan.

Hasil pemeriksaan selengkapnya, dimuat dalam bab berikut.

PERWAKILAN BPK-RI
DI YOGYAKARTA
KEPALA

Dra. EVITA ERIATI, MM


NIP.240001905

BAB I
GAMBARAN UMUM PEMERIKSAAN

1. Tujuan Pemeriksaan
Untuk menentukan apakah:
a. Sistem pengendalian intern atas entitas tersebut baik terhadap laporan
keuangan daerah maupun terhadap pengamanan atas kekayaan telah dirancang
dan dilaksanakan secara memadai untuk mencapai tujuan pengendalian;
b. Entitas yang diperiksa dalam menjalankan tugas dan fungsinya telah mematuhi
persyaratan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Sasaran Pemeriksaan
Untuk mencapai tujuan pemeriksaan tersebut, pemeriksaan diarahkan pada
sasaran:
a. Pelaksanaan sistem pengendalian intern;
b. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam
pelaksanaan belanja daerah.

3. Metode Pemeriksaan
Pemeriksaan atas belanja daerah akan memberikan penilaian terhadap
pelaksanaan anggaran dan Sistem pengendalian Intern dengan pendekatan :
a. Pendekatan Resiko
Metodologi yang diterapkan dalam melaksanakan pemeriksaan tersebut
dilakukan dengan menggunakan pendekatan resiko. Pendekatan resiko yang
dilakukan dalam pemeriksaan ini didasarkan pada pemahaman dan pengujian
atas efektifitas Sistem Pengendaliam Intern mengenai pengelolaan Keuangan
Daerah khususnya di Bagian Keuangan dan Pemegang kas Daerah. Hasil
pemahaman dan pengujian SPI ini akan menentukan tingkat keandalan SPI
sesuai dengan asersi manajemen dan ketentuan yang berlaku.
b. Materialitas
Materialitas dalam pemeriksaan ini ditetapkan dengan menggunakan
persentase atas belanja daerah yang akan diperiksa.

Penetapan tingkat
4

materialitas pemeriksaan tersebut adalah konservatif atau rendah dengan


pertimbangan bahwa pelaksana pengelola Keuangan Daerah tersebut akan
sangat memperhatikan aspek legalitas dan ketaatan pada ketentuan yang
berlaku dalam proses pertanggungjawaban keuangan. Berdasarkan Panduan
Manajemen Pemeriksaan (PMP) maka standar materialitas yang ditetapkan
adalah 0,5

% 2 %.

Tingkat materialitas dalam pemeriksaan ini akan

dijadikan pertimbangan dalam tahap perencanaan untuk menentukan


kedalaman pengujian yang akan dilakukan.
c. Pengujian dalam pemeriksaan
Pemeriksaan Belanja Daerah tersebut dilakukan dengan pemahaman atas SPI,
pengujian atas pengendalian terbatas pada angka-angka yang disajikan untuk
dapat mengumpulkan bukti yang dapat mendukung kesimpulan pemeriksaan.
Pemeriksaan ini melakukan pengujian substantif atas transaksi keuangan
secara terbatas.
d. Uji Petik Pemeriksaan (Sampling Audit)
Pemeriksaaan ini dilakukan dengan cara melakukan pengujian secara uji petik
atas satuan kerja/instansi daerah dalam populasi yang akan diuji. Kesimpulan
pemeriksaan akan didapat berdasarkan hasil uji petik yang dijadikan dasar
untuk menggambarkan kondisi dari populasinya.

Dalam pemeriksaan ini,

pemeriksa menggunakan metode non statistical sampling atau metode


sampling yang berdasarkan judgement, dengan memperhatikan tingkat resiko
yang ada untuk menentukan jumlah dan satuan kerja/instansi daerah yang akan
diuji dan keterwakilan sample yang dipilih dari populasi baik dari segi nilai
angka rupiah dan jenis transasksinya.
e. Pelaporan
Setiap permasalahan yang ditemukan dalam pemeriksaan belanja daerah
tersebut harus dikomunikasikan dengan entitas yang diperiksa untuk mendapat
tanggapan tertulis sebelum disajikan sebagai temuan pemeriksaan dalam Hasil
Pemeriksaan. Atas temuan yang dituangkan dalam Hasil Pemeriksaan tersebut
selanjutnya diberikan saran perbaikan yang disajikan dalam laporan yang sama

4. Jangka Waktu Pemeriksaan


Pemeriksaan dilakukan sejak tanggal 7 September sampai dengan tanggal 6
Oktober 2005.

5. Obyek Pemeriksaan
a. Pemeriksaan dilakukan atas belanja daerah Kabupaten Situbondo Tahun
Anggaran 2004 dan 2005.
b. Anggaran dan Realisasi.
Anggaran dan realisasi belanja aparatur, belanja publik, belanja bagi hasil dan
belanja tak tersangka Tahun Anggaran 2004 pada Kabupaten Situbondo adalah
sebagai berikut:
1) Belanja Aparatur
Belanja aparatur dalam APBD Tahun Anggaran 2004 dianggarkan sebesar
Rp205.456.061.401,95

dan

telah

direalisasikan

sebesar

Rp196.085.888.542,74 atau sebesar 95,44%.


2) Belanja Publik
Belanja pelayanan publik dalam APBD Tahun Anggaran 2004
dianggarkan sebesar Rp102.239.881.326,68 dan telah direalisasikan
sebesar Rp89.736.079.953,00 atau sebesar 87,70%
3) Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan
Belanja bagi hasil dan bantuan keuangan Tahun Anggaran 2004
dianggarkan sebesar Rp39.811.684.300,00 dan telah direlisasikan sebesar
Rp31.024.815.394,00 atau sebesar 77,93%
4) Belanja Tidak Tersangka
Belanja tidak tersangka Tahun Anggaran 2004 dianggarkan sebesar
Rp5.396.140.000,00 dan telah direalisasikan sebesar Rp5.392.911.990,00
atau sebesar 99,94%

No.

Uraian Belanja

Anggaran

Realisasi

BELANJA

307.695.942.278,63

285.821.968.495,74

92,89

Belanja Aparatur

205.456.061.401,95

196.085.888.542,74

95,44

2.1.

Belanja Administrasi Umum

171.932.055.838,97

168.771.894.856,59

98,16

2.1.01.

Belanja Pegawai/Personalia

153.333.226.240,47

151.274.882.518,84

98,66

2.1.02.

Belanja Barang dan Jasa

12.509.630.562,00

11.666.041.255,75

93,26

2.1.03.

Belanja Perjalanan Dinas

3.246.682.450,00

3.137.183.450,00

96,63

2.1.04.

Belanja Pemeliharaan

2.842.516.586,50

2.693.787.632,00

94,77

2.2.

Belanja Operasional dan

30.033.774.392,98

24.032.657.736,00

80,02

Pemeliharaan
2.2.01.

Belanja Pegawai/Personalia

17.821.290.218,98

16.791.121.912,15

94,22

2.2.02.

Belanja Barang dan Jasa

11.279.334.400,00

6.437.871.050,00

57,08

2.2.03.

Belanja Perjalanan Dinas

710.070.000,00

585.625.000,00

82,47

2.2.04.

Belanja Pemeliharaan

223.079.774,00

218.039.774,00

97,74

2.3.

Belanja Modal

3.490.231.170,00

3.281.335.950,00

94,01

2.

Belanja Publik

102.239.881.326,68

89.736.079.953,00

87,77

2.1.

Belanja Administrasi Umum

3.130.634.546,68

2.840.845.448,00

90,74

2.1.01.

Belanja Pegawai/Personalia

2.386.569.621,68

2.111.365.958,00

88,47

2.1.02.

Belanja Barang dan Jasa

712.268.125,00

697.752.690,00

97,96

2.1.03.

Belanja Perjalanan Dinas

2.000.000,00

2.000.000,00

100,00

2.1.04.

Belanja Pemeliharaan

29.796.800,00

29.726.800,00

99,77

2.2.

Belanja Operasi dan Pemeliharaan

27.659.666.680,00

26.239.429.718,00

94,87

2.2.01.

Belanja Pegawai/Personalia

1.878.379.800,00

2.2.02.

Belanja Barang dan Jasa

8.730.151.330,00

7.413.372.862,00

84,92

2.2.03.

Belanja Perjalanan Dinas

1.114.271.000,00

1.091.350.000,00

97,94

2.2.04.

Belanja Pemeliharaan

15.936.864.550,00

15.881.659.856,00

99,65

2.3.

Belanja Modal

26.241.755.800,00

24.238.077.403,00

92,36

Belanja Bagi Hasil dan Bantuan

39.811.684.300,00

31.024.815.394,00

77,93

408.000.000,00

408.000.000,00

100,00

2.4.2

1.853.047.000,00

84,92

Keuangan
2.4.02.2

Belanja Bagi Hasil Retribusi kepada


Pemerintah Desa

2.4.04.2

Belanja Bantuan Keuangan kepada

6.984.888.000,00

6.893.974.073,00

98,70

12.477.446.000,00

12.147.012.850,00

97,35

19.941.350.300,00

11.575.828.471,00

58,05

Pemerintah Desa/Kelurahan
2.4.05.2

Belanja Bantuan Keuangan kepada


Organisasi Kemasyarakatan

2.4.06.2

Belanja Bantuan Keuangan kepada


Organisasi Profesi

2.5.2

Belanja Tidak Tersangka

5.396.140.000,00

5.392.911.990,00

99,94

2.5.01.2

Belanja Tidak Tersangka

5.396.140.000,00

5.392.911.990,00

99,94

Anggaran belanja tahun 2005 adalah sebesar Rp256.678.174.556,56 sampai


dengan Triwulan II realisasi belanja yang terserap adalah sebesar
Rp100.879.408.252,42 atau sebesar 39,30% dengan rincian uraian belanja
perbidang sebagai berikut:

No. Bidang Belanja

Realisasi

01.

Bidang Administrasi Umum

34.346.099.308,92

02.

Bidang Pertanian

2.773.771.519,00

03.

Bidang Perikanan dan Kelautan

593.896.491,00

04.

Bidang Pertambangan dan Energi

0,00

06.

Bidang Perindustrian dan Perdagangan

588.615.551,00

07.

Bidang Koperasi

401.407.612,00

08.

Bidang Penanaman Modal

0,00

09.

Bidang Ketenagakerjaaan

630.713.378,00

10.

Bidang Kesehatan

6.892.270.647,50

11.

Bidang Pendidikan dan Kebudayaan

48.218.635.473,00

12.

Bidang Sosial

234.497.138,00

14.

Bidang Permukiman

1.727.159.325,00

16.

Bidang Pekerjaan Umum

1.933.634.079,00

17.

Bidang Lingkungan Hidup

170.542.164,00

18.

Bidang Kependudukan

1.237.182.251,00

Jumlah

100.879.408.252,42

BAB II
HASIL PEMERIKSAAN ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN

Pengendalian intern belanja daerah adalah suatu proses yang didesain dan
dijalankan untuk memberikan keyakinan memadai untuk mencapai tujuan menjamin
efektivitas dan efisiensi belanja dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang
berlaku. Penilaian atas lima komponen dalam sistem pengendalian intern belanja
daerah Kabupaten Situbondo.

1. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan Pengendalian belanja daerah Kabupaten Situbondo dapat dijabarkan
sebaga berikut:
a. Integritas dan Nilai Etika
Integritas pimpinan daerah Kabupaten Situbondo yaitu DPRD, Bupati dan
para kepala unit kerja dalam pelaksanaan tujuan pemerintah daerah pada
umumnya cukup baik. DPRD, Bupati/Wakil Bupati maupun para kepala unit
kerja cukup menaati ketentuan pelaksanaan belanja baik yang dituangkan
dalam APBD, DASK maupun ketentuan-ketentuan lain.

b. Komitmen pada Kompetensi


Untuk beberapa kepala unit kerja, Bupati telah menempatkan personil sesuai
dengan bidang keahliannya. Beberapa kepala unit kerja yang lain ditempatkan
secara rotasional antar unit kerja karena sifat pekerjaannya yang tidak
memerlukan keahlian teknis tetapi lebih kepada kemampuan manajerial.
Tetapi untk pejabat di bawah kepala unti kerja dan staf unit kerja, secara
umum penempatan telah didasarkan pada latar belakang pendidikan dan
keahlian yang sesuai.

c. Filosofi dan Gaya Operasi Manajemen


Dengan adanya struktur organisasi dan peraturan-peraturan baru tentang
penganggaran, Bupati lebih bersikap terbuka untuk perencanaan kegiatan.
Perencanaan kegiatan lebih ditentukan oleh perencanaan dinas-dinas dan unit9

unit kerja. Dengan demikian gaya manajemen dinas dan unit kerja menjadi
dominan. Pada beberapa dinas teknis perencanaan dan pelaksanaan kegiatan
menjadi terpengaruh oleh gaya manajemen tersebut. Karena itu pada dinasdinas teknis resiko secara inherent menjadi lebih besar.

d. Struktur Organisasi
Struktur organisasi dan tata kerja (SOT) pada instansi/unit kerja/bagian yang
ada di lingkungan Pemerintah Kabupaten Situbondo telah ditetapkan dengan
Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2004. Struktur organisasi dan tata kerja
yang dibentuk tersebut telah memisahkan secara tegas dan jelas mengenai
tugas dan fungsi masing-masing dinas, badan, kantor, dan bagian/sub bagian
yang berada di bawah Sekretariat Daerah, sehingga kemungkinan terjadi
tumpang tindih (perangkap fungsi) dapat dihindari.

e. Pemberian Wewenang dan Tanggung Jawab


Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab dari Bupati kepada para kepala
unit kerja telah dilaksanakan dengan cukup memadai dan telah didasarkan
pada surat keputusan Bupati. Untuk pengelolaan keuangan daerah, pada tiaptiap unit kerja di lingkungan Pemerintah Kabupaten Situbondo telah ditunjuk
pemegang kas dan pembantu pemegang kas yang bertanggung jawab kepada
atasan langsung pemegang kas sesuai dengan Surat Keputusan Bupati Nomor
188/03/P/002.4/2005.

f. Kebijakan dan Praktik Sumber Daya


Pada umumnya sumber daya manusia yang berada di lingkungan Pemerintah
Kabupaten Situbondo cukup memadai, baik dari segi kualitas maupun
kuantitas.

2. Penilaian Resiko Pengendalian


Resiko pengendalian mencakup peristiwa dan keadaan intern maupun ekstern
yang dapat terjadi dan secara negatif mempengaruhi kemampuan pemerintah
daerah untuk mencatat, mengolah, meringkas dan melaporkan data keuangan
secara konsisten. Kabupaten Situbondo belum melakukan identifikasi, analisis,
10

dan pengolahan resiko baik yang berkaitan dengan masalah keuangan maupun non
keuangan.

3. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian telah dilakukan dari tahap perencanaan, pelaksanaan
maupun pelaporan kegiatan. Pada tahap perencanaan dilakukan proses
penyusunan RASK, penetapan APBD sampai menjadi DASK. Secara umum,
proses pengendalian dalam perencanaan ini telah berjalan dengan baik, hanya
dalam perencanaan belanja bantuan dan honorarium, pengendalian kurang
berjalan dengan baik, yaitu beberapa belum didasarkan aturan dan proposal
bantuan. Hal ini mengakibatkan resiko pelanggaran ketentuan batas honorarium
maupun tidak sesuainya penyaluran bantuan menjadi tinggi.
Dalam pelaksanaan kegiatan, pengendalian secara umum telah berjalan baik
dengan adanya organisasi pelaksana dan pengawas kegiatan. Akan tetapi karena
belum adanya konsultan pengawas di beberapa pengadaan barang mengakibatkan
pelaksanaan menjadi beresiko yaitu pekerjaan kurang sesuai dengan rincian
pekerjaan. Pengawasan yang dilakukan secara swakelola tidak dilakukan secara
baik oleh staf pengawas pekerjaan di lapangan.
Dalam pelaporan, belanja bantuan keuangan menjadi beresiko karena adanya
dualisme pelaporan, yaitu di dinas atau unit kerja dan bagian keuangan (pemegang
kas Sekretariat Daerah). Dengan dualisme tersebut pengendalian menjadi lebih
sulit karena dinas maupun pemegang kas Sekretariat Daerah merasa bertanggung
jawab atas pembuatan pelaporan yang komprehensif.

4. Informasi dan Komunikasi


Dalam

sistem

pembukuan

Kabupaten

Situbondo,

pencatatn

transaksi

pengeluaran/belanja dilakukan berdasarkan Surat Perintah Membayar Uang


(SPMU)

dan

contra

post.SPMU

dipakai

sebagai

dasar

pencatatan

pengeluaran/belanja apabila terjadi pada tahun berjalan. Penggunaan SPMU


sebagai dasar pencatatan belanja dan contra post sebagai dasar pencatatan yang
utama. Proses seperti itu memungkinkan Pemerintah Kabupaten Situbondo
menyusun laporan perhitungan tanpa SPJ definitif.

11

5. Pemantauan
Pemantauan adalah proses penerimaan kualitas kinerja pengendalian intern
sepanjang waktu. Secara umum pemantauan dilakukan oleh Badan Pengawas
secara periodikal. Hampir setiap bulan Badan Pengawas melakukan pemantauan
pada unit-unit kerja secara bergantian.

Berdasarkan uraian pemeriksaan terhadap sistem oengendalian intern (SPI)


yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa masih terdapat beberapa
kelemahan sistem pengendalian intern yang perlu dilakukan langkah-langkah
perbaikan dengan memperhatikan temuan-temuan pemeriksaan.

12

BAB III
TEMUAN PEMERIKSAAN

1. Pengeluaran

DPRD

sebesar

Rp24.685.000,00

diragukan

dan

sebesar

Rp30.556.300,00 tidak didukung bukti yang lengkap


Tahun 2005 DPRD Kabupaten Situbondo melakukan kunjungan kerja ke beberapa
daerah. Komisi A ke Kota Yogyakarta dan Kabupaten Cirebon, Komisi B ke Kabupaten
Klaten, Magelang dan Sleman, Komisi C ke Klaten dan Cilacap serta Komisi D ke
Kabupaten Jembrana dan Buleleng dengan biaya keseluruhan sebesar Rp202.780.0000,00
dengan SPMU PK.
Pemeriksaan atas bukti pengeluaran menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
a. Biaya makan dan hotel diragukan kebenarannya se besar Rp24.685.000,00.
Setiap komisi dalam kunjungan kerja didampingi oleh pegawai Sekretariat Dewan,
sebanyak 2 s.d 5 orang, sedangkan penginapan dan konsumsi menunjuk langsung
Javanica Tour walaupun nilainya melebihi Rp50.000.000,00 yang seharusnya dengan
pelelangan atau pemilihan langsung, serta dokumen pertanggungjawaban yang ada
tidak menunjukkan adanya surat perintah kerja (SPK).
Selain dari itu bukti-bukti akomodasi hotel, konsumsi, absensi, dan surat tugas,
ternyata pemesanan penginapan melebihi jumlah personil dalam rombongan kerja
tersebut, seperti pada tabel berikut ini:

Kamar/
Konsumsi
Dibayar
3

Berdasar
Absensi

Selisih

Biaya/orang

Nilai selisih

5=3-4

7=5x6

17
18

12
12

5
6

750.000,00
252.500,00

3.750.000,00
1.515.000,00

Komisi B
Konsumsi
Hotel
-

19
18

15
15

4
3

315.000,00
975.000,00

1.260.000,00
2.925.000,00

Komisi C
- Kunjungan Ke Klaten & Cilacap
- Konsumsi

21

13

290.000,00

2.320.000,00

No.

Keterangan

1.

2
Komisi A
Kunjungan ke Yogya dan Cirebon
Hotel
Konsumsi
-

1.

2.

3.

13

4.

- Hotel
Komisi D
Kunjungan ke Jembrana dan Kab.
- Buleleng
- Konsumsi
- Hotel

20

13

850.000,00

5.950.000,00

20
20

13
13

7
7

270.000,00
725.000,00

1.890.000,00
5.075.000,00

Jumlah

24.685.000,00

Dari data tersebut menunjukkan bahwa pembayaran kamar/konsumsi melebihi dari


jumlah

peserta

sebenarnya,

sehingga

terjadi

pembayaran

lebih

sebesar

Rp24.685.000,00.
b. Pengeluaran sebesar Rp9.185.000,00 tidak dilengkapi dengan bukti yang lengkap.
Pengeluaran tersebut digunakan untuk perjalanan dinas Kabag/Kasubag; Staf dan
Sopir Sekretaris DPRD ke Bantul-Cilacap, MagelangSleman, Yogya-Cirebon dan
Jembrana-Buleleng dalam rangka konsultasi dan koordinasi.. Sampai saat
pemeriksaan tanggal 3 Oktober 2005 belum dapat dipertanggungjawabkan.
c. Selain

itu

terdapat

pengeluaran

sebesar

Rp21.371.300,00

yang

hanya

dipertanggungjawabkan dalam bentuk bon, yaitu:.


No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

DAFTAR BON PENGELUARAN YANG TIDAK JELAS/LENGKAP


Uraian
Jumlah (Rp)
Pembelian Solar
84.000,00
Biaya Pelaporan Hasil Kunjungan Kerja Luar Daerah
550.000,00
Pengeluaran tidak jelas
500.000,00
uang Perjalanan Dinas ke Jember (Asistensi Komisi D) Sekwan
375.000,00
Konsumsi audensi ketua DPRD
640.000,00
Konsumsi audensi ketua DPRD
477.500,00
ATK & Jamuan
439.300,00
Fotocopy Materi Asistensi Komisi D
225.500,00
Kunjungan Kerja Komisi C dalam Daerah
1.400.000,00
Uang Pelaporan Kunjungan Kerja Komisi A
550.000,00
Uang untuk undangan rapat kerja komisi E
390.000,00
Uang untuk Setwan (pinjam)
1.940.000,00
Transportasi
2.870.000,00
Pinjaman Ketua DPRD
450.000,00
Tidak Jelas
200.000,00
SPP untuk anggota DPRD dan Setwan
2.155.000,00
Hasil Pelaporan Komisi D ke luar daerah
550.000,00
Dharma wanita (THR 2005) & Membayar utang kepentingan dinas
6.000.000,00
Jamuan rapat Paripurna
1.575.000,00
Jumlah
21.371.300,00

14

Pengeluaran tersebut dalam bukti pertanggungjawabannya hanya dilampiri bon


yang tidak didukung dengan bukti lain.
Permasalahan tersebut bertentangan dengan:
a. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 27 (4)
Saldo Rekening Penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setiap akhir hari
kerja wajib disetorkan seluruhnya ke rekening Kas Umum Daerah.
b. Keputasan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 Pasal 49 ayat (5 )
menyatakan, Setiap pengeluaran kas harus didukung oleh bukti yang lengkap dan
sah mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih.
Kondisi tersebut mengakibatkan:
a. Adanya pembayaran melebihi dari yang seharusnya sebesar Rp24.685.000,00
merugikan keuangan daerah.
b. Belum didukung bukti yang sah lainnya atas pengeluaran sebesar Rp30.556.300,00
(Rp9.185.000,00 + Rp21.371.300,00) menyulitkan pengendalian dan tidak dapat
diyakini kebenarannya.
Hal tersebut disebabkan kurang cermatnya Pemegang Kas dalam melaksanakan
tugasnya.

Rekomendasi BPK-RI
BPK-RI merekomendasikan kepada Bupati agar:
1. Pemegang Kas dan PT. Javanica Tour untuk mempertanggungjawabkan uang daerah
sebesar Rp24.685.000,00.
2. Menegur Pemegang Kas yang bekerja kurang cermat dan memerintahkan pengguna
anggaran untuk segera melengkapi bukti pertanggungjawaban.

15

2. Pembayaran Honorarium Tim/Panitia melebihi standar sebesar Rp380.000.000,00


Honorarium Tim/Panitia 2.01.0003.2.01.01.01.1 pada di Sekretariat Daerah. Tahun
2004

dianggarkan

sebesar

Rp4.230.505.000,00

dan

telah

direalisasi

sebesar

Rp3.849.680.000,00. Hasil pemeriksaan atas dokumen pertanggungjawaban pengeluaran


dimaksud dijumpai, dari realisasi tersebut, sebesar Rp2.919.500.000,00 digunakan untuk
honorarium Tim Anggaran baik legislatif, eksekutif dan dengan rincian sebagai berikut:
No SPMU dan

Legislatif (Rp)

Eksekutif (Rp)

Sekretariat (Rp)

tanggal
0420/BT

Jumlah SPMU
(Rp)

tgl

562.500.000,00

0,00

0,00

562.500.000,00

590.000.000,00

189.000.000,00

35.000.000,00

811.000.000,00

tgl

590.000.000,00

0,00

0,00

590.000.000,00

tgl

589.000.000,00

0,00

0,00

589.000.000,00

tgl

0,00

210.000.000,00

0,00

210.000.000,00

tgl

157.000.000,00

0,00

0,00

157.000.000,00

35.000.000,00

2.919.500.000,00

02 -03-2004
0778/BT tgl
16-03-2004
2509/BT
21-06-2004
6055/BT
09-12-2004
6056/BT
09-12-2004
6057/BT
09-12-2004
Jumlah

2.488.500.000,00

399.000.000,00

Dari data tersebut menunjukkan bahwa sebesar Rp2.488.500.000,00 digunakan


untuk membayar hononarium tim dari legislatif, yang seharusnya tidak dibebankan pada
Pos Sekretariat Daerah, karena kegiatan tersebut telah dianggarkan pada Pos Sekretariat
Dewan, seperti yang telah dituangkan dalam Hasil Pemeriksaan BPK No:
119/R/XIV.4/06/2005 tanggal 30 Juni 2005.
Selain itu besaran honorarium belum ditetapkan secara eksplisit dalam surat
keputusan yang bisa memberi legitimasi pemberian honorarium tersebut. Sehingga
pemberian honorarium kepada Tim Anggaran Eksekutif dan Sekretariat sebesar
Rp399.000.000,00 + Rp35.000.000,00

belum memiliki dasar hukum yang jelas.

16

Pemberian honorarium selama ini hanya mengacu pada SK Bupati tentang petunjuk
umum dan pedoman kerja bagi aparat dalam pelaksanaan APBD Tahun Anggaran 2005
yang mengatur atasan langsung, pemegang kas, pembantu pemegang kas dan pemegang
barang serta pimpinan kegiatan dan staf pelaksana dengan honorarium tertinggi untuk
pimpinan kegiatan sebesar Rp250.000,00 per orang dan dapat diberikan selama waktu
maksimal enam bulan. Padahal penerima honorarium panitia anggaran tidak termasuk
dalam penerima honorarium di SK Bupati tersebut.
Apabila batasan maksimum honorarium dalam SK Bupati tersebut, digunakan maka
yang diberikan sebesar

6 x Rp250.000,00 = Rp1.500.000,00, dengan demikian

honorarium yang diberikan adalah sebagai berikut:


- SPMU No 0420/BT

12 orang eksekutif @ Rp1.500.000,00 = Rp18.000.000,00

tanggal 02-03-2004

7 orang sekretariat @ Rp1.500.000,00 = Rp10.500.000,00

- SPMU No 2509/BT

17 orang eksekutif @ Rp1.500.000,00 = Rp25.500.000,00

tanggal 21-06-2004

= Rp54.000.000,00

Atas dasar perhitungan tersebut terjadi kelebihan pembayaran honorarium sebesar


(Rp399.000.000,00 + Rp35.000.000,00) Rp54.000.000,00 = Rp380.000.000,00
Keputusan Bupati Kabupaten Situbondo No: 188/289/P/001.2/2004 tanggal 20
Desember 2004 Bab II.A.2. tentang Pedoman Kerja Bagi Aparat dalam Pelaksanaan
APBD Tahun Anggaran 2005 bahwa anggaran harus disusun berlandaskan asas efisiensi,
tepat guna, tepat waktu dan dapat dipertanggungjawabkan. Juga Bab III.C.1.d.1). bahwa
standar honorarium tertinggi adalah Rp250.000,00 untuk Pimpinan Kegiatan.
Kondisi tersebut mengakibatkan pemborosan keuangan daerah minimum sebesar
Rp380.000.000,00
Hal tersebut disebabkan:
a. DASK telah dianggap sebagai dasar hukum pengeluaran kas;
b. Belum adanya keputusan Bupati yang mengatur honorarium tersebut yang
berlandaskan pada peraturan lebih atas yang relevan.

17

Instansi

yang bersangkutan menyatakan bahwa untuk tahun 2006 akan lebih

ditertibkan sesuai aturan.

Rekomendasi BPK-RI
BPK-RI merekomendasikan kepada Bupati agar mengeluarkan Surat Keputusan
tentang besarnya honorarium bagi perangkat daerah yang dapat dijadikan dasar setiap
pemberian honorarium.

18

3. Pengeluaran Bantuan Profesi Tahun 2004 sebesar Rp5.769.060.600,00 dan Tahun


2005 sebesar Rp3.218.283.445,00 tidak sesuai dengan ketentuan
Pemerintah Kabupaten Situbondo menganggarkan Bantuan Profesi Lainnya pada
kode rekening 2.01.0003.4.06.18.00.2. Tahun 2004 sebesar Rp7.197.840.300,00 dan telah
direalisikan sebesar Rp7.153.004.300,00 sedang untuk Tahun 2005 dianggarkan sebesar
Rp10.899.256.315,00 dan telah direalisaikan sebesar Rp.3.727.797.445,00 sampai dengan
Triwulan III.
Pemeriksaan terhadap surat pertanggungjawaban (SPJ) atas kegiatan tersebut
sebagian realisasi bantuan tersebut menunjukkan bahwa sebagian bantuan diberikan
secara tidak tepat, yaitu:
a. Diberikan secara personal bulanan kepada anggota Muspida. Pemberian bantuan ini
tidak tepat karena Muspida bukan profesi dan pemberi bantuan secara personal
bulanan menjadi bersifat tunjangan. Pemberian tunjangan seperti ini tidak memiliki
dasar hokum yang kuat.
b.

Diberikan secara salah beban, karena obyek yang diberi bantuan telah memiliki
rekening sendiri dalam APBD, seperti pilkada 2005.

c. Diberikan kepada instansi yang telah memiliki anggaran sendiri dari instansi
vertikalnya untuk biaya operasional, seperti pemeliharaan basis data KPPBB. Biaya
Operasional ini seharusnya menjadi beban instansi bersangkutan kecuali jika ada
kegiatan Pemerintah Kabupaten yang memerlukan jasa mereka, seperti pengamanan
pilpres untuk acara-acara Pemerintah Kabupaten. Pemberian bantuan operasional
instansi diluar Pemerintah Kabupaten membebani APBD.
d. Diberikan secara Lumpsum/Block grant tanpa pertanggungjawaban lebih lanjut,
seperti bakti sosial tanpa bukti adanya kegiatan bakti sosial.
Ringkasan bantuan yang kurang tepat adalah sebagai berikut:
No
1.
2.
3.
4.

Uraian
Muspida
Spj kurang jelas
Salah beban
Biaya Operasional sendiri
Jumlah

Jumlah (Rp)
Tahun 2004
Tahun2005
134.000.000,00
20.000.000,00
625.500.000,00
125.000.000,00
4.448.135.600,00
2.648.033.445,00
561.425.000,00
425.250.000,00
5.769.060.600,00
3.218.283.445,00

19

Untuk rincian lebih lanjut ada pada lampiran I.


Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :
a. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tanggal 10 Juni 2002 pada
Lampiran IV Susunan Belanja Daerah yang menyebutkan bahwa Belanja Bantuan
Keuangan Kepada Organisasi Profesi antara lain untuk Ikatan Bidan dan PGRI dan
lain-lain.
b. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Balai Pustaka yang menyebutkan bahwa pengertian dari Profesi adalah
bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan, kejuruan, dsb)
tertentu.
Kondisi tersebut mengakibatkan pemborosan Keuangan Daerah Tahun 2004
sebesar Rp5.769.060.600,00 dan Tahun 2005 sebesar Rp3.218.283.445,00.
Hal tersebut disebabkan oleh:
a. Tim Anggaran yang kurang memperhatikan ketentuan peraturan perundangundangan dalam mengajukan belanja bantuan profesi dalam menyusun APBD,
b. Kurangnya

kesadaran

para

penerima

bantuan

untuk

membuat

surat

pertanggungjawaban.
Sehubungan dengan permasalahan tersebut instansi yang bersangkutan menyatakan:
a. Pemberian salah beban terjadi karena transisi pergantian Bupati, sehingga
memerlukan biaya operasional tinggi untuk koordinasi;
b. SPJ kurang jelas kebanyakan memang berupa disposisi;
c. Tahun 2006 akan lebih ditertibkan sesuai aturan.

Rekomendasi BPK-RI
BPK-RI merekomendasikan kepada Bupati agar:
a. Memerintahkan Tim Anggaran untuk tidak lagi menganggarkan belanja muspida dan
instansi vertikal,

20

b. Memerintahkan Tim Anggaran untuk menganggarkan belanja sesuai rekening


bersangkutan yang telah ada di APBD tidak di rekening bantuan profesi,
c. Memerintahkan para pemegang kas dan pembantu pemegang kas untuk menegur dan
meminta surat pertanggungjawaban dari para penerima bantuan.

21

4. Pengelola Bantuan Dana Pembangunan Desa/Kelurahan, Gerakan Terpadu


Pengentasan Kemiskinan dan Program Percepatan Pemberdayaan Kecamatan
belum memberikan Laporan pertanggungjawaban sesuai ketentuan
Sekretariat

Daerah

Kabupaten

Situbondo

dalam

Tahun

Anggaran

2005

menganggarkan tiga jenis Bantuan Keuangan Kepada Pemerintah Kabupaten dan Desa
pada kode rekening 2.01.0003.4.04.08.00.2. sebesar Rp4.737.000.000,00 dan sampai
dengan Triwulan III telah terealisasi sebesar Rp4.112.000.000,00. Bantuan tersebut
diantaranya dialokasikan untuk Bantuan Dana Pembangunan Desa/Kelurahan (DPD/K)
sebesar Rp1.632.000.000,00. Bantuan DPD/K diberikan pada 136 kelurahan/desa
masing-masing kelurahan/desa mendapat Rp12.000.000,00. Bantuan juga diberikan
melalui Gerakan Terpadu Pengentasan Kemiskinan (GERDU TASKIN) sebesar
Rp500.000.000,00 diberikan pada 13 (tiga belas) kelurahan/desa. Selain itu, juga
diberikan bantuan melalui Program Percepatan Pemberdayaan Kecamatan (P3K) sebesar
Rp650.000.000,00 diberikan pada 11 (sebelas) kecamatan di seluruh wilayah Kabupaten
Situbondo.
Pemeriksaan

atas

dokumen

pelaksanaan

tersebut

pada

BPMP

(Badan

Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan), Sub Bagian Sekretariat Daerah yang


mengelola ketiga bantuan tersebut, belum semuanya laporan kegiatan DPD/K, Gerdu
Taskin dan P3K Tahun 2005 dilaporkan secara rutin per bulan kepada Bupati cq. Kepala
BPMP Kabupaten Situbondo. Hasil pemeriksaan fisik untuk mencocokkan penyaluran
dan penggunaan bantuan DPD/K, Gerdu Taskin dan P3K di wilayah Kecamatan
Situbondo, Kecamatan Panarukan, Kecamatan Kendit dan Mangaran menunjukkan
bahwa pekerjaan seperti yang diajukan dalam proposal bantuan telah dilakukan namun
beberapa pekerjaan dialihkan ke pekerjaan lain. Selain itu walaupun pekerjaan telah
selesai dilakukan belum semuanya membuat laporan berkala setiap bulan Kepala BPMP
Kabupaten Situbondo, adapun wilayah yang tidak membuat laporan bulanan adalah :
a. Bantuan DPD/K
1) Kelurahan Patokan
2) Kelurahan Dawuhan
3) Desa Olean

22

4) Desa Talkandang
5) Desa Kotakan
b. Gardu Taskin
1) Kelurahan Mimbaan
2) Desa Klampokan
3) Desa Battal
c. Bantuan P3K
1) Desa Tanjung Glugur

10) Desa`Olean

2) Desa`Tanjung Pecinan

11) Desa Kotakan

3) Desa`Semiring

12) Desa`Kalibagor

4) Desa` Bugeman

13) Desa Wringinanom

5) Desa Tambakl Ukir

14) Desa Kilensari

6) Desa Rajekwesi

15) Desa`Duwet

7) Kelurahan Dawuhan

16) Desa`Peleyan

8) Desa Patokan

17) Desa`Gelung

9) Desa`Talkandang
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :
a. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Program Bantuan Dana Pembanguanan Desa/Kelurahan
(DPD/K) Tahun 2005 Nomor 972/76/431.408.3/2005 tanggal 08 Maret 2005 angka
romawi VI Pelaporan menyebutkan bahwa perkembangan pelaksanaan kegiatan
Program Bantuan Dana Pembangunan Desa/Kelurahan (DPD/K) agar dilaporkan
oleh Petinggi/Lurah yang meliputi Laporan Pengesahan Daftar Usulan Rencana
Kegiatan (DURK) penyaluran dana dan pelaksanaannya melalui Camat untuk
dilaporkan secara rutin per bulan kepada Bupati Cq. Kepala BPMP Kabupaten
Situbondo
b. Petunjuk

Pelaksanaan

Kemiskinan

(Gerdu

Program
Taskin)

Pendukung
Tahun

2005

Gerakan

Terpadu

Kabupaten

Pengentasan

Situbondo

Nomor

414/101/431.408.2/2005 tanggal 18 Maret 2005 angka romawi V Pelaporan huruf


(a) menyebutkan bahwa laporan kegiatan Program Pendukung Gerdu Taskin Tahun
2005 dikirim dalam bentuk Laporan Berkala setiap bulan dan Laporan Akhir berupa

23

verbal mulai dari awal sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan dan penyelesaian proyek
100%.
c. Petunjuk Pelaksanaan Program Percepatan Pemberdayaan Kecamatan (P3K) Tahun
2005 Kabupaten Situbondo Nomor 414/170/431.303.2.2/2005 tanggal 19 April 2005
Bab VI pelaporan huruf (b) pertanggungjawaban menyebutkan proses pelaksanaan
P3K harus dipertanggungjawabkan dalam bentuk pertanggungjawaban administrasi
berupa laporan secara tertulis dan surat pertanggungjawaban penggunaan dana P3K
sebagaimana sistematika palaporan tersebut diatas selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari
setelah selesai pelaksanaan dan dikirim kepada Bupati Situbondo Cq. BPMP
Kabupaten Situbondo yaitu berupa laporan tertulis.
Kondisi tersebut mengakibatkan pengendalian kegiatan DPD/K, Gerdu Taskin
dan P3K Tahun 2005 tidak dapat dilakukan secara baik oleh BPMP.
Hal tersebut disebabkan kurang aktifnya pengelola kegiatan/penerima bantuan
untuk membuat laporan bulanan dan melaporkannya melalui camat untuk dilaporkan
secara rutin per bulan kepada Kepala BPMP Kabupaten Situbondo.
Kepala BPMP Kabupaten Situbondo mengakui dan menyatakan bahwa:
a. Akan melaksanakan terhadap kekurangan-kekurangan administrasi pelaporan dalam
pelaksanaan kegiatan bantuan DPD/K, Gerdu Taskin dan P3K pada desa-desa
penerima bantuan tersebut dan akan dilaksanakan pembinaan yang lebih intensif
sebagaimana yang diatur dalam petunjuk teknis.
b. Meningkatakan pengendalian program sebagai langkah mengefektifkan pelaksanaan
kegiatan adminstrasi dan fisik secara keseluruhan.

Rekomendasi BPK-RI
BPK-RI merekomendasikan kepada Bupati agar memerintahkan Kepala BPMP
menegur para pengelola kegiatan/penerima bantuan untuk segera melaksanakan
pelaporan pertanggungjawaban sesuai dengan juknis/juklak untuk program DPD/K,
Program Gerdu Taskin dan Program P3K.

24

5. Perjalanan Dinas KPUD dalam Pelaksanaan Pilkada Melebihi Standar Bupati


Sehingga Mengakibatkan Pemborosan Keuangan Daerah Sebesar Rp48.610.000,00
Dalam pelaksanaan pilkada Bupati dan Wakil Bupati Situbondo Tahun 2005,
diperlukan perjalanan dinas ke beberapa daerah di wilayah Jawa Timur untuk studi
banding pilkada, baik untuk persiapan, pelaksanaan dan pelaporan sebesar Rp325.000,00
per orang untuk setiap hari perjalanan dinas, dan telah dilakukan selama 158 hari
perjalanan dinas, sehingga secara keseluruhan berjumlah 158 x Rp325.000,00 =
Rp51.350.000,00.
Selain itu, dlakukan juga perjalanan dinas ke Jakarta baik untuk konsultasi sebelum
pilkada, maupun konsultasi sesudah pilkada dan persiapan pelantikan bupati/wakil bupati
terpilih. Setiap orang mendapat uang saku Rp2.500.000,00 untuk setiap kali ke Jakarta
dan dilakukan selama 3 hari. Perjalanan dinas ke Jakarta yang telah dilakukan oleh
KPUD sebanyak 21 kali dengan biaya seluruhnya sebesar 21 x Rp2.500.000,00 =
Rp52.500.000,00.
Pemberian perjalanan dinas sebesar Rp325.000,00 untuk sekali perjalanan dinas di
wilayah Jawa Timur dan ssebesar Rp2.500.000,00 untuk perjalanan dinas ke Jakarta,
melebihi ketentuan. Karena tidak ada aturan tertentu tentang pembayaran perjalanan
dinas dalam pilkada yang ditetapkan oleh KPU maupun Depdagri, aturan yang dapat
diterapkan untuk perjalanan dinas ini adalah aturan yang ada di daerah, yaitu Keputusan
Bupati No 188/253/P/001.2/2004 tanggal 6 Desember 2004 tentang Petunjuk Umum dan
Pedoman Kerja bagi Aparat dalam Pelaksanaan APBD tahun 2005, yaitu:
-

Perjalanan dinas di wilayah Jawa Timur untuk golongan IV sebesar Rp80.000,00


dengan tambahan sebesar Rp150.000,00 untuk eselon II. Jumlah seluruhnya sebesar
Rp230.000,00 ditambah tiket serta penginapan.

Perjalanan dinas di luar wilayah Jawa Timur untuk golongan IV sebesar


Rp100.000,00 dengan tambahan sebesar Rp200.000,00 untuk eselon II. Jumlah
seluruhnya Rp300.000,00 ditambah tiket serta penginapan.

Dengan demikian terdapat kelebihan perjalanan dinas untuk setiap hari perjalanan dinas
sebagai berikut:

25

perjalanan dinas di wilayah Jawa Timur = Rp325.000,00 Rp230.000,00


= Rp95.000,00

perjalanan dinas di luar wilayah Jawa Timur = Rp2.500.000,00 3 x (Rp300.000,00)


= Rp1.600.000,00

Kelebihan perjalanan dinas seluruhnya adalah:


-

perjalanan dinas di wilayah Jawa timur = 158 x Rp95.000,00 = Rp15.010.000,00.

perjalanan dinas di luar wilayah Jawa timur = 21 x Rp1.600.000,00 =


Rp33.600.000,00.

atau Rp15.010.000,00 + Rp33.600.000,00 = Rp48.610.000,00.


Kelebihan biaya perjalanan sebesar Rp48.610.000,00 tersebut sebenarnya dimungkinkan
karena dalam Keputusan Bupati dimungkinkan penambahan perjalanan dinas dengan
tiket dan penginapan. Akan tetapi dalam surat pertanggungjawaban, tidak terdapat bukti
tiket dan penginapan tersebut, sehingga jumlah Rp48.610.000,00 tersebut menjadi
kelebihan yang masih harus dipertanggunjawabkan.
Berdasarkan Keputusan Bupati

No 188/253/P/001.2/2004 tanggal 6 Desember

2004 tentang Petunjuk Umum dan Pedoman Kerja bagi Aparat dalam Pelaksanaan APBD
tahun 2005 Bab III. C. 1). disebutkan biaya perjalanan dinas maksimum adalah:
a. untuk perjalanan dinas di wilayah Jawa Timur Rp80.000,00 ditambah Rp150.000,00
untuk eselon II serta tiket dan penginapan;
b. untuk perjalanan dinas di luar wilayah Jawa Timur Rp100.000,00 ditambah
Rp200.000,00 untuk eselon II serta tiket dan penginapan;
Perjalanan dinas yang melebihi Keputusan Bupati mengakibatkan pemborosan
keuangan daerah sebesar Rp48.610.000,00.
Kelebihan pembayaran tersebut disebabkan:
a. Tidak adanya aturan perjalanan dinas KPUD yang jelas;
b. Kesengajaan KPUD untuk menerapkan biaya perjalanan dinas tersendiri yang
berbeda dengan ketentuan di daerah.

26

Rekomendasi BPK-RI
BPK-RI merekomendasikan kepada Bupati untuk menegur Ketua KPUD untuk
memperhatikan standar belanja perjalanan dinas yang diterapkan oleh Pemerintah
Kabupaten Situbondo dalam dalam pelaksaaan belanja yang dibiayai APBD.

27

6. Barang Inventaris Pemerintah Kabupaten Situbondo di KPPS berupa kalkulator


belum diserahkan ke KPUD untuk dikembalikan kepada Pemerintah Kabupaten
Situbondo senilai Rp33.087.000,00
Dalam rangka menunjang pelaksanaan kegiatan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)
pada tanggal 20 Juni 2005 , pada KPU membentuk Panitia Pengadaan Barang dan Jasa
tahun 2005 berdasarkan Surat Keputusan Nomor 270.3/03/SK/2005 tanggal 17 Maret
2005 tentang Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Sekretariat KPUD Kabupaten
Situbondo.
Kegiatan pengadaan barang dan jasa pada KPUD Situbondo meliputi juga
pengadaan barang-barang logistik Pilkada seperti pengadaan kalkulator, surat suara, kartu
pemilih dan undangan pemilih. Barang-barang logistik tersebut didistribusikan ke PPS
dan KPPS sesuai dengan jmlah kebutuhannya. Dalam mendistribusikan barang-barang
logistik disertai berita acara penyerahan barang. Dari beberapa berita acara penyerahan
barang-barang logistik disebutkan bahwa apabila inventaris telah digunakan oleh KPPS,
segera diinventariskan kembali dan disimpan di kecamatan yang selanjutnya akan
diambil oleh KPU Kabupaten Situbondo.
Hasil pemeriksaan atas Surat Pertanggungjawaban (SPJ) dan dokumen pengadaan
kalkulator diketahui 1.728 buah kalkulator @Rp41.000,00 yang diadakan dan
didistribusikan sejumlah 1.703 buah dan sisanya disimpan di gudang KPUD. Sampai
dengan saat pemeriksaan tanggal 19 Sepetember 2005 diketahui bahwa kalkulator
tersebut belum seluruhnya dikembalikan oleh KPPS ke KPU, dengan rincian:
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

KPPS
Sumbermalang
Jatibening
Banyuglugur
Besuki
Suboh
Mlandingan
Bungatan
Kendit
Panarukan
Situbondo
Panji
Mangaran

Terima
75
65
59
149
70
66
66
81
129
120
86
86

Kembali
75
65
0
0
0
66
66
81
0
110
0
0

Pengembalian
0
0
59
149
70
0
0
0
129
10
86
86
28

13
14
15
16
17

Kapongan
Arjasa
Jangkar
Asembagus
Banyuputih
Jumlah

101
104
100
130
131
1.703

101
104
98
130
0
896

0
0
2
0
131
807

Dari data tersebut jumlah kalkulator yang masih belum dikembalikan ke Pemda
Situbondo dengan menyertakan berita acara serah terima setidaknya adalah:
=Jumlah di KPPS x Rp41.000,00
=807 x Rp41.000,00
=Rp33.087.000,00
Jadi masih terdapat barang inventaris Pemda di KPPS yang elum ditarik KPUD dan
dikembalikan ke Pemerintah Kabupaten Situbondo setidaknya sebesar Rp33.087.000,00
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21
Tahun 2005 tentang Perubahan atas peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun
2005 tentang Pedoman Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Belanja Pemilihan Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah, pasal 32 yang menyebutkan bahwa :
a. Sisa barang persediaan pilkada atau sarana dan prasarana lainnya yang digunakan
untuk menunjang kegiatan pilkada yang pengadaannya bersumbar dari dana APBD
diserahkan kembali oleh KPUD kepada Pemerintah Daerah paling lambat 3 (tiga)
bulan setelah berakhirnya seluruh tahapan pelaksanaan pilkada dengan dilengkapi
berita acara serah terima.
b. Berita acara serah terima sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian dari
laporan pertanggungjawaban penggunaan dana pilkada yang disampaikan oleh Ketua
KPUD kepada BPK dan atau aparat pengawas fungsional lainnya.
Kondisi tersebut mengakibatkan inventaris Pemerintah Kabupaten Situbondo
kurang sebesar Rp33.087.000,00

29

Hal tersebut disebabkan oleh panitia pengadaan barang KPUD yang kurang aktif
dalam melakukan penagihan barang-barang logistik untuk dikembalikan ke KPUD
Kabupaten Situbondo yang selanjutnya harus diserahkan ke Pemerintah Kabupaten
Situbondo.
Kepala KPUD Kabupaten Situbondo menyatakan akan melakukan langkahlangkah melalui teguran surat kepada masing-masing PPS yang belum mengembalikan
kalkulator ke KPUD.
Rekomendasi BPK-RI
BPK-RI merekomendasikan kepada Bupati agar memerintahkan Ketua KPUD
untuk meminta kembali barang-barang inventaris daerah tersebut di atas dari PPS dan
mengembalikannya ke Pemerintah Kabupaten Situbondo.

30

7. Tanah milik Pemerintah Kabupaten Situbondo senilai Rp932.500.000,00 belum


disertifikatkan
Pemerintah Kabupaten Situbondo pada Tahun Anggaran 2004 dan 2005 telah
melakukan pengadaan belanja modal tanah yang digunakan sebagai tanah pertanian desa,
adalah sebagai berikut:
I. Tahun 2004
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Lokasi Tanah
Desa Klampokan Kec Panji
Desa Cemara Kec Suboh
Desa
Plalangan
Kec
Sumberlawang
Desa Tokelan dan Desa
Tamansari
Desa Alasbayur dan Desa
Patemon
TOTAL

No. SPMU
3117/2004
3112/2004
3108/2004

Tanggal
23 Juli 2004
27 Juli 2004
26 Juli 2004

Nilai (Rp)
100.000.000,00
100.000.000,00
100.000.000,00

918/2004

30 Maret 2004

96.000.000,00

911/2004

29 Maret 2004

94.000.000,00
490.000.000,00

II. Tahun 2005


No.
1.
2.
3.
4.

Lokasi Tanah
Desa Pategalan Kec Jatibanteng
Desa Battal Kec. Panji
Desa Agel Kec Jangkar dan Desa
Selobanteng Kec Banyuglugur
Desa
Baderan
Kec
Sumbermalang
dan
desa
Lamongan Kec Arjasa
TOTAL

No. SPMU
Tanggal
1929/2005 21 Juli 2005
1968/2005 26 Juli 2005
1877/2005 20 Juli 2005

Nilai (Rp)
100.000.000,00
100.000.000,00
135,000.000,00

1535/2005 24 Juni 2005

107.500.000,00
442.500.000,00

Pemeriksaan atas Surat Pertanggungjawaban (SPJ) atas pelaksanaan kegiatan


dimaksud menunjukan bahwa tanah-tanah tersebut baru dibuatkan Surat Pernyataan
Pelepasan Hak dari pemilik lama kepada Pemerintah Kabupaten Situbondo atas nama
Asisten I Pemerintah Kabupaten Situbondo. Surat pernyataan pelaporan hak dilakukan di
depan camat sebagai PPAT, sedangkan pensertifikatannya sebagai bukti kepemilikan
asset Pemerintah Daerah akan dilakukan melalui Badan Pertanahan Nasional (BPN).
Belanja modal pengadaan tanah Desa Agel Kecamatan Jangkar belum didukung
Surat Pernyataan Pelepasan Hak dari pemilik lama kepada Pemerintah Kabupaten
Situbondo. Dengan belum adanya surat pernyataan hak, mengakibatkan belum adanya

31

bukti kepemilikan sama sekali atas tanah tersebut. Untuk pengadaan yang dilakukan pada
tahun 2004 seharusnya surat pernyataan pelepasan hak telah selesai. selain itu tidak
terdapat bukti pembayaran pajak BPHTB (Biaya Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan) atas perolehan tanah di atas, yang menunjukkan belum dilakukannya proses
formal atas jual beli tersebut.
Hal tersebut tidak sesuai dengan ketentuan:
a. UU Nomor 05 Tahun 1960 tentang peraturan dasar pokok-pokok agraria (UUPA)
Pasal 19 ayat:
1) Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah
diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
2) Pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang
kuat.
b. PP 24 Tahun 1999 tentang pendaftaran tanah Pasal 1 angka (20) menyatakan
sertifikat adalah surat tanda hak bukti sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (2)
huruf c UUPA untuk hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas
satuan rumah susun dan hak tanggungan yang masing-masing sudah dibukukan dalam
buku tanah yang bersangkutan.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tanggal 10 Nopember 2000 tentang
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah dalam pasal 27 ayat (1)
disebutkan bahwa Setiap pembebanan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
harus didukung oleh bukti-bukti yang lengkap dan sah mengenai hak yang diperoleh
oleh pihak yang menagih
.
Hal tersebut mengakibatkan:
1) Status kepemilikan tanah tidak bisa diyakini secara sah;
2) Pengeluaran untuk pengadaan tanah Desa Agel Kecamatan Jangkar tidak dapat
diyakini kebenarannya
3) Membuka peluang terjadinya penyalahgunaan kepemilikan hak.
Hal ini disebabkan kurang tanggapnya pelaksana kegiatan di Bagian Pemerintahan
untuk segera mensertifikatkan tanah yang menjadi tanggungjawabnya.
32

Instansi yang bersangkutan menyatakan bahwa sesuai dengan RASK dan DASK
tanah Desa Agel merupakan penggantian biaya perkara kepada mantan petinggi Agel
sedangkan bukti pembayaran pajak BPHTB (Biaya Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan) dan proses pensertifikatan akan dianggarkan di Tahun Anggaran 2006
Rekomendasi BPK-RI
BPK-RI merekomendasikan kepada Bupati melalui Kepala Bagian Pemerintahan
memerintahkan pelaksana kegiatan segera menyelesaikan penyertifikatan tanah daerah..

33

8.

Volume pekerjaan beton rabat kurang dari RAB senilai Rp27.330.537,60 dan
pengalihan pekerjaan pada proyek pemasangan jaringan perpipaan senilai
Rp22.062.000,00 kurang bisa dipercaya
Dalam Tahun Anggaran 2004 Dinas Pemukiman dan Kebersihan mengalokasikan
dana APBD sebesar Rp432.597.000,00 untuk proyek Pemasangan Jaringan Perpipaan,
Pembuatan Broncaptering, Pembuatan Kran Umum dan Pembuatan Reservoir di Desa
Rajekwesi Kecamatan Kendit. Pelaksana proyek oleh CV. Jaya Wijaya berdasarkan
kontrak Nomor 660/216.K.DAU/431.202.3/2004 tanggal 19 Mei 2004 senilai
Rp411.930.000,00. Pekerjaan telah selesai dan diserahterimakan serta biaya telah
dibayarkan tunai berdasarkan SPMU No. 5936 tanggal 7 Desember 2004.
Dalam pelaksanaannya terdapat pekerjaan tambah kurang/CCO, berupa pekerjaan
broncaptering senilai Rp10.025.278,22 dan pekerjaan pembuatan plengsengan senilai
Rp12.217.447,35 dialihkan pada pekerjaan pengadaan perpipaan, berupa Pipa GI
diameter 3 sepanjang 225 m dan GI diameter 4 sepanjang 30 m senilai Rp22.062.000,00.
Hasil Pemeriksaan fisik pada tanggal 17 September 2005 menunjukkan:
a. Penambahan pipa tidak terlihat karena lokasi sama dengan gambar perencanaan.
Tidak ada penambahan jalur dengan pipa sepanjang 225 m serta 30 m seperti tersebut
dalam CCO, senilai Rp22.062.000,00
b. Rabat Beton (Thrust Block)
Rabat beton untuk penyangga sambungan pipa di tempat-tempat tertentu sebanyak
226 buah dengan ukuran maksimum:
Ukuran alas atas = 0,38 m x 0,38 m.
Tinggi = 0,7 cm.
Ukuran alas bawah = 0,6 cm x 0,6 cm.
Dengan ukuran rabat beton seperti di atas, besarnya volume rabat beton secara
keseluruhan dapat dihitung sebagai sebagai berikut:
Luas alas atas (I)
Luas alas bawah (II)

0,38 M x 0,38 M

0,1444 M2

0,6 M x 0,6 M

34

=
Volume

tiap

rabat =

0,36 M2

t (I + II + I x II)

beton
=

x 0,7 (0,1444 + 0,36 + 0,1444 x 0,36)

0,17 M3

Volume rabat beton =

226 x 0,17 M3

seluruhnya
=

38,42 M3

Volume rabat beton =

98,00 M3

dalam RAB
Atas dasar tersebut terdapat Selisih RAB dan rabat beton terpasang sebesar:
=

(98,00 38,42) x Rp458.720,00

Rp27.330.537,60

Permasalahan diatas tidak sesuai dengan:


a. Kontrak No. 660/216.K.DAU/431.202.2/2004, Pasal 2 Dasar Pelaksanaan Pekerjaan,
bahwa pekerjaan harus dilaksanakan oleh Pihak Kedua berdasarkan referensi yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari surat perjanjian pemborongan
pekerjaan ini, yaitu: (1) gambar/bestek, RKS dengan semua perubahannya sesuai
dengan Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.
b. Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 Pasal 3 (1) yang berbunyi, Pengadaan
barang/jasa wajib menerapkan prinsip-prinsip: (a) efisien, berarti pengadaan barang
dan jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang terbatas untuk
mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Kondisi di atas telah mengakibatkan kerugian daerah senilai Rp27.330.537,60 dan
pekerjaan kurang dapat dipertanggungjawabkannya berupa jaringan perpipaan senilai
Rp22.062.000,00.

35

Permasalahan tersebut disebabkan:


a. Ketidakcermatan perencana dalam menyusun rencana anggaran biaya;
b. Pemborong yang dalam melaksanakan pekerjaan tidak memperhatikan ketentuan
kontrak.
Sehubungan dengan permasalahan tersebut instansi yang bersangkutan menyatakan:
a. Pekerjaan broncaptering diganti kepada pekerjaan penambahan pipa GI 3 sepanjang
30 M dan pipa GI 2 sepanjang 225 M,
b. Sisa kekurangan thrust block sebesar 59,67 M3 ditanam dalam tanah.
Komentar atas komentar instansi :
a. Sampai dengan pemeriksaan berakhir, dokumen pemindahan pekerjaan belum
diterima
b. Rabat Beton tidak mungkin ditanam di dalam tanah karena fungsi rabat beton adalah
menyangga jaringan pipa yang muncul dipermukaan.
Rekomendasi BPK-RI
BPK-RI merekomendasikan agar Bupati memerintahkan Kepala Dinas Pemukiman
dan Kebersihan untuk:
a. Menarik kerugian daerah sebesar Rp27.330.537,60 dari CV. Jaya Wijaya dan hasilnya
disetorkan ke Kas Daerah.
b. Memerintahkan

pelaksana,

pengawas

kegiatan

dan

rekanan

untuk

mempertanggungjawabkan pengalihan pekerjaan broancaptering dengan melakukan


pemeriksaan fisik dengan mengikutsertakan Badan Pengawas untuk mengukur
panjang pipa disertai dokumentasi berupa foto sepanjang jalur pemindahan perpipaan.
c. Memerintahkan

pelaksana

kegiatan

untuk

menarik

kerugian

pemindahan

broncaptering tersebut, jika pemeriksaan fisik menunjukkan tidak adanya pemindahan


yang sesuai.
d. Menegur pelaksana dan pengawas kegiatan karena kelalaiannya dalam melaksanakan
pengawasan terhadap proyek tersebut.

36

9.

Pekerjaan pengembangan prasarana/sarana Motel Cottage Pasir Putih Tahun 2004


Kabupaten Situbondo dilaksanakan tidak sesuai RAB senilai Rp64.199.000,00
Pemerintah Kabupaten Situbondo pada Tahun 2004 menambah penyertaan modal
pada PD Pasir Putih, dalam bentuk kegiatan pengembangan prasarana/sarana Motel
Cottage Pasir Putih Kabupaten Situbondo. Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan secara
swakelola melalui dua tahap, yaitu Tahap I terdiri dari 19 jenis pekerjaan dengan nilai
sebesar Rp1.250.000.000,00 dan tahap II terdiri dari 12 jenis pekerjaan dengan nilai
sebesar Rp1.500.000.000,00. Pekerjaan tersebut dilakukan oleh Ptj. Pasir Putih sebagai
Direktur dan Bendahara Perusahaan Daerah Pasir Putih sebagai pemegang kas.
Hasil pemeriksaan fisik tanggal 23 September 2005 atas kegiatan pengembangan
prasarana/sarana Motel Cottage Pasir Putih menunjukkan beberapa yang tidak sesuai
dengan RAB yaitu :

No.

Nama
Pekerjaan
1.
2
Tahap I
1.
Pekerjaan
Tenis Court
(Pembuatan
Pagar
Keliling)
2.
Landscape;
Kesalahan
Penjumlahan
komponen
biaya
3.
Children Paly
Ground
4.
Main Plaza:
Kelapa Sawit
Tahap II
1.
Hall
Keramik

2.

Eternit
Pintu Panil
Musolla

RAB

Cek Fisik

Selisih

5=3-4

Harga
Satuan
6

432 m2

378 m2

54 m2

106.000,00

120.525.000,00

117.285.000,00

Tidak ada
pekerjaan
6 unit
Tidak ada
6 unit
pekerjaan
Jumlah Kekuarangan Tahap I
Tidak ada

280 m2
4 buah

Tidak ada
3 buah

7=5x6
5.724.000,00

3.240.000,00

21.200.000,00

172 dus

Jumlah

172
dus
280 m2
1 buah

21.200.000,00
2.500.000,00

15.000.000,00
45.164.000,00

35.000,00

6.020.000,00

4.500,00
600.000,00

1.260.000,00
600.000,00

37

Keramik
40x40
Keramik
20x25

30 dus

Tidak ada

30 dus

33.000,00

990.000,00

5 dus

Tidak ada

5 dus

32.000,00

160.000,00

Jumlah Kekurangan Tahap II


Total Kekuarangan Tahap I + II

19.035.000,00
64.199.000,00

Terhadap kekurangan pekerjaan tersebut, Pimpinan kegiatan memberi keterangan


bahwa pekerjaan yang tidak dikerjakan dipindahkan ke pekerjaan lain berupa pengurukan
tanah. Namun sampai pemeriksaan berakhir dokumen pengalihan pekerjaan tersebut
belum dapat ditunjukkan/diperoleh.
Kondisi tersebut diatas tidak sesuai dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan
Rencana Acuan Kerja (RAK) kegiatan pengembangan prasarana/sarana Motel Cottage
Pasir Putih Tahun 2004 Kabupaten Situbondo.
Kondisi tersebut di atas mengakibatkan penyertaan Pemerintah Kabupaten
Situbondo pada PD Pasir Putih berkurang nilai sesungguhnya sebesar Rp64.199.000,00.
Hal tersebut disebabkan pelaksana kegiatan tidak terbuka dalam mengubah
pekerjaan.
Sehubungan

dengan

permasalahan

tersebut

instansi

yang

bersangkutan

menyatakan bahwa pekerjaan yang tidak ada di atas telah dialihkan ke pekerjaan urug
pasir sepengetahuan Ptj. Direktur PD Pasir Putih tetapi belum diperoleh dokumen yang
menjelaskan RAB dari pekerjaan yang dialihkan tersebut.

Rekomendasi BPK-RI
BPK merekomendasikan agar Bupati menegur dan memerintahkan Pjt Direktur PD
Pasir Putih sebagai pelaksana kegiatan untuk mempertangungjawabkan pemindahan
pekerjaan dengan bukti-bukti yang jelas dan lengkap.

38

10. Surat pertanggungjawaban pada dua kegiatan di Bagian Ekonomi dan Bagian
keuangan kurang didukung bukti yang lengkap senilai Rp292.500.000,00

a. Bagian Ekonomi Sosial Sekretariat Daerah


Bagian Ekonomi Sosial pada Tahun Anggaran 2004 menyalurkan dana untuk
korban bencana alam angin lesus di kecamatan Suboh sebesar Rp159.000.000,00,
melalui Camat Suboh diberikan kepada:
- keluarga dengan rumah rusak berat 15 orang @Rp1.000.000,00;
- keluarga dengan rumah rusak ringan 282 orang @Rp500.000,00;
- musholla sebanyak 6 buah @ Rp500.000,00.
Bukti pertanggunjawaban atas pengeluaran tersebut sebagian belum dapat
ditunjukkan pada saat pemeriksaan berakhir, tetapi baru satu kwitansi dari korban
yang menerima Rp500.000,00 dan satu korban lain yang menerima Rp2.000.000,00,
dengan

demikian

masih

terdapat

Rp156.500.000,00

yang

belum

dapat

dipertanggungjawabkan.
b. Bagian Keuangan
Melalui rekening Jasa Tenaga Kerja Non Pegawai 2.01.003.2.2.02.01.1 tahun
2004 telah dilakukan kegiatan Sosialisasi dan Implementasi tentang Pemotongan,
Pemungutan PPH pasal 21, 22, 23 pasal 4 ayat 2, PPN dan PPh BM dan
Pelaporannya. Kegiatan tersebut dibiayai dengan dana sebesar Rp275.000.000,00
dengan SPMU 4845 tanggal 23 Oktober 2004.
Kegiatan tersebut dikerjakan oleh Cipta Jasatama Consultants berdasarkan
kontrak 960/204/431.002.4/2004 tanggal 23 Agustus 2004. Atas pelaksanaan kegiatan
tersebut bukti pertanggungjawabannya hanya melampirkan kontrak, jadwal, dan
daftar absensi, dan beberapa item biaya tidak ada bukti pertanggungjawabannya,
yaitu:

Honorarium panitia sebesar Rp12.000.000,00.

Hotel panitia sebesar Rp12.000.000,00.

Pembicara sebanyak 8 orang per hari selama 4 hari @Rp3.500.000,00/orang


atau seluruhnya sejumlah Rp112.000.000,00. Dari jadwal, terlihat pada

39

angkatan pertama, hari pertama, empat dari lima sesi hanya diisi oleh tiga
orang. Satu sesi lainnya oleh tim. Angkatan kedua seluruh sesi dilakukan oleh
tim. Tidak disebutkan jumlah orang untuk tim tersebut. dan di dalam
pertanggungjawaban tidak ada daftar hadir dan bukti penerimaan honor oleh 8
orang tersebut.
Permasalahan di atas tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun
2000 tanggal 10 Nopember 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Keuangan Daerah dalam pasal 27 ayat (1) disebutkan bahwa Setiap pembebanan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah harus didukung oleh bukti-bukti yang lengkap
dan sah mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih.
Pengeluaran yang tidak didukung dengan bukti yang lengkap mengakibatkan
pengeluaran-pengeluaran tersebut tidak dapat diyakini kebenarannya.

Hal tersebut disebabkan kelalaian para Pemegang Kas, Pimpinan Kegiatan dalam
memenuhi kelengkapan sahnya bukti pengeluaran dan Sub Bagian Verifikasi yang
kurang cermat dalam meneliti sahnya bukti pengeluaran.

Rekomendasi BPK-RI
BPK-RI merekomendasikan kepada Bupati melalui Kepala Bagian Perekonomian
dan Kepala Bagian Keuangan agar menegur dan memerintahkan pelaksana kegiatan
menunjukkan surat pertangungjawaban dua kegiatan tersebut dengan bukti yang jelas dan
lengkap.

40

11. Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan jalan berkala tidak sesuai kontrak sebesar
Rp125.440.293,82
Untuk menunjang kegiatan perekonomian, Pemerintah Kabupaten Situbondo
mengalokasikan anggaran untuk perbaikan jalan yang mengalami kerusakan. Kegiatan
perbaikan jalan berupa pemeliharaan tersebut dilakukan oleh Sub Dinas Bina Marga. Sub
Dinas Bina Marga bertugas sebagai perencana, pelaksana kegiatan, dan pengawas
lapangan.
Pemeriksaan fisik tanggal pada 22 September dan 23 September 2005 yang
dilakukan terhadap proyek pemeliharaan Jln. Pokaan-Tanjung Pecinan (Section I dan II),
Jalan Wringin Anom- Duwet dan Jalan Negara Pelabuhan Banongan terdapat
kekurangan pekerjaan, yaitu:
a. Proyek Pemeliharaan Jalan Pokaan Tanjung Pecinan (Section I)
Pekerjaan dilaksanakan oleh CV Kancil Mas, Situbondo berdasarkan kontrak
Nomor 620/141.K.DAK/431.202.5/2004 tanggal 19 Mei 2004 berakhir 15 September
2004 sebesar Rp441.716.000,00. Pekerjaan tersebut terdapat perubahan tambah
kurang pekerjaan yang dituangkan dalam Berita Acara Tambah Kurang Pekerjaan
(CCO) Nomor: 042/KM.48/V/2004 tanggal 21 Mei 2004. Perubahan pekerjaan
tersebut tidak menyebabkan perubahan nilai kontrak. Perubahan pekerjaan terjadi
pada volume galian tanah untuk konstruksi bertambah 44,44m3, pasangan batu kali
bertambah 59,20m3, volume siaran bertambah 88m2, volume plesteran bertambah
32m2, volume HRS berkurang 677,70m2.
Pekerjaan tersebut telah dibayar lunas kepada rekanan berdasarkan SPMU
Nomor 47/11/2004 tanggal 29 November 2004 sebesar Rp419.630.200,00 dan Nomor
11/12/2004 tanggal 1 Desember 2004 Rp22.085.800,00. Jenis pekerjaan yang
diperiksa aspal beton (HRS) dengan harga Rp26.832,79/m3 dan volume pekerjaan
berdasarkan Rencana Anggaran Biaya (RAB) sebesar 12.110,30m2.
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap:
-

STA 0+200 sampai dengan 0+400 meter diketahui HRS setebal 2,6 cm

STA 0+600 sampai dengan 0+800 meter diketahui HRS setebal 2,4 cm

STA 1+400 sampai dengan 1+600 meter diketahui HRS setebal 2,5 cm

41

Dengan demikian terdapat kekurangan pekerjaan untuk:


HRS (aspal beton) sebesar {(3-2,6) + (3-2,4) + (3-2,5)}/3 X 12.110,30 X
3
Rp26.832,79 = Rp54.158.856,12
b. Proyek Pemeliharaan Jalan Pokaan Tanjung Pecinan (Section II)
Pekerjaan dilaksanakan oleh CV Hafas, Situbondo berdasarkan kontrak
Nomor 620/142.K.DAK/431.202.5/2004 tanggal 19 Mei 2004 berakhir 15 September
2004 sebesar Rp309.727.000,00. Pekerjaan tersebut telah dibayar lunas kepada
rekanan dengan SPMU Nomor 34/10/2004 tanggal 19 Oktober 2004 sebesar
Rp294.240.650,00

dan

Nomor

22/12/2004

tanggal

Desember

2004

Rp15.486.350,00. Jenis pekerjaan yang diperiksa aspal beton (HRS) dengan harga
Rp26.670,00/m3 dan volume pekerjaan berdasarkan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
sebesar 7.685m2. Dari hasil cek fisik diketahui terdapat kekurangan pekerjaan yaitu
tebal rata-rata HRS (lapisan aspal paling atas) 2,5 cm {(2,5+2,4+2,60)/3} dari yang
seharusnya sebesar 3 cm. Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap:
-

STA 0+400 sampai dengan 0+600 meter, HRS setebal 2,5 cm

STA 0+800 sampai dengan 1+000 meter, HRS setebal 2,4 cm

STA 1+800 sampai dengan 2+000 meter, HRS setebal 2,6 cm


Konfirmasi juga dilakukan terhadap rekanan meminta rincian pengiriman

aspal beton ke lokasi proyek dengan dilampiri fotokopi delivery order. Jawaban
konfirmasi dengan dilampiri fotokopi delivery order menunjukan bahwa jumlah HRS
yang dikirimkan ke lokasi proyek sebesar 198,8 ton. Sedangkan HRS yang
seharusnya diterima berdasarkan Analisa K636 sebesar 508,33 ton (100/1500 X 7.685
m2).
Dengan demikian terdapat kekurangan pekerjaan untuk:
HRS (aspal beton) sebesar (0,5/3) X 7.685 X Rp26.670,00 = Rp34.159.825,00
c. Proyek Pemeliharaan Jalan Negara Pelabuhan Banongan
Pekerjaan dilaksanakan oleh CV Duta Graha, Situbondo dengan kontrak
Nomor 620/143.K.DAK/431.202.5/2004 tanggal 19 Mei 2004 berakhir 15 September
2004 sebesar Rp363.440.000,00. Pekerjaan tersebut telah dibayar lunas kepada
42

rekanan dengan SPMU Nomor 26/10/2004 tanggal 18 Oktober 2004 sebesar


Rp345.268.000,00

dan

Nomor

38/12/2004

tanggal

Desember

2004

Rp18.172.000,00. Jenis pekerjaan yang diperiksa aspal beton (HRS) dengan harga
Rp26.737,22/m3 dan volume pekerjaan berdasarkan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
sebesar 7.491m2. Dari hasil cek fisik diketahui terdapat kekurangan pekerjaan yaitu
tebal rata-rata HRS (lapisan aspal paling atas) 2,46 cm {(2,5+2,4+2,5)/3} dari yang
seharusnya sebesar 3 cm. Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap:
-

STA 0+200 sampai dengan 0+400 meter, HRS setebal 2,5 cm

STA 1+000 sampai dengan 1+200 meter, HRS setebal 2,4 cm

STA 1+600 sampai dengan 1+800 meter, HRS setebal 2,5 cm

Dengan demikian terdapat kekurangan pekerjaan untuk:


HRS (aspal beton) sebesar (0,54/3) X 7.491 X Rp26.737,22 = Rp36.051.932,70
d. Proyek Pemeliharaan Jalan Wringin Anom - Duwet
Pekerjaan dilaksanakan oleh CV Gramedia, Situbondo dengan kontrak Nomor
620/145.K.DAK/431.202.5/2004 tanggal 19 Mei 2004 berakhir 15 September 2004
sebesar Rp345.071.000,00. Pekerjaan tersebut telah dibayar lunas kepada rekanan
dengan

SPMU

Rp327.817.450,00

Nomor
dan

9/9/2004
Nomor

tanggal

10

24/12/2004

September

tanggal

2004

Desember

sebesar
2004

Rp17.253.550,00. Jenis pekerjaan yang diperiksa aspal beton (HRS) dengan harga
Rp26.742,00/m3 dan volume pekerjaan berdasarkan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
sebesar 5.519,80m2. Dari hasil cek fisik diketahui terdapat pekerjaan pemindahan
burtu ke HRS atau HRS ke burtu, selain itu pada STA6800 sampai STA7000 tidak
terdapat HRS yang seharusnya dihampar dengan volume 40m2.
Dengan demikian terdapat kekurangan pekerjaan untuk:
HRS (aspal beton) sebesar 40 X Rp26.742,00 = Rp1.069.680,00.
Pekerjaan pemeliharaan dan peningkatan jalan tersebut di atas dan pekerjaan
lainnya di Dinas Bina Marga dan Pengairan tidak diawasi oleh konsultan pengawas,
tetapi dilakukan sendiri oleh staf di Bidang Bina Marga.

43

Dengan demikian total kekurangan pekerjaan pada kegiatan pemeliharaan jalan


adalah

sebesar

Rp125.440.293,82

(Rp54.158.856,12

Rp36.051.932,70

Rp34.159.825,00 + Rp1.069.680,00).
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:
a. Masing-masing kontrak perjanjian Pasal 2 ayat (1)) antara lain disebutkan pekerjaan
dilaksanakan sesuai gambar/bestek, RKS dengan semua perubahannya sesuai dengan
Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.
b. RAB dan rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) pada masing-masing jalan adalah 3
cm.
Kondisi tersebut di atas mengakibatkan kerugian daerah sebesar Rp125.440.293,82
(Rp54.158.856,12 + Rp36.051.932,70 + Rp34.159.825,00 + Rp1.069.680,00).serta
mengurangi masa manfaat serta umur teknis jalan yang dibangun.
Hal tersebut terjadi karena:
a. Kelalaian pengawas lapangan dalam mengerjakan tugasnya serta tidak dilakukannya
pengambilan sampel jalan.
b. Sistem pengawasan pekerjaan di Dinas yang kurang baik
c. Adanya itikad tidak baik dari kontraktor yang bersangkutan.
Dinas Bina Marga dan Pengairan menyatakan:
-

Berdasarkan Buku Spesifikasi Umum Jalan Kabupaten yang dikeluarkan oleh


Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Bina Marga Edisi Maret 1992 Bab
6.6 hal 50 bahwa dalam penghamparan HRS yang diijinkan adalah adalah 2,5 3 cm.

Pada Jalan Wringin Anom Duwet tidak tampak karena HRS dilapisi lagi dengan
Burtu untuk menyeragamkan permukaan jalan.

Komentar atas komentar Instansi:


-

Yang dimaksud dalam buku tersebut adalah ketebalan yang bisa dihampar HRS 2,5
3 cm sebagai spesifikasi dalam daftar penawaran. Sedangkan spesifikasi dalam

44

dokumen penawaran yang dibuat oleh Dinas adalah 3 cm. Tebal terpasang rata-rata
harus sama dengan atau lebih tebal dari nominal rencana. Di buku juga disebutkan
tidak boleh ada satu titik pun dengan ketebalan HRS padat kurang dari 90% tebal
rencana. Jadi ketebalan tidak boleh kurang dari 2,7 cm = (90% X 3). Seluruh sampel
jalan kurang dari 2,7cm.
-

Kualitas HRS lebih bagus daripada burtu. Pelapisan aspal tidak logis dari kualitas
baik dilapis dengan kualitas kurang baik, HRS dilapis burtu. Selain itu di laporan
pelaksanaan harian tidak menyebutkan adanya penghamparan HRS pada STA
bersangkutan.

Rekomendasi BPK-RI
BPK-RI merekomendasikan kepada Bupati melalui Kepala Dinas Bina Marga dan
Pengairan agar:
a. Menarik kerugian daerah dari kontraktor pelaksana sebesar Rp125.440.293,82 dan
menyetorkan hasilnya ke Kas Daerah.
b. Menegur para pelaksana dan pengawas kegiatan dan Kepala Bidang Bina Marga
karena kelalaiannya dalam melakukan pengawasan.
c. Menata kembali sistem pengawasan pekerjaan.

45

12. Terdapat perbedaan kekurangan pekerjaan dalam laporan pelaksanaan harian


pada beberapa proyek pemeliharaan berkala sebesar Rp34.712.388,00
Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Situbondo dalam Tahun Anggaran
2004 memperoleh anggaran biaya pemeliharaan jalan dengan nomor rekening
2.15.0001.2.04.01.02.2 sebesar Rp5.484.591.400,00 dan telah direalisasikan sebesar
Rp5.484.591.400,00. Alokasi anggaran tersebut di atas diantaranya untuk pekerjaan
pemeliharaan berkala Jl. Curahkalak-Sopet, Jl. Pokaan-Tanjung Pecinan (SecI), Jl.
Pokaan-Tanjung Pecinan (SecII), Jl. Sumberkolak-Kotakan (Sec I), Jl. Kendit-Klatakan,
Jl. Kesambirambak-Tokelan (Sec I), Jl. Jetis-Widoropayung, .Pekerjaan tersebut telah
selesai dan dibayar lunas kepada rekanan.
Pemeriksaan terhadap dokumen laporan pelaksanaan harian proyek pemeliharaan
berkala jalan tersebut menunjukan bahwa tidak terdapat aspal yang diterima selama
pelaksanaan proyek, dan berdasarkan konfirmasi kepada rekanan CV. Hidup Sejati
tanggal 19 September 2005. Surat konfirmasi meminta rincian pengiriman aspal beton ke
lokasi proyek tidak diperoleh. Pemeriksaan cek fisik tidak dilakukan karena tipisnya
aspal yang

dihampar di bawah lapisan HRS. Pengecekan hanya mungkin dengan

pengecekan laboratorium yang tidak mungkin dilakukan karena peralatan yang tidak
memadai.
Dengan demikian terdapat kekurangan pekerjaan untuk:
a. Jln. Curahkalak Sopet
Berdasarkan RAB, volume pekerjaan yang menggunakan bahan aspal adalah 100,14
dengan analisa K528 dan 9335,50 dengan analisa K641. Untuk analisa K528 setiap
45 m2 digunakan aspal 180 kg. Sedangkan analisa K641 setiap 900m2 digunakan
aspal 360 kg. Jadi terdapat volume kekurangan aspal sebesar {(180/45 x
100,14}ditambah {(360/900) x 9335,50} sama dengan 4.134,76 kg. Harga setiap 1 kg
aspal sama dengan Rp2.700,00. Jadi kekurangan pekerjaan sama dengan 4.134,76 X
2.700,00 = Rp11.163.852,00
b. Jln. Kendit Klatakan Section I
Berdasarkan RAB, volume pekerjaan yang menggunakan bahan aspal dengan analisa
K528 adalah 26,70 dan dengan analisa K636 adalah 12.494,60. Untuk analisa K528

46

setiap 45 m2 digunakan aspal 180 kg. Sedangkan analisa K636 setiap 1500m2
digunakan aspal 600 kg. Jadi terdapat volume kekurangan aspal sebesar {(180/45 x
26,70}ditambah {(600/1500) x 12.494,60} sama dengan 5.104,64 kg. Harga setiap 1
kg aspal sama dengan Rp2.700,00. Jadi kekurangan pekerjaan sama dengan 5.104,64
X 2.700,00 = Rp13.782.528,00
c. Jln Sumberkolak Kotakan Section I
Berdasarkan RAB, volume pekerjaan yang menggunakan bahan aspal dengan analisa
K528 adalah 5,76 dan dengan analisa K636 adalah 8.985. Untuk analisa K528 setiap
45 m2 digunakan aspal 180 kg. Sedangkan analisa K636 setiap 1500m2 digunakan
aspal 600 kg. Jadi terdapat volume kekurangan aspal sebesar {(180/45 x
5,76}ditambah {(600/1500) x 8.985} sama dengan 3.617,04 kg. Harga setiap 1 kg
aspal sama dengan Rp2.700,00. Jadi kekurangan pekerjaan sama dengan 3.617 X
2.700,00 = Rp9.766.008,00
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:
a. RAB dan rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) pada masing-masing kontrak
perjanjian Pasal 2 ayat (1)) antara lain disebutkan pekerjaan dilaksanakan sesuai
gambar/bestek, RKS dengan semua perubahannya sesuai dengan Berita Acara
Penjelasan Pekerjaan.
Kondisi tersebut di atas mengakibatkan kerugian daerah sebesar

Rp34.712.388,00

(Rp11.163.852,00 + Rp13.782.528,00 + Rp9.766.008,00).


Hal tersebut disebabkan oleh :
a. Sistem pengawasan dari Sub Dinas Bina Marga kurang teliti dalam melakukan
pengawasan
b. Adanya itikad tidak baik dari kontraktor yang bersangkutan.

47

Rekomendasi BPK-RI
BPK-RI merekomendasikan kepada Bupati melalui Kepala Dinas Bina Marga dan
Pengairan agar:
a. Menarik kerugian daerah dari kontraktor pelaksana sebesar Rp34.712.442,00 dan
menyetorkan hasilnya ke Kas Daerah.
b. Menegur Kepala Bidang Bina Marga dan pelaksana serta pengawas kegiatan karena
kelalaiannya dalam melakukan pengawasan.

48

13. Kesalahan Analisa HPS Bronjong Kawat Galvanis Pada Proyek Pembuatan
Tangkis Kali Memboroskan Daerah Sebesar Rp69.349.000,00
Pada Tahun Anggaran 2004 Bidang Pengairan pada Dinas Bina Marga dan
Pengairan Kabupaten Situbondo merealisasikan Biaya Pemeliharaan Irigasi sebesar
Rp3.336.465.500,00 dan diantaranya dimanfaatkan untuk membiayai pembuatan tangkis
kali. Pemeriksaan secara uji petik dilakukan terhadap empat pekerjaan pembuatan tangkis
kali, yaitu:
a. Pembuatan Tangkis Kali Deliwung (Section I) di Kecamatan Besuki.
Pelaksana

kontrak

CV.

Jaya

Abadi

berdasarkan

kontrak

Nomor

610/77.K.DAU/431.202.3/2004 tanggal 19 Mei 2004 dengan nilai kontrak sebesar


Rp397.107.000,00,
b. Pembuatan Tangkis Kali Klatakan Desa Talempong di Kecamatan Banyuglugur.
Pelaksana

Kontrak

CV.

Dua

Tujuh

berdasarkan

kontrak

Nomor

610/30.SPK/431.202.3/2004 dengan nilai kontrak sebesar Rp283.575.000,00,


c. Pembuatan Tangkis Kali Klatakan Desa Banyuglugur di Kecamatan Banyuglugur.
Pelaksana

Kontrak

CV.

Duta

Utama

berdasarkan

SPK

Nomor

610/32.SPK/431.202.3/2004 tanggal 17 Maret 2004,


d. Pembuatan Tangkis Kali Patemon Kecamatan Jati Banteng.
Pelaksana

Kontrak

CV.

Karya

Persada

berdasarkan

kontrak

Nomor

610/75.K.DAU/431.202.3/2004.
Dari ke empat pelaksanaan pekerjaan tersebut terdapat rincian pekerjaan pasangan
bronjong kawat galvanis diameter 4 mm yang tidak ada standarnya. Padahal dalam
analisa pekerjaan 1 M3 membutuhkan bronjong kawat galvanis diameter 4 mm sebesar
Rp17 kg. Kepala Bidang Perencanaan dan Perencana kontrak tidak dapat menunjukkan
standar yang jelas.
Hasil pemeriksaan fisik diketahui perhitungan kebutuhan kawat galvanis diameter 4
mm untuk satuan pembayaran Dalam satuan pekerjaan bronjong kawat galvanis diameter
4 mm untuk satuan mata pembayaran 1 M3 dibutuhkan kawat galvanis diameter 4 mm

49

sebesar 17 kg. Karena tidak adanya

standar, dilakukan pemeriksaan fisik untuk

mengetahui jumlah kawat yang dibutuhkan dalam 1 M3 bronjong.


Panjang Kawat Galvanis untuk bronjong dengan ukuran panjang x lebar x tinggi : 3 M x
1 M x 0,5 M (ukuran bronjong yang digunakan oleh Dinas Pengairan) adalah 211,5 M.
Volume 1 kotak bronjong = panjang x lebar x tinggi
= (3 x 0,5 x 1) M3
= 1,5 M3
Dengan penyesuaian sebesar 5 % dari hasil pengukuran sebagai cadangan kesalahan
pengukuran, untuk 1M3 pekerjaan pasangan bronjong membutuhkan kawat galvanis
sebanyak:
= {(1+0,05)211,5}/1,5
=148 M
Dari pengukuran diketahui bahwa 1 M kawat galavanis mempunyai berat 0,1 kg,
sehingga untuk 1 bronjong dengan panjang kawat galvanis 148 M mempunyai berat:
=148 M x 0,1 kg
= 14,8 kg
dibulatkan menjadi 15 kg.
Berdasarkan perhitungan di atas diketahui 1 M3 bronjong membutuhkan kawat galvanis
setidaknya 148 M dengan berat 15 kg, sedangjkan pada analisa untuk tiap 1 M3 bronjong
dibutuhkan 17 kg kawat galvanis, sehingga terdapat selisih lebih 2 kg per M3 .
Secara keseluruhan, kelebihan kawat galvanis pada pada empat kontrak dijelaskan
pada lampiran II.
Dari kondisi di atas dapat diketahui bahwa terjadi pemborosan sebesar
Rp69.349.000,00.

50

Permasalahan tersebut tidak sesuai dengan:


a. Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 Pasal 3 (1) yang berbunyi, Pengadaan
barang/jasa wajib menerapkan prinsip-prinsip: (a) efisien, berarti pengadaan barang
dan jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang terbatas untuk
mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dan dapat
dipertanggungjawabkan;
b. Lampiran I Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Penyusunan Harga
Perhitungan Sendiri (HPS), Perhitungan HPS harus dilakukan dengan cermat,
dengan menggunakan data dasar dan mempertimbangkan: analisis harga satuan
pekerjaan yang bersangkutan.
Permasalahan tersebut mengakibatkan pemborosan keuangan daerah sebesar
Rp69.349.000,00.
Permasalahan tersebut disebabkan karena bagian perencanaan tidak berusaha
mencari standar analisa bronjong yang meyakinkan dalam menyusun analisa harga
perhitungan sendiri (HPS).
Rekomendasi BPK-RI
BPK-RI merekomendasikan kepada Bupati melalui Kepala Dinas Bina Marga dan
Pengairan menegur dan memerintahkan Bagian Perencanaan untuk mencari analisa
pekerjaan bronjong ke instansi yang berkompeten

51

14. Pengadaan semen dan batu kali untuk pekerjaan swakelola kurang dari seharusnya
sebesar Rp19.602.000,00
Melalui dana dari Belanja Tidak Tersangka tahun 2005 dilakukan pekerjaan
swakelola Perbaikan Tangkis Kali Kukusan / C.13 + Kali Klatakan dengan biaya
Rp1.000.000.000,00. Sampai dengan akhir Agustus 2005, kegiatan swakelola Perbaikan
Tangkis Kali Kukusan / C.13 + Kali Klatakan tersebut telah mencapai realisasi fisik 90 %
dan realisasi keuangan Rp449.240.900,00 (44,9%). Realisasi fisik seperti ditunjukkan
dalam Laporan Kemajuan Pekerjaan Swakelola tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

Pekerjaan

RAB

Galian tanah

Pencapaian fisik

Sisa Pekerjaan

11.986,25

10.702,25

1.284,00

Pemadatan timbunan

6.727,20

5.866,00

861,20

Pasangan batu kali 1:4

2.265,00

2.265,25

634,75

Siaran spesi 1:2

1.500,00

1.079,00

421,00

300,00

215,53

84,47

Plesteran spesi 1:3

Dengan pencapaian seperti terlihat pada tabel di atas, pengadaan bahan seharusnya
sesuai

dengan

pekerjaan

pertanggungjawaban

yang

pekerjaan

telah

dilakukan.

swakelola

Juni

Pemeriksaan

sampai

dengan

terhadap

surat

Agustus

2005

menunjukkan pengadaan bahan lebih sedikit dari yang seharusnya dengan rincian sebagai
berikut:
Pekerjaan

Pencapaian
fisik

Semen
(zak @ 50 kg)
Seharusnya
Diadakan

Batu
(m3)
Seharusnya Diadakan

Pasangan batu kali 1:4

2.265

7.384

2.718

Siaran spesi 1:2

1.079

119

215

34

Plesteran spesi 1:3

7.537

6.930

2.718

2.710

52

Dari tabel terlihat bahwa terjadi kekurangan semen dari yang seharusnya dipasang
sebesar 7.534 zak 6.930 zak = 604 zak. Sedangkan kekurangan batu sebesar 2.718 m3
2.710 m3 = 8 m3. Kekurangan pemasangan ini mengakibatkan volume pekerjaan yang
dilakukan yaitu pasangan batu kali, siaran dan plesteran kurang dari yang seharusnya
seperti tercantum di dalam rencana anggaran biaya. Lebih lanjut, kekurangan volume
pekerjaan ini mengakibatkan kualitas pekerjaan menjadi menurun.
Di dalam rencana anggaran biaya, perhitungan biaya swakelola sebesar
Rp1.000.000.000,00 dilakukan tanpa menunjukkan volume pekerjaan yang akan
dilakukan, tetapi dilakukan dengan menunjukkan bahan dan tenaga yang dibutuhkan.
Dengan kekurangan bahan yang dipasang, maka sisa bahan yang bisa dipesan untuk
pencapaian 100%, bukan dengan mengurangkan bahan yang dibeli ke bahan yang
seharusnya diadakan dalam RAB, tetapi berdasarkan pekerjaan yang belum diselesaikan.
Hal tersebut dapat dijelaskan dengan tabel berikut ini:

Pekerjaan

Sisa pekerjaan
Semen
Koefisien
Jumlah

Siaran
Plesteran

421
85
Jumlah
Dibulatkan

Bahan
Semen
Batu

RAB
7.597
2.718

0,11
0,16

46,31
13,60
59,91
60,00

Telah
Diadakan
6.930
2.710

Bahan yang masih


dibutuhkan
Batu
Koefisien
Jumlah
0,00
0,00

0,00
000
0,00
0,00

Sisa RAB
604
8

Dari tabel di atas, semen yang masih dapat dipesan adalah 59,91 atau 60 zak bukan
604 zak, sedangkan batu yang masih dapat dipesan sebesar 0 m3 bukan sebesar 8 m3
(sisa RAB). Dengan kata lain, pagu anggaran untuk menyelesaikan pekerjaan swakelola
harus diturunkan dengan nilai:

53

- Semen = (604 - 60) zak x Rp35.200,00/zak

= Rp19.148.800,00

- Batu kali = ( 8 0) m3 x Rp56.650/m3

= Rp

453.200,00

= Rp19.602.000,00
Pengadaaan barang yang tidak sesuai kebutuhan tersebut di atas tidak sesuai dengan
Kepres RI No 80 Tahun 2003 Bab I pasal 3 ayat f yang menyatakan bahwa pengadaan
barang wajib diselenggarakan secara akuntabel, mencapai sasaran fisik sesuai prinsipprinsip dan ketentuan yang berlaku.
Kekurangan pengadaan semen dan batu di atas disebabkan oleh kurangnya kontrol
pemakaian bahan.
Kekurangan tersebut mengakibatkan kualitas tangkis yang dibangun kurang sesuai
dengan persyaratan teknis yang diperlukan.

Rekomendasi BPK-RI
BPK merekomendasikan kepada Bupati melalui Kepala Dinas Bina Marga dan
Pengairan untuk:
-

Menegur dan memerintahkan pelaksana kegiatan swakelola untuk menjelaskan


kekurangan tersebut dengan bukti yang lengkap dan jelas,

Menurunkan pagu kegiatan swakelola sejumlah Rp19.602.000,00 jika pelaksana


kegiatan tidak bisa menjelaskan kekurangan tersebut.

54

LAMPIRAN I
PENGELUARAN BANTUAN PROFESI TAHUN 2004 DAN 2005
TAHUN 2004
No.
No/Tgl SPMU
1
3120/02-08-2004
2
1573/01-05-2004
3
1326/01-08-2004
4
4968/01-11--2004
5
2635/01-07-2004
6
4011/06-09-2004
7
5588/02-12-2004
8
1074/06-04-2004
9
427/02-03-2004
10 169/09-02-2004
11 3126/02-08-2004
12 04/14-01-2004

Keterangan

Jumlah (Rp)
12.000.000,00
12.000.000,00
12.000.000,00
13.000.000,00
12.000.000,00
12.000.000,00
13.000.000,00
12.000.000,00
12.000.000,00
12.000.000,00
12.000.000,00
12.000.000,00
134.000.000,00

Keterangan

Jumlah (Rp)
7.000.000,00
6.500.000,00
6.500.000,00
20.000.000,00

Muspida
Muspida
Muspida
Muspida
Muspida
Muspida
Muspida
Muspida
Muspida
Muspida
Muspida
Muspida
Jumlah

TAHUN 2005
No.
No/Tgl SPMU
1
743/26-04-2005
2
1143/01-06-2005
3
1606/01-07-2005

Muspida
Muspida
Muspida
Jumlah

TAHUN 2004
No
No/Tgl SPMU
1
1315/23-4-2004
2
1841/15-05-2004
3
4
5
6
7
8
3381/05-08-2004
9
10
11 4211/10-09-2004
12
13 4849/23-10-2004
14
15 4735/16-10-2004
16 16/16-01-2004
17 4708/12-10-2004

TAHUN 2005
No
No/Tgl SPMU
1
1492/18-06-2005
2
1812/16-07-2005

Belum Jelas SPJ-nya


Insentif Pos Kamla TW I & II
Porwosi
Bakti Sosial
Bakti Sosial
Ketua Tim PKK
Bakti Sosial
Profesi Lainnya
Kegiatan Koordinasi Kesejahteraan Sosial(K3S)
Tim Penggerak PKK
Lomba PAK
Tokoh Masyarakat, Ulama dll.
Operasi Ketupat
Pos Kamla
Untuk PKB
Tokoh Masyarakat, Ulama dll.
Profesi lainnya
Tokoh Masyarakat, Ulama dll.
Jumlah

Jumlah (Rp)
9.000.000,00
26.000.000,00
25.000.000,00
30.000.000,00
26.000.000,00
18.000.000,00
50.000.000,00
25.000.000,00
12.000.000,00
30.000.000,00
150.000.000,00
15.000.000,00
16.500.000,00
22.000.000,00
55.000.000,00
100.000.000,00
150.000.000,00
625.500.000,00

Belum Jelas SPJ-nya


Tokoh masyarakat
Tokoh Masyarakat
Jumlah

Jumlah (Rp)
100.000.000,00
25.000.000,00
125.000.000,00

55

TAHUN 2004
No/Tgl SPMU
1
987/01-04-2004
2 920/31-03-2004
3
4 4122/09-09-2004
5 2442/14-06-2004
6 4186/10-09-2004
7 199/11-02-2004
8
9
10
11
12 1780/11-05-2004
13 2669/01-07-2004
14
15
16
17 124/04-02-2004
TAHUN 2005
No
No/Tgl SPMU
1 180/30-03-2005
2 0343/08-04-2005
3 0385/08/04/2005
4 429/07-04-2005
5 434/08-04-2005
6 577/13-04-2005
7 748/26-04-2005
8
9
10
11
12
13
14
15 1068/27-05-2005
16 1424/14-06-2005
17 1437/15-06-2005
18 1423/14-06-2005
19 1407/13-06-2005
20 696/20-04-2005

Salah beban
Penunjang Pemilu Kesbanglinmas
Kegiatan Pemilu
Operasi Pemilu
Dana Penunjang Pemilu
Transpts & Uang Kehormtn KPU
Kampanye Pilpres
Penunjang Pemilu
Operasional Bupati
Operasional Bupati
Operasional Bupati
Operasional Bupati
Pengajuan Anggaran KPU
Pilpres
Ketua DPRD ke Taiwan
Bupati Ke Taiwan
Bupati ke Taiwan
Penyediaan Data Makro Bhn Penyusunan DAU
Jumlah

Jumlah (Rp)
577.043.500,00
116.485.000,00
10.000.000,00
750.000.000,00
339.075.000,00
617.261.800,00
1.135.523.000,00
25.000.000,00
18.000.000,00
30.000.000,00
50.000.000,00
45.725.000,00
286.644.000,00
3.500.000,00
13.628.300,00
5.000.000,00
150.000.000,00
4.448.135.600,00

Salah beban
Pilkada
Pilkada
Pilkada
Pilkada
Pilkada bagian bulan januari-maret
Pilkada
Operasional Kodim April-Juni
Operasional Bupati
Yang ikelola Bupati
Operasional Bupati
Operasional Bupati
Operasional Bupati
Operasional Bupati
Pelantikan Pejabat Bupati
Pilkada bagian bulan mei-juni
Pengamanan Kampanye Pilkada
Pengamanan Pilkada
Pengamanan Pilkada
Kampanye Pilkada
Penyediaan Data Makro Bhn Penyusunan DAU Th 2006
Jumlah

Jumlah (Rp)
150.000.000,00
150.000.000,00
150.000.000,00
150.000.000,00
59.500.000,00
149.998.000,00
25.000.000,00
25.000.000,00
25.000.000,00
18.000.000,00
25.000.000,00
50.000.000,00
17.000.000,00
56.485.000,00
897.528.525,00
8.500.000,00
595.727.920,00
12.500.000,00
82.794.000,00
40.000.000,00
2.648.033.445,00

56

TAHUN 2005
No
No/Tgl SPMU
1 671/02-14-2005
2 683/19-04-2005
3 684/19-04-2005
4 682/19-04-2005
5 695/20-04-2005
6 1466/16-06-2005
7 1798/11-07-2005
8 1777/07-07-2005
9 1731/05-07-2005
10 748/26-04-2005
11 1812/16-07-2005
12 1320/06-06-2005
13 1504/21-06-2005

TAHUN 2004
No
No/Tgl SPMU
1 529/06-03-2004

Operasional Instansi Ybs


Polres
Operasional Dempom V/3-5 Triwulan I7II
Operasional 514
Opersional Pengadilan
Operasional Puslatpur AD
Puslatpur Marinir Tri I & II
Kanminvetcab Tri I & II
Operasional Polres Tri III
Rehab & Pengdn Perabot Kejari
Operasional Kodim 0823 April s/d Juni
Operasional Kodim 0823 Triwulan III
Rehab Rumah Kapolres
Operasional Kajari Tri I & II
Jumlah

Jumlah (Rp)
50.000.000,00
12.500.000,00
20.000.000,00
25.000.000,00
10.000.000,00
10.000.000,00
9.500.000,00
25.000.000,00
125.000.000,00
25.000.000,00
25.000.000,00
75.000.000,00
50.000.000,00
561.425.000,00

Operasional Instansi Ybs


Pemeliharaan Basis Data KPBB

Jumlah (Rp)
425.250.000,00

57

LAMPIRAN II

Perhitungan Kelebihan Biaya yang Timbul Karena Kesalahan Analisa HPS

No

1.

2.

3.

4.

Pekerjaan

Kontrak

Pelaksana
Kontrak

Volume

Standar
Ditetapkan

hasil
cek

Selisih

Selisih
Volume

Harga
Satuan

Nilai

Pembuatan Tangkis Kali


Klatakan Desa Talempong

610/30.SPK/431.202.3/2004

CV. Dua Tujuh

828

17

15

1.656,00

9.000,00

14.904.000,00

Pembuatan Tangkis Kali


Klatakan Desa Banyuglugur

610/32.SPK/431.202.3/2004

CV. Duta Utama

690

17

15

1.380,00

9.000,00

12.420.000,00

Pembuatan Tangkis Kali


Deliwung (Section I)

610/77.K.DAU/431.202.3/2004

CV. Jaya Abadi

1330

17

15

2.660,00

8.450,00

22.477.000,00

Pembuatan Tangkis Kali


Patemon

610/75.K.DAU/431.202.3/2004

CV. Karya
Persada

1086

17

15

2.172,00

9.000,00

19.548.000,00

Jumlah

3934

7.868,00

69.349.000,00

58

Você também pode gostar