Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh:
Ayu Wahyuni Lestari
NIM. 0910723015
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL KEGIATAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
MELATIH KEMAMPUAN POSITIF PADA DIRI: MERANGKAI PUZZLE
UNTUK PASIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH
DI DESA SRIGONCO KECAMATAN BANTUR
Diajukan untuk Memenuhi kompetensi Praktek Profesi Departemen CMHN
Oleh:
Ayu Wahyuni Lestari
NIM. 0910723015
Perseptor Klinik
Perseptor Akademik
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dan
lingkungan dari luar dirinya baik itu lingkungan keluarga, kelompok dan komunitas.
Dalam berhubungan dengan lingkungan, manusia harus mengembangkan strategi
koping yang efektif agar dapat beradaptasi. Hubungan interpersonal yang dikembangkan
dapat menghasilkan perubahan diri individu diantaranya perubahan nilai budaya,
perubahan sistem kemasyarakatan, pekerjaan, serta akibat ketegangan antar idealisme
dan realita yang dapat menyebabkan terganggunya keseimbangan mental emosional.
Tidak semua orang dapat menyesuaikan diri dari perubahan tersebut, akibatnya akan
menimbulkan ketegangan atau stres yang berkepanjangan sehingga dapat menjadi
faktor pencetus dan penyebab serta juga mengakibatkan suatu penyakit. Faktor yang
dapat mempengaruhi stres adalah pengaruh genetik, pengalaman masa lalu dan kondisi
saat ini (Suliswati, 2005).
Penyebab gangguan jiwa salah satunya karena stresor psikologis.Yang merupakan
suatu keadaan atau suatu peristiwa yang menyebabkan adanya perubahan dalam
kehidupan seseorang hingga orang tersebut terpaksa mengadakan adaptasi dalam
menaggulangi stressor tersebut. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan
sosial, tidak hanya keadaan tanpa penyakit atau kelemahan, sehingga secara
menyeluruh kesehatan jiwa merupakan bagian dari kesehatan yang tidak dapat
dipisahkan. Dari studi pendahuluan dan pengkajian yang telah diakukan, didapatkan
data bahwa masalah yang sedang dihadapi oleh klien adalah harga diri rendah yang
membuat klien malu berinteraksi dengan orang lain sehingga membuat klien cenderung
menyendiri di rumah tanpa adanya kegiatan yang bermakna. Hal ini mendorong
kelompok untuk melakukan terapi aktivitas kelompok (TAK) keluarga yang merupakan
salah satu terapi modalitas keperawatan untuk mendukung dan mengoptimalkan
intervensi yang telah dilakukan oleh perawat.
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu bentuk kegiatan terapi
psikologik yang dilakukan dalam sebuah aktivitas dan diselenggarakan secara kolektif
dalam rangka pencapaian penyesuaian psikologis, perilaku dan pencapaian adaptasi
optimal pasien. Dalam kegiatan aktivitas kelompok. Tujuan ditetapkan berdasarkan
kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh sebagian besar klien dan sedikit banyak
dapat diatasi dengan pendekatan terapi aktivitas kolektif.
Salah satu terapi aktivitas yang dapat diberikan pada pasien dengan harga diri
rendah adalah terapi aktivitas kelompok dengan stimulasi persepsi: harga diri rendah
dengan melatih hal positif pada diri yaitu dengan membuat bingkai foto. Pembuatan
bingkai foto akan mengembangkan kemampuan positif pada pasien dengan harga diri
rendah. Sehingga pada proposal ini kelompok berkeinginan mengajukan TAK membuat
bingkai foto untuk pasien harga diri rendah sebagai terapi modalitas untuk merangsang
kembali kemampuan positif klien dan dapat meningkatkan kemauan dalam melakukan
aktivitas pada pasien harga diri rendah di Desa Bantur Kecamatan Bantur.
1.2
Tujuan
Tujuan umum TAK membuat bingkai foto untuk pasien harga diri rendah
sebagai terapi modalitas untuk merangsang kembali kemampuan positif klien dan
dapat meningkatkan kemauan dalam melakukan aktivitas. Tujuan khususnya adalah:
1.3
1.3.1
Manfaat
Manfaat Bagi Klien
merangsang
kembali
kemampuan
positif
klien
dan
dapat
1.3.3
1.3.4
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1
b. Faktor Predisposisi
1) Penolakan orang tua.
2) Harapan orang tua yang tidak realistis.
3) Kegagalan berulang kali.
4) Kurang mempunyai tanggung jawab personal.
5) Ketergantungan pada orang lain.
6) Ideal diri yang tidak realistis.
c. Komplikasi
1) Isolasi sosial: menarik diri.
2) Timbulnya masalah persepsi sensori halusinasi dengar, lihat, raba, cium dan lain-lain.
Respon adaptif
positif
Respon maladaptif
Harga diri
rendah
Kerancuan Deporsonalisasi
identitas
(Stuart and Sundeen 1998)
tidak mampu, rasa bersalah, mudah tersinggung atau marah yang berlebihan, perasaan
negatif mengenai tubuhnya sendiri., ketegangan peran yang dirasakan, pandangan
hidup yang pesimis, keluhan fisik, pandangan hidup yang bertentangan, penolakan
terhadap kemampuan personal, destruktif terhadap diri sendiri, pengurangan diri,
penarikan diri secara sosial, penyalahgunaan zat, menarik diri dari realitas.
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis
Harga diri rendah termasuk dalam kelompok penyakit skizoprenia tidak tergolongkan,
maka jenis penatalaksanaan yang bisa dilakukan adalah:
1) Psikofarmakol
Adalah terapi dengan menggunakan obat, tujuannya untuk mengurangi atau
menghilangkan gejala gangguan jiwa, obat yang biasa digunakan di RS jiwa antara lain.
a. Anti Psikosis
1. Cloropromazin ( Thorazime) dosis 25-2000 mg/hari
2. Haloperidol (hal dol) dosis 2-40 mg/hr indikasi digunakan untuk pengobatan
psikosa, mengobati masalah perilaku yang berat pada anak-anak yang
berhubungan dengan keadaan yang tiba-tiba meledak, mengontrol mual dan
muntah yang berat dan kecemasan berat. Kontra indikasi: hiperaktif, galaukoma,
hamil dan menyesui, efek samping yaitu anemia, mulut kering, mual dan muntah,
konstipasi, diare, hipotensi, aritmia cordis, takikardi, eksrapiramidal, penglihatan
berkabut.
a. Anti Parkinson
Trihexypenidril (artane) dosis 5-15 mg/hr indikasi berbagai bentuk parkinsonisme.
Kontra indikasi: galukoma, takikardi, hipertensi, penyakit jantung, asma, ulserasi,
duodenum. Efek samping: sakit kepala, lemas, cemas, psikosis, depresi, halusinasi,
ortostatik, foto sensitivitas, penglihatan berkabut, mual muntah, konstipasi,
frekuensi/retansi urin.
2) Pengobatan Somatik
a. Elektro Convulsif Therapi (ECT)
Merupakan pengobatan untuk menimbulkan kejang grand mal yang menghasilkan
efek therapi dengan menggunakan arus listrik berkekuatan 75-100 volt. Cara kerja
belum diketahui secara jelas namun dapat dikatakan bahwa therapi convulsif dapat
memperpendek lamanya skizofrenia dan dapat mempermudah kontak dengan
orang lain, indikasi ECT yaitu depresi berat dan bila therapi obat-obatan belum
berhasil (gangguan berpolar), klien yang sangat mania, hiperaktif, klien resiko tinggi
bunuh diri, psikosis akut, skozoprenia.
b. Pengekangan Fisik
Terdiri dari pengekangan mekanik dan isolasi
Pengekangan mekanik dilakukan dengan menggunakan manset untuk pergelangan
tangan dan kaki serta seprei pengekang.
Isolasi yaitu menempatkan klien dalam suatu ruangan tertentu di Rumah sakit.
Indikasi: Pengendalian prilaku amuk yang membahayakan diri dan orang lain
Kontra indikasi: resiko tinggi bunuh diri, hukuman.
3) Psikoterapi
Psikoterapi membutuhkan waktu yang relatif cukup lama dan merupakan bagian
penting proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi yaitu memberikan rasa aman dan
tenang. Menerima klien apa adanya, motivasi klien untuk dapat mengungkapkan
perasaannya secara verbal, bersikap ramah sopan dan jujur pada klien.
4) Terapi Modalitas
Terapi Okupasi:
Terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisifasi seseorang
dalam melaksanakan aktivitas atau juga yang segala dipilih dengan maksud untuk
memperbaiki, memperkuat dan meningkatkan harga diri.
2.1.5 Terapi
Memberi layanan pembelajaran pada anak dengan retardasi mental tentunya
banyak menemui hambatan. Namun, ada banyak cara yang bisa dicoba untuk
memdudahkan hal tersebut, yaitu dengan menggunakan terapi permainan. Ada
beberapa peran terapi permainan dalam pembelajaran, yaitu (Mulya, 2011):
a. Terapi permainan sebagai saranan pencegahan. Mencegah kesulitan,
menambah masalah, dan mencegah terhambatnya proses pembelajaran.
b. Terapi permainan sebagai sarana penyembuhan. Dalam hal ini terapi
permainan dapat mengembalikan fungsi, psiko-terapi, fungsi sosial, melatih
komunikasi, dan lain-lain.
c. Terapi permainan sebagai saranan untuk mempertajam penginderaan.
Misalinya permainan sebagai sarana untuk mengembangkan kepribadian.
d. Terapi permainan sebagai saran untuk melatih aktivitas dalam kehidupan
sehari-hari. Khususnya anak perempuan.
Menurut Sutini dkk (2009), penyuluhan kesehatan untuk keluarga berisi
tentang perkembangan anak untuk tiap tahap usia didukung keterlibatan orang tua
2.2
terapi
kelompok
adalah
membuat
sadar
diri
(self-awareness),
yang akan menjadi ibu, individu yang kehilangan, dan penyakit terminal. Banyak
kelompok terapeutik yang dikembangkan menjadi self-help-group. Tujuan dari
kelompok ini adalah sebagai berikut:
a. mencegah masalah kesehatan
b. mendidik dan mengembangkan potensi anggota kelompok
c. mengingatkan kualitas kelompok. Antara anggota kelompok saling
membantu dalam menyelesaikan masalah.
3.
BAB III
PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
2. Tugas Fasilitator
-
3. Tugas Klien
-
Tema
Sasaran
: 45 menit
Tempat
Terapis
:
1. Leader
2. Fasilitator
: Dian Dwi F
Tahapan Sesi:
A.
B.
Tujuan
Sasaran
1. Kooperatif
2. Tidak terpasang restrain
C.
Joko
Umriyeh
Yatmoko
Sri
Reni
Putri
Santo
Danang
Obet
bagus
D. Setting
E. MAP
L
K
F
K
K
O
K
Keterangan :
L : Leader
F.
C: Co Leader
O : Observer
F : Fasilitator
K : Klien
Alat
-
Puzzle
G. Metode
H. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi
b. Membuat kontrak dengan klien
3. Tahap kerja
SESI 1
a. Peserta menyebutkan daftar kemampuan diri yang dapat dilatih
b. Memberi pujian untuk tiap keberhasilan klien dengan memberi tepuk tangan
SESI 2
a. Menyiapkan puzzle yang belum terangkai
b. Tiap fasilitator mendampingi klien
c. Lalu klien dibimbing untuk merangkai puzzle
d. Fasilitator ketepatan merangkai puzzle
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
Memberi pujian atas keberhasilan klien
b. Rencana tindak lanjut
Menganjurkan klien dan keluarga melakukan kegiatan tersebut secara berkala
c. Kontrak yang akan datang
Menyepakati kegiatan berikutnya
Menyepakati waktu dan tempat
5. Evaluasi Hasil
a. Kemampuan verbal
No.
Aspek yg dinilai
Menyebutkan kemampuan
Nama klien
b. Kemampuan nonverbal
No.
Aspek yg dinilai
Kontak mata
Duduk tegak
Nama klien
Jumlah
Aspek yg dinilai
Nama klien
BAB IV
HASIL EVALUASI
a. Kemampuan verbal
No.
1
Nama klien
Aspek yg dinilai
Menyebutkan
nama
10
10
10
10
10
lengkap
2
Menyebutkan
nama
10
10
10
10
10
10
10
Menyebutkan hobi
10
10
10
10
10
10
10
Jumlah
30
30
30
30
30
30
30
panggilan
4
b. Kemampuan nonverbal
No.
Nama klien
Aspek yg dinilai
Kontak mata
10
10
10
10
10
10
10
Duduk tegak
10
10
10
10
10
10
10
Menggunakan
bahasa
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
40
40
40
40
40
40
40
tubuh yg sesuai
4
Aspek yg dinilai
Nama klien
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Dari 7 peserta yang mengikuti TAK semua peserta mendapat nilai sempurna.
Perseptor Klinik
DAFTAR RUJUKAN
Hamid, A.Y.S. 1999. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Pada Anak dan
Remaja, Widya Medika, Jakarta.
Hurlock, E. 1998. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan SEpanjang Rentang
Kehidupan, Edisi 5, Erlangga, Jakarta.
Rasmun. 2004. Stress, Koping, dan Adaptasi Teori dan Pohon
Masalah Keperawatan,