Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
3) mengakui keuntungan dan kerugian dan biaya likuidasi yang timbul selama masa
likuidasi dengan cara mengalokasikan ke modal para sekutu sesuai dengan
perbandingan laba/rugi
4) membayar semua kewajiban kepada negara dan kreditur / pihak ketiga
5) bila modal sekutu bersaldo debit (defisit) maka dapat dikompensasi / di-offset dengan
saldo pinjaman modal dari sekutu yang bersangkutan, maksimum sebesar saldo
pinjaman modal dari sekutu yang bersangkutan / loan tetapi tidak sampai
menyebabkan modal bersaldo kredit. Jika tidak ada saldo pinjaman dari sekutu yang
bersangkutan, maka sekutu yang bersaldo modal debit harus menyetorkan kas.
6) mendistribusikan sebagian atau seluruh kas yang tersedia kepada para sekutu
berdasarkan rasio laba/rugi dengan memperhatikan syarat perlu menyusun skedul
pembayara kas.
Untuk likuidasi secara langsung, syarat perlu menyusun skedul pembayaran kas bila
memenuhi minimal satu syarat sebagai berikut:
1) bila ada sekutu yang defisit
2) bila ada kas yang ditahan
3) bila masih ada saldo aktiva non kas
Ditinjau
dari
waktu
penyusunan
daftar
likuidasi,
maka
likuidasi
dapat
dibedakanmenjadi:
1. Likuidasi secara langsung/sekaligus
Likuidasi secara langsung yaitu likuidasi yang dilakukan setelah seluruh aktiva
direalisasi.
2. Likuidasi secara bertahap periodic
3. Likuidasi secara bertahap periodik yaitu proses likuidasi dilakukan secara periodik
setelah terjadinya realisasi aktiva nonkas dan mengikuti prosedur likuidasi secara
berulang-ulang sampai akhirnya semua perkiraan tidak bersaldo.
4. Likuidasi secara bertahap dengan program kas
Likuidasi secara bertahap dengan program kas yaitu proses likuidasi dilakukan secara
periodik dimana daftar likuidasi yang disusun akan sama dengan likuidasi secara
bertahap periodik tetapi perlu membuat suatu program kas terlebih dahulu sebelum
daftar likuidasi disusun, yang menunjukkan bagaimana kas dibagikan kepada para
sekutu dikemudian hari. Disamping itu skedul pembayaran kas pada cara ini juga
agak berbeda dengan likuidasi secara bertahap periodik.
Berikut ini adalah contoh persekutuan ABC yang dinyatakan akan dilikuidasi
dengan rasio laba/rugi yaitu A : B : C = 2 : 3 : 5.
Neraca Persekutuan ABC sesaat sebelum dilikuidasi menunjukkan sbb:
Persekutuan ABC
Neraca
Per 31 Desember 1998 (Jutaan rupiah)
Kas
100
1.400
Total aktiva
1.500
Hutang Dagang
500
Hutang kepada C
400
Modal A
300
Modal B
200
Modal C
100
1.500
Posisi aktiva dan kewajiban pribadi para sekutu adalah sebagai berikut:
Sekutu
kepemilikan persekutuan)
kepemilikan persekutuan)
900
500
700
700
500
900
Para sekutu bersepakat untuk melikuidasi persekutuan ABC dengan likuidasi secara
langsung karena realisasi seluruh aktiva nonkas dapat dilakukan dengan segera. Hasil
realisasi akan digunakan untuk membayar hutang kepada pihak luar, setelah hutang
kepada pihak luar telah lunas dan apabila masih ada sisa kas maka dibagikan seluruhnya
kepada para sekutu sesuai dengan hak para sekutu. Jika kas yang tersedia setelah realisasi
dan pembebanan biaya-biaya masih tidak mencukupi untuk membayar hutang kepada
pihak luar maka sekutu yang solven yang akan membayar hutang terlebih dahulu. Bila
hutang kepada pihak luar telah lunas dan masih ada sekutu yang bersaldo modal debit
setelah kompensasi maka sekutu tersebut menyetorkan kas ke persekutuan pada saat tidak
ada kas lagi.Penyelesaian akhir dilakukan diluar persekutuan untuk sekutu yang defisit
tetapi secara pribadi insolven.
a) Apabila seluruh aktiva non kas hanya dapat direalisasi sebesar Rp. 1.300.000.000,- maka
daftar likuidasi seperti berikut :
Persekutuan ABC
Daftar Likuidasi
(dalam Jutaan rupiah)
20% 30% 50%
Keterangan
Kas
Aktiva
Hutang
Hutang
100
(500)
900
Distribusi Kas
500
400
1.300 (1.400)
1.400
1.400
500
400
280 170
50
400
280 170
50
(500)
0
(900)
0
Modal
(400)
0
Hasil realisasi sebesar 1.300 juta akan menambah kas dan mengurangi aktiva nonkas 1.400
juta serta selisih rugi 100 juta dibebankan kepada para sekutu sesuai rasio laba/rugi. Pada
contoh soal ini tidak ada biaya likuidasi sehingga tidak perlu mengurangi kas dan modal para
sekutu. Setelah realisasi, kas yang tersedia digunakan untuk membayar hutang kepada pihak
luar selain sekutu, dalam hal ini adalah hutang dagang sebesar 500 juta, tetapi jika ada hutang
kepada negara maka harus didahulukan daripada pembayaran hutang kepada para kreditur.
Sisa kas setelah pembayaran hutang digunakan untuk dibagikan kepada para sekutu
(distribusi kas), terlihat bahwa tidak perlu membuat skedul pembayaran kas karena tidak
memenuhi syarat untuk menyusun skedul pembayaran kas.Untuk contoh ini tidak ada sekutu
yang defisit sehingga tidak perlu ditutup dengan loan (pinjaman dari sekutu) yang
bersangkutan. Contoh pertama ini merupakan contoh yang sangat sederhana, untuk setiap
contoh dengan kasus yang berbeda-beda akan dibahas pada asumsi tersendiri.
Jurnal yang diperlukan adalah sebagai berikut:
Kas
1.300.000.000
Modal A
20.000.000
Modal B
30.000.000
Modal C
50.000.000
Aktiva Nonkas
1.400.000.000
Hutang Dagang
500.000.000
Kas
500.000.000
Hutang kepada C
400.000.000
Modal A
270.000.000
Modal B
180.000.000
Modal C
50.000.000
Kas
900.000.000
b) Apabila seluruh aktiva non kas hanya dapat direalisasi sebesar Rp. 800.000.000,- maka
daftar likuidasi adalah seperti berikut :
Persekutuan ABC
Daftar Likuidasi
(Jutaan Rupiah)
20% 30% 50%
Keterangan
Kas
Aktiva
Hutang
Hutang
100
Realisasi aktiva
800 (1.400)
900
1.400
500
400
Modal
A
500
400
180
20 (200)
(500)
400
(500)
0
180
20 (200)
(200)
400
Distribusi Kas
400
(400)
0
200
(200)
200
180
20
(180) (20)
Hasil realisasi sebesar 800 juta akan menambah kas dan mengurangi aktiva nonkas 1.400 juta
serta selisih rugi 600 juta dibebankan kepada para sekutu sesuai rasio laba/rugi. Pada contoh
soal ini tidak ada biaya likuidasi sehingga tidak perlu mengurangi kas dan modal para sekutu.
Setelah realisasi, kas yang tersedia digunakan untuk membayar hutang kepada pihak luar
selain sekutu, dalam hal ini adalah hutang dagang sebesar 500 juta, tetapi jika ada hutang
kepada negara maka harus didahulukan daripada pembayaran hutang kepada para kreditur.
Sisa kas setelah pembayaran hutang digunakan untuk dibagikan kepada para sekutu
(distribusi kas), terlihat bahwa tidak perlu membuat skedul pembayaran kas karena tidak
memenuhi syarat untuk menyusun skedul pembayaran kas.Untuk contoh ini ada sekutu yang
defisit sehingga perlu ditutup dengan loan (pinjaman dari sekutu) yang bersangkutan.
Jurnal yang diperlukan adalah sebagai berikut:
Kas
800.000.000
Modal A
120.000.000
Modal B
180.000.000
Modal C
300.000.000
Aktiva Nonkas
1.400.000.000
Hutang Dagang
500.000.000
Kas
500.000.000
Hutang kepada C
Modal C
200.000.000
200.000.000
Hutang kepada C
200.000.000
Modal A
180.000.000
Modal B
20.000.000
Kas
400.000.000
c) Apabila seluruh aktiva non kas hanya dapat direalisasi sebesar Rp. 500.000.000,- maka
daftar likuidasi adalah seperti berikut :
Persekutuan ABC
Daftar Likuidasi
(Jutaan Rupiah)
20% 30% 50%
Keterangan
Kas
Aktiva
Hutang
Hutang
100
1.400
Realisasi aktiva
500 (1.400)
600
500
400
400
(350)
100
50
(100)
0
350
120 (70)
(100)
0
Penyelesaian akhir
0
(500)
400
(500)
100
500
Modal
50
20
(70)
(50)
(20)
70
20%
A
120
30%
B
(70)
120
(20)
100
0
100
100
(70)
70
0
0
50%
C
0
50
50
(50)
0
0
500.000.000
Modal A
180.000.000
Modal B
270.000.000
Modal C
450.000.000
Aktiva Nonkas
1.400.000.000
Hutang Dagang
500.000.000
Kas
500.000.000
Hutang kepada C
350.000.000
Modal C
350.000.000
(jurnal untuk mencatat offset/ kompensasi defisit dengan hutang kepada sekutu/loan)
Modal A
100.000.000
Kas
100.000.000
Hutang kepada C
50.000.000
Modal A
20.000.000
Modal B
70.000.000
d) Apabila seluruh aktiva non kas hanya dapat direalisasi sebesar Rp. 300.000.000,- maka
daftar likuidasi adalah seperti berikut :
Persekutuan ABC
Daftar Likuidasi
(Jutaan Rupiah)
Kas
Aktiva
Hutang
Hutang
100
Realisasi aktiva
300 (1.400)
400
1.400
(400)
0
500
400
Modal
A
500
400
80 (130) (450)
400
80 (130) (450)
(400)
0
100
(400)
0
100
(100)
0
400
80 (130) (50)
100
Penyelesaian akhir
50
0
Pada contoh ini terdapat sisa hutang kepada pihak luar sebesar 100 juta setelah semua aktiva
bersaldo nol, maka sesuai dengan ketentuan bahwa sekutu bertanggungjawab secara penuh
sampai keharta pribadinya maka pembayaran dilakukan oleh sekutu yang secara pribadi
solven. Untuk contoh soal ini sekutu A membayar hutang dagang sebesar 100 juta maka
saldo modal A akan bertambah sebesar 100 juta pula.
Kas
300.000.000
Modal A
220.000.000
Modal B
330.000.000
Modal C
550.000.000
Aktiva Nonkas
1.400.000.000
Hutang Dagang
400.000.000
Kas
400.000.000
400.000.000
400.000.000
(jurnal untuk mencatat offset/ kompensasi defisit dengan hutang kepada sekutu/loan)
Hutang Dagang
100.000.000
Modal A
100.000.000
Modal A
180.000.000
Modal B
130.000.000
Modal C
50.000.000
B. Proses Likuidasi
Dalam hal terjadinya pembubaran Perseroan sesuai yang tercantum dalam pasal 142
ayat (1) Undang-Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT),
maka Pasal 142 ayat (2) huruf a UUPT menentukan bahwa setelah pembubaran
perseroan karena alasan-alasan yang dimaksud dalam pasal 142 ayat (1) UUPT wajib
diikuti dengan likuidasi yang dilakukan oleh likuidator atau kurator.
Berikut ini adalah tahap-tahap Likuidasi sebuah Perseroan, sebagaimana yang diatur
dalam Pasal 147 sampai dengan pasal 152 UUPT:
1. Tahap Pengumuman dan Pemberitahuan Pembubaran Perseroan
Terhitung sejak tanggal pembubaran Perseroan, dalam jangka waktu paling
lambat 30 (tiga puluh) hari, Likuidator wajib memberitahukan kepada semua kreditor
mengenai pembubaran Perseroan dalam Surat Kabar dan Berita Negara Republik
Indonesia. Selanjutnya, Likuidator juga wajib memberitahukan pembubaran Perseroan
kepada Menteri untuk dicatat dalam daftar Perseroan bahwa Perseroan dalam
likuidasi.(Pasal 147 ayat (1) UUPT).
Kemudian, likuidator melakukan pemberitahuan kepada kreditor dalam Surat
Kabar dan Berita Negara Republik Indonesia.sebagaimana yang dimaksud diatas,
pemberitahuan harus memuat pembubaran Perseroan dan dasar hukumnya; nama dan
alamat likuidator; tata cara pengajuan tagihan dan jangka waktu pengajuan tagihan.
Jangka waktu pengajuan tagihan tersebut adalah 60 (enam puluh) hari terhitung sejak
tanggal pengumuman pembubaran Perseroan. Dalam hal pemberitahuan kepada
Menteri tentang pembubaran Perseroan, likuidator wajib melengkapi dengan bukti
dasar hukum pembubaran Perseroan dan pemberitahuan kepada kreditor dalam surat
kabar. (Pasal 147 ayat (2), (3) dan (4) UUPT).
Apabila pemberitahuan kepada kreditor dan Menteri belum dilakukan,
pembubaran Perseroan tidak berlaku bagi orang ketiga.Jika likuidator lalai melakukan
pemberitahuan tersebut, likuidator secara tanggung renteng dengan Perseroan
bertanggung jawab atas kerugian yang diderita pihak ketiga.(Pasal 148 ayat (1) dan
(2) UUPT).
2. Tahap Pencatatan dan Pembagian Harta Kekayaan
Selanjutnya, menurut Pasal 149 ayat (1) UUPT, kewajiban likuidator dalam
melakukan pemberesan harta kekayaan Perseroan dalam proses likuidasi harus
meliputi pelaksanaan:
a) Pencatatan dan pengumpulan kekayaan dan utang Perseroan
b) Pengumuman dalam Surat Kabar dan Berita Negara Republik Indonesia mengenai
rencana pembagian kekayaan hasil likuidasi.
c) Pembayaran kepada para kreditor.
d) Pembayaran sisa kekayaan hasil likuidasi kepada pemegang saham.
e) Tindakan lain yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan pemberesan kekayaan.
Kemudian dalam hal likuidator memperkirakan bahwa utang Perseroan lebih
besar daripada kekayaan Perseroan, likuidator wajib mengajukan permohonan pailit
Perseroan, kecuali peraturan perundang-undangan menentukan lain dan semua
kreditor yang diketahui identitas dan alamatnya, menyetujui pemberesan dilakukan di
luar kepailitan. (Pasal 149 ayat (2) UUPT).
3. Tahap Pengajuan Keberatan Kreditor
Kreditor dapat mengajukan keberatan atas rencana pembagian kekayaan hasil
likuidasi dalam jangka waktu paling lambat 60 (enam) puluh hari terhitung sejak
tanggal pengumuman pembubaran Perseroan.Dalam hal pengajuan keberatan tersebut
ditolak oleh likuidator, kreditor dapat mengajukan gugatan ke pengadilan negeri
dalam jangka waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal
penolakan (Pasal 149 ayat (3) dan (4)).
Kemudian kreditor yang mengajukan tagihan sesuai dengan jangka waktu
tersebut, dan kemudian ditolak oleh likuidator dapat mengajukan gugatan ke
pengadilan negeri dalam jangka waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari terhitung
bertanggung
jawab
kepada
RUPS
atau
pengadilan
yang
C. Distribusi Kas
1. Rencana Distribusi Kas
Skedul pembayaran aman merupakan metode efektif untukmenghitung jumlah
pembayaran aman kepada sekutu dan mencegah pembayaran yang berlebihan kepada
sekutu.Tetapi pendekatannya tidak efisien jika distribusi bertahap dilakukan berkalikali karena skedul pembayaran aman harus disiapkan untuk tiap distribusi sampai
saldo modal sesuai dengan rasio pembagian laba dan rugi.Skedul pembayaran aman
juga tidak cukup baik sebagai alat perencanaan karena tidak memberikan informasi
yang membantu sekutu ketika mereka mengharapkan mendapatkan pembagian kas.
Kekurangan dari pendekatan skedul pembayaran aman ini bias diatasi dengan
menggunakan rencana distribusi kas pada awal proses likuidasi.
2. Urutan Kerentanan
Pada awal proses likuidasi, Dono, Kasino, Indro memiliki saldo modal masingmasing Rp 340.000.000, Rp 340.000.000 dan Rp 200.000.000 tetapi ekuitas mereka
masing-masing adalah Rp 340.000.000, Rp 360.000.000 dan Rp 160.000.000. Untuk
menentukan kerentanan atau kemungkinan rugi ekuitas tiap sekutu dibagi dengan
rasio pembagian laba untuk mengidentifikasi rugi maksimum yang bisa ditanggung
oleh sekutu tanpa menyebabkan ekuitas mereka berkurang sampai dibawah nol.
Urutan kerentanan menunjukkan bahwa Dono adalah yang paling rentan terhadap
rugi karena ekuitasnya akan berkurang sampai nol akibat total rugi likuidasi
persekutuan Rp 680.000.000. Sebaliknya, kasino paling tidak rentan karena
ekuitasnya cukup untuk menanggung bagian kerugiannya akibat likuidasi sampai Rp
1.200.000.000.Interpretasi ini membantu menjelaskan mengapa Kasino mendapatkan
seluruh kas yang didistribusikan kepada sekutu pada tahap awal likuidasi.
3. Kerugian yang dapat ditanggung
Skedul ini diawali dengan ekuitas sebelum dilikuidasi dan mengurangi ekuitas
masing-masing sekutu dengan bagian kerugiannya yang secara tepat mengeliminasi
ekuitas sekutu yang paling rentan.Langkah berikutnya adalah mengurangkan sisa
ekuitas
masing-masing
sekutu
dengan
bagian
ruginya
yang secara
tepat
mengeliminasi ekuitas sekutu yang paling rentan selanjutnya. Proses ini berlanjut
terus sampai seluruh ekuitas sekutu yang paling tidak rentan berkurang sampai nol.
Skedul kerugian yang diasumsikan yang bisa ditanggung untuk Dono, Kasino, Indro,
adalah berikut ini.
Kerugian persekutuan yang benar-benar mengeliminasi ekuitas Dono ialah Rp
680.000.000 jumlah yang didapat dari perhitungan urutan kerentanan. Setelah ekuitas
Dono menurun sampai nol pada tahap pertama kerugian dibagi 60% untuk Kasino dan
40% untuk Indro sampai ekuitas Indro menjadi nol. Tambahan kerugian persekutuan
yang menurunkan ekuitas Indro menjadi nol adalah Rp 60.000.000 ekuitas Indro Rp
24.000.000 dibagi dengan 40% rasio pembagian laba setelah Dono dikeluarkan dari
perhitungan atau tidak mampu membayar. Setelah ekuitas Indro dikurangkan menjadi
nol, ekuitas Indro tinggal Rp 120.000.000.
Seluruh sekutu secara pribadi tidak likuid (sekutu tidak mampu membayar kepada
perusahaan)
2.
Seluruh kewajiban selain kepada sekutu telah dibayar, dan para sekutu
memperkirakan penjualan tanah dan bangunan akan memakan waktu beberapa bulan.
Maka dari itu, mereka sepakat bahwa seluruh kas yang ada di tangan, di luar Rp
10.000.000 untuk menutup biaya dan kontijensi, harus diidstribusikan secepatnya.
Dengan informasi ini, skedul pembayaran aman dipersiapkan untuk menentukan
jumlah kas yang bias didistribusikan secara aman untuk tiap sekutu. Skedul
pembayaran aman untuk Budi, Mina dan Nani diberikan pada table berikut.
Kasus B
Kasus C
Kas
60.000.000dr
Modal Wina
18.000.000kr
18.000.000kr
21.000.000dr
Modal Yoke
18.000.000kr
27.000.000kr
9.000.000kr
Modal Zena
24.000.000kr
9.000.000kr
12.000.000kr
90.000.000kr
. Tetapi jika
kreditur menagih 90.000.000 dari Rosi, maka saldo persekutuan yang tersisa menjadi,
Modal Rosi, Fani, Koni masing - masing 60.000.000kr, 30.000.000dr,30.000.000dr.
Apabila fani dan Koni hanya dapat membayar masing-masing 30.000.000, maka
desakan kreditur kepada rosi tidak beralasan. Tetapi jika desakan terhadap rosi karena
koni secara pribadi tidak likuid dan aktiva bersih fani hanya 35.000.000, situasinya
akan berubah. Dalam hal ini rosi dan fani membagi kerugian Koni sebesar
30.000.000, dimana setelah itu rosi memiliki saldo modal kredit 45.000.000 dan fani
saldo debit 45.000.000. Jadi, karena aktiva pribadi fani hanya 35.000.000, rosi
menagih dari 35.000.000 dari fani dan sisa 10.000.000 dalam saldo debit modal fani
dihapuskan sebagai kerugian rosi.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.hukumperseroanterbatas.com/2011/11/03/tahap-tahap-likuidasi-perseroanterbatas/