Você está na página 1de 11

ASKEP ABLASIO RETINA

2.2
2.3.1
a.
b.

c.
d.
e.

Ablatio Retina
Pengertian
Lepasnya retina sensoris dari epitel berpigmen (Pedoman Diagnosis dan Therapi Lab /
UPF Penyakit Mata RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Lepasnya retinal / sel kerucut dan batang sel choroid sehingga bagian ini mengalami
gangguan nutrisi dari charoid yang bila berlagsung lama akan mengakibat gangguan fungsi
yang tetap (Prof. Dr. Sidharta Ilyas, dr. Ramatjandra Illyas)
Pemisahan Retinal dari Choroid yang dapat terjadi spontan atau karena trauma(Clinical
Practice Of medical Surgical Nursing.)
Ablasio Retina adalah terpisahnya/terlepasnya retina dari jaringan penyokong di
bawahnya.
Jaringan saraf yang membentuk bagian peka cahaya pada retina membentuk suatu selaput
tipis
yang
melekat
erat
pada
jaringan
penyokong
di
bawahnya.
Jika kedua lapisan tersebut terpisah, maka retina tidak dapat berfungsi dan jika tidak kembali
disatukan
bisa
terjadi
kerusakan
permanen. (http://klikbrc.com/index.php?option=com_content&task=view&id=363&Itemid=38)

Gambar ablasio retina


2.3.2

PENYEBAB
Retina merupakan selaput transparan di bagian belakang mata yang mengolah bayangan
yang difokuskan di retina oleh kornea dan lensa. Ablasio retina seringkali dihubungkan
dengan adanya robekan atau lubang pada retina, sehingga cairan di dalam mata merembes
melalui robekan atau lubang tersebut dan menyebabkan terlepasnya retina dari jaringan di
bawahnya.

a.
b.
c.
d.
e.

a.
b.
c.
d.

Hal tersebut bisa terjadi akibat:


Trauma
Proses penuaan
Diabetes berat
Penyakit peradangan,
tetapi ablasio retina sering kali terjadi secara spontan.
Pada bayi prematur, ablasio retina bisa terjadi akibat retinopati akibat prematuritas.
Selama proses terlepasnya retina, perdarahan dari pembuluh darah retina yang kecil bisa
menyebabkan kekeruhan pada bagian dalam mata yang dalam keadaan normal terisi oleh
humor vitreus. Jika terjadi pelepasan makula, akan terjadi gangguan penglihatan pusat lapang
pandang.
Faktor resiko terjadinya ablasio retina adalah:
Rabun dekat
Riwayat keluarga dengan ablasio retina
Diabetes yang tidak terkontrol
Trauma.
2.3.3 Tanda dan gejala
a.
Gejala Dini : Floaters dan fotopsia.
b.
Gangguan lapangan Pandang
c.
Melihat seperti tirai.
d.
Visus menurun tanpa disertai rasa nyeri.
e.
Pada pemeriksaan fundus okuli : tampak retina yang terlepas berwarna pucat
dengan pembuluh darah retina yang berkelok kelok disertai / tanpa robekan retina
2.3.4 Patofisiologi
Longgarnya perlekatan antara epitel pigmen dan retina menyebabkan keduanya bisa
terlepas satu terhadap yang lain, sehingga cairan bisa terkumpul diantaranya. Cairan tersebut
biasanya berasal dari bagian badan kaca yang cair yang dengan bebas melewati lubang di
retina menuju kedalam rongga yang terbentuk karena terlepasnya epitel pigmen dari retina
tersebut (Daniel Vaughan dan Taylor Asbury, 1995 : 205).
Penyebab ablasio retina pada orang muda yang matanya tampak sehat dan refraksi
lensanya normal adalah karena adanya kelemahan perlekatan bagi retina untuk melekat
dengan lapisan dibawahnya. Kelemahan yang biasanya tidak terdiagnosis letaknya di
pinggiran bawah retina. Kadang-kadang di tempat yang sama terdapat kista retina kecil. Jika
pinggiran retina terlepas dari perlekatannya maka akan terbentuk suatu lubang seperti yang
disebutkan diatas (Robert Youngson, 1985 : 120).
Pada ablasio retina, bagian luar retina yang sebelumnya mendapat nutrisi dari
pembuluh darah koriokapiler tidak lagi mendapat nutrisi yang baik dari koroid. Akibatnya
akan terjadi degenerasi dan atropi sel reseptor retina. Pada saat degenerasi retina terjadi
kompensasi sel epitel pigmen yang melakukan serbukan sel ke daerah degenerasi. Akibat
reaksi kompensasi akan terlihat sel epitel pigmen di depan retina.Selain itu juga akan terjadi
penghancuran sel kerucut dan sel batang retina. Bila degenerasi berlangsung lama, maka sel
pigmen akan bermigrasi ke dalam cairan sub retina dan ke dalam sel reseptor kerucut dan
batang.

a.
b.
c.

a.
b.
c.

Bila pada retina terdapat ruptur besar maka badan kaca akan masuk ke dalam cairan
sub retina. Apabila terjadi kontak langsung antara badan kaca dan koroid maka akan terjadi
degenerasi koroid. Apabila terjadi degenerasi sel reseptor maka keadaan ini akan berlanjut ke
dalam jaringan yang lebih dalam, yang kemudian jaringan ini diganti dengan jaringan glia.
Apabila proses diatas belum terjadi dan ablasio retina ditemukan dini dan kemudian
kedudukan retina dikembalikan ke tempat asalnya, maka akan terjadi pengembalian
penglihatan yang sempurna (Dr Sidarta Illyas, 1984 : 108).
2.3.5 PENCEGAHAN
Gunakan kaca mata pelindung untuk mencegah terjadinya trauma pada mata.
Penderita diabetes sebaiknya mengontrol kadar gula darahnya secara seksama.
Jika anda memiliki resiko menderita ablasio retina, periksakan mata minimal setahun
sekali.
2.3.6 Diagnosis Banding
Retiniskisis
: Terlihat lebih transparan
Separasi khoroid
: Terlihat lebih gelap, dapat melewati ora serrata
Tumor khoroid
: Perlu pemeriksaan USG
2.3.7 Penatalaksanaan
a.
Penderita tirah baring sempurna
b.
Mata yang sakit ditutup dengan bebat mata.
c.
Pada penderita dengan ablatio retina non rhegmatogenous, jika penyakit
primernya sudah diobati tetapi masih terdapat ablatio retina, dapat dilakukan operasi
cerclage.
d.
Pada ablatio retina rhegmatogenous :
Foto kogulasi retinal : Bila terjadi robekan retina tetapi belum terjadi separasi retina.
Plobage lokal : dengan silocone sponge dijahitkan pada episklera pada daerah robekan
retina.
Membuat radang steril pada khoroid dan epithel pigmen pada daerah robekan retinal
dengan jalan :
i.
Pendinginan
ii. Diatermi
Operasi cerlage : Operasi dikerjakan untuk mengurangi tarikan badan kaca. Pada keadaan
cairan sub retina yang cukup banyak, dapat dilakukan punksi lewat sklera.

a.
b.
c.

d.

Operasi ablasio retina tersebut antara lain :


Elektrodiatermi
Dengan menggunakan jarum elektroda, melalaui sclera untuk memasukkan cairan subretina
dan mengeluarkan suatu bentuk eksudat dari pigmen epithelium yang menempel pada retina.
b.
Sclera Buckling
Suatu bentuk tehnik dengan jalan sclera dipendekkan, lengkungan terjadi dimana kekuatan
pigmen epithelium lebih menutup retina, mengatasi pelepasan retina dan menempatkan posisi
semula, maka sebuah silikon kecil diletakkan pada sclera dan diperkuat dengan membalut
melingkar. Peralatan tersebut dapat mempertahankan agar retina tetap berhubungan dengan
koroid dan sclera eksudat dari pigmen epithelium lebih menutup sclera.
c.
Photocoagulasi
a.

d.

e.

2.3.8

a.
1)

2)

3)

b.

Suatu sorotan cahaya dengan laser menyebabkan dilatasi pupil. Dilakukan dengan
mengarahkan sinar laser pada epithelium yang mengalami pigmentasi. Epithelium menyerap
sinar tersebut dan merubahnya dalam bentuk panas. Metode ini digunakan untuk menutup
lubang dan sobekan pada bagian posterior bola mata.
Cyro Surgery
Suatu pemeriksaan super cooled yang dilakukan pada sclera, menyebabkan kerusakan
minimal seperti suatu jaringan parut, pigmen epithelium melekat pada retina.
Cerclage
Operasi yang dikerjakan untuk mengurangi tarikan badan kaca. Pada keadaan cairan retina
yang cukup banyak dapat dilaksanakan phungsi lewat sclera.
Dampak Masalah
Gangguan penglihatan merupakan masalah utama yang muncul pada pasien dengan
ablasio retina. Adanya gangguan ini secara langsung dapat menimbulkan berbagai masalah
pada pola hidup pasien sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang holistik. Berbagai masalah yang
muncul, antara lain :
Bagi Individu
Pola aktifitas dan pergerakan tubuh
Pasien ablasio retina post operasi harus banyak beristirahat dan mengurangi aktifitas
yang dapat memperburuk kondisi kesehatannya.
Pola kognitif dan sensori
Adanya gangguan sensori persepsi visual dapat menimbulkan keluhan kesukaran
untuk membaca, melihat, dan lain sebagainya pada diri pasien.
Pola penanggulangan stress
Emosi dan kondisi psikis pasien ablasio retina akan menjadi labil. Pada pasien akan
muncul rasa cemas dan kekhawatiran akan kehilangan penglihatannya.
4) Pola persepsi diri
Kecemasan dapat timbul pada pasien ablasio retina, juga dapat muncul rasa khawatir
dan takut akibat penurunan tajam penglihatannya.
5) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Dengan keadaannya, maka pada pasien ablasio retina dapat timbul perubahan tentang
penatalaksanaan kesehatannya sehingga dapat menimbulkan masalah dalam merawat diri
sendiri.
6) Pola hubungan inter personal
Dengan kondisi kesehatannya, maka dapat timbul isolasi sosial pada diri pasien.
7) Pola tidur dan istirahat
Dengan kondisi psikis yang labil maka pasien dapat mengalami gangguan pola tidur
dan istirahat.
Bagi keluarga
Dengan sakitnya salah satu anggota keluarga, maka akan mempengaruhi kondisi
psikologis seluruh anggota keluarga.
Biaya pengobatan yang mahal, perilaku pasien yang sulit untuk bekerjasama,
kurangnya pengetahuan anggota keluarga yang lain dalam merawat pasien juga merupakan
masalah tersendiri bagi keluarga.

2.4 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


2.4.1 Asuhan Keperawatan
Suatu sistem dalam merencanakan pelayanan asuhan keperawatan yang mempunyai
empat tahapan yang terdiri dari pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi
(Lismidar,1990).
2.4.2 Pengkajian
Merupakan tahap awal dari landasan proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri
dari tiga kegiatan yaitu, pengumpulan data, pengelompokan data, dan perumusan diagnosis
keperawatan (Lismidar, 1990).
a.
Pengumpulan data
1)
Identitas pasien
Meliputi nama, umur untuk mengetahui angka kejadian pada usia keberapa, jenis
kelamin untuk membandingkan angka kejadian antara laki-laki dan perempuan, pekerjaan
untuk mengetahui apakah penderita sering menggunakan tenaga secara berlebihan atau tidak.
2)
Riwayat penyakit sekarang
Pada pengkajian ini yang perlu dikaji adanya keluhan pada penglihatan seperti
penglihatan kabur, melihat kilatankilatan kecil, adanya tirai hitam yang menutupi area
penglihatan, adanya penurunan tajam penglihatan.
3)
Riwayat penyakit dahulu
Adakah riwayat penyakit dahulu yang diderita pasien yang berhubungan dengan
timbulnya ablasio retina yaitu adanya miopi tinggi, retinopati, trauma pada mata.
4)
Riwayat penyakit keluarga
Adakah anggota keluarga lain yang mengalami penyakit seperti yang dialami pasien
dan miopi tinggi.
5)
Riwayat psikososial dan spiritual
Bagaimana hubungan pasien dengan anggota keluarga yang lain dan lingkungan
sekitar sebelum maupun sesudah sakit. Apakah pasien mengalami kecemasan, rasa takut,
kegelisahan karena penyakit yang dideritanya dan bagaimana pasien menggunakan koping
mekanisme untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
6)
Pola-pola fungsi kesehatan
Masalah yang sering muncul pada pasien dengan post ablasio retina apabila tidak
terdapat komplikasi, adalah sebagai berikut :
(a) Pola persepsi dan tata laksana hidup
Bagaimana persepsi pasien tentang hidup sehat, dan apakah dalam melaksanakan
talaksana hidup sehat penderita membutuhkan bantuan orang lain atau tidak.
(b) Pola tidur dan istirahat
Dikaji berapa lama tidur, kebiasaan disaat tidur dan gangguan selama tidur sebelum
pelaksanaan operasi dan setelah palaksanaan operasi. Juga dikaji bagaimana pola tidur dan
istirahat selama masuk rumah sakit.
(c) Pola aktifitas dan latihan
Apa saja kegiatan sehari-hari pasien sebelum masuk rumah sakit. Juga ditanyakan
aktifitas pasien selama di rumah sakit, sebelum dan setelah pelaksanaan operasi.
(d) Pola hubungan dan peran
Bagaimana hubungan pasien dengan lingkungan sekitarnya. Apakah peranan pasien
dalam keluarga dan masyarakat. Juga ditanyakan bagaimana hubungan pasien dengan pasien
lain dirumah sakit,sebelum dan setelah pelaksanaan operasi.

(e)

(f)

(g)

7)
a)
b)

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

(1)
(2)
(1)

(2)
b.

c.

Pola persepsi dan konsep diri


Bagaimana body image, harga diri, ideal diri, dan identitas diri pasien. Apakah ada
perasaan negatif terhadap dirinya. Juga bagaimana pasien menyikapi kondisinya setelah
palaksanaan operasi.
Pola sensori dan kognitif
Bagaimana daya penginderaan pasien. Bagaimana cara berpikir dan jalan pikiran
pasien.
Pola penanggulangan stress
Bagaimana pasien memecahkan masalah yang dihadapi dan stressor yang paling
sering muncul pada pasien.
Pemeriksaan
Status kesehatan umum
Bagaimana keadaan penyakit dan tanda-tanda vitalnya.
Pemeriksaan mata
Pemeriksaan pada mata dibagi berdasarkan segmen-segmen, yaitu :
Pemeriksaan segmen anterior :
Adanya pembengkakan pada palpebrae atau tidak, biasanya pada klien post operasi ablasio
retina, palpebraenya akan bengkak.
Keadaan lensa, bila tidak ada konplikasi lain, maka keadaan lensanya adalah jernih.
Bagaimana keadaan pupilnya, pupil pada klien ablasio retina yang telah masuk rumah sakit
akan melebar sebagai akibat dari pemberian atropin.
Kamera Okuli Anteriornya biasanya dalam.
Bagaimana keadaan konjungtivanya, biasanya pasien post operasi akan mengalami
hiperemi pada konjungtivanya.
Pemeriksaan segmen posterior
Corpus vitreum ada kelainan atau tidak.
Ada atau tidak pupil syaraf optiknya.
Pemeriksaan diagnostik
Visus, untuk mengetahui tajam penglihatan, adakah penurunan atau tidak dan untuk
mengetahui sisa penglihatan yang masih ada. Pengujian ini dengan menggunakan kartu
snelen yang dibuat sedemikian rupa sehingga huruf tertentu yang dibaca dengan pusat optik
mata membentuk sudut 500 untuk jarak tertentu. Pada ablasio retina didapatkan penurunan
tajam penglihatan.
Fundus kopi, untuk mengetahui bola mata seperti warna retina, keadaan retina, reflek dan
gambaran koroid.
Analisis data
Setelah pengumpulan data dilakukan, kemudian data tersebut dikelompokkan dan
dianalisis. Data tersebut dikelompokkan menjadi dua jenis. Yang pertama adalah data
subyektif, yaitu data yang diungkapkan oleh pasien dan data obyektif, yaitu data yang
didasarkan pada pengamatan penulis. Data tersebut dikelompokkan berdasarkan peranannya
dalam menunjang suatu masalah, dimana masalah tersebut berfokus kepada pasien dan
respon yang tampak pada pasien.
Diagnosa keperawatan pre operasi yang mungkin terjadi :
1. Perubahan persepsi sensori melihat berhubungan dengan efek dari lepasnya saraf sensori
dari retina.
Tujuan :

1.

Tidak terjadi kehilangan penglihatan yang berlanjut.


Kriteria Hasil :
- Klien memahami pentingnya parawatan yang intensif/bedrest total.
- Klien mampu menjelaskan resiko yang akan terjadi sehubungan dengan penyakitnya.
Intervensi
:
1. Anjurkan klien untuk bedrest total
R/ Agar lapisan saraf yang telepas tidak bertambah parah.
2. Berikan penjelasan tujuan bedrest total
R/ Agar klien mematuhi dan mengerti maksud pemberian /perlakuan bedrest total.
3. Hindari pergerakan yang mendadak, meng-hentakkan kepala,menyisir,batuk,bersin,
muntah
R/ Mencegah bertamabh parahnya lapisan saraf retina yang terlepas .
4. Jaga kebersihan mata
R/ Mencegah terjadinya infeksi,agar mem permudah pemeriksaan dan tindakan operasi.
5. Berikan obat tetes mata midriatik-sikloplegik dan obat oral sesuai anjuran dokter.
R/
Diharapkan
dengan
pemberian
obat-obat
Kondisi
penglihatan
dapat
dipertahankan/Dicegah agar tidak menjadi parah
2. Ansietas yang berhubungan dengan ancaman kehilangan penglihatan
Tujuan :
Kecemasan berkurang
Kriteria Hasil :
- Klien mampu menggambarkan ansietas dan pola kopingnya.
- Klien mengerti tentang tujuan perawatan yang diberikan/dilakukan.
- Klien memahami tujuan operasi, pelaksanaan operasi, pasca operasi, prognosisnya (bila
dilakukan operasi).
Intervensi :
1. Kaji tingkat ansietas : ringan,sedang,berat,panik
R/ Untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat kecemasan klien sehingga memudahkan
penanganan/pemberian askep se-lanjutnya.
2. Berikan kenyaman dan ketentraman hati
R/ Agar klien tidak terlalu memikirkan penyakitnya.
3. Berikan penjelasan mengenai prosedur perawatan,perjalanan penyakit & progno-sisnya.
R/ Agar klien mengetahui/memahami bahwa ia benar sakit dan perlu dirawat.
4. Berikan/tempatkan alat pemanggil yang mudah dijangkau oleh klien
R/ Agar klien merasa aman dan terlindungi saat memerlukan bantuan.
5. Gali intervensi yang dapat menurunkan ansietas.
R/ Untuk mengetahui cara mana yang efektif untuk menurunkan/mengurangi ansietas.
6. Berikan aktivitas yang dapat menurunkan kecemasan/ketegangan.
R/ Agar klien dengan senang hati melakukan aktivitas karena sesuai dengan keinginannya
dan tidak bertentangan dengan program perawatan.
Resiko terhadap ketidak efektifan penatalaksanaan program teapeutik yang berhubungan
dengan ketidak cukupan pengetahuan tentang aktivitas yang diperbolehkan dan yang dibatasi,
obat-obatan,komplikasi dan perawatan tindak lanjut.
Tujuan :
Klien mampu berintegrasi dengan program terapeutik yang direncanakan/dilakukan untuk
pengobatan, akibat dari penyakit dan penurunan situasi berisiko (tidak aman, polusi).

Kriteria Hasil :
- Klien mengungkapkan ansietas berkurang tentang ketakutan karena ketidak tahuan,
kehilangan kontrol atau kesaahan persepsi.
- menggambarkan proses penyakit, penyebab dan faktor penunjang pada gejala dan aturan
untuk penyakit atau kontrol gejala.
- Mengungkapkan maksud/tujuan untuk melakukan perilaku kesehatan yang diperlukan dan
keinginan untuk pulih dari penyakit dan pencegahan kekambuhan atau komplikasi.
Intervensi :
1. Identifikasi faktor-faktor penyebab yang menghalangi penata laksanaan program terapeutik
yg efektif.
R/ Agar diketahui penyebab yg mengha-langi sehingga dpt segera diatasi sesuai prioritas.
2. Bangun rasa percaya diri.
R/ Agar klien mampu melakukan aktifitas sendiri/dengan bantuan orang lain tanpa
mengganggu program perawatan.
3. Tingkatkan rasa percaya diri dan kemampuan diri klien yang positif.
R/ Agar klien mampu dan mau melakukan/ melaksanakan program perawatan yang
dianjurkan tanpa mengurangi peran ser-tanya dalam pengobatan/ perawatan diri-nya.
4. Jelaskan dan bicarakan: proses penyakit, aturan pengobatan/perawatan,efek sam-ping
prognosis penyakitnya.
R/ Klien mengerti dan menyadari bahwa penyakitnya memerlukan suatu tindakan &
perlakuan yang tidak menyenangkan.
d.
Diagnosis keperawatan post op.
Dari hasil analisis data diatas, dapat dirumuskan menjadi diagnosis keperawatan
sebagai berikut :
1)
Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan luka post operasi ablasio retina.
2)
Potensial terjadi infeksi sehubungan adanya luka operasi ablasio retina.
3)
Gangguan aktifitas pemenuhan kebutuhan diri sehubungan dengan bed rest total.
4)
Adanya kecemasan sehubungan dengan ancaman kehilangan penglihatan.
5)
Gangguan konsep diri (harga diri rendah) sehubungan dengan kerusakan penglihatan.
6)
Potensial terjadi kecelakaan sehubungan dengan penurunan tajam penglihatan.
Perencanaan
Tahap perencanaan meliputi prioritas diagnosis keperawatan, tujuan dilakukan
asuhan keperawatan, dan kriteria hasil yang diharapkan dari pasien serta merumuskan
rencana tindakan keperawatan yang akan terjadi.
Diagnosis Keperawatan Pertama
Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan luka post operasi ablasio retina.
Tujuan
Rasa nyeri pasien hilang atau berkurang sehingga dapat meningkatkan rasa kenyamanan
pasien.
Kriteria Hasil
(1) Secara verbal pasien mengatakan rasa nyaman terpenuhi.
(2) Secara verbal pasien mengatakan rasa nyeri hilang atau berkurang.
Rencana Tindakan
(1) Kolaborasi dengan individu untuk menjelaskan metode apa yang digunakan untuk
menurunkan intensitas nyeri (relaksasi,distraksi)

(2)

Kolaborasi dengan tim dokter untuk memberikan analgesik pada penurunan rasa nyeri yang
optimal.
(3) Pantau tekanan darah setiap 4 jam.
Rasional
(1)Untuk mengetahui keinginan pasien akan jenis tehnik penurun nyeri yang diinginkan pasien.
(2)Tim dokter dapat menentukan menentukan jenis analgesik yang diperlukan pasien.
(3)Rasa nyeri dapat menaikkan tekanan darah pasien.

(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

Diagnosis Keperawatan Kedua


Potensial terjadi infeksi sehubungan dengan adanya luka operasi
Tujuan
Tidak terjadi infeksi pada luka post operasi ablasio retina.
Kriteria Hasil
Pasien mampu melaporkan adanya tanda-tanda infeksi, seperti rasa nyeri, bengkak, panas.
Tidak didapatkan adanya tanda-tanda infeksi.
Rencana Tindakan
Pantau adanya tanda-tanda infeksi seperti, kemerahan, bengkak, nyeri, panas.
Kaji status nutrisi pasien.
Instruksikan pada pasien pada pasien dan keluarga pasien untuk melakukan tindakan
aseptik yang sesuai.
Gunakan tehnik aseptik selama mengganti balutan.
Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian antibiotik.
Rawat luka setiap hari.
Kaji lingkungan pasien yang dapat menimbulkan infeksi.
Rasional
Infeksi yang lebih dini diketahui akan lebih mudah penanganannya.
Pemberian asupan kalori dan protein yang sesuai dengan kebutuhan dapat menunjang
proses penyembuhan pasien .
Untuk mencegah kontaminasi.
Tehnik aseptik dapat mencegah terjadinya infeksi nosokomial.
Tim dokter dapat menentukan jenis antibiotik yang sesuai dengan kondisi pasien.
Rawat luka setiap hari dapat mencegah masuknya kuman.
Kondisi lingkungan pasien yang jelek dapat menimbulkan infeksi nosokomial.
Diagnosis Keperawatan Ketiga
Gangguan aktifitas pemenuhan kebutuhan diri sehubungan dengan bed rest total.
Tujuan
Pasien dapat memenuhi kebutuhan dirinya sesuai dengan kondisinya.

Kriteria Hasil
Secara verbal, pasien mengatakan dapat memenuhi kebutuhan diri yang sesuai dengan
kondisinya.
Rencana Tindakan
(1)
Latih pasien untuk dapat melakukan latihan yang sesuai dengan kondisinya.
(2) Orientasikan lingkungan sekitar kepada pasien.

Rasional
(1) Dengan latihan yang baik, pasien akan mampu memaksimalkan kemampuannya untuk
memenuhi kebutuhannya yang sesuai dengan kondisinya.
(2) Pengenalan pada lingkungan akan membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan dirinya.

(1)
(2)
(3)
(1)
(2)

(5)
(6)

(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
(4)
2)
3)
4)
5)

Diagnosis Keperawatan Keempat


kecemasan sehubungan dengan ancaman kehilangan penglihatan.
Tujuan
Cemas berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil
Pasien mampu menggunakan koping yang efektif.
Pasien tidak tampak murung.
Pasien dapat tidur dengan tenang.
Rencana Tindakan
Monitor tingkat kecemasan pasien melalui observasi respon fisiologis.
Beri informasi yang jelas sesuai dengan tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit yang
dideritanya.
Rasional
Dengan monitor tingkat kecemasan dapat diketahui berapa besar stressor yang dihadapi
pasien.
Pemberian informasi dapat mengurangi kecemasan pasien.
Diagnosis Keperawatan Kelima
Gangguan citra diri sehubungan dengan kerusakan penglihatan.
Tujuan
Pasien dapat mencapai kembali citra diri yang optimal.
Kriteria Hasil
Pasien mampu mengekspresikan tentang perubahan dan perkembangan kearah penerimaan.
Pasien mampu menunjukkan rerspon yang adaptif terhadap perubahan citra diri.
Rencana Tindakan
Sediakan waktu bagi pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
Tingkatkan hubungan dan dorongan dari orang terdekat.
Bantu pasien dalam diskusi dan penerimaan perubahan ketajaman penglihatan.
Dorong kemandirian yang ditoleransi.
Rasional
Hal ini dapat menumbuhkan perasaan pada pasien bahwa masih ada orang yang menaruh
perhatian pada pasien.
Orang terdekat mampu mengangkat kepercaayaan diri pasien.
Dari diskusi yang dilakukan diharapkan pasien dapat mengungkapkan perasaannya dan
dapat mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapi.
Untuk menumbuhkan kepercayaan diri pasien.
Diagnosis Keperawatan Keenam
Potensial terjadi kecelakaan sehubungan dengan penurunan tajam penglihatan.
Tujuan
Tidak terjadi kecelakaan atau cedera pada pasien.

Kriteria Hasil
(1) Tidak terjadi perlukaan pada pasien.
(2) Pasien dapat mengetahui faktor yang dapat menyebabkan perlukaan.
Rencana Tindakan
(1) Periksa adanya perlukaan.
(2) Orientasikan pada pasien lingkungan sekitarnya.
(3) Hindari ketegangan pada pasien.
Rasional
(1) Dengan mengkaji perlukaan dapat mencegah terjadinya perlukaan yang lebih parah.
(2) Diharapakan pasien dapat dapat mengenal lingkungannya sehingga akan mengurangi resiko
terjadinya kecelakaan.
(3) Ketegangan dapat menyebabkan kecelakaan.
Pelaksanaan
Tahap perencaan ini merupakan tindakan keperawatan yang nyata kepada pasien yang
merupakan perwujudan dari segala tindakan yang telah direncanakan pada tahap
perencanaan.
Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang merupakan
tindakan yang kontinu dan melibatkan seluruh tenaga kesehatan yang terlibat dalam
penanganan pasien, termasuk pasien itu sendiri. Pada tahap ini akan kita ketahui sejauh mana
keberhasilan asuhan keperawatan yang kita laksanakan.
Sedangkan hasil yang kita harapkan adalah :
a.
Rasa nyeri pasien berkurang atau hilang sehingga meningkatkan rasa nyaman.
b.
Tidak terjadi infeksi.
c.
Pasien dapat memenuhi kebutuhan dirinya sesuai dengan kondisinya.
d.
Rasa cemas pasien hilang atau berkurang.
e.
Pasien dapat mencapai harga diri yang optimal.
f.
Tidak terjadi pencederaan diri.

Você também pode gostar