Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
31101200266
Manajemen Pencabutan
I.
Penyakit sistemik yang dapat mempengaruhi perdarahan pasca pencabutan
1. Penyakit kardiovaskuler
Pada penyakit kardiovaskuler, denyut nadi pasien meningkat, tekanan darah pasien naik
menyebabkan bekuan darah yang sudah terbentuk terdorong sehingga terjadi perdarahan.
2. Hipertensi
Bila anestesi lokal yang kita gunakan mengandung vasokonstriktor, pembuluh darah akan
menyempit menyebabkan tekanan darah meningkat, pembuluh darah kecil akan pecah,
sehingga terjadi perdarahan. Apabila kita menggunakan anestesi lokal yang tidak
mengandung vasokonstriktor, darah dapat tetap mengalir sehingga terjadi perdarahan
pasca ekstraksi. Penting juga ditanyakan kepada pasien apakah dia mengkonsumsi obatobat tertentu seperti obat antihipertensi, obat-obat pengencer darah, dan obatobatan lain
karena juga dapat menyebabkan perdarahan.
3. Hemofilli
Pada pasien hemofilli A (hemofilli klasik) ditemukan defisiensi factor VIII. Pada hemofilli B
(penyakit Christmas) terdapat defisiensi faktor IX. Sedangkan pada von Willebrands
disease terjadi kegagalan pembentukan platelet, tetapi penyakit ini jarang ditemukan.
4. Diabetes Mellitus
Bila DM tidak terkontrol, akan terjadi gangguan sirkulasi perifer, sehingga penyembuhan
luka akan berjalan lambat, fagositosis terganggu, PMN akan menurun, diapedesis dan
kemotaksis juga terganggu karena hiperglikemia sehingga terjadi infeksi yang memudahkan
terjadinya perdarahan
5. Malfungsi Adrenal
Ditandai dengan pembentukan glukokortikoid berlebihan (Sindroma Cushing) sehingga
menyebabkan diabetes dan hipertensi.
6. Pemakaian obat antikoagulan
Pada pasien yang mengkonsumsi antikoagulan (heparin dan walfarin) menyebabkan PT
dan APTT memanjang. Perlu dilakukan konsultasi terlebih dahulu dengan internist untuk
mengatur penghentian obat-obatan sebelum pencabutan gigi.
II.
Teknik pencabutan gigi sederhana :
Posisi
Untuk mendapatkan tekanan terrkontrol pasien dan operator harus enempati posisi
tertentu yang etrkadang harus merelakan posisi kenyamanan pasien.
Pencabutan gigi atas sebaiknya dilakukan pada posisi pasien relative lebih tinggi (di
atas dataran siku) dan duduk pada kursi setengah menyandar.
Pada pencabutan gigi rahang bawah posisi pasien sebaiknya relative lebih rendah
dari pasien (di bawah adataran siku) dan posisi tegak. Untuk mencabut gigi gigi rahang
bawah anterior, rahang bawah kiri, posisi operator ada di kanan depan pasien. Rahang
bawah kanan, dibelakang kanan pasien.
Penggunaan Tang
1. Posisi telapak tangan
Tang dipegang dengan posisi telapak tangan menghadap kebawah untuk
pencabutan gigi bawah dan menghadap ketas utntuk gigi pada rahang atas. Tindakan ini
memungkinkan terjadinya posisi pergelangan lurus dan dan siku mendekati badan.
2. Pinch Grasp
Teknik penggunaan elevator atau tang yang efektif tergantung pula pada retraksi
pipi atau bibir dan stabilitas prosesus alveolaris. Pinch grasp dugunakan saat
pencabutan gigi rahang atas. Pinch drasp dilakukan dengan cara memegang prosesus
alveolaris di antara ibu jari dan telunjuk dengan tangan yang bebas. Ini akan
memebantu retraksi pipi, stabilitas kepala, mendukung prosesus alveolaris dan meraba
tulang bukal. Perluasa dataran bukal alveolar (labial) mudah teraba, sehingga dapat
dinilai apakah tekanan perlu ditambah atau dikurangi.
3. Sling grasp
Sling grasp mandibula memungkinkan retraksi pipi/lidah, memberikan dukungan
mandibula. Dukungan diperoleh dari memegang mandibula diantara ibu jari dan jari
telunjuk.
4. Pegangan dua tangan
Diindikasikan untuk pencabutan yang mempunyai tingkat kesulitan tertentu
sehingga memerlukan control tekanan yang besar atau memang untuk operator dengan
kekuatan fisik yang kurang. Memegang dengan kedua tangan sesuai hadap telapak
tangan.
Gerakan Pencabutan
- Luxasi
Gerakan arah lingual-labial atau lingo-bucal atau palato-labial atau palato bucal
- Rotasi
Gerakan memutar yang diputar sejajar sumbu gigi yang bersangkutan
- Gerakan kombinasi
Gerakan yang digabung antara luxasi dan rotasi
- Gerakan extraksi
Kontraindikasi
Menurut Laskin (1985)
1. Pada penderita NUG atau herpetic gingivostimatitis
2. Gigi pada area radiasi karena ditakutkan akan mengalami osteonecrosis
3. Pasien dengan penyakit sistemik tidak terkontrol atau blood dyscrasis
Starshak (1980) mebagi kontraindikasi pencabutan menjadi kontraindikasi pencabutan
local dan sistemik:
Kontraindikasi local:
1. Infeksoi dental akut harus dievaluasi sesuai kondisi pasien. Pasien dengan infeksi dental
yang desartai demam berbeda penanganannya pada pasien yang tidak disertai demam.
2. Perawatan infeksi perikoronal berbeda dengan perawatan abses apical. Pada kasus
abses apical drainase fapat dilakukan melalui pencabutan gigi. Berbeda dengan kasus
infeksi perikoronal, pencabutan pada fase akut dapat menyebabkan penyebaran infeksi
yang menyebar.untuk kasus ini lebih sering dilakukan insisi abses kemudian diirigasi,
diberi antibiotuk selama 24-72 jam sebelum dilakukan ekstraksi gigi.
Kontraindikasi sitemik:
1. Penyakit medis yang tidak terkontrol seperti hipertensi, coronary artery diseases,
kelainan jantung, anemia, leukemia, blood dyscriasis seperti hemophilia membutuhkan
menejemen medis sebelum dilakukan pencabutan.
2. Pasien yang terlalu muda maupun terlalu tua. Pasien yang terlalu muda biasanya
memiliki masalah dalam pemberian sedasi sedangkan pada pasien yang terlalu tua
memiliki masalah dalam nitrisi dan penyembuhan.
3. Neurosis dan pshycoses merupaka kontraindikasi yang cenderung menyulitkan
perawatan dental.
4. Kehamilan merupakan kontra indikasi fisologis.
5. Kelainan darah. Pasien yang mengidap kelainan darah seperti leukemia, haemoragic
purpura, hemophilia dan anemia
6. Diabetes melitus tidak terkontrol sangat mempengaruhi penyembuhan luka.
7. Pasien dengan penyakit ginjal (nephritis) pada kasus ini bila dilakukan ekstraksi gigi
akan menyebabkan keadaan akut
8. Penyakit hepar (hepatitis).
9. Pasien dengan penyakit syphilis, karena pada saat itu daya tahan terutama tubuh sangat
rendah sehingga mudah terjadi infeksi dan penyembuhan akan memakan waktu yang
lama.
10. Alergi pada anastesi lokal
(source: UI, USU)
IV.
(source: UI)
V.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
VI.
Teknik Pencabutan Gigi Akar Tunggal (Dym, 2001, Gans, 1972 ,Peterson, 2003)
Teknik pencabutan open method extraction dilakukan pada gigi akar tunggal jika
pencabutan secara intra alveolar/ pencabutan tertutup mengalami kegagalan, atau fraktur
akar dibawah garis servikal. Tahap pertama teknik ini adalah membuat flap mukoperiostal
dengan desain flap envelope yang diperluas ke dua gigi anterior dan satu gigi posterior atau
dengan perluasan ke bukal/labial.
Setelah flap mukoperiostal terbuka secara bebas selanjutnya dilakukan
pengambilan tulang pada daerah bukal/labial dari gigi yang akan dicabut, atau bisa juga
diperluas kebagian posterior dari gigi yang akan dicabut. Jika tang akar/ elevator
memungkinkan masuk ke ruang ligamen periodontal, maka pengambilan dapat digunakan
tang sisa akar atau bisa juga menggunakan elevator dari bagian mesial atau bukal gigi yang
akan dicabut. Jika akar gigi terletak di bawah tulang alveolar dan tang akar/ elevator tidak
dapat masuk ke ruang ligamen periodontal maka diperlukan pengambilan sebagian tulang
alveolar. Pengambilan tulang diusahakan seminimal mungkin untuk menghindari luka
bedah yang besar.
Teknik Pencabutan Gigi Akar Multipel Atau Akar Divergen (Dym, 2001, Gans, 1972
,Peterson, 2003)
Pencabutan gigi akar multipel dan akar divergen perlu pengambilan satu persatu
setelah dilakukan pemisahan pada bifurkasinya. Pertama pembuatan flap mukoperiostal
dengan desain flap envelop yang diperluas. Selanjutnya melakukan pemotongan mahkota
arah linguo-bukal dengan bur sampai akar terpisahkan. Pengangkatan akar gigi beserta
potongan mahkotanya satu-persatu dengan tang.
mengikuti bentuk akar gigi. Pengangkatan akar bisa dengan tang akar atau elevator. Flap
mukoperiostal yang dibuat berbentuk flap envelope yang diperluas ke arah bukal/ labial
(Gans, 1972)
Obat yang diberikan kepada penderita hipertensi dan DM pasca pencabutan gigi
Obat Antihipertensi Dikenal lima kelompok obat lini pertama (first line drug) yang
digunakan untuk pengobatan awal hipertensi yaitu : diuretik, penyekat reseptor beta
adrenergik (-blocker), penghambat angiotensin converting enzyme (ACE-inhibitor),
penghambat reseptor angiotensin (Angiotensin-receptor blocker, ARB), dan antagonis
kalsium.19
1. Diuretik Mekanisme kerja : Diuretik menurunkan tekanan darah dengan
menghancurkan garam yang tersimpan di alam tubuh. Pengaruhnya ada dua tahap yaitu :
(1) Pengurangan dari volume darah total dan curah jantung; yang menyebabkan
meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer; (2) Ketika curah jantung kembali ke
ambang normal, resistensi pembuluh darah perifer juga berkurang. Contoh antihipertensi
dari golongan ini adalah Bumetanide, Furosemide, Hydrochlorothiazide, Triamterene,
Amiloride, Chlorothiazide, Chlorthaldion.
2. Penyekat Reseptor Beta Adrenergik (-Blocker) Berbagai mekanisme penurunan
tekanan darah akibat pemberian -blocker dapat dikaitkan dengan hambatan reseptor 1,
antara lain : (1) penurunan frekuensi denyut jantung dan kontraktilitas miokard sehingga
menurunkan curah jantung; (2) hambatan sekresi renin di sel jukstaglomeruler ginjal
dengan akibat penurunan Angiotensin II; (3) efek sentral yang mempengaruhi aktivitas
saraf simpatis, perubahan pada sensitivitas baroresptor, perubahan neuron adrenergik
perifer dan peningkatan biosentesis prostasiklin. Contoh antihipertensi dari golongan ini
adalah Propanolol, Metoprolol, Atenolol, Betaxolol, Bisoprolol, Pindolol, Acebutolol,
Penbutolol, Labetalol.
3. Penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE-Inhibitor) Kaptopril merupakan
ACE-inhibitor yang pertama banyak digunakan di klinik untuk pengobatan hipertensi dan
gagal jantung.19 Mekanisme kerja : secara langsung menghambat pembentukan
Angiotensin II dan pada saat yang bersamaan meningkatkan jumlah bradikinin. Hasilnya
berupa vasokonstriksi yang berkurang, berkurangnya natrium dan retensi air, dan
meningkatkan vasodilatasi (melalui bradikinin).20 Contoh antihipertensi dari golongan ini
adalah Kaptopril, Enalapril, Benazepril, Fosinopril, Moexipril, Quianapril, Lisinopril.
4. Penghambat Reseptor Angiotensin Mekanisme kerja : inhibitor kompetitif dari resptor
Angiotensin II (tipe 1). Pengaruhnya lebih spesifik pada Angiotensin II dan mengurangi atau
sama sekali tidak ada produksi ataupun metabolisme bradikinin. 20 Contoh antihipertensi
Obat Antidiabetes
Sulfonilurea
Obat ini merangsang sel beta pankreas untuk memproduksi insulin. terbagi menjadi berapa
golongan, antara lain :
1. Kelas A: hipoglikemik kuat glibenklamid, nama merk dagangnya euglukon,
daonil dengan sediaan 5mg pertablet. diberikan maksimal 3tablet diberikan pagi dan
siang klorpropamid, nama merk dagangnya diabinase dengan sediaan 100 dan 250 mg
per tablet, dosis maksimal 2 tablet diberikan pagi hari
2. Kelas B: untuk diabetes melitus disertai kelainan ginjal dan hepar.glikuidon, nama merk
dagangnya glerenorm, glidiab, lodem, fordab,
dengan sediaan 30 mg
per
komplikasi diabetes
melitus
makroangiopati.
nama
merk
Biguanid
obat
ini
berefek
pada reseptor
insulin
(uptake
glukosa
di
perifer),
menurunkan fibrinogen plasma, tidak punya efek sentral pada pancreas, antara
lain metformin, nama merk dagangnya glucophage, buformin, diabex, neodipar. sediaannya
500 mg per tablet. dosis 500-3000 mg perhari. obat ini dapat menyebabkan perut tidak
nyaman. sehingga pemberiannya sebaiknya sesudah makan. hati-hati pada pasien dengan
kelainan hepar dan ginjal.
Golongan spesifik
Acarbose (alfa-glukosidase inhibitor), obat ini menghambat absorbsi glukosa di usus. nama
merk dagangnya glucobay, eclid sediaannya 50 mg dan 100 mg. diberikan setelah suapan
pertama saat makan. efek samping yang sering : perut terasa kembung dan sering buang
angin (flatus) sitagliptin (suatu DPP-4 inhibitor), obat ini bekerja meningkatkan dan
memperpanjang hormon incretin, dengan mengnonaktifkan enzim DPP-4. hormon incretin
meningkatkan sintesis dan sekresi insulin pada sel beta pankreas dan menurunkan sekresi
glukagon pada sel alfa pankreas. nama merk dagangnya januvia. sediaan 25 mg, 50 mg dan
100 mg. dosis yang diberikan maksimal 400 mg/hari. dosis disesuaikan juga terdapat
gangguan ginjal.
Repaglinide, obat ini bekerja meningkatkan sekresi insulin dengan menghambat ATPpotassium-channel pada sel beta pankreas sehingga meningkatkan kalsium intrasel dan
merangsang pelepasan insulin dari sel beta pankreas. nama merk dagangnya prandin,
sediaan 0,5 mg, 1 mg dan 2 mg. dosis awal 0,5 mg diberikan 15 menit sebelum makan.
dititrasi maksimal 4 mg. dosis maksimal tidak melebihi 16 mg /hari.
1. Anastesi local :
-
2.
-
3.
-
4.
-
Lidocain spray
Etil clorid spray
Hemostatik:
Asam traneksamad diberi sesudah operasi
Analgetik
Asam mefenamat (drug of choice)
Paracetamol
Antalgin
Ponstan
Antibiotic
Amoksisilin
Clyndamicyin
Sefalosporin
Erytromicyin
5.
-
6.
-
7.
-
Tetrasiklin
Chloramfenicol
Antiinflamasi
Nonflamin kataflam
Antihistamin
CTM
Kortikosteroid
Dexamethasone
(source: USU)