Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
User
[Course title]
Motivasi agen
Distribusi risiko secara efisien
Informasi dikatakan bernilai jika informasi tersebut dapat memperbaiki alokasi sumber daya
dan risiko dalam perekonomian. Hal ini dilakukan dengan cara mengurangi ketidakpastian.
Ketidakpastian dalam teori agensi ini dikalsifikasikan menjadi dua hal. Ex ante dan Ex post. Ex ante
(sebelum) adalah ketidakjelasan yang terjadi pada saat keputusan akan dibuat. Sedangkan Ex post
merupakan ketidakjelasan yang terjadi setelah keputusan dibuat dan hasilnya telah direalisasikan.
Atkinson dan Feltham memandang peran standarisasi sebagai salah satu identifikasi situasi
dimana peningkatan kesejahteraan dapat diperoleh dari aturan laporan keuangan yang telah
diberikan. Oleh karena itu, dalam pandangan ini, konsekuensi ekonomi atas standar akuntansi
memegang peranan penting.
Teori agensi memberikan kerangka kerja dalam mempelajari kontrak antara pemilik modal
dengan agen manajer dan memprediksi konsekuensi ekonomi dari standar. Lebih jauh, advokat
berpendapat laporan yang disyaratkan cenderung menciptakan produksi berlebihan terhadap
informasi. Karena biaya produksi atas informasi tidak dikeluarkan oleh pengguna, pengguna akan
terus melakukan permintaan atas informasi. Pihak yang berkewenangan seperti IASB mungkin akan
salah mengarahkan karena permintaan berlebihan ini dan akhirnya memberikan aturan untuk
memberikan disclosure informasi lebih dari yang dibutuhkan. Hal ini menciptakan adanya standar
overload yang dikeluhkan oleh perusahaan dan akuntan.
3. Theories of Regulation
a. Public Interest Theory
Alasan ekonomi yang paling utama atas intervensi pemerintah pada operasi di berbagai pasar
adalah kegagalan pasar. Dalam kerangka teori ini, aturan yang dibuat oleh legislatif cenderung
untuk melindungi kepentingan konsumen dengan menstabilkan peningkatan kinerja ekonomi.
Potensi kegagalan pasar terjadi ketika terdapat kegagalan pada salah satu kondisi yang
diperlukan agar kegiatan operasi dalam pasar persaingan sempurna dapat tetap berjalan.
Contoh kegagalan tersebut adalah :
Tidak adanya persaingan (untuk pasar monopoli, oligopoli)
Adanya halangan untuk masuk ke pasar
Adanya asimetri informasi antara pembeli dan penjual atau beberapa sinyal pasar (contoh :
reputasi penjual)
Sifat asli public good beberapa barang dimana ketetapannya hanya untuk beberapa
individu (individu tertentu) namun public good ini juga tersedia untuk individu-individu
lainnya dalam jumlah yang sama dan tidak ada biaya (costlessly). Kegagalan pasar terjadi
disini karena penetapan harga secara normal tidak berfungsi di dalam pasar.
Teori kepentingan publik berdasarkan pada asumsi bahwa pasar ekonomi merupakan subjek
terhadap rangkaian ketidaksempurnan pasar atau kegagalantransaksi dimana jika ini dibiarkan
salah terus menerus akan mengakibatkan hasil yang tidak sama dan tidak efisien.
b. Regulatory Capture Theory
Teori ini menganggap bahwa walaupun tujuan asli dari dibuatnya peraturan adalah untuk
melindungi kepentingan umum, namun tujuan ini sebenarnya tidak dapat tercapai karena
dalam prosesnya, pihak pelaksana peraturan tersebut cenderung untuk mengatur atau
mendominasi para pembuat peraturan itu sendiri.
Applying Theory to Accounting Regulation | 2
Teori ini mengasumsikan bahwa peraturan menjadi sebuah eksistensi sebagai hasil dari
tanggapan pemerintah terhadap permintaan public untuk memperbaiki segala bentuk
ketidakefisiensian atau ketidaksamaan praktik yang dilakukan oleh individu ataupun organisasi
(strongly challenged by Stigler in 1971). Tantangan Stigler adalah pemerintah memiliki satu
sumber daya dasar yang tidak dibagikan bahkan kepada warga yang paling kuat sekalipun : the
power to coerce. The power to coerce ini merupakan sumber daya potensial untuk
mengancam firma bisnis dimana dengan kekuatan tersebut dapat melarang atau memaksa
untuk menyediakan atau mengambil pajak dan subsidi, dengan kata lain pemerintah dapat
menolong atau bahkan mencelakai berbagai bisnis.
Stigler berpendapat bahwa kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan peraturan relative
berhubungan dengan kekuatan politik dari beberapa kepentingan kelompok. Interaksi mereka
adalah dengan para politikus dimana para politikus tersebut bersifat tidak netral. Politikus
cenderung memaksimalkan kesempatan mereka untuk kesuksesan kampanye masa depan.
Esensi dari transaksi ini dalam pasar politik adalah untuk mentransfer kesejahteraan dengan
para pemilih dari sisi permintaan dan wakil politik mereka dari sisi penawaran.
Teori ini percaya bahwa terdapat pasar dengan regulasi yang sama yaitu kekuatan supply dan
demand yang beroperasi dalam pasar modal. Dalam pasar politik ini, banyak terdapat bidder
(penawar). Namun hanya satu kelompok yang akan berhasil, yaitu kelompok dengan
penawaran tertinggi. Biasanya, produsen merupakan kelompok dengan tawaran (bid) tertinggi
sehingga mereka dapat menggunakan kewenangan pemerintah untuk mengambil manfaat
sendiri.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, produsen merupakan kelompok dengan tawaran
tertinggi, sehingga otomatis konsumen merupakan kelompok dengan tawaran paling rendah.
Hal ini disebabkan oleh dua hal, yaitu :
o Cost of organization
o Information cost
Pernyataan dasar dari teori kepentingan pribadi ini adalah bahwa terdapat hukum diminishing
returns dalam hubungan antara ukuran kelompok dan biaya untuk mengunakan proses politik.
Teori ini percaya bahwa peraturan bukan merupakan hasil dari respon pemerintah atas
permintaan public melainkan untuk melayani kepentingan pribadi beberapa kelompok dan
dibuat serta dijalankan untuk mengambil keuntungan diri sendiri.
Bahkan jika suatu kelompok memiliki insentif, tetap terdapat suatu mekanisme dimana
kelompok tersebut dapat memperoleh dan menggunakannya sebagai pengaruh. Asumsi kedua
Stigler adalah bahwa pejabat pemerintah, seperti eksekutif bisnis atau konsumen, yang secara
rasional mementingkan kepentingannya sendiri. Mereka berusaha memaksimalkan suara
mereka atau kekayaan mereka. Producer kelompok kepentingan pribadi bisa menyediakan
sumber daya ini dengan memberikan sumbangan kampanye dan iklan politik untuk pejabat
terpilih dan peluang menguntungkan untuk berkerja selepas dari pemerintahan.
Sehingga, peraturan dapat dipandang sebagai alat untuk mentransfer keuntungan kepada
kelompok yang well-organised dalam hal subsidi, penetapan harga, pengawasan atas
masuknya pesaing politik, dan lain-lain. Teori ini memprediksikan bahwa pembuat peraturan
akan menggunakan kewenangannya untuk mentransfer pendapatan dari mereka yang tidak
memiliki kekuatan politik kepada mereka yang memiliki kekuatan politik.
tetapi juga datang dari Ministerial Council Australia. Tugas Ministrial Council ini adalah menyetujui
atau tidak menyetujui keputusan yang dibuat ASRB. Keputusan yang tidak disetujui adalah
keputusan yang berisiko mebuat gejolak permasalahan politik.
Rahman berpendapat bahwa bukan capture theory yang terjadi melainkan private interest
theory. Rahman juga berpendapat bahwa Walker tidak memperhatikan siapa saja yang menduduki
jabatan di dalam ASRB. Orang-orang yang menduduki posisi di ASRB sebagian besar adalah para
corporate manager dan direktur perusahaan-perusahaan yang akan sangat terpengaruhi atas
keputusan yang dibuat ASRB. Menurut Rahman, memang para profesi akuntan terpengaruhi oleh
standar yang dikeluarkan ASRB, tetapi yang terpengaruhi dalam kegiatan mereka adalah kegiatan
dalam membuat laporan keuangan saja. Lain hal jika dibandingkan pengaruh yang di alami oleh para
corporate manager dan direktur yang juga menduduki posisi di ASRB. Merekalah orang-orang yang
harus dapat membuat perusahaan tetap memiliki performa baik di mata investor walaupun harus
menghadapi standar laporan keuangan yang dikeluarkan ASRB. Maka ASRB sebenarnya membuat
peraturan yang menguntungkan kepentingan pribadi para pejabat di ASRB.
Keterbatasan teori regulasi ini adalah bahwa mereka tidak saling eksklusif, yaitu, peristiwa
dijelaskan oleh satu teori dapat dijelaskan sama baiknya dengan teori lain. Tidak jelas bahwa
penjelasan tunggal dapat dipertahankan. Sebagai contoh, dalam kaitannya dengan Undang-Undang
Sarbanes-Oxley dapat dikatakan bahwa pemerintah AS terpaksa mengambil tindakan setelah
runtuhnya Enron, untuk menunjukkan bahwa Pemernitah tanggap dan serius mengenai kecukupan
tata kelola perusahaan, pelaporan keuangan pengawasan dan audit. Dengan demikian, teori bunga
swasta mungkin berlaku juga untuk menjelaskan kejadian yang diamati. Teori kepentingan pribadi
memiliki banyak pendukung karena mengakui dasar kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat
dalam regulasi. Hal ini juga cocok dengan pandangan bahwa penetapan standar adalah proses politik.
Pengaturan standar sebagai proses politik
Proses pembuatan standar sering kali di pandang sebagai proses politik karena dampak yang
dihasilkan cukup besar dan pihak-pihak yang terpengaruhi akan berusaha untuk turut campur dalam
pembuatan peraturan itu. Menurut Watts dan Zimmerman, proses politik itu sebenarnya adalah
pihak-pihak yang mengejar dan melindungi self-interest. Maka dalam membuat peraturan akuntansi
yang tentu berdampak politik harus dapat melindungi kepentingan seluruh pihak terutama
kepentingan pengguna laporan keuangan.
Sebagai contoh, sebuah pengakuan melarang standar beban piutang tak tertagih mungkin
disambut oleh perusahaan yang meminjam dan dekat dengan kesepakatan pinjaman yang
mempengaruhi mereka. Di sisi lain, bank-bank besar dengan profil publik yang tinggi mungkin
menolak untuk standar ini karena menyebabkan keuntungan mereka meningkat, understated risiko
mereka, dan meningkatkan eksploitasi yang jelas terhadap pelanggan mereka. Di hadapan
kepentingan yang beragam dan seringkali bertentangan, sebuah badan pembuat keputusan kelompok peraturan - harus menjaga keseimbangan antara mereka dengan membuat pilihan politik.
Bagi mereka keputusan yang mereka buat harus diterima oleh orang-orang yang terkena dampak,
badan pengawas perlu mandat untuk melakukan pilihan sosial; yaitu, perlu legitimasi politik.
Menanggapi ketidakpuasan masyarakat dengan pengaturan standar oleh badan akuntansi
profesional, pemerintah di banyak negara telah menyiapkan pembuat standar independen dalam
upaya untuk menghasilkan standar kualitas tinggi yang memenuhi kebutuhan pengambilan
keputusan pengguna laporan keuangan. Pengaturan standar due process' harus memungkinkan para
pemangku kepentingan untuk berkontribusi terhadap penetapan standar, tetapi juga mencegah satu
pihak, seperti profesi akuntansi, mendominasi proses.
Kerangka kerja konseptual, sebelumnya dikembangkan di Amerika Serikat, Inggris, Kanada dan
Australia, berusaha untuk menyediakan batang tubuh pengaturan standar dengan kerangka kerja
pengembangan standar akuntansi. Independensi pembuat standar nasional telah sukses diterapkan
dalam memproduksi standar akuntansi konseptual untuk mencapai tujuan. Standar baru yang telah
memperluas batas-batas tradisional pelaporan keuangan termasuk yang menggabungkan nilai wajar
dengan metode pengukuran. Namun, ada suatu contoh yang jelas di mana kemajuan menuju posisi
konseptual lebih disukai lambat laun atau di mana politik melobi telah 'tergelincir' oleh standar
akuntansi. Sebuah contoh kebijakan lama adalah masalah penyewaan. Pada G4 + 1 yang melakukan
studi di tahun 1396 yang merekomendasikan pemanfaatan hak milik yang melekat dalam semua
sewa. Pembuat standar telah menyatakan preferensi untuk mengenali sewa di neraca, tetapi sejauh
tidak mampu untuk mengamankan standar yang dapat memuaskan untuk mencapai tujuan ini.
IASB/FASB memiliki penelitian bersama saat ini pada akuntansi sewa, yang melibatkan peninjauan
kembali yang komprehensif dari semua aspek akuntansi sewa guna usaha dan diperkirakan akan
menyebabkan perubahan mendasar dalam akuntansi untuk sewa. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengembangkan pendekatan umum baru untuk akuntansi sewa yang akan memastikan
bahwa semua aset dan kewajiban yang timbul dalam kontrak sewa diakui di neraca.
Peraturan perusahaan sebagai bagian dari sistem hukum yang luas mungkin juga memiliki cara untuk
memonitor kesesuaian dengan persyaratan hukum tersebut. Selain itu, sistem tersebut juga
menyediakan sanksi dan penalti yang mendukung peraturan perusahaan.
Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance)
Tata kelola perusahaan merupakan sebuah struktur, proses, dan institusi di dalam dan
sekitar organisasi yang mengalokasikan kekuatan dan kontrol sumber daya di antara para partisipan.
Beberapa praktik tata kelola perusahaan berasal dari hukum yang mensyaratkan direktur untuk
mengambil tindakan spesifik terkait dengan manajemen perusahaannya. Contohnya, persyaratan
untuk melakukan rapat dengan pemegang saham dan pengungkapan informasi penting mengenai
perusahaan merupakan salah satu tata kelola perusahaan yang tergolong dasar namun sudah punya
kekuatan hukum. Bagaimanapun juga, sebuah kerangka regulasi dapat berisi tambahan pedoman
dan peraturan tata kelola perusahaan yang timbul dari rekomendasi sektor swasta yang diberikan
secara sukarela dan peraturan yang terdaftar dalam bursa saham. Pedoman tata kelola perusahaan
dapat menjadi arahan yang baik bagi direktur untuk mengadopsi mekanisme perusahaan yang tepat
dan sesuai dengan kondisi masing-masing perusahaan. IFAC (The International Federation of
Accountants) merupakan salah satu contoh pedoman dari kode tata kelola perusahaan yang
diterbitkan di Inggris. Persyaratan perusahaan terkait laporan keuangan dapat dilaksanakan oleh
bursa saham atau badan pemerintah yang bertanggung jawab atas pelaksanaan persyaratan
pelaporan keuangan. Sebagai contoh, di Inggris dan Amerika, bursa saham yang disegani
merekomendasikan kesesuaian dengan kode tata kelola perusahaan dan mewajibkan perusahaan
yang tidak sesuai untuk menyediakan penjelasan mengenai alasan mengapa terjadi ketidaksesuaian.
Aturan itu terkenal dengan nama peraturan if not, why not.
Auditor dan Pengawasan (Auditors and Oversight)
Pada beberapa negara, auditor melakukan fungsi penting dalam menyediakan kepastian
mengenai kualitas laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan. Bentuk regulasi yang paling
dasar dari profesi auditor adalah membatasi anggota hanya orang-orang yang punya kualifikasi
tertentu dan pengalaman serta membutuhkan pendaftaran untuk pelatihan. Bentuk regulasi lainnya
adalah dibutuhkannya komitmen dari para anggota profesional terhadap kode etik. Hampir semua
bentuk regulasi tersebut merupakan self-imposed karena seorang profesional setuju mengikuti
keseluruhan peraturan untuk menjaga keistimewaan posisi dan melindungi hak mereka untuk
melakukan praktik sebagai seorang profesional. Contohnya, sektor swasta yang membuat regulasi
sendiri mengenai profesi akuntan merupakan bentuk awal pengawasan terhadap auditor. Badan
profesional telah mengambil peran untuk mengawasi profesi auditor secara serius dengan
menggunakan sumber daya yang tersedia demi mengembangkan standar profesi dalam level
nasional dan internasional. Banyak badan nasional yang mewakili para auditor untuk mengadopsi ISA
(International Standard of Auditing) sebagai sebuah indikasi dari komitmen mereka untuk
menyediakan jasa berkualitas tinggi dan mendemonstrasikan sikap yang tepat kepada semua
anggota profesi. Ruang lingkup tanggung jawab untuk pengawasan auditor melalui badan hukum
menyediakan regulasi yang lebih independen dibandingkan dengan melakukan regulasi sendiri.
Pilihan melalui peraturan hukum dibandingkan regulasi sendiri dapat mencerminkan perbedaan
ekonomi atau politik dalam mengelola pasar modal.
Badan Pelaksana Independen(Independent Enforcement Body)
Applying Theory to Accounting Regulation | 9
Peran badan pelaksana independen dalam regulasi pelaporan keuangan adalah mendukung
kesesuaian dengan regulasi yang mengatur mengenai pelaporan keuangan, yang terdapat dalam
hukum dan standar akuntansi. Badan pelaksana independen merupakan perpanjangan dari
pengajuan pengawasan merupakan bagian dasar dalam kerangka regulasi. Pendirian badan
pelaksana independen terkait dengan adopsi IFRS pada tahun 2005. Seorang regulator pasar
sekuritas merupakan bentuk pengawasan yang paling sering digunakan untuk mengawasi badan
pelaksana independen, contohnya adalah SEC (Security Exchange Commission) di Amerika Serikat.
Badan pelaksana independen dapat memiliki kewajiban dan kekuatan yang luas berkaitan dengan
regulasi pasar sekuritas, yang jauh melebihi dari pengawasan laporan keuangan.
LEARNING OBJECTIVE 4 The Institutional Structure for Setting Accounting & Auditing Standards
Dalamdiskusimengenaikerangkaperaturanpelaporankeuangan (regulatory framework for
financial
reporting),
kitamengetahuibahwasyaratpelaporankeuanganpadadasarnyaberasaldariundangundanghukumdanstandarakuntansi.
Padabagianini,
akandijelaskanmengenaiperkembangandaribadanpembuatstandarinternasional
(international
standard setting body) dan proses pembentukanstandarakuntansidan audit internasional (process of
setting international accounting and auditing standards).
Background
PerkembanganawalstandarakuntansidimulaiketikadibentuknyaInternational
Accounting
Standards
Committee
(IASC)
di
London
padatahun
1973.
Komiteiniberisikanperwakilandaribadanakuntansiprofesionaldarisembilannegara, yaitu Australia,
Kanada, Prancis, Jepang, Meksiko, Belanda, Inggris-Irlandia, Amerika Serikat, danJerman Barat.
Tujuankomiteiniadalahuntukmengembangkanstandarakuntansisektorswasta
yang
cocokuntukdigunkan di negara-negaraseluruhdunia. Sebelumtahun 2005, International Accounting
Standards (IAS) berpengaruh di banyaknegara. Papua New Guinea dan Indonesia mengadopsi IAS
karenanegara-negaratersebutbelummemilikistrukturpembuatstandarnasional.
IAS
jugadigunakanolehSingapurdanHongkongdalampengembanganstandarakuntasinasionalmereka.
Selainitu, ternyata IAS jugatelahdigunakansejakawaltahun 1990 oleh Switzerland danJerman.
Perusahaan-perusahaannegaratersebutmenggunakan
IAS
untukmenyediakaninformasitambahankepadapasertapasar
modal
dalambentuk
yang
lebihtransparandandapatdibandingkan (comparable).
Karena
IASC
dibentukolehnegara-negara
yang
memilikipraktikakuntansidanpendekatanstandarakuntansi yang berbeda, makapadaawalnya IAS
seringmemperbolehkanpilihankebijakanakuntansiuntukmemasukkanpreferensidariberbagainegaraan
ggota. Olehkarenitu, selamaakhirtahun 1980, IASC mulaimengerjakanImprovement Project, yang
tujuannyauntukmeningkatkankualitas IAS danmenghilangkanbanyakperlakukanopsional (optional
treatments).
Padatahun
2001,
IASC
direstrukturisasikarenadianggaptidakindependen,
sehinggadibentukInternational
Accounting
Standards
Board
(IASB).
IASB
inimerupakanbadanpembuatstandar
yang
independendanstrukturnyaberdasarkanFinancial
Accounting Standards Board (FASB). IASB iniberanggotakanempatbelas orang dengan jam
kerjapenuh
(full
time
members),
yang
ahlidanberpengalamandalamakuntansiprofesionaldanpembuatanstandar.
IASB
Applying Theory to Accounting Regulation | 10
Dengan mempertimbangkan dampak yang bisa ditimbulkan oleh standar terhadap perekonomian,
perdebatan yang kuat pun terjadi membahas mengenai isi dari standar IASB dan arah dari
penyusunan standar.
Di Indonesia sendiri, konvergensiantara PSAK dan IAS/IFRS dilakukansecarabertahap.
Strategikonvergensi IFRS 2012 yang dilakukanolehDewanStandar Akuntansi Keuangan
IkatanAkuntanIndonesai
(DSAK
IAI)
adalahgradual
(bertahap)
denganmelakukanevaluasiterhadapdampak
(impact)
danmelakukanpeningkatandalampenerapankonvergensi (improve).
Accounting Standards for Public Sector
Telahdinyatakansebelumnyabahwa IASB menetapkanstandaruntuksektorswasta. Standar
yang
berbeda-bedamungkinsajaditerapkan
di
sektorpemerintahankarenaorganisasipemerintahanmemilikitujuandanpemangkukepentingan yang
berbedadibandingkandenganperusahaanswasta.
Namun,
perkembanganstandarakuntansisektorpubliktidakbisadipisahkandarisektorswastakarenapadamulany
aberpedomanpada IASB denganperubahan yang disesuaikandengankebutuhansektorpublik.
Terkaitdenganstandarakuntansisektorpublikini,
Australia
dan
New
Zealand
berusahamenyusunsebuahstandar yang dapatditerapkanbaik di sektorswastamaupunpublik.
Standartersebutdikenaldenganistilahstandarsektornetral (sector neutral standards).
Di Indonesia, sektorpemerintahanmenggunakanStandar Akuntansi Pemerintahan. Namun,
penerapannyamasihsangatlemah,
karenasektorpemerintahandi
Indonesia
masihbelummenganggapakuntansisebagaialatpengambilankeputusanpemerintahaan.
International Auditing Standards
Padaawalsejarahnya, audit merupakanself-regulated, artinyatidakadastandarinternasional
yang bakuuntukdigunakan atau tidak diatur oleh pemerintah dan berkembang secara independen.
Padaabadke -19, Companies Actterjadi di Inggrisdanmengharuskan audit dilakukan. Audit dituntut
untuk memenuhi kebutuhan pengguna laporan keuangan serta klien dan perundang-undangan
hanya perlu melakukan kodifikasi atas praktik-praktik terbaik audit.
Pada tahun 1939, American Insitute of Accountants menyusun standar audit yang pertama
sedangkan standar audit di Australia diterbitkan oleh badan profesional akuntansi melalui AARF.
Profesi bertanggung jawab untuk menjaga standar etik, termasuk menghukum anggota yang tidak
mematuhi standar akuntansi dan pemeriksaan. Namun, bentuk regulasi seperti ini menjadi lemah
jika tidak ada syarat hukum bagi akuntan untuk menjadi anggota dari badan profesional. American
Institute of CPAs (AICPA) memulai sistem peer reviews pada tahun 1960-an meskipun status
tersebut masih bersifat kesediaan (voluntary) hingga tahun 1989.
Kasus Enron dan kasus besar lainnya di awal tahun 2000-an menjadi dasar justifikasi bagi
pemerintah untuk ikut campur dalam penyusunan standar pemeriksaan di Amerika Serikat dan
Australia. Sejak pemberlakuan Sarbanes-Oxley Act pada tahun 2002, review atas firma audit di
Amerika Serikat diatur oleh sebuah badan pemerintah, yaitu the Public Company Accounting and
Oversight Board (PCAOB). PCAOB juga bertanggung jawab untuk menyusun standar pemeriksaan
atas pemeriksaan perusahaan publik. Di Australia, standar pemeriksaan telah memiliki payung
hukum melalui Undang-Undang Perusahaan (Corporates Act) pada tahun 2001 dan memulai
mengikuti CLERP 9 sejak 1 Juli 2006.
Meskipun saat ini standar pemeriksaan disusun oleh badan pemerintah, tujuan awal lebih
diarahkan pada penulisan ulang standar agar bisa digabungkan ke dalam peraturan perundangApplying Theory to Accounting Regulation | 12
undangan dan bukan untuk mengganti isi dari standar tersebut. Badan pemerintah yang bertugas
untuk menyusun standar pemeriksaan sebagian besar masih dikontrol oleh profesi auditor melalui
lembaga-lembaga profesi auditor. Hal ini dianggap mengancam kewenangan pemerintah dalam
mengatur regulasi mengenai standar pemeriksaan. Badan pemerintah kemudian membentuk dewan
yang bertugas untuk meningkatkan keyakinan bahwa standar pemeriksaan dibuat secara transparan
dan merefleksikan kepentingan umum, dengan input dari publik dan regulator, dan untuk
memfasilitasi regulasi pemeriksaan.