Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
JAKARTA
AFTER CARE PATIENT
Pembimbing:
dr. Hary Purwoko, Sp.OG, KFER
Disusun oleh:
Silmi Kaaffah ( 1320221116 )
Disusun oleh:
Silmi Kaaffah1320221116
Tanda tangan
..
Tanggal
..
Mengesahkan:
Koordinator Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan
BAB I
STATUS PASIEN
I.1. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. SP
No. RM
: 671264-2014
Umur
: 18 tahun
Agama
: Islam
Alamat
Tanggal masuk
: 25 Desember 2014
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Baik
Kesadaran
: compos mentis
Tanda vital
: 78x/menit
Suhu
: 36,3 0C
RR
: 18/menit
Kepala
: Mesocephal
Mata
Leher
Thorak
:
Pulmo: I
simetris
:I
Ekstremitas
: Timpani
I.3. RESUME
S
Keadaan umum
: baik
Kesadaran
: compos mentis
Tanda vital
: Dinding perut supel, turgor kulit baik, hepar lien dalam batas normal
:Timpani
diizinkan pulang
pulang + obat-obatan:
- Cefixim
- Metil ergometrin
BAB II
Latar Belakang
A. Latar Belakang
Perdarahan pasca persalinan merupakan penyebab utama timbulnya kematian
pada ibu, disamping infeksi dan preeclampsia. Perdarahan pasca persalinan adalah
perdarahan yang massif yang berasal dari tempat implantasi plasenta atau robekan
pada jalan lahir dan jaringan sekitarnya, serta merupakan salah satu penyebab
kematian ibu Perdarahan pasca persalinan bila tidak mendapat penanganan
semestinya akan meningkatkan mordibitas dan mortalitas ibu.
Perdarahan pasca persalinan tersebut dapat disebabkan oleh perdarahan dari tempat
implastasi plasenta (hipotonia sampai atonia uteri, sisa plasenta), perdarahan karena
robekan (episiotomy yang melebar, robekan pada perineum, vagina dan serviks, serta
rupture uteri), dan gangguan koagulasi.
Ruptur Perineum dapat terjadi karena adanya ruptur spontan maupun episiotomi.
perineum yang dilakukan dengan episiotomi itu sendiri harus dilakukan atas indikasi
antara lain: bayi besar, partus prematurus, perineum kaku, persalinan dengan kelainan
letak, persalinan dengan menggunakan alat bantu baik forceps maupun vacum.
Karena apabila episiotomi itu tidak dilakukan atas indikasi yang tepat, maka
menyebabkan peningkatan angka kejadian dan derajat kerusakan pada daerah
perineu.1,2
Ruptur pada daerah perineum merupakan penyebab tersering kematian ibu yang
dihubungkan dengan persalinan pervaginam. Ruptur pada anal spingter merupakan
komplikasi terbesar yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seorang wanita.8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Ruptur adalah robek atau koyaknya jaringan secara paksa (Dorland, 2002).
Perineum adalah lantai pelvis dan struktur yang berhubungan yang menempati pintu
bawah panggul; bagian ini dibatasi disebelah anterior oleh simfisis pubis, di sebelah
lateral oleh tuber ischiadikum, dan di sebelah posterior oleh os. Coccygeus (Dorland,
2002)3. Dalam kepustakaan lain dinyatakan bahwa secara anatomi, perineum itu
berada di sepanjang arcus pubis sampai ke kokigis, dan dibagi kedalam the anterior
urogenital triangle and the posterior anal triangle8.
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan dan tak jarang juga pada
persalinan berikutnya. Robekan ini dapat dihindarkan atau dikurangi dengan menjaga
jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat. Sebaliknya
kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlampau kuat dan lama, karena akan
menyebabkan asfiksia dan perdarahan dalam tengkorak janin, dan melemahkan otototot dan fascia pada dasar panggul karena diregangkan terlalu lama.
B. ANATOMI PERINEUM
Menurut ahli anatomi, perineum adalah wilayah pelvic outlet diujung diafragma
pelvic (levator ani). Batasannya dibentuk oleh pubic rami di depan ligament sacro
tuberos di belakang. Pelvic outletnya dibagi oleh garis melintang yang
menghubungkan bagian depan ischial tuberosities ke dalam segitiga urogenital dan
sebuah segitiga belakang anal.4
Segitiga urogenital
Otot-otot diwilayah ini dikelompokkan ke dalam kelompok superfisial (dangkal) dan
dalam bergantung pada membran perineal. Bagian bulbospongiosus, perineal
melintang dangkal dan otot ischiocavernosus terletak dalam bagian terpisah yang
superfisial. Otot bulbospongiosus melingkari vagina dan masuk melalui bagian depan
10
cincin anus terdiri dari tiga bagian ( subcutaneus / bawah kulit ), superfisial
(permukaan) dan bagian profunda (dalam) dan tidak bisa dipisahkan dari permukaan
puborectalis. Cincin otot anus bagian dalam merupakan lanjutan menebalnya otot
halus yang melingkar. Bagian ini dipisahkan dari bagian luar cincin otot anus oleh
otot penyambung yang membujur rektum4.
C. FAKTOR RISIKO RUPTURE PERINEUM
Robekan pada perineum umumnya terjadi pada persalinan dimana8,9:
1. Penggunaan forceps
2. Berat bayi lebih dari 4 kg
3. CPD persisten
4. Primiparitas
5. Induksi
6. Anastesi epidural
7. Kala 2 memanjang lebih dari 1 jam
8. Distosia bahu
9. Etnik asian
10. Episiotomy mediana
Persalinan seringkali menyebabkan perlukaan pada jalan lahir. Perlukaan pada jalan
lahir tersebut terjadi pada : Dasar panggul/perineum, vulva dan vagina, servik uteri,
uterus sedangkan ruptur pada perineum spontan disebabkan oleh : Perineum kaku,
kepala janin terlalu cepat melewati dasar panggul, bayi besar, lebar perineum,
paritas.1
11
Yaitu luka pada perineum yang terjadi karena sebab-sebab tertentu tanpa dilakukan
tindakan perobekan atau disengaja. Luka ini terjadi pada saat persalinan dan biasanya
tidak teratur.2,5
2)
Yaitu luka perineum yang terjadi karena dilakukan pengguntingan atau perobekan
pada perineum: Episiotomi adalah torehan yang dibuat pada perineum untuk
memperbesar saluran keluar vagina.2,5
D.1. RUPTURE PERINEUM SPONTAN
Definisi :
Luka pada perineum yang terjadi karena sebab-sebab tertentu tanpa dilakukan
tindakan perobekan atau disengaja. Luka ini terjadi pada saat persalinan dan biasanya
tidak teratur.
Tingkat robekan perineum dapat dibagi atas 4 tingkatan :
1.
Derajat I
Derajat II:
Robekan pada perineum dan otot perineum namun tidak mengenai spingter ani.
3.
Derajat III:
Robekan yang terjadi mengenai seluruh perineum sampai mengenai otot-otot sfingter
ani.2,5,8,9
12
Derajat IV
Robekan pada perineum yang mengenai eksterna dan interna spingter ani dan
epithelium ani.
Teknik menjahit robekan perineum
1. Derajat I
Penjahitan robekan perineum tingkat I dapat dilakukan hanya dengan memakai catgut
yang dijahitkan secara jelujur (continuous suture) atau dengan cara angka delapan
(figure of eight)5
2. Derajat II
Sebelum dilakukan penjahitan pada robekan perineum tingkat II maupun tingkat III,
jika dijumpai pinggir yang tidak rata atau bergerigi, maka pinggir bergerigi tersebut
harus diratakan terlebih dahulu.pinggir robekan sebelah kiri dan kanan masingmasing diklem terlebih dahulu Kemudian digunting. Setelah pinggir robekan rata,
baru dilakukan penjahitan luka robekan. Mula-mula otot-otot dijahit dengan catgut.
Kemudian selaput lendir vagina dijahit dengan catgut secara terputus-putus atau
13
jelujur. Penjahitan selaput lendir vagina dimulai dari puncak robekan . Terakhir kulit
perineum dijahit dengan benang sutera secara terputus-putus.5
3. Derajat III
Mula-mula dinding depan rectum yang robek dijahit. Kemudian fascia perirektal dan
fascia septum rektovaginal dijahit dengan catgut kromik, sehingga bertemu kembali.
Ujung-ujung otot sfingter ani yang terpisah oleh karena robekan diklem dengan klem
pean lurus. Kemudian dijahit dengan 2-3 jahitan catgut kromik sehingga bertemu
kembali. Selanjutnya robekan dijahit lapis demi lapis seperti menjahit robekan
perineum derajat II.5 Ada juga pustaka yang menyarankan untuk dilakukan tindakan
penjahitan secara overlap10.
4. Derajat IV
14
b.
2. Indikasi ibu
Apabila terjadi peregangan perineum yang berlebihan sehingga ditakuti akan terjadi
robekan perineum, misal pada primipara, persalinan sungsang, persalinan dengan
cunam, ekstraksi vakum, dan anak besar.5
Namun indikasi sekarang yang digunakan untuk melakukan episiotomi telah banyak
berubah. Indikasi untuk melakukan episiotomi untuk mempercepat kelahiran bayi bila
didapatkan :
1. Gawat janin dan bayi akan segera dilahirkan dengan tindakan.
2. Penyulit kelahiran pervaginam ( sungsang, distosia bahu, ekstraksi cunam
(forcep) atau ekstraksi vakum )
3. Jaringan parut pada perineum atau vagina yang memperlambat kemajuan
persalinan7
Tujuan menjahit laserari atau episiotomi adalah untuk menyatukan kembali jaringan
tubuh (mendekatkan) dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu (memastikan
15
haemostasis). Ingat bahwa setiap kali jarum masuk kedalam jaringan tubuh, jaringan
akan terluka dan menjadi tempat yang potensial untuk timbulnya infeksi. Oleh sebab
itu pada saat menjahit laserasi atau episiotomi gunakan benang yang cukup panjang
dan gunakan sesedikit mungkin jahitan untuk mencapai tujuan pendekatan dan
haemostasis.7
Mempersiapkan penjahitan
1.
Bantu ibu mengambil posisi litotomi sehingga bokongnya berada ditepi tempat
tidur atau meja. Topang kakinya dengan alat penopang atau minta anggota keluarga
untuk memegang kaki ibu sehingga ibu tetap berada dalam posisi litotomi.
2.
3.
6.
7.
Duduk dengan posisi santai dan nyaman sehingga luka bisa dengan mudah
Gunakan kain atau kassa disinfeksi tingkat tinggi atau bersih untuk menyeka
vulva, vagina dan perineum ibu dengan lembut, bersihkan darah atau bekuan darah
yang ada sambil menilai dalam dan luasnya luka.
10. Periksa vagina, serviks dan perineum secara lengkap. Pastikan bahwa laserasi/
sayatan perineum hanya merupakan derajat satu atau dua. Jika laserasinya dalam atau
episiotomi telah meluas, periksa lebih jauh untuk memeriksa bahwa tidak terjadi
16
robekan derajat tiga atau empat. Masukkan jari yang bersarung tangan ke dalam anus
dengan hati-hati dan angkat jari tersebut perlahan-lahan untuk mengidentifikasikan
sfingter ani. Raba tonus atau ketegangan sfingter. Jika sfingter terluka, ibu mengalami
laserasi derajat tiga atau empat dan harus dirujuk segera. Ibu juga dirujuk jika
mengalami laserasi serviks.
11. Ganti sarung tangan dengan sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril
yang baru setelah melakukan rectum.
12. Berikan anestesi lokal.
13. Siapkan jarum dan benang. Gunakan benang kromik 2-0 atau 3-0. Benang kromik
bersifat lentur, kuat, tahan lama, dan paling sedikit menimbulkan reaksi jaringan.
14. Tempatkan jarum pada pemegang jarum dengan sudut 90 derajat, jepit dan jepit
jarum tersebut.7
Memberikan Anestesi Lokal
Berikan anestesi kepada setiap ibu yang memerlukan penjahitan laserasi atau
episiotomi. Penjahitan sangat menyakitkan dan menggunakan anestesi lokal
merupakan asuhan sayang ibu. Jika ibu dilakukan episiotomi dengan anestesi lokal,
lakukan pengujian pada luka untuk mengetahui bahwa bahan anestesi masih bekerja.
Sentuh luka dengan jarum yang tajam atau cubit dengan forcep/cunam. Jika ibu
merasa tidak nyaman, ulangi pemberian anestesi lokal.
Gunakan tabung suntik steril sekali pakai dengan jarum ukuran 22 panjang 4 cm.
Jarum yang lebih panjang atau tabung suntik yang lebih besar bisa digunakan, tapi
jarum harus berukuran 22 atau lebih kecil tergantung pada tempat yang memerlukan
anesthesia. Obat standar untuk anesthesia lokal adalah 1% lidokain tanpa epinefrin
(silokain). Jika lidokain 1% tidak tersedia, gunakan lidokan 2% yang dilarutkan
dengan air steril atau normal salin dengan perbandingan 1:1.
1.
Jelaskan pada ibu apa yang akan anda lakukan dan bantu ibu merasa santai.
17
2.
ml (tabung suntik yang lebih besar boleh digunakan jika diperlukan). Jika lidokain 1%
tidak tersedia, larutkan 1 bagian 2% dengan 1 bagian normal salin atau air steril yang
sudah disuling.
3.
4.
Tusukkan jarum ke ujung atau pojok laserasi atau sayatan lalu tarik jarum
sepanjang tepi luka (ke arah bawah ke arah mukosa dan kulit perineum).
5.
Aspirasi (tarik pendorong tabung suntik) untuk memastikan bahwa jarum tidak
berada di dalam pembuluh darah. Jika darah masuk ke dalam tabung suntik, jangan
masukkan lidokain dan tarik jarum seluruhnya. Pindahkan posisi jarum dan suntikkan
kembali.
Alasan: ibu bisa mengalami kejang dan kematian bisa terjadi jika lidokain disuntikkan
ke dalam pembuluh darah
6.
Suntikan anesthesia sejajar dengan permukaan luka pada saat jarum suntik
ditarik perlahan-lahan.
7.
disuntikkan.
8.
Arahkan lagi jarum ke daerah di atas tengah luka dan ulangi langkah ke-4, dan
sekali lagi ulangi langkah ke-4 sehingga tiga garis di satu sisi luka mendapatkan
anestesi lokal. Ulangi proses proses ini di sisi lain dari luka tersebut. Setiap sisi luka
akan memerlukan kurang lebih 5 ml lidokain 1% untuk mendapatkan anestesi yang
cukup.
9.
Tunggu selama 2 menit dan biarkan anestesi tersebut bekerja dan kemudian uji
daerah yang dianastesi dengan cara dicubit dengan forcep atau disentuh dengan jarum
yang tajam. Jika ibu merakan jarum atau cubitan tersebut, tunggu 2 menit lagi dan
kemudian uji kembali sebelum menjahit luka. 7
18
Cuci tangan dengan cara seksama dan gunakan sarung tangan disinfeksi
tingkat tinggi atau steril. Ganti sarung tangan jika sudah terkontaninasi atau tertusuk
jarum maupun peralatan tajam lainnya.
2.
3.
sudah dianatesi, telusuri dengan hati-hati menggunakan satu jari untuk secara jelas
menetukan batas-batas luka. Nilai kedalaman luka dan lapisan jaringan mana yang
terluka. Dekatkan tepi laserasi untuk menentukan bagaimana cara manjahitnya
menjadi satu dengan mudah.
4.
Buat jahitan pertama kurang lebih 1 cm di atas ujung laserasi di bagian dalam
vagina. Setelah membuat tusukan pertama, buat ikatan dan potong pendek benang
yang lebih pendek dari ikatan.
5.
Tutp mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit ke bawah ke arah cincin
hymen.
6.
Tepat sebelum cincin hymen, masukkan jarum ke dalam mukosa vagina lalu
ke bawah cincin hymen sampai jarum berada di bawah laserasi. Periksa bagian antara
jarum di perineum dan bagian atas laserasi. Perhatikan seberapa dekat jarum ke
puncak luka.
7.
Teruskan ke arah bawah tapi tetap pada luka, menggunakan jahitan jelujur,
hingga mencapai bagian bawah laserasi. Pastikan bahwa jarak setiap jahitan sama dan
otot yang terluka telah dijahit. Jika laserasi meluas ke dalam otot, mungkin perlu
melakukan satu atau dua lapis jahitan terputus-putus untuk menghentikan perdarahan
dan atau mendekatkan jaringan tubuh secara efektif.
8.
19
berukuran 0,5 cm atau kurang. Luka ini akan menutup dengan sendirinya pada saat
penyembuhan luka.
9.
Tusukkan jarum dari robekan perineum ke dalam vagina. Jarum harus keluar
Ikat benang dengan membuat simpul di dalam vagina. Potong ujung benang
dan sisakan sekitar 1,5 cm. Jika ujung benang dipotong terlalu pendek, simpul akan
longgar dan laserasi akan membuka.
11.
Ulangi pemeriksaan vagina dengan lembut untuk memastikan bahwa tidak ada
Dengan lembut masukkan jari yang paling kecil ke anus. Raba apakah ada
jahitan pada rectum. Jika ada jahitan yang teraba, ulangi pemeriksaan rectum 6
minggu pasca persalinan. Jika penyembuhan belum sempurna (misalkan jika ada
fistula rektovaginal atau ibu melaporkan incontinesia alvi atau feses), ibu segera
dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan.
13.
Cuci daerah genital dengan lembut dengan sabun dan air disinfeksi tinggkat
a.
b.
c. Cuci perineumnya dengan sabun dan air bersih yang mengalir 3 sampai 4 kali
perhari.
d. Kembali dalam seminggu untuk memeriksa penyembuhan lukanya. Ibu harus
kembali lebih awal jika ia mengalami demam atau mengeluarkan cairan yang berbau
busuk dari daerah lukanya atau jika daerah tersebut menjadi lebih nyeri.7
20
BAB IV
AFTER CARE PATIENT
c. Fungsi Pendidikan
Pasien merupakan tamatan SMP.
d. Fungsi Sosial
21
di
sembarang
tempat
dan
menumpuk
sehingga
dan
Sasaran
Kesehatan
Ruptur perineum derajat III
Edukasi
dan
dapat
mempercepat
pemulihan luka.
III.3.8. Pembinaan
Tanggal
Kegiatan
Hasil Kegiatan
26 Juni 2013
tentang
ruptur
yang
dapat
mempercepat
pemulihan luka.
Tingkat pemahaman
Pemahaman terhadap edukasi yang dilakukan cukup baik.
2.
Faktor penyulit
Tidak ada.
3.
Indikator keberhasilan
a. Pengetahuan pasien tentang rupture perineum dan bagaimana
perawatan luka serta asupan apa saja yang menunjang pemulihan
luka meningkat sehingga dapat membantu kesembuhan pasien.
b. Jadwal makan dan variasi jenis makanan bergizi seimbang mulai
dijalani pasien.
24