Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Sri Rahayu
Departemen Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia
E-mail: yayukhusein@hotmail.com
Abstrak:
Odontektomi atau pengangkatan gigi dengan pembedahan, merupakan tindakan pembedahan sehari-hari yang paling sering
dilakukan oleh Spesialis Bedah Mulut. Dalam proses tumbuhnya gigi bungsu atau geraham ketiga yaitu gigi terakhir yang tumbuh ke rongga
mulut, sering sulit tumbuh yang disebut impaksi. Tujuan tulisan ini adalah untuk membahas: (1). Gigi bungsu impaksi, (2). manfaat dan
risiko tatalaksana Gigi bungsu impaksi yang mungkin timbul. Metode yang digunakan adalah kajian pustaka dengan pendekatan deskriptif,
eksploiratif. Dapat disimpulkan bahwa: (1) Impaksi gigi bungsu baik sebagian/parsial maupun seluruhnya/total, masing-masing dapat
menyebabkan masalah serius dan berpotensi menimbulkan komplikasi ringan sampai berat bahkan mengancam jiwa, (2) Tatalaksana dengan
atau tanpa odontektomi harus ditentukan per kasus bersama dengan pasien. Perlu diingatkan kembali kepada sesama Spesialis Bedah Mulut
untuk memberi penjelasan tentang manfaat dan risiko yang mungkin timbul. dan menentukan tatalaksana kasus per kasus gigi bungsu
impaksi bersama pasien, sesuai dengan rekomendasi American Association of Oral and Maxillofacial Surgeons (AAOMS)
Kata kunci: odontektomi, impaksi parsialis, impaksi totalis.
Abstract:
Odontectomy or the surgical removal of teeth is the most frequent surgery in daily practice of Oral surgery Specialists. In
the process of the emergence of the third molars or wisdom teeth as the last teeth to erupt into the oral cavity, which is usually difficult to
erupt or impacted. The purpose of this paper is to discuss: (1) the teeth impaction, (2). the benefits and risks of Tooth impaction that may
arise. The method used is library research with descriptive, explorative approaches. It can be concluded that: (1) the dental impaction either
in part or in whole/partial/total, each of which can cause serious problems and potentially cause mild to severe complications and even
life-threatening, (2) the surgical removal of teeth with or without odontectomy, should be determined per the case along with the patient.
It is compulsory to remind to fellow Specialist oral surgery to give a description of the benefits and risks that may arise in Odontectomy
or the surgical removal of teeth and and determine a case by case with patients. It is in accordance with the recommendation of the
American Association of Oral and Maxillofacial Surgeons (AAOMS)
Key words: odontectomy, partial impaction, total impaction.
PENDAHULUAN
(Archer,1974:29, Still,2003:219).
Sri Rahayu, 81 - 89
1a
1b
1c
1d
Gigi Bungsu
Gigi impaksi paling banyak terjadi pada gigi bungsu
atau molar ketiga. Proses pembentukan benih gigi bungsu
diawali sebelum usia 12 tahun dan pertumbuhannya
berakhir pada usia sekitar 25 tahun. Pada usia tersebut
gigi bungsu akan terbentuk sempurna. Secara garis besar
pertumbuhan gigi bungsu berlangsung, sebagai berikut:
E-Journal WIDYA Kesehatan dan Lingkungan
82
Sri Rahayu, 81 - 89
2c
2d
berjejal.
Gigi bungsu tumbuh sempurna pada usia pubertas
atau dewasa muda yaitu saat pertumbuhan rahang telah
selesai, dan seluruh gigi geligi telah menghuni rahang.
3a
3b
2a
2b
83
Sri Rahayu, 81 - 89
Karies Dentis
Baik molar kedua (Gambar 4a), maupun molar ketiga
(Gambar 4b), rawan mengalami karies dentis karena pada
daerah tersebut mudah terjadi retensi sisa makanan dan
sulit dibersihkan. Hal tersebut menyebabkan dekalsifikasi
enamel, dentin, dan kemudian menyebabkan kerusakan
yang luas sehingga menembus atap pulpa. Peradangan
pulpa atau pulpitis dapat terjadi akut dengan keluhan nyeri
hebat berdenyut, namun dapat pula berlangsung kronis
dan keluhan nyeri hanya muncul bila terkena rangsang
dingin atau saat kemasukan makanan. Lambat laun, pulpa
gigi menjadi non-vital yang disebut gangren pulpa.
4a
5b
5a
5c
5d
4b
Abses Lain
Keadaan umum penderita yang menurun, dapat
menyebabkan abses perikoronal mudah menjalar ke daerah
peritonsilar/parafaringeal (Gambar 6a), menjadi abses
peritonsilar atau abses parafaringeal yang dapat
menyumbat jalan nafas (Gambar 6b). Obstruksi total
dapat terjadi bila terjadi infeksi bilateral dan hal itu
merupakan kegawat-daruratan medik yang mengancam
jiwa.
84
Sri Rahayu, 81 - 89
6a
6b
6c
6d
6e
6f
Gambar 6 : Skema penjalaran infeksi dari daerah perikoronal ke arah peritonsilar/parafaringeal, menyebabkan abses peritonsilar (6a) atau abses
parafaringeal (6b). Skema penjalaran infeksi menjadi abses fasialis dan abses submandibularis (6c). Skema penjalaran infeksi
dari gigi secara hematogen ke intrakranial (6d). Pasien dengan infeksi yang meluas menjadi abses fasialis dan abses submandibularis
(6e) atau angina Ludwig (6f).
Sumber: Gambar 6a-6d dimodifikasi dari Archer. Gambar 6e-6f: Rahayu Departemen Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut FKUKI.
Kista, Tumor
Benih gigi yang tumbuh tak sempurna juga dapat
menjadi tumor. Secara fisiologis, setiap benih gigi
diselubungi oleh kantung yang akan menghilang apabila
erupsi berlangsung normal. Pada gigi impaksi totalis,
kantung tersebut dapat mengalami degenerasi kistik,
menjadi kantung patologis berisi cairan, disebut kista
dentigerous atau kista folikular (Gambar 7a). Pembesaran
kista pada rahang mengakibatkan destruksi tulang. Kista
juga akan menghuni dan membuat rongga luas dalam
tulang (Gambar 7b). Hal itu akan menimbulkan asimetri
wajah, dan dapat pula menyebabkan fraktur rahang
patologis. Kista dentigerous yang terbentuk oleh impaksi
totalis gigi bungsu atas, bahkan dapat dengan bebas
mengisi sinus maksilaris, menembus dinding lateral sinus
sehingga menimbulkan benjolan pada pipi.
85
Sri Rahayu, 81 - 89
7a
7c
7b
Gambar 7. Kista dentigerous yang mengalami degenerasi kistik dari kantung benih gigi yang tidak menghilang pada gigi impaksi
totalis (7a, 7b). Kista radikular/periodontal yang terbentuk di daerah akar gigi (7c).
Sumber: dimodifikasi dari AAOMS; Archer.
kista
8a
8b
Sri Rahayu, 81 - 89
Tatalaksana
1. Dengan Pembedahan (Operkulektomi, Odontektomi)
Sebagaimana pembedahan pada bagian tubuh lain,
perlu diwaspadai penyakit sistemik khususnya pada pasien
dewasa tua seperti gangguan metabolisme, penyakit sistem
kardiovaskular, dan obat yang sedang diminum contohnya
aspilet. Bila ada infeksi, maka infeksi harus dihilangkan
lebih dahulu.
Tindakan bedah yang dilakukan tergantung pada
jenis kasus, mulai dari tindakan sederhana seperti
operkulektomi dengan kauter yaitu pengangkatan
operkulum yang menutupi gigi yang diprediksi dapat
muncul ke permukaan gingiva (Gambar 9a dan 9b).
9a
9b
Sri Rahayu, 81 - 89
Komplikasi Odontektomi
Odontektomi tergolong minor surgery, namun tetap
mengandung risiko. Komplikasi dapat timbul pada saat
dan setelah pembedahan, akibat faktor iatrogenik.
Odontektomi dengan tingkat kesulitan tinggi yaitu pada
gigi impaksi totalis yang terletak dalam, harus
diperhitungkan oleh operator sejak awal berdasarkan
gambaran foto dental dan atau panoramik. Saat
pembedahan, dapat terjadi fraktur akar, gigi molar kedua
goyah, trauma pada persendian temporo-mandibular, akar
terdorong ke ruang submandibula, bahkan fraktur angulus
mandibula (Gambar 11b), walaupun hal yang terakhir ini
sangat jarang terjadi (Wagner 2005:725; Nusrath 2010:279;
Kasapoglu 2014).
11a
11b
1. Tanpa Pembedahan
Seseorang dapat hidup dengan gigi impaksi baik
partialis maupun totalis tanpa mengalami gangguan. Pada
88
Sri Rahayu, 81 - 89
PENUTUP
Kesimpulan
1. Impaksi gigi bungsu baik sebagian/parsial maupun
seluruhnya/total, masing-masing dapat menyebabkan
masalah serius dan berpotensi menimbulkan komplikasi
ringan sampai berat bahkan mengancam jiwa.
2. Tatalaksana dengan atau tanpa odontektomi harus
ditentukan per kasus bersama dengan pasien berdasarkan
evaluasi pemeriksaan klinis lokal dan sistemik pasien,
ditunjang pemeriksaan radiologi. ditunjang dengan
pemeriksaan radiologi. Penjelasan rinci harus diberikan
dan dimintakan informed consent dari pasien, baik bila
ia akan menempuh atau tidak odontektomi.
Saran-saran
Perlu diingatkan kepada para spesialis bedah mulut
bahwa:
1. Hanya sebagian saja kasus gigi bungsu impaksi yang
perlu dilakukan odontektomi dengan alasan kuat.
Sebaliknya, beberapa kasus odontektomi tidak perlu
dilakukan pada kasus tertentu dengan alasan dan syarat
tertentu pula.
2. Keputusan akan melakukan odontektomi harus melalui
pertimbangan yang matang akan risiko dan manfaatnya,
termasuk dengan mengantisipasi komplikasi saat dan
pasca pembedahan. Apabila pasien memutuskan tidak
dilakukan odontektomi dan menghendaki gigi impaksi
tersebut dibiarkan, pasien haruslah mewaspadainya dengan
memeriksakan diri kepada spesialis bedah mulut, untuk
pemantauan ketat dan periodik karena potensi munculnya
E-Journal WIDYA Kesehatan dan Lingkungan
89