Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
I. STROKE
A. Definisi
Disfungsi neurologik akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh
darah otak dan timbul secara mendadak (dalam beberapa detik) atau cepat (dalam
beberapa jam) dengan gejala-gejala dan tanda-tanda yang sesuai degan daerah
fokal otak yang teganggu.
B. Faktor Risiko
Saat ini dimungkinkan untuk prediksi bahwa 10% dari populasi dengan
risiko tinggi, akan terkena stroke, yang meliputi 50% dari penderita stroke
seluruhnya.
Non Modifikasi
1.
2.
3.
4.
Usia
Ras
Jenis Kelamin
Genetik
Modifikasi
1. Hipertensi
2. Diabetes Melitus
3. Dislipidemia
4. Kelainan Jantung
5. Obesitas
6. Fibrinogen Meningkat
7. Kadar Hemosistein Meningkat
8. Perokok
9. Obat Kontrasepsi Oral
10. Konsumsi Alkohol
11. Aktifitas Fisik Kurang
C. Pembagian Stroke
1. Stroke non hemmoragik (SNH) 85%
a. Trombosis : akibat aterosklerosis
b. Emboli
c. Arteritis
13 PENYAKIT NEUROLOGI
Klinis
Transient Iskemik Attack (TIA)
Gambaran khas
Gangguan neurologis dalam 24
jam
Reversible
Iskemik
Neurological
Deficit (RIND)
yang
Progresive stroke
Completed stroke
3 minggu
Gangguan neurologis yang gejala
klinisnya sudah menetap
D. Patofisiologi
1. Stroke trombosis
Stroke ini disebabkan oleh aterosklerotik yang menyebabkan penyempitan
atau stenosis di arteri karotis interna atau yang ebih jarang di pangkal arteri serebri
media atau di taut arteri vertebralis dan basilaris. Kalau trombotik arteri koronaria,
oklusi pembuluh darahnya cenderung mendadak dan total, sedangkan trombotik
pembuluh darah otak cenderung memiliki awitan bertahap bahkan berkembang
dalam beberapa hari. Mekanisme lain pelannya aliran pada arteri yang mengalami
thrombosis parsial adalah deficit perfusi yang dapat terjadi pada reduksi
mendadak curah jantung atau tekanan darah sistemik.
2. Stroke embolus
Stroke jenis ini insidennya sebanyak 30%. Sumber tersering adalah akibat
infark miokard, fibrilasi atrium, penyakit katup jantung, katup jantung buatan dan
kardiomiopati iskemik. Stroke yang terjadi akibat embolus biasanya menimbulkan
deficit neurologic mendadak dengan efek maksimum sejak awitan penyakit.
Biasanya serangan terjadi saat pasien beraktivitas. Embolus ini sering tersangkut
13 PENYAKIT NEUROLOGI
P I S Primer
- Hipertensi Kronis 50 %
-Arteriopati
P I S Sekunder :
13 PENYAKIT NEUROLOGI
A.basilaris
A.komunikans posterior
A.karotis interna
A.komunikans anterior
Trombotik
Emboli
PIS
PSA
Umur
50-70 tahun
Semua umur
>40 tahun
20-30 tahun
Onset
Bangun tidur
Tak tentu
Saat aktivitas
Saat aktivitas
Perjalanan
Bertahap
Cepat
Cepat
Cepat
Gejala :
13 PENYAKIT NEUROLOGI
Sakit kepala
++
++++
Muntah
++
++++
Vertigo
+/-
+/-
Kesadaran
Normal /
Normal /
/ Koma
Pelan
Kaku kuduk
+/-
++++
Kelumpuhan
Hemiparese
Hemiparese
Hemiplegi
Hemiparese
Tangan Kaki
Tangan Kaki
Tangan = kaki
++ / -
++ / -
Darah Lumbal
Pungsi (LP)
+/-
++++
Arteriografi
oklusi
Shift midline
Aneurysma
Afasia
Oklusi/stenosis
Normal/
CT scan
Hipodens
Hipodens
Hiperdens
Intraserebral
Hiperdens
Ekstraserebral
F. Penatalaksanaan Stroke
1. Penatalaksanaan umum (5B : Breath, Blood, Brain, Blader dan Bowel
serta 5 NO)
Breath
13 PENYAKIT NEUROLOGI
Blood
kardiologi
Brain
Pengendalian peninggian TIK
13 PENYAKIT NEUROLOGI
50 mg/menit
Antikonvulsan profilaktik tidak dianjurkan
Bladder
Bowel
Nutrisi enteral paling lambat 48 jam, oral kalau
- Tirah baring
5 NO dalam penantalaksanaan Stroke :
No Glukosa
No Antihipertensi
No Kortikosteroid
No Diuretik
No Antikoagulan
13 PENYAKIT NEUROLOGI
2. Penatalaksanaan khusus
Penatalaksanaan stroke non hemmoragik
a. Rapid Revascularisation
Trombolitik
- rtPa (Recombinant Tissue Plasminogen Activator)
0,9 mg/kgBB IV dengan dosis maksismal 90 mg, diberikan selang 3
jam setelah serangan akut. Syarat penggunaan rtPa yaitu CT scan tidak
ada perdarahan, trauma tidak ada, stroke 3 bulan terakhir tidak ada,
TDS < 185 mmHg dan TDD <110 mmHg.
Antiplatetlet
- Asetosal 100-300 mg/tab/hari,diberikan selang waktu < 48 jam
- Aspirin 160-325 mg/tab/hari
- Ticlopidin 250 mg/tab/hari
- Clopidogrel 75 mg/tab/hari
- Cilostazol 50-100 mg/tab 2x/hari
- Depyridamol 50 mg/tab 2x/hari
Citicolin (nicholin)
Piracetam (nootrophil)
Nimodipine (nimotop)
: 2-3x250 mg/hari
: 3-4 gr/IV/hari dan 12 gr/IV/20 menit
: 3-4x1 tab/hari (30mg/tab) dan 10 mg/50cc
larutan
infus (1-2 mg/jam)
d. Faktor sistemik
Tensi diatur, tinggi CBF (cerebral blood flow) ditingkatkan, kecuali TDS >
13 PENYAKIT NEUROLOGI
Tensi dikontrol sesudag 7-10 hari dengan target TDS 160-170 mmHg dan
Atur Tensi
-
Gelisah: CPZ
Komplikasi Hidrocephalus
13 PENYAKIT NEUROLOGI
10
Stroke PSA
Secara umum tata laksana stroke PSA sama dengan stroke PIS, namun ada
beberapa terapi tambahan pada stroke PSA
Anti fibrinolitik
- Epsilon aminoacropic acid (Amicar) 30-36 gr/hr/IV
- Asam tranexamat 4-6 gr/hr/IV
Antivasospasme
- Nimodipin 30 mg/tab, 6x1-2 tab/per oral selama 3 minggu dan 5-10
cc/ja, dengan perfusion pump
Operasi pada PSA dapat dilakukan 1-2 hari setelah onset untuk
Aneurisma
- Clipping leher aneurisma
- Baloon oclusion
- Embilisasi
AVM
- Blocked resection
- Embolisasi
- Radio surgery
Terjadi komplikasi hidrocephalus VP shunt
13 PENYAKIT NEUROLOGI
11
13 PENYAKIT NEUROLOGI
12
B. Klasifikasi
Definisi
Infeksi pada CSS disertai radang pada piamater dan arachnoid, ruang
subarachnoid, jaringan superfisialis otak dan medula spinalis.
Etiologi
M. akut
M. subakut
13 PENYAKIT NEUROLOGI
M. Aseptik
13
Pada Neonatal:
E. Coli
M. tuberculosa (plgVirus:
sering)
Enterovirus
Streptococcus
Treponema pallidum
polio
Stafilococcus
Jamur
Coxsackie A, B
Pneumococcus
Pada
Bayi
(Coccidiodes
ECHO
atau Candida)
dan
Herpesvirus
anak:
Herpes simpleks
H. Influenza
CMV
Meningokokus
Mixovirus
Pneumokokus
Campak
E. Coli
Parotitis
Streptococcus
influenza
Dewasa:
Pneumococcus
Meningokokus
Streptokokus
Stafilokokus
H. Influenza
Gejala
13 PENYAKIT NEUROLOGI
Tanda
14
Anak
Panas
Kaku kuduk
Letargi / kesadaran
Purpura / Ptekhie
Nyeri kepala
Kejang
Intabilitas
Ataxia
Defisit Neurologis
Fokal
Gejala pernafasan
Fotofobia
Dewasa
Panas
Kaku kuduk
Nyeri kepala
Kesadaran menurun
Tua
Panas
Kaku kuduk
Kebingungan sp koma
Kesadaran menurun
Nyeri kepala
Gejala pernafasan
Epileptikus
Kejang
Diagnosis
13 PENYAKIT NEUROLOGI
Status
15
Penatalaksanaan
Konservatif
Breath
Bebaskan & bersihkan airway, sedot lendir dlm mulut
Posisi lateral dekubitus, kepala 300
Bila gagal napas psg ET dan napas buatan
Thorax foto
Monitor pernapasan: ritme, frekuensi, gerak napas
Blood
- Pasang infus RL/NaCl
- Ambil darah vena untuk lab, indikasi pemeriksaan gula darah,
-
Spesifik
Definisi
13 PENYAKIT NEUROLOGI
klinis,
dugaan
16
hidrosefafus
papil edema
Gejala klinis
Fase pertama.
-
Fase kedua.
-
Tanda rangsangan meningen, kelainan saraf otak (n. Vi, n. Vii) dan
terkadang hemiparesis.
Fase ketiga.
-
13 PENYAKIT NEUROLOGI
17
Fase keempat.
-
Fase-fase tersebut menentukan prognosa. Fase III dan IV bila sembuh akan
menimbulkan kecacatan.
Diagnosis
Gejala klinis
Sakit kepala
Pemeriksaan CSS
Jika CSF dibiakkan maka akan terbentuk pelikel seperti laba-laba dan bila
dicat dengan Ziehl-Niehlsen kemungkinan akan ditemukan M. tuberculosa.
CT-Scan
MRI
Penatalaksanaan
Konservatif
-
Pengobatan spesifik :
INH, 400 ml/hari
Pyrazinamid, 15 30 mg/kgBB/hari
13 PENYAKIT NEUROLOGI
18
Streptomycin, 1 gr/hari IM
Rifampisin 15 mg/kg per hari
Definisi
Invasi dan penetrasi dapat melalui usus, serta lintasan oral fekal atau
melalui percikan droplet.
Gejala klinis
Diagnosis
Penatalaksanaan
13 PENYAKIT NEUROLOGI
19
Pengobatan spesifik
- Acyclovir, 10 mg/kg bb tiap 8 jam selama 10 hari.
- ARA-A (Vidarabine), 15 mg/kgBB/hari intravena 12 jam, selama 10
hari.
Ensefalitis
Definisi
Ensefalitis adalah peradangan parenkim otak, yang menyebabkan
disfungsi neurofisiologi yang difus dan atau hanya fokal.
Etiologi
Agen Virus,
- HSV 1 dan 2 (banyak dijumpai pada neonatus), VZV, EBV, virus
campak (PIE dan SSPE), gondok, dan rubella, Arbovirus, rabies
Parasit
Jamur
Patofisiologi
Pelebaran perivascular
13 PENYAKIT NEUROLOGI
20
Perdarahan
Gejala klinis
Disfagia (Rabies)
Differential diagnosis
Brain Abscess
Hypoglycemia
Leptospirosis in Humans
Meningitis
Status Epilepticus
Subarachnoid Hemorrhage
Toxoplasmosis
Tuberculosis
Pemeriksaan
DL
Serum electrolytes
13 PENYAKIT NEUROLOGI
21
CT scan / MRI
CSF analysis.
Biopsi otak
Electroencephalography (EEG)
Penatalaksanaan
kesadaran
Antivirals : Acyclovir
Dexamethasone
Poliomielitis
Definisi
Penyakit dengan kelumpuhan oleh karena kerusakan
Patofisiologi
Virus tubuh melalui saluran orofaring, setelah ditularkan melalui cara oralfekal. Masa inkubasi antara 4 17 hari.
Virus yang tertelan akan menginfektir orofaring tonsil, kelenjar limfe leher
& usus kecil virus akan menempel dan berkembang biak secara local pada sel
13 PENYAKIT NEUROLOGI
22
M usus, Payers patch ileum menyebar pada monosit dan kelenjar limfosit
Viremia
biasanya tidak menimbulkan gejala atau hanya sakit ringan saja.
Pada kasus yang menimbulkan paralysis, diduga virus mencapai system
saraf secara langsung atau retrograde melalui saraf tepi atau saraf simpatik atau
ganglion sensorik pada tempat bermultiplikasi.
Gejala klinis
Bila seseorang terinfeksi virus polio, kemungkinan akan mengalami respons
sebaga berikut :
-
Panas
sakit kepala
Muntah
Diare
jam hingga terjadi kelumpuhan total pada satu atau lebih anggota gerak.
4 bentuk Poliomielitis tipe paralitik :
13 PENYAKIT NEUROLOGI
23
Diagnosis
Adanya kelemahan otot.
Otot-otot tuuh terserang palig akhir.
Reflek tendon dalam biasanya menurun/tdk ada sama sekali
Atrofi otot mulai terlihat 3-5 mgg stlh paralisis dan mjd lengkap dlm wkt
12-15 mgg dan bersifat permanen.
Gagguan fungsi otonom sesaat, iasanya ditandai dgn retensi urin.
Gangguan saraf kranial (poliomielitis bulbar). Dapat mengenai saraf
kranial IX dan X atau III.
Pemeriksaan laboratorium
LCS leukositosis dengan jumlah sel 10 200 sel / mm3, mulanya
dominant PMN, setelah 72 jam dominant limfosit; protein sedikit
meninggi, glukosa dan elektrolit normal, tekanan tidak meningkat.
Isolasi dan kultur virus polio dari tinja dapat digunakan untuk konfirmasi
diagnosis.
Pemeriksan IgM spesifik polio virus di serum dan LCS
Indirect immunofluorescence microscopy dari kultur sel tinja
Penatalaksanaan
Belum ada pengobatan khusus yang dapat menyembuhkan penyakit ini.
13 PENYAKIT NEUROLOGI
24
Rehat baring total harus segera dilakukan pada penderita yang di duga
mengidap poliomyelitis betapapun ringannya gejala, sebab aktivitas fisik
pada stadium preparalitik akan meningkatkan resiko terjadinya paralysis
yang berat.
Penderita poliomyelitis paralitik bentuk spinal posisi ekstremitas harus
diperhatikan untuk menghindari terjadinya kontraktur, lengan dan tangan
dapat diberi split, sedang untuk menghindari kulai kaki dapat diberi papan
pengganjal pada telapak kaki agar selalu dalam posisi dorsofleksi.
Komplikasi
Prognosis
Tergantung berat ringannya kelumpuhan.
Penderita dengan kelumpuhan ringan, pulih dengan sempurna.
Penderita polio spinal 50% akan semuh sempurna, 25% mengalami
disabilitas ringan, 25% mengalami disabilitas serius dan permanen.
Preventif
13 PENYAKIT NEUROLOGI
25
III. EPILEPSI
A. Definisi
13 PENYAKIT NEUROLOGI
26
Epilepsi primer
Tidak dapat ditemukan kelainan pada jaringan otak, diduga bahwa terdapat
kelainan keseimbangan zat kimia dalam sel-sel saraf pada area jaringan otak yang
abnormal.
2.
Epilepsi sekunder
Akibat dari adanya kelainan pada jaringan otak.
Penyebab spesifik dari epilepsi :
C. Patofisiologi
Epilepsi terjadi akibat lepas muatan paroksimal yang berlebihan dari
sebuah fokus kejang atau dari jaringan normal yang terganggu akibat akibat suatu
keadaan patologik. Lesi di otak tengah, talamus, dan korteks serebrum
kemungkinan besar bersifat epileptogenik, sedangkan lesi di serebelum dan
batang otak umumnya tidak memicu kejang.
Di tingkat membran sel, fokus kejang memperlihatkan beberapa
fenomena, antara lain sebagai berikut :
13 PENYAKIT NEUROLOGI
27
D. Manifestasi klinis
Klasifikasi
Parsial
Karakteristik
Kesadaran utuh walaupun mungkin
berubah, fokus di satu bagian tetapi
a. Parsial Sederhana
Autonomik
bradikardi,
takikardi,
trakipnu,kemerahan,
b. Parsial Kompleks
kejang
parsial
(mengecapkan
bibir,
13 PENYAKIT NEUROLOGI
28
Generalisata
Hilangnya
kesadaran,
tidak
ada
a. Tonik klonik
b. Absence
klonik
otot,
c. Mioklonik
d. Atonik
(drop attacs)
Gerakan menyentak
Repetitif,
tunggal
f. Tonik
tajam,
atau
lambat
dan
multipel
di
Mata
dan
kepala
mungkin
13 PENYAKIT NEUROLOGI
29
denyut
Lanjut
menit)
Menurunnya
jantung
tekanan
darah
kadar
glukosa
Disritmia
Edema
nonjantung
hipotensi
serebrum
paru
Gangguan sawar
darah
otak
serebrum
putih
E. Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium
aliran
yang
menyebabkan edema
tubuh
berkurangnya
Menurunnya
jam)
Hipotensi disertai
gula darah
Meningkatnya
Berkepanjangan (>1
tekanan darah
Meningkatnya
(15-30
pemeriksaan ureum
Pemeriksaan neurologis
Pemeriksaan EEG
F. Terapi
Penatalaksanana primer untuk pasien kejang adalah terapi obat untuk
mencegah timbulnya kejang atau untuk mengurangi frekuensinya sehingga pasien
dapat hidupnormal. Sekitar 70% - 80% pasien memperoleh manfaat dari
13 PENYAKIT NEUROLOGI
30
pemberian obat antikejang. Obat yang dipilih ditentukan oleh jenis kejang dan
profilefek samping.
Tipe
Parsial
a.
Parsial sederhana
FB, DFH, Kz
b.
Parsial kompleks
FB, DFH, Kz
a.
Lena
ETS, AVP
b.
Mioklonik
ETS, AVP
c.
Tonik klonik
d.
Atonik
ETS, AVP
Umum
Keterangan :
FB
: Fenobarbital
DFH
: Defenilhidantoin
Kz
: Karbamazepine
ETS
: Etosuksimid
AVP
: Asam valproat
13 PENYAKIT NEUROLOGI
31
Dosis
Dewasa:
Anak:
Fenobarbital
1,5-3 mg/kg BB
1-5 mg/kg BB
Difenilhidantoin
4 mg/kg BB
4-8 mg/kg BB
Asam Valproat
4 mg/kg BB
10-70 mg/kg BB
Karbamazepin
1,5-8 mg/kg BB
15-25 mg/kg BB
Etosuksimid
1,5-8 mg/kg BB
10-70 mg/kg BB
13 PENYAKIT NEUROLOGI
32
Pasien
dan
atau
keluarganya
telah
diberitahu
tentang
13 PENYAKIT NEUROLOGI
33
Pemberian obat dimulai dari dosis rendah dan dinaikkan bertahap sampai
dosis efektif tercapai atau timbul efek samping (kadar obat dalam plasma
ditentukan bila bangkitan tidak terkontrol dengan dosis efektif)
G. Prognosis
Pada umumnya prognosis epilepsi cukup baik. Pada 50% - 70% penderita
epilepsi serangan dapat dicegah dengan obat-obatan, sedangakan sekitar 50 %
pada suatu waktu akan dapat berhenti minum obat. Epilepsi yang serangan
pertamanya mulai pada usia 3 tahun atau yang disertai kelainan neurologik atau
retardasi mental mempunyai prognosis relatif jelek.
H. Status Epileptikus
b.
Perawatan:
a. Tindakan terapetik pada status epileptikus penderita non-epileptikus
13 PENYAKIT NEUROLOGI
34
Tindakan
Obat
A.
Glukosa
Dosis
Dewasa
25-50 mg
Cara
Anak-anak
1-2 mg/kg/BB
i.v. cepat
Dextrose 50%
Thiamin
100 mg
i.v. cepat
B.
Phenobarbital
100-120 mg
5-10mg/kg/BB
i.m.
C.
Phenobarbital
30-60 mg
5-10mg/kg/BB
i.m. setiap 15
menit
Jika dosis phenobarbital total sebesar 500 mg untuk orang dewasa dan 20
mg/kg/BB untuk anak sudah diberikan dan masih saja dalam status konvulsikus,
maka tindakan berikut harus dilakukan.
D.
Diazepam
2,5-10 mg
5-10 mg
i.v. lambat 2
menit
Jika konvulsi masih belum hilang dalam waktu 15 menit, maka tindakan E harus
dikerjakan
E.
Chloral hydrat 20 cc
10 cc
intrarektal
10%
Jika pemberian Chloral hydrat masih belum menolong, maka harus dilakukan:
F.
Narkosis
b. Tindakan terapetik pada status konvulsikus penderita epileptik
13 PENYAKIT NEUROLOGI
35
IV. TETANUS
13 PENYAKIT NEUROLOGI
36
A. Definisi
Tetanus adalah suatu keadaan intoksikasi susunan saraf pusat oleh
endotoksin bakteri Clostridium Tetani, dengan gejala karakteristik rigiditas otot
yang berkembang progresif disertai eksaserbasi paroksismal.
B. Etiologi
Tetanus disebabkan oleh bakteri gram positif: Clostridium tetani. Bakteri
ini berspora, dijumpai pada tinja binatang terutama kuda, juga bisa pada manusia
dan juga pada tanah yang terkontaminasi dengan tinja binatang tersebut. Spora ini
bisa tahan beberapa bulan bahkan beberapa tahun. Spora dalam keadaan anaerob
membentuk
eksotoksin
Tetanolisin
dan
Tetanospasmin.
Tetanospasmin
bersifat
kardiogenik.
C. Patofisiologi
Tetanospasmin adalah toksin yang menyebabkan spasme, bekerja pada
beberapa level dari susunan saraf pusat dengan cara:
a. Toksin
menghalangi
neuromuscular
transmission
dengan
cara
13 PENYAKIT NEUROLOGI
37
Kejang bertambah berat selama 3 hari pertama dan menetap selama 5-7
hari
Setelah 10 hari kejang mulai berkurang frekuensinya
Setelah 2 minggu kejang mulai hilang
Biasanya didahului dengan ketegangan otot terutama pada rahang dan
leher. Kemudian timbul kesukaran membuka mulut (trismus, lockjaw)
ke atas, sudut mulut tertarik keluar dank e bawah, bibir tertekan kuat
Gambaran umum yang khas berupa badan kaku dengan opistotonus,
tungkai dengan ekstensi, lengan kaku dengan mengepal, biasanya
13 PENYAKIT NEUROLOGI
38
E. Klasifikasi
1. Tetanus Lokal (localited tetanus)
Pada local tetanus dijumpai adanya kontraksi otot yang persisten pada
daerah tempat dimana luka terjadi (agonis, antagonis dan fixator). Kontraksi otot
tersebut biasanya ringan, bisa bertahan dalam beberapa bulan tanpa progressif dan
biasanya menghilang secara bertahap.
Local tetanus bisa menjadi generalized tetanus, tetapi dalam bentuk yang
ringan dan jarang menimbulkan kematian. Bisa juga local tetanus ini dijumpai
sebagai prodromal dari klasik tetanus atau dijumpai secara terpisah. Hal ini
terutama dijumpai sesudah pemberian profilaksis antitoksin.
2. Cephalic tetanus
Cephalic tetanus adalah bentuk yang jarang dari tetanus. Masa inkubasi
berkisar 1-2 hari yang berasal dari otitis media kronik, luka pada daerah muka dan
kepala, termasuk adanya benda asing dalam rongga hidung.
3. Generalized tetanus
Bentuk ini paling banyak dikenal. Sering menyebabkan komplikasi yang
tidak dikenal beberapa tetanus local oleh karena gejala timbul secara diam-diam.
Trismus merupakan gejala utama yang sering dijumpai yang disebabkan oleh
kekakuan otot masetter bersamaan dengan kekakuan otot leher yang menyebabkan
terjadinya kaku kuduk dan kesulitan menelan. Gejala lain berupa risus sardonicus
yakni spasme otot-otot muka, opistotonus (kekakuan otot punggung), kejang
dinding perut. Spasme dari laring dan otot-otot pernafasan bisa menimbulkan
obstruksi saluran nafas, sianose asfiksia. Bisa terjadi disuria dan retensi urine,
kompresi fraktur dan perdarahan di dalam otot. Kenaikan temperature biasanya
hanya sedikit, tetapi bisa juga mencapai 400C. Bila dijumpai hipertermi, tekanan
darah tidak stabil dan dijumpai takikardia penderita biasanya meninggal.
Diagnose ditegakkan hanya berdasarkan gejala klinis.
4. Neonatal tetanus
13 PENYAKIT NEUROLOGI
39
Tingkat Ringan ( I ) :
Trismus ringan dan sedang, kekakuan umum tidak disertai kejang,
Tingkat Sedang ( II ) :
Trismus sedang, kaku disertai spasme kejang ringan sampai sedang yang
berlangsung singkat, disertai disfagi ringan dan takipnoe lebih dari 30 35 kali /
menit.
hipertensi berat dengan takhikardi atau hipertensi diastolic yang berat dan
menetap ( D > 110 mm Hg) atau hipotensi sistolik yang menetap ( S < 90 mm
Hg ), dikenal dengan autonomic storm.
F. Diagnosis
Diagnosis tetanus dapat diketahui dari pemeriksaan fisik pasien sewaktu istirahat,
berupa:
1. Gjala klinik: kejang tetanik, trismus, disfagia, risus sardonicus
2. Adanya luka yang mendahuluinya. Luka ada kalanya sudah dilupakan.
13 PENYAKIT NEUROLOGI
40
darah.
Sering
hiponatremi.
Komplikasi metabolic: asidosis respiratori dan alkalosis respiratorik.
Pada kulit: dekubitus dan thromboplebitis
Dapat terjadi: fraktur tulang vertebra torakal karena kejang
Komplikasi neurologist: berupa neuropati perifer, optalmoplegi serta gangguan
memori dan penurunan kesadaran.
H. Terapi
1. UMUM (5B, Breath, Blood, Brain, Bladder dan Bowel).
2. KHUSUS
13 PENYAKIT NEUROLOGI
41
Pasien tingkat II, III, IV sebaiknya dirawat di ruang khusus dengan peralatan
intensif dan memadai, dan bila perlu dilakukan trakheotomi. Stimulasi cahaya,
taktil dan auditori sedapat mungkin dikurangi.
Metronidazol 3 X 5000 mg
I. Prognosis
Faktor-faktor yang mempengaruhi angka kematian:
Masa inkubasi dan waktu onset, semakin pendek prognosa makin buruk
Beratnya gejala klinik, ( spasme dan dis otonomi ) makin berat makin
buruk
V. PARKINSON
A. Definisi
13 PENYAKIT NEUROLOGI
42
Idiopatik
Usia lanjut
Genetik
Faktor limgkungan
Faktor resiko:
-
Usia, meningkat pada usia lanjut, jarang pada usia diatas 30 tahun
Rasial, kulit putih lebih sering dari pada orang Asia dan Afrika
Genetik
Toksin
Infeksi
Stress Emosional
C. Patofisiologi
Penyakit Parkinson terjadi karena penurunan kadar dopamin akibat
kematian neuron di pars kompakta substansia nigra sebesar 40 50 % yang
disertai
adanya
inklusi
multifaktorial.
D. Klasifikasi
1. Idiopatik (Primer)
Penyakit parkinson
13 PENYAKIT NEUROLOGI
sitoplasmik
eosinofilik
(Lewy
bodies)
akibat
43
Juvenile Parkinsonism
2. Simptomatik (Sekunder)
Toksin:
-
1-Methyl-4Phennnyl-1,2,3,6-Trihydroxypyridine (MPTP) ; Co ;
Mn ; Mg ; CS2 ; Metanol, Etanol; Sianid
Obat:
-
Lain-lain:
-
Hipoparatiroidia
Tumor Otak
Atrofi Multisystem:
Degenerasi
striatogrial;
syndroma
shy-drager;
degenerasi
olivo
Sindroma Demensia:
Kompleks parkinsonism-demensials (GUAM; penyakit lewy bodies difus;
Kelainan Herediter
13 PENYAKIT NEUROLOGI
44
kalsifikasi
ganglia
basal
familial;
Seroid Lipofusinosis
Penyakit Gerstmann-strausler-scheinker
Kelainan Herediter
penyakit Hallervorden-Spatz
Penyakit hatingtong
Neuroakantosis
Penyakit Wilson
13 PENYAKIT NEUROLOGI
parkinsonism
familial;
45
E. Gejala
F. Diagnosis
1. Kriteria Diagnostik (Kriteria Hughes)
Tremor istirahat
Rigiditas
Bradikinesia
Probable
Terdapat kombinasi dua gejala utama atau satu gejala dari tiga gejala
Definite
13 PENYAKIT NEUROLOGI
46
Terdapat tiga kombinasi dari empat gejala atau dua gejala dengan satu
gejala lain yang tidak simetris. Bila semua tanda-tanda tidak jelas periksa ulang
beberapa bulan kemudian.
2. Tanda Khusus:
Meyerson Sign = tidak dapat mencegah kedip mata bila daerah glabela
diketuk berulang-ulang 2X/detik.
3. Pemeriksaan Penunjang
Neuroimaging
CT- Scan
MRI
PET
Laboratorium (penyakit parkinson sekunder)
Patologi Anatomi
Pemeriksaan kadar Cu (Wilsonis Disease) prion (Bovine spongiform
encephalopathy)
G. Penatalaksanaan
1. Umum (Suportive)
Pendidikan (education)
Penunjang (support)
- Penilaian kebutuhan emosional
- Rekreasi dan kegiatan kelompok
- Konsultasi profesional
- Konseling hukum
- Konseling pekerjaan
Latihan fisik
Nutrisi
2. Medikamentosa
a. Antagonis NMDA Amantadin 100 n 200 mg per hari
b. Anti kholinergik
13 PENYAKIT NEUROLOGI
47
Biperiden 3 6 mg perhari
Trihexyphenidyl 3 15 mg perhari
Ethoproprazine 30 60 mg perhari
c. Dopaminergik
d. Dopamin agonis
Apomorphine 10 80 mg perhari
13 PENYAKIT NEUROLOGI
48
a.
b.
c.
d.
4. Rehabilitasi Medik
Tujuan rehabilitasi medik adalah untuk meningkatkan kualitas hidup
penderita dan menghambat bertambah beratnya gejala penyakit serta mengatasi
masalah-masalah sebagai berikut
a.
b.
c.
d.
e.
Abnormalitas gerakan
Kecenderungan postur tubuh yang salah
Gejala otonom
Gangguan perawatan diri (activity of daily living-ADL)
Perubahan psikologik
H. Komplikasi
Hipokinesia
-
Osteoporosis
Afasia
Agnosia
Apraksia
Gangguan postural
-
Perubahan kardio-pulmonal
Ulkus dekubitus
Jatuh
Gangguan Metal
-
Emosional
Gangguan seksual
Depresi
Bradifrenia
13 PENYAKIT NEUROLOGI
49
Psikosis
Demensia
Gangguan Vegetatif
-
Hipotensi postural
Inkontinensia urine
Gangguan keringat
13 PENYAKIT NEUROLOGI
50
Faktor herediter
Infeksi virus
Alergi
Autoimun
Vaskuler
Penyakit sistemik
C. Perjalanan N.VII
Inti motorik nervus VII di pons mengitari inti nervus VI keluar di bagian
lateral pons diantara nervus VII dan VII keluar nervus intermedius nervus
VII, VII dan intermedius masuk ke meatus akustikus internus nervus VII dan
intermedius berjalan bersama masuk ke kanalis fasialis masuk ke dalam os
mastoid foramen stilomastoid otot wajah
D. Gejala klinis
13 PENYAKIT NEUROLOGI
51
inervasi hemisfer.
Tipe perifer : ipsilateral, semua bagian wajah lumouh mulai dari dahi
sampai mulut.
E. Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan klinis
- Test Lakrimasi
- Fungsi sensorik (test rasa pada lidah)
- Test refleks stapedius
- Pemeriksaan fungsi motorik
F. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
2. Pembedahan (dekompresi)
4. Fisioterapi dini
13 PENYAKIT NEUROLOGI
52
G. Komplikasi
1. Fenomena air mata buaya ; waktu makan keluar air mata. (akibat regenerasi
serabut saraf otonom yang salah arah)
2. Kontraktur otot wajah
3. Sinkinesis ; gerakan sadar menutup mata, terjadi pengangkatan sudut mulut,
kontraksi otot platisma, atau pengerutan dahi ( regenerasi serabut saraf mencapai
otot yang salah)
4. Spasme otot wajah
5. Ptosis alis
6. Bells palsy rekuren
F. Prognosis
13 PENYAKIT NEUROLOGI
53
13 PENYAKIT NEUROLOGI
54
C. Etiologi
Tidak diketahui, namun dipercaya berkaitan degan timoma.
D. Patofisologi
Kegagalan transmisi impuls saraf pada hubungan neuromuskuler dimana
asteilkolin tidak sampai pada membran post sinaptik dalam jumlah yang cukup.
Gangguan ini timbul karena adanya reaksi autoimunologik pada tempat tersebut.
E. Gejala klinis
Gejala klinis muncuk terutama pada saat aktivitas dimana akan timbul
kelainan mata seakan-akan mata akan menutup, gangguan menelan dan gangguan
berbicara.
F. Diagnosis
Anamnesa
Pemeriksaan
- Test westernberg, yaitu pasien menatap tanpa kedip pada benda yang
terletak diatas bidang ke dua mata beberapa waktu lamanya pada
-
13 PENYAKIT NEUROLOGI
55
G. Penatalaksanaan
Antikholin esterase
Obat-obat ini menghambat kolinesterase yang kerjanya menghancurkan
asetilkolin
menghindari efek samping. Dosis awal harus kecil ( 10 mg ) dan dinaikkan secara
bertahap 5 15 mg / mgg.Indikasi :
Azatrioprin
- Obat ini diberikan dengan dosis 2,5 mg / kg BB selama 8 mgg
- Dianjurkan pemberian bersama-sama dengan prednisolon
Timektomi
Indikasi :
-
H. Krisis myastenia
Keadaan penderita yang cepat memburuk, terjadi karena ;
13 PENYAKIT NEUROLOGI
56
emosional
infeksi
melahirkan
obat-obat yang menyebabkan neuromuscular blok (Strepto, Neomicyn,
curare, quinine)
G. Kholinergik krisis
Tindakan :
-
13 PENYAKIT NEUROLOGI
57
VIII. CEPHALGIA
A. Definisi
Nyeri kepala adalah nyeri atau sakit sekitar kepala, termasuk nyeri di
belakang mata serta perbatasan antara leher dan kepala bagian belakang. Nyeri
kepala adalah semua perasaan tidak menyenangkan di daerah kepala.
B. Etiologi
13 PENYAKIT NEUROLOGI
58
C. Patofisiologi
13 PENYAKIT NEUROLOGI
59
D. Diagnosa
1. Anamnesa lama nyeri, frekuensi, lama serangan, lokasi, pemicu, sifat, gejala
yang menyertai, pengobatan, riwayat penyakit dahulu dan riwayat penyakit
keluarga.
2. Pemeriksaan GCS, nervus cranialis, palpasi tengkorak dan otot, nyeri tekan
tengkuk, perabaan arteri temporalis, EEG dan Ct scan.
13 PENYAKIT NEUROLOGI
60
Nyeri kepala tipe tegang adalah suatu keadaan yang melibatkan sensasi
nyeri atau rasa tidak nyaman di daerah kepala, kulit kepala, atau leher yang
biasanya berhubungan dengan ketegangan otot di daerah ini.
Patofisiologi
NKTO dapat disebabkan oleh berbagai mekanisme.
13 PENYAKIT NEUROLOGI
61
Nyeri kepala dapat berlangsung episodik (< 15 hari / bulan, nyeri hilang
dalam 30 menit - 7 hari) atau secara kronik ( >15 hari / bulan, selama 6
bulan)
Memburuk atau dicetuskan oleh stress
Klasifikasi
-
NKTO Episodik
:
- Serangan nyeri kepala yang terjadi < 15 x/ bulan
- Setidak-tidaknya 2 dari kriteria berikut
- Terasa seperti ditekan atau diikat namun tidak berdenyut
- Tidak ada gejala prodormal atau aura
- Intensitasnya ringan sampai sedang
- Lokasi bilateral
- Fotofobia dan fonofobia tidak ada atau hanya salah satu
- Tidak ada nyeri kepala akibat sebab lain
NKTO kronik
Serangan nyeri kepala yang timbul lebih dari 15 x/ bulan dan berlangsung
memenuhi syarat untuk diagnosis salah satu NKTO dan juga tidak memenuhi
kriteria untuk nyeri kepala migren tanpa aura
Penatalaksanaan
-
Pencegahan
- Hindari faktor pencetus (stress, kelelahan, kecemasan, rasa lapar, rasa
marah,dan posisi tubuh yang tidak sehat)
- Pola hidup sehat
Istirahat yang cukup
Olahraga teratur
Berekreasi
Non-Farmakologi Kompres hangat atau dingin pada dahi,
Mandi air
13 PENYAKIT NEUROLOGI
62
Faktor pemicu
Patofisiologi
Sebelum Decade of the Brainmigren adalah suatu prnyakit vaskular yang
dipicu oleh proses-proses yang menyebabkan vasokonstriksi diikuti vasodilatasi,
peradangan dan nyeri kepala.
Saat ini, perubahan beurokimiawi (dopamin dan serotonin) hilang
pengendalian neuron sentral aktivasi sistem trigeminovaskular pembebasan
neuropeptida peradangan steril di sekitar pemb.darah
Nyeri saat serangan disfungsi SSP hilangnya pengendalian neural
sentral keseimbangan pembuluh darah kranial terganggu dan melebar
plasma keluar ruang perivaskular aktivasi sistem trigeminovaskular untuk
neuropeptida respon peradangan di sekitar pembuluh darah.
13 PENYAKIT NEUROLOGI
63
Klasifikasi
Klasifikasi migrain menurut ICD-10
Gejala klinis
13 PENYAKIT NEUROLOGI
64
ketegangan otot
Aura : berlangsung 5-20 menit, biasanya berakhir kurang dari 1 jam
- tanpa aura klasik migraine
- dengan aura common migraine
Sakit kepala : umumnya satu sisi, berdenyut-denyut, disertai mual dan
muntah, sensitif terhadap cahaya dan suara. Terjadi antara 4 -72 jam
Postdromal : tanda-tanda lain migrain seperti tidak bisa makan,
13 PENYAKIT NEUROLOGI
65
Profilaksis
kegiatan olahraga.
Pizotifen (antihistamin)
Efek samping : nafsu makan meningkat
Definisi
Nyeri paroksismal pada daerah distribusi nervus trigeminal yang
melibatkan satu atau lebih cabang nervus trigeminus.
Nyeri saraf trigeminal yang ditandai oleh serangan nyeri mendadak,
paroksismal, tajam, dan hebat seperti tikaman pada daerah percabngan nervus
trigeminal disertai gangguan vasomotor, sekretorik, berlangsung beberapa detik
sampai menit dipicu oleh sikat gigi, mengunyah, mencuci muka, mencukur,
terkena air dingin atau menelan.
13 PENYAKIT NEUROLOGI
66
Klasifikasi
penyebabnya.
Simptomatik trigeminal neuralgia penyebabnya diketahui misalnya oleh
multiple sklerosis, tumor sekitar ganglion trigeminal atau karena herpes
zooster.
Patofisiologi
batang otak
Angulasi berlebihan pada akar saraf trigeminus akibat demineralisasi os
petrossum atau karena adanya iritasi ganglia Gasseri oleh os petrosum
Gejala klinis
muncul lagi
Nyeri dapat berminggu-minggu atau berbulan-bula, mereda kemudian
timbul lagi
Cabang nervus trigeminus ke-2 dan ke-3 lebih sering terkena dan
unilateral
Pemeriksaan neurologis hampir selalu normal
Bilateral apabila oleh karena multiple sklerosis
Dapat disertai spasme wajah sesisi
Penatalaksanaan
13 PENYAKIT NEUROLOGI
67
Cluster Headache
Definisi
Nyeri yang sangat berat yang mengenai separuh dari kepala, daerah sekitar
mata kemudian meluas ke rahang dan pelipis.
Patofisiologi
13 PENYAKIT NEUROLOGI
68
Gejala klinis
Sering disertai dengan lakrimasi pada sisi yang sama dengan nyeri kepala,
konjuntival injection, nasal kongesti, ptosis, perubahan pupil, berkeringat
yang unilateral atau bilateral dan fasial flushing
Penatalaksanaan
Sumatriptan, untuk mencegah vasodilatasi, injeksi SC 6 mg dapat diulang setelah
24 jam.
13 PENYAKIT NEUROLOGI
69
Arteritis Temporalis
Definisi
Nyeri temporal yang hebat di pelipis, kemudian nyeri ini menjadi hebat
dan seluruh kepala terasa nyeri
Patofisiologi
Gejala klinis
Penatalaksanaan
13 PENYAKIT NEUROLOGI
70
immunologik
Ciri-ciri patologik yang khas adalah infiltrasi limfosit dan infiltrasi sel
makrofag dari serat saraf perifer dengan destruksi mielin
13 PENYAKIT NEUROLOGI
71
B. Patofisiologi
antigen spesifik sel Schwan saraf perifer, sehigga terjadi blok konduksi.
Pada AIDP terjadi demielinisasi, pada AMAN dan AMSAN terjadi
degenerasi aksonal.
C. Gejala klinik
Permulaan sub akut sering mulai 1 3 mgg setelah infeksi saluran nafas
bagian atas
Keluhan utama adalah kelemahan , mulai dari ataksia ringan sampai
paralisis total
Kelumpuhan biasanya mulai dari ekstremitas bagian bawah dan menjalar
ke atas (ascending)
Otot-otot leher, tubuh dan interkostal terkena lebih lambat
Pola kelumpuhan simetris
Refleks fisiologis menghilang
Gangguan rasa raba, berupa gloves-stocking hipestesi
Paralisis N VII, IX,X
Gangguan rasa raba, berupa glove-stocking hipestesi
Gangguan rasa posisi dan getar terutama terganggu
Inkontinensi / retensio urin
Hipotensi ortostatik
Sinus takhikardi
Nyeri otot yang terkena
Periode Progresif, pada periode ini terdapat progresivitas dari gejalagejalanya.,lamanya rata-rata 9 hari atau bervariasi antara 2 21 hari.
13 PENYAKIT NEUROLOGI
72
Periode Penyembuhan, lamanya 3-4 miggu dan kadang-kadang berbualnbulan atau tahun
E. Gambaran khas
Disosiasi sito albumin : jumlah protein meningkat (> 0, 55 gr/L) tanpa diikuti
peningkatan limfosit.
F. Penatalaksanaan
G. Prognosis
13 PENYAKIT NEUROLOGI
73
keadaan
patologis
yang
disebabkan
oleh
herniasi
diskus
13 PENYAKIT NEUROLOGI
74
13 PENYAKIT NEUROLOGI
75
C. Gejala klinis
Nyeri pinggang bawah, dapat timbul mendadak dan hebat, didahului atau
yang sakit.
Nyeri radikuler, gangguan motorik atau sensorik, yang sesuai dengan
kompresi
D. Cara pemeriksaan
13 PENYAKIT NEUROLOGI
76
Anamnesa
Pemeriksaan neurologis
- Test Lasegue, pemeriksaan sensorik, motorik, refleks
Pemeriksaan tambahan
- darah lengkap (terutama LED, Ca, P, Fosfatase alkali/asam, BSN)
- X-foto lumbo-sakral AP / LAT
- EMG
- LP, myelografi / kaudografi
- CT scan
E. Penatalaksanaan
Konervatif
Pembedahan
equina
Kompresi akar saraf yang menimbulkan kelumpuhan otot, seperti foot
drop.
XI. MIOPATI
A. Definisi
Kelainan yang ditandai dengan adanya fungsi abnormal otot (serabut
otot/jaringan intertistiel) tanpa adanya bukti denervasi.
13 PENYAKIT NEUROLOGI
77
B. Klasifikasi
Herditer
Acquired
Penyakit otot
Otot proksimal
(-)
Neurogen
Otot distal, kecuali genu
(+) kecuali kelainan
(-)
kornu anterior
(+) kecuali
kornu anterior
kecuali Akut/sub akut
kelainan
Perjalanan penyakit
Kronik,
kecuali
EMG
polimiosistis
ALS
Fasuculasi dan fibrilasi (-) Fasiculasi dan fibrilasi
(+)
Umur
Perjalanan penyakit
Insiden
Gejala
Keadaan umum
CPK
Klasifikasi
Herediter
< 30 tahun
Pelan (tahunan)
Pria >>
Tenaga berkurang
Acquired
>30 tahun
Minggu-bulan
Wanita >>
Nyeri bertambah, LED
Baik
Meningkat
Distrofi muskular,
meningkat
Terganggu, febris
Meningkat
Polimiositis, paralisis
miotonia, distrofi
periodik
miotonia
Ditrofi Muskulorum Progresive (DMP) / Distrofi Duchcnee
Definisi
Miopati genetik yang ditandai dengan adanya kelemahan otot progresive
dan degenerasi serabut otot.
Patofisiologi
13 PENYAKIT NEUROLOGI
78
Tidak adanya protein, distrofi pada serabut otot gangguan membran sel
otot kebocoran membran sel otak enzim CPK (creatinin phospokinase)
merembes ke otot CPK serum meningkat.
Gejala klinis
Pemeriksaan laboratorium
Differential diagnosis
Penatalaksanaan
13 PENYAKIT NEUROLOGI
79
Gejala
Terapi
Prinsip terapi mengurangi kekakuan otot dengan pemberian kinin dan
dilantin.
Distrofi Miotonika (Steidert)
Gejala
Gejala
13 PENYAKIT NEUROLOGI
DARI
DUDUK,
80
Diagnosis
Terapi
KORTIKOSTEROID
IMUNOSUPRESIF / SITOSTATIKA
Paralisis Periodik
Gejala
LENGAN DAN
TUNGKAI
TONUS OTOT MENURUN, TAK ADA GANGGUAN SENSIBILITAS
TIDAK MENYERANG OTOT MUKA DAN PERNAFASAN
Terapi
13 PENYAKIT NEUROLOGI
81
XII. KOMA
A. Definisi
Koma ialah keadaan pada mana kesadaran menurun pada derajat yang
terendah. Koma akan menjadi kenyataan jika korteks serebri kedua sisi tidak lagi
menerima impuls aferen aspesifik yang disampaikan melalui lintasan aspesifik
difus substansia retikularis. Koma juga dapat dibangkitkan jika lapisan substansia
grisea kedua hemisferium dibuang (dekortikasi) atau jika inti intralaminar talamik
semuanya dirusak atau jika substansia grisea di sekitar akuaduktus Sylvii
dihancurkan. Akibatnya menimbulkan keadaan dimana penyaluran impuls
asendens aspesifik tersumbat pada nuclei intralaminar atau di substansia grisea di
sekitar akuaduktus Sylvii.
B. Klasifikasi
Koma dapat dibagi dalam:
1. Koma supratentorial diensefalik
2. Koma infratentorial diensefalik
3. Koma bihemisferik difus
Koma Supratentorial Diensefalik
13 PENYAKIT NEUROLOGI
82
13 PENYAKIT NEUROLOGI
83
mendesak tepi medial unkus dan girus hipokampalis dan kolong tepi bebas daun
tentorium. Karena desakan itu, bukannya diensefalon yang pertama-tama
mengalami gangguan, melainkan bagian ventral nervus occulomotorius. Maka
dari itu gejala yang pertama akan dijumpai bukannya gangguan kesadaran akan
tetapi dilatasi pupil kontralateral. Pupil yang melebar itu mecerminkan penekanan
terhadap nervus occulomotorius dari bawah oleh arteria serebeli. Tahap yang
segera menyusul ialah tahap kelumpuhan nervus occulomotorius totalis. Progresi
bisa cepat sekali, dan juga pedunkulus serebri kontralateral mengalami iskemia
pada tahap ini. Sehingga hemiparesis timbula pada sisi proses desak ruang
supratentorial yang bersangkutan. Pada tahap perkembangan ini juga diikuti
progresifitas penurunan kesadaran.
Sindrom kompresi rostrkaudal terhadap batang otak.
Proses desak ruang supratentorial secara berangsur-angsur dapat
menimbulkan kompresi terhadap bagian rostral batang otak. Prose tersebut
meliputi:
a. herniasi girus singuli di kolong falks serebri
b. herniasi lobus temporalis di kolong tentorium
c. penjiratan diensefalon dan bagian rostral mesensefalon oleh tepi bebas
daun tentorium secara bilateral
Pada tahap dini dari kompresi rostro-kaudal terhadap batang otak akan
kita dapati (1) respirasi yang kurang teratur, yang sering mendahului respirasi
jenis Cheyne-Stokes; (2) pupil kedua sisi sempit sekali; (3) kedua bola mata
bergerak perlahan-lahan secara konjugat ke samping kiri dan kanan bahkan dapat
bergerak secara divergen; (4) gejala-gejala UMN pada kedua sisi. Ini merupakan
gejala tahap diensefalon.
Pada tahap kompresi rostro-kaudal berikutnya (1) kesadaran menurun
sampai derajat yang paling rendah; (2) suhu badan mulai meningkat dan
cenderung untuk melonjak terus; (3) respirasi menjadi cepat dan mendengkur; (4)
pupil yang tadinya sempit berangsur-angsur menjadi lebar dan tidak bereaksi lagi
terhadap sinar cahaya. Itulah manifestasi tahap mesensefalon.
13 PENYAKIT NEUROLOGI
84
sehingga
medulla
oblongata
mengalami
penekanan.
Untuk manifes ketiganya biasanya berbaruan, oleh karena manifestasinya
berjalan serempak. Gamabaran manifesnya antara lain:
- Muntah-muntah
- Kelumpuhan beberapa saraf otak
- Deviation conjugee
- Pupil sempit dan tak bereaksi terhadap cahaya
- Proptosis dapat timbul jika vena galeni tersembut
- Kesadaran menurun yang menjurus ke koma
- Hiperventilasi
2. Sindroma lesi infratentorial dengan destruksi difusse ascending reticular
system
13 PENYAKIT NEUROLOGI
85
13 PENYAKIT NEUROLOGI
86
2) Ensefalopati Sekunder
Sebab-sebab terjadinya ensefalopati sekunder adalah :
Kekurangan zat asam, glukosa dan kofaktor-kofaktor yang diperlukan
untuk metabolism sel.
a. Hipoksia, yang bisa timbul karena: penyakit paru-paru, anemia,
intoksikasi karbon mono-oksida
b. Iskemia, yang bisa berkembang karena: CBF yang menurun akibat
penurunan cardiac output, seperti pada sindrom stokes-adams,
aritmia, dan infark jantung. CBF menurun akibat resistensi
vascular yang meningkat, seperti pada ensefalopati hipertensif,
sindrom hiperventilasi dan sindrom hiperviskositas.
c. Hipoglikemia, yang bisa timbul karena: pemberian insulin atau
pembuatan insulin endogenik meningkat.
d. Defisiensi kofaktor thiamin, niacin, pyridoxine, dan vitamin B1
Penyakit-penyakit organic diluar susunan saraf
a. Penyakit non-endokrinologik seperti: penyakit hepar, ginjal,
jantung dan paru.
b. Penyakit endrokrinologik : M. Addison, M. Cushing, tumor
pancreas miksedema, feokromositoma dan tirotosikosis.
Intoksikasi eksogenik
a. Sedativa, seperti barbiturate, opiate, obat antikolinergik, ethanol
dan penenang.
b. Racun yang menghasilkan
banyak
katabolit
acid,
seperti
serebral,
seperti
meningitis,
ensefalitis
dan
perdarahan
subaraknoidal.
Trauma kapitis yang menimbulkan gangguan difus tanpa perubahan
morfologik, seperti pada komosio.
13 PENYAKIT NEUROLOGI
87
Interna
1. Vital sign (tekanan darah, nadi, suhu, respirasi)
2. bau pernapasan (amoniak alkohol, aseton)
13 PENYAKIT NEUROLOGI
88
Neurologik
1. Kesadaran, berdasar GCS
2. Menetapkan letak/topis urutan pemeriksaan:
a. Observasi umum
b. Pola pernapasan
c. Kelainan pupil
d. Refleks sefalik
e. Reaksi terhadap rangsang nyeri
f. Fungsi traktus piramidalis
g. Pemeriksaan laboratorium
h. Pemeriksaan dengan alat
13 PENYAKIT NEUROLOGI
89
Pola pernapasan
1. CHEYNE-STOKES pernapasan apnea, kemudian berangsur bertambah
besar amplitudonyagangguan hemisfer & / BO bag atas
2. KUSSMAUL / BIOT pernapasan cepat & dalam gangguan di
tegmentum (antara mesensephalon & pons)
3. APNEUSTIK inspirasi dalam diikuti penghentian ekspirasi selama
waktu yang lama gangguan d pons
4. ATAKSIK pernapasan dangkal, cepat, tak teratur gangguan d
fomartio retikularis bag. dorsomedial & med. Oblongata
Kelainan pupil
1. Lesi di hemisfer kedua mata melihat ke samping ke arah hemisfer yang
terganggu. Besar dan bentuk pupil normal. Refleks cahaya positif normal
2. lesi di talamus kedua mata melihat ke hidung (medial bawah), pupil
kecil, refleks cahaya negatif.
3. lesi di pons kedua mata di tengah, gerakan bola mata tidak ada, pupil
kecil, refleks cahaya positif, kadang terdapat ocular bobing.
4. lesi di serebellum kedua mata ditengah, besar, bentuk pupil normal,
refleks cahaya positif normal
5. gangguan N oculomotorius pupil anisokor, refleks cahaya negatif pada
pupil yang lebar, ptosis
Refleks sefalik
1. refleks pupil refles cahaya , refleks konsensual, refleks konvergensi
bila terganggu topisnya di mesencephalon
2. doll's eye phenomenon = refleks okulosefalik bila kepala penderita
digerakkan ke samping maka bola mata akan bergerak ke arah berlawanan
3. refleks okuloauditorik bila dirangsang suara keras penderita akan
menutup mata gangguan d pons
13 PENYAKIT NEUROLOGI
90
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Analisa gas arteri : membedakan hipoksia dengan gangguan CNS
b. LFT mungkin normal
c. Periksa elektolit, glukosa, creatinin, hematokrit, platelet, protrombin
2. EKG untuk mendapatkan gambaran hipokalsemia/hiperkalsemia, gambaran
hipotiroid/hipertiroid
3. EEG untuk konfirmasi kerusakan structural korteks
4. CT-Scan
13 PENYAKIT NEUROLOGI
91
D. Terapi koma
Secara umum:
1. Breath : bebaskan dan bersihkan jalan nafas, posisi lateral dekubitus,
terdelenberg. k/p intubasi dan nafas buatan, oksigenasi dan ventilasi.
2. Blood : infuse ns, k/p dopamine 3 g/kg atau drp dopamine 50-200
g/500cc
3. Brain :
Bila hipoglikemia: D40 % 50 cc iv atau tiamin 100mg iv
Bila keracunan antidotum, diuretic
Bila kejang : diazepam 10 mg iv atau phenitoin 10-18 mg/kgBB iv
13 PENYAKIT NEUROLOGI
92
1.
2.
3.
4.
5.
Stage Koma
1. Status Vegetatif
Pola tidur dan terjaga relatif normal, penderita bisa bernafas dan menelan
secara spontan dan bahkan bisa memberikan reaksi yang mengejutkan
terhadap suara keras. Tetapi penderita kehilangan seluruh kemampuan
berfikir dan perilaku sadarnya, baik untuk sementara waktu maupun
selamanya. Sebagian besar penderita memiliki refleks abnormal yang
khas, seperti kekakuan atau sentakan pada lengan dan tungkainya.
2. Status Locked-in
Suatu keadaan yang jarang terjadi, dimana penderita sadar dan mampu
berfikir tetapi mengalami kelumpuhan hebat, sehingga hanya bisa
berkomunikasi dengan cara membuka atau menutup matanya. Hal ini bisa
terjadi bersamaan dengan kelumpuhan saraf tepi yang berat atau dengan
stroke akut.
3. Brain death (kematian otak)
Kehilangan kesadaran yang paling berat. Pada keadaan ini secara
permanen otak telah kehilangan seluruh fungsi vitalnya, termasuk
kesadaran dan kemampuan mempertahankan pernafasan. Tanpa bantuan
respirator dan obat-obatan, penderita akan segera meninggal. Secara
hukum seseorang dikatakan meninggal jika otaknya telah berhenti
berfungsi,
meskipun
jantungnya
masih
berdenyut.
Dokter
dapat
13 PENYAKIT NEUROLOGI
93
E. Prognosis
Prognosis pasien tergantung dari penyebab utama penyakit dibanding dari
dalamnya suatu koma. Koma yang disebabkan karena metabolik dan intoksikasi
obat lebih baik prognosisnya dibanding koma yang disebabkan oleh kelainan
struktur intrakranial. Koma lebih dari 1 bulan prognosis buruk
XIII. VERTIGO
A. Definisi
PERASAAN
DISEKITARNYA BERPUTAR.
VERTIGO ADALAH SUATU GEJALA, BUKAN PENYAKIT
DIMANA
B. Etiologi
VESTIBULUM
13 PENYAKIT NEUROLOGI
PASIEN
MERASA
DIRINYA/OBYEK
94
EIGHT NERVE
RETIKULUM DR BATANG OTAK
TABES DORSALIS
IMAGINATION
GENERALIZED ILLNESS
OPTHALMIC DISEASE
C. Patofisiologi
D. Klasifikasi
Vertigo vestibuler
- Sentral
- Perifer
Vertigo non vestibuler
- Sistem visual
- Sistem somatosensori
Karakteristik
Vertigo vestibuler
waktu
episodik
konstan
13 PENYAKIT NEUROLOGI
95
Sifat vertigo
berputar
Melayang
Faktor pencetus
Stress, hiperventilasi
posisi
Gejala penyerta
Karakteristik
V. Vestibular Perifer
V. Vestibular Sentral
Onset
Durasi
Frekuensi
Biasanya konstan
Intensitas
Berat
Sedang
Diperparah perubahan
Ya
Biasanya normal
posisi kepala
Pendengaran
dengan tinnitus
Nistagmus
Penyebab
nistagmus fatique
Menieres disease
Labyrinthitis
Positional vertigo
Insufisiensi A. Vertebral
Neuroma Akustik
Sklerosis Multiple
13 PENYAKIT NEUROLOGI
96
E. Gejala umum
Mual muntah
Gangguan keseimbangan
Cemas, panik
Nistagmus
Pendengaran normal
F. Pemeriksaan
ANAMNESIS
-
FAKTOR PENCETUSNYA
FAKTOR PREDISPOSISI
PEMERIKSAAN INTERNA
PEMERIKSAAN NEUROLOGIK
-
KESADARAN,
PEMERIKSAAN
SARAF
OTAK,
SISTEM
13 PENYAKIT NEUROLOGI
97
G. Penatalaksanaan
TERAPI KAUSAL
- SESUAI DGN PENYEBAB
- BIASANYA PENYEBABNYA SULIT
DITEMUKAN
Tx
SIMPTOMATIS
TERAPI SIMPTOMATIS
- TERUTAMA DITUJUKAN KEPADA 2 GEJALA UTAMA: RASA
BERPUTAR DAN GEJALA OTONOM
Antikolinergik skopolamin 0,6 mg/kg BB; ES konstipasi &
mulut kering Shg ditinggalkan
Antihistamin
-
Fenotiazin,
memblok
dopamin;
antikolinergik;
antihistamin,
klorpromazin 3x25 mg
Butirophenon, bila antihistamin tidak membantu, 3x1 mg
Flunarizin, calsium entry blocker
TERAPI REHABILITATIF
Terapi rehabilitatif vestibuler :
-
dan
mencegah
seseorang
jatuh
dengan
13 PENYAKIT NEUROLOGI
98
Latihan visual-vestibuler
o Untuk px yang harus berbaring
o Untuk px yang sudah bisa duduk
o Untuk px yang sudah bisa berdiri/berjalan
o Latihan berjalan (Gait Excersise)
o Menyebrang ruangan dg mata terbuka dan tertutup
o Berjalan tandem dg mata terbuka dan tertutup bergantian
13 PENYAKIT NEUROLOGI