Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
ASMATIKUS
PENGERTIAN
Asthma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial
yang dikarakteristikan oleh periode bronkospasme (kontraksi
spasme yang lama pada jalan nafas). (Polaski : 1996).
Asthma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang
dikateristikan dengan bronkospasme yang reversibel. (Joyce M.
Black : 1996).
Asthma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten,
reversibel dimana trakea dan bronkhi berespon secara hiperaktif
terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne : 2001).
Status asmatikus adalah asma yang berat dan persisten yang
tidak berespons terhadap terapi konvensional. Serangan dapat
berlangsung lebih dari 24 jam. Infeksi, ansietas, penggunaan
tranquiliser berlebihan, penyalahgunaan nebulizer, dehidrasi,
peningkatan blok adrenergic, dan iritan nonspesifik dapat
menunjang episode ini. Epidsode akut mungkin dicetuskan oleh
hipersensitivitas terhadap penisilin.
Status asmatikus adalah suatu keadaan darurat medic
berupa seranganasam berat kemudian bertambah berat yang
refrakter bila serangan 1 2 jam pemberian obat untuk serangan
asma akut seperti adrenalin subkutan, aminofilin intravena, atau
antagonis2 tidak ada perbaikan atau malah memburuk.
PATOFISIOLOGI
Karakteristik dasar dari asma ( konstriksi otot polos
bronchial, pembengkakan mukosa bronchial, dan pengentalan
sekresi ) mengurangi diameter bronchial dan nyata pada status
asmatikus. Abnormalitas ventilasi perfusi yang mengakibatkan
Aminofilin
Diberikan melalui infuse / drip dengan dosis 0,5 0,9 mg/kg BB
/ jam. Pemberian per drip didahului dengan pemberian secara
bolus apabila belum diberikan. Dosis drip aminofilin
direndahkan pada penderita dengan penyakit hati, gagal jantung,
atau bila penderita menggunakan simetidin, siprofloksasin atau
eritromisin. Dosis tinggi diberikan pada perokok. Gejala toksik
Kortikosteroid
Kortikosteroid dosis tinggi intraveni diberikan setiap 2 8 jam
tergantung beratnya keadaan serta kecepatan respon. Preparat
pilihan adalah hidrokortison 200 400 mg dengan dosis
keseluruhan 1 4 gr / 24 jam. Sediaan yang lain dapat juga
diberikan sebagai alternative adalah triamsiolon 40 80 mg,
dexamethason / betamethason 5 10 mg. bila tidak tersedia
kortikosteroid intravena dapat diberikan kortikosteroid per oral
yaitu predmison atau predmisolon 30 60 mg/ hari.
5)
Antikolonergik
Iptropium bromide dapt diberikan baik sendiri maupun dalam
kombinasi dengan agonis 2 secara inhalasi nebulisasi terutama
penambahan penambahan ini tidak diperlukan bila pemberian
agonis 2 sudah memberikan hasil yang baik.
6) Pengobatan lainnya
a) Hidrasi dan keseimbangan elektrolit
Dehidrasi hendaknya dinilai secara klinis, perlu juga
pemeriksaan elektrolit serum, dan penilaian adanya asidosis
metabolic. Ringer laktat dapat diberikan sebagai terapi awal
untuk dehidrasi dan pada keadaan asidosis metabolic diberikan
Natrium Bikarbonat.
b) Mukolitik dan ekpetorans
Walaupun manfaatnya diragukan pada penderita dengan
obstruksi jalan berat ekspektorans seperti obat batuk hitam dan
PENGERTIAN
Suatu serangan asma yang berat, berlangsung dalam beberapa jam
sampai beberapa hari, yang tidak memberikan perbaikan pada
pengobatan yang lazim.
Status asmatikus merupakan kedaruratan yang dapat berakibat
PATHOFISIOLOGI
Pencetus serangan (alergen, emosi/stress, obat-obatan, infeksi)
Kontraksi otot polos
Edema mukusa
Hipersekresi
Penyempitan saluran pernapasan (obstruksi)
Hipoventilasi
distribusi ventilasi tak merata dengan sirkulasi darah paru
Gangguan difusi gas di alveoli
Hipoxemia
Hiperkarpia
TANDA DAN GEJALA
Objektif :
Sesak napas yang berat dengan ekspirasi disertai wheesing
Dapat disertai batuk dengan sputum kental, sukar dikeluarkan
Bernapas dengan menggunakan otot-otot tambahan
Sianosis, takikardi, gelisah, pulsus paradoksus
Fase ekspirium memanjang disertai wheesing (di apeks dan hilus)
Subyektif :
Klien merasa sukar bernapas, sesak, dan anoreksia
Psikososial :
Klien cemas, takut, dan mudah tersinggung
Kurangnya pengetahuan klien terhadap situasi penyakitnya
Hasil Pemeriksaan
Spirometri : Peningkatan FEV, atau FVC sebanyak 20 %
KONSEP PENYAKIT
1.
STATUS ASMATIKUS
a.
Definisi
Status asmatikus adalah salah satu kedaruratan medis karena serangan
asma akut yang refraktori, keadaan ini tidak berespon terhadap terapi
dengan -adrenergik atau teofilin intravena.
b. Etiologi
1)
Faktor genetik
2)
Faktor lingkungan
3)
Bahan alergen
4)
5)
Polusi udara
6)
Faktor makanan
Faktor pencetus biasanya:
1)
alergen
2)
fisik
3)
bahan kimia
4)
infeksi
5)
faktor mekanik
6)
faktor psikis
c.
Manifestasi Klinis
1)
2)
3)
4)
d. Patofisiologi
Asma
Bronkospasme
Peningkatan kerja
pernafasan
Peningkatan kebutuhan O2
tak tampak
penguapan ekshalasi
Takikardia
Penurunan
Takipnea
Plak
masukan oral
mukosa
Gelisa
h
Atelektasis
Hipoksemia
(Hudak & Gallo, 1997: 567)
e.
Penatalaksanaan
1)
2)
2.
PNEUMONIA
a.
Definisi
Pneumonia adalah peradangan dimana terdapat konsolidasi yang
disebabkan pengisisan rongga alveoli oleh eksudat.
Ti
pe
Sindrom
a tipikal
Etiologi
Faktor resiko
Tanda dan
gejala
Strekokus
pneumonia,
tanpa
penyulit.
Penyakit sickle
sel,
hipogamaglobuli
nemia, multiple
myeloma.
Onset
mendadak
dingin,
menggigil,
demam (39400C), nyeri
dada pleuritis,
batuk produktif,
sputum hijau
dan purulen dan
mungkin
mengandung
bercak
darahberkarat,
hidung
kemerahan,
retraksi
interkostal,peng
gunaan otot
aksesorius,
Strekokus
pneumonia,d
engan
penyulit
(empyema
penyebaran
infeksi).
Farmakotera
pi
Obat terpilih:
Penisilin G
procain, IM
aqueous
cystalline
penisilin G, IV
penisilin V.
Obat efektif
lainnya:
eritromisin,
klindamisisn,
cephalosprin,
penisilin
laintrimetropin
dan
sulfametoksazol.
timbul sianosis.
Sindrom
a atipikal
Haemophilus
influenzae.
Stafilokokus
aureus.
Penisilin G,
ampisil.
Obat efektif
lainnya;kloramfe
nikol
(cefamandole,
trimetroprim,
sulfametoksazol,
nafsilin).
Obat
terpilih;eritromisi
sn.
Penyebab
umum:
Mycoplasma
pneumonia,
virus
patogen.
Penyebab tak
umum:
Legionella
pneumophilia.
pneumocystic
carinii.
Anak-anak,
dewasa muda.
ISN terbaru
influenza.
Onset bertahap
dlm 3-5 hari,
malaise, nyeri
kepala, nyeri
tenggorokan,
batuk kering,
nyeri dad karena
batuk.
Seperti di atas
ditambah nyeri
abdomen, diare,
suhu >400C,
distres
pernafasan.
Gagal ginjal,
hiponatremia,
hipofosfatemia,
kreatinin
Obat efektif
lainnya:
tetrasiklin.
Obat terpilih:
eritromisin.
Obat efektif
lainnya:rifampisi
n, gentamisin.
Trimetroprim,
pentamidine.
Transplantasi
ginjal,penyakit
otoimun,defisit
imunologi,debilit
as.
Sindrom
a
aspirasi
Aspirasi: basil
gram negatif,
klebsiela,
pseudomona
s, serratia,
enteribacter,
escherichia
proteus, basil
gram positif.
Stafilokokus,
aspirasi asam
lambung.
Alkoholisme
debilitas,
perawatan
(misal infeksi
nosokomial),
gangguan
kesadaran.
fosfokinase/onse
t bertahap
dengan
peningkatan
dispneu, batuk
kering, takipneu,
hipoksemia,
rontgen:gambar
an interstitial
diffus.
Anaerob
campuran:mulan
ya onset
perlahan,
demam rendah,
batuk, sputum
produksi/bau
busuk, foto
dada:jaringan
interstitial yang
terkena
tergantung
bagian parunya.
Infeksi gram
positif/negatif.
Gambaran klinik
mungkin sama
dengan
pneumonia
klasik, distres
respirasi
mendadak,
dispneu berat,
sianosis, batuk,
Terapi antibiotika
tergantung pada
penyebab
infeksi.
hipoksemia,
diikuti tandatanda infeksi
skunder.
Hematog Aspirasi zat
en
inert: air,
barium,
bahan
makanan.
Terjadi bila
kuman
patogen
menyebar ke
paru-paru
melalui aliran
darah;
stafilokokus,
E.coli,
anaerob
enterik.
Kateter
intravena yang
infeksi,
endokarditis,
penyalahgunaan
obat, abses intra
abdomen,
pyonefrosis,
empyema
kandung kemih.
Gejala pulmonal
timbul minimal
jika
dibandingkan
gejala
septikemia,
batuk non
produktif dan
nyeri pleuritik
sama seperti
pada emboli
paru merupakan
keluhan
tersering.
Obat terpilih:
nafcilin
IV,ampisiln IV +
gentamisisn/tobr
amisin,
klindamisin IV, +
gentamisisn/tobr
amisin.
c.
Patofisiologi
Asma
Bronkospasme
Peningkatan kebutuhan
O2
Penuru
Takipnea
Plak mukosa
Gelisah
telektasis
Hipoksemia
Aspirasi dari sekret yang berasal dari
orofaring
Kerusakan pertukaran gas
Inhalasi butiran-butiran dahak halus (droplet)
Perubahan nutrisi:kurang
Perubahan kenyamanan:
Nyeri
Intolerans aktifitas
d. Penatalaksanaan
1)
2)
Tirah baring.
3)
4)
5)
PENGKAJIAN
a.
1)
2)
Perokok berat.
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
b.
1)
2)
3)
4)
Rales.
5)
Kelemahan danmalaise.
7)
8)
9)
Periode sakit kepala selama 24-48 jam, mialgia, malaise, diikuti dengan
demam, disosiasi nadi dan suhu (nadi relatif lambat pada demam tinggi.
Normalnya nadi meningkat jika suhu mengingkat). Hal tersebut merupakan
tanda klasik pada pneumonia legionella, viral dan mikoplasma.
c.
d.
Pemeriksaan diagnostik:
1)
2)
3)
4)
5)
Pewarnaan gram positif jika infeksi disebabkan oleh bakteri gram negatif
atau gram positif.
6)
7)
8)
9)
Bronkoskopi.
e.
2.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.
3.
RENCANA INTERVENSI
a.
Intervensi
Rasional
Pantau:status
Mengidentifikasi kemajuan atau
pernafasan @ 8 jam,
penyimpangan dari hasil yang
tanda vital@4 jam, hasil diharapkan.
analisa gas darah, foto
rontgen, pemeriksaan
fungsi paru-paru.
Berikan ekspektoran
sesuai dnegan anjuran
dan evaluasi
keefektifannya.
Doorng pasien untuk
minum minimal 2-3 liter
cairan per hari.
Lkaukan penghisapan
jika pasien menderita
kongesti paru tetapi
refleks batuk tidak baik
atau terjadi penurunan
kesadaran.
Ekspektoran membantu
mengencerkan sekresi sehingga
sekresi dapat keluar pada sat
batuk.
Membantu mengeluarkan
sekresi. Cairan juga untuk
membnatu mengalirkan obatobatan di dalam tubuh.
Penghisapan membersihkan
jalan nafas.
Ikuit prosedur
pencegahan secara
umum atau pencegahan Mencegah penyebaran penyakit.
khusus (menggunakan
masker untuk
penceghaan penularan
melalui pernafasan,
menggunakna sarung
tangan bila menangani
sekresi tubuh/darah).
Pertahankan kontrol
nyeri yang adekuat, jika
pasien secara verbal
menyatakan sakit pada
pleura (nyeri pleuritik)
khususnya sebelum
Pasien cenderung melakukan
latihan tarik nafas dalam. ekspnasi toraks terbatas untuk
mengontrol nyeri pleuritik.
Doorng paisen untuk
Ekspansi toraks yang terbatas
melakukan nafas dalam
dapat menunjang terjadinya
tiap 2 jam seklai dengan
hipoventilasi dan atelektasis.
menggunakan
spirometer insentif dan
catat perkembangannya.
Nafas dalam dapat
mengembangkan alveolus dan
mencegah atelektasis. Spirometer
insentif dapat membantu
meningkatkan nafa sdalam dan
memungkinkan ukuran yang
objektif terhadap kemajuan pasien.
b.
Rasional
pemeliharaan dan
tindakan-tindakan
pencegahan.
c.
Rasional
Menidentifikasi kemajuan atau
penyimpangan dari sasarn yang
diharapkan.
Menyimpan energi.
Pertahankan terapi
oksigen selama aktifitas,
Aktifitas fisik meningkatkan
lakukan tindakan
kebuuthan oksigen dan sistem
pencegahan terhadap
komplikasi akibat
imobilisasi, jika paisen
dianjurkan tirah baring
lama.
d.
Batasan karakteristik: mengatakan nyeri dada pada saat bernafas atau batuk,
auskultasi pleural rub, foto rontgen dada menunjukkan adanya pleuritis,
suhu di atas 37C, diaforesis intermitten, leukosit di atas 10.000/mm3, kultur
sputum positif.
Haisl pasien: mendemonstrasikan bebas dari ketdaknyamanan.
Kriteria evaluasi: menyangkal nyeri dada pleuritik, ekspresi wajah rilkes, suhu
tubuh 37C, kultur sputum negatif, dan kadar leukosit antara 5.00010.000/mm3.
Intervensi
Rasional
Berikan analgetik
sesuai dnegan anjuran
Analgetik membantu mengontrol
untuk mengatasi nyeri
nyeri dengan memblok jalan
pleuritik jika perlu dan
evaluasi keefektifannya. rangsnag nyeri. Nyeri dada
pleuritik yang berat seringkali
Konsul dokter jika
memerlukan anlgetik narkotik
analgesik tidak efektif
dalam mnegontrol nyeri. utnuk dapat mengontrol nyeri
dengan efektif. Nyeri yang tidak
dapat diatasi dnegan analgesik
memerlukan penyelidikan lebih
Berikan antibiotika
lanjut dan merupakan tanda awal
sesuai dnegan anjuran
adanya komplikasi.
dan evaluasi
Antibiotika diperlukan untuk
keefektifannya. Tinjau
kembali semua obatmengatasi infeksi, efek terapeutik
obatan yang diberikan.
maksimum yang efektif dapat
Untuk menghindari efek
dicapai jika kadar obta yang ada
merugikan akibat
dalam darah konsisten dan dapat
interaksi obat, jadwalkan dipertahankan. Resiko akibat
Berikan tindakan
untuk memebrikan rasa
nyaman seperti
mengelap bagian
punggung pasien,
Tindakan tersebut akan
mengganti alat tenun
meningkatkan relaksasi. Pelembab
yang kering setelah
membantu mencegah kekeringan
diaforesis, memberi
dan pecah-pecah di mulut dan
minum hangat,
bibir.
lingkungan yang tenang
dnegan cahaya yang
redup dan sedatif ringan
jika dianjurkan serta
memberikan pelembab
pada kulit dan bibir.
Lakukan tindakan-
tindakan untuk
mengurangi demam
seperti: mandi air dingin,
selimut yang tidak terlalu
tebal (mempertahankan
selimut cukup untuk
Mandi dnegan air dingin dan
mencegah
selimut yang tidak terlalu tebal
kedinginan/menggigil),
memungkinkan terjadinya
beri antipiretik yang
pelepasan panas secara konduksi
diresepkan, tingkatkan
dan evaporasi (penguapan).
masukan cairan.
Antipiretika dapat megontrol
demam dengan mempengaruhi
pusat pengatur suhu di
hipotalamus. Cairan dapat
e.
Intervensi
Rasional
Pantau: persentase
Mengidentifikasi kemajuan atau
jumlah makanan yang
penyimpanagn dari sasaran yang
dikomsumsi setiap kali
diharapkan.
makan, timbang BB tipa
hari, hasil pemeriksaan
protein total, albumin dan
osmolalitas.
Berikan perawatan
mulut tiap 4 jam jika
spuutm berbau busuk.
Pertahankan kesegaran Bau yang tidak menyenangkan
dapat mempengaruhi nafsu
ruangan.
makan.
Rujuk kepada ahli diet
untuk membantu memilih
makanan yang dapat
memenuhi kebutuhan
nutrisi selama sakit
Ahli diet ialah spesialisasi dalam
panas.
hal nutrisi yang dapat membantu
paisen memilih makanan yang
Dorong pasien untuk
memenuhi kebutuhan kalori dan
mengkomsumsi
kebutuhan nutrisi sesuai dnegna
makanan tinggi kalori
keadaan sakitnya, usia, tinggi dan
tinggi protein.
Bbnya.
Peningkatan suhu tubuh
meningkatkan metabolisme,
Berikan makanan
dnegna porsi sedikit tapi masukan protein yang adekuat,
vitamin, mineral dan kalori untuk
sering yang mudah
dikunyah jika ada sesak aktifitas anabolik dan sintesis
antibodi.
nafas berat.
Makanan porsi sedikit tapi sering
DAFTAR PUSTAKA
1.
Barbara Engram (1998), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah Jilid I, Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
2.
Barbara C. Long (1996), Perawatan Medikal Bedah: Suatu
Pendekatan Proses Keperawatan, The C.V Mosby Company St. Louis,
USA.
3.
Hudak & Gallo (1997), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik
Volume I,Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta.
4.
Jan Tambayonmg (2000), Patofisiologi Unutk Keperawatan, Penerbit
Buku Kedoketran EGC, Jakarta.
5.
Marylin E. Doenges (2000), Rencana Asuhan Keperawatan:
Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien
edisi 3, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta.
6.
Sylvia A. Price (1995), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses
PenyakitEdisi 4 Buku 2, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta
7.
Guyton & Hall (1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9,
Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta
ASUHAN KEPERAWATAN
(1) PENGKAJIAN
Pengakajian dilaksanakan pada tanggal 4 Februari 2002 pada pukul 10.00
WIB.
1. Identitas
Nama
: Tn. Ik.
Tgl MRS
: 31 1 -
Umur
: 78 tahun
Register
Diagnose
2002
Jenis kelamin
: Laki-laki
Pneumonia + Status asmatikus
Suku Bangsa
: Jawa
Agama
: Islam
Pekerjaan
Pendidikan
: SMP
Alamat
Keluhan utama
sebelumnya
: sesak nafas.
:
: Operasi
II Riwayat Keperawatan
2.1 Riwayat penyakit sebelumnya: Sesak sejak 10
tahun yll hilang timbul, HT (-), DM (-), gastritis (+).
2.2 Riwayat penyakit sekarang
: Saat
pengkajian, kleuhan sesak masih ada, nyeri dada (-), pusing
(+), mual muntah (-)
2.3 Riwayat kesehatan keluarga
: Riwayat
penyakit yang sama pada keluarga tidak ada, HT (-), DM (-).
Genogram:
Keterangan:
= laki-laki
tinggal dalam satu rumah.
= meninggal
= perempuan
= klien Tn. Ik
: taa
: ya
Kaca mata
:--
Pendengaran :taa
Lain-lain
:taa
3. Body System
3.1 Pernafasan
Hidung
Trachea
: taa
Dada
- Bentuk
: simetris
- Gerakan
: hidung
Batuk
: ya, sering
Sputum
: Ya , putih kental
Cyanosis
: taa
Frekwensi nafas
: 24 x/mnt.
3.2 Kardiovaskuler
Nyeri dada
: taa
Pusing
Kram kaki
:--
Sakit kepala
: --
Palpitasi
Clubing finger
: -:--
Suara jantung
: S1 S2 tunggal.
Edema
: taa
Kapilari refill
: 2 dtk.
Lainnya
: --
3.3 Persarafan
Kesadaran
: CM
GCS
: E4V5M6
: dbn
Mata
Sklera
: putih
Konjunctiva
: merah muda.
Pupil
: isokor
Leher
: DVJ (-).
Reflek fisiologis
: dbn
Reflek patologis
: taa
Pendengaran
: dbn
Penciuman
: dbn
Pengecapan
: dbn
Penglihatan
: dbn
Perabaan
: dbn
Lainnya
: --
Warna urine
: kuning pekat.
: taa.
Lainnya
: --
Abdomen
Rectum
: dbn
Bab
: --
Obat pencahar : --
Lavement
: --
Lain-lain
: --
Extremitas
- Atas
- Bawah
- Tulang belakang
:dbn
Kulit:
- Warna kulit
- Akral
- Turgor
: baik
: --
3.9 Reproduksi
Laki laki: klien menduda setelah ditinggal meninggal oleh istri 2 tahun yll, fungsi
seksual tidak dikaji.
4.0 Psikososial
Konsep diri: -Citra diri:
-
Status klien dalam keluarga: ayah, seorang kakek, kepala rumah tangga
= Tugas/pekerjaan:taa.
-
3.11 Spiritual:
-
Pemeriksaan penunjang:
1.
Tanggal 31 1- 2002
a.
Pemeriksaan DL:
1)
Hb: 13,3 g/dl; leko: 21,7x 109 g/dl; trombo: 181x109g/dl; PCV: 0,39.
b.
Pemeriksaan radiologi:
Terdapat gambaran infiltrat pada bagian lobus bawah paru kanan.
c.
Pemeriksaan AGD:
PH: 7,342; PCO2: 44,0 mmHg; PO2: 71,2 mmHg; HCO3: 23,3mmol/l; BE: 2,4 mmol/l dengan O2 saturasi: 93,4%.
Kesimpulan:asidosis respiratorik dengan kompensasi.
2.
Tanggal 1 2 - 2002
a.
Terapi:
Tanggal 4 Februari 2002:
Analisa Data:
Data
S: Klien
mengeluh nafas
rterasa sesak,
badan lemah,
sesak dirasa
terutama pada
malam hari dan
bila klien
berubah posisi.
O: S: 36,8; N: 80;
RR: 24; TD:
110/70, nafas
klien tampak
tersengalsengal, batuk
(+), sputum (+)
putih kental,
ronchi kasar
(+), krekels
minimal, mengii
(+).leko: 21,7x
109 g/dl,
pemeriksaan
radiologi:Terdap
at gambaran
infiltrat pada
bagian lobus
bawah paru
kanan, AGD:
asidosis
Etiologi
Pneumonia
Patofisiologi
Proses
peradangan pada
parenkhim paru
Meluas hingga
satu lobus
Terjadi
pemadatan/konsoli
dasi paru
Penurunan
pengembangan
paru
Suplay O2
menurun, demand
O2 meningkat
Masalah
Kerusakan
pertukaran
gas
respiratorik
dengan
kompensasi
Usaha untuk
meningkatkan RR
Sesak nafas
S:Klien mengeluh
sesak bila
berubah posisi,
sesak dirasa
berkurang
dalam posisi
setengah
duduk, klein
mengatakan
sulit berjalan
sendiri ke
kamar mandi.
O: TD: 110/70;
RR:24; N: 80,
nafas terlihat
tersengalsengal, KU
tampak lemah.
Ketidakseimban
gan suplay O2
dengan
kebutuhan
tubuh.
Proses
peradangan paru
Suplay O2 tidak
seimbang dnegan
demand
Usaha
peningkatan nafas
Sesak, nafas
tersengal-sengal.
Perfusi jaringan
menurun
Defisit
pemenuhan A
DL
Metabolisme
menurun
Kelemahan
fisik
Defisit pemenuhan
ADL.
S: Klien mengluh
sesak nafas,
sesak dirasa
bila klien
berubah posisi,
badan tersaa
lemah.
O: TD: 110/70;
RR: 24; N: 80,
nafas klien
tampak
tersengalsengal,
keadaan umum
tampak lemah,
ronchi (+),
mengi (+),
krekels
minimal, leko:
21,7x
109 g/dl,Pemeri
ksaan
radiologi:Terdap
at gambaran
infiltrat pada
Ketidakseimban
gan suplay O2
dengan
demand.
Proses
peradangan pada
parenkhim paru
Meluas hingga
satu lobus
Terjadi
pemadatan/konsoli
dasi paru
Penurunan
pengembangan
paru
Resiko
gangguan
perfusi
jaringan
bagian lobus
bawah paru
kanan, AGD:
asidosis
respiratorik
dengan
kompensasi
Suplay O2
menurun, demand
O2 meningkat
Usaha untuk
meningkatkan RR
Sesak nafas
O2 jaringan
menurun
Perfusi jaringan
menurun
S: Klien mengeluh nafas rterasa sesak, badan lemah, sesak dirasa terutama
pada malam hari dan bila klien berubah posisi.
O: S: 36,8; N: 80; RR: 24; TD: 110/70, nafas klien tampak tersengal-sengal,
batuk, sputum (+) putih kental, ronchi kasar (+), krekels minimal, mengii
(+).leko: 21,7x 109 g/dl, pemeriksaan radiologi:Terdapat gambaran infiltrat
pada bagian lobus bawah paru kanan, AGD: asidosis respiratorik dengan
kompensasi
Tujuan jangka pendek: klien dapat mengontrol sesak dan memilih alternatif
mengurangi sesak.
Tujuan jangka penjang: Setelah diberikan askep selama 3 hari, sesak
berkurang.
Kriterai hasil: Klien mengatakan sesak berkurang, klien tidak tersengalsengal, N: 60-80 x/mnt; RR: 16-20 x/mnt; batuk berkurang, sputum
berkurang, pemeriksaan AGD membaik ke normal, suara-suara nafa
stambahan (ronchi, krekels, mengi) berkurang.
Rencana intervensi:
a.
Doorng pasien untuk minum minimal 2-3 liter cairan per hari.
f.
i.
2.
S: Klien mengluh sesak nafas, sesak dirasa bila klien berubah posisi, badan
tersaa lemah.
O: TD: 110/70; RR: 24; N: 80, nafas klien tampak tersengal-sengal, keadaan
umum tampak lemah, ronchi (+), mengi (+), krekels minimal, leko: 21,7x
109 g/dl, Pemeriksaan radiologi:Terdapat gambaran infiltrat pada bagian
lobus bawah paru kanan, AGD: asidosis respiratorik dengan kompensasi
Tujuan jangka pendek: kebutuhan O2 klien terpenuhi.
Tujuan jangka panjang: setelah diberikan askep selama 3 hari, Gangguan
perfusi jaringan tidak terjadi.
Kriteria hasil: N: 60-80 x/mnt; RR: 16-20 x/mnt, akral hangat dan kering,
klien tidak sesak, sura nafa stambahan (-), oedem (-).
Rencana intervensi:
a.
Pantau pernafasan.
f.
3.
Data penunjang:
S:Klien mengeluh sesak bila berubah posisi, sesak dirasa berkurang dalam
posisi setengah duduk, klein mengatakan sulit berjalan sendiri ke kamar
mandi.
O: TD: 110/70; RR:24; N: 80, nafas terlihat tersengal-sengal, KU tampak
lemah.
Tujuan jnagka pendek: kebuthhan ADL klien trepenuhi (makan, minum,
mandi, berpakaian, eleminasi).
Tujuan jangka penjang: setelah diberikan askep selama 3 hari, tidak terjadi
gangguan pemenuhan ADL yang berdampak terhadap defisit perawatan
diri.
Kriteria hasil: Kebutuhan klien dapat dipenuhi secara mandiri, sesak
berkurang, klien merasa nyaman.
Rencana intervensi:
a. Monitor frekuensi nadi dan frekuensi nafas sebelum dan sesudah aktifitas.
b. Tunda aktifitas jika frekuensi nadi dan frekuensi nafas meningkat secara
cepat dan apsien mengeluh sesak nafas dan kelelahan, tingkatkan aktifitas
secara bertahap untuk meningkatkan toleransi.
c. Bnatu paisen dalam melaksanakan AKS sesuai dnegan kebutuhannya. Beri
pasien istirahat tanpa diganggu diantara berbagai aktfiitas.
d. Pertahankan terapi oksigen selama aktifitas, lakukan tindakan pencegahan
terhadap komplikasi akibat imobilisasi, jika paisen dianjurkan tirah baring
lama.
e. Konsul dokter jika sesak nafas tetap ada atau bertambah berat saat
istirahat.
Implementasi keperawatan:
Dilaksanakan mulai tgl 4 s/d 7 Februari 2002.
Tgl/jam
No
Dx.
Implementasi
Evaluasi
Memperkenalkan
4-2-2002
08.00
08.30
08.45
09.00
10.00
gr
Mengobservais
klien.
Memasang cairan
cipro 500 mg.
Memberi penjelasan
kepada klien dan
keluarga tentang;
10.10
11.00
kooperatif.
Meningkatkan
intake minum hangat
unutk mengencerkan
dahak.
Menghabiskan
asupan makanan yang
diberikan dari dapur.
Merubah jam tidur
bila memungkinkan.
Perlunya
membatasi
pengunjung.
12.30
dan bak.
200 cc.
Merapikan meja, tt
dan lingkungan
apsien.
5-2-2002
07.30
08.30
08.45
09.00
09.15
09.30
14.00
Membantu klien
ma/mi.
Memberi obat
inhalasi: bisolvon 20
tts + ventolin 1 amp.
Memasang Cipro
infusion 500 mg.
Membantu makan
siang.
12.30
13.30
6-2-2002
14.30
15.00
15.30
Mengobservasi
klien.
Mnegukur vital sign
Memberi obat
inhalasi: bisolvon 20
tts + ventolin 1 amp.
Menjelaskan
Reaksi alergi (-).
pentingnya lingkungan
yang tenang bagi
Kleuarga maklum.
klien.
Membatasi
pengunjung yang
besuk.
16.00
16,30
17.00
18.00
19.00
19.30
Membantu klien
berpakaian.
Memasang cairan
infus D5% + 1 amp
Aminopilin 14 tts/mnt.
Membantu klien
Bak.
Pengunjung maklum.
Klien rapi.
Infus netes lancar 14
tts/mnt.
7-2-2002
07.30
08.00
Menanaykan
keadaan istirahat tidur
klien semalam.
Membantu klien
ma/mi
08.15
Membersihkan
meja, tt dan
lingkungan pasien.
Memberi penjelasan
tentang pentingnya
08.30
09.00
09.15
Memberi obat
inhalasi: bisolvon 20
tts + ventolin 1 amp.
Member inj: cefo 1
gr.
10.00
Membantu klien
merubah posisi.
11.00
Membantu klien
Bak.
Mengobservais
klien.
12.00
Evaluasi keperawatan:
Diagnosa keperawatan
Evaluasi
Data penunjang:
radiologi:Terdapat gambaran
infiltrat pada bagian lobus
bawah paru kanan, AGD:
asidosis respiratorik dengan
kompensasi
Tanggal 7-2-2002, pk. 10.00 S: Klien mengatakan sudah dapat ke
WIB.
kamar sendiri dengan jalan kaki, pusing
(-), sesak dirasa berkurang.
3. Defisit pemenuhan ADL
b/d ketidakseimbangan
O: TD: 110/70; RR; 20; N: 84; klien dapat
suplay O2 dengan demand. ma/mi sendiri tanpa dibantu, klien dapat
ke kamar mandi sendiri tanpa dipapah,
Data penunjang:
nafas tersengal (-), pucat (-).
S:Klien mengeluh sesak bila A: Masalh teratasi
berubah posisi, sesak dirasa
berkurang dalam posisi
P: Pertahankan status umum klien sampai
setengah duduk, klein
pasien pulang.
mengatakan sulit berjalan
sendiri ke kamar mandi.
O: TD: 110/70; RR:24; N: 80,
nafas terlihat tersengalsengal, KU tampak lemah.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Meskipun asma sudah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu, para
ahli belum sepakat mengenai definisi penyakit ini. Definisi asma
2. Pengertian asmatikus
3. Etiologi penyakit asma
4. Patofisiologi
5. Manifestasi klinis
6. Komplikasi
7. Pemeriksaan diagnostic
8. Penatalaksanaan
9. Asuhan keperawatan
1. Ruang lingkup penulisan
Makalah ini membahas mengenai konsep dasar penyakit asma
meliputi anatomi fisiologi sistem pernafasan, Pengertian asma
tikus, etiologi penyakit asma, patofisiologi, manifestasi klinis,
komplikasi, pemeriksaan diagnostic, penatalaksanaan, Asuhan
keperawatan serta dalam penanganan penyakit asma dalam
keperawatan gawat darurat.
1. Metode penulisan
Makalah ini disusun menggunakan metode studi pustaka yaitu
dengan membaca dan menuliskan kembali pendapat, penjelasan/
uraian maupun hasil penelitian dari pustaka- pustaka yang kami
pilih sebagai referensi yang berhubungan dengan meteri yang
akan dibahas.
1. Sistematika penulisan
Makalah ini disusun secara sistematis, yang terdiri dari tiga bab;
Bab I berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan
penulisan, teknik penulisan, ruang lingkup penulisan dan
sistematika penulisan; BAB II tinjauan teoritis yang terdiri dari
anatomi fisiologi sistem pernafasan, Pengertian asmatikus,
etiologi penyakit asma, patofisiologi, manifestasi klinis,
komplikasi, pemeriksaan diagnostic, penatalaksanaan, Asuhan
keperawatan dalam penanganan kegawat daruratan; BAB III
penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Konsep Dasar
1. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan
Organ-organ pernafasan terdiri dari :
1. Hidung / Nasal
Merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai 2
lubang
( kavum nasi ), dipisahkan oleh sekat hidung
( septum nasi ). Didalamn ya terdapat bulu-bulu yang berguna
untuk menyaring udara, debu, dan kotoran-kotoran yang masuk
ke dalam lubang hidung. Lapisan-lapisan lubang hidung yaitu :
1. lapisan luar dinding terdiri dari lapisan kulit
2. lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan
3. lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat
(konka nasali/karang hidung) yang berjumlah 3 buah yaitu
Ig E
Diameter bronchial menurun
Respirasi asidosis
(Brunner & Suddart. 2002. hal 614).
1. Manifestasi klinis
Menurut Brunner & Suddart. 2002.hal 614.
1. Asma hebat
2. Perpanjangan ekhalansi
3. Pembesaran vena leher
4. Mengi
Menurut Hudak & gallo 1997. hal 566 adalah:
1. Asietas akut
2. Usaha bernapas dengan keras
3. Takikardi
4. Berkeringat
Menurut Corwin 2001. hal 431. adalah:
1. Dipsnea berat
2. Retraksi dada
3. Napas cupin hidung
4. Whizzing
5. Pernapasan dangkal dan cepat
1. Komplikasi
Komplikasi dari status asmatikus adalah gagal nafas ( Brunner
& Suddart. 2002. hal, 614).
1. Pemeriksaan diagnostic
2. Pemeriksaan fungsi paru: digunakan untuk mengkaji
obstruksi jalan nafas akut
3. Pemeriksaan gas darah arteri: dilakukan jika klien tidak
mampu melakukan manufer fungsi pernapasan, karena
obstruksi berat atau keletihan atau jika klien tidak berespon
terhadap tindakan
4. Respirasi alkalosis( CO2 rendah) adalah temuan yang
palibg umum pada pasien asmatikus dan peninglatan PCO2)
ke kadar normal atau kadar yang menandakan respirasi
asidosis) sering kali merupakan tanda bahaya serangan
gagal nafas
5. Lakukan fototoraks
6. Lakukan pemeriksaan EKG
1. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan:
1. Berikan posisi fowler/ semi powler serta longgarkan
pakaian klien.
2. Buka saluran pernafasan dengan mengekstensikan leher.
3. Tanda- tanda dehidrasi diidentifikasi dengan memeriksa
turgor kulit.
4. Masukan cairan penting untuk melawan dehidrasi.
5. Mengencerkan sekresi dan untuk memudahkan
ekspekturasi hingga 3 sampai 4 liter per hari kecuali jika
ada kontra indikasi.
6. Pemantauan terhadap pasien oleh perawat secara terusmenerus penting dilakukan dalam 12 sampai 24 jam
pertama, atau sampai status asmatikus dapat diatasi.
7. Enegi pasien harus dihemat dan ruangan harus tenang serta
bebas dari iritan pernapasan, termasuk bunga, asap
tembakau, perfume, atau bau bahan pembersih.
8. Bantal non alergik harus digunakan.
9. Berikan pendidikan kesehatan pada pasien berupa instruksi
untuk dengan segera melaporkan tanda dan gejala yang
menyulitkan seperti bangun saat malam hari dengan
2)
3)
4)
5)
auskultasi
1. Circulation
1)
2)
Pengkajian umum:
Dapatkan riwayat:
Riwayat alergi dalam keluarga, gangguan genetic, riwayat
pasien tentang disfungsi pernafasan sebelumnya; bukti terbaru
penularan terhadap infeksi, allergen atau iritan lain, trauma.
Lakukan pengkajian fisik pada dada dan paru.
Observasi pernafasan terhadap:
Frekuensi: cepat ( takipnea ), normal atau lambat
Kedalaman: kedalaman normal, terlalu dangkal ( hipopnea ),
terlalu dalam (hiperpnea), biasanya diperkirakan dari amplitude
torakal dan pegembangan abdomen.
1)
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
penumpukan sekresi mucusa pada jalan nafas
2)
Pola nafas tidak efektif berhubugan dengan spasme otot
bronkus
3)
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan suplai oksigen dan kebutuhan
1. Intervensi keperawatan
Diagnosa 1 dan 2
1. Berikan klien posisi fowler atau semifowler
Rasional: posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan
menurunkan upaya pernafasan.
1. lakukan penghisapan lendir sesuai indikasi
Rasional: pembersihan jalan nafas secara mekanik pada klien
akan membantu dalam pengeluaran sekret
1. berikan cairan atau minuman hangat (kecuali ada kontra
indikasi)
Rasional: cairan khususnya air hangat memobilisasi dan
mengeluarkan sekret
1. kolaborasi dalam pemberian nebulizer sesuai indikasi
Rasional: memudahkan pengenceran dan pengeluaran sekret.
Diagnosa 3
Askep Asmatikus
A. Pengertian
Status Asmatikus adalah suatu keadaan dimana
penyakit asma yang tidak dapat ditangani dengan
pengobatan
biasa,
melainkan
harus
dengan
menggunakan alat, seperti Bronkodilator.
Asma adalah suatu gangguan yang komplek dari
bronkial
yang
dikarakteristikan
oleh
periode
bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan
nafas). (Polaski : 1996).
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif (bersifat
menghambat, menyumbat) intermiten (terjadi berkala
setelah interval tertentu), reversibel dimana trakea dan
bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi
tertentu. (Smelzer Suzanne : 2001).
Dari ketiga pendapat tersebut dapat diketahui
bahwa asma adalah suatu penyakit gangguan jalan nafas
obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai
dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan
respon
trakea
dan
bronkus
terhadap
berbagai
rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas.
B.
Etiologi
Hipoventilasi
dangkal).
(keadaan
nafas
yang
lambat
dan
atelektasis
Kelenturan berkurang
Ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
Hipoventilasi alveolar
asidosis
Surfaktan berkurang
Kerja pernapasan bertambah
Pco2
Vasokonstriksi pulmonal
Po2
a.
Manifestasi klinis
Manifestasi klinik pada pasien asmatikus adalah batuk,
dyspnoe (sesak nafas), dan wheezing (terengah-engah).
Pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada,
pada penderita yang sedang bebas serangan tidak
ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan
tampak penderita bernafas cepat, dalam, gelisa, duduk
dengan tangan menyangga ke depan serta tampak otototot bantu pernafasan bekerja dengan keras.
Ada beberapa tingkatan penderita asma yaitu :
1) Tingkat I :
b.
Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang seperti :
a. Spirometri (pengukuran kapasitas udara paru) :
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.
b. Tes provokasi :
1). Untuk menunjang adanya hiperaktifitas bronkus.
2). Tes provokasi dilakukan bila tidak dilakukan lewat
tes spirometri.
3). Tes provokasi bronkial seperti :
Tes provokasi histamin (suatu senyawa amin depressor
yang didapat dengan dekarboksilasi histidin), metakolin,
alergen, kegiatan jasmani, hiperventilasi (keadaan nafas
yang cepat) dengan udara dingin dan inhalasi
(penghirupan) dengan aqua destilata.
Komplikasi
Terapi/Pengobatan
i.
Pengkajian
a. Identitas klien
1). Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat keturunan,
alergi debu, udara dingin
- Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit
paru
sebelumnya.
- Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/
faktor
-
lingkungan.
Pemeriksaan Fisik
Dada:
1). Contour, Confek, tidak ada defresi sternum
2). Diameter antero posterior lebih besar dari diameter
transversal
3). Keabnormalan struktur Thorax
4). Contour dada simetris
5). Kulit Thorax ; Hangat, kering, pucat atau tidak,
distribusi warna merata
DIAGN
OSA
1. Tidak
efektifny
a
bersihan
jalan
TUJUAN
Jalan
nafas
kembali
efektif.
KRITERIA
HASIL
INTERVENSI
RASIONAL
Sesak
1. Auskultasi 1. Beberapa
berkurang, bunyi nafas, derajat spasme
batuk
catat adanya bronkus terjadi
berkurang, bunyi nafas, dengan
klien dapat misalnya
: obstruksi jalan
nafas
berhubu
ngan
dengan
akumula
si
mukus.
mengeluar wheezing,
nafas.
Bunyi
kan
ronkhi.
nafas
redup
sputum,
dengan
wheezing
ekspirasi mengi
berkurang/
(empysema),
hilang, vital
tak ada fungsi
dalam
nafas
(asma
batas
berat).
normal
2. Kaji / pantau2. Takipnea
keadaan
biasanya
ada
umum baik. frekuensi
pernafasan
pada beberapa
catat
rasio derajat
dan
inspirasi dan dapat
ekspirasi.
ditemukan
pada
penerimaan
selama
strest/adanya
proses
infeksi
akut.
Pernafasan
dapat
melambat dan
frekuensi
ekspirasi
memanjang
dibanding
inspirasi.
3. Kaji pasien3. Peninggian
untuk
posisi kepala
tidak
yang
aman, mempermudah
misalnya
: fungsi
peninggian
pernafasan
2. Tidak
efektifny
a
pola
nafas
berhubu
ngan
dengan
penurun
an
ekspansi
paru.
Pola
nafas
kembali
efektif.
air5. penggunaan
cairan hangat
dapat
menurunkan
spasme
bronkus.
paru
pelebaran
mengemba nasal.
ng.
2.
dengan
atelektasis dan
atau nyeri dada
Auskultasi2. ronki
dan
bunyi
nafas wheezing
dan
catat menyertai
adanya bunyi obstruksi jalan
nafas seperti nafas
/
krekels,
kegagalan
wheezing.
pernafasan.
3.
Tinggikan3. duduk tinggi
kepala
dan memungkinkan
bantu
ekspansi paru
mengubah
dan
posisi.
memudahkan
pernafasan.
4.
Observasi4. Kongesti
pola
batuk alveolar
dan karakter mengakibatkan
sekret.
batuk
sering/iritasi.
5.
5. dapat
Dorong/bantu meningkatkan/
pasien dalam banyaknya
nafas
dan sputum dimana
latihan batuk. gangguan
ventilasi
dan
ditambah
ketidak nyaman
upaya
bernafas.
3. Ganggu
an
nutrisi
kurang
dari
kebutuh
an
tubuh
berhubu
ngan
dengan
intake
yang
tidak
adekuat.
Kebutuh
an
nutrisi
dapat
terpenu
hi.
Keadaan
1. Kaji status1. menentukan
umum baik, nutrisi
klien dan membantu
mukosa
(tekstur kulit, dalam
bibir
rambut,
intervensi
lembab,
konjungtiva). selanjutnya.
nafsu
2.
Jelaskan2. peningkatan
makan
pada
klien pengetahuan
baik,
tentang
klien
dapat
tekstur
menaikan
kulit baik, pentingnya
nutrisi
bagi partisipasi bagi
klien
klien
dalam
menghabis tubuh.
asuhan
kan
porsi
keperawatan.
makan
yang
3.
Timbang3. Penurunan
disediakan, berat badan berat
badan
bising usus dan
tinggi yang signifikan
6-12
badan.
merupakan
kali/menit,
indikator
berat
kurangnya
badan
nutrisi.
dalam
4. Anjurkan
4.air
hangat
batas
klien minum dapat
normal.
air
hangat mengurangi
saat makan.
mual.
5.Anjurkan
5. memenuhi
klien makan kebutuhan
sedikit-sedikit nutrisi klien.
tapi sering
4. Intolera Klien
KU
klien 1.
Evaluasi1. menetapkan
nsi
dapat
baik, badan respons
kebutuhan/kem
aktivitas melakuk tidak
pasien
ampuan pasien
berhubu
ngan
dengan
kelemah
an fisik.
an
aktivitas
seharihari
secara
mandiri.
lemas,
klien dapat
beraktivitas
secara
mandiri,
kekuatan
otot terasa
pada skala
sedang
terhadap
aktivitas.
Catat laporan
dyspnea
peningkatan
kelemahan/ke
lelahan
dan
perubahan
tanda
vital
selama
dan
setelah
aktivitas.
dan
memudahkan
pilihan
intervensi.
2.
Jelaskan2. Tirah baring
pentingnya
dipertahankan
istirahat
selama
fase
dalam
akut
untuk
rencana
menurunkan
pengobatan
kebutuhan
dan perlunya metabolik,
keseimbanga menghemat
n
aktivitas energi
untuk
dan istirahat. penyembuhan.
3. Bantu pasien3.pasien mungkin
memilih posisi nyaman
nyaman
dengan kepala
untuk
tinggi
atau
istirahat dan menunduk
atau tidur.
kedepan meja
atau bantal.
4.
Bantu
aktivitas
4. meminimalkan
keperawatan kelelahan dan
diri
yang membantu
diperlukan.
Berikan
kemajuan
peningkatan
aktivitas
selama
fase
penyembuhan
keseimbangan
suplai
dan
kebutuhan
oksigen.
5.
Berikan5.menurunkan
lingkungan
stress dan
tenang
dan rangsangan
batasi
berlebihan
pengunjung
meningkatkan
selama
fase istirahat.
akut
sesuai
indikasi.
5. Kurangn
ya
pengeta
huan
tentang
proses
penyakit
nya
berhubu
ngan
dengan
kurangn
ya
informas
i
Pengeta
huan
klien
tentang
proses
penyakit
menjadi
bertamb
ah.
Mencari
tentang
proses
penyakit :
1. Diskusikan1. informasi
aspek ketidak dapat
nyamanan
manaikkan
dari penyakit, koping
dan
lamanya
membantu
Klien
penyembuhan menurunkan
mengerti
, dan harapan ansietas
dan
tentang
kesembuhan. masalah
definisi
berlebihan.
asma
2.
Berikan2. kelemahan
Klien
informasi
dan
depresi
mengerti
dalam bentuk dapat
tentang
tertulis
dan mempengaruhi
penyebab
verbal.
kemampuan
dan
untuk
pencegaha
mangasimilasi
n dari asma
informasi atau
mengikuti
program medik.
3.
Tekankan3. selama awal
pentingnya
6-8
minggu
melanjutkan
setelah pulang,
batuk efektif pasien beresiko
atau
latihan besar
untuk
pernafasan.
kambuh
dari
penyakitnya.
4. Identifikasi4. upaya
tanda
atau evaluasi
dan
gejala
yang intervensi tepat
memerlukan
waktu
dapat
pelaporan
mencegah
Klien pemberi
meminimalkan
mengerti
perawatan
komplikasi.
komplikasi
kesehatan.
dari asma
5.
Buat5. menaikan
langkah untuk pertahanan
meningkatkan alamiah
atau
kesehatan
imunitas,
umum
dan membatasi
kesejahteraan terpajan pada
, misalnya : patogen.
istirahat dan
aktivitas
seimbang,
diet baik.
N
O
1.
DIAGNOSA
INTERVENSI
IMPLEMENT
ASI
posisi Mengatur
EVALUASI
S: klien
bersihan jalan
nafas
berhubungan
dengan
akumulasi
mukus.
klien
fowler
semi posisi
klien mengatakan
semi fowler
jalan
nafas
kembali efektif.
Berikan terapi Memberikan
oksigen
terapi oksigen
O: Klien tidak
sesak nafas
Anjurkan
Menganjurkan
istirahat yang istirahat yangA:
masalah
cukup
cukup
teratasi
P:Intervensi
diberhentikan
2.
Tidak efektifnya
pola
nafas
berhubungan
dengan
penurunan
ekspansi paru.
Atur
klien
fowler
posisi Mengatur
S: klien
semi posisi
klien mengatakan
semi fowler
pola
nafas
kembali efektif
Berikan terapi Memberikan
oksigen
terapi oksigenO: klien tidak
sesak nafas
Anjurkan
Menganjurkan
istirahat yang istirahat yangA: masalah
cukup
cukup
teratasi
P:
Intervensi
diberhentikan
3.
Gangguan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan intake
yang
tidak
adekuat.
teratasi
P: Intervensi
diberhentikan
4.
5.
Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
kelemahan
fisik.
Kurangnya
pengetahuan
tentang proses
penyakitnya
berhubungan
dengan
kurangnya
informasi
Anjurkan
Menganjurkan
S: Klien
istirahat yang istirahat yang mengatakan
cukup
cukup
dapat
melakukan
Anjurkan
Menganjurkan
aktifitas.
minum
air minum
air
yang banyak yang banyak.O:
klien
tidak
mengalami
kelemahan
fisik
Anjurkan
untuk
lebih
banyak
membaca
Koran
atau
buku-buku
lain atau juga
dengan
browsing
internet
A:
masalah
teratasi
P:
intervensi
diberhentikan
MenganjurkanS:
klien
untuk
lebih mengatakan
banyak
pengetahuan
membaca
tentang proses
Koran
atau penyakit
buku-buku
menjadi
lain atau juga bertambah.
dengan
O: klien tidak
browsing
kekurangan
internet.
informasi
A:
masalah
teratasi
P:
intervensi
diberhentikan.