Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
A. Definisi
Askariasis (infeksi cacing gelang) adalah infeksi yang disebabkan oleh
Ascaris lumbricoides, yang merupakan nematoda usus terbesar. Angka
kejadiannya di dunia lebih banyak dari infeksi cacing lainnya, diperkirakan
lebih dari 1 milyar orang di dunia pernah terinfeksi cacing ini.1
B. Epidemiologi
Ascaris lumbricoides dijumpai di seluruh dunia dan diperkirakan 1,3
milyar orang pernah terinfeksi dengan cacing ini, tidak jarang dijumpai infeksi
campuran dengan cacing lain, terutama Trichuris trichiura. Telur yang infektif
ditemukan di tanah, yang dapat bertahan selama bertahun-tahun. Manusia
mendapat nfeksi dengan cara tertelan telur cacing Ascaris lumbricoides yang
infektif (telur yang mengandung larva). Hal ini terjadi karena termakan
makanan atau minuman yang tercemar oleh telur cacing tadi.1
Semua umur dapat terinfeksi dengan jenis cacing ini; anak-anak kecil yang
sering berkontaminasi dengan tanah, maka pada kelompok anak tersebut lebih
mudah terinfeksi. Tidak ada perbedaan menurut kedua jenis kelamin.3
Bayi akan terkontaminasi dengan cacing ini melalui jari ibunya yang
mengandung telur Ascaris lumbricoides segera setelah lahir. Pencemaran
tanah oleh telur cacing lebih sering disebabkan oleh tinja anak. Perbedaan
insiden dan intensitas infeksi pada anak dan orang dewasa kemungkinan
disebabkan
oleh
karena
perbedaan
dalam
kebiasaan,
aktivitas
dan
C. Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh cacing Ascaris lumbricoides atau cacing
gelang. Ascaris lumbricoides merupakan cacing bulat yang besar dan hidup
dalam usus halus manusia. Cacing ini terutama tumbuh dan berkembang pada
penduduk di daerah yang beriklim panas dan lembab dengan sanitasi yang
buruk. Di Indonesia, prevalensi askariasis tinggi terutama pada anak.
Kurangnya pemakaian jamban keluarga menimbulkan pencemaran tanah
dengan tinja di sekitar halaman rumah, di bawah pohon, di tempat mencuci
dan di tempat pembuangan sampah. Cacing betina dewasa mengeluarkan telur
yang kemudian akan menjadi matang dan infektif, dengan tumbuhnya larva
pada telurnya di dalam waktu 2-3 minggu.2
D. Patofisiologi
Setelah tertelan telur askariasis yang infektif, telur ini akan menetap di
bagian atas usus halus dengan melepaskan larva yang berbentuk rabditiformis.
Larva ini akan menembus dinding usus dan mencapai venule dan pembuluh
limfe kemudian melalui sirkulasi portal mencapai hati, bagian kanan jantung
dan paru-paru.3
Di dalam paru, larva akan merusak kapiler dan mulai ascenden mengikuti
percabangan paru sampai mencapai glottis dan kemudian melewati epiglottis
masuk ke dalam esophagus untuk seterusnya kembali ke usus halus dimana
mereka akan menjadi matur dan berubah menjadi cacing dewasa.3
Keseluruhan siklus mulai dari telur yang infektid menjadi cacing dewasa
memerlukan waktu kira-kira 2 bulan. Infeksi bertahan dalam masyarakat
E. Manifestasi klinis
Gejala yang terjadi dapat disebabkan oleh:
1.
Migrasi larva
Walaupun kerusakan hati dapat terjadi sewaktu larva melakukan
siklus dari usus melalui hati ke paru tetapi organ yang sering dikenai
adalah paru, yang mana semua larva Ascaris lumbricoides harus melalui
paru-paru sebelum menjadi cacing dewasa di usus. Hal ini terjadi sewaktu
larva menembus pembuluh darah untuk masuk ke dalam alveoli paru. Pada
infeksi ringan, trauma yang terjadi bisa berupa perdarahan (petechial
hemorrhage), sedangkan pada infeksi yang berat, kerusakan jaringan paru
dapat terjadi, sejumlah kecil darah mungkin mengumpul di alveoli dan
bronkhiol yang kecil yang bisa mengakibatkan terjadinya edema pada
organ paru. Semua hal ini disebut pneumonitis Ascaris. Pneumonitis
Ascaris ini disebabkan oleh karena proses patologis dan reaksi alergik
berupa peningkatan temperatur sampai 39,5-400C, pernafasan cepat dan
dangkal (tipe asmatik), batuk kering atau berdahak (ditandai dengan
Kristal Charcot-Leyden), ronkhi atau wheezing tanpa krepitasi yang
berlangsung selama 1-2 minggu, eosinophilia transien, infiltrat pada
gambaran radiologi (sindroma Loeffler) sehingga diduga sebagai
pneumonia viral atau tuberculosis.1
2.
Cacing dewasa
Cacing dewasa biasanya hidup di usus halus. Pada anak yang
terinfeksi Ascaris lumbricoides, pertumbuhan fisik dan mentalnya akan
terganggu dibandingkan dengan anak yang tidak terinfeksi.1
Gejala klinis yang paling menonjol adalah rasa tidak enak di perut,
kolik akut pada daerah epigastrium, gangguan selera makan, mencret. Ini
biasanya terjadi pada saat proses peradangan pada dinding usus. Pada
anak, kejadian ini bisa diikuti demam.6 Komplikasi yang ditakuti adalah
bila cacing dewasa menjalar ke tempat lain (migrasi) dan menimbulkan
gejala akut. Pada keadaan infeksi yang berat, paling ditakuti bila terjadi
F. Diagnosa
Selama
fase
pulmonal,
akan
ditemukan
eosinophilia. 2 Dengan
menemukan telur dalam tinja penderita atau larva dalam sputum, dan dapat
juga dengan menemukan cacing dewasa keluar bersama tinja atau melalui
muntah pada infeksi berat, diagnosa pasti telah dapat ditegakkan.5
G. Diagnosa Banding
Askariasis harus dibedakan dengan kelainan alergi lain seperti urtikaria,
Loefflers syndrome dan asma bronkhial.2
Pneumonitis yang disebabkan Ascaris lumbricoides menyerupai gejala
pneumonitis yang disebabkan cacing tambang atau Strongiloides. Cacing ini
dapat merupakan pencetus untuk terjadinya pankreatitis, apendisitis,
diverticulitis dan lain-lain.2
H. Komplikasi
Selama larva sedang bermigrasi dapat menyebabkan terjadinya reaksi
alergik yang berat dan pneumonitis dan bahkan dapat menyebabkan timbulnya
pneumonia.2
I. Penatalaksanaan
J. Pencegahan
Infeksi hanya dapat diberantas dengan:
1. Mengusahakan pembuangan kotoran yang baik
2. Penyuluhan kesehatan8
3. Perbaikan sanitasi lingkungan8
4. Perbaikan standar hidup secara keseluruhan3
5. Tidak memakai tinja manusia sebagai pupuk tanaman.6
K. Prognosa
Pada kebanyakan kasus askariasis prognosa baik. Pada kasus dengan
komplikasi obstruksi atau perforasi, maka prognosa tergantung cepatnya
penanganan dan pengobatan.3 Tanpa pengobatan, infeksi cacing ini dapat
sembuh sendiri dalam waktu 1,5 tahun.2
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Ikatan Dokter Anak Indonesia.Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis Edisi
Kedua.Jakarta: Balai Penerbit IDAI; 2010. Hal 370-375
2. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III.Jakarta: Interna Publishing; 2010.
Hal 2938-2939
3. Rampengan, dr. T.H. Laurents, dr. I.R.Penyakit Infeksi Tropik Pada
Anak.Jakarta; EGC; 1993. Hal 217-223
4. Safar, Rosdiana.Parasitologi Kedokteran Edisi Khusus.Bandung: CV.
Yrama Widya; 2010. Hal 137-140
5. Garna, Herry. Emelia, Suroto.dkk.Pedoman Diagnosis Terapi Ilmu
Kesehatan Anak.Bandung;
SMF
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Askariasis.
Diakses
http://helpingpeopleideas.com/publichealth/epidemiologi-ascariasis/
dari
20
Juni 2014
10. Anynomous.
Askariasis.
Diakses
dari