Você está na página 1de 17

LAPORAN DISKUSI KELOMPOK PBL

SKENARIO 1 BLOK 9
ANALISIS PEGUKURAN RUANG

Kelompok B

Ketua : M Bayu Indratomo

NIM : 125070400111020

Sekretaris : Auliasila Chitriny

NIM : 125070400111025

Anggota

NIM : 125070400111007

: Jonathan Steven H

Andina Muzayyanti

NIM : 125070400111010

Iswara Rizki Arum L

NIM : 125070400111021

Rifdah Nisrinawati M

NIM : 125070401111009

Komang Citra A U

NIM : 125070401111019

Nandita Pradinda

NIM : 125070407111002

Melati Citra W P
125070407111012

NIM :

Ardisa Primananda N

NIM : 125070407111013

Amanda Prasty A

NIM : 125070407111025

Dharmmesti Anindita

NIM : 125070407111026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2014
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulisan laporan hasil diskusi ini
dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Laporan ini berisi
tentang hal-hal seputar Analisis Pengukuran Ruang yang dibahas selama
diskusi kelompok 1 dan diskusi kelompok 2.
Selain bantuan dari Tuhan, penyelesaian laporan ini tidak terlepas dari
bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya yang telah memberi kesempatan
kepada penulis untuk menulis

laporan ini sehingga penulis dapat

mempertanggungjawabkan hasil diskusi kelompok 1 dan 2 yang membahas


tentang analisa pengukuran ruang.
2. Orang

tua

yang

telah

turut

membantu,

membimbing,

dan

selalu

memberikan semangat serta motivasi-motivasi kepada penulis selama


proses pembuatan laporan ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
3. Yully Endang Hernani M, drg, MS selaku fasilitator yang senantiasa
membimbing dan memberi masukan pada penulis dalam diskusi hingga
pembuatan laporan.
4. Semua pihak yang turut membantu kelancaran pembuatan makalah ini.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan
laporan ini. Namun bila masih ada kekurangan, penulis bersedia menerima
kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun dalam
penyusunan laporan-laporan berikutnya.

Tim Penyusun

DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL....................................................................................................
KATA
PENGANTAR..................................................................................................
DAFTAR
ISI............................................................................................................
BAB I
SKENARIO

BAB II IDENTIFIKASI
MASALAH
BAB III
HIPOTESIS

BAB IV LEARNING
ISSUES
BAB V LEARNING OUTCOMES...
...
DAFTAR

I
Ii
Iii

4
5

PUSTAKA 15

BAB I
SKENARIO
Seorang ibu datang ke poli gigi RSUB dengan membawa kedua anaknya, perempuan
usia 12 tahun dan laki-laki berusia 8 tahun karena mengeluhkan gigi depannya tidak
beraturan. Dari hasil pemeriksaan intra oral, pada anak perempuan terlihat gigi permanen
sudah erupsi semua, sedangkan pada anak laki-laki terlihat masih banyak terdapat gigi
sulung. Kemudian dokter gigi melakukan foto periapikal pada anak laki-laki dan tapak benih
gigi yang belum erupsi. Dari hasil cetakan gigi pasien, dokter gigi melakukan pengukuran
diskrepansi pada model studi dan menentukan rencana perawatan orthodonti yang sesuai
untuk kedua pasien tersebut.

BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH
Dari skenario di atas, ada beberapa permasalahan yang timbul, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Apa yang harus dilakukan sebelum melakukan pengukuran?


Mengapa yang disarankan foto periapikal hanya untuk anak laki- laki? Regio mana?
Apa saja alat dan bahan yang diperlukan dalam pengukuran diskrepansi?
Kapan saja dilakukan pencetakan gigi pasien?
Bagaimana tata cara pengukuran diskrepansi?
Apa tujuan dilakukan pengukuran diskrepansi?
Apakah ada perbedaan pengukuran diskrepansi pada gigi permanen dan gigi

campuran?
8. Apa sajakah factor-faktor yang dijadikan pertimbangan rencana perawatan?

BAB III
HIPOTESIS

Anak perempuan 12 th dan laki-laki 8


th
Pemeriksaan intra oral

Gigi Campuran

Gigi Perrmanen

Pencetakan Model

Analisa Pengukuran Ruang

BAB IV
LEARNING ISSUES
1. Analisa Pengukuran Ruang
a. Definisi
b. Tujuan
c. Metode
d. Macam-macam
2. Alat dan Bahan

BAB V
LEARNING OUTCOMES

5.1

PENGUKURAN DISKREPANSI MODEL


Merupakan perbedaan antara tempat yang tersedia (available space) dan tempat yang
dibutuhkan (required space).
Tempat yang tersedia (available space) adalah tempat di sebelah mesial molar 1
permanen kiri sampai mesial molar 1 permanen kanan yang akan ditempati gigi-gigi
permanen (premolar 2 kiri sampai kanan) dalam letak yang benar.
Tempat yang dibutuhkan (required space) adalah jumlah lebar mesio distal gigi-gigi
permanen di sebelah mesial molar 1 permanen kiri sampai kanan.

Analisis Gigi Permanen


Lengkung gigi yang kedudukannya tidak simetris, biasanya bisa terlihat sejak pemeriksaan
estetika wajah, namun bentuk lengkung yang tidak simetris bisa juga dijumpai pada wajah
yang simetris. Pada beberapa kasus, bisa juga dijumpai keadaan asimetri hanya pada
lengkung giginya saja, sementara lengkung rahangnya normal.

Gambar 2. Penilaian kesimetrisan lengkung gigi A. Symmetograph, B. Untuk menilai


kesimetrisan lengkung gigi, kedua jarum penunjuk pada symmetograph diletakkan pada
bidang median raphe.
Cara untuk mengetahui kesimetrisan lengkung gigi pada rahang adalah menggunakan
symmetograph. Symmetograph diletakkan di atas permukaan oklusal gigi dengan bidang
orientasi mid palatal raphe lalu kedudukan gigi di kwadran kiri dengan kanan dibandingkan
dalam arah sagital dan transveral. Berdasarkan hasil analisis ini dapat diketahui gigi geligi di
kwadran mana yang memerlukan ekspansi atau pencabutan untuk mengembalikan
kesimetrisan lengkung.
Perbedaan Ukuran Lengkung (Arch Length Discrepancy)
Langkah pertama dalam analisis ini adalah mengukur lebar mesial distal terbesar gigi
menggunakan jangka berujung runcing atau jangka sorong. Analisis Nance mengukur mesial
distal setiap gigi yang berada di mesial gigi molar pertama permanen. Jumlah lebar total
menunjukkan ruangan yang dibutuhkan untuk lengkung gigi yang ideal. Selanjutnya panjang
lengkung rahang diukur menggunakan kawat lunak seperti brass wire atau kawat kuningan.
Kawat ini dibentuk melalui setiap gigi, pada geligi posterior melalui permukaan oklusalnya
sedangkan pada geligi anterior melalui tepi insisalnya. Jarak diukur mulai mesial kontak
molar

pertama

permanen

kiri

hingga

kanan.

Penilaian

dilakukan

dengan

cara

membandingkan ukuran panjang lengkung gigi ideal dengan panjang lengkung rahang. Jika
hasilnya negatif berarti kekurangan ruangan, jika hasilnya positif berarti terdapat kelebihan
ruangan.

Teknik lain untuk mengukur panjang lengkung rahang diperkenalkan oleh

Lundstrom, yaitu dengan cara membagi lengkung gigi menjadi enam segmen berupa garis
lurus untuk setiap dua gigi termasuk gigi molar pertama permanen. Setelah dilakukan
pengukuran dan pencatatan pada keenam segmen selanjutnya dijumlahkan. Nilai ini

dibandingkan dengan ukuran mesial distal 12 gigi mulai molar pertama permanen kiri
hingga kanan. Selisih keduanya menunjukkan keadaan ruangan yang tersisa.

Gambar 3. Pengukuruan panjang lengkung menurut Nance menggunakan brass wire


melibatkan gigi geligi di mesial molar pertama. A. Rahang atas, B. Rahang
bawah.

Gambar 4. Teknik pengukuran panjang lengkung rahang secara segmental menurut


Lundstrom.
METODE NANCE
1. Dikemukakan pada tahun 1934, di Pasadena, Kalifornia, Amerika.
2. Dasar : adanya hubungan antara jumlah mesiodistal gigi-gigi desidui dengan gigi
pengganti
3.Tujuan :untuk mengetahui apakah gigi tetap yang akan tumbuh cukup
tersedia/lebih/kurang ruang.
4. Gigi-gigi yang dipakai sebagai dasar : c m1 m2 dan gigi pengganti 3 4 5.
Analisis Nance mengukur mesial distal setiap gigi yang berada di mesial gigi molar
pertama permanen. Jumlah lebar totalmenunjukkan ruangan yang dibutuhkan untuk
lengkung gigi yang ideal. Selanjutnya panjang lengkung rahang diukur menggunakan kawat
lunak seperti brass wire atau kawat kuningan. Kawat ini dibentuk melalui setiap gigi, pada

geligi posterior melalui permukaan oklusalnyasedangkan pada geligi anterior melalui tepi
insisalnya. Jarak diukur mulai mesial kontak molar pertama permanen kiri hingga kanan.
Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan ukuran panjang lengkung gigi ideal
dengan panjang lengkung rahang. Jika hasilnya negatif berarti kekurangan ruangan, jika
hasilnya positif berarti terdapat kelebihan ruangan.
Menurut Profit, 2007, jika hasil perhitungan kebnutuhan didapatkan :

1. Kekurangan tempat s.d 4 mm = tidak diperlukan pencabutan gigi permanen


2. Kekurangan tempat s.d 5-9 mm= kadang masih tanpa pencabutan gigi permanen, tetapi
sering kali dengan pencabutan gigi permanen.
3. kekurangan tempat > 10 mm = selalu dengan pencabutan gigi permanen.

Lundstrom
Prosedur :
lengkung gigi dibagi menjadi enam segmen garis lurus, dengan setiap segmen terdiri dari
dua gigi termasuk molar satu permanen
Ukur lebar mesiodistal dari kedua belas gigi dari masing-masing rahang umtuk mencari
ruang yang dibutuhkan
jumlahkan lebar masing-masing gigi pada setiap segmen
ukur ruang yang tersedia pada model studi secara terpisah pada setiap segmen
-pengukuran dengan jangka yang kedua ujungnya runcing dari mesia molar kedua kanan
pada ouncak papil gusi pada tiao segmen
- padagaris lurus yang telah disediakan, masing-masing pengukuran rahang dipindahkan
dan dijumlahkan
selisih antara keduanya menunjukkan keadaan ruang yang tersisa

Analisis Bolton
Bolton mempelajari pengaruh perbedaan ukuran gigi rahang bawah terhadap
ukuran gigi rahang atas dengan keadaan oklusinya. Rasio yang diperoleh membantu dalam
mempertimbangkan hubungan overbite dan overjet yang mungkin akan tercapai setelah
perawatan selesai, pengaruh pencabutan pada oklusi posterior dan hubungan insisif, serta
oklusi yang tidak tepat karena ukuran gigi yang tidak sesuai.

Rasio keseluruhan diperoleh dengan cara menghitung jumlah lebar 12 gigi rahang
bawah dibagi dengan jumlah 12 gigi rahang atas dan dikalikan 100.

Rasio keseluruhan sebesar 91,3 berarti sesuai dengan analisis Bolton, yang akan
menghasilkan hubungan overbite dan overjet yang ideal.

Jika rasio keseluruhan lebih dari 91,3 maka kesalahan terdapat pada gigi rahang

bawah.
Jika rasio kurang dari 91,3 berarti kesalahan ada pada gigi rahang atas.
Rasio anterior diperoleh dengan cara menghitung jumlah lebar 6 gigi rahang bawah

dibagi dengan jumlah 6 gigi rahang atas dan dikalikan 100.

Rasio anterior 77,2 akan menghasilkan hubungan overbite dan overjet yang ideal jika
kecondongan gigi insisif baik dan bila ketebalan labiolingual tepi insisal tidak

berlebih.
Jika rasio anterior lebih dari 77,2 berarti terdapat kelebihan ukuran gigi-gigi pada

mandibula.
Jika kurang dari 77,2 maka terdapat kelebihan jumlah ukuran gigi rahang atas.

Diagnosis Setup/Kesling
Pengukuran menggunakan metode ini berbeda dengan metode lainnya, karena
pengukuran menggunakan masalah ruang dalam 3D. Cara yang dilakukan adalah dengan
melepas gigi dari tulang basal model studi dan menempatkannya kembali dalam kedudukan
yang lebih baik dari sebelumnya. Cara melepas gigi adalah dengan melakukan pemotongan
hingga batas tulang alveolar, kemudian pemotongan arah vertikal hingga margin gusi.
Pemotongan tersebut menggunakan gergaji kecil khusus yang dapat memungkinkan
pemecahan gips, tanpa menimbulkan kerusakan di daerah titik kontak antara dua gigi.
Langkah selanutnya adalah atur gigi dengan memakai lilin/wax sesuai dengan posisi yang
diinginkan. Agar posisi tidak berubah, dibuat gigitan lilin dalam keadaan oklusi sentrik dan
pemotongan tidak dilakukan pada seluruh gigi. Saat penyusunan kembali, analisis
sefalometri dipakai untuk memperkirakan letak dan angulasi gigi incisivus. Sehingga metode
ini dapat menunjukkan jumlah ruang yang tersedia dan yang tesisa sehingga dapat
membantu dalam memilih gigi mana yang akan diesktraksi serta bagaimana pergerakan gigi
untuk menutup ruang tersebut.
Analisis Howes
Howes memikirkan suatu rumusan untuk mengetahui apakah basis apikal cukup
untuk memuat gigi geligi pasien. Panjang lengkung gigi (Tooth Material/ TM) adalah jumlah
lebar mesiodistal gigi dari molar pertama kiri sampai dengan molar pertama kanan. Lebar
lengkung basal premolar atau fosa kanina (Premolar Basal Arch Width/ PMBAW) merupakan
diameter basis apikal dari model gigi pada apeks gigi premolar pertama, yang diukur
menggunakan jangka sorong atau jangka berujung runcing.
Rasio diperoleh dari membagi PMBAW dengan TM dikalikan 100. Howes percaya
bahwa dalam keadaan normal perbandingan PMBAW dengan TM kira-kira sama dengan

44%, perbandingan ini menunjukkan bahwa basis apikal cukup lebar untuk menampung s
emua gigi. Bila perbandingan antara PMBAW dan TM kurang dari 37% berarti terjadi
kekurangan lengkung basal sehingga perlu pencabutan gigi premolar. Bila lebar basal
premolar lebih besar dari lebar lengkung puncak premolar, maka dapat dilakukan ekspansi
premolar. Analisis Howes berguna pada saat menentukan rencana perawatan dimana
terdapat masalah kekurangan basis apikal dan untuk memutuskan apakah akan dilakukan:
(1) pencabutan gigi, (2) memperluas lengkung gigi atau (3) ekspansi palatal.
Index Pont
Pont memikirkan sebuah metoda untuk menentukan lebar lengkung ideal yang
didasarkan pada lebar mesiodistal mahkota keempat insisif rahang atas. Pont menyarankan
bahwa rasio gabungan insisif terhadap lebar lengkung gigi melintang yang diukur dari pusat
permukaan oklusal gigi, idealnya adalah 0,8 pada fosa sentral premolar pertama dan 0,64
pada fosa sentral molar pertama. Pont juga menyarankan bahwa lengkung rahang atas
dapat diekspansi sebanyak 1-2 mm lebih besar dari idealnya untuk mengantisipasi
kemungkinan terjadinya relaps.

Analisis geligi campuran


Tujuan untuk mengevaluasi jumlah ruangan yang tersedia pada lengkung rahang untuk
digantikan oleh gigi permanen dan untuk penyesuaian oklusi yang diperlukan
a. Perkiraan Ukuran Gigi Menggunakan Gambaran Radiografi
Metoda ini memerlukan gambaran radiografi yang jelas dan tidak mengalami distorsi.
Distorsi gambaran radiografi pada umumnya lebih sedikit terjadi pada foto periapikal
dibandingkan dengan foto panoramik. Namun, meskipun menggunakan film tunggal,
seringkali sulit untuk menghindari distorsi terutama pada gigi yang panjang seperti
kaninus,sehingga pada akhirnya akan mengurangi tingkat akurasi.

Gambar 7. Untuk menghitung perbesaran yang terjadi dilakukan pembandingan


antara ukuran
pada A. Model studi dengan, B. Gambaran radiografi periapikal
Dengan penggunaan berbagai tipe gambaran radiografi yang semakin umum, sangat
penting untuk menghitung pembesaran yang terjadi. Hal ini dapat dilakukan dengan
cara mengukur obyek yang dapat dilihat baik secara radiografi maupun pada model.
Pada umumnya, gigi yang dijadikan tolak ukur adalah molar sulung. Perbandingan
sederhana untuk mengetahui ukuran gigi sebenarnya yang belum erupsi adalah
sebagai berikut : perbandingan ukuran lebar molar sulung sebenarnya dengan
ukuran gigi tersebut pada gambaran radiografi sama dengan perbandingan lebar
premolar tetap yang belum erupsi dengan ukuran lebar premolar pada gambaran
radiografi.

Ketepatan

pengukuran

bergantung

pada

kualitas

radiografi

dan

kedudukan gigi di dalam lengkung. Teknik ini juga dapat digunakan untuk gigi lain
baik pada maksila maupun mandibula.
Berikut ini akan diuraikan secara singkat mengenai cara dan tumus pengukuran
tersebut.
1. Ukur lebar mesiodistal gigi susu pada roentgen (Y) dan lebar gigi permanen
penggantinya juga pada roentgen (X).
2. Ukur lebar gigi susu langsung pada model studi (Y), maka lebar gigi permanen
penggantinya (X) akan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
X = X . Y
Y

Keterangan :
X = Lebar gigi permanen penggantinya
Y = Lebar gigi sulung pada model studi
X = Lebar gigi permanen pada foto roentgen
Y = Lebar gigi sulung yang terlihat pada foto roentgen
Cara mengukur tempat yang tersedia (available space ) :
Cara pengukuran tempat yang tersedia pada fase geligi campuran sama dengan cara
pengukuran tempat yang tersedia pada fase geligi permanen (lihat metode Nance).
Cara mengukur tempat yang dibutuhkan (required space):
1. Sediakan jangka berujung runcing atau jangka sorong
2. Ukur lebar mesiodistal gigi permanen yang telah erupsi sempurna pada model
studi dengan jangka sorong
3. Ukur lebar mesiodistal gigi permanen yang belum erupsi atau erupsi sebagian
dengan menggunakan rumus perbandingan seperti di atas.
4. Hitunglah total pengukuran lebar M-D tiap gigi permanen P2-P2 (baik yang
dihitung pada model studi maupun yang dihitung dengan rumus perbandingan),
catat hasil pengukuran yang didapat sebagai required space (tempat yang
dibutuhkan) untuk rahang atas dan rahang bawah.
b. Perkiraan ukuran gigi menggunakan tabel probabilitas
Moyers
Terdapat hubungan antara ukuran kelompok gigi yang besar pada salah satu bagian
dengan bagian lainnya. Seseorang dengan ukuran gigi yang besar pada salah satu
bagian dari mulut cenderung mempunyai gigi-gigi yang besar pula pada tempat lain.
Hal tersebut digunakan untuk menentukan ruangan utuk gigi C, P1, P2. Syarat untuk
analisa ini adalah keempat gigi I rahang bawah harus sudah erupsi.
Analisa moyers lebih banyak dianjurkan karena:
-

Kesalahan sitemik yang minimal


Rentang dari kesalahan tersebut diketahui
Penilaian klinis yang tidak rumit dan hemat waktu
Tidak membutuhkan perlengkapan khusus dan gambaran radiografi
Dapat digunakan pada kedua rahang
Langkah-langkahnya:

Mengukur dan menjumlah mesiodistal keempat I rahang bawah


Memprediksi jumlah mesiodistal C dan P melalui tabel probabilitas dengan derajat
kepercayaan 75% (A)
Mengukur ruang yang ada pada regio C dan P
Mengukur distal I lateral sampai mesial M1 permanen (B)
Ruang yang ada dibandingkan dengan ruang yang diperkirakan pada tabel probabilitas
(B-A) = ruang cukup dan diskrepansi
Tabel probabilitas Moyers

Sitepu (1983) menemukan rumus untuk ras Deutro Melayu, derajat kepercayaan
99%. Cara penggunaannya adalah mengukur insisiv pertama dan kedua (x), lalu hasil
pengukuran dimasukkan ke dalam rumus:
RA y=0,484263x + 11,7181
RB y=0,460037x + 10,9117
(y) adalah prediksi jumlah lebar mesiodistal kaninus + premolar 1 + premolar 2.
Selain kedua cara tersebut terdapat Moyers Analisis, dengan menghitung jumlah
keempat insisiv bawah lalu membandingkan dengan tabel predikisi Moyers (dengan
derajat kepercayaan 75%)
c. Tanaka johnston
Tanaka dan Johnston menemukan cara untuk menentukan ukuran
kaninus dan premolar berdasarkan ukuran insisive bawah.
Mempunyai ketepatan yang baik dan biasnya kecil.

Tidak membutuhkan foto rontgen maupun tabel.

Didapat dari pemeriksaan anak-anak kulit putih Eropa Utara, kurang


sesuai untuk anak-anak dari ras lain.

Jika pada foto tampak kelainan ukuran gigi, maka rumus tidak digunakan.

Rumus:

- jumlah lebar insisive rahang bawah + 10,5 mm= perkiraan jumlah


lebar kaninus dan premolar rahang bawah. (satu kuadan)
- jumlah lebar insisive rahang bawah + 11,0 mm= perkiraan jumlah
lebar kaninus dan premolar rahang atas. (satu kuadran)
5.2

ALAT DAN BAHAN


1.
2.
3.
4.
5.

Model studi
Rontgenogram
Tabel perkiraan
Rumus
Alat ukur : Jangka sorong, symmetograph, brass wire, jangka runcing, penggaris

DAFTAR PUSTAKA
Rahardjo, Pambudi. 2008. Diagnosis Ortodontik. Surabaya: Airlangga University Press

Você também pode gostar