Você está na página 1de 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dislokasi mandibula adalah suatu gangguan yang sering ditemukan dalam
praktek dokter sehari-hari. Penderita dengan gangguan ini akan merasa sangat
tidak nyaman walaupun gangguan ini jarang disertai dengan rasa sakit yang hebat.
Dislokasi sendiri didefinisikan sebagai pergerakan condylus ke arah depan
(anterior), belakang (posterior), atas (superior) dan lateral dari eminensia
artikulare yang memerlukan beberapa bentuk manipulasi untuk mereduksinya.
Dislokasi berbeda dengan subluksasi dimana pasien dapat mengembalikan
condylus ke dalam fossa secara normal.1
Pada sebagian besar kasus, dislokasi terjadi secara spontan saat membuka
mulut terlalu lebar, misalnya menguap, berteriak, makan, bernyanyi, atau pada
saat perawatan gigi. Penderita dengan fossa mandibula yang dangkal dan kepala
condylus tidak berkembang dengan baik merupakan faktor predisposisi terjadinya
dislokasi. Dislokasi dapat pula terjadi pada saat manipulasi airway dalam tindakan
anesthesia, dan pada kasus trauma pada rahang yang umumnya terjadi oleh karena
kekuatan benturan ke arah bawah dari mandibula pada saat membuka mulut
sebagian.1
Berdasarkan letak condylus relatif terhadap fossa artikulare tulang temporal,
seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa dislokasi dapat dibagai menjadi
1

dislokasi anterior, posterior, superior, dan lateral. Dislokasi mandibula anterior


merupakan yang paling sering terjadi dan biasanya akibat penyebab non
traumatik. Pada sebuah penelitian terhadap 96 kasus dislokasi TMJ, didapatkan
bahwa dislokasi akut merupakan yang paling sering terjadi (47,9%), diikuti oleh
dislokasi kronik (30,2%), dan dislokasi kronik rekuren (21,9%). Penyebab
dislokasi yang tersering ialah menguap terlalu lebar (45,8%), diikuti oleh
kecelakaan lalu lintas (13,5%). Jenis dislokasi yang paling sering terjadi adalah
dislokasi anterior bilateral (89,6%).2
Penatalaksanaan dislokasi mandibula dapat dilakukan dengan reposisi
manual, tanpa pembedahan, dan dengan pembedahan terutama pada dislokasi
yang bersifat rekuren dengan kemungkinan terjadi redislokasi sangat besar. Cara
lain untuk yang rekuren adalah dengan menyuntikkan intra artikular larutan
sklerosing.1
1.2 Tujuan Dan Manfaat
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah :
1. Mengetahui dan memahami anatomi dan fungsi dari sendi temporomandibula, mekanisme penyakit, gejala yang ditimbulkan, serta
komplikasi dari berbagai jenis dislokasi sendi temporo-mandibula.
2. Mengetahui penatalaksanan yang tepat dari dislokasi sendi temporomandibula

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Sendi Temporo-Mandibula
Daerah dimana terjadi hubungan antara kranium dan mandibula disebut
juga sendi temporomandibula (TMJ) atau sendi gingylmoarthrodial. Sendi
temporomandibula secara anatomi terbagi atas:1
1. Komponen artikulasi yang terdiri dari condylus mandibula, fossa
mandibula atau fossa glenoidale, yang terdiri dari fossa artikulare dan
eminensia artikulare, serta diskus artikulare.
2. Kapsula artikulare dan ligament serta membran sinovial.
3. Ligamen tambahan (Sphenomandibula dan Stylomandibula).

Gambar 2.1 Anatomi Sendi Temporo-Mandibula 1


3

Gambar 2.2 Anatomi Sendi Temporo-Mandibula 2


Otot-otot yang terlibat dalam gerakan membuka dan menutup mulut:1
1. M. Masetter
2. M. pterygoideus lateralis (externus)
3. M. pterygoideus medialis (internus)
4. M. temporalis

Gambar 2.3 Otot Penggerak Sendi Temporo-mandibula


2.2 Fisiologi pergerakan Sendi Temporo-Mandibula
Gerakan-gerakan sendi temporo-mandibula:1
1. Gerakan memutar atau gerakan engsel, yaitu suatu perputaran mandibula
pada sumbu transversal melewati pusat dari condylus.
2. Gerakan translasi atau meluncur, merupakan suatu perpindahan dari
keseluruhan mandibula dalam hubungan anteroposterior dan atau
mediolateral.
Ketika kita membuka mulut, ujung yang bulat dari rahang bawah
(condylus), bergerak meluncur sepanjang fossa sendi pada tulang temporal.
Condylus akan kembali ke posisi semula ketika kita mengatupkan mulut. Agar

gerakan tetap halus, terdapat diskus yang lunak di antara condylus dan tulang
temporal. Diskus ini meredam kejutan (shockbreaker) sendi rahang akibat
mengunyah dan pergerakan lain.2
Sendi temporomandibula berbeda dengan sendi-sendi lain dalam tubuh
manusia. Kombinasi gerakan meluncur ke satu arah (hinge and sliding motions)
membuat sendi ini merupakan sendi yang paling rumit di dalam tubuh. Selain itu,
jaringan yang membentuk TMJ (temporomandibular joint) juga berbeda dengan
sendi-sendi lain yang menahan beban tubuh, seperi sendi lutut atau pinggul.2
Pergerakan bebas mandibula yaitu kombinasi antara gerakan rotasi dan
translasi yang meliputi:1
1. Gerakan membuka dan menutup.
2. Gerakan protrusi dan retrusi.
3. Gerakan ke samping kiri dan kanan.

Gambar 2.4 Arah Pergerakan Sendi Temporo-Mandibula

BAB III
DISLOKASI SENDI TEMPORO-MANDIBULA
3.1 Definisi
Dislokasi sendi temporomandibula adalah pergerakan kondilus ke arah
depan (anterior), belakang (posterior), atas (superior), dan lateral dari eminensia
artikulare yang memerlukan beberapa bentuk manipulasi untuk mereduksinya.1
3.2 Klasifikasi dan Etiologi
Terdapat berbagai jenis dislokasi yang dapat terjadi melalui mekanisme
traumatik atau nontraumatik. Jenis dislokasi dibedakan berdasarkan letak
condylus relatif terhadap fossa articularis tulang temporal:2
1. Dislokasi anterior
Pada dislokasi tipe ini terjadi perubahan posisi condylus menjadi
anterior terhadap fossa articularis tulang temporal. Dislokasi anterior
biasanya terjadi akibat interupsi pada sekuens normal kontraksi otot saat
mulut tertutup setelah membuka dengan ekstrim. Muskulus masseter dan
temporalis mengangkat mandibula sebelum muskulus pterygoid lateral
berelaksasi, mengakibatkan condylus mandibula tertarik ke anterior ke
tonjolan tulang dan keluar dari fossa temporalis. Spasme muskulus masseter,
temporalis, dan pterygoid menyebabkan trismus dan menahan condylus
tidak dapat kembali ke fossa temporalis. Dislokasi jenis ini dapat unilateral
atau bilateral. Dislokasi tersebut dibedakan menjadi akut, kronik rekuren,
atau kronik.

Dislokasi akut terjadi akibat trauma atau reaksi distonik, namun


biasanya disebabkan oleh pembukaan mulut yang berlebihan seperti
menguap, anestesi umum, ekstraksi gigi, muntah, atau kejang.

Dislokasi anterior juga dapat terjadi setelah prosedur endoskopik.


Dislokasi kronik akut disebabkan oleh mekanisme yang sama pada
pasien dengan faktor risiko seperti fossa mandibularis yang dangkal
(kongenital), kehilangan kapsul sendi akibat riwayat dislokasi

sebelumnya, atau sindrom hipermobilitas.


Dislokasi kronik terjadi akibat dislokasi TMJ yang tidak ditangani
sehingga condylus tetap berada dalam posisinya yang salah dalam

waktu lama. Biasanya dibutuhkan reduksi terbuka.


2. Dislokasi posterior
Terjadi akibat trauma fisik langsung pada dagu. Condylus
mandibula tertekan ke posterior ke arah mastoid. Jejas pada meatus
acusticus externum akibat condylus dapat terjadi pada dislokasi tipe ini.
3. Dislokasi superior
Terjadi akibat trauma fisik langsung pada mulut yang sedang
berada dalam posisi terbuka. Sudut mandibula pada posisi ini menjadi
predisposisi pergeseran condylus ke arah superior dan dapat mengakibatkan
kelumpuhan nervus fasialis, kontusio serebri, atau gangguan pendengaran.
4. Dislokasi lateral
Biasanya terkait dengan fraktur mandibula. Condylus bergeser ke
arah lateral dan superior serta sering dapat dipalpasi pada permukaan
temporal kepala.

3.1 Dislokasi Anterior Sendi Temporo-Mandibula


Meskipun sendi TMJ ini mempunyai pergerakan yang bebas, dislokasi
secara umum akan terjadi secara langsung ke arah anterior, sebab ke arah
posterior dan superior akan dibatasi olah tulang melalui fossa glenoidale dan
dislokasi ke arah ini mungkin terjadi jika benturan yang mengenai mandibula
sangat keras dan menyebabkan fraktur pada tulang temporal. Jika dislokasi
terjadis secara bilateral, mandibula berpegang pada posisi bergantung dan hanya
gigi geligi posterior yang dapat berkontak. Pada dislokasi yang unilateral, juga
terlihat gigitan terbuka tetapi garis tengah dari dagu deviasi ke arah yang normal.1

10

Gambar 3.2 Dislokasi Bilateral Sendi Temporo-Mandibula

11

Gambar 3.3 Dislokasi Unilateral Sendi Temporo-Mandibula


3.3 Faktor Risiko
Terdapat beberapa faktor risiko dislokasi TMJ, antara lain: 2
- Fossa mandibularis yang dangkal
- Condylus yang kurang berkembang sempurna
- Ligamen TMJ yang longgar
- Penyakit jaringan ikat, misalnya sindrom Marfan, sindrom Ehlers-Danlos

3.4 Etiologi Dislokasi Sendi Temporo-Mandibula


Etiologi dislokasi:1
12

1. Pasien yang mempunyai fossa mandibular yang dangkal serta condylus


yang tidak berkembang dengan baik
2. Anatomi yang abnormal serta kerusakan dari stabilisasi ligament yang
akan mempunyai kecenderungan untuk terjadi kembali (rekuren)
3. Membuka mulut yang terlalu lebar atau terlalu lama
4. Adanya riwayat trauma mandibula, biasanya disertai dengan multiple
trauma.
5. Kelemahan kapsuler yang dihubungkan dengan subluksasi kronis
6. Diskoordinasi otot-otot karena pemakaian obat-obatan atau gangguan
neurologis
Dislokasi kronis rekuren berhubungan dengan kelemahan kapsula dan
ligamen yang diakibatkan oleh penyembuhan yang tidak adekuat dari penyakit
degeneratif, hipermobility, serta adanya trauma dan oklusal disharmoni, yang akan
menyebabkan spasme dari otot-otot masetter dan pterygoid lateralis. Problem
emosional dan gangguan neurofisiologi adalah faktor lain yang berhubungan.

3.5 Diagnosis
3.5.1 Anamnesa

13

Dari anamnesa perlu diketahui riwayat apakah pasien sering merasa


tidak nyaman pada rahang setelah gerakan membuka mulut yang lebar,
misalnya saat berteriak. Keadaan ini kadang disertai dengan ketidakmampuan untuk menutup mulut serta adanya rasa sakit. Dapat pula
diketahui apakah pasien mempunyai riwayat benturan pada rahang yang
tanpa disadarinya telah terjadi perubahan posisi condylus. Kecuali pada
keadaan fraktur pada condylus dan disertai dengan fraktur multipel dimana
penderita datang dengan tanda-tanda klinis adanya trauma pada wajah atau
rahang. Hal yang perlu untuk diketahui apakah pasien sebelumnya pernah
mengalami keadaan seperti ini yang merupakan suatu petunjuk adanya
suatu dislokasi yang rekuren.1
3.5.2 Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan ini tergantung pada lamanya dislokasi, apakah
terjadinya bersamaan dengan suatu fraktur dan dislokasinya bilateral atau
unilateral.1
1. Dislokasi Unilateral
Mandibula miring dan pada bagian yang terkena lebih kebawah
posisinya, biasanya disertai pembengkakan, lunak jika ditekan
serta dengan palpasi kelainannya terjadi di sekitar sendi TMJ. Gigigigi tidak dapat dioklusikan, baik secara pasif maupun aktif.
2. Dislokasi Bilateral

14

Jika dislokasi terjadi pada kedua condylus mandibula, pasien akan


terlihat prognati dan terdapat pembengkakan bilateral serta lunak
jika ditekan pada kedua sisi TMJ. Gigi-gigi tidak dapat dioklusikan
baik aktif maupun pasif, karena adanya hambatan mekanis.
Biasanya spasme otot masetter bilateral dapat teraba. Pada keadaan
yang

disertai dengan fraktur pada basis

menyebabkan

mandibula

meluncur

ke

condylus,

depan,

dan

akan
akan

menyebabkan rasa sakit yang lebih hebat disbanding dengan


dislokasi yang biasa.
3.5.3 Pemeriksaan Penunjang
1. Foto Roentgen konvensional mandibula, dari gambaran bilateral
oblique, terlihat posisi condylus berada di anterior eminensia
artikulare
2. Foto panoramik dangat akurat mendeteksi fraktur mandibula dan
letak dislokasi
3. CT scan atau MRI yang dapat menunjukkan dislokasi namun tidak
diindikasikan pada kasus-kasus sederhana

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan klinis dan


pemeriksaan penunjang yang menunjukkan adanya suatu dislokasi mandibula, dan
menentukan apakah dislokasi ini merupakan suatu keadaan akut dan terjadi secara
15

insidentil atau merupakan dislokasi kronis yang terlambat dilakukan reposisi.


Dislokasi yang sering terjadi dengan frekuensi kejadian yang cukup tinggi yang
disebut rekuren, pada penatalaksanaannya akan berbeda dengan dislokasi yang
akut atau kronis (long-standing).1
3.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dislokasi TMJ (temporomandibular joint) tergantung
pada kejadian dislokasi. Pada keadaan akut, sebaiknya segera dilakukan reposisi
secara manual sebelum spasme otot bertambah dalam. Sedangkan pada keadaan
kronis rekuren diperlukan tindakan pembedahan dan non pembedahan lainnya
untuk menghindari redislokasi. Prosedur terapi manual merupakan metode reduksi
yang telah lama diperkenalkan. Tahapan penatalaksanaannya adalah sebagai
berikut: 3
1. Jika kemungkinan ada fraktur, perlu dilakukan rontgen foto terlebih dahulu.
Jika tidak ada trauma, dapat dilakukan proses penanganan secara langsung.
2. Pasien ditempatkan pada kursi yang tidak bersandaran dan menempel dinding
sehingga punggung dan kepala pasien bersandar pada dinding.
3. Sebelum melakukan pertolongan, balut ibu jari dengan kain kasa yang agak
tebal untuk mencegah tergigitnya ibu jari karena setelah berada pada posisi
yang benar maka rahang akan mengatup dengan cepat dan keras. Setelah itu
gunakan sarung tangan.
4. Posisi operator berada di depan pasien.
16

5. Letakkan ibu jari pada daerah retromolar pad (di belakang gigi molar terakhir)
pada kedua sisi mandibula setinggi siku-siku operator dan jari-jari yang lain
memegang permukaan bawah mandibula (A).

Gambar 3.4 Penatalaksanaan Dislokasi TMJ Akut


6. Berikan tekanan pada gigi-gigi molar rahang bawah untuk membebaskan
condylus dari posisi terkunci di depan eminensia artikulare (B).
7. Dorong mandibula ke belakang untuk mengembalikan ke posisi anatominya (C
& D).
8. Jika tidak mudah untuk direlokasi, operator dapat merujuk untuk dilakukan
rontgen foto
9. Dapat dilakukan pemberian midazolam intra vena (untuk mengendorkan otot)
dan 1-2 ml 1% lidokain intraarticular (untuk mengurangi nyeri). Injeksi
dilakukan pada sisi kiri daerah yang tertekan dari condylus yang displacement.

17

10. Pemasangan Barton Head Bandage untuk mencegah relokasi dan menghindari
pasien membuka mulut terlalu lebar dalam 24-48 jam. Pasien juga
diinstruksikan untuk diet makanan lunak.
11. Pemberian obat berupa analgetik dan pelemas otot (jika perlu)

BAB IV
KESIMPULAN

18

Dislokasi mandibula adalah keadaan dimana condylus berada di depan


(anterior), belakang (posterior), atas (superior), dan lateral dari eminentia
artikulare. Yang terbanyak adalah dislokasi condylus kea rah anterior yang
biasanya disebabkan oleh pembukaan mulut yang terlalu lebar misalnya pada saat
berteriak, bernyanyi, atau pada perawatan gigi. Dislokasi dapat terjadi secara akut
dan kronis yang long-standing atau yang bersifat rekuren.
Penatalaksaan dislokasi mandibula akut umumnya dapat dilakukan dengan
reposisi secara manual dan/atau tanpa bantuan anastetik lokal dan obat-obatan
pelemas otot. Pada yang kronis dan rekuren umumnya dilakukan intervensi bedah
dan perlu dikonsulkan kepada ahli bedah mulut untuk penatalaksanaannya.

DAFTAR PUSTAKA

19

1.

http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/05/dislokasi_mandibula_ke_arah_anterior.pdf

2.

Hayati, Nurina, dkk. 2007. Dislokasi Sendi Temporomandibular. Jakarta:


EGC.

3.

http://opendentistry.blog.unsoed.ac.id/files/2012/05/Panduan-Skill-LabMedical-Emergency.pdf

20

Você também pode gostar