Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
ARTIKEL
Oleh
OKSI TRIPRADANTI
102110101145
ABSTRACT
Air pollution from the transport sector in the city of Surabaya has reached a
dangerous tipping point, where the city of Surabaya is one of the cities in
Indonesia which has a fairly high level of air pollution. Unequal width of the road
with a number of vehicles and poor transport systems caused jam almost every
road in Surabaya. The traffic congestion will eventually trigger caused air
pollution. Air pollution in Surabaya as a result of traffic congestion can interfere
with the balance of the environment and cause adverse effects on public health.
Keywords: air pollution, transportation, congestion, negative impact.
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Udara sebagai atmosfir bumi merupakan media lingkungan yang sangat
kendaraan yang merayap menghasilkan emisi gas buang 12 kali lipat dibanding
saat kendaraan berjalan normal.
. Salah satu kebutuhan dasar masyarakat Surabaya adalah pemenuhan
terciptanya kualitas lingkungan perkotaan yang bersih dan sehat, termasuk dalam
hal ini adalah kualitas udara emisi dan ambient. Perwujudan kualitas lingkungan
yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai
komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara dan
ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukungan bagi mahluk
hidup untuk hidup secara optimal
1.2 Tujuan Kajian
1. Untuk mengetahui gambaran umum kemacetan lalu lintas di Surabaya
2. Untuk mengetahui pengaruh kemacetan lalu lintas terhadap kualitas udara di
Surabaya
3. Untuk menegetahui bahan pencemar yang timbul akibat kemacetan lalu lintas
di Surabaya
4. Untuk mengetahui dampak yang timbul dari turunnya kualitas udara akibat
kemacetan di Surabaya.
5. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan untuk mengatasi penurunan kualitas
udara akibat kemacetan di Surabaya
data
dilakukan
sebagai
suatu
proses
pengklasifikasian
dan
pengelompokan data yang selalu didasarkan pada tujuan yang ingin dicapai.
4. Simpulan
Hasil
analisis
ditarik
kesimpulan
mengenai
gagasan
yang
akan
diimplementasikan.
5. Saran
Hasil analisis, alternatif solusi, dan kesimpulan membutuhkan saran dengan
pihak-pihak yang terkait.
3.2
Surabaya
Polusi udara sebagai akibat kemacetan lalu lintas, turut andil mencemari
lingkungan hidup, sebab di kota-kota metropolitan di Indonesia seperti Surabaya
akibat tingginya volume kesibukan dari warga kotanya tentunya tidak terlepas
dengan pemakaian jalan-jalan untuk keperluan atau aktivitas sehari-hari. Sejalan
pula dengan kemajuan teknologi terutama yang berkaitan dengan bidang otomotif
mengangkut kendaraam bermotor yang menggunakan Bahan Bakar Minyak
(BBM) seperti premix, premium, dan solar tentunya mengakibatkan pembuangan
asap (emisi) yang tidak mungkin terelakkan lagi di jalan-jalan Kota Surabaya
(Boediningsih, 2011).
Kepadatan lalu lintas di Surabaya mengalami peningkatan. Pertumbuhan
ekonomi pun menjadi penyebab mobilitas seseorang meningkat sehingga
kebutuhan pergerakkannya pun meningkat melebihi kapasitas sistem prasarana
transportasi yang ada dan hal ini akan meyebabkan transportasi tidak berfungsi
secara efisien (Tamin, 2005). Dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan
berdampak pula terhadap meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat. hal ini
membuat semakin banyak orang yang menggunakan kendaraan bermotor baik itu
mobil maupun motor dalam menjalankan aktivitas. Untuk pergi ke sekolah,
pelajar sudah umum menggunakan kendaraan baik kendaraan umum (angkot)
maupun kendaraan pribadi, orang-orang yang akan pergi bekerja ke kantor, ke
pabrik maupun ke tempat-ternpat lainnya (pasar) untuk mengefisienkan waktu
maka menggunakan kendaraan adalah pilihan yang tepat. Namun demikian, satu
sisi penggunaan kendaraan bermotor sangat diperlukan untuk menunjang
mobilitas sosial masyarakat kota, tetapi disisi lain penggunaan kendaraan
bermotor seringkali menyebabkan kemacetan lalu lintas..
Kemacetan lalu lintas pada akhirnya akan berdampak negatif sebab
pembakaran bensin dalam kendaraan bermotor merupakan lebih dari separuh
penyebab terjadinya polusi udara. Pada daerah-daerah yang rawan terjadi
kemacetan akan semakin tinggi tingkat pencemaran udara yang timbul di daerah
tersebut, Ketika arus lalu lintas padat maka terjadilah kemacetan lalu lintas.
Dalam kondisi lalu lintas macet, pembakaran bahan bakar (bensin, solar) pada
mesin kendaraan bermotor tetap berlangsung. Pada proses pembakaran ini maka
akan dikeluarkan senyawa-senyawa berbahaya dimana senyawa tersebut selalu
terdapat dalam bahan bakar dan minyak pelumas mesin. Pembakaran bensin
maupun solar akan lebih efisien jika mobil atau motor dilarikan dengan kecepatan
yang konstan, dan mengurangi frekuensi pengereman dan menstarter. Sebaliknya
dalam kondisi jalanan macet maka pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor
tidak akan efisien lagi dan tidak sempurna. Pembakaran tidak sempurna terjadi
karena udara untuk pembakaran tidak mencukupi. Ketidak sempurnaan
pembakaran akan membentuk karbon monoksida dan uap air. Selain mengurangi
efisiensi bahan bakar, ketidak sempurnaan pembakaran juga menghasilkan asap
yang mengandung gas-gas karbon dioksida, karbon monoksida (CO), nitrogen
dioksida, partikel karbon, dan sisa bahan bakar lainnya, yang mayoritas bersifat
racun. Oleh karena itu, pembakaran tak sempurna akan mencemari udara.
Dalam kondisi macet, kendaraan yang merayap menghasilkan emisi gas
buang 12 kali lipat dibanding saat kendaraan berjalan normal dan pada saat itu
yang terjadi adanya pengumpulan senyawa-senyawa yang dikeluarkan oleh
kendaraan bermotor pada satu tempat. Bisa kita lihat bagaimana kepulan asap
hitam kendaraan bermotor terutama kendaraan jenis truk, bus (yang menggunakan
bahan bakar solar) yang mengakibatkan sesak nafas dan mata menjadi pedih.
Tanpa disadari, kemacetan selama ini telah berkontribusi terhadap polusi udara.
Pasalnya, pembakaran bahan bakar dalam mesin kendaraan yang terjebak
kemacetan tidak pernah terbakar dengan sempurna.
.2 Bahan Pencemar Udara yang Timbul Akibat Kemacetan Lalu Lintas di
Surabaya
Adapun bahan - bahan pencemar yang timbul akibat kemacet lalu lintas di
Surabaya adalah:
A. Karbon Monoksida (CO)
CO adalah suatu gas yang tak berwarna, tidak berbau dan juga tidak
berasa. Gas CO dapat berbentuk cairan pada suhu dibawah -192C. Gas CO
sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dengan udara, berupa
gas buangan. Selain itu, gas CO dapat pula terbentuk karena aktivitas industri.
Sedangkan secara alamiah, gas CO terbentuk sebagai hasil kegiatan gunung
berapi, proses biologi dan lain-lain walaupun dalam jumlah yang sedikit.
CO yang terdapat di alam terbentuk melalui salah satu reaksi berikut:
1) Pembakaran tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang
mengandung karbon.
2) Reaksi antara CO2 dengan komponen yang mengandung karbon pada suhu
tinggi.
3) Penguraian CO2 menjadi CO dan O.
Berbagai proses geofisika dan biologis diketahui dapat memproduksi CO,
misalnya aktivitas vulkanik, pancaran listrik dari kilat, emisi gas alami, dan lainlain. Sumber CO lainnya yaitu dari proses pembakaran dan industri.
Sebagian besar gas CO yang ada di Surabaya berasal dari kendaraan
bermotor dan ini menunjukkan korelasi yang positif dengan kepadatan lalu lintas.
Semakin lama rotasi atau putaran roda kendaraan per menit, semakin besar kadar
CO yang diemisikan.
B. Nitrogen Oksida (NOx)
Nitrogen oksida sering disebut dengan NOx
mempunyai dua bentuk yang sifatnya berbeda, yaitu gas NO2 dan gas NO.
Walaupun ada bentuk oksida nitrogen lainnya, tetapi kedua gas tersebut yang
paling banyak diketahui sebagai bahan pencemar udara. Nitrogen dioksida (NO2)
berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam. Reaksi pembentukan NO2 dari NO
dan O2
berlebih. Kecepatan reaksi ini dipengaruhi oleh suhu dan konsentrasi NO. Pada
suhu yang lebih tinggi, kecepatan reaksi pembentukan NO2 akan berjalan lebih
lambat. Selain itu, kecepatan reaksi pembentukan NO2 juga dipengaruhi oleh
konsentrasi oksigen dan kuadrat dari konsentrasi NO. Hal ini berarti jika
konsentrasi NO bertambah menjadi dua kalinya, maka kecepatan reaksi akan naik
HC dapat
berbentuk gas, cairan maupun padatan. Semakin tinggi jumlah atom karbon
pembentuk
berupa gas akan tercampur dengan gas-gas hasil buangan lainnya. Sedangkan bila
berupa cair maka HC akan membentuk semacam kabut minyak, bila berbentuk
padatan akan membentuk asap yang pekat dan akhirnya menggumpal menjadi
debu.
Sumber HC antara lain transportasi, sumber tidak bergerak, proses
industri dan limbah padat. Sebesar 88% hidrokarbon di Jakarta dihasilkan dari
kegiatan transportasi sebesar. HC merupakan sumber polutan primer karena
dilepaskan ke udara secara langsung. Molekul ini merupakan sumber fotokimia
dari ozon. Bila pencemaran udara oleh HC disertai dengan pencemaran oleh
nitrogen oksida (NOx), maka akan terbentuk Peroxy Acetyl Nitrat dengan bantuan
oksigen
D. Timbal (Pb)
Timah hitam ( Pb ) merupakan logam lunak yang berwarna kebiru-biruan
atau abu-abu keperakan dengan titik leleh pada 327,5C dan titik didih 1.740C
pada tekanan atmosfer. Senyawa Pb-organik seperti Pb-tetraetil dan Pb-tetrametil
merupakan senyawa yang penting karena banyak digunakan sebagai zat aditif
pada bahan bakar bensin dalam upaya meningkatkan angka oktan secara ekonomi.
Pembakaran Pb-alkil sebagai zat aditif pada bahan bakar kendaraan
bermotor merupakan bagian terbesar dari seluruh emisi Pb ke atmosfer
berdasarkan estimasi skitar 8090% Pb di udara ambien berasal dari pembakaran
bensin tidak sama antara satu tempat dengan tempat lain karena tergantung pada
kepadatan kendaraan bermotor dan efisiensi upaya untuk mereduksi kandungan
Pb pada bensin. Kadar Pb akibat aktifitas trasportasi ini di Jakarta mencapai 90%.
E. Sulfur Oksida (SOx)
Ada dua macam gas sulfur oksida (SOx), yaitu SO2 dan SO3. Gas SO2
berbau tajam dan tidak mudah terbakar, sedangkan gas SO3
sangat reaktif.
Konsentrasi SO2 di udara mulai terdeteksi oleh indra penciuman manusia ketika
konsentrasinya berkisar antara 0,3-1 ppm. Gas hasil pembakaran umumnya
mengandung lebih banyak SO2 dari pada SO3. Pencemaran SOx di udara
terutama berasal dari pemakaian batubara pada kegiatan industri, transportasi dan
lain sebagainy. Pada dasarnya semua sulfur yang memasuki atmosfer diubah
dalam bentuk SO2 dan hanya 1-2% saja sebagai SO3. Pencemaran SO2 di udara
berasal dari sumber alamiah maupun sumber buatan. Sumber alamiah adalah
gunung berapi, pembusukan bahan organik oleh mikroba, dan reduksi sulfat
secara biologis. Proses pembusukan akan menghasilkan H2S yang akan berubah
menjadi SO2. Sedangkan sumber SO2 buatan yaitu pembakaran bahan bakar
minyak, gas, dan terutama batubara yang mengandung sulfur tinggi. Di Jakarta
sendiri kadar sulfur oksida sebesar 35%, dimana banyak disumbangkan oleh
kendaraan bus, truk, dan kendaraan berbahan solar lainnya.
F. Partikel
permukaan bumi akibat adanya gaya gravitasi bumi, maka peristiwa ini disebut
dengan deposisi asam
B. Pemanasan Global
Kadar CO2 yang tinggi di lapisan atmosfer dapat menghalangi pantulan
panas dari bumi ke atmosfer sehingga permukaan bumi menjadi lebih panas.
Peristiwa ini disebut dengan efek rumah kaca (green house effect). Efek rumah
kaca ini mempengaruhi terjadinya kenaikan suhu udara di bumi (pemanasan
global). Pemanasan global adalah kenaikan suhu rata-rata di seluruh dunia dan
menimbulkan dampak berupa berubahnya pola iklim. Permukaan bumi akan
menyerap sebagian radiasi matahari yang masuk ke bumi dan memantulkan
sisanya. Namun, karena meningkatnya CO2 di lapisan atmosfer maka pantulan
radiasi matahari dari bumi ke atmosfer tersebut terhalang dan akan kembali
dipantulkan ke bumi. Akibatnya, suhu di seluruh permukaan bumi menjadi
semakin panas (pemanasan global). Peristiwa ini sama dengan yang terjadi di
rumah kaca. Rumah kaca membuat suhu di dalam ruangan rumah kaca menjadi
lebih panas bila dibandingkan di luar ruangan. Hal ini dapat terjadi karena radiasi
matahari yang masuk kedalam rumah kaca tidak dapat keluar.
Sedangkan dampak kesehatan yang ditimbulkan oleh sektor transportasi
berdasarkan zat pencemar antara lain
A. Karbon Monoksida (CO)
Keracunan gas monoksida (CO) dapat ditandai dari keadaan ringan,
berupa pusing, sakit kepala, dan mual. Keadaan yang lebih berat berupa
menurunnya kemampuan gerak tubuh, gangguan pada sistem kardiovaskuler,
serangan jantung hingga kematian. Karakteristik biologik yang paling penting dari
CO adalah kemampuannya untuk berikatan dengan haemoglobin, pigmen sel
darah merah yang mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Sifat ini menghasilkan
pembentukan karboksihaemoglobin (HbCO) yang 200 kali lebih stabil
dibandingkan oksihaemoglobin (HbO2). Penguraian HbCO yang relatif lambat
menyebabkan terhambatnya kerja molekul sel pigmen tersebut dalam fungsinya
membawa oksigen ke seluruh tubuh. Kondisi seperti ini bisa berakibat serius,
bahkan fatal, karena dapat menyebabkan keracunan. Selain itu, metabolisme otot
dan fungsi enzim intra-seluler juga dapat terganggu dengan adanya ikatan CO
yang stabil tersebut. Dampak keracunan CO sangat berbahaya bagi orang yang
telah menderita gangguan pada otot jantung atau sirkulasi darah periferal yang
parah.
Dampak dari CO juga bervasiasi tergantung dari status kesehatan
seseorang pada saat terpajan. Pada beberapa orang yang berbadan gemuk dapat
mentolerir pajanan CO sampai kadar HbCO dalam darahnya mencapai 40% dalam
waktu singkat. Tetapi seseorang yang menderita sakit jantung atau paru-paru akan
menjadi lebih parah apabila kadar HbCO dalam darahnya sebesar 510%. CO
juga bisa mempengaruhi janin. Pengaruh terhadap janin pada prinsipnya adalah
karena pajanan CO pada kadar tinggi dapat menyebabkan kurangnya pasokan
oksigen pada ibu hamil yang konsekuensinya akan menurunkan tekanan oksigen
di dalam plasenta dan juga pada janin dan darah. Hal ini dapat menyebabkan
kelahiran prematur atau bayi lahir dengan berat badan lebih rendah dibandingkan
keadaan normal.
B. Nitrogen Oksida (NOx)
Kedua bentuk nitrogen oksida, NO dan NO2, sangat berbahaya bagi
manusia. NO2 merupakan gas yang toksik bagi manusia dan pada umumnya gas
ini dapat menimbulkan gangguan sistem pernapasan. NO2 dapat masuk ke paruparu dan membentuk Asam Nitrit (HNO2) dan Asam Nitrat (HNO3) yang
merusak jaringan mukosa. NO2 dapat meracuni paru-paru. Jika terpapar NO2
pada kadar 5 ppm setelah 5 menit dapat menimbulkan sesak nafas dan pada kadar
100 ppm dapat menimbulkan kematian. Gangguan sistem pernapasan yang terjadi
dapat menjadi empisema. Bila kondisinya kronis dapat berpotensi menjadi
bronkitis serta akan terjadi penimbunan nitrogen oksida (NOx) dan dapat menjadi
sumber karsinogenik atau penyebab timbulnya kanker.
C. Hidrokarbon
Hidrokarbon diudara akan bereaksi dengan bahan-bahan lain dan akan
membentuk ikatan baru yang disebut plycyclic aromatic hidrocarbon (PAH) yang
banyak dijumpai di daerah industri dan padat lalulintas. Bila PAH ini masuk
dalam paru-paru akan menimbulkan luka dan merangsang terbentuknya sel-sel
Konsentrasi
Benzene (C6H6)
Toluena (C7H8)
Dampak Kesehatan
(ppm)
100
3.000
7.500
20.000
200
pemaparan 1 jam
Kematian setelah pemaparan 5-10 menit
Pusing, lemah, dan berkunang-kunang
600
bola
setelah
mata
dapat
Konsentrasi
(ppm)
Efek
3-5
8 -12
20
tenggorokan
- Jumlah terkecil yang akan mengakibatkan iritasi
50 - 100
menit)
5
400 - 500
Berbahaya meskipun kontak secara singkat
Sumber: www.depkes.go.id
Selain berpengaruh terhadap kesehatan manusia, SO2 juga berpengaruh
terhadap tanaman dan hewan. Pengaruh SO2 terhadap hewan hampir menyerupai
pengaruh SO2 terhadap manusia. Sedangkan pada tumbuhan, SO2 dapat
menyebabkan terjadinya perubahan warna pada daun dari hijau menjadi kuning
atau terjadinya bercak-bercak putih pada daun tanaman.
F. Partikel
Pengaruh partikel debu bentuk padat maupun cair yang berada di udara sangat
tergantung kepada ukurannya. Ukuran partikel debu yang membahayakan
kesehatan umumnya berkisar antara 0,1 mikron sampai dengan 10 mikron. Pada
umumnya ukuran partikel debu sekitar 5 mikron merupakan partikel udara yang
dapat langsung masuk ke dalam paru-paru dan mengendap di alveoli. Namun,
bukan berarti bahwa ukuran partikel yang lebih besar dari 5 mikron tidak
berbahaya karena partikel yang lebih besar dapat mengganggu saluran pernafasan
bagian atas dan menyebabkan iritasi. Keadaan ini akan lebih bertambah parah
apabila terjadi reaksi sinergistik dengan gas SO2 yang terdapat di udara juga.
Selain dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan, partikel debu juga dapat
mengganggu daya tembus pandang mata dan juga mengadakan berbagai reaksi
kimia di udara.
BAB 4. PENUTUP
.1 Kesimpulan
Kemacetan lalu lintas di Surabaya merupakan salah satu pemicu timbulnya
polusi udara. Saat kondisi lalu lintas macet, pembakaran bahan bakar (bensin,
solar) pada mesin kendaraan bermotor tetap berlangsung. Pada proses pembakaran
ini maka akan dikeluarkan senyawa-senyawa berbahaya dimana senyawa tersebut
selalu terdapat dalam bahan bakar dan minyak pelumas mesin. Kendaraan yang
merayap menghasilkan emisi gas buang 12 kali lipat dibanding saat kendaraan
berjalan normal, akibatnya udara menjadi tercemar sehingga kualitas udara di
Surabayapun menurun. Bahan - bahan pencemar yang timbul akibat kemacet lalu
lintas di Surabaya adalah karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx),
hidrokarbon (HC), timbal (Pb) dan zat pencemar lain yaitu sulfur oksida (SOx)
serta partikel-partikel kecil seperti bedu.
Turunnya kualitas udara di Surabaya menimbulkan dampak terhadap
lingkungan atmosfer yang lebih besar seperti hujan asam, dan perubahan iklim
global. Kualitas udara yang buruk juga berpengaruh terhadap kesehatan
masyarakat, terutama terhadap sistem pernafasan dan sistem kardiovaskuler. Zat
pencemar tersebut menimbulkan reaksi yang berbeda tiap individu,tergantung
jenis polutan, tingkat paparan, status kesehatan individu dan genetik. Banyak
upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi penurunan kualitas udara Surabaya
yaitu seperti penempatan petugas pada jam-jam sibuk, pengendalian emisi
kendaraan bermotor, penanaman pohon-pohon dipinggir jalan.
4.2 Saran
1 jalan yang sempit dan rawan macet jika memungkinkan bisa dilebarkan,
sebaiknya juga dilakukan pelebaran jalan untuk mengurangi kemacetan lalu
lintas karena jalan yang sudah ada memang sudah tidak mungkin lagi
2
lalu lintas sehingga bagi pelanggar lalu lintas akan berpikir panjang apabila
3
DAFTAR PUSTAKA
Arya Wardhana ,W. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta :
Penerbit Andi
Bergkamp, Dennis. 2011. Kemacetan Lalu Lintas DKI Jakarta.[Serial Online].
http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2011/11/15/kemacetan-lalu-lintasdki-jakarta-410483.html. [24 Februari 2013].
Boediningsih, Widyawati. 2011. Dampak Kepadatan Lalu Lintas Terhadap Polusi
Udara. Jurnal Fakultas Hukum. Vol. XX. (20) : Hal 119-138
Chandra, Budiman. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC. Jakarta
Fardiaz, Srikandi. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Karnisius
Fitriana, Irna dan Prasetyawan, Yudha. Tanpa Tahun. Analisis Dampak Rencana
Pembangunan Busway Terhadap Kemacetan Lalu Lintas Pada Jalur Utara
Selatan Dengan Pendekatan Sistem Dinamik. Jurnal Teknik Industri: Hal
1-10. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Kepmenkes RI no 1407 tahun 2002 Tentang Pedoman Pengendalian Dampak
Pencemaran Udara
Mukono,H.J. 2008. Pencemaran Udara dan Pengaruhnya Terhadap Gangguan
Saluran Pernapasan. Surabaya: Airlangga University Press.
PP RI nomor 41 tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara
Rini, Titien Setiyo. 2005. Kebijakan Sistem Transportasi Kota Surabaya Dalam
Rangka Pengendalian Pencemaran Udara Area Transportasi. Jurnal
Rekayasa Perencanaan. Vol. I. (2) : Hal 1-14
Soedomo, Moestikahadi. 2001. Pencemaran Udara (Kumpulan Karya Ilmiah).
Bandung: Penerbit ITB
Suyono, Budiman. 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat dalam Konteks Kesehatan
Lingkungan. Jakarta: EGC .
Tamin, Ofyar Z. 2000. Perencanaan dan Pemodelan Transportasi. Bandung: ITB
Umar, Fahmi Ahmadi.1989.Analisis Resiko Efek Pencemaran Udara (Co dan Pb)
Terhadap Penduduk Jakarta. Jakarta:FKM UI.