Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
A. Pengertian
Tumor adalah neoplasma pada jaringan yaitu pertumbuhan jaringan baru yang
abnormal. Setiap tumor tumbuh pada kecepatan tertentu bergantung pada
karakteristik penjamu dan tumor itu sendiri (Corwin, 2001). Pertumbuhan tumor
dapat digolongkan sebagai ganas (malignant) atau jinak (benign) (Brooker, 2001).
Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak
teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya,
baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau
dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Tumor paru merupakan
keganasan pada jaringan paru (Price & Wilson, 2006). Istilah tumor paru
digunakan untuk tumor yang berasal dari epitel saluran napas (bronkus,
bronkiolus dan alveoli). Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel sel yang
mengalami proliferasi dalam paru (Underwood, Patologi, 2000).
Karsinoma bronkogenik adalah tumor maligna yang timbul dari bronkus.tumor
seperti ini adalah epidermoid, terletak dalam bronchi yang besar yang timbul jauh
di luar paru(Smeltzer, 2001).
B. Etiologi
Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum
diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat
karsinogenik merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain
seperti kekebalan tubuh, genetik, dan lain-lain.
a. Rokok tembakau, yaitu kandungan tar, suatu persenyawaan hidrokarbon
aromatic polisiklik
b. Polusi udara, banyak sekali polusi udara yang dapat menyebabkan kanker
paru-paru, diantaranya sulphur, emisi kendaraan bermotor, dan polutan yang
berasal dari pabrik.
c. Asap pabrik/industri/tambang.
d. Debu radioaktif/ledakan nuklir (radon), beberapa zat kimia antara lain asbes,
arsen, krom, nikel, besi, dan uranium.
e. Iradiasi
f. Genetika, pada sel kanker paru-paru didapatkan sejumlah lesi genetic
termasuk aktivasi onkogen dominant dan resesif (inaktivasi supresor tumor).
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru,
yakni :
Proton oncogen.
Tumor suppressor gene.
Gene encoding enzyme.
g. Diet
Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten, selenium dan vitamin A
menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru.
C. Klasifikasi
a. Klasifikasi berdasarkan TNM : tumor, nodul dan metastase.
T:
N:
kontralateral
N3 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe ekstratorakal
M:
b. Klasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma Pleura dan Paru paru (1977) :
Karsinoma Bronkogenik.
Merupakan sel sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk
dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam macam. Sel
sel ini cenderung untuk timbul pada jaringan paru paru perifer, tumbuh
cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat tempat yang
jauh.
Lain lain.
o Tumor karsinoid (adenoma bronkus)
o Tumor kelenjar bronchial.
o Tumor papilaris dari epitel permukaan.
o Tumor campuran dan Karsinosarkoma
o Sarkoma
o Mesotelioma.
o Melanoma.
o Tidak terklasifikasi
tumor diparu-paru.
Stadium 0
4
tumor tersebut.
Stadium IV
Merupakan tahap Kanker yang ditemukan lebih dari satu lobus paruparu yang sama, atau di paru-paru yang lain. Sel sel Kanker telah
menyebar juga ke organ tubuh lainnya, misalnya ke otak, kalenjer
adrenalin , hati dan tulang.
D. Patofisiologi
Karsinoma pada sel skuamosa merupakan karsinoma bronkogenik histologis yang
paling sering ditemukan, kanker ini ditemukan pada permukaan sel epitel
bronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia atau displasia terjadi akibat
kebiasaan merokok jangka panjang secara khas mendahului timbulnya tumor.
Karsinoma sel skuamosa biasanya terletak sentral di sekitar hilus dan menonjol ke
dalam bronkhi besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa sentimeter dan
cenderung menyebar secara langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding
dada, mediastinum. Karsinoma sel skuamosa sering kali disertai batuk dan
hemoptisis akibat iritasi atau ulserasi, pneumonia, dan pembentukan abses akibat
obstruksi dan infeksi sekunder. Karena tumor ini cenderung agak lamban dalam
Gejala kanker paru yang paling sering adalah batuk, kemungkinan akibat
iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk mulai sebagai batuk kering,
tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sebagai titik dimana dibentuk
sputum yang kental, purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.
Pada beberapa pasien, demam kambuhan terjadi sabagai gejala dini dalam
berespons terhadap infeksi yang menetap pada area pneumonitis kearah distal
tumor.
F. Pemeriksaan Diagnostik
a. Radiologi
Foto thorax posterior anterior (PA) dan lateral serta Tomografi dada
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya
kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi.
Bronkhografi
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus
b. Laboratorium.
Bronkoskopi
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi
lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui)
Torakoskopi
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan
cara torakoskopi.
Mediastinosopi
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang
terlibat
Torakotomi
Torakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacammacam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan
sel tumor.
d. Pencitraan
G. Penatalaksanaan
( At a Glance, Medicine, Patrisk Davey, hal. 203 )
a. Pembedahan, memiliki kemungkinan kesembuhan terbaik, namun hanya <
25% kasus yang bias dioperasi dan hanya 25% diantaranya ( 5% dari semua
kasus ) yang telah hidup setelah 5 tahun. Tingkat mortalitas perioperatif
sebesar 3% pada lobektomi dan 6% pada pneumonektomi. metoda ini lebih
dipilih untuk pasien dengan tumor setempat tanpa adanya penyebaran
metastatic dan mereka yang fungsi jantung parunya baik.
Wedge Resection, yaitu melakukan pengangkatan bagian paru yang berisi
tumor, bersamaan dengan margin jaringan normal.
Lobectomy, yaitu pengangkatan keseluruhan lobus dari satu paru.
Pneumonectomy, yaitu pengangkatan paru secara keseluruhan. Hal ini
dilakukan jika diperlukan dan jika pasien memang sanggup bernafas dengan
satu paru.
Torakotomy, untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacammacam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel
tumor.
b. Radioterapi radikal, digunakan pada kasus kanker paru bukan sel kecil yang
tidak bisa dioperasi. Tetapi radikal sesuai untuk penyakit yang bersifat lokal
dan hanya menyembuhklan sedikit.
c. Radioterapi paliatif, untuk hemoptisis, batuk, sesak napas atau nyeri lokal.
Terapi radiasi dapat menyembukan pasien dalam persentasi kecil, namun
bermanfaat dalam pengendalian neoplasma yang tidak dapat di reseksi tetapi
yang ressponsif terhadap radiasi. Radiasi dapat digunakan untuk mengurangi
ukuran tumor dan dapat digunakan sebagai pengobatan paliatif untuk
menghilangkan tekanan tumor, radiasi dapat membantu menghilangkan batuk,
nyeri dada, dispnea, hemoplisis, dan nyeri tulang serta hepar.
10
H. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
Keluhan utama klien dengan karsinoma bronkogenik biasanya bervariasi
seperti keluhan batuk, batuk produktif, batuk darah, dan sesak napas.
Riwayat penyakit saat ini biasanya keluhan hampir sama dengan jenis
penyakit paru lain dan tidak mempunyai awitan (onset) yang khas.
Seringkali karsinoma bronkogenik ini merupakan pneumonitis yang tidak
dapat ditanggulangi. Batuk merupakan gejala umum yang sering diabaikan
oleh klien dan dianggap sebagai akibat meroko atau bronkhitis. Bila
karsinoma bronkus berkembang pada klien dengan bronkhitis kronis,
batuk akan timbul lebih serig dan volume sputum bertambah.
Riwayat penyakit sebelumnya, walaupun tidak terlalu spesifik biasanya
akan didapatkan adanya keluhan batuk jangka panjang dan penurunan
berat badan secara signifikan. Terdapat juga bukti bahwa anggota keluarga
dari klien dengan kanker paru berisiko lebih besar mengalami penyakit
yang sama, walaupun masih belum dapat dipastikan apakah hal ini benarbenar karena faktor herediter atau karena faktor-faktor genetik.
2. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Adanya kesimpulan penegakan diagnosis medis karsinoma bronkhogenik
akan memberikan dampak yang luar biasa terhadap keadaan status
psikologi klien. Mekanisme koping biasanya maladaptif yang diikuti
perubahan mekanisme peran dalam keluarga, kemampuan ekonomi untuk
pengobatan, serta prognosis yang tidak jelas merupakan faktor-faktor
pemicu kecemasan dan ketidakefektifan koping individu dan keluarga.
3. Pemeriksaan fisik fokus
Breathing :
Inspeksi : secara umum biasanya klien tampak kurus, terlihat batuk,
degan/tanpa peningkatan produksi sekret. Pergerakan dada bisa asimetris
apabila terjadi komplikasi efusi pleura dengan hemoragi. Nyeri dada dapat
11
timbul sebagai rasa sakit dan tidak nyaman akibat penyebaran neoplastik
ke mediastinum. Selain itu, dapat pula timbul nyeri pleuritis bila terjadi
serangan sekunder pada pleura akibat penyebaran neoplastik atau
pneumonia. Gejala umum seperti anoreksia, lelah, dan berkurangnya berat
badan merupakan gejala lanjutan.
Palpasi : pada palpasi, ekspansi meningkat dan taktil fremitus biasanya
menurun.
Perkusi : pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor
Auskultasi : didapatkan bunyi stridor lokal, wheezing unilateral
didapatkan apabila karsinoma melibatkan penyempitan bronkhus dan ini
merupakan tanda khas pada tumor bronkhus. Penyebaran lokal tumor ke
struktur mediastinum dapat menimbulkan suara serak akibat terserangnya
saraf rekuren, terjadi disfagia akibat keterlibatan esofagus, dan paralisis
hemidiafragma akibat keterlibatan saraf frenikus.
I. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi jalan napas, penumpukkan
secret.
2. Gangguan Pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi,
perubahan membran kapiler-alveolar.
3. Nyeri Kronis b.d ketidakmampuan fisik-psikososial kronis (metastase
kanker, injuri neurologis)
12
J. Intervensi
K. Diagnosa
N. Bersihan
jalan
M. Intervensi (NIC)
S. Airway suction
Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning
penumpukkan
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara
sekret d.d :
nafas yang bersih (mampu mengeluarkan
O. DS :
sputum)
Klien mengeluh sesak
Ronchi (+)
Batuk (+)
P.
DO :
Ronchi (-)
(16-20 x/mnt)
RR > 20x/mnt
bantu pernapasan
T.
Airway Management
Y. NOC :
b.d ketidakseimban
gan perfusi
hasil :
ventilasi, perubahan
membran kapiler-
alveolar d.d :
V. DS:
W. Klien mengeluh
sesak napas
X. DO:
Penurunan CO2
Takikardi
14
Hiperkapnia
pursed lips)
intercostal
Hypoxia
Sianosis
AA.
Hipoksemia
AGD abnormal
pH arteri abnormal
RR > 20x/mnt
AC.
Nyeri
AH.
AB.
AL.
NOC:
Pain Management
fisik (metastase
kanker, injuri
faktor presipitasi
AD.
neurologis,)
d.d
AE.
AJ. hasil:
DS:
Klien mengatakan merasa Tidak ada ekspresi menahan nyeri dan ungkapan
mudah lelah
AF.DO:
Atropi otot
secara verbal
AK.
Gangguan aktifitas
dukungan
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
Anoreksia
tubuh , hipersensitif,
Analgesic Administration
17
AQ.
DAFTAR PUSTAKA
AR.
AS.
18