Você está na página 1de 12

LAPORAN PENDAHULUAN REUMATOID HEART DISEASE (RHD)

1. Pengertian
Penyakit jantung rematik (RHD) adalah suatu proses peradangan yang
mengenai jaringan-jaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung
dan pembuluh darah oleh organisme streptococcus hemolitic- grup A (Sunoto

Pratanu, 2000).
Penyakit jantung rematik adalah penyakit yang ditandai dengan kerusakan
pada katup jantung akibat serangan karditis rematik akut yang berulang kali

(Arif Mansjoer, 2002).


Penyakit jantung reumatik adalah penyakit peradangan sistemik akut atau
kronik yang merupakan suatu reaksi autoimun oleh infeksi Beta Streptococcus
Hemolyticus Grup A yang mekanisme perjalanannya belum diketahui, dengan
satu atau lebih gejala mayor yaitu Poliarthritis migrans akut, Karditis,
Koreaminor, Nodul subkutan dan Eritema marginatum (Lawrence M. Tierney,
2002).

2. Etiologi
Demam reumatik, seperti halnya dengan penyakit lain merupakan akibat
interaksi individu, penyebab penyakit dan faktor lingkungan. Penyakit ini
berhubungan erat dengan infeksi saluran nafas bagian atas oleh Beta Streptococcus
Hemolyticus Grup A berbeda dengan glomerulonefritis yang berhubungan dengan
infeksi streptococcus di kulit maupun disaluran nafas, demam reumatik agaknya tidak
berhubungan dengan infeksi streptococcus dikulit.
Faktor-faktor pada individu:
Faktor genetic
Faktor genetic
Golongan etnik dan ras
Umur
Keadaan gizi dan lain-lain
Reaksi autoimun
3. Patofisologi

Demam reumatik adalah suatu hasil respon imunologi abnormal yang


disebabkan oleh kelompok kuman A beta-hemolitic treptococcus yang menyerang
pada pharynx.
Streptococcus diketahui dapat menghasilkan tidak kurang dari 20 prodak
ekstrasel yang terpenting diantaranya ialah streptolisin O, streptolisin S,
hialuronidase, streptokinase, difosforidin nukleotidase, deoksiribonuklease serta
streptococca erythrogenic toxin. Produk-produk tersebut merangsang timbulnya
antibodi. Demam reumatik yang terjadi diduga akibat kepekaan tubuh yang
berlebihan terhadap beberapa produk tersebut.
Sensitivitas sel B antibodi memproduksi antistreptococcus yang membentuk
imun kompleks. Reaksi silang imun komleks tersebut dengan sarcolema kardiak
menimbulkan respon peradangan myocardial dan valvular. Peradangan biasanya
terjadi pada katup mitral, yang mana akan menjadi skar dan kerusakan permanen.
Demam rematik terjadi 2-6 minggu setelah tidak ada pengobatan atau
pengobatan yang tidak tuntas karena infeksi saluran nafas atas oleh kelompok kuman
A betahemolytic.
Mungkin ada predisposisi genetik, dan ruangan yang sesak khususnya di ruang
kelas atau tempat tinggal yang dapat meningkatkan risiko. Penyebab utama
morbiditas dan mortalitas adalah fase akut dan kronik dengan karditis.
4. Manisfestasi klinis
Gejala jantung yang muncul tergantung pada bagian jantung yang terkena.
Katup mitral adalah yang sering terkena, menimbulkan gejala gagal jantung kiri:
sesak napas dengan krekels dan wheezing pada paru. Beratnya gejala tergantung pada
ukuran dan lokasi lesi.
Gejala sistemik yang terjadi akan sesuai dengan virulensi organisme yang
menyerang. Bila ditemukan murmur pada seseorang yang menderita infeksi sistemik,
maka harus dicurigai adanya infeksi endocarditis
Penderita umumnya megalami sesak nafas yang disebabkan jantungnya sudah
mengalami gangguan, nyeri sendi yang berpindah- pindah, bercak kemerahan di kulit
yang berbatas, gerakan tangan yang tak beraturan dan tak terkendali (korea), atau
benjolan kecil-kecil dibawah kulit. Selain itu tanda yang juga turut menyertainya
adalah nyeri perut, kehilangan berat badan, cepat lelah dan tentu saja demam
5. Penatalaksanaan
Penderita dianjurkan untuk tirah baring dirumah sakit, selain itu Tim Medis
akan terpikir tentang penanganan kemungkinan terjadinya komplikasi seperti gagal

jantung, endokarditis bakteri atau trombo-emboli. Pasien akan diberikan diet bergizi
tinggi yang mengandung cukup vitamin.
Penderita Penyakit Jantung Rematik (PJR) tanpa gejala tidak memerlukan
terapi. Penderita dengan gejala gagal jantung yang ringan memerlukan terapi medik
untuk mengatasi keluhannya. Penderita yang simtomatis memerlukan terapi surgikal
atau intervensi invasif. Tetapi terapi surgikal dan intervensi ini masih terbatas tersedia
serta memerlukan biaya yang relatif mahal dan memerlukan follow up jangka
panjang.
6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Dari

pemeriksaan

laboratorium

darah

didapatkan

peningkatan

ASTO,

peningkatan laju endap darah ( LED ),terjadi leukositosis, dan dapat terjadi
penurunan hemoglobin

Radiologi
Pada pemeriksaan foto thoraks menunjukan terjadinya pembesaran pada jantung.
Pemeriksaan Echokardiogram
Menunjukan pembesaran pada jantung dan terdapat lesi
Pemeriksaan Elektrokardiogram
Menunjukan interval P-R memanjang.
Hapusan tenggorokan :ditemukan steptococcus hemolitikus b grup A
7. Komplikasi
Penyakit jantung rematik merupakan komplikasi dari demam rematik dan
biasanya terjadi setelah serangan demam rematik. Insiden penyakit jantung rematik
telah dikurangi dengan luas penggunaan antibiotic efektif terhadap streptokokal
bakteri yang menyebabkan demam rematik.

ASUHAN KEPERAWATAN
REUMATOID HEART DISEASE ( RHD )
A. Pengkajian
Data fokus:
o Peningkatan suhu tubuh tidak terlalu tinggi kurang dari 39 derajat celcius namun tidak
terpola
o Adanya riwayat infeksi saluran nafas.
o Tekanan darah menurun, denyut nadi meningkat, dada berdebar-debar..
o Nyeri abdomen, Mual, anoreksia dan penurunan hemoglobin
o Arthralgia, gangguan fungsi sendi
o Kelemahan otot
o Akral dingin

o Mungkin adanya sesak.


o Manifestasi khusus:
Carditis:
takikardia terutama saat tidur ( sleeping pulse )
kardiomegali
suara bising katup ( suara sistolik )
perubahan suara jantung
perubahan ECG (PR memanjang)
Precordial pain
Precardial friction rub
Lab : leukositosis, LED meningkat, peningkatan ASTO,.
Polyarthritis
Nyeri dan nyeri tekan disekitar sendi Menyebar pada sendi lutut, siku, bahu, lengan
( gangguan fungsi sendi )
Nodul subcutaneous:
Timbul benjolan dibawah kulit, teraba lunak dan bergerak bebas,
Muncul sesaat, pada umumnya langsung diserap.
Terdapat pada permukaan ekstensor persendian
Khorea:
Pergerakan ireguler pada ekstremitas, involunter dan cepat.
Emosi labil
Kelemahan otot
Eritema marginatum:
bercak kemerahan umum pada batang tubuh dan telapak tangan.
Bercak merah dapat berpindah lokasi tidak permanen
eritema bersifat non pruritus
B. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1) Penurunan curah jantung b/d adanya gangguan pada penutupan pada katup mitral
( stenosis katup )
2) Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan metabolisme
terutama perifer akibat vasokonstriksi pembuluh darah
3) Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada membran sinovial
4) Hipertermia berhubungan dengan Peradangan pada membran sinovial dan
peradangan katup jantung
5) Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan asam lambung akibat kompensasi sistem saraf simpatis.
6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot, tirah baring atau
imobilisasi
7) Syndrome kurang perawatan diri berhubungan Gangguan muskuloskeletal ;
Poltarthritis/arthalgia dan therapi bed rest .
8) Kerusakan integritas kulit behubungan dengan peradangan pada kulit dan jaringan
subcutan.
9) Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan darah diparu
akibat pengisian atrium yang meningkat
10) Resiko cidera berhubungan dengan Gerakan involunter,irrigulaer, cepat dan
kelemahan otot/khorea
C. Rencana Tindakan Keperawatan

1)

Penurunan curah jantung b/d adanya gangguan pada penutupan katup mitral
( stenosis katup )
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan,penurunan curah jantung dapat
diminimalkan.
Kriteria hasil: Menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas yang dapat diterima
(disritmia terkontrol atau hilang) dan bebas gejala gagal jantung (mis : parameter
hemodinamik dalam batas normal, haluaran urine adekuat). Melaporkan penurunan
episode dispnea,angina. Ikut serta dalam akyivitas yang mengurangi beban kerja
jantung.
Intervensi dan rasional:
Intervensi
Rasional
1. Kaji frekuensi nadi, RR, TD
1.
Memonitor adanya perubahan
secara teratur setiap 4 jam.
sirkulasi jantung sedini mungkin dan
terjadinya takikardia-disritmia sebagai
kompensasi
meningkatkan
curah
jantung
2. Kaji perubahan warna kulit
2. Pucat menunjukkan adanya penurunan
terhadap sianosis dan pucat.
perfusi
perifer
terhadap
tidak
adekuatnya curah jantung. Sianosis
terjadi sebagai akibat adanya obstruksi
aliran darah pada ventrikel.
3. Istirahat memadai diperlukan untuk
3. Batasi aktifitas secara adekuat.
memperbaiki
efisiensi
kontraksi
jantung dan menurunkan komsumsi
O2 dan kerja berlebihan.
4.
Stres
emosi
menghasilkan
vasokontriksi yang meningkatkan TD
4.
Berikan kondisi psikologis dan meningkatkan kerja jantung.
lingkungan yang tenang.
5. Meningkatkan sediaan oksigen untuk
fungsi miokard dan mencegah
hipoksia.
5. Kolaborasi untuk pemberian
6.
Diberikan untuk meningkatkan
oksigen
kontraktilitas
miokard
dan
menurunkan beban kerja jantung.
6. Kolaborasi untuk pemberian
digitalis

2) Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan perubahan metabolism


terutama perifer akibat vasokonstriksi pembuluh darah
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan , perfusi jaringan perifer efektif
Kriteria hasil : Klien tidak pucat, Tidak ada sianosis, Tidak ada edema
Intervensi dan rasional :
Intervensi
Rasional
1. Selidiki perubahan tiba-tiba atau
1. Perfusi serebral secara langsung
gangguan mental kontinyu, contoh: sehubungan dengan curah jantung
cemas, bingung, letargi, pingsan.
dan juga dipengaruhi oleh elektrolit
atau variasi asam basa, hipoksia,
atau emboli sistemik.
2. Lihat pucat, sianosis, belang, kulit
2. Vasokontriksi sistemik diakibatkan

dingin atau lembab. Catat kekuatan oleh penurunan curah jantung


nadi perifer.
mungkin
dibuktikan
oleh
penurunan perfusi kulit dan
penurunan nadi.
3. Indikator trombosis vena dalam.
3. Kaji tanda edema.
4.
Pompa jantung gagal dapat
mencetuskan distress pernapasan.
4. Pantau pernapasan, catat kerja Namun dispnea tiba-tiba atau
pernapasan.
berlanjut
menunjukkkan
komplikasi tromboemboli paru.
5. Indikator perfusi atau fungsi organ
5. Pantau data laboratorium, contoh:
GDA, BUN, creatinin, dan elektrolit.
3) Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada membran sinovial
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, masalah nyeri teratasi.
Kriteria hasil : Skala nyeri 0-1, tanda-tanda vital dalam batas normal, klien tidak
mengeluh nyeri, tidak ada nyeri tekan dan klien tidak membatasi gerakanya.Klien
tampak rileks
Intervensi dan rasional:
Intervensi
Rasional
1. Kaji keluhan nyeri. Perhatikan
1. Memberikan informasi sebagai dasar
intensitas ( skala 1-10 )
dan pengawasan intervensi
2. Pantau tanda-tanda vital (TD,
Nadi, RR , suhu).
2.
Mengetahui keadaan umum dan
memberikan informasi sebagai dasar
3. Pertahankan posisi daerah sendi dan pengawasan intervensi
yang nyeri dan beri posisi yang
3. Menurunkan spasme/ tegangan sendi
nyaman
dan jaringan sekitar
4. Kompres dengan air hangat jika
diindikasikan
4. Menghambat kerja reseptor nyeri
5.
Ajarkan teknik relaksasi
progresif ( napas dalam, Guid
5.
Membantu menurunkan spasme
imageri,visualisasi )
sendi-sendi,
meningkatkan
rasa
kontrol dan mampu mengalihkan
6. Kolaborasi untuk pemberian nyeri.
analgetik
6. Menghilangkan nyeri
4)

Hipertermia berhubungan dengan Peradangan pada membran sinovial dan


peradangan katup jantung.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah hiperteemia teratasi
Kriteria hasil : Suhu normal ( 26-37 derajat celcius ), nadi normal,leukosit normal
(4.300-11.400 per mm darah), tidak ditemukan steptococcus hemolitikus b grup A
pada hapusan tenggorokan.
Intervensi dan rasional :
Intervensi
Rasional

1.

Kaji suhu tubuh klien dan ukur


1.
tanda-tanda vital lain seperti
nadi, TD dan respirasi.
2. Berikan klien kompres hangat
pada lipatan tubuh dan terdapat
2.
banyak pembuluh darah besar
seperti aksilla, perut )
3. Anjurkan klien untuk minum 2
liter/hari jika memungkinkan
4.
Anjurkan klien untuk tirah
3.
baring
( bed rest )
5.

Kolaborasi untuk pemberian


4.
antipiretik dan antiradang seperti
salisilat/
prednison
serta
pemberian Benzatin penicillin 5.

Mengetahui data dasar terhadap


perencanaan tindakan yang tepat
Membantu
meberikan
evek
vasodilatasi
pembuluh
darah
sehungga pengeluaran panas terjadi
secara evaporasi
Peningkatan suhu juga dapat
meyebabkan kehilangan cairan akibat
evaporasi
Mencegah terjadinya peningkatan
reaksi
peradangan
dan
hipermetabolisme.
Mengurangi proses peradangan
sehingga peningkatan suhu tidak
terjadi serta streptococus hemolitikus
b grup A akan mampu dimatikan

5) Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


peningkatan asam lambung akibat kompensasi sistem saraf simpatis
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan dapat teratasi.
Kriteria hasil : Klien mengatakan mual dan anoreksia berkuarang / hilang, masukan
makanan adekuat dan kelemahan hilang. BB dalam rentang normal.
Intervensi dan Rasional :
Intervensi
Rasional
1.

Kaji status nutrisi( perubahan


1.
Menyediakan data dasar untuk
BB< pengukuran antropometrik memantau
perubahan
dan
dan nilai HB serta protein
mengevaluasi intervensi
2.
Kaji
pola
diet
nutrisi
klien( riwayat diet, makanan
2.
Membantu
dalam
kesukaan)
mempertimbangkan
penyusunan
menu sehingga klien berselera makan
3. Kaji faktor yang berperan untuk
3. Menyediakan informasi mengenai
menghambat
asupan
nutrisi faktor yang harus ditanggulangi
( anoreksia, mual)
sehingga asupan nutrisi adekuat.
4. Anjurkan makan dengan porsi
4.
Membantu mengurangi produksi
sedikit tetapi sering dan tidak asam lambnung/HCl akibat faktormakan
makanan
yang faktor perangsang dari luar tubuh
merangsang pembentukan Hcl
seperti terlalu panas, dingin,
pedas
5.
Membantu mengurangi produksi
5. Kolaborasi untuk pemberian obat HCL oleh epitel lambung
penetral asam lambung seperti
antasida
6.
Mendorong peningkatan selera

6.

Kolaborasi untuk penyediaan makan.


makanan kesukaan yang sesuai
dengan diet klien
6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot, tirah baring atau
imobilisasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan intoleransi aktivitas teratasi
Kriteria hasil : klien tidak mudah lelah , klien dapat melakukan aktivitas sesuai batas
toleransi
Intervensi dan rasional :
Intervensi
Rasional
1. Periksa tanda vital sebelum dan
1.
Hipertensi
ortostatik
dapat
segera
setelah
aktivitas, terjadidengan aktivitas karena efek
khususnya
bila
pasien obat (vasodilasi), perpindahan cairan
menggunakan
vasolidator, (diuretik) atau pengaruh fungsi
diuretik, penyekat beta.
jantung
2. Catat respon kardiopulmonal2.
Penurunan
/ketidakmampuan
terhadap aktifitas, catat takikardi, miokardium untuk meningkatkan
disritmia, dispnea, berkeringat, volume sekuncup selama aktivitas,
pucat.
dapat menyebabkan peningkatan
segera pada frekuensi jantung dan
kebutuhan oksigen, juga peningkatan
kelelahan dan kelemahan.
3. Dapat menunjukkan peningkatan
3. Evaluasi peningkatan intoleran dekompensasi
jantung
daripada
aktivitas
kelebihan aktivitas.
4. Peningkatan bertahap pada aktivitas
4.
Kolaborasi Implementasikan menghindari kerja jantung/konsumsi
program
rehabilitasi oksigen berlebihan. Penguatan dan
jantung/aktifitas.
perbaikan fungsi jantung dibawah
stres, bila disfungsi jantung tidak
dapat membaik kembali.
7) Syndrome kurang perawatan diri berhubungan Gangguan muskuloskeletal ;
Polyarthritis / Arthralgia dan therapi bed rest.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah pemenuhan ADL klien
teratasi.
Kriteria hasil : Klien mengatakan perawatan diri / ADL terpenuhi, Klien dapat
melakukan perawatan diri dalam batas toleransi
Intervensi dan Rasional :
Intervensi
Rasional

1. Bantu pemenuhan ADL klien

1. Memenuhi kebutuhan klien sehingga


klien tetap bed rest dan tenang
2.
Kebutuhan klien akan l;ebih
2.
Libatkan keluarga untuk terpenuhi sehingga klien merasa tetap
membantu memenuhi kebutuhan diperhatikan
klien
3.
Mencegah adanya komplikasi
3. Beri penjelasan kepada klien peradangan sampai ketingkat gagal
bahwa klien harus tirah baring jantung.
sesuai dengan waktu yang
diindikasikan

8)

Kerusakan integritas kulit behubungan dengan peradangan pada kulit dan


jaringan subcutan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan,kerusakan integritas kulit teratasi.
Kriteria hasil : Eritema hilang pada tangan dan tubuh klien, mempertahanakan
integritas kulit. Mendemonstrasikan perilaku / teknik mencegah kerusakan kulit
Intervensi dan Rasional :
Intervensi
Rasional
1. Kaji tingkat kerusakan kulit
1.
Memberikan pedoman untuk
memberikan intervensi yang tepat
2. Berikan perawatan kulit sering,
2. Terlalu kering adan lembab merusak
minimalkan dengan kelembaban/ kulit dan mempercepat kerusakan
ekskresi
3. Memperbaiki sirkulasi/ menurunkan
3. Ubah posisi sering di tempat waktu satu area yang mengganggu
tidur / kursi, bantu latihan aliran darah
rentang gerak pasif/aktif
4. Mencegah penekanan pada eritema
4. Berikan bantalan yang lembut sehingga tidak meluas
pada badan
5.
Mengurangi reaksi peradangan
5. Kolaborasi untik pemberian obat sehingga eritema hilang.
antiradang ( prednison )

9)

Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan darah


diparu akibat pengisian atrium yang meningkat
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah resiko kerusakan
pertukaran gas tidak terjadi
Kriteria hasil : Mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenasi adekuat pada jaringan
ditunjukkan oleh GDA/ oksimetri dalam rentang normal dan bebas gejala distress
pernafasan. Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam batas kemampuan/situasi
Intervensi dan rasional:
Rasional

1.

2.
3.
4.

5.
6.
7.

Auskultasi bunyi nafas, catat


1.
Menyatakan adanay kongesti
krekels, mengii.
paru/pengumpulan
sekret
menunjukkan
kebutuhan
untuk
intervensi lanjut.
Anjurkan pasien batuk efektif,
2.
Membersihkan jalan nafas dan
nafas dalam.
memudahkan aliran oksigen.
Pertahankan posisi semifowler,
3.
Menurunkan
komsumsi
sokong tangan dengan bantal Jika oksigen/kebutuhan
dan
memungkinkan
meningkatkan
ekspansi
paru
Kolaborasi dalam pemberian maksimal.
oksigen
tambahan
sesuai
4. Meningkatkan konsentrasi oksigen
indikasi.
alveolar,
yang
dapat
memperbaiki/menurunkan
Kolaborasi untuk pemeriksaan hipoksemia jaringan.
AGD
5. Hipoksemia dapat menjadi berat
Kolaborasi untuk pemberian obat selama edema paru
diuretik.
6.
Menurunkan kongesti alveolar,
Kolaborasi untuk pemberian obat meningkatkan pertukaran gas.
bronkodilator
7. Meningkatkan aliran oksigen dengan
mendilatasibjalan nafas kecil dan
mengeluarkan efek diuretic ringan
untuk menurunkan kongesti paru

10) Resiko cidera berhubungan dengan Gerakan involunter,irrigulaer, cepat dan


kelemahan otot/khorea
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan resiko cidera tidak terjadi.
Kriteria hasil : Menyatakan pemahaman factor yang terlibat dalam kemugkinan
cedera. Menunnjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan factor
resiko dan untuk melindungi diri dari cedera. Mengubah lingkungan sesuai indikasi
untuk meningkatkan keamanan
Intervensi dan Rasional :
Intervensi
Rasional
1. Kaji tingkat gerakan klien yang
1.
Menentukan dalam memberikan
berlebihan
intervensi
2. Pantau dan bila mungkin temani
2. Mencegah terjadinya cidera akibat
klien selama serangan khorea terjatuh atau terkena bahan berbahaya
dan
jauhkan
benda-benda
berbahaya dari klien
3. Mengurangi resiko klien terjatuh dari
3. Pasang pengaman tempat tidur tempat tidur
klien
4.
Memberikan rasa aman klien
4.
Anjurkan keluarga untuk sehingga cidera tidak terjadi
menemani klien
5. Memberikan efek rileks pada otot
5. Kolaborasi intuk pemberian obat sehingga klien tenang.
penenang (klorpromazine atau
diazepam) sesuai indikasi
D. Evaluasi

1)

Penurunan curah jantung b/d adanya gangguan pada penutupan pada katup mitral
( stenosis katup ) dapat teratasi.dengan kriteria evaluasi : Menunjukkan tanda-tanda
vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia terkontrol atau hilang) dan bebas
gejala gagal jantung (mis : parameter hemodinamik dalam batas normal, haluaran
urine adekuat). Melaporkan penurunan episode dispnea,angina. Ikut serta dalam
akyivitas yang mengurangi beban kerja jantung.

2)

Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan metabolism


terutama perifer akibat vasokonstriksi pembuluh darah dapat teratasi dengan criteria
evaluasi : klien tidak pucat, tidak ada sianosis, tidak ada edema

3)

Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada membran sinovial dapat teratasi
dengan kriteria evaluasi : Skala nyeri 0-1, tanda-tanda vital dalam batas normal, klien
tidak mengeluh nyeri, tidak ada nyeri tekan dan klien tidak membatasi
gerakanya.Klien tampak rileks

4)

Hipertermia berhubungan dengan Peradangan pada membran sinovial dan


peradangan katup jantung. Dapat teratasi dengan kriteria evaluasi : Suhu normal ( 2637 derajat celcius ), nadi normal,leukosit normal (4.300-11.400 per mm darah), tidak
ditemukan steptococcus hemolitikus b grup A pada hapusan tenggorokan.

5)

Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


peningkatan asam lambung akibat kompensasi sistem saraf simpatis. Dapat teratasi
dengan kriteria evaluasi : Klien mengatakan mual dan anoreksia berkuarang / hilang,
masukan makanan adekuat dan kelemahan hilang. BB dalam rentang normal.

6)

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot, tirah baring atau


imobilisasi dapat teratasi dengan criteria evaluasi : klien tidak cepat lelah, dapat
beraktivitas sesuai dengan batas toleransi

7)

Syndrome kurang perawatan diri berhubungan Immobilitas fisik akibat Gangguan


muskuloskeletal ; arthralgia dan therapi.dapat terpenuhi dengan kriteria evaluasi :
Klien mengatakan perawatan diri / ADL terpenuhi, Klien dapat melakukan perawatan
diri dalam batas toleransi

8)

Kerusakan integritas kulit behubungan dengan peradangan pada kulit dan jaringan
subcutan. Dapat teratasi dengan kriteria evaluasi : Eritema hilang pada tangan dan
tubuh klien, mempertahanakan integritas kulit. Mendemonstrasikan perilaku / teknik
mencegah kerusakan kulit

9)

Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan darah diparu


akibat pengisian atrium yang meningkat tidak menjadi aktual dengan kritera evaluasi:

Mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenasi adekuat pada jaringan ditunjukkan oleh


GDA/ oksimetri dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.
Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam batas kemampuan/situasi
10) Resiko cidera berhubungan dengan Gerakan involunter,irrigulaer, cepat dan
kelemahan otot/khorea tidak menjadi aktual dengan kritera evaluasi: Menyatakan
pemahaman factor yang terlibat dalam kemugkinan cedera. Menunnjukkan perubahan
perilaku, pola hidup untuk menurunkan factor resiko dan untuk melindungi diri dari
cedera. Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan

E. Daftar Pustaka

Carpenito, Lynda juall, ( 2001),BUku Saku diagnosa keperawatan EDisi 8, EGC, Jakarta

Heni,dkk, (2001),Buku Ajar keperawatan Kardiovasculer Edisi 1, Harapan Kita,

Jakarta
Nanda,2005-2006, Diagnosis Keperawatan
Heni,dkk, (2001),Buku Ajar keperawatan Kardiovasculer Edisi 1, Harapan Kita, Jakarta

Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000),


Rencana

Asuhan

Keperawatan:

Pedoman

Untuk

Perencanaan

dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, Peneribit Buku Kedokteran EGC,

Jakarta
Wong and Whaleys (1996), Clinical Manual of Pediatrics Nursing 4th Edition,
Mosby-Year Book, St.Louis, Missouri.
Sylvia A. Price (1995), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit Edisi 4,
Buku kedokteran EGC, Jakarta.

Você também pode gostar