Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Abstrak
Tuntutan bahwa pembangkit harus mempunyai efisiensi daya yang besar mengakibatkan faktor efisiensi
merupakan hal yang sangat penting dan selalu menjadi pembahasan utama di dalam setiap pembangkit listrik. Salah
satu hal yang menjadi parameter penting dalam menentukan seberapa besar efisiensi yang telah dihasilkan oleh
PLTU adalah efisiensi termal.
Efisiensi termal pada penelitian ini diperoleh dengan melakukan perhitungan nilai kalori dan nilai heat rate
(laju kalor) dari batubara yang dipakai serta beberapa parameter lainnya seperti input coal feeder dan output
generator dihasilkan dari perangkat boiler dan turbin generator yang dipakai untuk menghasilkan listrik. Dilakukan
pula perbandingan perhitungan parameter dengan yang telah dilakukan oleh pihak PLN di Tahun 2010 serta uji
analisis regresi untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh parameter terhadap efisiensi termal yang berhasil
dicapai.
PLTU-Embalut PT Cahaya Fajar Kaltim menggunakan spesifikasi batubara dengan nilai kalori rata-rata
sebesar 4.547,14 kcal/kg dan nilai Total Moisture arb rata-rata sebesar 28,15 % serta nilai Inherent Moisture adb
rata-rata sebesar 14,57 %. Input coal feeder rata-rata sebesar 22.637,19 kg/jam mampu menghasilkan output
generator sebesar 25.420,99 kwh. Pemakaian bahan bakar spesifik pada Boiler Unit 2 rata-rata sebesar 0,89 kg/kwh
dan heat rate (laju kalor) rata-rata sebesar 4.051,69 kcal/kwh serta efisiensi termal rata-rata sebesar 21,29 %. Dari
data perbandingan yang telah dilakukan terjadi penurunan sebesar 9,90 % pada nilai kalori yang dipakai. Kenaikan
terjadi pada input coal feeder sebesar 48,47 %, kalori energi sebesar 33,76 % , output generator sebesar 17,18 % ,
pemakaian bahan bakar spesifik sebesar 26,69 % dan heat rate (laju kalor) sebesar 14,14 % . Untuk efisiensi termal,
terjadi penurunan sebesar 12,39 % . Dari uji regresi linier yang telah dilakukan diperoleh predictors (nilai kalori dan
heat rate) memiliki pengaruh yang besar atau sangat signifikan terhadap dependent variable (efisiensi termal) yaitu
sebesar 99,8 %.
Kata kunci : Nilai Kalori, Input Coal Feeder, Output Generator, Heat Rate (Laju Kalor), Pemakaian Bahan Bakar
Spesifik, Efisiensi Termal
Abstract
Demand to a generator, which has big power efficiency, causes the efficiency factor becoming an important
thing and always being the main discussion in every electricity generator. One of which becomes an important
parameter in determining how efficient of it produced by PLTU is thermal efficiency.
The thermal efficiency in this research gained by calculating calorific value and heat rate used and two
other parameters such as input coal feeder and generator output, which gained from boiler ware and turbine
generator used in producing the electricity. In addition, the parameter analytically compared to that conducted by
PLN in 2010, and tested analytically to know the significant level of parameter impacts toward the thermal
efficiency which successfully gained.
PLTU-Embalut at PT CahayaFajar Kaltim uses coal specification by average calorific value of 4.547,14
kcal/kg, average Total Moisture rate of 28,15 % arb, and average Inherent Moisture rate of 14,57 % adb. That
average input coal feeder on 22.637,19 kg is able to produce generator output of 25.420,99 kwh. The specific fuel
consumption at Boiler Unit 2 is 0,89 kg/kwh, heat rate is 4.051,69 kcal/kwh, and thermal efficiency is 21, 29 % on
average. Based on the data comparison, which has been conducted, decrease amount of 9,90 % at calorific value
used. The increase found at input coal feeder amount of 48,47 %, calorie energy amount of 33,76 %, generator
output amount of 17,18 %, specific fuel consumption amount of 26,69 %, and heat rate amount of 14,14 %. For
thermal efficiency, decreases amount of 12,39 %. From linier regression test, gained that predictors (calorific value
and heat rate) have significant impacts toward dependent variable (thermal efficiency), that is 99,8 %.
Keyword: Calorific Value, Input Coal Feeder, Generator Output, Heat Rate, Specific Fuel Consumption, Thermal
Efficiency
I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Batubara merupakan salah satu bahan bakar fosil.
Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang
dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik,
terutama sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui
proses pembatubaraan. Batubara terdiri atas berbagai
campuran karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan
beberapa pengotor lain. Sebagian karbon itu tetap
padat ketika dipanaskan dan sebagian lagi akan
berubah menjadi gas dan keluar bersama-sama unsur
gas lainnya. Bagian gas ini mudah terbakar dan
menyala terus menerus serta agak lebih berasap
daripada kotoran padat yang membara.
Dalam kaitannya sebagai salah satu sumber energi
adalah pemanfaatannya sebagai bahan baku dasar
pembangkit listrik, dalam hal ini pembakaran
batubara yang menghasilkan uap. Pembangkit Listrik
Tenaga Uap (PLTU), merupakan salah satu andalan
pembangkit tenaga listrik yang merupakan jantung
untuk kegiatan industri. Hampir semua energi listrik
yang dibangkitkan dalam skala besar di dunia ini
dihasilkan melalui siklus uap. Uap dihasilkan dari
pemanasan air di dalam boiler yang selanjutnya
dipakai memutar turbin - generator sehingga
dihasilkan listrik. Dalam pembangkit konvensional
(non nuklir) panas diperoleh dengan membakar
bahan bakar fosil salah satunya adalah batubara
dimana panas didapatkan dari hasil pembakaran yang
digunakan untuk menguapkan air. Di dalam PLTU
potensi tenaga kimia yang ada di dalam bahan bakar
diubah menjadi tenaga listrik setelah melalui
beberapa konversi energi.
Tuntutan bahwa pembangkit harus mempunyai
efisiensi daya yang besar mengakibatkan faktor
efisiensi merupakan hal yang sangat penting dan
selalu menjadi pembahasan utama di dalam setiap
pembangkit listrik. Salah satu hal yang menjadi
parameter penting dalam menentukan seberapa besar
efisiensi yang telah dihasilkan oleh PLTU adalah
efisiensi termal. Efisiensi termal sendiri dapat
Batasan Masalah
d.
e.
f.
penyesuaian
mengikuti
standar
ASME
(American Society of Mechanical Engineers)
Pengambilan data dilakukan mengikuti rekam
data operator PLTU-Embalut PT. Cahaya Fajar
Kaltim
Tidak membahas masalah teknis pelayanan dan
biaya operasional keseluruhan dari PLTUEmbalut PT. Cahaya Fajar Kaltim
Penelitian ini memanfaatkan nilai pemakaian
energi kotor (gross) sebagai parameter heat rate
(laju kalor) dan mengabaikan nilai pemakaian
energi bersih (netto) dan energi pemakaian
sendiri yang dibutuhkan oleh unit pembangkit
2.
3.
Parameter
kualitas
batubara ditentukan di
laboratorium dengan cara sampling dan analisisnya
menggunakan cara-cara yang sudah dibakukan atau
menurut metode standar.
2.4 Teknologi Pembakaran Pada PLTU Batubara
Klasifikasi kualitas batubara secara umum terbagi
dua, yaitu pembagian secara ilmiah dalam hal ini
berdasarkan tingkat pembatubaraaan, dan pembagian
berdasarkan tujuan penggunaannya. Berdasarkan
urutan pembatubaraannya, batubara terbagi menjadi
batubara muda (lignite), sub bituminus, bituminus,
dan antrasit.
SFCG =
Qf
kW hG
Keterangan :
kwhG = Jumlah kwh yang dihasilkan generator (kwh)
HRG =
M f x HHV
kW hG
Keterangan :
HRG
= Jumlah kalor bahan bakar dihitung
berdasarkan nilai kalor atas untuk
menghasilkan setiap kwh gross
Mf = Berat bahan bakar selama pengujian (kg)
HHV = Nilai kalor atas bahan bakar yang
digunakan (kJ/kg atau kcal/kg)
kwhG = Jumlah kwh yang digunakan generator
(kwh)
Dalam perhitungan efisiensi motor bakar, dapat
menggunakan nilai kalor bawah / Low Heating Value
(LHV) dengan asumsi pada suhu tinggi saat gas
buang
meninggalkan
mesin
tidak
terjadi
pengembunan uap air. Namun dapat juga
menggunakan nilai kalor atas / High Heating Value
(HHV) karena nilai tersebut umumnya lebih cepat
tersedia. Peraturan pengujian berdasarkan ASME
(American Society of Mechanical Enggineers)
menentukan penggunaan niali kalor atas (HHV),
sedangkan peraturan SAE (Society of Automotive
Engineers) menentukan penggunaan nilai kalor
bawah (LHV).
c. Efisiensi Termal
th =
859,845
Laju Kalor
Keterangan :
th = Efisiensi termal (%)
Laju Kalor = dalam kcal/kwh
Efisiensi termal unit (th) adalah presentase keluaran
energi terhadap masukan kalor.
2.7 Metode Analisis Data
Program SPSS pada umumnya digunakan untuk
memecahkan suatu permasalahan riset atau bisnis
dalam hal statistika atau manajemen data, khususnya
dalam penelitian dan analisis. Cara kerjanya adalah
dengan membandingkan suatu data ke dalam suatu
paket analisis.
2.
3.
Kualitas batubara
Neraca analitik PW254
Memmert drying oven
Carbolite Furnace AAF 1100
Mini Crusher Retsch SK 100
Retsch Test Sieve (screening) 75 m
Parr 6200 Calorimeter dan Parr 6510
Water Handling System
Loyang
Boiler
Digital Infrared Termometer KRISBOW
KW06-304
Data logsheet harian boiler unit 2 untuk
boiler
Data produksi
Turbin generator
Data logsheet harian boiler unit 2 untuk
turbin-generator
IV. Pembahasan
4.1 Penentuan Nilai Kalori Batubara
Dalam penelitian ini pengambilan sampel batubara
dilakukan pada Coal Feeder, sebab batubara pada
Coal Feeder merupakan batubara yang telah
direduksi sesuai kebutuhan Fan Mill oleh Double
Roll Crusher yang berasal dari Coal Bunker,
sehingga menjadi bahan bakar siap pakai untuk
proses pulverized di furnace.
902,23013,
463,58937.
dan
Output
Generator
sebesar
Hipotesis :
H0 : Data berdistribusi normal
H1: Data tidak berdistribusi normal
Taraf Sig. :
=5 =0,05
Jika Asymp
diterima
b.
Jika Asymp
ditolak
Keputusan :
Nilai Asymp
4.6.2
Uji Regresi Linier
Analisis regresi merupakan salah satu analisis yang
menjelaskan tentang sebab dan besarnya akibat yang
ditimbulkan oleh satu atau lebih variabel bebas
terhadap satu variabel terikat (tidak bebas).
4.6.2.1 Ringkasan Model (Koefisien Determinasi)
Analisis uji simultan merupakan uji yang dilakukan
dengan melibatkan semua predictors yang ada
terhadap dependent variable yang ditentukan.
Tabel 4.8 Model summary predictors terhadap
dependent variable
d.
V. Penutup
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
a. Nilai kalori (HHV) berdasarkan ASTM D5685.
Nilai rata-rata kalori yaitu sebesar 4.547,14
kcal/kg. Dengan nilai kalori maksimum sebesar
4.991 kcal/kg dan nilai minimum sebesar
4.337,82 kcal/kg
b. Diperoleh spesific fuel cosumption (pemakaian
bahan bakar spesifik) batubara Boiler Unit 2
rata-rata sebesar 0,89 kg/kwh. Adapun nilai
heat rate (laju kalor) rata-rata sebesar 4.051,69
kcal/kwh dan nilai efisiensi termal rata-rata
yang dicapai adalah sebesar 21,29 %.
c. Perbandingan perhitungan PLN dengan data
actual pada nilai kalori terjadi penurunan
sebesar 9,90 %, input coal feeder mengalami
kenaikan sebesar 48,47 %, begitupun dengan
kalori energi yang naik sebesar 33,76 % ,
output (hasil) generator naik sebesar 17,18 % ,
specific fuel consumption (pemakaian bahan
bakar spesifik) naik sebesar 26,69 % dan heat
rate (laju kalor) naik sebesar 14,14 %. Namun
untuk efisiensi termal, terjadi penurunan
sebesar 12,39 %.
d. Uji normalitas data untuk efisiensi termal
menunjukkan populasi data yang berdistribusi
normal. Ditunjukkan dengan perolehan nilai
Asymp pada uji Kolmogorov-Smirnov
sebesar 0,52 dimana nilai ini lebih besar dari
taraf sig. sebesar 0,05.
e.
6.
FTM
Universitas
Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta
7.
5.2 Saran
Sebagai pertimbangan untuk melengkapi analisis
yang telah ada, saran peneliti adalah:
1. Dibutuhkan batubara dengan kualitas yang
lebih baik untuk menjaga kinerja alat. Dari hasil
penelitian yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa kualitas batubara khususnya nilai kalori
memiliki peran yang cukup penting dalam
pencapaian heat rate (laju kalor) dan juga
efisiensi termal dari sebuah pembangkit listrik.
2. Dibutuhkan pelatihan-pelatihan ataupun kursus
tentang masalah quality control batubara untuk
para analis. Hal ini diperlukan untuk menambah
wawasan dan pengetahuan para analis,
mengingat quality control batubara memerlukan
keahlian yang didasarkan pada aturan-aturan
baku yang telah ditentukan baik secara nasional
maupun internasional.
3. Pengecekan berkala pada bagian spesifikasi alat
baik pada komponen boiler maupun turbingenerator akan dapat membantu dalam
pencapaian efisiensi termal yang lebih baik.
Karena dengan pengecekan yang berkala akan
mempermudah dalam menemukan masalahmasalah yang kemudian akan dengan cepat
diatasi.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
10