Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
1.
LATAR BELAKANG
Trigeminal Neuralgia merupakan suatu keluhan serangan nyeri wajah satu sisi
yang berulang. Disebut Trigeminal neuralgia, karena nyeri di wajah ini terjadi pada
satu atau lebih saraf dari tiga cabang saraf Trigeminal. Saraf yang cukup besar ini
terletak di otak dan membawa sensasi dari wajah ke otak. Rasa nyeri disebabkan oleh
terganggunya fungsi saraf Trigeminal sesuai dengan daerah distribusi persarafan salah
satu cabang saraf Trigeminal yang diakibatkan oleh berbagai penyebab.
Serangan neuralgia Trigeminal dapat berlangsung dalam beberapa detik
sampai semenit. Beberapa orang merasakan sakit ringan, kadang terasa seperti
ditusuk. Sementara yang lain merasakan nyeri yang cukup kerap, berat, seperti nyeri
saat kena setrum listrik.
Prevalensi penyakit ini diperkirakan sekitar 107.5 pada pria dan 200.2 pada
wanita per satu juta populasi. Penyakit ini lebih sering terjadi pada sisi kanan wajah
dibandingkan dengan sisi kiri (rasio 3:2), dan merupakan penyakit pada kelompok
usia dewasa (dekade enam sampai tujuh). Hanya 10 % kasus yang terjadi sebelum
usia empat puluh tahun.
Sumber lain menyebutkan, penyakit ini lebih umum dijumpai pada mereka
yang berusia di atas 50 tahun, meskipun terdapat pula penderita berusia muda dan
anak-anak.
Trigeminal Neuralgia merupakan penyakit yang relatif jarang, tetapi sangat
mengganggu kenyamanan hidup penderita, namun sebenarnya pemberian obat untuk
mengatasi Trigeminal neuralgia biasanya cukup efektif. Obat ini akan memblokade
sinyal nyeri yang dikirim ke otak, sehingga nyeri berkurang, hanya saja banyak orang
yang tidak mengetahui dan menyalahartikan Neuralgia Trigeminal sebagai nyeri yang
ditimbulkan karena kelainan pada gigi, sehingga pengobatan yang dilakukan tidaklah
tuntas.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1
Dalam referat ini penyusun akan membahas tentang definisi, etiologi, gejala
klinis, diagnosis, serta penatalaksanaan dari Trigeminal Neuralgia.
1.3 TUJUAN PENYUSUNAN
1 Penyusunan referat dengan judul Trigeminal Neuralgia diharapkan dapat
menjadi tambahan pengetahuan dasar bagi penyusun dan sebagai bekal
nantinya dalam menjalankan tugas sebagai tenaga kesehatan.
2 Tujuan peyusunan referat ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti
ujian bagian neurologi.
BAB II
2
PEMBAHASAN
Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang
bertindak sebagai reseptor adalah organ indera.
Penghantar impuls, dilakukan oleh saraf itu sendiri. Saraf tersusun dari berkas serabut
penghubung (akson). Pada serabut penghubung terdapat sel-sel khusus yang
memanjang dan meluas. Sel saraf disebut neuron.
Efektor, adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan oleh
penghantar impuls. Efektor yang paling penting pada manusia adalah otot dan
kelenjar.2
Sel Saraf (Neuron)
Jaringan saraf tersusun atas sel-sel yang mempunyai bentuk
khusus. Sel-sel tersebut dinamakan neuron dan neuroglia. Kedua sel
tersebut ibarat pasangan tak terpisahkan yang menyusun jaringan saraf.
Jika ada sel neuron, pasti sel neuroglia akan menyertai. Adapun sel
neuroglia berfungsi memberikan nutrisi dan bahan-bahan lain yang
digunakan untuk kehidupan neuron. Dengan kata lain, neuroglia berfungsi
untuk menjamin kehidupan neuron agar tetap dapat melaksanakan
kegiatan. Neuron merupakan unit struktural dan fungsional dari sistem
saraf. Neuron memiliki kemampuan sebagai konduktivitas (penghantar)
dan
eksistabilitas
(dapat
dirangsang,
3
serta
memiliki
kemampuan
merespon rangsangan dengan sangat baik. Neuron terdiri dari tiga bagian
yang berbeda satu dengan yang lain, yaitu sebagai berikut;
Badan sel
Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel
saraf.
dan meneruskannya ke akson. Pada badan sel saraf terdapat inti sel,
sitoplasma, mitokondria, sentrosom, badan golgi, lisosom, dan badan
nisel. Badan sel merupakan kumpulan retikulum endoplasma tempat
transportasi sintesis protein. Badan sel menyimpan inti sel (nukleus)
dan anak inti (nukleolus), berjumlah satu atau lebih yang dikelilingi
sitoplasma granuler. Dalam sitoplasma badan sel juga terdapat badan
Nissl yang merupakan modifikasi dari retikum endoplasma kasar.
Badan Nissl mengandung protein yang digunakan untuk mengganti
protein yang habis. Selama metabolisme, protein ini juga bermanfaat
untuk pertumbuhan neuron. Jika badan sel rusak, maka serabutserabut neuron akan mati.
Dendrit
Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang- cabang.
Dendrit merupakan
tonjolan
sitoplasma dari
bagian
badan
sel.
Dibandingkan akson, dendrit ini lebih halus, lebih pendek, dan memiliki
percabangan yang lebih banyak. Fungsi dendrit ini adalah untuk
meneruskan rangsang dari organ penerima rangsang (reseptor)
menuju ke badan sel.
Akson
Akson sering disebut juga neurit. Bagian ini merupakan tonjolan
sitoplasma yang panjang dan berfungsi untuk meneruskan impuls saraf
yang berupa informasi berita dari badan sel. Akson memiliki bagianbagian yang spesifik, yaitu sebagai berikut.
1
Neurofibril
Neurofibril merupakan bagian terdalam dari akson yang berupa
serabutserabut halus. Bagian-bagian inilah yang memiliki tugas
pokok untuk meneruskan implus.
Selubung Mielin
Bagian ini tersusun oleh sel-sel pipih yang disebut sel Schwann.
Selubung mielin merupakan bagian paling luar dari akson yang
berfungsi untuk melindungi akson. Selain itu, bagian ini pulalah
4
Nodus Ranvier
Nodus ranvier merupakan bagian akson yang menyempit dan tidak
dilapisi selubung mielin. Bagian ini tersusun dari sel-sel pipih.
Dengan adanya bagian ini, terlihat bagian akson tampak berbukubuku. Agar lebih dapat memahami tentang struktur dan bentuk
neuron, perhatikan Gambar berikut:
ujung
akson
dari
neuron
lain
dalam
satu
selubung
dan
membentuk urat saraf, Ujung akson pada sel-sel lain ada juga yang
berhubungan dengan efektor, yaitu struktur yang memberikan jawaban
terhadap impuls yang diterima reseptor, misalnya otot dan kelenjar.
Pertemuan antara akson dengan dendrit atau efektor disebut sinapsis.
Sedangkan badan sel saraf berkumpul membentuk ganglion atau simpul
saraf. Berdasarkan hal ini Anda dapat membayangkan bahwa jaringan
saraf ibarat jaringan komunikasi seperti sudah dijelaskan di depan. Antara
sel saraf satu dengan yang lain terjalin hubungan sangat erat dalam
meneruskan impuls.2
Macam-Macam Neuron
Dilihat dari struktur dan fungsinya, sel saraf (neuron) dapat dibedakan
menjadi tiga.
1
Neuron Sensorik
Sel saraf ini sangat berhubungan erat dengan alat indra,
sehingga disebut juga saraf indra. Fungsi saraf ini adalah untuk
menerima rangsang dari alat indra kemudian meneruskan impuls sarat
ke pusat saraf, yaitu otak atau sumsum tulang belakang. Badan sel
dari neuron sensori ini bergerombol membentuk ganglia. Bagian
dendrit berhubungan langsung dengan alat indera (reseptor) dan
bagian aksonnya berhubungan dengan sel saraf yang lain. Akson akan
berakhir di interneuron.
Neuron Motorik
Struktur neuron motor ini, yaitu pada bagian ujung dendritnya
dihubungkan dengan ujung akson yang berhubungan langsung dengan
bagian efektor, yaitu otot maupun kelenjar. Neuron motor ini berfungsi
untuk meneruskan impuls dari sistem saraf pusat ke otot dan kelenjar
yang akan melakukan respon tubuh. Impuls secara langsung berjalan
dari neuron sensori ke neuron motor.
menanggapi
rangsang
tersebut.
Seperti
sudah
dijelaskan
neutransmitter
ke
celah
sinaps.
Gelembung
sinaps
karena
dibawa
oleh
neurotransmitter,
kemudian
Perubahan dari tidak ada tekanan pada kulit menjadi ada tekanan.
Suara bising.
Gerak sadar
Gerak sadar atau gerak biasa adalah gerak yang terjadi karena disengaja
atau disadari. Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan
yang panjang. Bagannya adalah sebagai berikut.
Gerak refleks
Gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Impuls
yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang sangat singkat dan
tidak melewati otak. Contoh gerak refleks adalah sebagai berikut.
1
Gerakan menutup kelopak mata dengan cepat jika ada benda asing yang masuk
ke mata.
Oligodendrosit
Oligodendrosit
(oligos,
kecil
dendron
kytos,
sel)
Sel Schwan
10
Astrosit
Astrosit (astron, bintang + kytos) merupakan sel dengan bentuk
seperti bintang kerena memiliki juluran yang memancar. Sel ini
mempunyai banyak filament yang terbuat dari protein asam fibriler glia
yang memperkuat strukturnya. Astrosit mengikat neuron pada kapiler
dan pada pia meter (jaringan ikat tipis yang membungkus SSP).
Astrosit dengan beberapa juluran panjang disebut astrosit fibrosa dan
berlokasi
di
substansia
putih
(white
metter),
dan
astrosit
untuk
mengatur
konstituen
dari
lingkungan
komunikasi
langsung
dengan
yang
lainnya
lewat
Sel Ependim
11
Mikroglia
Mikroglia (micros, kecil + glia) adalah sel kecil yang bentuknya
memanjang dengan juluran-juluran pendek yang iregule. Inti selnya
panjang dan padat, berbeda dengan inti sel-sel glia lainnya yang
berbentuk bulat. Mikroglia, sel fagosit yang mewakili susunan fagosit
mononukleus pada jaringan saraf, berasal dari sel prekusor dalam
sumsum tulang. Mereka terlibat dalam proses inflamasi dan proses
pembentukan SSP orang dewasa, mereka juga menghasilkan dan
melepaskan radikal protease dan oksidatif netral. Bila diaktifkan,
mikroglia berperan sebagai sel pengenal antigen (antigen presenting
cell).4
Sel-sel neuroglia, yaitu jaringan ikat yang terletak di antara sel-sel saraf di
dalam sistem saraf pusat.5
Pada otak, materi kelabu terletak di bagian luar atau kulitnya (korteks) dan
bagian putih terletak di tengah. Pada sumsum tulang belakang bagian tengah berupa
materi kelabu berbentuk kupu-kupu, sedangkan bagian korteks berupa materi putih. 5
1
Sistem saraf pusat meliputi otak (ensefalon) dan sumsum tulang belakang
(Medula spinalis). Keduanya merupakan organ yang sangat lunak, dengan fungsi yang
sangat penting maka perlu perlindungan.1
Jika dilihat dari namanya, sistem saraf pusat berarti sebagai pusat koordinasi
dari segala aksi yang harus dilaksanakan. Adapun sistem saraf tepi berfungsi untuk
memberikan informasi kepada sistem saraf pusat tentang adanya rangsangan dan
menyebabkan otot dan kelenjar melakukan respons. Dari pengertian ini, dapat
diketahui antara sistem saraf pusat dan tepi ada kerja sama yang sinergis, dan tidak
dapat bekerja sendiri-sendiri. Sistem saraf pusat meliputi:
1
Otak
Otak terdiri dari dua belahan, belahan kiri mengendalikan tubuh bagian kanan,
belahan kanan mengendalikan belahan kiri. Mempunyai permukaan yang berlipatlipat untuk memperluas permukaan sehingga dapat ditempati oleh banyak saraf. Otak
juga sebagai pusat penglihatan, pendengaran, kecerdasan, ingatan, kesadaran, dan
kemauan. Bagian dalamnya berwarna putih berisi serabut saraf, bagian luarnya
berwarna kelabu berisi banyak badan sel saraf. Otak manusia dewasa memiliki berat
1,5 kg dan wujudnya dalam keadaan lembek seperti alpukat yang matang. Berkat
adanya tulang tengkorak itulah, maka otak dapat terlindung dari benturan yang datang
dari luar. Otak manusia itu ibarat komputer, dapat terisi data atau program tertentu dan
banyak file yang dapat tersimpan di sana. Apabila Anda ingin mengingat peristiwa
yang telah terjadi, maka otak akan menampilkan kembali semacam rekaman atas
peristiwa itu. Otak dibungkus oleh tiga membran pelindung yang disebut meninges.1
Di antara dua membran sebelah dalam ada cairan serebrospinal yang berfungsi
sebagai bantalan bagi otak terhadap goncangan atau benturan. Pada tengkorak lapisan
terluar dari meninges disebut duramater, lapisan tengah disebut dengan arachnoid dan
lapisan terdalam, yaitu piamater. Otak memiliki empat kamar berupa ventrikel yang
terisi juga oleh cairan serebrospinal. Sel-sel yang melapisi ventikel dilengkapi dengan
silia yang berfungsi untuk menjaga agar cairan serebrospinal tetap beredar.1
Antara dua ventrikel terdapat alas kapiler yang luas sehingga dapat
memungkinkan pertukaran bahan antara darah dan cairan serebrospinal. Di dalam
otak terdapat 12 pasang saraf cranial.
Otak terdiri dari 3 bagian, yaitu;
13
14
Thalamus
Terdiri dari sejumlah pusat syaraf dan berfungsi sebagai tempat
penerimaan untuk sementara sensor data dan sinyal-sinyal motorik, contohnya
untuk pengiriman data dari mata dan telinga menuju bagian yang tepat dalam
korteks. Talamus merupakan penjaga pintu gerbang pada korteks serebrum.
Semua pesan sensori yang sampai ke otak harus melalui talamus terlebih dahulu
agar dapat dirasakan secara sadar, kecuali bau semua rangsangan dari reseptor
diterima talamus dan kemudian diteruskan ke area sensorik serebrum.1
Hypothalamus
Hipotalamus berfungsi sebagai pusat koordinasi bagi banyak kegiatan
organ-organ dalam. Selain itu, hipotalamus juga berfungsi untuk mengatur suhu
dan kandungan air dalam darah. Hipotalamus juga merupakan penghasil hormon.
Hormon yang dihasilkan, antara lain oksitosin dan ADH (antideuretik hormon)
yang tersimpan di lobus posterior pada pituitari, serta TSH (hormon perangsang
tiroid) dan LH (Luteinizing hormon) yang tersimpan di lobus anterior pada
pituitari.1
Otak besar dibagi menjadi beberapa bagian penting sebagai berikut;
15
Lobus Osksipitalis
Daerah ini berperan penting terhadap penglihatan. Seseorang yang
mengalami kecelakaan dan mengalami kerusakan pada bagian ini, maka akan
mengalami kebutaan. Apabila kita membuka mata dan melihat suatu
pemandangan, jumlah radioaktifnya sangat meningkat di daerah penglihatan
pada lobus oksipitalis.1
Lobus Temporalis
Bagian ini berperan sebagai pusat pendengaran. Adanya bunyi dapat
meningkatkan metabolisme daerah pembicaraan pada lobus temporalis.1
Lobus Frontalis
Daerah ini berperan dalam koordinasi dan pengendalian gerak otot dan
berpikir, belajar, memori, pandangan ke depan, analisis logis, kreativitas, dan
beberapa emosi bergantung kepada kegiatan saraf di lobus frontalis.
Berdasarkan sebuah penelitian (tahun 1848 oleh Phineas P. Gage) ternyata
kerusakan pada lobus frontalis dapat mengakibatkan perubahan pada perilaku
manusia. Pada penelitian yang sudah dilakukan pada manusia ditemukan
ternyata kerusakan ini mengakibatkan karakter seseorang yang sebelumnya
tenang dan bersungguh-sungguh bisa berubah menjadi sembrono, tidak
bertanggung jawab, resah, kepala batu, dan tidak sopan.1
Lobus Parientalis
Daerah ini terletak di bagian belakang. Antara lobus frontalis dengan
lobus parientalis terdapat lekukan atau parit yang disebut dengan sulkus
sentralis atau celah Rolando. Lobus parientalis ini berfungsi untuk menerima
rangsang panas, dingin, tekanan, dan sentuhan.1
16
17
18
Gambar . Vertebrae 6
Struktur internal terdapat substansi abu-abu dan substansi putih. Subtansi abuabu membentuk seperti kupu-kupu dikelilingi bagian luarnya oleh substansi putih.
Terbagi menjadi bagian kiri dan kanan oleh anterior median fissure dan median
septum yang disebut dengan posterior median septum. Keluar dari medulla spinalis
merupakan akar ventral dan dorsal dari saraf spinal. Substansi abu-abu mengandung
badan sel dan dendrite dan neuron efferent, akson tak bermyelin, saraf sensoris dan
motoris dan akson terminal dari neuron. Substansi abu-abu membentuk seperti huruf
H dan terdiri dari tiga bagian yaitu : anterior,posterior, comissura abu-abu. Bagian
posterior sebagai input/afferent, anterior sebagai output/eeferen, comissura abu-abu
untuk reflek silang dan substansi putih merupakan kumpulan serat saraf bermyelin.5
19
Saraf spinal
Kanalis sentralis
Grey matter
White matter
Medula spinalis diperdarahi oleh 2 susunan arteri yang mempunyai hubungan
istemewa, yaitu arteri spinalis dan arteri radikularis. Arteri spinalis dibagi menjadi
arteri spinalis anterior dan posterior yang berasal dari arterivertebralis, sedangkan
arteri radikularis dibagi menjadi arteri radikularis posterior dan anterior yang dikenal
juga ramus vertebromedularis arteria interkostalis.5
Medula Spinalis disuplai oleh arteri spinalis anterior dan arteri spinalis
posterior. Nervus spinalis/akar nervus yang berasal dari medula spinalis melewati
suatu lubang di vertebra yang disebut foramen dan membawa informasi dari medula
spinalis samapi ke bagian tubuh dan dari tubuh ke otak. Ada 31 pasang nervus spinalis
dan dibagi dalam empat kelompok nervus spinalis, yaitu ;
1
nervus servikal : (nervus di leher) yang berperan dalam pergerakan dan perabaan pada
lengan, leher, dan anggota tubuh bagian atas.
nervus thorak : (nervus di daerah punggung atas) yangmempersarafi tubuh dan perut.
nervus lumbal dan nervus sakral : (nervus didaerah punggung bawah) yang
mempersarafi tungkai,kandung kencing, usus dangenitalia.5
20
Ujung akhir dari medula spinalis disebut conus medularis yang letaknya di L1
dan L2. Setelah akhir medula spinalis, nervus spinalis selanjutnya bergabung
membentuk cauda equine.5
Pada penampang melintang sumsum tulang belakang tampak bagian luar
berwarna putih, sedangkan bagian dalam berbentuk kupu-kupu dan berwarna kelabu.
Pada penampang melintang sumsum tulang belakang ada bagian seperti sayap yang
terbagi atas sayap atas disebut tanduk dorsal dan sayap bawah disebut tanduk ventral.
Impuls sensori dari reseptor dihantar masuk ke sumsum tulang belakang melalui
tanduk dorsal dan impuls motor keluar dari sumsum tulang belakang melalui tanduk
ventral menuju efektor. Pada tanduk dorsal terdapat badan sel saraf penghubung
(asosiasi konektor) yang akan menerima impuls dari sel saraf sensori dan akan
menghantarkannya ke saraf motor. 5
Fungsi sumsum tulang belakang adalah sebagai berikut;
a) Menghubungkan sistem saraf tepi ke otak. Informasi melalui neuron sensori
ditransmisikan dengan bantuan interneuron.
b) Sebagai pusat dari gerak refleks, misalnya refleks menarik diri. Irisan melintang
menunjukkan bagian luar berwarna putih yang banyak mengandung dendrit dam
akson, sedangkan bagian dalam berwana abuabu. Pada bagian yang berwarna abuabu inilah terdapat cairan serebrospinal, seperti yang terdapat pada otak. Cairan ini
tepatnya terletak di saluran tengah yang berhubungan dengan rongga ventrikel
dalam otak. Bagian tengah yang berwarna abu-abu ini jika dilihat seperti huruf H.
bagian ini mengandung badan saraf motorik yang mempunyai akson menuju ke
efektor dan juga mengandung saraf sensorik.5
Meninges
Susunan saraf pusat dilindungi oleh tengkorak dan kolumna
vertebralis. Disamping itu ia juga dibungkus membrane jaringan ikat yang
disebut meninges. Meninges memiliki beberapa lapisan, dimulai dari
lapisan paling luar berturut-turut antara lain terdapat dura meter,
araknoid dan pia meter. Araknoid dan piameter saling melekat dan
seringkali dipandang sebagai satu membrane yang disebut pia-akarnoid.
Berikut akan dijelaskan secara detil satu-persatu. 5
21
villi
araknoid,
yang
fungsinya
sebagai
penyerap
cairan
Pia Meter
Pia meter terdiri atas jaringan ikat longgar yang mengandung
banyak pembuluh darah. Ia tidak berkontak dengan sel atau serat saraf
meskipun ia terletak cukup dekat dengan jaringan saraf. Di antara pia
meter dan elemen neural terdapat lapisan tipis cabang-cabang neuroglia,
melekat erat pada pia meter dan membentuk barier fisik pada bagian tepi
dari SSP yang memisahkan SSP dari cairan serebrospinal. Pia meter
menyusuri semua lekuk permukaan SSP dan menyusup ke dalamnya
untuk jarak tertentu bersama pembuluh darah. Pia meter dilapisi oleh selsel gepeng yang berasal dari mesenkim. Pembuluh darah menembus SSP
melalui terowongan, ruang perivaskular, yang dilapisi oleh pia meter. Pia
meter lenyap sebelum pembuluh darah ditransformasi menjadi kapiler.
Dalam SSP kapiler darah seluruhnya dilapisi oleh perluasan cabang sel
neuroglia.5
Sawar Darah-Otak
Sawar darah-otak merupakan barier fungsional yang mencegah
masuknya beberapa substansi, seperti anti biotik, bahan kimia dan toksin
bakteri, dari darah ke jaringan saraf. Sawar darah-otak ini terjadi akibat
kurangnya permeabilitas yang menjadi ciri kapiler darah jaringan saraf.
Taut kedap, yang menyatukan sel-sel endotel kapiler ini secara sempurna,
merupakan komponen structural utama dari sawar ini. Sitoplasma sel-sel
endotel tidak bertingkap, terlihat sangat sedikit vesikel pinositotik.
Perluasan cabang sel neuroglia yang melingkari kapiler ikut mengurangi
permeabilitasnya.
Pleksus Koroid
Merupakan lipatan-lipatan ke dalam dari pia meter yang menyusup
ke bagian dalam ventrikel. Berupa struktur vaskular yang terbuat dari
kapiler fenestra yang berdilatasi. Terdapat pada tiap vebtrikel ke tiga dan
ke empat dan sebagian pada dinding ventrikel lateral. Pleksus koroid
terdiri atas jaringan ikat longgar dari pia meter, dibungkus oleh epitel
kuboid selapis atau silindris yang memiliki karakteristik sitolohi dari sel
pengangkut ion. Pleksus koroid memiliki beberapa fungsi antara lain:
fungsi utama pleksus koroid adalah membentuk cairan serebro spinal,
23
seluruh jaringan otak yang berat normalnya 2% dari berat badan orang dewasa.
Untuk mendukung tercukupinya suplai oksigen, otak mendapat sirkulasi yang
didukung oleh pembuluh darah besar.3
1
ventral dari medula oblongata dorsal dari olivus, caudal dari tepi caudal
pons varolii. Arteri vertabralis kanan dan kiri akan bersatu menjadi arteri
basilaris yang kemudian berjalan frontal untuk akhirnya bercabang
menjadi dua yaitu arteri cerebri posterior kanan dan kiri. Daerah yang
diperdarahi oleh arteri cerbri posterior ini adalah facies convexa lobus
temporalis cortex cerebri mulai dari tepi bawah sampai setinggi sulcus
temporalis media, facies convexa parietooccipitalis, facies medialis lobus
occipitalis cotex cerebri dan lobus temporalis cortex cerebri. Anastomosis
antara arteri-arteri cerebri berfungsi utnuk menjaga agar aliran darah ke
jaringan otak tetap terjaga secara continue. Sistem carotis yang berasal dari
arteri carotis interna dengan sistem vertebrobasilaris yang berasal dari
arteri vertebralis, dihubungkan oleh circulus arteriosus willisi membentuk
Circle of willis yang terdapat pada bagian dasar otak. Selain itu terdapat
anastomosis lain yaitu antara arteri cerebri media dengan arteri cerebri
anterior, arteri cerebri media dengan arteri cerebri posterior.3
2
Ada empat buah rongga yang saling berhubungan yang disebut ventrikulus cerebri
tempat pembentukan cairan ini yaitu:
1 ventrikulus lateralis , mengikuti hemisfer cerebri
2 ventrikulus lateralis II
3 ventrikulus tertius III dtengah-tengah otak
4 ventrikulus quadratus IV, antara pons varolli dan medula oblongata.3
Ventrikulus lateralis berhubungan dengan ventrikulus tertius melalui foramen
monro. Ventrikulus tertius dengan ventrikulus quadratus melalui foramen aquaductus
sylvii yang terdapat di dalam mesensephalon. Pada atap ventrukulus quadratus bagian
tengah kanan dan kiri terdapat lubang yang disebut foramen Luscka dan bagian
tengah terdapat lubang yang disebut foramen magendi. Sirkulasi cairan otak sangat
penting dipahami karena bebagai kondisi patologis dapat terjadi akibat perubahan
produksi dan sirkulasi cairan otak. Cairan otak yang dihasilkan oleh flexus ventrikulus
lateralis kemudian masuk kedalam ventrikulus lateralis, dari ventrikulus lateralis
kanan dan kiri cairan otak mengalir melalui foramen monroi ke dalam ventrikulus III
dan melalui aquaductus sylvii masuk ke ventrikulus IV. Seterusnya melalui foramen
luscka dan foramen megendie masuk kedalam spastium sub arachnoidea kemudian
masuk ke lakuna venosa dan selanjutnya masuk kedalam aliran darah.3
27
Saraf olfaktori, saraf optik, dan saraf auditori. Saraf-saraf ini merupakan saraf
sensori.
kerja
jantung
meningkat,
30
sedangkan
pengaruh
parasimpatis
organ sensorik atau efektor (Snell, 2002). Adapun serabut-serabut saraf kranial
dikelompokkan menjadi beberapa jenis:
1
Serabut aferen somatik, yang menghantarkan impuls rasa nyeri, suhu, raba, tekanan,
dan sensasi propioseptif melalui reseptor-reseptornya di kulit, sendi, otot, dan
sebagainya.
Serabut aferen otonom (viseral), yang menghantarkan impuls (nyeri) dari organ
visera.
Serabut aferen khusus (SAK), yang terdiri atas SAK somatik yang menghantarkan
impuls dari reseptor khusus (mata, telinga) dan SAK viseral yang menghantarkan
impuls kecap dan bau.
Serabut eferen somatik umum, yang mempersarafi otot-otot rangka (III, IV, VI, XII).
Serabut eferen viseral, yang mempersarafi otot polos, otot jantung, dan kelenjar
(parasimpatis/ simpatis)
Nama
Komponen
Fungsi
Tempat
keluar di
otak
Olfactorius
Sensorik (SVA)
Penghidu
Celahcelah
di
lamina
cribrosa
ossis
ethmoidali
s
32
II
Opticus
Sensorik (SSA)
Penglihatan
Canalis
opticus
III
Oculomotorius
Motorik
GVE)
atas,
menggerakkan
bola orbitalis
konstriksi
pupil;
akomodasi mata
IV
Trochlearis
Motorik (GSE)
Membantu
menggerakkan Fissura
superior
Trigeminus
Divisi ophtalmicus Sensorik (GSA)
Kornea,
kulit
dahi,
kulit Fissura
juga
membran superior
Sensorik (GSA)
geligi
rahang
atas; rotundum
Otot-otot
pengunyah,
M. Foramen
dan
m.
tensor
tympanicum.
Kulit pipi; kulit di atas
mandibula dan sisi kepala,
Sensorik (GSA)
temporo
membrane
anterior lidah
VI
Abducens
Motorik (GSE)
M.
rectus
menggerakkan
lateralis Fissura
mata
ke orbitalis
lateral
VII
Facialis
Motorik (SVE)
superior
stapedius, m. acusticus
canalis
facialis,
foramen
sylomastoi
deus
sublingual,
lakrimalis,
dan
kelenjar
kelenjar
(GVE)
VIII Vestibulocochlear
Vestibular
Sensorik (SSA)
Cochlear
Sensorik (SSA)
internus
Meatus
acusticus
internus
IX
Sekretomotorik
M.stylopharingeus-
Foramen
membantu menelan.
jugulare
Kelenjar parotis.
parasimpatis
(GVE)
Sensorik
dua
pertiga
bagian
SVA, GSA)
carotis
(kemoreseptor)
X
Vagus
Motorik
SVE)
Sensorik
XI
Accessorius
(GVA, fleksura
splenicus
kolon;
SVA, GSA)
Motorik (SVE)
Otot-otot
(kecuali
Radix cranialis
palatum
m.
tensor
molle Foramen
veli jugulare
Radiks spinalis
Motorik (SVE)
M.
sternocleidomastoideus Foramen
dan m. trapezius
XII
Hypoglossus
Motorik (GSE)
jugulare
mengatur hypogloss
Keterangan: GSA: aferen somatik umum, SSA: aferen somatik khusus, GVA: aferen
viseral umum, SVA: aferen visceral khusus, GSE: eferen somatik umum, GVE: eferen
viseral umum, SVE: eferen viseral khusus.
35
Gambar
Nervus Olfactorius.
Anosmia
Hilangnya sensasi penciuman yang dapat disebabkan oleh kelainan agenesis
traktus olfaktorius (merupakan cacat bawaan), gangguan mukosa olfaktorius
(rinitis, tumor hidung), robekan fila olfaktoria akibat fraktur lamina kribosa,
destruksi
(biasanya karena jatuh dan belakang kepala terbentur), trauma region orbita, dan
infeksi sekitarnya serta tumor fosa cranial anterior (Satyanegara, 1998).
2
Hiperosmia
Sensasi penciuman akut yang berlebihan. Keadaan ini dapat dijumpai pada kasuskasus histeria, kadang pada kasus adiksi kokain.
Parosmia
Abnormalitas penciuman yang dapat terjadi pada kasus-kasus skhizofrenia, lesilesi girus unsinatus, dan histeria.
Kakosmia
Timbulnya bau-bau tak enak, biasanya merupakan akibat dekomposisi jaringan.
Halusinasi olfaktorius
Halusinasi penciuman yang dapat terjadi pada penderita-penderita psikosis,
epilepsi, girus unsinatus (uncinate fits) akibat lesi unkus dan hipokampus
(Satyanegara, 1998).
37
Hemianopsia bitemporalis
Gangguan daerah khiasma karena tumor hipofise, meningioma, tuberkulum sela,
kraniofaringioma
Macular spring
Gangguan di belakang khiasma optikum/ lesi lobus oksipitalis (Satyanegara,
1998).
40
Nervus trigeminus adalah saraf otak motorik dan sensorik. Serabut motoriknya
mempersarafi muskulus maseter, temporalis, pterigoideus internus et eksternus, tensor
timpani, omohioideus dan bagian anterior muskulus digastrikus.
Inti motoriknya terletak di pons. Serabut-serabut motoriknya bergabung
dengan serabut-serabut sensorik nervus trigeminus yang berasal dari ganglion Gasseri.
Serabut-serabut sensoriknya menghantarkan impuls nyeri, suhu, raba dan perasaan
proprioseptif. Kawasannya ialah wajah dan mukosa lidah dan rongga mulut serta
lidah, dan rongga hidung. Impuls proprioseptif, terutama berasal dari otot-otot yang
dipersarafi oleh cabang mandibular sampai ke ganglion Gasseri.
Cabang pertama N.V. ialah cabang oftalmikus. Ia menghantarkan impuls
protopatik dari bola mata serta rung orbita, kulit dahi sampai vertex. Impuls
sekretomotorik dihantarkan ke glandula lakrimalis. Serabut-serabut dari dahi
menyusun nervus frontalis. Ia masuk melalui ruang orbita melalui foramen
supraorbitale. Serabut-serabut dari bola mata dan rongga hidung bergabung menjadi
seberkas saraf yang dikenal sebagai nervus nasosiliaris. Berkas saraf yang menuju ke
glandula lakrimalis dikenal sebagai nervus lakrimalis. Ketiga berkas saraf, yakni
nervus frontali, nervus nasosiliaris dan nervus lakrimalis saling mendekat pada fisura
orbitalis superior dan di belakang fisura tersebut bergabung menjadi cabang I N.V.
(nervus oftalmikus). Cabang tersebut menembus duramater dan melanjutkan
perjalanan di dalam dinding sinus kavernosus. Pada samping prosesus klinoideus
42
posterior ia keluar dari dinding tersebut dan berakhir di ganglion Gasseri. Di dekatnya
terdapat arteri facialis.
Cabang kedua ialah cabang maksilaris yang hanya tersusun oleh serabutserabut somatosensorik yang menghantarkan impuls protopatik dari pipi, kelopak
mata bagian bawah, bibir atas, hidung dan sebagian rongga hidung, geligi rahang atas,
ruang nasofarings, sinus maksilaris, palatum molle dan atap rongga mulut. Serabutserabut sensorik masuk ke dalam os. maksilaris melalui foramen infraorbitalis. Berkas
saraf ini dinamakan nervus infraorbialis. Saraf-saraf dari mukosa cavum nasi dan
rahang atas serta geligi atas juga bergabung dalam saraf ini dan setelahnya disebut
nervus maksilaris, cabang II N.V. Ia masuk ke dalam rongga tengkorak melalui
foramen rotundum kemudian menembus duramater untuk berjalan di dalanm dinding
sinus kavernosus dan berakhir di ganglion Gasseri. Cabang maksilar nervus V juga
menerima serabut-serabut sensorik yang berasal dari dura fossa crania media dan
fossa pterigopalatinum.
Cabang mandibularis (cabang III N.V. tersusun oleh serabut somatomotorik
dan sensorik serta sekretomotorik (parasimpatetik). Serabut-serabut somatomotorik
muncul dari daerah lateral pons menggabungkan diri dengan berkas serabut sensorik
yang dinamakan cabang mandibular ganglion gasseri. Secara eferen, cabang
mandibular keluar dari ruang intracranial melalui foramen ovale dan tiba di fossa
infratemporalis. Di situ nervus meningea media (sensorik) yang mempersarafi
meninges menggabungkan diri pada pangkal cabang madibular. Di bagian depan fossa
infratemporalis, cabang III N.V. bercabang dua.
Yang satu terletak lebih belakang dari yang lain. Cabang belakang merupakan
pangkal dari saraf aferen dari kulit daun telinga (nervus aurikulotemporalis), kulit
yang menutupi rahang bawah, mukosa bibir bawah, dua pertiga bagian depan lidah
(nervus lingualis), glandula parotis dan gusi rahang bawah ( nervus dentalis inferior)
dan serabut eferen yang mempersarafi otot-otot omohioideus dan bagian anterior
muskulus digastrikus Cabang anterior dari cabang madibular terdiri dari serabut
aferen yang menghantarkan impuls dari kulit dan mukosa pipi bagian bawah dan
serabut eferen yang mempersyarafi otot-otot temporalis, masseter, pterigoideus dan
tensor timpani. Serabut-serabut aferen sel-sel ganglion gasseri bersinaps di sepanjang
wilayah inti nukleus sensibilis prinsipalis (untuk raba dan tekan)serta nukleus spinalis
43
nervi trigemini (untuk rasa nyeri) dan dikenal sebagai tractus spinalis nervi trigemini.
dan didekatnya terdapat arteri a. Alveolaris inferior.
Gangguan yang melibatkan saraf otak V ini dapat dimanifestasikan sebagai
penyakit-penyakit: neuralgia trigeminus, glaucoma/ iritis, sindroma Charlin,
sindroma Gradenigo dan sindroma Bing-Horton (Satyanegara, 1998).
6
Nervus ini akan berjalan ke depan melalui sinus cavernosus serta terletak di bawah
dan lateral a. carotis interna. Selanjutnya, saraf ini masuk ke orbita melalui fisura
orbitalis superior. Nervus abducens berfungsi motorik murni dan mempersarafi
musculus rectus lateralis (Snell, 2002).
Paralisa nervus abducens tampak pada penderita yang sedang melihat ke arah
depan. Mata yang terganggu akan terputar ke arah dalam dan tak dapat melirik ke
lateral. Bila disuruh melihat ke arah nasal, mata yang paralisa akan ke arah dalam atas
karena predominansi m. obliquus internus (Satyanegara, 2002).
7
45
46
Saraf ini terdiri dari dua bagian yang berbeda, yaitu nervus vestibularis
(keseimbangan, posisi, dan gerakan kepala) dan nervus cochlearis (auditorius), yang
berperan untuk transmisi informasi aferen dari telinga dalam menuju susunan saraf
pusat.
Nervus vestibularis mengatur tiga sistem, yaitu keseimbangan sistem
vestibuler, sistem propioseptif dari otot dan sendi serta sistem optik. Sistem
keseimbangan terdiri dari labirin (yang mencakup utrikulus, sakulus, dan kanalis
semisirkularis), n, vestibularis, dan jaras vestibuler sentral. Organ reseptor
keseimbangan adalah macula statika (yang berada di dalam labirin untuk
mengirimkan impuls-impuls statik dan informasi tentang posisi kepala) dan Krista
ampularis (terletak di dalam ampula kanalis semisirkularis sebagai reseptor kinetic).
Impuls yang diterima oleh reseptor ini akan dihantarkan oleh akson perifer neuron
bipolar dari ganglion vestibularis (Scarpa) yang terletak di meatus akustikus internus,
dan kemudian akan menuju ke sentral sebagai n. vestibularis. Saraf ini berjalan
47
48
50
Saraf ini mempunyai dua cabang yaitu cabang kranial dan cabang spinal.
Cabang kranialnya adalah akson-akson neuron nukleus ambigus (yang sebenarnya
merupakan milik n.X) yang mempersarafi otot-otot intrinsik laring. Cabang spinal
merupakan serabut motorik dari bagian lateral kornu anterior segmen servikal (1-5/6)
untuk membantu pernafasan otot trapezius dan sternokleidomastoideus. Cabang ini
menghantarkan impuls volunter melalui traktus kortiko-spinalis, impuls postural
melalui traktus ekstrapiramidalis, refleks melalui traktus vestibule-spinalis dan traktus
tekto-spinalis serta arkus inter-intra- segmental (Satyanegara, 1998).
Ada beberapa sindroma yang melibatkan n. XI seperti sindroma Avellis (lesi
nukleus n. X dan XI cabang kranial), sindroma Schmidt (n. X dan XI), sindroma
Javkson (lesi nukleus/ radiks n. X, XI, dan XII), sindroma Vernet (n. IX, X, dan XI),
sindroma Villaret (lesi perifer n. IX, X, XI, XII) (Satyanegara, 1998).
12
51
Nyeri
1
Definisi
52
FISIOLOGI NYERI
Ganong, (1998), mengemukakan proses penghantaran transmisi nyeri yang
disalurkan ke susunan syaraf pusat oleh 2 (dua) sistem serat (serabut) antara lain:
53
Serabut C, merupakan serabut yang tidak bermielin dengan garis tengah 0,4 1,2
m/detik disebut juga nyeri lambat di rasakan selama 1 (satu) detik atau lebih,
bersifat nyeri tumpul, berdenyut atau terbakar.7
Banyak teori berusaha untuk menjelaskan dasar neurologis dari nyeri,
meskipun tidak ada satu teori yang menjelaskan secara sempurna bagaimana nyeri
ditransmisikan atau diserap. Untuk memudahkan memahami fisiologi nyeri, maka
perlu mempelajari 3 (tiga) komponen fisiologis berikut ini:
Transduksi adalah proses dimana stimulus noksius aktivitas elektrik reseptor terkait.
Transmisi, dalam proses ini terlibat tiga komponen saraf yaitu saraf sensorik perifer
yang meneruskan impuls ke medulla spinalis, kemudian jaringan saraf yang
meneruskan impuls yang menuju ke atas (ascendens), dari medulla spinalis ke
batang otak dan thalamus. Yang terakhir hubungan timbal balik antara thalamus
dan cortex.
Modulasi yaitu aktivitas saraf utk mengontrol transmisi nyeri. Suatu jaras tertentu
telah diteruskan di sistem saran pusat yang secara selektif menghambat transmisi
nyeri di medulla spinalis. Jaras ini diaktifkan oleh stress atau obat analgetika
seperti morfin (Dewanto).
Ionotropik dimana mediator bekerja langsung pada pintu ion ke dalam sel. Ciri
jenis transmisi itu adalah proses berlangsung cepat dan singkat.
54
karena prostaglandin E 2 terjadi lambat tapi berlangsung lama. Morfin dan obat-opiat
lainnya juga masuk golongan metabotropik, tetapi obat-obat ini menghambat
hiperalgesia, bekerjanya juga lambat dan berlangsung lama. Trauma mekanik ruparupanya langsung merusak integritas membran dan tergolong ionotropik , bersama
bradykinin. Rasa nyeri timbul cepat dan berlangsung singkat, kecuali bila kerusakan
yang ditimbulkannya hebat tentu rasa nyeri dapat berlangsung lama. 8
1
Transduksi
Pada nyeri nosiseptif, fase pertamanya adalah transduksi, konversi
stimulus yang intens apakah itu stimuli kimiawi seperti pH rendah yang terjadi
pada jaringan yang meradang , stimulus panas diatas 420C, atau kekuatan
mekanis. Disini didapat adanya protein transducer spesifik yang diekspresikan
dalam neuron nosiseptif ini dan mengkonversi stimulus noksious menjadi aliran
yang menembus membran, membuat depolarisasi membran dan mengaktifkan
terminal perifer.8
Proses ini tidak melibatkan prostanoid atau produksi prostaglandin oleh
siklo-oksigenase, sehingga nyeri ini, atau proses ini, tidak dipengaruhi oleh
penghambat enzim COX-2. Neuron transduksi diperankan oleh suatu nosiseptor
berupa serabut A- dan serabut C yang menerima langsung suatu stimulus
noksius. Serabut A- merupakan suatu serabut saraf dengan tebal 1- 3 mm dan
diliputi oleh selaput mielin yang tipis. Kecepatan transimisi impuls pada serabut
A- adalah sekitar 20m/s. Seperti serabut sensorik lainnya, serabut A- merupakan
perpanjangan dari pesudounipolar neuron dimana tubuh selnya berlokasi pada
akar ganglion dorsal. Sedangkan serabut C merupakan suatu serabut saraf dengan
tebal 1 mm dan tidak memiliki mielin. Karena serabut ini sangat tipis dan karena
tidak memiliki mielin yang mempercepat transmisi saraf, kecepatan konduksi
rendah, dan suatu rangsang berespon dengan kecepatan 1m/s.8
Selain dari peran serabut A- dan serabut C, disebutkan juga terdapat
peran dari neuroregulator yang merupakan suatu substansi yang memberikan efek
55
pada transmisi stimulus saraf, biasanya substansi ini ditemukan pada nosiseptor
yaitu akhir saraf dalam kornu dorsalis medulla spinalis dan pada tempat reseptor
dalam
saluran
spinotalamik.
Neuroregulator
ada
dua
macam,
yaitu
Transmisi
Disini terjadi transfer informasi dari neuron nosiseptif primer ke neuron di
kornu dorsalis, selanjutnya ke neuron proyeksi yang akan meneruskan impuls ke
otak. Transmisi ini melibatkan pelepasan asam amino decarboxilic glutamate, juga
peptida seperti substantia P yang bekerja pada reseptor penting di neuron postsinaptic. Selanjutnya ini akan memungkinkan transfer yang cepat dari input
mengenai intensitas, durasi, lokasi, dari stimuli perifer yang berbeda lokasi. 8
Secara umum, ada dua cara bagaimana sensasi nosiseptif dapat mencapai
susunan saraf pusat, yaitu melalui traktus neospinothalamic untuk nyeri cepat
spontan dan traktus paleospinothalamic untuk nyeri lambat. Pada traktus
neospinothalamik, nyeri secara cepat bertransmisi melalui serabut A- dan
kemudian berujung pada kornu dorsalis di medulla spinalis dan kemudian
bersinapsis dengan dendrit pada neospinothlamaik melalui bantuan suatu
neurotransmitter. Akson dari neuron ini menuju ke otak dan menyebrang ke sisi
lain melalui commisura alba anterior, naik keatas dengan columna anterolateral
yang kontralateral. Serabut ini kemudian berakhir pada kompleks ventrobasal
pada thalamus dan bersinapsis dengan dendrit pada korteks somatosensorik. Nyeri
cepat-spontan ini dirasakan dalam waktu 1/10 detik dari suatu stimulus nyeri
tajam, tusuk, dan gores. 8
Sebenarnya terdapat beragam jalur khusus hantaran sinyal dari kerusakan
jaringan dibawa ke berbagai tujuan, dimana dapat memprovokasi proses
kompleks. Transmisi nosiseptif sentripetal memicu berbagai jalur : spinoreticular,
spinomesencephalic, spinolimbic, spinocervical, dan spinothalamic. Traktus
spinoreticular membawa jalur aferen dari somatosensorik dan viscerosensorik
yang berakhir pada tempat yang berbeda pada batang otak. Traktus
spinomesencephalik mengandung berbagai proyeksi yang berakhir pada tempat
56
Opiat endogen
Serotonergik
Noradrenergik (Norepinephric).8
Sistem analgesik endogen ini memiliki kemampuan menekan input nyeri
di kornu posterior dan proses desendern yang dikontrol oleh otak seseorang, kornu
posterior diibaratkan sebagai pintu gerbang yang dapat tertutup adalah terbuka
dalam menyalurkan input nyeri. Proses modulasi ini dipengaruhi oleh kepribadian,
motivasi, pendidikan, status emosional & kultur seseorang.8
Persepsi
Fase ini merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri, pada saat
individu menjadi sadar akan adanya suatu nyeri, maka akan terjadi suatu reaksi
yang kompleks. Persepsi ini menyadarkan individu dan mengartikan nyeri itu
sehingga kemudian individu itu dapat bereaksi. 8
Fase ini dimulai pada saat dimana nosiseptor telah mengirimkan sinyal
pada formatio reticularis dan thalamus, sensasi nyeri memasuki pusat kesadaran
dan afek. Sinyal ini kemudian dilanjutkan ke area limbik. Area ini mengandung
sel sel yang bisa mengatur emosi. Area ini yang akan memproses reaksi emosi
terhadap suatu nyeri. Proses ini berlangsung sangat cepat sehingga suatu stimulus
nyeri dapat segera menghasilkan emosi.8
57
Resepsi
Adanya stimulus yang mengenai tubuh (mekanik, termal, kimia) akan
menyebabkan pelepasan substansi kimia seperti histamin, bradikinin, kalium.
Substansi tersebut menyebabkan nosiseptor bereaksi, apabila nosiseptor mencapai
ambang nyeri, maka akan timbul impuls syaraf yang akan dibawa oleh serabut
saraf perifer. Serabut syaraf perifer yang akan membawa impuls syaraf ada dua
jenis, yaitu serabut A-delta dan serabut C. impuls syaraf akan di bawa sepanjang
serabut syaraf sampai ke kornu dorsalis medulla spinalis. Impuls syaraf tersebut
akan menyebabkan kornu dorsalis melepaskan neurotrasmiter (substansi P).
Substansi P ini menyebabkan transmisi sinapis dari saraf perifer ke saraf traktus
spinotalamus. 8
Hal ini memungkinkan impuls syaraf ditransmisikan lebih jauh ke dalam
system saraf pusat. Setelah impuls syaraf sampai di otak, otak mengolah impuls
syaraf kemudian akan timbul respon reflek protektif.8
Patogenesis
Nyeri adalah suatu gejala yang berfungsi untuk melindungi dan memberikan
tanda bahaya tentang adanya gangguan-gangguan pada tubuh; seperti peradangan,
infeksi-infeksi kuman, dan kejang otot. Sehingga sesungguhnya rasa nyeri berguna
sebagai alarm bahwa ada yang salah pada tubuh. Misalnya, saat seseorang tidak
sengaja menginjak pecahan kaca, dan kakinya tertusuk, maka ia akan merasakan rasa
nyeri pada kakinya dan segera ia memindahkan kakinya. Tetapi adakalanya nyeri
yang merupakan pertanda ini dirasakan sangat menggangu apalagi bila berlangsung
dalam waktu yang lama, misalnya pada penderita kanker.13
Penyebab
timbulnya
rasa
nyeri
Adanya
rangsangan-rangsangan
dialirkan
tulang
belakang ke talamus dan ke pusat nyeri di otak besar ( rangsangan sebagai nyeri ).13
2
Klasifikasi
58
Menurut lokasinya
1
Nyeri supersial,rasa nyeri yang muncul akibat ranagsangan pada kulit dan
mukosa
Nyeri viseral,yakni nyeri yang muncul akibat stimulasi pada reseptor nyeri
pad abdomen ,kranium,dan toraks
Nyeri alih,yakni nyeri yang dirasakan pada daerah yang jauh dari jaringan
penyebab nyeri.
Nyeri sentral ,yakni nyeri yang muncul akibat stimulasi pada medula
spinalis ,batang otak,dan thalamus.
Menurut durasinya
karateristik
Nyeri kronis
Nyeri akut
pengalaman
Sumber
Serangan
Mendadak
Durasi
Transien(sampai 6 bulan)
59
Gejala krinis
perjalanan
Biasanya melaporkan
kekeurngn gejala setelah
beberapa waktu
Berlngsung terus
60
3 Berdasarkan
patofisiologinya
terbagi dalam:
Nyeri nosiseptif
atau
nyeri
inflamasi, yaitu
nyeri
yang
timbul
adanya stimulus
akibat
mekanis
terhadap
nosiseptor.
Nyeri
neuropatik, yaitu
Nyeri psikologik.14
Lesi pada sisem saraf pusat; Stroke, Multiple sclerosis, Spinal injury.
Usia
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon
nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah
patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam
nyeri yang dialami, karena mereka mengangnggap nyeri adalah hal alamiah yang
harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal
jika nyeri diperiksakan.15
Jenis kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wnita tidak berbeda secara signifikan
dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya (ex: tidak pantas
kalo laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri).15
61
Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap
nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah
akibat yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka
tidak mengeluh jika ada nyeri.15
Makna nyeri
Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan dan
bagaimana mengatasinya.15
Perhatian
Tingkat
seorang
klien
memfokuskan
perhatiannya
pada
nyeri
dapat
Ansietas
Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan
seseorang cemas.15
Fase ini mungkin bukan merupakan fase yg paling penting, karena fase ini bisa
mempengaruhi dua fase lain. Pada fase ini memungkinkan seseorang belajar tentang
nyeri dan upaya untuk menghilangkan nyeri tersebut. Peran perawat dalam fase ini
sangat penting, terutama dalam memberikan informasi pada klien. 15
2
Fase ini terjadi ketika klien merasakan nyeri. karena nyeri itu bersifat subyektif, maka
tiap orang dalam menyikapi nyeri juga berbeda-beda. Toleraransi terhadap nyeri juga
akan berbeda antara satu orang dengan orang lain. orang yang mempunyai tingkat
62
toleransi tinggi terhadap nyeri tidak akan mengeluh nyeri dengan stimulus kecil,
sebaliknya orang yang toleransi terhadap nyerinya rendah akan mudah merasa nyeri
dengan stimulus nyeri kecil. Klien dengan tingkat toleransi tinggi terhadap nyeri
mampu menahan nyeri tanpa bantuan, sebaliknya orang yang toleransi terhadap
nyerinya rendah sudah mencari upaya mencegah nyeri, sebelum nyeri datang.
Keberadaan enkefalin dan endorfin membantu menjelaskan bagaimana orang yang
berbeda merasakan tingkat nyeri dari stimulus yang sama. Kadar endorfin berbeda
tiap individu, individu dengan endorfin tinggi sedikit merasakan nyeri dan individu
dengan sedikit endorfin merasakan nyeri lebih besar. Klien bisa mengungkapkan
nyerinya dengan berbagai jalan, mulai dari ekspresi wajah, vokalisasi dan gerakan
tubuh. Ekspresi yang ditunjukan klien itulah yang digunakan perawat untuk
mengenali pola perilaku yang menunjukkan nyeri. Perawat harus melakukan
pengkajian secara teliti apabila klien sedikit mengekspresikan nyerinya, karena belum
tentu orang yang tidak mengekspresikan nyeri itu tidak mengalami nyeri. Kasuskasus seperti itu tentunya membutuhkan bantuan perawat untuk membantu klien
mengkomunikasikan nyeri secara efektif. 15
3
Fase ini terjadi saat nyeri sudah berkurang atau hilang. Pada fase ini klien masih
membutuhkan kontrol dari perawat, karena nyeri bersifat krisis, sehingga
dimungkinkan klien mengalami gejala sisa pasca nyeri. Apabila klien mengalami
episode nyeri berulang, maka respon akibat (aftermath) dapat menjadi masalah
kesehatan yang berat. Perawat berperan dalam membantu memperoleh kontrol diri
untuk meminimalkan rasa takut akan kemungkinan nyeri berulang.15
8
Pola koping
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan
sebaliknya pola koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi
nyeri.15
Intensitas Nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri
dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan
63
Namun,
pengukuran
dengan
tehnik
ini
juga
tidak
dapat
64
Keterangan :
0 :Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan
baik.
4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti
perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti
perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi
nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih
posisi nafas panjang dan distraksi
10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi,
memukul.15
Karakteristik paling subyektif pada nyeri adalah tingkat keparahan
atau
intensitas
nyeri
tersebut.
Klien
seringkali
diminta
untuk
terapeutik.
Apabila
digunakan
skala
untuk
menilai
nyeri,
maka
dan
tidak
mengkomsumsi
banyak
waktu
saat
klien
dalam
upaya
mengkaji
tingkat
keparahan
nyeri,
tapi
juga,
NEURALGIA TRIGEMINAL
1
Epidemiologi
Tidak ada studi sistematik mengenai prevalensi dari neuralgia trigeminal,
namun suatu kutipan yang diperkirakan diterbitkan pada tahun 1968 mengatakan
66
bahwa prevalensi dari neuralgia trigeminal mendekati 15,5 per 100.000 orang di
United States. Sumber lain mengatakan bahwa insiden tahunannya adalah 4-5 per
100.000 orang, dimana menandakan tingginya prevalensi. Di beberapa tempat,
penyakit ini jarang ditemukan. Onsetnya usia diatas 40 tahun pada 90% penderita.
Neuralgia trigeminal sedikit lebih umum terjadi pada perempuan dibandingkan
dengan laki-laki. Penyakit ini lebih sering terjadi pada sisi kanan wajah dibandingkan
dengan sisi kiri (rasio 3:2).17
Penyakit ini lebih sering terjadi pada perempuan dan biasanya timbul setelah
umur 50 tahun, jarang setelah umur 70 tahun. Insiden familial sedikit lebih tinggi
(2%) dibanding insiden sporadik. Faktor resiko epidemiologis (umur, ras, kebiasaan
merokok dan minum alkohol) diperkirakan penting dalam hubungannya dengan
apakah wajah atas atau wajah bawah yang terkena. Perbandingan frekuensi antara
laki-laki dan perempuan adalah 2:3, sedangkan perkembangan dari neuralgia
trigeminal pada usia muda dihubungkan dengan kemungkinan dari multiple sklerosis.
Neuralgia trigeminal yang idiopatik khas terjadi pada dekade kelima kehidupan, tapi
dapat pula terjadi pada semua umur, sedangkan simptomatik atau neuralgia trigeminal
sekunder cenderung terjadi pada pasien yang lebih muda.17
3
Etiologi
Etiologi trigeminal neuralgia (TN) dapat berupa pusat, perifer, atau keduanya.
Saraf trigeminal (saraf kranial V) bisa menyebabkan nyeri, karena fungsi utama
adalah sensorik. Biasanya, tidak ada lesi struktural hadir (85%), meskipun banyak
peneliti setuju bahwa kompresi pembuluh darah, biasanya vena atau loop arteri di
pintu masuk ke saraf trigeminal pons, sangat penting untuk patogenesis berbagai
idiopatik. Ini hasil kompresi dalam demielinasi saraf trigeminal fokus. Etiologi
idiopatik diberi label secara default dan kemudian dikategorikan sebagai trigeminal
neuralgia klasik.17
Kondisi idiopatik ini tidaklah diketahui sepenuhnya. Namun, kasus-kasus
simtomatik akibat lesi organic yang dapat diidentifikasi lebih umum ditemui daripada
yang sebelumnya disadari. 17
Beberapa kasus mencerminkan gangguan serabut eferen nervus V oleh
berbagai struktur abnormal sehingga disebut sebagai kasus-kasus neuralgia trigeminal
simtomatik. Pada beberapa kasus seperti ini, nervus trigeminus tertekan oleh
67
merupakan
penyebab terbanyak kasus pada penderita muda. Selain itu, kausa lain yang
dipostulatkan adalah inflamasi ganglion nonspesifik, maloklusi gigi, iskemia serta
proses degeneratif sistem saraf.17
4
Patofisiologi
Patofisiologis terjadinya suatu trigeminal neuralgia sesuai dengan penyebab
terjadinya penyakit tersebut. Penyebab-penyebab dari terjadinya trigeminal neuralgia
adalah penekanan mekanik oleh pembuluh darah, malformasi arteri vena disekitarnya,
penekanan oleh lesi atau tumor, sklerosis multipel, kerusakan secara fisik dari nervus
trigeminus oleh karena pembedahan atau infeksi, dan yang paling sering adalah factor
yang tidak diketahui. (Sharav, 2002 ; Brice, 2004).18
Penekanan mekanik pembuluh darah pada akar nervus ketika masuk ke brain
stem yang paling sering terjadi, sedangkan diatas bagian nervus trigeminus/portio
minor jarang terjadi. Pada orang normal pembuluh darah tidak bersinggungan dengan
nervus trigeminus. Penekanan ini dapat disebabkan oleh arteri atau vena baik besar
maupun kecil yang mungkin hanya menyentuh atau tertekuk pada nervus
trigeminus.18
Arteri yang sering menekan akar nervus ini adalah arteri cerebelar superior.
Penekanan yang berulang menyebabkan iritasi dan akan mengakibatkan hilangnya
lapisan mielin (demielinisasi) pada serabut saraf. Sebagai hasilnya terjadi peningkatan
aktifitas aferen serabut saraf dan penghantaran sinyal abnormal ke nukleus nervus
trigeminus dan menimbulkan gejala trigeminal neuralgia. Teori ini sama dengan
patofisiologi terjadinya trigeminal neuralgia oleh karena suatu lesi atau tumor yang
menekan atau menyimpang ke nervus trigeminus. (Kaufmann, 2001 ; Bryce, 2004).18
Pada kasus sklerosis multipel yaitu penyakit otak dan korda spinalis yang
ditandai dengan hilangnya lapisan mielin yang membungkus saraf, jika sudah
melibatkan sistem nervus trigeminus maka akan menimbulkan gejala neuralgia
trigeminal. Pada tipe ini sering terjadi secara bilateral dan cenderung terjadi pada usia
68
Klasifikasi
Menurut klasifikasi IHS ( International Headache Society ) membedakan NT
klasik dan NT simptomatik. Termasuk NT klasik adalah semua kasus yang
etiologinya belum diketahui ( idiopatik ) Sedangkan NT simptomatik dapat akibat
tumor, multipel sklerosis atau kelainan di basis kranii. Sebagai indikator NT
simptomatik adalah defisit sensorik n. Trigeminus, terlibatnya nervus trigeminus
bilateral atau kelainan refleks trigeminus. Tidak dijumpai hubungan antara NT
simptomatik dengan terlibatnya nervus trigeminus cabang pertama, usia muda atau
kegagaralan terapi farmakologik.16
Perbedaan neuralgia trigeminus idiopatik dan simptomatik.16
Idiopatik
Simptomatik
Neyri bersifat paroksimal di daerah Nyeri terasa terus menerus di kawasan
sensorik cabang oftalmikus atau cabang cabang oftalmikus, atau nervus inframaksillaris dan/atau cabang mandibularis orbitalis
Timbulnya nyeri secara hilang timbul, Nyerinya
69
terus-menerus
tidak
hilang
nyeri
anestesia/hipestesia
terdapat
atau
juga
kelumpuhan
Rasa nyeri berupa nyeri neuropatik, yaitu nyeri berat paroksimal, tajam, seperti
menikam, tertembak, tersengat listrik, terkena petir, atau terbakar yang
berlangsung singkat beberapa detik sampai beberapa menit tetapi kurang dari dua
menit, tiba-tiba dan berulang. Diantara serangan biasanya ada interval bebas
nyeri, atau hanya ada rasa tumpul ringan.18
Lokasi nyeri umumnya terbatas di daerah dermatom nervus trigeminus dan yang
karakteristik nyeri unilateral. Tersering nyeri didaerah distribusi nervus
mandibularis (V2) 19,1% dan nervus maksilaris (V3) 14,1% atau kombinasi
keduanya 35,9% sehingga paling sering rasa nyeri pada setengah wajah bawah.
70
Jarang sekali hanya terbatas pada nervus optalmikus (V3) 3,3%. Sebagian pasien
nyeri terasa diseluruh cabang nervus trigeminus (15,5%) atau kombinasi nervus
maksilaris dan optalmikus (11,5%). Jarang ditemukan kombinasi nyeri pada
daerah distribusi nervus optalmikus dan mandibularis (0,6%). Nyeri bilateral
3,4%, nyeri jarang terasa pada kedua sisi bersamaan, umumnya diantara kedua
sisi tersebut dipisahkan beberapa tahun. Kasus bilateral biasanya berhubungan
dengan sklerosis multiple atau familial.18
3
Nyeri pada trigeminal neuralgia dapat mengalami remisi dalam satu tahun atau lebih.
Pada periode aktif neuralgia, karakteristik terjadi peningkatan frekuensi dan
beratnya serangan nyeri secara progresif sesuai dengan berjalannya waktu.18
Sekitar 18% penderita dengan trigeminal neuralgia, pada awalnya nyeri atipikal yang
makin lama menjadi tipikal, disebut preneuralgia trigeminal. Nyeri terasatumpul,
terus-menerus pada salah satu rahang yang berlangsung beberapa hari sampai
beberapa tahun. Stimulus termal dapat menimbulkan nyeri berdenyut sehingga
sering dianggap sebagai nyeri dental. Pemberian terapi anti konvulsan dapat
meredakan nyeri preneuralgia trigeminal sehingga cara ini dapat dipakai untuk
membedakan kedua nyeri tersebut.18
Pada pemeriksaan fisik dan neurologik biasanya normal atau tidak ditemukan defisit
neurologik yang berarti. Hilangnya sensibilitas yang bermakna pada nervus
trigeminal mengarah pada pencarian proses patologik yang mendasarinya, seperti
tumor atau infeksi yang dapat merusak syaraf. Pada tumorselain nyerinya atipikal
dan hilangnya sensibilitas, disertai pula gangguan pada syaraf kranial lainnya.18
Rumusan ciri-ciri khas neuralgia trigeminal
Nyeri: paroksismal, intensitas tinggi, durasi pendek, sensasi shooting Cabang kedua
atau ketiga n. Trigeminus
Kejadian: unilateral
71
Onset: umur pertengahan; wanita (3:2); kambuh-kambuhan sering pada musim semi
dan gugur
Daerah pencetus: 50%; sensitive terhadap sentuhan atau gerakan
Kehilangan fungsi sensorik: tidak ada ( kecuali pernah dirawat sebelumnya)
Perjalanan penyakit: intermitten; cenderung memburuk; jarang hilang spontan
Insidensi familial: jarang (2%)
7
Diagnosa
Cara menegakkan diagnosa Trigeminal Neuralgia hanya berdasarkan
anamnesa pasien secara teliti dan cermat.20
3 Karakter umum terhadap nyeri kraniofasial :
73
Pemeriksaan Fisik
Untuk menilai fungsi saraf Trigeminus
1
Menilai sensasi suhu, nyeri, dan raba pada ketiga cabang nervus trigeminus bilateral
(termasuk refleks kornea).
Menilai EOM.20
Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada uji spesifik dan definitif untuk neuralgia trigeminal. Pemeriksaan
radiologis seperti CT scan dan MRI atau pengukuran elektrofisiologis periode laten
kedipan dan refleks rahang dikombinasikan dengan elketromiografi masseter dapat
digunakan untuk membedakan kasus-kasus simtomatik akibat gangguan struktural
dari kasus idiopatik.17
Pemeriksaan tambahan baru diperlukan kalau ada keluhan neuralgia
trigeminal pada orang-orang muda; karena biasanya ada penyebab lain yang
tersembunyi. Itu pun perannya terbatas untuk eliminasi. Pemeriksaan yang dapat
dilakukan: Rontgen TMJ (temporomandibular joint) dan MRI otak (untuk
menyingkirkan tumor otak dan multiple sclerosis).17
Pengukuran potensial somatosensorik yang timbul setelah perangsangan
nervus trigeminus dapat juga digunakan untuk menentukan kasus yang disebabkan
74
oleh ektasis arteri sehingga dapat ditangani dengan dekompresi operatif badan saraf
pada fossa posterior.17
Diagnosa Banding
melaporkan angka kejadian NPH pada pasien HZ yang berobat antara tahun 19951996 sebesar 11% dari 738 pasien HZ di 6 rumah sakit pendidikan di Indonesia.21
Patofisiologi
Faktor risiko utama terjadinya NPH selain bertambahnya usia yaitu
adanya nyeri prodromal, nyeri berat selama fase akut HZ, ruam kulit yang lebih
parah, gangguan sensorik yang meluas pada dermatom yang terkena HZ, keadaan
imunosupresi, keterlibatan mata, dan jenis kelamin perempuan.21
Patogenesis NPH yaitu adanya perlukaan neuronal yang berefek baik pada
komponen sentral maupun perifer dari sistim saraf (lihat gambar diatas). Setelah
perbaikan infeksi primer VZV, virus menetap secara laten di dalam ganglion
radiks dorsalis saraf kranial atau saraf spinal. Reaktivasi virus VZ yang diikuti
replikasi menginduksi terjadinya perubahan inflamasi pada neuron perifer dan
ganglion sensoris. Hal ini dapat menginduksi siklus sensitisasi yang
mengakibatkan nyeri yang menetap. Beberapa penelitian yang menggunakan uji
saraf sensorik secara kuantitatif menunjukkan bahwa terdapat variabilitas
hilangnya sensoris yang lebih luas pada pasien NPH. Penelitian ini
mengkonfirmasi bahwa nyeri dan abnormalitas sensorik pada NPH seringkali
meluas dari dermatom yang terkena erupsi HZ. Rowbotham dkk dan Field dkk
menyebutkan bahwa terdapat dua mekanisme patofisiologik yang berbeda pada
berkembangnya NPH: sensitisasi dan deaferensiasi. Baik sensitisasi perifer dan
sentral terlibat dalam patofisiologi NPH. Sensitisasi perifer terjadi terutama pada
serabut nosiseptor C tidak bermielin yang kecil. Sensitisasi ini bertanggung jawab
terhadap terjadinya nyeri seperti terbakar spontan dan hiperalgesia namun dengan
hilangnya sensibilitas yang minimal. Alodinia pada sebagian pasien NPH diduga
disebabkan karena penjalaran ektopik dari serabut nosiseptor C yang rusak dalam
mempertahankan keadaan sensitisasi sentral. Deaferensiasi berkaitan dengan
hilangnya sensoris dan alodinia pada daerah yang mengalami parut. Deaferensiasi
ini menyebabkan alodinia yang diperantarai sistim saraf pusat. Dugaan bahwa
hilangnya hubungan sistim saraf pusat dengan ganglion radiks dorsalis pada
beberapa pasien, nyeri mungkin disebabkan adanya perubahan system saraf
pusat.21
Manifestasi Klinis dan Diagnosis
76
NPH
biasanya
mengeluh
nyeri
yang
bersifat
spontan
Paroksismal
Alodinia
Hiperalgesia
78
Analgetik
Semakin berat nyeri HZ akut merupakan salah satu faktor risiko
terjadinya NPH, dan nyeri akut berperan dalam sensitisasi sentral yang akan
berlanjut menjadi nyeri kronik.2 Belum ada bukti yang kuat terhadap
penggunaan antidepresan trisiklik, antikonvulsan, dan analgetik opioid dalam
mengatasi nyeri pada fase akut HZ namun demikian, pemberian terapi ini
tetap dianjurkan.2,6 Bila dengan terapi diatas masih inadekuat dalam
mengontrol nyeri akut, maka perlu dipertimbangkan anestesi blok saraf lokal
atau regional.21
Amitriptilin (golongan antidepresan trisiklik) adalah satu-satunya obat
yang menunjukkan sedikit efek yang menguntungkan dalam pencegahan
NPH. Pada sebuah penelitian randomized double-blind controlled pada 72
pasien HZ berusia diatas 60 tahun yang diberikan amitriptilin 25mg setiap hari
bersama dengan obat antivirus atau bersama dengan plasebo dalam 48 jam
pertama sejak awitan erupsi. Outcome utama yang dinilai adalah prevalensi
nyeri pada bulan ke 6 dimana terjadi pengurangan nyeri pada setengah dari
pasien pada kelompok terapi.21
Kortikosteroid
Adanya kemungkinan bahwa NPH disebabkan oleh inflamasi pada
ganglion sensorik dan struktur neuron yang dapat menular menjadi alasan
penggunaan kortikosteroid selama fase akut HZ guna mengurangi nyeri akut
dan mencegah NPH. Namun, pemberian kortikosteroid ini menunjukkan hasil
yang kontroversial.21
Pemberian kortikosteroid dalam jangka pendek dapat mengurangi
intensitas nyeri yang berkaitan dengan HZ namun tetap perlu diperhatikan
risiko adanya efek samping kortikosteroid ini, terutama pada pasien geriatrik.
81
Beberapa
penelitian
yang
telah
dilakukan
menunjukkan
pemberian
Vaksinasi
Vaksin untuk VVZ (Varivax) yang saat ini diberikan secara rutin
pada anak-anak, diharapkan dapat menurunkan insidensi varisela dan
timbulnya HZ pada usia yang lebih awal. Seperti halnya imunitas yang
didapat dari infeksi VVZ primer, imunitas dari vaksin ini juga akan menurun
seiring dengan proses penuaan, namun demikian pengalaman sampai saat ini
menunjukkan HZ terjadi lebih sedikit pada yang mendapatkan vaksin
VVZ(Varivax). Penelitian prospektif terhadap individu yang menerima
vaksinasi VVZ ketika masa anak-anak masih diperlukan untuk mengetahui
berkurangnya insidensi HZ dan NPH ketika dewasa.21
Penelitian randomized, double-blind, placebo-controlled pada 38546
orang berusia > 60 tahun yang menerima perlakuan berupa vaksin Oka liveattenuated (Zostavax) atau plasebo menunjukkan penggunaan vaksin ini
berkaitan dengan berkurangnya insidens HZ sebesar >50%, insidens NPH
menurun sebesar 66% dan menurunkan beban penyakit akibat HZ sebesar
61%. Vaksin ini memang tidak untuk mengeliminasi penyakit atau
menngobati NPH yang aktif.1 Reaksi simpang berupa eritema, nyeri,
pembengkakan, hematoma, pruritus, panas, reaksi lokal (inflamasi pada
tempat injeksi).21
Penggunaan vaksin HZ
1
Pengobatan
82
NPH
meliputi
berbagai
modalitas
meliputi
terapi
farmakologik yang dibagi menjadi terapi topikal dan sistemik dan terapi non
farmakologik meliputi intervensi fisik, invasif, psikologik dan alternatif.
Pendekatan multimodalitas memberikan peluang terbaik untuk keberhasilan terapi
(lihat gambar dibawah)
trisiklik
ini
telah
terbukti
efikasinya
pada
Antikonvulsan
1
Analgetik opioid
Saat ini golongan analgetik opioid direkomendasikan sebagai terapi
lini kedua atau ketiga untuk nyeri neuropatik seperti NPH. Hal ini karena
adanya perhatian terhadap penyalahgunaan dan kekerasan dalam penggunaan
golongan ini. Selain itu, hal yang perlu diperhatikan adalah tolerabilitas
85
terhadap sedasi dan keluhan konstipasi yang sering dijumpai pada penggunaan
obat ini rekomendasi klinis penggunaan analgetik opioid pada NPH adalah
menggunakan dosis sekecil mungkin. Diawali dengan terapi menggunakan
agen kerja singkat. Bila pasien menunjukkan tolerabilitas, dapat diganti opioid
kerja panjang. Analgetik opioid yang biasa digunakan adalah oksikodon,
tramadol, tapentadol dan morfin.21
Tramadol, suatu derivat sintetik kodein, merupakan analgetik yang
bekerja sentral memiliki sifat seperti analgetik opioid dan ATS. Secara khusus,
tramadol bekerja sebagai agonis reseptor- yang lemah, menghambat reuptake serotonin dan norepinefrin dan memfasilitasi pelepasan serotonin
neuronal. Sifat multimekanistik tramadol menghasilkan sifat antinosiseptif
sentral.21
Perbaikan nyeri dan kualitas hidup dengan tramadol telah dibuktikan
pada randomized controlled trial. Dosis yang direkomendasikan adalah
50mg/hari dengan titrasi dosis dapat ditingkatkan sampai 150mg 2 x per hari
dalam 1 minggu. Reaksi simpang yang umum dijumpai antara lain nausea,
konstipasi, sakit kepala dan somnolens. Penelitian Gilron dkk menunjukkan
penggunaan terapi kombinasi gabapentin dan morfin memberikan efek
analgesia yang lebih baik dengan dosis masing-masing obat lebih kecil
dibandingkan dengan terapi tunggal dengan efek samping yang paling sering
dilaporkan konstipasi, sedasi dan mulut kering.21
4
Anestesi topikal
Lidokain merupakan penghambat kanal natrium dimana bekerja
menghambat penjalaran ektopik dari saraf nosiseptor yang rusak. Lidokain
tersedia dalam bentuk patch lidokain 5%, 5% gel cream, dan eutectic mixture
of local anaesthetics (EMLA) (lidokain 2,5% dan prilokain 2,5%) dan
lidokain 8% pump spray.
Penetrasi EMLA terjadi setelah 30 menit pengaplikasian krim. EMLA
tergolong aman dan bila digunakan dengan cara oklusi selama 90 menit
menghasilkan efek analgesia terhadap insersi jarum sedalam 5 mm. Bila
diberikan untuk NPH dengan oklusi, EMLA menunjukkan perbaikan nyeri
bermakna hingga 10 jam setelah aplikasi.
Efikasi jangka pendek patch lidokain 5% telah terbukti dalam terapi
NPH dan telah disetujui penggunaannya oleh FDA. Pada penelitian
menunjukkan penggunaan patch lidokain 5% mengurangi intensitas nyeri
secara bermakna setelah 4-12 jam pemakaian, tidak didapatkan efek samping
sistemik dan dapat ditoleransi dengan baik pada kulit yang mengalami
alodinia selama 12 jam. Penggunaan patch lidokain 5% maksimal 3 patch
selama 12 jam per hari, efek terapi terbaik didapatkan setelah 2 minggu terapi.
Efek samping yang dilaporkan berupa eritema yang bersifat sementara.
Aplikasi lidokain 8% pump spray telah diperkenalkan untuk terapi
NPH. Efek analgesia sediaan ini bertahan 4,5 jam, dapat digunakan kapan saja
dengan jarak antar aplikasi 2 jam, selama 2 minggu.21
Kapkaisin topikal
87
88
pada kasus yang tidak berespon dengan modalitas terapi nyeri NPH yang telah
ada.21
KORTIKOSTEROID INTRATEKAL DAN EPIDURAL
Penelitian Kotani dkk melaporkan efek analgesia yang signifikan pada
pasien yang diberikan medikasi secara intratekal. Penelitian ini mengevaluasi 277
pasien dengan NPH yang gagal terhadap terapi yang sudah ada selama 3819
bulan, 90% pasien yang mendapat terapi metilprednisolon bebas pengawet dengan
dosis 60mg dalam 3 mL lidokain 3% secara intratekal mengalami perbaikan nyeri
good to excellent selain berkurangnya penggunaan OAINS mereka. Selain itu,
pada pengamatan selama 2 tahun dilaporkan pada pasien ini didapatkan besar efek
analgesia yang sama dan tidak didapatkan komplikasi. Namun demikian, terdapat
beberapa laporan kasus non-NPH menyebutkan risiko kortikosteroid intratekal
seperti meningitis kimiawi, araknoiditis kronik dan mielitis transversal. Oleh
karena itu, walaupun efikasi metilprednisolon intratekal tinggi namun profil
keamanannya perlu dievaluasi lebih lanjut.
Efikasi penggunaan kortikosteroid secara epidural dilaporkan oleh
Kikuchi dkk. Penelitian ini menggunakan empat injeksi epidural atau intratekal
dengan interval 1 minggu namun pemberian secara epidural tidak menunjukkan
keuntungan.21
TERAPI FISIK
Terapi fisik termasuk dalam terapi non farmakologik yang merupakan
kategori reports of benefit limited.7 Prosedur ini terbatas untuk NPH yang
refrakter dan kegagalan penggunaan analgetik. Beberapa prosedur yang banyak
digunakan antara lain counterirritation, transcutaneous electrical nerve
stimulation (TENS), stimulasi deep brain dan low intensity laser therapy (LILT).21
Transcutaneus electrical nerve stimulation adalah suatu cara penggunaan
stimulasi listrik untuk merangsang sistem saraf melalui permukaan kulit dan
terbukti efektif untuk mengurangi berbagai tipe nyeri, tanpa menggunakan obatobatan, jarum, maupun pembedahan (lihat gambar 5). Pada sistem integumentum,
TENS dapat meningkatkan aliran darah ke lapisan kulit dimana hasil ini dapat
89
90
Cluster headache
Definisi
Cluster headache adalah suatu sindrom idiopatik yang terdiri dari serangan
yang jelas dan berulang dari suatu nyeri periorbital unilateral yang mendadak dan
parah.22
Patofisiologi
Patofisiologi dari cluster headache belum sepenuhnya dimengerti.
Periodisitasnya dikaitkan dengan pengaruh hormon pada hipotalamus (terutama
nukleus suprachiasmatik). Baru-baru ini neuroimaging fungsional dengan
positron emision tomografi (PET) dan pencitraan anatomis dengan morfometri
voxel-base telah mengidentifikasikan bagian posterior dari substansia grisea dari
hipotalamus sebagai area kunci dasar kerusakan pada cluster headache.22
Nyeri pada cluster headache diperkirakan dihasilkan pada tingkat
kompleks perikarotid/sinus kavernosus. Daerah ini menerima impuls simpatis dan
parasimpatis dari batang otak, mungkin memperantarai terjadinya fenomena
otonom pada saat serangan. Peranan pasti dari faktor-faktor imunologis dan
91
Laki-laki. Lelaki lebih mungkin dari pada wanita untuk memiliki sakit kepala
cluster.
92
Orang dewasa. Banyak orang dengan sakit kepala cluster pertama kali muncul
pada saat usia akhir 20an, meskipun kondisi ini dapat berkembang pada usia
berapapun.
Minum alkohol. Alkohol dapat memicu serangan jika anda memiliki risiko
sakit kepala cluster.
Catatan keluarga. Jika orang tua atau saudara kandung memiliki sakit kepala
cluster, anda dapat mengalami peningkatan risiko sakit kepala cluster.22
Klasifikasi
Berdasarkan
jangka
waktu
periode
cluster
dan
periode
remisi,
Episodik, dalam bentuk ini cluster headache terjadi setiap hari selama satu
minggu sampai satu tahun diikuti oleh remisi tanpa nyeri yang berlangsung
beberapa minggu sampai beberapa tahun sebelum berkembangnya periode
cluster selanjutnya.
Kronik, dalam bentuk ini cluster headache terjadi setiap hari selama lebih dari
satu tahun dengan tidak ada remisi atau dengan periode tanpa nyeri
berlangsung kurang dari dua minggu.22
Sekitar 10 sampai 20 % orang dengan cluster headache mempunyai tipe
kronik. Cluster headache kronik dapat berkembang setelah suatu periode serangan
episodik atau dapat berkembang secara spontan tanpa di dahului oleh riwayat
sakit kepala sebelumnya. Beberapa orang mengalami fase episodik dan kronik
secara bergantian.22
Para peneliti memusatkan pada mekanisme yang berbeda untuk
menjelaskan karakter utama dari cluster headache. Mungkin terdapat riwayat
93
keluarga dengan cluster headache pada penderita, yang berarti ada kemungkinan
faktor genetik yang terlibat. Beberapa faktor dapat bekerja sama menyebabkan
cluster headache. 22
Pemicu Cluster Headache
Tidak seperti migraine dan sakit kepala tipe tension, cluster headache
umumnya tidak berkaitan dengan pemicu seperti makanan, perubahan hormonal
atau stress. Namun pada beberapa orang dengan cluster headache adalah
merupakan peminum berat dan perokok berat. Setelah periode cluster dimulai,
konsumsi alkohol dapat memicu sakit kepala yang sangat parah dalam beberapa
menit. Untuk alasan ini banyak orang dengan cluster headache menjauhkan diri
dari alkohol selama periode cluster. Pemicu lainnya adalah penggunaan obatobatan seperti nitrogliserin, yang digunakan pada pasien dengan penyakit
jantung.22
Permulaan periode cluster seringkali setelah terganggunya pola tidur yang
normal, seperti pada saat liburan atau ketika memulai pekerjaan baru atau jam
kerja yang baru. Beberapa orang dengan cluster headache juga mengalami apnea
pada saat tidur, suatu kondisi dimana terjadinya kolaps sementara pada dinding
tenggorokan sehingga menyumbat jalan nafas berulang kali pada saat tidur.22
Tanda dan Gejala
Sakit kepala cluster menyerang dengan cepat, biasanya tanpa peringatan.
Tanda dan gejala khususnya adalah:
1
Sakit yang mengerikan, biasanya terdapat pada atau sekitar mata, tapi dapat
merambat pada area lain di wajah, kepala, leher dan pundak.
Kegelisahan
Lendir atau basah pada lubang hisung sebagai efek samping pada wajah
10
96
98
Cluster headache tipe episodik dapat berubah menjadi tipe kronik pada 4
sampai13 % penderita.
Remisi spontan dan bertahan lama terjadi pada 12 % penderita, terutama pada
cluster headache tipe episodik.
Onset lanjut dari gangguan ini teruama pada pria dengan riwayat cluster
headache tipe episodik mempunyai prognosa lebih buruk.22
99
Glossopharingeal Neuralgia
Dalam penyakit saraf jenis ini, rasa nyeri yang hebat terasa pada pangkal
lidah, satu amandel, sebelah leher, rongga telinga bagian yang sama. Gejala
timbul pertama kali setelah mencapai usia 40 tahun ; dan anehnya kaum pria lebih
banyak diserang dari pada wanita. Serangan itu sering terasa karena mengunyah,
menelan, berbicara atau menguap. Rasa nyeri itu hanya bertahan selama beberapa
menit, tetapi serangan itu begitu hebat sehingga pasien kadang-kadang pingsan.23
Obat-obat jarang sekali membawa hasil yang memuaskan. Penggunaan
obat bius dapat menimbulkan kecanduan kalau tidak digunakan dengan hati-hati.
Membedah atau memotong saraf yang bersangkutan merupakan pengobatan yang
lebih baik.23
100
kelainan struktural
Kelainan struktural adalah kelainan yang disebabkan oleh perubahan
struktur persendian akibat gangguan pertumbuhan, trauma eksternal, penyakit
infeksi atau neoplasma dan umumnya jarang dijumpai.
Gangguan pertumbuhan konginetal berkaitan dengan hal-hal yang
terjadi sebelum kelahiran yang menyebabkan kelainan perkembangan yang
muncul setelah kelahiran. Umumnya gangguan tersebut terjadi pada kondilus
yang menyebabkan kelainan selain pada bentuk wajah yang menimbulkan
masalah estetika juga masalah fungsional
Cacat juga dapat terjadi pada permukaan artikular, yang maana cacat
ini dapat menyebabkan masalah pada saat sendi berputar yang dapat pula
melibatkan permukaan diskus. Cacat dapat disebabkan karena trauma pada
rahang bawah, peradangan, dan kelainan struktural. Perubahan di dalam
artikular juga dapat terjadi kerena variasi dari tekanan emosional. Oleh karena
itu, ketika tekanan emosional meningkat, maka tekanan pada artikular
berlebihan, menyebabkan terjadinya perubahan pergerakan.
Tekanan yang berlebihan pada sendi dapat mengakibatkan penipisan
pada diskus. Tekanan
menyebabkan perforasi dan keausan sampai terjadi fraktur pada diskus yang
dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada permukaan artikular
Kelainan trauma akibat perubahan pada STM dapat menyebabkan
kerusakan pada jaringan, kondilus ataupun keduanya. Konsekuensi yang
mungkin terjadi adlah dislokasi, hemartrosisi dan fraktur kondilus. Pasien
yang mengalami dislokasi tidak dapat menutup mulut dan terjadi open bite
anterior, serta dapat tekanan pada satu atau dua saluran pendengaran.
Kelainan struktural akibat trauma STM juga dapat menyebabkan
edema atau hemorage di dalam sendi. Jika trauma belum menyebabkan fraktur
mandibula, pada umumnya pasien mengalami pembengkakan pada daerah
STM , sakit bila digerakaan dan pergerakan sendi berkurang. Kondisi ini
kadang kadang dikenal sebagai radang sendi traumatis.
101
Gangguan Fungsional
Gangguan fungsional adalah masalah-masalah STM yang timbul
akibat fungsi yang menyimpang kerena adanya kelainan pada posisi dan
fungsi gigi-geligi, atau otot-otot kunyah.
Suatu keadaan fisiologis atau yang biasa disebut orthofunction yakni
batas toleransi tiap individu saat melakukan pergeseran mandibula saat
melakukan pergeseran mmandibula tanpa menimbulakan keluhan otot
ditandai dengan adanya keserasian antara morfologi oklusi dan fungsi
neuromuskular. Istilah keadaan ini dikenal dengan zona toleransi fisiologik.
Apabila ada rangsangan yang menyimpang dari biasanya akibat oklusi gigi
yang menimbulkan kontak prematur, respon yang timbul berfariasi akibat
biologis yang umumnya merupakan respon adaptif atau periode adaptasi.
Disini terjadi perubahan-perubahan adaptif pada jaringan yang terlibat sebagai
upaya menerima rangsangan yang menyimpang tersebut contoh dari
perubahan adaptif adalah ausnya permukaan oklusal gigi, timbulnya
perubahan membran periodontal, resorbsi alveolar setempat. Periode oklusi
ini akan jalan terus menerus sampai batas toleransi fisiologis otoy-otot atau
jaringan sekitar telah terlampaui. Berapa lama adatasi ini akan berlangsung
berbeda antara individu yang satu dengan yang lain, dan dipengaruhi oleh
keadaan patologi. Setelah batas psikologis ini terlampaui respon jaringan
mengalami perubahann yang bersifat lebih patologis. Keluhan dirasakan pada
otot-otot pergerakan mandibula, atau dapat pula pada sendi temporo
mandibula.25
ETIOLOGI
Kondisi oklusi.
Dulu oklusi selalu dianggap sebagai penyebab utama terjadinya TMD,
namun akhir-akhir ini banyak diperdebatkan
Trauma
Trauma dapat dibagi menjadi dua :
102
Stress emosional
Keadaan sistemik yang dapat mempengaruhi fungsi pengunyahan
adalah peningkatan stres emosional. Pusat emosi dari otak mempengaruhi
fungsi otot. Hipotalamus, sistem retikula, dan sistem limbic adalah yang
paling bertanggung jawab terhadap tingkat emosional individu. Stres sering
memiliki peran yang sangat penting pada TMD.
Stres adalah suatu tipe energi. Bila terjadi stres, energi yang timbul
akan disalurkan ke seluruh tubuh. Pelepasan secara internal dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan psikotropik seperti hipertensi, asma, sakit
jantung, dan/atau peningkatan tonus otot kepala dan leher. Dapat juga terjadi
peningkatan aktivitas otot nonfungsional seperti bruxism atau clenching yang
merupakan salah satu etiologi TMD
ditujukan pada eliminasi faktor-faktor yang mempercepatnya. Banyak gejalagejala mungkin terlihat tidak berhubungan dengan TMJ sendiri. Berikut adalah
gejala-gejala yang umum:
1
Sakit Telinga: Kira-kira 50% pasien dengan gangguan sendi rahang merasakan
sakit telinga namun tidak ada tanda-tanda infeksi. Sakit telinganya umumnya
digambarkan sepertinya berada di muka atau bawah telinga. Seringkali,
pasien-pasien dirawat berulangkali untuk penyakit yang dikirakan infeksi
telinga, yang seringkali dapat dibedakan dari TMJ oleh suatu yang
berhubungan dengan kehilangan pendengaran (hearing loss) atau drainase
telinga (yang dapat diharapkan jika memang ada infeksi telinga). Karena sakit
telinga terjadi begitu umum, spesialis-spesialis kuping sering diminta
bantuannya untuk membuat diagnosis dari gangguan sendi rahang.
Sakit Kepala: Hampir 80% pasien dengan gangguan sendi rahang mengeluh
tentang sakit kepala, dan 40% melaporkan sakit muka. Sakitnya seringkal
104
menjadi lebih ketika membuka dan menutup rahang. Paparan kepada udara
dingin atau udara AC dapat meningkatkan kontraksi otot dan sakit muka.
6
Rahang Terkunci : Rahang terasa terkunci atau kaku, sehingga sulit membuka
atau menutup mulut
Gigi: Gigi-gigi tidak mengalami perlekatan yang sama karena ada sebagian
gigi yang mengalami kontak prematur dan bisa d sebabkan karena maloklusi
atau merasa gigitan tidak pas.25
Diagnosis
Anamnesis:
Riwayat kesehatan. Seperti berapa lama merasakan sakit pada rahang, apakah
pernah mengalami cedera di rahang, atau apakah pernah mendapatkan perawatan
gigi baru-baru ini. Menanyakan apakah sedang stress atau mengalami anxietas
(kecemasan).25
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Untuk
melihat
adanya
kelainan
sendi
temporomandibular
perlu
diperhatikan gigi, sendi rahang dan otot pada wajah serta kepala dan wajah.
Apakah pasien menggerakan mulutnya dengan nyaman selama berbicara atau
pasien seperti menjaga gerakan dari rahang bawahnya. Terkadang pasien
memperlihatkan kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik selama interview seperti
bruxism.25
2
Palpasi :
1
Temporalis muscle, yang terbagi atas 3 segmen yaitu anterior, media, dan
posterior.
Masseter muscle
105
Digastric muscle
Sternocleidomastoid muscle
Cervical spine
10
11
Coronoid process
12
Resistive opening (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada ruang inferior
m.pterigoideus lateral)
Menyuruh pasien berdiri pada posisi yang relaks, kemudian dokter menilai
apakah terdapat asimetris kedua bahu atau deviasi leher
Range of motion:
Pemeriksaan pergerakan Range of Motion dilakukan dengan pembukaan
mulut secara maksimal, pergerakan dari TMJ normalnya lembut tanpa bunyi atau
nyeri. Mandibular range of motion diukur dengan:
1
Lateral movement
Protrusio movement.25
Pemeriksaan penunjang
1
Gambar yang kurang tajam. Kelainan yang dapat dilihat antara lain fraktur,
dislokasi, osteoatritis, neoplasma, kelainan pertumbuhan pada TMJ.
Obat-obatan
Obat-obatan anti peradangan seperti aspirin, ibuprofen (Advil dan
lainnya), naproxen (Aleve dan lainnya), atau steroids dapat membantu mengontrol
peradangan. Perelaksasi otot seperti diazepam (Valium), membantu dalam
mengurangi spasme-spasme otot ( Suryonegoro H, 2009 ).25
Terapi Fisik
Pembukaan dan penutupan rahang secara pasiv, urut (massage) dan
stimulasi listrik membantu mengurangi sakit dan meningkatkan batasan
pergerakan dan kekuatan dari rahang ( Suryonegoro H, 2009 ).25
108
Managemen stres
Kelompok-kelompok penunjang stres, konsultasi psikologi, dan obatobatan juga dapat membantu mengurangi tegangan otot. Umpanbalikbio
(biofeedback) membantu pasien mengenali waktu-waktu dari aktivitas otot yang
meningkat dan spasme dan menyediakan metode-metode untuk membantu
mengontrol mereka ( Suryonegoro H, 2009 ).25
Terapi Occlusal
Pada umumnya suatu alat acrylic yang dibuat sesuai pesanan dipasang
pada gigi-gigi, ditetapkan untuk malam hari namun mungkin diperlukan
sepanjang hari. Ia bertindak untuk mengimbangi gigitan dan mengurangi atau
mengeliminasi kertakan gigi (grinding) atau bruxism ( Suryonegoro H, 2009 ).25
Operasi
Operasi diindikasikan pada kasus-kasus dimana terapi medis gagal. Ini
dilakukan sebagai jalan terakhir. TMJ arthroscopy, ligament tightening,
restrukturisasi rahang (joint restructuring), dan penggantian rahang (joint
replacement) dipertimbangkan pada kebanyakan kasus yang berat dari kerusakan
rahang atau perburukan rahang (Suryonegoro H, 2009 ).25
Mengurangi kelelahan otot rahang. Dokter gigi anda akan meminta anda
tidak membuka mulut terlalu lebar dalam berbagai kesempatan.
Contohnya jangan tertawa berlebihan.
Kompres panas atau dingin. Dengan mengompress kedua sisi wajah anda
baik dengan kompres panas atau dingin akan membantu relaksasi otot
rahang.
Terapi kognitif. Jika TMJ anda mengalami gangguan karena stress atau
anxietas, dokter gigi anda akan menyarankan untuk menemui psikiater
untuk mengatasinya.
Perawatan Lanjutan.25
10
110
Pembedahan. Jika semua perawatan tidak berhasil juga, dokter gigi akan
merujuk anda ke dokter gigi spesialis bedah mulut.25
Sinusitis
Definisi
Sinusitis berasal dari akar bahasa Latinnya, akhiran umum
dalam kedokteran itis berarti peradangan karena itu sinusitis adalah
suatu peradangan sinus paranasal. Di sekitar rongga hidung terdapat
empat sinus yaitu sinus maksilaris ( terletak di pipi) , sinus etmoidalis (
kedua mata) , sinus frontalis (terletak di dahi) dan sinus sfenoidalis
( terletak di belakang dahi).26
Sinusitis adalah peradangan, atau pembengkakan, dari jaringan
yang melapisi sinus. Biasanya sinus berisi udara, tetapi ketika sinus
tersumbat dan berisi cairan, kuman (bakteri, virus, dan jamur) dapat
berkembang dan menyebabkan infeksi.26
Klasifikasi
Secara klinis sinusitis dibagi atas berbagai jenis, termasuk:
1
Faktor Resiko
111
Perokok, karena hawa panas yang dihisap dapat merangsang organ di sekitar
hidung sehingga menimbulkan iritasi dan memperbesar kemungkinan
timbulnya sinusitis.
Perenang.
Dentogenik/Odontogenik
(penyebabnya
kelainan
gigi),
yang
sering
menyebabkan sinusitis infeksi pada gigi geraham atas (pre molar dan molar).26
Gejala sinusitis yang biasanya terjadi adalah :
1
Bila sudah terjadi penumpukan cairan dalam rongga maka kepala menjadi
sakit, terutama jika sedang menunduk.
Pemeriksaan Sinusitis
Sebagian
besar
sinusitis
sudah
dapat
didiagnosa
hanya
Pengobatan
1
catarrhalis'',
''Staphylococcus
aureus'',
dan
''Streptococcus pyogenes''.
Antibiotika yang dipilih harus dapat membunuh kelima jenis
kuman ini. Beberapa pilihan antiobiotika antara lain : amoxicillin,
cefaclor, azithromycin, dan cotrimoxazole.
Jika tidak terdapat perbaikan dalam lima hari maka perlu
dipertimbangkan
untuk
memberikan
amoxicillin
plus
asam
Prognosis
1
Bakteri sinusitis
Akut bakteri sinusitis : Sampai dengan 10% dari pasien tidak menanggapi
terapi antimikroba awal.
114
Migrain
Definisi
Migrain adalah nyeri kepala berdenyut yang kerapkali disertai mual,
muntah. Penderita biasanya sensitif terhadap cahaya, suara, bahkan bau-bauan.
Sakit kepala ini paling sering hanya mengenai satu sisi kepala saja, kadangkadang berpindah ke sisi sebelahnya, tetapi dapat mengenai kedua sisi kepala
sekaligus. 28
Migrain kadang kala agak sulit dibedakan dengan sakit kepala jenis lain.
Sakit kepala akibat gangguan pada sinus atau akibat ketegangan otot leher
mempunyai gejala yang hampir sama dengan migrain.28
Klasifikasi
Migrain dibagi dalam dua golongon besar yaitu :
1
Migrain Klasik (migrain dengan aura ) : Pada jenis klasik, migrain biasanya
didahului oleh suatu gejala yang dinamakan aura, yang terjadi dalam 30 menit
sebelum timbul migrain. Migrain klasik merupakan 30% dari semua migrain.28
115
Etiologi
Penyebab pasti migrain masih belum begitu jelas. Diperkirakan, adanya
hiperaktiftas impuls listrik otak meningkatkan aliran darah di otak, akibatnya
terjadi pelebaran pembuluh darah otak serta proses inflamasi. Pelebaran dan
inflamasi ini menyebabkan timbulnya nyeri dan gejala yang lain, misalnya mual.
Semakin berat inflamasi yang terjadi, semakin berat pula migrain yang diderita.
Telah diketahui bahwa faktor genetik berperan terhadap timbulnya migrain.28
Gejala
Gejala Awal
Satu atau dua hari sebelum timbul migrain, penderita biasanya mengalami
gejala awal seperti lemah, menguap berlebih, sangat menginginkan suatu jensi
makanan (mislanya coklat), gampang tersinggung, dan gelisah.28
Aura
Aura hanya didapati pada migrain klasik. Biasanya terjadi dalam 30 menit
sebelum timbulnya migrain. Aura dapat berbentuk gangguan penglihatan seperti
melihat garis yang bergelombang, cahaya terang, bintik gelap, atau tidak dapat
melihat benda dengan jelas. Gejala aura yang lain yaitu rasa geli atau rasa
kesemutan di tangan. Sebagian penderita tidak dapat mengucapkan kata-kata
dengan baik, merasa kebas di tangan, pundak, atau wajah, atau merasa lemah pada
satu sisi tubuhnya, atau merasa bingung. Aura meliputi gejala visual, sensorik,
motor, dan bahasa. Visual aura adalah yang paling umum ditemukan. Pada aura
visual positif ditemukan gejala pengelihatan berbintik dan garis atau kerlip
sedangkan aura visual negatif contohnya adalah scotomata. Gejala sensorik
mungkin negatif (mati rasa) atau positif (kesemutan). Klasifikasi Migrain dengan
aura meliputi aura khas dengan migrain, aura khas non-migraine, dan aura khas
tanpa sakit kepala. Subtipe migrain dg aura lainnya seperti migrain hemiplegia
familial, sporadis, migrain hemiplegic, dan migrain basilar.28
Sakit kepala dan gejala penyerta
116
Penderita merasakan nyeri berdenyut pada satu sisi kepala, sering terasa
dibelakang mata. Nyeri dapat berpindah pada sisi sebelahnya pada serangan
berikutnya, atau mengenai kedua belah sisi. Rasa nyeri berkisar antara sedang
sampai berat. Gejala lain yang sering menyertai nyeri kepala antara lain :
1
Tidak makan
Pencegahan
Cara terbaik untuk mengatasi migrain adalah dengan menghindarinya.
Dengan mengenali dan menghindari pencetus, jumlah serangan dan tingkat
keparahan migrain dapat dikurangi. Memang, beberapa pencetus di luar
kemampuan kita untuk mengontrolnya, tetapi ada beberapa diantaranya yang
dapat kita hindari. Hal-hal berikut dapat membantu anda untuk mencegah
migraine:
1
Mengatasi stress
Minum teh rosella 2x sehari, pagi dan malam dapat mengurangi resiko
terjadinya migraine.28
Pencegahan dapat pula dilakukan dengan obat-obatan, walaupun dapat
terjadi efek samping dari ringan sampai sedang. Obat ini juga biasanya agak
mahal. Tetapi, obat ini kadangkala efektif untuk mencegah dan mengurangi
keparahan migrain, sehingga memperbaiki kualitas hidup.28
complications of giant cell arteritis. Kebutaan dan, kurang sering, stroke adalah
komplikasi yang paling serius arteritis sel raksasa.29
Gejala
Gejala yang paling umum adalah nyeri kepala. Beberapa orang,
bagaimanapun, mempunyai rasa sakit di bagian depan kepala. Tanda dan gejala
arteritis sel raksasa dapat bervariasi. Bagi sebagian orang, awal kondisi terasa
seperti flu - dengan nyeri otot (myalgia), demam dan kelelahan, serta sakit kepala.
Umumnya, tanda-tanda dan gejala arteritis sel raksasa meliputi:
1
Kelembutan kulit kepala mungkin sakit untuk menyisir rambut atau bahkan
untuk meletakkan kepala di atas bantal
Demam.29
Perawatan
Perawatan untuk GCA terdiri dari dosis tinggi obat kortikosteroid seperti
prednison. Karena pengobatan langsung diperlukan untuk mencegah kehilangan
penglihatan, dokter anda kemungkinan untuk memulai pengobatan bahkan
sebelum meneguhkannya dengan biopsi.29
119
Persebara
Karakteristik
Klinis
Banding
Meringanka
n/
Memperbur
Penyakit
yang
Tata
Dihubungk
Laksana
an
Neuralgia Daerah
Laki- laki/
uk
Titik-titik
Trigemin
persarafan
perempuan =
rangsang
Skeloris
epine
al
cabang II
1:3,
sentuh,
multipel
Phenytoin
dan III
Lebih dari 50
mengunyah,
nervus
tahun,
senyum,
muda
trigeminus,
Paroksismal
bicara, dan
Kelainan
Injeksi
unilateral
(10-30 detik),
menguap
pembuluh
alkohol
nyeri bersifat
darah
Koagulasi
menusuk-
Tumor
atau
nusuk atau
nervus V
dekompre
Idiopatik
Carbamaz
sensasi
si bedah
terbakar,
persisten
selama
bermingguminggu atau
lebih,
Ada titik-titik
pemicu,
Tidak ada
paralisis
motorik
maupun
Neuragia
Unilateral
sensorik.
Lebih banyak
Fasial
atau
ditemukan
Atipik
bilateral,
pada wanita
depresi
dan anti
pipi atau
usia 30-50
Histeria
depresan
120
Tidak ada
Status
Anti
angulus
tahun
Idiopatil
berkelanjutan
bagian
umumnya pada
dalam
daerah maksila
Neuralgia Unilateral
Herpes
Carbamaz
Post
Biasanya
Nyeri seperti
Zoster
epin, anti
herpetiku
pada
sensasi
depresan
daerah
terbakar,
dan
persebaran
berdenyut-
sedatif
cabang
denyut
oftalmikus
Parastesia,
nervus V
kehilangan
pergerakan
sensasi
sensorik
keringat
Sikatriks pada
Sindrom
Unilateral,
kulit
Nyeri berat
Costen
dibelakang
berdenyut-
geligi,
atau di
denyut
temporoman
operasi
depan
diperberat oleh
dibular
telinga,
proses
beberapa
pelipis,
mengunyah,
kasus
wajah
Nyeri tekan
Mengunyah,
Ompong,
rematoid
Perbaikan
pada
sendi temporomandibula,
Maloklusi atau
ketiadaan
Neuralgia Orbito-
molar
Nyeri kepala
Ergotamin
Migreno-
frontal,
sebelah
beberapa
sebagai
sum
rahang
kasus
profilaksis
121
atas,
angulus
nasolabial
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada dasarnya dibagi atas 3 bagian:
Terapi Medikamentosa
Drugs
Eficiency
Carbamazepin +++
Side
effect
+++
First line
Oxcarbazepin +++*
++
Initial dose
100
Baclofen
increments
mg 50-100
daily
dose
mg 400-1000
2-4 mg
hari
300mg 2x1 600
mg 600-2400
perhari
Second line Gabapentin
Target
Dose
setiap
minggu
mg 300
1 mg
++*
++
300
++*
+++
mg 900-2400
hari
sakit yang tidak adekuat. Setiap pasien memiliki toleransi yang berbeda terhadap
obat-obatan dan rasa sakitnya. Untuk itu banyak faktor-faktor yang harus
diperhatikan dalam pemberian obat anti konvulsi untuk pengobatan trigeminal
neuralgia. Pemberian obat diberikan secara bertahap, diawali dengan dosis minimal,
jika terjadi peningkatan progresivitas rasa sakit maka dosis dinaikkan sampai dosis
maksimal yang dapat ditoleransi tubuh. Pada penggunaan dosis diatas minimal, dalam
pengurangan dosis, juga harus dilakukan secara bertahap. Pemberian obat umumnya
dimulai dengan pemberian 1 jenis. Dosisnya ditambah sesuai dengan kebutuhan dan
toleransinya. Jika 1 jenis obat tidak menunjukan efektifitasnya, obat-obatan
alternative lain dapat dicoba secara tunggal atau kombinasi. (Grant, 1992; Ganiswara,
1995).30
Saat ini obat-obatan yang digunakan untuk terapi adalah obat-obatan anti
konvulsi seperti karbamazepine (tegretol), phenitoin (dilandin), oxykarbazepine
(trileptal), dan gabapentin (neurontin). Tidak seperti sakit neuropatik lainnya,
trigeminal neuralgia hanya merespon anti konvulsan dan tidak merespon anti
depresan atau opioid. Obat anti konvulsan dapat mengurangi serangan trigeminal
neuralgia dengan menurunkan hiperaktifitas nukleus nervus trigeminus di dalam
brain stem. (Ganiswara, 1995; Peterson, 1998; Kaufmann AM, 2001; Sharav, 2002;
Brice, 2004).30
1
KARBAMAZEPINE (TEGRETOL)
Karbamazepine memperlihatkan efek analgesik yang selektif misalnya
pada tabes dorsalis dan neuropati lainnya yang sukar diatasi dengan analgesik
biasa. Awalnya obat ini hanya dipergunakan untuk pengobatan trigeminal
neuralgia, kemudianternyata obat ini efektif juga terhadap bangkitan partial
kompleks dan bangkitan tonik-tonik seperti epilepsi. Atas pertimbangan untung
rugi penggunaan karbamazepine maka tidak dianjurkan untuk mengatasi nyeri
ringan yang dapat diatasi dengan analgesik biasa. Sebagian besar penderita
trigeminal
neuralgia
mengalami
penurunan
sakit
yang
berarti
dengan
yang
akan
diterapi
dengan
123
obat
ini
dianjurkan
untuk
OXYKARBAZEPINE (TRILEPTAL)
Oxikarbazepine
merupakan
ketoderivat
karbamazepine
dimana
PHENYTOIN (DILANTIN)
124
harus
hati-hati
dalam
mengkombinasikan
dengan
BAKLOFEN (LIORESAL)
Baklofen tidaklah seefektif karbamazepine atau phenytoin, tetapi dapat
dikombinasi dengan obat-obat tersebut. Obat ini berguna pada pasien yang baru
terdiagnosa dengan rasa nyeri relatif ringan dan tidak dapat mentoleransi
karbamazepine. Dosis awalnya 2-3x5 mg dalam sehari, dan secara bertahap
ditingkatkan. Dosis untuk menghilangkan rasa sakit secara komplit 50-80 mg
perhari. Baklofen memiliki durasi yang pendek sehingga penderita trigeminal
neuralgia yang berat membutuhkan dosis setiap 2-4 jam. 30
125
GABAPENTIN (NEURONTIN)
Gabapentin
dengan
struktur
seperti
neurotransmiter
inhibitor
Non Medikamentosa
126
Pilihan Operasi
1
Dekompresi Mikrovaskular
127
129
Waktu yang dibutuhkan untuk pengobatan pendek sehingga tidak membebani tubuh
pasein
Efek samping yang lebih kecil karena tidak ada yang perlu dibuka dengan pisau
Setelah beberapa jam operasi, pasien bisa langsung beraktifitas namun tetap
disarankan untuk tidak membuat dirinya kelelahan atau pasien bisa memilih
menginap satu malam agar bisa diobservasi keadaanya
Biaya yang lebih murah karena tidak seribet operasi bedah dengan pisau dimana
dokter dan perawat yang hadir serta waktu yang diperlukan memang lebih
banyak.
Periode pemulihan dengan operasi Gamma Knife lebih cepat dari pada operasi bedah
dengan pisau
131
Pasien hanya perlu datang kembali untuk check up untuk memastikan ganguan pada
otak sudah hilang sepenuhnya. Check up ini biasanya hanya 2-5 kali saja.34
Prognosis
Neuralgia trigeminal bukan merupakan penyakit yang mengancam nyawa.
Namun, neuralgia trigeminal cenderung memburuk bersama dengan perjalanan
penyakit dan banyak pasien yang sebelumnya diobati dengan tatalaksana
medikamentosa harus dioperasi pada akhirnya. Banyak dokter menyarankan operasi
seperti dekompresi mikrovaskular pada awal penyakit untuk menghindari jejas
demyelinasi. Namun, masih ada perdebatan dan ketidakpastian mengenai penyebab
neuralgia trigeminal, serta mekanisme dan faedah dari pengobatan yang memberikan
kelegaan pada banyak pasien.17
BAB III
KESIMPULAN
Trigeminal neuralgia adalah sindrom nyeri pada wajah pada area persarafan
Nervus Trigeminus pada satu cabang atau lebih, secara paroksismal berupa nyeri
tajam yang tidak diketahui penyebabnya dan biasanya terjadi pada umur 40 tahun
keatas. Sering pada perempuan disbanding lakilaki dan muncul pada usia diatas 40
tahun
132
Nervus Trigeminus merupakan saraf sensoris utama kepala dan saraf otot-otot
pengunyah. Dan juga menegangkan palatum molle dan membrane tympani.
Neuralgia trigeminal kadang disebabkan oleh penekanan arteri terhadap saraf
yang terletak di dekat otak. Pada keadaan ini dilakukan pembedahan untuk
memisahkan arteri dari saraf dan untuk mengurangi nyeri.
Serangan trigeminal neuralgia dapat berlangsung dalam beberapa detik sampai
semenit, unilateral (97%), Paling sering pada cabang ke 2 dan 3 Beberapa orang
merasakan sakit ringan, kadang terasa seperti ditusuk. Sementara yang lain merasakan
nyeri yang cukup berat, seperti nyeri saat kena setrum listrik, kena pukulan jab, atau
ada kawat di sepanjang wajahnya. nyeri yang muncul mendadak, berat, seperti
sengatan listrik, biasanya pada satu sisi rahang atau pipi. Pada beberapa penderita,
mata, telinga atau langit-langit mulut dapat pula terserang. Pada kebanyakan
penderita, nyeri berkurang saat malam hari, atau pada saat penderita berbaring.
Serangan ini hilang timbul. Bisa jadi dalam sehari tidak ada rasa sakit. Namun, bisa
juga sakit menyerang setiap hari atau sepanjang Minggu. Lalu, tidak sakit lagi selama
beberapa waktu.
Terapi pada trigeminal neuralgia dilakukan secara medikamentosa seperti;
Karbamazepin, Pheniton, Klonazepam, Asam Valproat. Nonmedikamentosa dengan
pembedahan serta terapi dari kejiwaan.
133