Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
I.
Tujuan :
I.1 Melakukan evaluasi skrinning terhadap fungsi ginjal dengan cara
analisis
I.2 Menginterprestasikan hasil pemeriksaan yang diperoleh
II.
Prinsip :
II.1 Glukosa
Berdasarkan reaksi enzimatik, berdasarkan D-glukosa oleh enim
glukosa oksidase diubah menjadi D-Glukonalakton dan H 2O2 yang
terbentuk akan mengoksidasi kromogen membentuk warna coklat.
II.2 Protein
Berdasarkan indikator yang digunakan tertrabromfenol biru
didapat
dengan
asam
sampai
ph
atau
tetraklorofenol
tetrabromosulfoftlein.
II.3 Bilirublin
Berdasarkan reaksi Bilirublin dengan garam diazonium dalam
media asam.
II.4 Keton
Berdasarkan reaksi nitroprusid (Natrium Troferrisianida). Natrium
Nitroferi sianida dan glisin bereaksi dengan asetoasetat dan seton
dalam media basa membentuk warna violet.
II.5 Urobilinogen
Berdasarkan reaksi Ahrlich.
II.6 Nitrit
Berdasarkan reaksi Nitrit dengan Benzokinolin pada ph asam
menghasilkan warna merah azo.
II.7 Leukosit
Berdasarkan prinsip Leukosit esterasi dalam urine yang dpat
menghidrolisa suatu ester (Indoxyl ester) menjadi alkohol dan
asam.
II.8 Berat Jenis
Berdasarkan pada perubahan warna reagen dari biru hijau ke hijau
kekuningan tergantung pada konsentrasi ion dalam urine.
II.9 Ph
Berdasarkan double indikator, yaitu indikator metil merah dan
bromtimol biru memberikan range warna orange, hijau dan biru
pada saat ph meninggi (range ph 5-9)
II.10 Darah
III.
Reaksi
III.1
Glukosa
glukosa oksidase
----------> asam glukonat + H2O2
peroksidase
H2O2 + Kromogen ----------------> kromogen teroksidasi + H2O
III.2
Esterase Leukosit
Glukosa + O2
III.3Darah
III.4
Urobilinogen
III.5Keton
III.6Birilubrin
III.7Nitrit
III.8
IV.
Protein
Teori Dasar
Ginjal merupakan suatu kelenjar yang terletak di belakang dari
kavum abdominalis di belakang peritonium. Fungsi ginjal yaitu
berperan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun.
Mempertahankan
suasana
racun
(keseimbangan
racun),
homeostatis
cairan
tubuh.
Dalam
mempertahankan
dihitung
volumenya).
Tiap-tiap
jenis
sampel
urin
normal ataupun tidak normal yang terdapat dalam urin kta dapat
menunjukkan keadaan organ tubuh.
Dipstic pada pemeriksaan urin adalah strip reagen berupa strip
plastik tipis yang ditempeli kertas selulois yang mengandung bahan
kimia tertentu sesuai jenis parameter yang akan diperiksa. Urin
DIP meupakan analisis kimia cepat untuk mendiagnosa berbagai
penyakit. Uji kimia yang tersedia pada reagen strip umumnya
glukosa, protein, bilirubrin. Urobilinogen, ph, berat jenis, darah,
keton, nitrit dan leukosit esterase.
Fungsi utama urin adalah untu membuang zat sisa seperti racun
atau obat-obatan dari dalam tubuh. Urin berasal dari ginjal dan
saluran kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup
steril dan hampir tidak berbau ketika keluar dari tubuh. Hanya saja,
beberapa
saat
setelah
meninggalkan
tubuh,
bakteri
akan
sel darah merah) tampak merah atau eruh atau coklat keruh. Urin
hemoglobinuria berwarna merah jernih, merah coklat jernh atau
coklat gelap. Warna kuning pada urin disebabkan oleh pigmen
urokhrom dan sejumlah kecil urobilin dan uroeritrin.
V.
VI.
Prosedur
VI.1
Dengan menggunakan carik celup
Disediakan urin segar, setelh itu celupkan carik uji
maksimal kedalam urin tersebut maksimal selama satu detik ke
dalam tabung. Diangkat cark uji tersebut sambil menyapuannya
pada pinggiran tabung untuk membuang urin berlebihan dari carik
uji. Diikuti petunjuk pembacaan waktu untuk setiap reaksi.
Diamati setiap perubahan warna pada carik uji dibandingkan
dengan skala warna yang tersedia.
VI.2
Dengan menggunakan mikroskopik
Urin yang tela disediakan didalam beaker glass dimasukkan
ke dalam tabung untuk alat sentrifugasi kurang lebih sebanyak 10
ml, lalu dimasukkan kedalam alat sentrifugasi. Tunggu sampai
dengan sekitar 2 menit lalu. Adanya sedimen dipisahkan dengan
cairannya lalu diamati dibawah mikroskop unruk melihat kristal
yang terdapat dalam urin tersebut.
VI.3
Uji fisik
Diamati warna, bau, kejernihan dan ph pada urin lalu catat
hasil yang didapatkan.
7
VII.
Data Pengamatan
VII.1
Uji Carik Celup
Jenis Uji
Hasil (Ditta)
Hasil (Finny)
Urobilinogen
Normal
Normal
Glukosa
Negatif
Negatif
Billirubrin
Negatif
Negatif
Keton
Negatif
Negatif
BJ
1,015
1,030
Darah
Negatif
Negatif
Protein
Negatif
Negatif
Nitrit
Negatif
Negatif
Leukosit
Negatif
Negatif
Ph
6
6
VII.2
Uji Fisik
Urin finny dan urin ditta
VII.2.1 Warna : Kuning bening
VII.2.2 Bau : Aromatik lemah
VII.2.3 Kejernigan : Jernih
VII.2.4 Ph : 6
VII.3
Uji Mikroskopik
VII.3.1 Tidak terbentuk sedimtasi ketika di sentrifius.
VII.3.2 Setelah di sentrifugasi terdapat sedimen ketika di
mikroskop terdapat jaringan epitel.
VII.3.3 Terdapat 5 Leukosit ketika dilihat pada mikroskop.
VIII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini membahas tentang analisis urim analisis
pada urin ini tujuannya untuk mengetahui senyawa apa saja yang boleh
ada dan tidak boleh ada terdapat dalam urin. Selain itu, analisis ini
tujuannya untuk mengetahui fungsi ginjal dengan baik. Analisis urin
ini meliputi analisis fisik, kimiawi, dan mikroskopik.
Urin merupakan hasil cairan sis yang diekresikan oleh ginjal. Urin
yang akan dites harus dalam kedaan segar, hal ini dikarenakan apabila
ini karena adanya reaksi esterase. Esterase ini erupakan gula primer
dari granulosit dan manosit. Banyaknya esterase manandakan
banyaknya leukosit yang terkandung dalam urin. Adanya leukosit
dapat diakibatkan karena adanya peradangan atau infeksi saluran
kemih.
Berat jenis yang dihasilkan pada data pengamatan menghasilkan bj
1,005 dan 1,0030. Berat jenis digunakan untuk mengukur kepadatan
urin dan untuk menilai kemampuan ginjal untuk memekatkan dan
mengencerkan urin. Apabila Bj urin rendah maka menunjukkan
gangguan fungsi reabsorbsi tubulus, sedangkan apabila Bj tinggi
disebabkan oleh dehidrasi, diabetes mellitus, dan proteinuria. Berat
jenis urin yang normal berkisar antara 1,002-1,0035 g/ml. Semakin
pekat urin yang dihasilkan maka bert jenisnya semakin besar dan
semakin mudah untuk membentuk suatu sedimentasi.
Hasil yang didapat pada pengamatan tidak terdapat nitrit yang
terkandung dlam urin. Uji nitrit ini merupakan uji yang dapat
digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya bakteri. Sebagian besar
bakteri penyebab infeksi saluran kemih dapat mereduksi nitrat menjadi
nitrit. Pada urin yang normal terdapat nitrat sebagai hasil metabolisme
protein. Bakteri seperti enterobakter, citrobacter mengandung enzim
reduktase akan mereduksi nitrat menjadi nitrit. Oleh karena itu pada
saat pengujian
karena apabila pada urin yang didiamkan terlalu lama bakteri akan
berkembang biak diluar saluran kemih yang akan menghasilkan hasil
yang tidak akurat.
Pada data hasil pengamatan keton menunjukkan negatif. Badan
keton diproduksi ketika karbohidrat tidak dapat digunakan untuk
menghasilkan energi energi. Uji keton ini didasarkan pada reaksi
antara asam asetoasetat dengan senyawa nitroprusid. Warna yang
dihasilkan adalah coklat muda reaksi menunjukkan negatif, dan warna
ungu menunjukkan reaksi yang positif.
Pada hasil data yang di peroleh tidak terdapat urobilinogen yang
terdapat pada urin. Urobilonogen ini terjadi karena adanya reaksi
antara urobilinogen dengan reagen Ehlirch. Warna yang terjadi dari
11
jingga sampai merah tua. Warna yang timbul ini sesuai dengan
peningkatan kadar urobilonogen dalam urin. Urobilinogen yang
meninggi karena adanya kerusakan parenkim hepar, hepaptitis, sirosis
hepar. Urin yang terlalu basa menunjukkan kadar urobilonogen yang
tinggi, sedangkan urin yang terlalu asam menghasilkan kadar
urobilinogen yang rendah.
Pada hasil data yang diperoleh hasil birilubrin negatif. Bilirubin
secara normal tidak terdapat dalam urin, tetapi dalam jumlah yang
sangat sedikit dapat berada dalam urine. Bilirubin terbentuk dari
penguraian hemoglobin dan ditranspor menuju hati, tempat bilirubin
berkonjugasi atau tak langsung bersifat larut dalam lemak, dan tidak
dapat diekskresikan ke dalam urin. Bilirubinuria dapat menyebabkan
kerusakan hati. Birilubrin ini pada reagent strip ini karena adanya
reaksi dari garam diazonium dengan bilirubin dalam suasana asam
kuat yang menimbulkan kompleks yang berwarna coklat muda hingga
merah coklat.
Pada hasil data pengamatan data yang diperoleh tidak terdapat
glukosa yang terdapat dalam urin. Pemeriksaan glukosa ini karena
adanya reaksi antara glukosa oksidase yang menguraikan glukosa
menjadi asam glukonat dan hidrogen peroksida. Apabila ada glukosa
pada urin maka urin tersebut abnormal, sebab glukosa tidak dibolehkan
terdapat dalam urin.
Pada hasil data yang diperoleh tidak terdapat darah dalam urin
tersebut. Pada uji carik celup ini reaksi antara H 2O2 oleh peroksidase
yang ada pada hemoglobin. Reaksi ini akan menghasilkan senyawa
berwarna hijau biru. Tes ini fungsinya untuk mengetahui hemoglobin
dengan pemakaian substrat peroksidase serta aseptor oksigen.
Pada hasil mikroskopik salah satu urin pada saat di sentrifugasi
tidak terdapat atau membentuk suatu sendimen. Sedangkan, pada salah
satu urin pada saat di sentrifugasi terjadi suatu sedimen, sedimen ini
ketika dilihat melalalui mikroskopik terdapat sel epitel yang artinya
kurangnya minum pada penderita sehingga pada saat mengeluarkan
urin agak sedikit sulit. Pada salah satu urin terdapat Leukosit ketika
dimokroskop ini artinya apabila Lukosit hingga 4 atau 5 umumnya
12
IX.
Kesimpulan
Analisi uji urin dilakukan dengan cara uji carik celup, uji fisik dan
uji mikroskopik pada urin. Dari hasil pemeriksaan, urin yang diperiksa
menunjukkan hasil urin yang normal dan kondisi orang yang diuji
urinnya dalam keadaan sehat.
13
X.
Daftar Pustaka
Hamid, Abdul, 2001. Biokimia Metabolisme Biomolekul. Alfabeta,
Jakarta.
Wulangi,
kartolo.
1993. Prinsip-prinsip
Fisiologi
Hewan.
Erlangga. Jakarta
Hardjasasmita, Pantjita. 2006. Ikhtisar Biokimia Dasar. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Lehninger, Albert L. 1990. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta.
Erlangga.
14
XI.
Lampiran
XI.1 Penyakit-penyakit
apa
saja
yang
dapat
terdeteksi
dari
15