Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
BAB I
PENDAHULUAN
meningkatkan
produktivitas,
meningkatkan
kualitas
produk
dan
mengenai posisi keuangan yang dibutuhkan oleh perusahaan itu sendiri atau oleh
pihak-pihak yang berkepentingan dalam kurun waktu satu tahun atau satu periode
akuntansi.
Melihat kondisi diatas, agar perusahaan jasa konstruksi dapat menyajikan
jumlah laba yang wajar, maka dalam proses penyusunan laporan keuangan perlu
melakukan proses mempertemukan antara pendapatan dan pembebanan biayabiaya. Penentuan harga pokok produksi merupakan hal yang sangat penting dalam
hal ini. Akuntansi biaya memiliki fungsi untuk menyajikan secara rinci informasi
tentang pendapatan yang diperoleh dengan berbagai biaya sumber daya yang
dikonsumsi untuk menyelesaikan satu pesanan. Salah satu bentuk informasi
penting dalam operasi perusahaan antara lain berupa informasi harga pokok
produksi.Yang merupakan faktor penting dalam pengambilan keputusan
manajerial. Harga pokok produksi atau dalam perusahaan jasa konstruksi lebih
dikenal dengan istilah harga pokok konstruksi terdiri dari tiga macam biaya, yaitu
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead. Perhitungan
harga pokok konstruksi yang akurat merupakan hal yang penting terutama bagi
perusahaan jasa konstruksi yang proses produksinya berdasarkan pesanan yang
berbeda-beda. Perhitungan harga pokok konstruksi berkaitan dengan sistem
akuntansi biaya yang digunakan oleh perusahaan.
Dalam functional based system atau sistem tradisional, perhitungan biaya
didasarkan asumsi bahwa produk individual menyebabkan timbulnya biaya.
Dengan asumsi seperti diatas, sistem tradisional membebankan biaya ke produk
berdasarkan konsumsi biaya yang berhubungan dengan jumlah unit yang
diproduksi. Apabila kita menghitung biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga
kerja langsung, hal ini tidak menjadi masalah jika menggunakan sistem
tradisional. Namun, akan menjadi masalah jika kita menghitung biaya overhead.
Dalam sistem tradisional, biaya overhead diasumsikan proporsional dengan
dengan jumlah unit yang diproduksi. Namun pada kenyataannya banyak sumber
daya-sumber data atau biaya-biaya yang timbul dari aktivitas-aktivitas yang tidak
berhubungan dengan volume produksi. Sehingga, sistem tradisional tidak lagi
sesuai dengan kondisi perusahaan yang semakin berkembang dari waktu ke
waktu, apalagi perusahaan dituntut untuk menyelesaikan pesanan sesuai dengan
permintaan pelanggan yang pasti berbeda antara pelanggan yang satu dengan yang
lain.
Sistem tradisional tidak dapat menunjukkan berapa biaya yang sesungguhnya
dikonsumsi dalam tiap pesanan yang dikerjakan oleh perusahaan. Hal ini akan
sangat merugikan perusahaan khususnya perusahaan jasa konstruksi yang
mengerjakan berbagai jenis pesanan dari pelanggan yang berbeda-beda. Alokasi
biaya dengan sistem ini mengakibatkan penyimpangan karena tiap pesanan atau
produk tidak mengkonsumsi biaya overhead secara proporsional terhadap unit
yang diproduksi. Kondisi seperti ini mengakibatkan kekeliruan dalam perhitungan
harga pokok konstruksi yang berimbas pada strategi penetapan harga jual,
keputusan manajerial yang tepat, alokasi sumber daya yang tidak efektif, bahkan
hilangnya keunggulan kompetitif.
Untuk mengatasi kelemahan sistem tradisional, maka digunakan metode
perhitungan biaya produksi berdasarkan aktivitas atau Activity Based Costing
yang
lebih
akurat.
Perhitungan
biaya
berdasarkan
aktivitas
PENDAHULUAN
Bab ini akan menjelaskan mengenai latar belakang permasalahan,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
sistematika penulisan penelitian.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Bab ini akan menjelaskan mengenai teori-teori dan konsep-konsep
yang berhubungan dengan masalah yang dirumuskan, yang
meliputi tentang definisi, konsep dasar, asumsi, manfaat, serta
langkah-langkah dalam penerapan Activity Based Costing. Di
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini akan menjelaskan mengenai metode penelitian yang akan
digunakan dalam mengadakan penelitian. Bab ini juga akan
menjelaskan jenis dan pendekatan penelitian, jenis data yang
dikumpulkan, prosedur pengumpulan data, serta teknik analisis
data.
BAB IV
BAB V
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
inventory cost presented in balance sheet and cost of goods sold figure in the
income statement. Seperti yang diungkapkan oleh Carter dan Usry (2002:7)
tersebut, akuntansi biaya pada mulanya hanya dipandang sebagai sebuah cara
perhitungan atas nilai persediaan yang dilaporkan di neraca dan nilai harga produk
penjualan yang dilaporkan dalam laporan laba rugi.
Perkembangan akuntansi biaya selanjutnya mampu menyediakan berbagai
informasi dan data yang dapat dimanfaatkan oleh manajemen untuk berbagai
tujuan termasuk perencanaan, pengendalian serta penentuan biaya produk.
Sehingga, akuntansi biaya menjadi partner manajemen yang utama dalam
kegiatan perencanaan dan pengawasan dengan memberikan manajemen alat yang
diperlukan untuk merencanakan, mengawasi, melakukan penilaian atas berbagai
kegiatan perusahaan serta pengambilan keputusan. Berdasarkan uraian diatas
dapat dikatakan bahwa akuntansi biaya memberikan informasi biaya kepada pihak
manajemen dan akuntansi manajemen sebagai salah satu tipe informasi yang
digunakan untuk membantu manajemen.
Menurut Mulyadi (2005:7) definisi akuntansi biaya adalah: Akuntansi
biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya
pembuatan dan penjualan produk atau jasa dengan cara-cara tertentu, serta
penafsiran terhadapnya.
Menurut Horngren, Datar, dan Foster (2003:3) Cost Accounting provides
information for management accounting and financial accounting. Cost
Accounting measures and reports financial and non financial information relating
to the cost acquiring or utilization resource in organizations.
Berdasarkan kedua pendapat di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
akuntansi biaya adalah kegiatan yang terdiri dari prosedur sistematis mengenai
pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya maupun sumber daya
yang digunakan dalam operasi perusahaan. Dengan demikian, akuntansi biaya
merupakan bagian dari akuntansi manajemen.
10
11
memberikan manfaat pada saat ini atau pada masa yang akan datang bagi
perusahaan. Sedangkan beban (expense) menunjukkan biaya yang telah
dihabiskan dalam proses menghasilkan pendapatan atau bagian pengorbanan yang
diberikan untuk suatu periode akuntansi tertentu.
Untuk memudahkan dalam penyajian informasi biaya yang dibutuhkan
manajemen agar dapat mengelola perusahaan secara efektif, maka dalam mencatat
dan menggolongkan biaya haruslah selalu diperhatikan untuk tujuan apa
manajemen memerlukan informasi biaya tersebut. Maka sebaiknya selalu
diterapkan konsep different cost for different purpose yaitu, untuk tujuan yang
berbeda kita harus menggunakan konsep biaya yang berbeda pula. Tidak ada satu
konsep biaya yang dapat digunakan untuk semua tujuan. Maka dari itu, dalam
akuntansi biaya dikenal berbagai macam klasifikasi atau penggolongan biaya.
Klasifikasi biaya sangat diperlukan untuk mengembangkan data biaya
yang dapat membantu pihak manajemen dalam mencapai tujuannya. Menurut
Mulyadi (2005:13) terdapat lima cara penggolongan biaya yaitu diantaranya
sebagai berikut:
1. Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran:
Merupakan dasar penggolongan biaya yang terdiri dari:
a. Biaya bahan baku
b. Biaya tenaga kerja langsung
c. Biaya overhead
2.
Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan:
a. Biaya produksi. Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah
bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual.
b. Biaya pemasaran. Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk
melaksanakan kegiatan pemasaran produk.
c. Biaya administrasi dan umum. Merupakan biaya-biaya untuk
mengkoordinasikan kegiatan produksi dan pemasaran produk.
12
3.
13
2.
14
pada produk dan upah yang diberikan merupakan bagian yang besar dalam
memproduksi produk.
3.
Biaya Overhead
Pada umumnya dalam suatu perusahaan biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja langsung merupakan biaya produksi langsung. Semua biaya selain
biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung yang berhubungan
dengan produksi adalah biaya produksi tidak langsung. Istilah ini sesuai
dengan sifat biaya overhead yang tidak dapat atau sulit untuk ditelusuri
secara langsung kepada produk atau aktivitas-aktivitas pekerjaan. Biaya
tidak langsung ini terkumpul dalam suatu kategori yang disebut biaya
overhead pabrik (BOP) dan membutuhkan suatu proses alokasi yang adil
untuk tujuan perhitungan harga pokok produksi atau jasa.
2.1.5
perusahaan yang akan digunakan oleh manajer untuk tujuan yang beraneka ragam.
Sebagai contoh, harga pokok produk dari sebuah produk jadi berguna untuk
menetapkan harga jual produk. Di samping itu, harga pokok produksi yang akurat
juga memungkinkan bagi manajer untuk mengelola operasi secara efektif dan
efisien, serta merupakan faktor penting dalam pembuatan laporan keuangan.
Ada dua jenis sistem akuntansi biaya yang digunakan untuk menentukan
harga pokok, yaitu: job order cost systems dan process cost systems. Jenis mana
15
yang digunakan untuk menentukan harga pokok sangat tergantung pada jenis
proses produksi perusahaan yang bersangkutan.
TABEL 2.1
PEMBANDINGAN KALKULASI BIAYA PESANAN DAN PROSES
Kalkulasi Biaya Pesanan
1. Variasi perbedaan produk luas.
2. Biaya diakumulasi berdasarkan
pekerjaan.
3. Biaya per unit dihitung melalui
pembagian total biaya pekerjaan
dengan unit yang diproduksi
Produk homogen.
Biaya diakumulasi berdasarkan
proses atau departemen.
3.
Biaya per unit dihitung melalui
pembagian proses satu periode
dengan unit yang diproduksi
selama periode tersebut.
16
semua pesanan yang dikerjakan dapat diidentifikasi secara fisik dan setiap
pesanan dapat dibebani dengan biaya yang hanya berkaitan dengan pesanan itu
sendiri.
2.
Laporan
biaya
produksi
digunakan
untuk
mengumpulkan,
mengikhtisarkan dan menghitung biaya per unit dan biaya total. Biaya per unit
diperoleh dengan membagi jumlah biaya yang dibebankan ke suatu
departemen dengan total produksi departemen tersebut pada periode tertentu.
3.
Barang dalam proses pada akhir periode akan dinilai kembali dalam satuan
unit ekuivalen (artinya dihitung berapa unit barang jadi yang setara dengan
barang dalam proses tersebut).
4.
17
biaya untuk barang jadi selama satu periode, dan biaya yang harus dibebankan
ke barang dalam proses.
18
sehingga biaya upah pekerjanya dominan dalam struktur biaya produk, maka
dasar yang digunakan adalah jam tenaga kerja langsung. Demikian pula jam
mesin menjadi unsur yang dominan, maka pembebanan biaya overhead
berdasarkan jam mesin.
Sistem ini mengalokasikan biaya overhead melalui dua pendekatan, yakni
dengan menggunakan tarif overhead keseluruhan pabrik (plantwide rate) dan tarif
overhead
departemen
(departemental
rate).
Kedua
pendekatan
tersebut
19
Setelah tarif overhead diketahui, maka akan dihitung total overhead yang
dibebankan ke produksi aktual pada suatu waktu disebut overhead yang
dibebankan yang dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :
Overhead yang Dibebankan = Tarif Overhead X Output Aktivitas Aktual
Assign Costs
Plantwide Pool
Assign Costs
Products
20
Budgeted Overhead
Fabrication rates
=
Expected Machine Hours
Budgeted Overhead
Assembly rates
=
Expected Direct Labor Hours
Setelah diketahui fabrication rates dan assembly rates, maka akan dihitung
total applied overhead rates dengan rumus sebagai berikut:
21
Ilustrasi
bagaimana
tariff
overhead
dihitung
dengan
pendekatan
GAMBAR 2.2
FUNCTIONAL-BASED COSTING: DEPARTEMENTAL RATES
Overhead Costs
Assign Cost
Departemen A Pool
Departemen B Pool
Assign Cost
Assign Costs
Products
Products
22
teknologi, penggunaan sumber daya dan aktivitas dalam proses produksi tidak lagi
tergantung pada volume industri. Akibat pengalokasian dalam sistem biaya ini
akan mengalami distorsi, khususnya untuk perusahaan yang multiproduk, dimana
produk-produk yang dihasilkan memiliki perbedaan dalam volume produksi.
23
distorsi yang terjadi bergantung pada berapa proporsi dan non unit related
overhead cost dari total biaya overhead.
2. The degree of product diversity
Diversifikasi produk berarti bahwa produk-produk mengkonsumsi aktivitasaktivitas overhead dalam proporsi yang berbeda-beda. Banyak alasan
mengapa produk mengkonsumsi biaya overhead dalam proporsi yang berbeda.
Misalnya perbedaan ukuran, kelengkapan produk, waktu set up dan ukuran
batch semuanya ini menyebabkan biaya overhead yang dikonsumsi produk
menjadi berbeda. Harga pokok produk akan terdistorsi jika volume related
yang dikonsumsi oleh suatu produk tidak berubah seiring dengan perubahan
non unit related yang dikonsumsi oleh produk tersebut. Proporsi dan aktivitas
yang dikonsumsi oleh suatu produk disebut ratio konsumsi. Apabila non unit
based overhead cost merupakan proporsi yang besar terhadap total biaya
overhead, maka biaya produk dapat menyimpang jika unit based cost driver
yang digunakan.
Untuk mengatasi keterbatasan dari Functional Based Product Costing,
diperlukan suatu sistem akuntansi biaya yang baru yang mampu menyajikan
informasi biaya dengan lebih akurat. Sistem akuntansi biaya tersebut dikenal
sebagai sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas atau Activity Based
Costing.
24
2.1.7
25
26
1.
dasarnya ABC Systems mengatribusikan biaya produk melalui dua tahap, yaitu:
1.
2.
27
28
GAMBAR 2.3
STRUKTUR UMUM MODEL ABC
Biaya
Sumber: Ray H. Garrison & Eric W. Noreen. 2003. Concept for Planning,
Contolling, Decision Making. Managerial Accounting. Tenth Edition.
Richard D. Irwin Inc. pp: 322.
29
Pengidentifikasian
aktivitas
umumnya
dikerjakan
dengan
mewawancarai para manajer atau wakil dari area kerja fungsional. Suatu
rancangan pertanyaan-pertanyaan kunci diajukan, dan jawabannya akan dapat
membantu menyediakan berbagai informasi yang diperlukan bagi sistem
perhitungan biaya berdasarkan aktivitas.
Identifikasi aktivitas merupakan bagian penting dari proses Activity Based
Costing. Dalam tahap identifikasi aktivitas ini, aktivitas yang luas dapat
dikelompokkan ke dalam empat kategori aktivitas, yaitu:
1. Aktivitas tingkat unit
Aktivitas tingkat unit adalah aktivitas yang dilakukan setiap kali suatu unit
diproduksi. Sebagai contoh, permesinan dan perakitan adalah aktivitas yang
dikerjakan tiap kali unit diproduksi. Biaya aktivitas tingkat unit bervariasi
dengan jumlah unit yang diproduksi.
2. Aktivitas tingkat batch
Aktivitas tingkat batch adalah aktivitas yang dilakukan setiap suatu batch
produk diproduksi. Biaya aktivitas tingkat batch bervariasi dengan jumlah
30
batch tetapi tetap terhadap jumlah unit pada setiap batch. Penyetelan,
pengawasan (kecuali apabila setiap unit diperiksa), jadwal produksi, dan
penanganan bahan, adalah contoh-contoh aktivitas tingkat batch.
3. Aktivitas tingkat produk
Aktivitas tingkat produk adalah aktivitas yang dilakukan bila diperlukan untuk
mendukung berbagai produk yang diproduksi oleh perusahaan. Aktivitas ini
mengkonsumsi input yang mengembangkan produk, atau memungkinkan
produk diproduksi atau dijual.aktivitas ini dan biayanya cenderung meningkat
sejalan dengn peningkatan jenis produk yang berbeda. Perubahan teknik,
pengembangan prosedur pengujian produk, pemasaran produk, rekayasa
teknik produk, dan pengiriman, adalah contoh-contoh dari aktivitas tingkat
produk.
4. Aktivitas tingkat fasilitas
Aktivitas tingkat fasilitas adalah aktivitas yang menopang proses umum
produksi suatu pabrik. Aktivitas tersebut memberi manfaat bagi organisasi
pada beberapa tingkat, tetapi tidak memberikan manfaat untuk setiap produk
secara spesifik. Contohnya-contohnya meliputi manajemen pabrik, tata letak,
pendukung program komunitas, keamanan, pajak kekayaan, dan penyusutan di
pabrik.
31
32
berupa jumlah dari transaksi ini merupakan sebuah teknik untuk mengurangi
biaya pengukuran dalam perancangan Activity Based Costing systems. Data
yang digunakan untuk pemilihan cost driver pada umumnya adalah data yang
tersedia untuk digunakan supaya menghasilkan informasi yang lebih nyata dan
menghindari pengeluaran-pengeluaran untuk mencari informasi baru.
2. Korelasi antara konsumsi dari aktivitas seperti yang digambarkan melalui cost
driver dengan konsumsi yang sesungguhnya.
Penggunaan cost driver yang secara tidak langsung menunjukkan konsumsi
aktivitas oleh produk menimbulkan resiko, yakni cost driver tersebut akan
mengakibatkan distorsi biaya produk karena tidak mampu menunjukkan
secara akurat konsumsi aktual produk terhadap aktivitas. Sebagai contoh,
apabila aktivitas inspeksi membutuhkan durasi waktu yang berbeda-beda,
penggunaan jumlah inspeksi sebagai cost driver tidak berkaitan secara tepat
dengan penggunaan jam inspeksi sebagai cost driver. Korelasi merupakan
bagian penting dalam pemilihan cost driver. Cost driver harus mencerminkan
sumber daya yang dikonsumsi.
3. Pengaruh cost driver terhadap perilaku
Pemilihan cost driver juga harus mempertimbangkan pengaruh dari cost
driver tersebut terhadap perilaku individu dalam perusahaan, terutama apabila
cost driver tersebut digunakan untuk penilaian prestasi.
Cost driver yang digunakan dalam ABC Systems sangat bergantung pada
tingkat keakurasian biaya yang diharapkan yang akan dilaporkan dan tingkat
diversifikasi produk yang diproduksi. Semakin tinggi tingkat keakuratan yang
33
diharapkan dan semakin besar tingkat diversifikasi produk, maka semakin banyak
cost driver yang harus digunakan. Penerapan dan pemahaman yang tidak tepat
mengenai cost driver akan menyebabkan kegagalan dalam ABC systems.
34
biaya tersebut kemudian dibagi dengan jumlah unit yang diproses dan akan
menghasilkan biaya overhead perunit.
Menurut Blocher, Chen, dan Lin (2002:109) terdapat tiga langkah utama
dalam merancang sebuah ABC systems, yaitu:
1. Mengidentifikasi biaya sumber daya dan aktivitas
2. Membebankan biaya sumber daya ke aktivitas
3. Membebankan biaya aktivitas ke objek biaya
Garrison dan Noreen (2003:322) membagi proses penerapan Activity
Based Costing systems menjadi enam tahap:
1. Mengidentifikasi dan mendefinisikan aktivitas dan pool aktivitas
2. Bila mungkin, menelusuri langsung ke aktivitas dan objek biaya
3. Membebankan biaya ke pool biaya aktivitas
4. Menghitung tarif aktivitas
5. Membebankan biaya ke objek biaya dengan menggunakan tarif aktivitas
dan ukuran aktivitas.
6. Menyusun laporan manajemen.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas mengenai langkah-langkah dalam
penerapan Activity Based Costing, maka dapat disimpulkan bahwa tahap-tahap
penerapan
ABC
systems
secara
umum
adalah
sebagai
berikut:
(1)
35
aktivitas, (5) mengukur permintaan aktivitas tiap produk, (6) menghitung biaya
produk.
36
37
tentang harga pokok produk yang akurat akan mendukung berbagai macam
pengambilan keputusan manajemen.
3. Biaya pengukuran dapat dikatakan rendah
Bahwa biaya-biaya pengukuran yang digunakan untuk menghasilkan
informasi biaya produk tersebut haruslah lebih rendah dibandingkan dengan
manfaat yang akan diperoleh dimasa yang akan datang.
38
39
Perbedaan lain antara ABC systems dan sistem tradisional adalah bahwa
semua ABC systems adalah sistem perhitungan biaya dua tahap, sementara sistem
tradisional bisa merupakan sistem perhitungan satu atau dua tahap. Di tahap
pertama dalam ABC systems, tempat penampungan biaya aktivitas dibentuk ketika
biaya sumber daya dialokasikan ke aktivitas berdasarkan pemicu sumber daya. Di
tahap kedua, biaya aktivitas dialokasikan dari tempat penampungan biaya
aktivitas ke produk atau objek biaya final lainnya. Tetapi, sistem biaya tradisional
menggunakan dua tahap hanya apabila jika departemen atau pusat biaya lain
dibuat. Biaya sumber daya dialokasikan ke pusat biaya di tahap pertama, dan
kemudian biaya dialokasikan dari pusat biaya ke produk di tahap kedua. Beberapa
sistem tradisional hanya terdiri dari satu tahap karena sistem tersebut tidak
menggunakan pusat biaya yang terpisah, tetapi tidak ada ABC systems yang hanya
terdiri dari satu tahap.
40
41
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
studi agar tidak melebar pada masalah yang lain. Sehubungan dengan luasnya
permasalahan yang ada, maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian hanya
sebatas penerapan Activity Based Costing systems dalam penentuan harga pokok
konstruksi pada pelaksanaan pengecatan di perusahaan jasa konstruksi PT X di
42
3.2
Rancangan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, dimana
43
44
3.3
yang dinyatakan dalam bentuk angka) dan data kualitatif (data yang tidak
dinyatakan dalam bentuk angka). Yang digunakan adalah sumber data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari perusahaan dengan
wawancara serta observasi langsung, untuk mengetahui informasi yang
dibutuhkan untuk mendukung penelitian oleh penulis. Data sekunder, penulis
memperoleh secara tidak langsung, dimana data yang diperoleh berasal dari
dokumentasi perusahaan. Jenis data yang demikian adalah data dokumenter, yaitu
arsip-arsip historis yang berupa company profile laporan keuangan PT X yang
berupa arsip-arsip yang berhubungan dengan harga kontrak serta biaya-biaya
proyek.
45
46
3.4
sebagai berikut :
1. Survei pendahuluan
Peneliti melakukan peninjauan awal untuk mendapatkan data mengenai
gambaran umum perusahaan, dan untuk mengetahui informasi mengenai
produksi dalam perusahaan, serta mengidentifikasi permasalahan yang ada
dalam perusahaan untuk diteliti lebih lanjut. Survei pendahuluan bertujuan
untuk memastikan kondisi secara umum perusahaan serta untuk mengetahui
tingkat relevansi topik penelitian dengan perusahaan terkait.
2. Survei Lapangan
Tahapan ini merupakan kelanjutan dari survey pendahuluan dengan
melakukan teknik pengumpulan data yang menjadi subyek penelitian dengan
tujuan untuk mendapatkan data yang diperlukan. Teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah :
1. Wawancara, merupakan cara pengumpulan data melalui komunikasi
langsung dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan permasalahan
yang diteliti. Dalam hal ini, dilakukan wawancara secara langsung dengan
karyawan PT X bagian akuntansi perihal data-data yang terkait dengan
sejarah berdirinya perusahaan, struktur organisasi, perhitungan harga
pokok konstruksi, data biaya tidak langsung, data harga kontrak proyek.
2. Dokumentasi, merupakan cara pengumpulan data yang dilakukan dengan
mempelajari dokumen-dokumen atau arsip-arsip yang dimiliki perusahaan.
47
3. Observasi
langsung,
merupakan
cara
pengumpulan
data
dengan
3.5
Teknik Analisis
Langkah-langkah teknik analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengumpulkan, mempelajari dan memahami data-data mengenai aktivitasaktivitas produksi serta data-data yang terkait dengan proses pelaksanaan
pengecatan.
2. Melaksanakan tahap-tahap Activity based Costing dalam rangka perhitungan
harga pokok konstruksi:
a. Mengidentifikasikan aktivitas-aktivitas yang terkait dengan proses
produksi.
b. Mendaftar total biaya tidak langsung.
c. Menentukan cost driver yang tepat.
d. Mengalokasikan biaya tidak langsung ke aktivitas-aktivitas berdasarkan
cost driver yang tepat.
e. Menentukan aktivitas driver.
f. Mengalokasikan biaya aktivitas ke proyek dengan menggunakan aktivitas
driver.
g. Menentukan biaya tidak langsung proyek.
48
h. Membandingkan
antara
harga
pokok
konstruksi
proyek
dengan
49
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
2.
SIUP No. 889/ 13-1/ PB/ XII/ 1990, tanggal 8 Desember 1990.
3.
4.
5.
karena perkembangan usaha yang pesat maka dirasa perlu untuk menambah
sumber permodalan dengan menggunakan kredit (hutang) bank yang diantaranya
adalah Bank Hagakita dan Bank Permata.
50
Pelaksanaan Pengecatan.
a. Marine (kapal) dan Industri Plant - Struktur Baja, Tanki dan sebagainya.
b. Decorative Bangunan Gedung dan Perumahan.
2.
3.
51
Umum. Kepala bagian keuangan bertanggung jawab dalam aspek akuntansi dan
keuangan
setiap
proyek
yang
ditangani.
Kepala
bagian
operasional
2.
Bagian administrasi
2.
Bagian estimasi
3.
Bagian warehouse
2.
Bagian logistik
3.
Bagian workshop
4.
Bagian security
Masing- masing bagian dibantu oleh beberapa staff dan tenaga penunjang untuk
setiap proyek yang ditangani.
52
53
4.1.4
2.
3.
Dalam waktu kurang lebih satu (1) minggu setelah dikeluarkan surat
pelulusan pekerjaan, perusahaan memperoleh surat perintah kerja yang
diantaranya berisi tentang saat kapan pekerjaan dapat dimulai dan jangka
waktu penyelesaian pekerjaan.
4.
5.
54
6.
7.
Berita Acara Penyerahan ( BAP) pekerjaan yang kedua selesai dibuat dan
telah disetujui maka selesailah tugas perusahaan dalam hal melaksanakan
pekerjaan pembangunan suatu proyek yang dipercayakan kepadanya.
4.1.5
Uraian Pekerjaan
Dalam pelaksanaan pekerjaan sebagai pedoman yang digunakan adalah
gambar detail yang tercantum dalam surat perjanjian serta petunjuk dari direktur,
apabila dalam pelaksanaan ada persyaratan-persyaratan lain yang dipandang perlu
dan belum termasuk atau belum tercantum dalam persyaratan maka direktur
berhak memberikan petunjuk.
Selanjutnya, pekerjaan yang akan dilaksanakan diperjelas dengan uraian
pekerjaan yang disetujui oleh direktur. Uraian pekerjaan berisi mengenai
bermacam-macam pekerjaan disertai syarat-syarat dan ketentuan yang lebih
mendetail mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan serta petunjuk
pelaksanaannya.
55
Proyek
DTC-Wonokromo
Supra Surya
BNI'46 Sidoarjo
Sampoerna Rungkut
Petrokimia M7102
Ketintang Baru I/2
Murinda-Sukorejo
Tenggilis 91-93
Ruko Pemuda
Villa Pakuwon
Office Park 2
Hypermart PTC
Margorejo Indah C914
BNI Kedungdoro
Tegalsari 51
Cipto 10
JW Marriot
Citra Jenggolo
Gerbang Citraland
Kantor PP Juanda
Dharmahusada U121
Margorejo Indah B301
Superindo Delta
Superindo Rungkut
56
4.2
57
Biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya tenaga kerja yang secara
langsung terlibat dalam proses pengerjaan suatu proyek. Biaya tenaga kerja
langsung dibebankan ke masing-masing proyek berdasarkan jumlah hari kerja
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu proyek dikalikan dengan tarif tenaga
kerja per hari. Rincian untuk biaya bahan dan biaya tenaga kerja langsung selama
tahun 2006 dapat dilihat pada tabel 4.2.
Biaya tidak langsung adalah biaya proyek selain biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung. Untuk perhitungan biaya tidak langsung, PT X
menggunakan tarif yang ditentukan di muka dan dasar pembebanan yang
digunakan adalah jumlah hari tenaga kerja langsung. Tarif diperoleh dengan cara
membagi total biaya overhead yang dianggarkan dengan estimasi jumlah hari
tenaga kerja langsung selama setahun. Tarif ini berlaku untuk semua proyek yang
diselesaikan oleh perusahaan. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa perubahan
biaya tidak langsung dapat dijelaskan dengan menggunakan satu tarif biaya
overhead atau satu jenis cost driver.
Sebagaimana yang dijelaskan di atas bahwa tarif tunggal mengasumsikan
bahwa biaya tidak langsung dapat dijelaskan dengan hanya menggunakan satu
jenis cost driver yang berkaitan dengan volume pengecatan. Hal ini dapat
menimbulkan masalah karena beberapa biaya meningkat secara tidak proporsional
dengan kenaikan volume pengecatan. Rincian biaya tidak langsung yang
dikeluarkan oleh PT X selama tahun 2006 dapat dilihat pada tabel 4.3.
58
TABEL 4.2
BIAYA BAHAN BAKU DAN TENAGA KERJA LANGSUNG
UNTUK TAHUN 2006
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Proyek
DTC-Wonokromo
Supra Surya
BNI'46 Sidoarjo
Sampoerna Rungkut
Petrokimia M7102
Ketintang Baru I/2
Murinda-Sukorejo
Tenggilis 91-93
Ruko Pemuda
Villa Pakuwon
Office Park 2
Hypermart PTC
Margorejo Indah C914
BNI Kedungdoro
Tegalsari 51
Cipto 10
JW Marriot
Citra Jenggolo
Gerbang Citraland
Kantor PP Juanda
Dharmahusada U121
Margorejo Indah B301
Superindo Delta
Superindo Rungkut
Bahan Baku
langsung
15.498.486,97
8.434.497,24
11.817.463,25
2.727.988,28
17.089.761,41
2.826.877,48
26.710.928,72
637.712,76
11.700.954,61
3.520.626,49
44.572.786,85
429.830,05
3.070.244,92
38.432.932,50
134.058,91
1.423.771,76
4.865.442,04
22.227.220,75
28.548.326,52
40.906.980,53
5.210.895,65
22.584.613,20
3.105.846,51
4.325.490,15
320.803.737,56
Biaya TKL
7.749.243,48
4.217.248,62
5.908.731,63
1.363.994,14
8.544.880,71
1.413.438,74
13.355.464,36
318.856,38
5.850.477,31
1.760.313,24
22.286.393,42
214.915,03
1.535.122,46
19.216.466,25
67.029,45
711.885,88
2.432.721,02
11.113.610,38
14.274.163,26
20.453.490,27
2.605.447,83
11.292.306,60
1.552.923,26
2.162.745,07
160.401.868,78
59
TABEL 4.3
BIAYA TIDAK LANGSUNG UNTUK TAHUN 2006
5.809.040,38
767.000,00
24.791.544,86
16.563.345,00
68.598.472,95
26.454.139,80
17.007.168,86
4.217.794,50
1.612.079,08
20.710.200,00
21.542.100,00
8.400.000,00
8.100.000,00
6.802.604,40
231.375.489,83
TABEL 4.4
HARGA POKOK KONSTRUKSI PT X
60
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Proyek
DTC-Wonokromo
Supra Surya
BNI'46 Sidoarjo
Sampoerna Rungkut
Petrokimia M7102
Ketintang Baru I/2
Murinda-Sukorejo
Tenggilis 91-93
Ruko Pemuda
Villa Pakuwon
Office Park 2
Hypermart PTC
Margorejo Indah C914
BNI Kedungdoro
Tegalsari 51
Cipto 10
JW Marriot
Citra Jenggolo
Gerbang Citraland
Kantor PP Juanda
Dharmahusada U121
Margorejo Indah B301
Superindo Delta
Superindo Rungkut
Bahan Baku
langsung
15.498.486,97
8.434.497,24
11.817.463,25
2.727.988,28
17.089.761,41
2.826.877,48
26.710.928,72
637.712,76
11.700.954,61
3.520.626,49
44.572.786,85
429.830,05
3.070.244,92
38.432.932,50
134.058,91
1.423.771,76
4.865.442,04
22.227.220,75
28.548.326,52
40.906.980,53
5.210.895,65
22.584.613,20
3.105.846,51
4.325.490,15
320.803.737,56
Biaya TKL
7.749.243,48
4.217.248,62
5.908.731,63
1.363.994,14
8.544.880,71
1.413.438,74
13.355.464,36
318.856,38
5.850.477,31
1.760.313,24
22.286.393,42
214.915,03
1.535.122,46
19.216.466,25
67.029,45
711.885,88
2.432.721,02
11.113.610,38
14.274.163,26
20.453.490,27
2.605.447,83
11.292.306,60
1.552.923,26
2.162.745,07
160.401.868,78
Biaya Tidak
Langsung
11.189.766,28
6.064.131,40
8.518.660,78
1.949.185,09
12.344.838,93
2.021.377,13
19.275.274,82
433.152,24
8.446.468,74
2.526.721,42
32.197.650,07
288.768,16
2.237.953,26
27.721.743,56
72.192,04
1.010.688,57
3.537.409,98
16.026.632,99
20.574.731,54
29.526.544,57
3.753.986,11
16.315.401,15
2.237.953,26
3.104.257,74
231.375.489,83
Harga Pokok
Konstruksi
34.437.496,73
18.715.877,27
26.244.855,66
6.041.167,51
37.979.481,04
6.261.693,35
59.341.667,89
1.389.721,39
25.997.900,66
7.807.661,15
99.056.830,34
933.513,24
6.843.320,64
85.371.142,30
273.280,40
3.146.346,20
10.835.573,05
49.367.464,12
63.397.221,33
90.887.015,37
11.570.329,59
50.192.320,96
6.896.723,02
9.592.492,96
61
62
TABEL 4.5
PROYEK-PROYEK PT X
Gedung Perkantoran
Supra Surya
Pertokoan
DTC Wonokromo
BNI46 Surabaya
Ruko Pemuda
Sampoerna Rungkut
Hypermart PTC
Petrokimia M7102
Superindo Delta
Murindo-Sukorejo
Superindo Rungkut
Villa Pakuwon
Office Park 2
BNI Kedungdoro
JW Marriot
Citra Jenggolo
Gerbang Citraland
Kantor PP Juanda
Sumber: Data Intern Perusahaan
Rumah Pribadi
Ketintang Baru I/2
Tenggilis 91-93
Margorejo Indah C914
Tegalsari 51
Cipto 10
Dharmahusada U121
Margorejo Indah B301
4.3
4.3.1
Pembahasan
Perhitungan Harga Pokok Konstruksi Dengan Metode Activity
Based Costing
Activity Based Costing systems merupakan suatu metode perhitungan harga
pokok konstruksi yang mengukur biaya dan kinerja dari aktivitas, sumber daya,
dan obyek biaya. Dalam metode ABC aktivitas-aktivitas mengkonsumsi sumber
daya, dan selanjutnya aktivitas dibebankan ke masing-masing proyek berdasarkan
63
penggunaannya.
Dalam
perhitungan
harga
pokok
konstruksi
dengan
aktivitas.
Sehingga,
metode
ABC
membutuhkan
proses
64
cost driver yang dapat dilihat pada Tabel 4.9. Sementara rincian dari atribusi
biaya-biaya tidak langsung dapat dilihat pada bagian lampiran 1.
TABEL 4.6
DAFTAR AKTIVITAS
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Aktivitas
Pemesanan bahan ke kantor
Pemeriksaan stock di gudang
Jika tidak ada melakukan pembelian sesuai order
Pengiriman bahan ke lokasi proyek
Pemeriksaan ulang di gudang proyek
Pemeriksaan pemenuhan syarat sebelum proses pengecatan dan
pengecekan lahan proyek
Pembersihan/penggosokan dinding
Pengaplikasian plamir
Penghalusan dengan menggunakan kertas gosok tahap I sampai halus
Pengecatan dasar tahap I
Revisi pada beberapa area yang kurang rapi
Penggosokan/penghalusan dengan kertas gosok tahap II
Pengecatan tahap II dengan mesin kompresor (pengecatan dengan spray)
Perhitungan volume hasil pengecatan
Pembuatan faktur penjualan
Kesejahteraan
Penghunian
TABEL 4.7
TOTAL BIAYA TIDAK LANGSUNG TAHUN 2006
5.809.040,38
767.000,00
24.791.544,86
16.563.345,00
68.598.472,95
26.454.139,80
17.007.168,86
4.217.794,50
1.612.079,08
20.710.200,00
65
21.542.100,00
8.400.000,00
8.100.000,00
6.802.604,40
231.375.489,83
Biaya Overhead
Penyusutan Mesin Kompresor
Pemeliharaan Mesin Kompresor
Penyusutan Gudang
Pemeliharaan Gudang
Penyusutan Kendaraan
Pemeliharaan Kendaraan
Penyusutan Peralatan Tukang
Pemeliharaan Peralatan Tukang
Alat-alat Bantu
Gaji Pegawai Gudang
Gaji Pengawas Proyek
Gaji Pegawai Outsourcing
Utilitas
Kesejahteraan Karyawan
Cost Driver
Jam Mesin
Jam Mesin
M
M
Km
Km
Jumlah Hari TKL
Jumlah Hari TKL
Jumlah Proyek
Jumlah Proyek
Jumlah Proyek
Jumlah Proyek
Jumlah Proyek
Jumlah TKL
66
67
pemenuhan
syarat
sebelum
proses
pengecatan
dan
68
69
70
aktivitas driver, dan biaya per aktivitas dapat dilihat pada tabel 4.10. Sementara
itu rincian konsumsi masing-masing proyek terhadap aktivitas dapat dilihat pada
tabel 4.11.
Tahap Kedua
Pada tahap ini, biaya untuk setiap cost pool ditelusuri ke masing-masing
proyek. Penelusuran ini dapat dilakukan dengan cara mengalikan biaya per
aktivitas dengan tingkat konsumsi masing-masing proyek terhadap aktivitas yang
dapat dilihat perhitungannya pada bagian lampiran 2.
Setelah tingkat konsumsi aktivitas masing-masing proyek dikalikan dengan
biaya per aktivitas, maka langkah selanjutnya biaya untuk masing-masing proyek
yang ada dari setiap pool mulai dari pool 1 sampai pool terakhir dijumlahkan
untuk mendapatkan total biaya tidak langsung setiap proyek. Hasil penjumlahan
tersebut dapat dilihat pada tabel 4.12.
71
72
73
Sebagai contoh perhitungan total biaya tidak langsung dari proyek DTC
Wonokromo dapat dirangkum dalam tabel 4.13 sebagai berikut:
TABEL 4.13
PERHITUNGAN TOTAL BIAYA TIDAK LANGSUNG PROYEK DTC
WONOKROMO
Pool
1
2
Aktivitas Driver
Jam Inspeksi
Jam Inspeksi
Konsumsi Aktivitas
Driver
0,5
40
74
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Jumlah Hari
Jumlah Hari Pengecatan
Jumlah Hari Revisi
Jam Mesin
Jumlah Pengecatan
Jumlah Pesanan
Jam Inspeksi
Jumlah Permintaan
Jumlah Perpindahan
Jumlah Faktur
Jumlah TKL
M
TOTAL
92
31
11
124
2568
44
0,5
30
44
5
10
22,73
13.850,39
12.046,22
22.143,15
4.592,06
38,59
8.206,85
1.958.891,28
41.210,42
66.717,59
31.296,03
36.184,07
137.849,63
1.288.755,83
373.432,90
239.878,37
569.415,58
99.090,68
361.101,22
979.445,64
1.236.312,54
2.935.573,75
156.480,15
361.840,66
3.132.960,82
12.054.090,97
75
Jadi apabila diambil satu proyek sebagai contoh yaitu DTC Wonokromo.
Tahapannya dimulai dari mendaftar aktivitas dan biaya tidak langsung, kemudian
menentukan cost driver dari masing-masing biaya tidak langsung untuk
mengalokasikannya ke aktivitas-aktivitas yang menimbulkan biaya.Setelah itu
tahap selanjutnya adalah mengelompokkan aktivitas berdasarkan tingkatannya
dan menentukan aktivitas drivernya ke dalam cost pool. Dengan demikian dapat
ditentukan tarif per aktivitas dari total cost pool dibagi dengan total konsumsi tiap
aktivitas.Kemudian biaya untuk masing-masing cost pool ditelusuri ke setiap
proyek dengan cara mengalikan tarif per aktivitas dengan tingkat konsumsi
aktivitas. Langkah selanjutnya adalah menjumlahkan pool 1 sampai pool terakhir
sehingga dapat diketahui total biaya tidak langsung yaitu Rp 12.054.090,97.
Setelah biaya tidak langsung menurut metode ABC diketahui, maka dapat
dilakukan perbandingan dengan metode tradisionalnya. Perhitungan harga pokok
konstruksi berdasarkan metode ABC akan berbeda dengan harga pokok konstruksi
berdasarkan metode tradisional. Rincian mengenai perbandingan antara metode
ABC dan metode tradisional dapat dilihat pada tabel 4.14.
76
77
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1
Simpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya
78
79
5.2
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka saran-saran yang
80
81
82
83