Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PERCOBAAN 3.1
ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF BAHAN BAKU DENGAN
METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI
Disusun oleh :
KELOMPOK 3B
YENI SARI
(10060312046)
MARSHA BETARI A
(10060312047)
IMAS ZAKIAH
(10060312048)
WIDYA
(10060312090)
FAJRI ZAKIYYATU S
(10060312091)
ACEP SOMANTRI
(10060312092)
Tanggal Praktikum
: 25 Februari 2015
Tanggal Laporan
: 4 Maret 2015
Asisten
PERCOBAAN 3.1
ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF BAHAN BAKU DENGAN
METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI
I.
Tujuan
a. Melakukan analisis kualitatif bahan baku dengan metode kromatografi cair
kinerja tinggi
b. Melakukan analisis kuantitatif bahan baku dengan metode kromatografi
cair kinerja tinggi
c. Menyimpulkan mutu bahan baku dengan data kromatogram dan hasil
penetapan kadar
II.
Teori Dasar
High Performance Liquid Chromatography (HPLC) atau yang sering
disebut kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) adalah jenis kromatografi
yang penggunaannya paling luas. Kegunaan umum HPLC adalah untuk
pemisahan dan oemurnian senyawa obat serta untuk analisis kuantitatif
senyawa obat dalam sediaan farmasetika. Disamping itu, HPLC juga
digunakan untuk identifikasi kualitatif senyawa obat berdasarkan pada
parameter waktu retensi senyawa obat standar serta senyawa obat dalam
sampel (Gandjar dan Rohman, 2012). Menurut Gandjar dan Rohman, 2007,
Kegunaan HPLC antara lain :
1. Untuk pemisahan sejumlah senyawa organik, anorganik, maupun senyawa
2.
3.
4.
5.
6.
7.
biologis
Analisis ketidakmurnian
Analisis senyawa senyawa tidak mudah menguap
Penentuan molekul molekul netral, ionik, maupun zwitter ion
Isolasi dan pemurnian senyawa
Pemisahan senyawa senyawa yang strukturnya hampir sama
Pemisahan senyawa senyawa dalam jumlah yang sekelumit dalam
jumlah banyak dan dalam skala proses industri
Jenis jenis kromatografi, yaitu :
1. Kromatografi padatan cair (LSC)
Teknik ini tergantung pada teradsorpsinya zat padat pada adsorben
yang polar seperti silika gel atau alumina. Kromatografi lapisan tipis
(TLC) adalah salah satu bentuk dari LSC. Dalam KCKT kolom dipadati
atau dipak dengan partikel-partikel micro or macro particulate or pellicular
(berkulit tipis 37 -44 ).Sebagian besar dari KCKT sekarang ini dibuat
Resolusi (Rs)
Hal yang terpenting dari HPLC adalah mengoptimasi resolusi dalam
waktu yang minimum. Nilai resolusi yang melebihi 1,5 diantara dua
puncak akan memberikan pemisahan yang baik. Resolusi dipengaruhi
Faktor selektifitas ( )
Selektifitas merupakan kemampuan instrumen dalam mengenali
senyawa-senyawa dalam campuran untuk mendapat selektifitas yang
maksimum diperlukan interaksi yang sesuai (partisi, adsorpsi, size
exclusion atau ion exchange). Apabila kedua senyawa memiliki k atau
nilai = 1 kedua senyawa tidak dapat dipisahkan. Akibat waktu
retensinya identik. Agar terjadi pemisahan yang baik maka nilai
selektivitas () harus lebih besar daripada 1, semakin besar nilai
maka pemisahannya akan semakin baik. Nilai dapat diubah-ubah
dengan cara, mengubah fasa gerak (misalnya dengan memperbesar
polaritas), mengubah fasa diam, mengubah temperatur karena pada
umumnya kenaikan temperatur akan memperkecil waktu retensi,
setiap saat yang dibawa oleh fase gerak selama elusi. Dimana semakin
besar harga N akan memberikan puncak yang lebih efisien.
Instrumen HPLC
a. Pompa (Pump)
Fase gerak dalam KCKT adalah suatu cairan yang bergerak melalui
kolom. Ada dua tipe pompa yang digunakan, yaitu kinerja konstan
(constant pressure) dan pemindahan konstan (constant displacement).
Pemindahan
konstan
dapat
dibagi
menjadi
dua,
kecil
dari
septum yang
terkoyak
(akibat
jarum
dihasilkan
pada
proses
ini
dapat
diperkuat
untuk
kromatogram
pilihan
utama.
Namun
demikian
bukan
berarti
KCKT
menggantikan KG, tetapi akan memainkan peranan yang lebih besar bagi
para analis laboratorium. Derivatisasi juga menjadi populer pada KCKT
karena teknik ini dapat digunakan untuk menambah sensitivitas detektor
UV Visibel yang umumnya digunakan.
KCKT menawarkan beberapa keuntungan
kromatografi cair klasik, antara lain :
dibanding
dengan
HPLC Agillent
Vial
Pipet
Labu takar
Injekasi filter
Gelas ukur
Pipet ukur
Spatel
Kelarutan
rasa pahit.
: larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol,
dalam 13 bagian aseton dan 40 bagian griserol dan
Suhu lebur
Timbal
Penyimpanan
cahaya.
Khasiat
: analgetik, antipiretik
Methanol pro HPLC
Pemerian
: cairan tidak berwarna, jernih bau khas.
Kelarutan
: dapat bercampur dengan air, membentuk cairan
jernih tidak berwarna.
Bobot jenis
: 0,796- 0.798.
Titik didih : 64,5oC 65oC
Indeks bias
: 1,328 samapai 1,329.
Air bidestilasi
Pemerian
: cairan jernih , tidak berwarna , tidak berbau, tidak
Sisa penguapan
mempunyai rasa.
: tidak lebih dari 0.001 %b/v , penguapan dilakukan
IV.
Prosedur
System Kromatografi
Fase diam : ODS, packing L1
Fase gerak : air : methanol = 3:1
Laju alir : 1.5 ml/menit
Lempeng teoritis : 1000
Tailing factor : maksimal 2
Detector : UV 243 nm
1. Uji Kesesuaian Sistem
Untuk melihat apakah system kroatografi yang diset sudah memenuhi
syarat atau tidak, maka dilakukan uji kesesuaian system. Uji dilakukan dengan
menginjeksikan berturut-turut sebanyak 7 kali larutan standar ke dalam instrument
KCKT. Selanjutnya luas area standar, waktu retensi, factor ilutan dihitung nilai
simpangan baku relative (SBR) . uji kesesuaian system dinyatakan memenuhi
syrat apabila nilai SBR <2.0%.
2. Uji Kualitatif
a. Larutan Standar
Ditimbang 25 mg baku pembanding paracetamol dimasukan ke dalam labu
takar 50 mL. diencerkan dengan fase gerak hingga tanda batas. Dikocok larutan
hingga homogen. Dipipet 1,0 mL dilarutan ke dalam labu takar 10 mL. diencerkan
dengan fase gerak hingga batas. Disaring larutan dengan membrane filter PTFE
ukuran 0,45 m. larutan siap untuk diinjeksikan ke dalam alat KCKT.
b. Larutan Uji
Ditimbang 25 mg bahan baku paracetamol dimasukan ke dalam labu takar
50 mL, diencerkan dengan fase gerak hingga sampai batas. Dipipet 1.0 mL larutan
ke dalam labu takar 10 mL. diencerkan dengan fase gerak hingga tanda batas.
Disaring larutan dengan membrane filter PTFE ukuran 0.45 m. larutan siap
untuk diinjeksikan ke dalam alat KCKT. Diinjeksikan masing-masing larutan
standard an larutan uji ke dalam alat KCKT. Rekam kromatogram yang terbentuk.
Dibandingkan kromatogram larutan uji dan larutan standar. Waktu retensi puncak
larutan uji harus sama dengan waktu retensi puncak larutan standar.
3. Analisis Kuantitatif
a. Larutan Standar
digunakan
untuk
menghitung
kadar
ppm =
= 510 ppm
larutan
sampel
dengan
ppm =
= 507,6 ppm
V1. N1 = V2. N2
0,2 mL . 507,6 ppm = 10 mL . N2
N2 = 10,125 ppm
V1. N1 = V2. N2
0,4 mL . 507,6 ppm = 10 mL . N2
N2 = 20,304 ppm
V1. N1 = V2. N2
0,6 mL . 507,6 ppm
N2 = 30,456 ppm
V1. N1 = V2. N2
0,8 mL . 507,6 ppm
N2 = 40,608 ppm
V1. N1 = V2. N2
1,0 mL . 507,6 ppm
N2 = 50,76 ppm
V1. N1 = V2. N2
1,2 mL . 507,6 ppm
N2 = 60,912 ppm
= 10 mL . N2
= 10 mL . N2
= 10 mL . N2
= 10 mL . N2
(y)
8735425
14526645
21527997
29153395
37106445
446122556
y = bx + a
44612256 = 716956,4139x + 468798,5333
716956,4139x = 44612256 - 468798,5333
x = 61,57 ppm
Kadar Paracetamol dengan Metode Kurva Kalibrasi
Larutan Uji
RT = 3,613
Luas Area = 66021219
% kadar paracetamol =
x 100 % = 120,72 %
x Cs
x 51
=75,474 ppm
% kadar =
VI.
x 100 % = 147,98 %
Pembahasan
Prinsip kerja dari KCKT adalah pemisahan komponen analit berdasarkan
kepolarannya, artinya komponen pada suatu analit (sampel) akan terpisah
berdasarkan sifat kepolaran masing-masing komponen dalam sampel, apakah
kepolarannya lebih mirip dengan fasa diam, maka dia akan tertinggal di fasa
diam atau bergerak lebih lambat, ataukah kepolarannya lebih mirip dengan
fasa gerak sehingga dia akan bergerak terdistribusi lebih jauh dan lebih cepat.
Sedangkan untuk prinsip kerja dari alat KCT tersebut adalah ketika suatu
sampel yang akan diuji diinjeksikan ke dalam kolom maka sampel tersebut
kemudian akan terurai dan terpisah menjadi senyawa-senyawa kimia ( analit )
ini
menggunakan
panjang
gelombang
243
nm
dengan
komponen yang dibawa oleh fasa gerak terhadap waktu retensi . Tampilan
kromatogram yang baik berupa grafik lurus, lancip, dan simetris.
Sampel melewati kolom HPLC tentunya memiliki jangka waktu yang
terukur dan juga menjadi parameter, waktu yang dibutuhkan sampel untuk
melewati kolom ini disebut waktu retensi. Kromatogram yang dihasilkan dari
setiap konsentrasi larutan standar diperoleh waktu retensi dan luas area
kromatogram. Analisis kualitatif dilakukan dengan menentukan waktu retensi
dan luas area kromatogram larutan sampel/uji. Waktu retensi larutan uji adalah
3.613 dengan luas area 66021219. Kemudian dibaningkan dengan waktu
retensi pada larutan standar. Adanya kesamaan waktu retensi yaitu pada 3,613
menunjukan larutan uji benar mengandung paracetamol.
Setelah analisis kualitatif, selanjutnya dilakukan analisis kuantitatif yang
bertujuan untuk menentukan kadar dari paracetamol dengan cara kurva
kalibrasi dan cara one point. Untuk cara kurva kalibrasi perhitungan kadar
dilakukan dengan persamaan garis y = bx + a.
y : luas area yang didapat setelah sampel diinjeksikan ke alat KCKT, y
yang dipilih adalah y pada konsentrasi 60.912 ppm yaitu 44612256
b : didapat dari persamaan regresi yaitu 716956.4139
x : konsentrasi dari larutan standar yaitu 60.912
a : didapat dari persamaan regresi yaitu 468798.5333
dari data diatas didapat x adalah 61.57 ppm. Setelah data x didapat maka
dapat dihitung kadar dari paracetamol adalah 120.72%. Untuk penentuan
kadar paracetamol dengan cara one point kadar yang didapat adalah 147.98%.
Berdasarkan literature dari farmakope, Parcetamol mengandung tidak kurang
dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0 %. Dari kedua cara diatas, metode kurva
kalibrasi lebih baik daripada metode one point. Dapat dilihat dari hasil
perhitungan kadar, dimana cara kurva kalibrasi hasilnya lebih mendekati
konsentrasi sesuai literatur dibandingkan dengan cara one point.
VII.
Kesimpulan
-
VIII.
Daftar Pustaka
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. 1979. Farmakope
Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan R.I Jakarta
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. 1995. Farmakope
Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan R.I Jakarta
Gandjar, Gholib., dan Rohman, 2009. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka
Pelajar: Yogyakarta.
Johnson, E. L. and Steven son, R. 1978. Basic liquid chromatography. Varian,
California
Lindsay, S. 1992. High performance liquid chrotomagraphy second edition,
John Wiley &Sons, Chischer, New York, Brisbane, Toronto, Singapore
Rucker, G .1988. Instrumentelle pharmazeutische Analytik : lehbuch zu
spektroskop,
chrotograph.u.
elektrochem.Analysemethoden/von
G.