Você está na página 1de 23

Asuhan Keperawatan Dengan

Pemenuhan Kebutuhan Seksual


Di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kebutuhan dasar manusia

Dosen pembimbing:
Enok Nurliawati, M.Kep.

Disusun oleh kelompok I:


Asep Ahmad Subur N
Indra Setiadi
Mohammad Kemal O
Neneng Nuraeni
Yoga Permana

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Tunas Husada Tasikmalaya


Jl.Cilolohan No.36, tlp (0265)334740, Tasikmalaya 46115

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini
yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul Asuhan keperawatan
dengan pemenuhan kebutuhan seksual
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Tasikmalaya 06 November 2011

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................... ........... i


DAFTAR ISI............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................... 1
A. Latar Belakang......................................................................... 1
B. Tujuan....................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................

A. Pengertian................................................................................. 3
B. Anatomi dan Fisiologi sistem reproduksi................................. 4
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Pemenuhan
Kebutuhan Seksual...................................................................
D. Manfaat Hubungan Seks Bagi Wanita Dan Pria......................
E. Penyakit Menular Seksual Karena Bakteri...............................
F. Bentuk Abnormalitas Seksual Akibat Dorongan Seksual
Abnormal.................................................................................
G. Siklus Respons Seksual...........................................................
H. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Masalah Seksual...........

7
7
7
8
10
11

BAB III RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA


PERUBAHAN POLA SEKSUALITAS......................................
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.

Pengkajian.............................................................................
Diagnosa................................................................................
Tujuan dan kriteria hasil........................................................
Intervensi Generik.................................................................
Intervensi Pada Anak............................................................
Intervensi Pada Lansia..........................................................
Intervensi Pada Maternal......................................................

12

12
12
14
14
16
17
18

BAB IV PENUTUP........................................................................
....

20

A. Simpulan...........................................................................
B. Saran.....................................................................................

20
20

DAFTAR PUSTAKA................................................................ ....

21

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seksualitas merupakan bagian integral dari kehidupan manusia.
Seksualitas di defenisikan sebagai kualitas manusia, perasaan paling dalam, akrab,
intim dari lubuk hati paling dalam, dapat pula berupa pengakuan, penerimaan dan
ekspresi diri manusia sebagai mahluk seksual. Karena itu pengertian dari
seksualitas merupakan sesuatu yang lebih luas dari pada hanya sekedar kata seks
yang merupakan kegiatan fisik hubungan seksual. Seksualitas merupakan aspek
yang sering di bicarakan dari bagian personalitas total manusia, dan berkembang
terus dari mulai lahir sampai kematian. Banyak elemen-elemen yang terkait
dengan keseimbangan seks dan seksualitas. Elemen-elemen tersebut termasuk
elemen biologis; yang terkait dengan identitas dan peran gender berdasarkan ciri
seks sekundernya dipandang dari aspek biologis. Elemen sosiokultural, yang
terkait dengan pandangan masyarakat akibat pengaruh kultur terhadap peran dan
kegiatan seksualitas yang dilakukan individu. Sedangkan elemen yang terakhir
adalah elemen perkembangan psikososial laki-laki dan perempuan. Hal ini
dikemukakan berdasarkan beberapa pendapat ahli tentang kaitannya antara
identitas dan peran gender dari aspek psikososial. Termasuk tahapan
perkembangan psikososial yang harus dilalui oleh oleh individu berdasarkan
gendernya.
Perkembangan seks manusia berbeda dengan binatang dan bersifat
kompleks. Jika pada binatang seks hanya untuk kepentingan mempertahankan
generasi atau keturunan dan dilakukan pada musim tertentu dan berdasarkan
dorongan insting. Pada manusia seksual berkaitan dengan biologis, fisiologis,

psikologis, sosial dan norma yang berlaku. Hubungan seks manusia dapat
dikatakan bersifat sacral dan mulia sehingga secara wajar hanya dibenarkan dalam
ikatan perkawinan. Jika hubungan seks binatang dapat dilakukan di sembarang
tempat, tidak demikian halnya manusia, karena dalam melakukan hubungan seks
diperlukan tempat yang layak, sesuai dengan norma tertentu dan didahului oleh
satu permainan yang mengasyikkan. Pertumbuhan dan perkembangan seks
manusia sesuai dengan makin bertambahnya umur dan dimulai sejenak
kelahirannya.
B. Tujuan Penulisan
Maksud makalah ini adalah dalam rangka sebagai bahan masukan untuk
substansi materi muatan kebutuhan dasar manusia. Penyusunan makalah ini
bertujuan untuk memberikan gambaran tentang keperawatan secara umum,
mencakup pengertian dasar, ilmu keperawatan, kebutuhan seksual, masalah terkait
dengan keperawatan. Diharapkan, makalah ini dapat memberikan penjelasan
terutama tentang kebutuhan dasar manusia di dalam kebutuhan seksual.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian kebutuhan seksual
Seksualitas sulit untuk di definisikan karena seksualitas memiliki banyak
aspek kehidupan kita dan diekspresikan melalui beragam perilaku. Seksualitas
bukan semata-mata bagian intrinsik dari seseorang tetapi juga meluas sampai
berhubungan dengan orang lain. Keintiman dan kebersamaan fisik merupakan
kebutuhan sosial dan biologis sepanjang kehidupan. Kesehatan seksual telah
didefinisikan sebagai perintregrasian aspek somatik emosional intelektual dan
social dari kehidupan seksual dengan cara yang positif memperkaya dan
meningkatkan kepribadian, komunikasi, dan cinta. Banyak orang salah berpikir
tentang seksualitas hanya dalam istilah seks. Seksualitas dan seks bagaimanapun
adalah sesuatu hal yang berbeda seks sering digunakan dalam 2 cara. Paling
umum seks digunakan untuk mengacu pada bagian fisik dari berhubungan, yaitu
aktivitas seksual genital. Seks juga digunakan untuk member lebel jender, baik
sesorang itu pria atau wanita. Seksualitas dilain pihak adalah istilah yang lebih
luas seksualitas diekspresikan melalui interaksi dan hubungan dengan individu
dari jenis kelamin yang berbeda dan atau sama dan mencakup pikiran,
pengalaman, pelajaran, ideal, nilai, fantasi, dan emosi. Seksualitas berhubungan
dengan bagaimana seorang merasa tentang diri mereka dan bagaimana mereka
mengomunikasikan perasaan tersebut kepada orang lain melalui tindakan yang
dilakukannya, seperti sentuhan, ciuman, pelukan, dan senggama seksual dan
perilaku yang lebih halus, seperti isyarat gerak tubuh, etiket berpakaian, dan
perbendaharaan kata. Seksualitas mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
pengalaman hidup ini sering berbeda antara pria dan wanita (Denney dan
Quadagno, 1992; Zawid, 1994)

Kebutuhan seksual adalah kebutuhan dasar manusia berupa ekpresi pada dua
orang individu secara pribadi yang saling menghargai, memperhatikan,
menyayangi, sehingga terjadi sebuah hubungan timbal balik antara kedua tersebut.

B. Anatomi Dan Fisiologi Sistem Reproduksi Manusia


1. Pria
a. Testis
Terletak di dalam skrotum.Testis memiliki 2 fungsi, yaitu menghasilkan
sperma dan membuat testosteron (hormon seks pria yang utama).
b. Saluran
1) Epididimis Fungsinya mengumpulkan sperma dari testis dan
menyediakan ruang serta lingkungan untuk proses pematangan
sperma.
2) Vas deferens merupakan saluran yang membawa sperma dari
epididimis.
3) Uretra punya 2 fungsi: Bagian dari sistem kemih yang mengalirkan
air.
4) Kemih dari kandung kemih Bagian dari sistem reproduksi yang
mengalirkan semen.
5) Vesicula Seminalis adalah sepasang kantong yang memproduksi
60% cairan air mani dimana air sperma diangkut, cairan ini
digunakan untuk menyediakan nutrisi bagi sperma.
c. Kelenjar
Kelenjar prostat menghasilkan cairan yang merupakan sumber makanan
bagi sperma. Kelenjar Cowper menghasilkan cairan berwarna bening
menuju saluran kencing saat rangsangan seksual sebelum ejakulasi dan
orgasme.
d. Organ Genitalia eksterna
Organ Genitalia eksterna terdiri atas :
1) Penis terdiri dari:
a) Akar (menempel pada didnding perut)
b) Badan (merupakan bagian tengah dari penis)

c) Glans penis (ujung penis yang berbentuk seperti


kerucut).Lubang uretra (saluran tempat keluarnya semen dan air
kemih) terdapat di umung glans penis.
2) 2 rongga yang berukuran lebih besar disebut korpus kavernosus,
terletak bersebelahan.
3) Rongga yang ketiga disebut korpus spongiosum, mengelilingi
uretra.Jika terisi darah, maka penis menjadi lebih besar, kaku dan
tegak (mengalami ereksi).
4) Skrotum merupakan kantung berkulit tipis yang mengelilingi dan
melindungi testis. Skrotum juga bertindak sebagai sistem pengontrol
suhu untuk testis, karena agar sperma terbentuk secara normal, testis
harus memiliki suhu yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan
suhu tubuh.
2. Sistem reproduksi wanita
a. Eksternal
Mons pubis berfungsi melindungi organ seksual bagian dalam.
Klitoris (kelentit) adalah organ yang paling peka terhadap rangsangan,
Labia mayora adalah dua lipatan elastis dari kulit, berfungsi dan menutup dan
melindungi struktur alat kelamin.
Labia minora adalah dua lipatan kulit sebelah dalam, yang Labia minora
letaknya di sebelah dalam dari labia mayora dan lebih tipis, yang dapat menegang
bila ada rangsangan seksual.
Perineum adalah jaringan otot yang berbeda di antara vagina dan anus
yang menopang rongga panggul dan membantu menjaga organ panggul tetap pada
tempatnya.
b. Internal
Kelenjar Bartholin memproduksi cairan seperti lendir saat adanya
rangsangan seksual yang memberikan lubrikasi atau pelumasan pada vagina.
G-spot (Grafenberg spot) adalah sebuah area kecil sekitar 1-2 sentimeter dari
pintu depan dinding vagina (dekat dengan saluran kencing), kira-kira di
pertengahan antara tulang panggul dan serviks.
Serviks (leher rahim) berfungsi saat senggama, sentuhan dengan bagian ini
memberikan kenikmatan seksual.

Uterus (rahim) adalah tempat di mana tertanam dan berkembangnya


ovum (sel telur) yang sudah dibuahi, Tuba fallopii (saluran telur) di mana ovum
(sel telur) berenang dari ovarium menuju uterus dan di tempat ini pembuahan
terjadi.
Ovarium (indung telur) Berfungsi menghasilkan ovum (sel telur) yang
dikeluarkan setiap bulannya mulai dari pubertas hingga menopouse.
Endometrium. Lapisan dalam dinding kavum uteri, berfungsi sebagai bakal
tempat implantasi hasil konsepsi.
Hormon hormone reproduksi GnRH (Gonadotrophin Releasing Hormone).
untuk memproduksi dan melepaskan hormon-hormon gonadotropin (FSH /
LH ).FSH (Follicle Stimulating Hormone). Berfungsi memicu pertumbuhan dan
pematangan folikel dan sel-sel granulosa di ovarium wanita (pada pria : memicu
pematangan sperma di testis). LH (Luteinizing Hormone) / ICSH (Interstitial Cell
Stimulating Hormone). Bersama FSH, LH berfungsi memicu perkembangan
folikel (sel-sel teka dan sel-sel granulosa) dan juga mencetuskan terjadinya
ovulasi di pertengahan siklus (LH-surge).
c. Siklus Menstruasi
Siklus mnstruasi terbagi menjad 4. wanita yang sehat dan tidak hamil,
setiap bulan akan mengeluarkan darah dari alat kandungannya.
1) Stadium menstruasi (Desquamasi), dimana endometrium terlepas dari
rahim dan adanya pendarahan selama 4hr.
2) Staduim prosmenstruum (regenerasi), dimana terjadi proses
terbentuknya endometrium secara bertahap selama 4hr.
3) Stadium intermenstruum (proliferasi), penebalan endometrium dan
kelenjar tumbuhnya lebih cepat.
4) Stadium praemenstruum (sekresi), perubahan kelenjar dan adanya
penimbunan glikogen guna mempersiapkan endometrium.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Pemenuhan Kebutuhan


Seksual
1. Faktor Fisik (Aktivitas seksual dapat menyebabkan nyeri dan
ketidaknyamanan. Bahkan hanya membayangkan bahwa seks dapat
menyakitkan sudah menurunkan keinginan seks).
2. Faktor Hubungan (Masalah dalam berhubungan dapat mengalihkan
perhatian seseorang dari keinginan seks.Tingkat seberapa jauh
hubungan mereka dapat mempengaruhi hubungan seks)
3. Faktor Gaya Hidup (contoh, penggunaan atau penyalahgunaan alkohol
atau tidak punya waktu untuk mencurahkan perasaan keinginan
seksual dalam berhubungan mempengaruhi keinginan seksual)
4. Faktor Harga Diri (Tingkat harga diri-klien dapat menyebabkan
konflik yang melibatkan seks).
D. Manfaat Hubungan Seks Bagi Wanita Dan Pria
Manfaat hubungan seksual yang khusus bagi wanita adalah sebagai
peredam rasa sakit, beberapa penelitian menunjukkan ambang batas rasa sakit
pada wanita meningkat secara substansial ketika orgasme.l dan bagi pria adalah
memperpanjang usia.Menurut penelitian Cardiff University di Wales, pria yang
mencapai orgasme dua kali atau lebih dalam seminggu cenderung hidup lebih
lama ketimbang pria yang cuma satu kali orgasme atau tidak sama sekali.
Secara umum, manfaat berhubungan seks adalah : Redakan stres,
Tingkatkan daya tahan tubuh, Seks membakar kalori, Sehatkan jantung dan
pembuluh darah, Tingkatkan kepercayan diri, Memperbaiki keintiman,
Mengurangi rasa sakit, Tekan risiko kanker prostat, Memperkuat otot dasar
panggul, Memperbaiki kualitas tidur.
E. Penyakit Menular Seksual Karena Bakteri
1. Gonorrhea & Chlamydia
Disebabkan oleh bakteri. Infeksi dimulai beberapa hari sampai beberapa
minggu setelah hubungan intim dengan orang yang terjangkit penyakit ini
Pada pria, penyakit ini menyebabkan keluarnya cairan dari kemaluan
pria. Buang air kecil dapat terasa sakit. Gejala-gejala ini dapat terasa berat
atau tidak terasa sama sekali.

Gejala-gejala gonorrhea pada wanita biasanya sangat ringan atau tidak


terasa sama sekali, tetapi kalau tidak diobati penyakit ini dapat menjadi
parah dan menyebabkan kemandulan.
2. Syphilis
Disebabkan oleh bakteria. Lesi muncul antara 3 minggu sampai 3 bulan
setelah berhubungan intim dengan penderita penyakit ini. Luka terlihat
seperti lubang pada kulit dengan tepi yang lebih tinggi. Pada umumnya
tidak terasa sakit. Luka akan hilang setelah beberapa minggu, tetapi virus
akan menetap pada tubuh dan penyakit dapat muncul berupa lecet-lecet
pada seluruh tubuh Lecet-lecet ini akan hilang juga, dan virus akan
menyerang bagiantubuh lain
3. Aids (Acquired Immune Deficiency Syndrome)/Hiv Disease
Penyakit akibat hubungan intim yang paling serius, menyebabkan tidak
bekerjanya sistim kekebalan tubuh. Tidak ada gejala yang nyata tanpa
penelitian darah. Dapat menyebabkan kematian setelah sepuluh tahun
setelah terinfeksi virus HIV, tetapi pengobatan telah ditemukan.
Disebarkan melalui hubungan intim dan pemakaian jarum suntik secara
bersamaan.
F. Bentuk Abnormalitas Seksual Akibat Dorongan Seksual Abnormal
Banyak dorongan seksual abnormal yang dapat menyebabkan
terganggunya fungsi seksual atau terjadinya abnormalitas seksual. Beberapa
bentuk abnormalitas seksual akibat dorongan seksual abnormal antara lain:
1. Prostitusi
Bentuk penyimpangan seksual dengan pola dorongan seks yang tidak
wajar dan tidak terintegrasi dalam kepribadian, sehingga relasi seks
bersifat impersonal, tanpa adanya afeksi dan emosi yang berlangsung
cepat, dan tanpa adanya orgasme pada wanita. Kejadian ini dapat terjadi
pada laki-laki maupun perempuan. Pada laki-laki, prostitusi disebabkan
karena keinginan mencari variasi dalam seks, iseng, dan ingin
menyalurkan kebutuhan seksual. Pada wanita, kejadian ini dapat

disebabkan oleh faktor ekonomi, adanya disorganisasi kehidupan keluarga,


dan adanya nafsu seks yang abnormal.
2. Perzinahan
Bentuk relasi seksual antara laki-laki dan wanita yang bukan suami
atau istri. Perzinahan pada wanita baru mengarah kehubungan seksual
dengan laki-laki lain setelah adanya relasi emosional atau afeksional yang
sangat kuat. Pada pria, perzinahan biasanya disebabkan oleh rasa iseng
atau dorongan untuk memuaskan seks secara sesaat.
3. Frigiditas
Merupakan ketidakmampuan wanita mengalami hasrat seksual atau
orgasme selama senggama. Frigiditas ditandai dengan berkurangnya atau
ketidaktertarikan sama sekali pada hubungan seksual atau tidak mampu
menghayati orgasme dalam koitus (hubungan intim). Beberapa faktor yang
menyebabkan frigiditas adalah kelainan dalam rahim atau vagina, adanya
hubungan yang tidak baik dengan suami, rasa cemas, bersalah, atau takut.
4. Impotensi
Ketidakmampuan pria untuk melakukan relasi seks atau senggama
atau ketidakmampuan pria dalam mencapai atau mempertahankan ereksi.
Gangguan ini banyak disebabkan oleh faktor psikologis, seperti kecemasan
atau ketakutan, pengalaman buruk masa lalu, dan persepsi seks yang salah.
5. Ejakulasi Prematur
Merupakan kondisi dimana terjadinya pembuangan sperma yang
terlalu dini sebelum zakar melakukan penetrasi dalam liang senggama atau
berlangsung ejakulasi beberapa detik sesudah penetrasi. Masalah ini
umumnya disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri serta kegagalan
dalam membangun hubungan suami istri.
6. Vaginismus
Peristiwa yang ditandai dengan kejang yang berupa penegangan atau
pengerasan yang sangat menyakitkan pada vagina atau kontraksi yang
sangat kuat sehingga penis terjepit dan tidak bisa keluar. Hal ini dapat
disebabkan oleh kelainan organis dan psikologis (ketakutan).
7. Dispareunia

Keadaan yang ditandai dengan timbulnya kesulitan dalam melakukan


senggama atau perasaan sakit pada saat koitus. Kejadian ini dapat terjadi
pada saat sperma keluar, karena kurangnya cairan vagina, dan lain-lain.
8. Anorgasme
Kondisi kegagalan dalam mencapai klimaks selama bersenggama,
biasanya bersifat psikis, ditandai dengan pengeluaran sperma tanpa
mengalami puncak kepuasan. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor psikis
atau adanya faktor organik seperti ketidakmampuan penetrasi untuk
memberi rangsangan atau vagina yang longgar.
9. Kesukaran Koitus Pertama
Keadaan dimana terjadi kesulitan dalam melakukan koitus pertama
dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan diantara pasangan, adanya
ketakutan atau rasa cemas dalam berhubungan seks, dan lain-lain.
G. Siklus Respons Seksual
Siklus respons seksual terdiri atas beberapa tahap berikut:
1. Tahap Suka Cita
Merupakan tahap awal dalam respons seksual pada wanita ditandai
dengan banyaknya lendir pada daerah vagina, dinding vagina mengalami
ekspansi atau menebal, meningkatnya sensitivitas klitoris, puting susu
menegang, dan ukuran buah dada meningkat. Pada laki-laki ditandai
dengan ketegangan atau ereksi pada penis dan penebalan atau elevasi pada
skrotum.
2. Tahap Kestabilan
Pada tahap ini wanita mengalami retraksi di bawah klitoris, adanya
lendir yang banyak dari vagina dan labia mayora, elevasi dari serviks dan
uterus, serta meningkatnya otot-otot pernapasan. Pada laki-laki ditandai
dengan meningkatnya ukuran gland penis dan tekanan otot pernapasan.
3. Tahap Orgasme (Puncak)
Tahap puncak dalam siklus seksual pada wanita ditandai adanya
kontraksi yang tidak disengaja dari uterus, rectal dan spinchter, uretra, dan

otot-otot lainnya, terjadi hiperventilasi dan meningkatnya denyut nadi.


Pada laki-laki ditandai dengan relaksasi pada spinchter kandung kencing,
hiperventilasi, dan meningkatnya denyut nadi.
4. Tahap Resolusi (Peredaan)
Merupakan tahap terakhir dalam siklus respons seksual, pada wanita
ditandai adanya relaksasi dari dinding vagina secara berangsur-angsur,
perubahan warna dari labia mayora, pernapasan, nadi, tekanan darah, otototot berangsur-angsur kembali normal. Pada laki-laki ditandai dengan
menurunnya denyut pernapasan dan denyut nadi serta melemasnya penis.
H. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Masalah Seksual
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi gangguan dalam
fungsi seksual, diantaranya:
1. Tidak adanya panutan (role model).
2. Gangguan struktur dan fungsi tubuh, seperti adanya trauma, obat,
kehamilan atau abnormalitas anatomi genitalia.
3. Kurang pengetahuan atau informasi yang salah mengenai masalah
seksual.
4. Penganiayaan secara fisik.
5. Adanya penyimpangan psikoseksual.
6. Konflik terhadap nilai.
7. Kehilangan pasangan karena perpisahan atau kematian

BAB III
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA PERUBAHAN
POLA SEKSUALITAS

Keadaan Dimana Individu mengalami atau beresiko mengalami suatu


perubahan dal kesehatan seksual. Kesehatan seksual merupakan integrasi aspek
somatik, emosional intelektual dan sosial dari seksualitas dengan cara mencapai
dan meningkatkan kepribadian, komunikasi dan cinta.
Rencana Asuhan Keperawatan Pada Perubahan Pola Seksualitas terdiri dari 3
aspek, Yaitu:
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi
A. Pengkajian
Pengkajian terdiri dari data objektif dan data subjektif yang bersandar dari
batasan-batasan karakteristik. Data subjektif adalah data yang diperoleh dari
keluhan pasien dan wawancara pasien atau keluarga pasien. Data objektif berasal
dari Pemeriksaan Fisik yang dilakukan perawat terhadap pasien.
Batasan Karakteristik

Mayor (harus terdapat)

Perubahan aktual atau yang antisipasi dalam fungsi seksual atau indentitas
seksual.

Minor (Mungkin Terdapat)

Ekspresi perhatian mengenai fungsi seksual atau identitas seksual.


Tidak sesuainya prilaku seksual verbal atau nonverbal.
Perubahan dalam karakteristik seksual primer atau sekunder.
B. Diagnosa Keperawatan
Perubahan pola seksual dapat terjadi sebagai respons terhadap berbagai
masalah kesehatan, situasi, dan konflik.
Rumus Diagnosa keperawatan:
P(bd)+E+(dd)S
P= Masalah
E= Etiologi

S= Symtom
bd= Berhubungan dengan
dd= ditandai dengan
Masalah(P): Perubahan Pola Seksualitas
Symptom: suatu tanda/gejala yang berhubungan DS DO
Etiologi(E): Merupakan penyebab terjadinya perubahan pola seksualitas tersebut,
yang berhubungan dengan berbagai faktor:
Faktor-Faktor yang berhubungan :
1. Berhubungan dengan efek-efek biokimia pada energi, libido sekunder
akibat:
2. Berhubungan dengan ketakutan terhadap. (penyakit-penyakit
hubungan seksual)
3. Berhubungan dengan efek Alkohol pada kinerja
4. Berhubungan dengan penurunan lubrikasi Vaginal sekunder
5. Berhubungan dengan ketakutan terhadap ejakulasi prematur/tertunda
6. Berhubungan dengan fobio misalkan kehamilan, kanker atau penyakit
kelamin
7. Berhubungan dengan efek-efek biokimia pada energi, libido sekunder
akibat:
8. Berhubungan dengan ketakutan terhadap. (penyakit-penyakit
hubungan seksual)
9. Berhubungan dengan efek Alkohol pada kinerja
10. Berhubungan dengan penurunan lubrikasi Vaginal sekunder
11. Berhubungan dengan ketakutan terhadap ejakulasi prematur/tertunda
12. Berhubungan dengan fobio misalkan kehamilan, kanker atau penyakit
kelamin

C. Tujuan dan kriteria hasil


Pola seksualitas pasien dapat teratasi dalam waktu 4 x 24 jam.
Kriteria hasil Individu akan:

1.
2.
3.
4.
5.

Menceritakan kepedulian atau masalah mengenai fungsi seksual


Mengespresikan peningkatan kepuasan dengan pola seksual
Mengidentifikasi stresor dalam kehidupan
Melanjutkan aktivitas seksual sebelumnya
Melaporkan suatu keinginan untuk melanjutkan aktivitas seksual

D. Intervensi Generik
1. Dapatkan riwayat seksual:
a. Pola seksual biasanya
b. Kepuasan (individu, pasangan)
c. Pengetahuan seksual
d. Masalah (seksual, kesehatan)
e. Harapan
f. Suasana hati, tingkat energi
2. Berikan dorongan untuk bertanya tentang seksualitas atau fungsi
seksual yang mungkin mengganggu pasien.
3. Gali hubungna pasien dengan pasangannya
4. Jika stresor atau gaya hidup yang penuh stresor berdampak negatif
terhadap fungsi :
a. Bantu individu dalam memodifikasi gaya hidup untuk
mengurangi stres.
b. Dorong identifikasi stresor yang ada dalam kehidupan ;
kelompokan menurut individu sebagai dapat mengontrol dan
tidak dapat mengontrol :
1) Dapat mengontrol

Keterbelakangan pribadi

Keterlibatan dalam aktifitas komunitas


2) Tidak dapat mengontrol

Mengeluh

Lakukan program latihan teratur untuk reduksi stres. Lihat


prilaku mencari bantuan kesehatan untuk intervensi.

5. Indentifikasi pilihan metode untuk mengaktifkan energi seksual bila


pasangan tidak ada atau jika ada keinginan:
a. Gunakan masturbasi, jika dapat diterima individu

b. Ajarkan keuntungan fisik dan psikologis tentang aktifitas fisik


teratur ( sedikitnya 3x seminggu selama 30 menit).
c. jika pasangan meninggal, gali kesempatan untuk bertemu dan
bersosialisasi dengan orang lain (sekolah malam,club janda atau
duda, kerja komunitas).
6. Jika suatu perubahan atau kehilangan bagian tubuh mempunyai
dampak negatif terhadap fungsi;
a. Kaji tahapan adaptasi dari individu dan pasangan terhadap
kehilangan ( mengingkari, depresi, marah, resolusi, berduka)
b. Jelaskan kenormalan dari respon kelanjutan dari kehilangan.
c. Jelaskan kebutuhan untuk membagi perhatian dengan pasangan:
gambaran respon dari pasangan, ketakutan terhadap penolakan,
ketakutan terhadap kehilangan yang akan datang dan ketakutan
secara fisik melalui pasangan.
d. Dorong pasangan untuk mendiskusikan kekuatan hubangan
mereka dan untuk mengkaji pengaruh dari kehilangan pada
kekuatan mereka.
e. Anjurkan individu untuk mengambil aktifitas seksual sedemikian
rupa mendeteksi pola sebelumnya jika mungkin.
7. Identifikasi penghambat untuk memuaskan fungsi seksual
8. Ajarkan teknik untuk :
a. Mengurangi konsumsi oksigen
1) Gunakan oksigen selama aktifitas seksual jika di indikasikan.
2) Lakukan aktifitas seksual setelah penatalaksanaan pernapasan
tekanan positif intermitent.
3) Rencanakan aktifitas seksual untuk individu pada saat yang
paling segar.
4) Gunakan posisi berhungan intim yang nyaman dan biarkan
nafas tidak dibatasi.
b. Kurangi beban kerja dari jantung (pasien jantung harus
menghindari aktifitas seksual)
1) Dalam suhu ekstrim
2) Langsung setelah makan dan minum
3) Saat intoksitasi
4) Saat lelah
5) Dengan pasangan yang tidak dikenal

6) Istirahat sebelum aktifitas seksual (pagi hari paling baik)


7) pasien jantung harus mengakhiri aktifitas seksual jika dada
tidak nyaman atau terjadi dispnea.
c. Kurangi atau hilangkan nyeri :
1) Jika pelumasan vagina menurun gunakan pelumas cair
2) Gunakan pengobatan untuk nyeri sebelum aktifitas seksual
3) Gunakan apa saja yang mereklasasikan individu sebelum
aktifitas seksual (kantung panas, mani pancuran panas)
9. Lakukan penyuluhan kesehatan dan rujukan sesuai indikasi.
E. Intervensi Pada Anak
1. Perjelas kerahasian dari diskusi.
2. Usahakan bersikap terbuka, hangat, objektif, tidak memalukan dan
menyenangkan.
3. Gali perasaan dan pengalaman seksual.
4. Diskusikan bagimana bakteri di pindahkan secara vaginal,anal, dan
oral.
5. Untuk wanita muda, jelaskan hubungan penyakit menular seksual.
6. Tunjukan diagram struktur reproduktif.
7. Tekankan bahwa kebanyakan penyakit menular seksual tidak
mempunyai gejala pada awalnya.
8. Diskusikan pantangan dari persepektif seksual.
9. Bedakan metode kontraseptif yang tersedia.
10. Jelaskan dan berikan intruksi tertulis untuk metode yang di pilih.
F. Intervensi Pada Lansia
1. Jelaskan bahwa proses penuaan normal mempengaruhi kemempuan
reproduksi tetapi mempunyai sedikit efek pada fungs seksual.
2. Gali minat, aktivitas, sikap, dan pengetahuan mengenai fungsi seksual.
3. Bila berhubungan, diskusikan efek-efek penyakit kronis dan fungsi.
4. Jelaskan efek obat tertentu pada fungsi seksual ( mis, kardiovaskular,
antidepresan, antihistamin, gasrointentital, sedatif, alkohol)
5. Bila disfungsi seksual dihubungkan dengan obat, gali alternatifnya
(mis, ganti obat, penurunan dosis)

6. Dengan pihak wanita, diskusikan kualitas pelumas vagina dan


ketersediaan pelumas larut air.
7. Dorong pertanyaan. Bila diperlukan, rujuk pada ahli urologi atau
spesialis lain.
G. Intervensi Pada Maternal
1. Diskusikan perubahan tubuh selama kehamilan. Dorong pasangan
untuk mengungkapkan perasaan mereka.
2. Tenangkan bawa kecuali ada masalah (persalinan preterm, kehilangan
ayi sebelumnya, perdarahan atau ruput membrane). Koitus diisinkan
sampai mulainya persalinan.
3. Orgasme akibat berhubungan intim atau masturbasi tidak dianjurkan
jika ada bercak atau terjadi pendarahan, ketuban pecah dini atau jika
ada riwayat keguguran berulang.
4. Anjurkan pergantian posisi seksual untuk kehamilan selanjutnya untuk
mencegah tekanan abdominal (mis. Miring, wanita berlutut, wanita di
atas). Berikan penenangan tentang perubahan pascapartum. Tenangkan
bahwa ini adalah keadaan sementara dan akan teratasi dalam 2 sampai
3 bulan.
5. Tenangkan bahwa perubahan sikap seksual selama kehamilan dari
perasaan sangat menginginkan seks sampai hanya ingin dimanja.
6. Dorong komunikasi jujur dengan pasangan mengenai keinginan atau
perubahan dalam minat.
7. Akui keletihan, khusunya selama trimester persama, bulan terakhir,
dan pascapartum.
8. Dorongan individu menyediakan waktu untuk hubungannya, dalam
seksua dan konteks lain.
9. Ajarkan pasangan untuk berpantang untuk hubungan seks atau koitus
dan mencari bantuan dari pemberi perawatan kesehatan mereka bila
ada situasi berikut (May & Malmeister, 1994). Perdarahan vagina dan
Dilatasi premature.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seksualitas merupakan bagian dari kehidupan manusia. Kebutuhan
seksual yang dialami oleh orang dewasa merupakan kebutuhan seks yang
mengalami penurunan fungsi organ reproduksi mengakibatkan kecanggungan
dalam hubungan pasangan suami istri.
Masalah keperawatan yang terjadi pada kebutuhan seksual adalah pola seksual
dan perubahan disfungsi seksual. Pola seksual mengandung arti bahwa suatu

kondisi seorang individu mengalami atau beresiko mengalami perubahan


kesehatan seksual
Disfungsi seksual adalah keadaan dimana seseorang mengalami atau
beresiko mengalami perubahan fungsi seksual yang negatif yang di pandang
sebagai tidak berharga dan tidak memadainya fungsi seksual.
B. Saran
Seksualitas merupakan bagian integral dari kehidupan manusia.
Seksualitas di defenisikan sebagai kualitas manusia, perasaan paling dalam, akrab,
intim dari lubuk hati paling dalam, dapat pula berupa pengakuan, penerimaan dan
ekspresi diri manusia sebagai mahluk seksual. Oleh karena itu seksualitas pada
orang dewasa sangat dibutuhkan dalam keharmonisan keluarga.

DAFTAR PUSTAKA
Alimul H, A.A. 2006. Pengantar kebutuhan dasar manusia. Jakarta: salemba
medika.
Potter dan perry. 2005. Buku ajar fundamental keperawatan : konsep, proses,
dan praktik. Edisi 4 Jakarta: EGC.
Stevens, P.J.M, Bordui,F dan Van der Weyde, JAG. 1999. Ilmu keperawatan. Jilid
2 Jakarta: EGC.
Anonim,.2010. Pengertian seksualitas. http://blog.re.or.id/seksualitas.htm. Di
akses pada 2 januari 2011.

Anonim,2010. anatomi dan fisiologi sistem reproduksi. http://www.masrie.co.cc.


Di akses pada 2 januari 2011.
Anonim,.2010. Aspek Seksualitas dalam Keperawatan untuk orang dewasa.
http://muallimat.blogspot.com. Di akses pada 2 januari 2011.
Anonim, 2010. seksualitas. seksualitasblog.blogspot.com//proses-keperawatanseksualitas.html. Di akses pada 2 januari 2011.
Anonim,2008. abnormalitas seksual.. http://muallimat.blogspot.com/2008/11. di
akses pada 2 januari 2011.
Anonim, 2008. rencana-asuhan-keperawatan.
http://gwanakbstikes.blogspot.com. Di akses pada 2 januari 2011.
Anonim, 2010. Alat genital pria dan wanita. http://id.wikipedia.7val.com/wiki/.
Di akses pada januari 2011.

Você também pode gostar