Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
2.2.3. Berdasarkan letak gugus hidroksi (-OH) pada atom C yang terkait
1. Alkohol primer(10), atom karbon yang membawa gugus (-OH) hanya terikat
pada satu gugus alkil, contoh : etanol, metanol
1. Bentuk
Cair (methanol, etanol, dan lain-lain)
Padat (setil alkohol, dan lain-lain)
Kental (gliserin, etilen glikol, dan lain-lain)
Zat padat putih (setil alkohol)
Larutan jernih (etanol, metanol, dan lain-lain)
2. Rasa
Pahit (chloreton, chlorahidrat)
Manis (manitol, sorbitol)
3. Bau
Spesifik (amil alkohol)
Harum (benzil alkohol)
Bila dipanaskan tidak meninggalkan sisa, maka senyawa uji adalah alkohol yang
mudah larut dalam air dan mudah menguap, misalnya metanol, etanol, propanol,
dan lain-lain.
Bila alkohol bentuk padat mudah larut dalam air, maka senyawa uji adalah alkohol
polivalen padat, misalnya manitol, sorbitol, dan lain-lain. Alkohol bentuk padat
tidak larut dalam air, misalnya chloreton, setil alkohol, mentol, dan lain-lain.
2.4.2. Reaksi Pendahuluan
1. Reaksi warna diazo
Diazo A : Asam sulfanilat 1 % dalam HCl
Diazo B : NaNO2, air
Diazo A : Diazo B = 4:1
Zat + campuran diazo A dan B +NaOH 2 N lalu Dipanaskan muncul merah
Zat + Diazo A:B(4:1) akan menghasilkan warna merah. Bila belum merah
tambahkan NaOH 2N maka akan menghasilkan warna merah. Bila belum
menghasilkan warna merah, lalu panaskan hingga mendapat warna merah.Untuk
membedakannya dengan fenol, tambahkan amil alkohol maka fenol akan larut dan
bila mengandung alkohol, alkohol tidak larut.
2. Reaksi esterifikasi
Reaksi esterifikasi Fischer adalah reaksi pembentukan ester dengan cara merefluks
sebuah asam karboksilat bersama sebuah alkohol dengan katalis asam. Asam yang
digunakan sebagai katalis biasanya adalah asam sulfat atau asam Lewis seperti
skandium(III) triflat.
Pembentukan ester melalui asilasi langsung asam karboksilat terhadap alkohol,
seperti pada esterifikasi Fischer lebih disukai ketimbang asilasi dengan anhidrida
asam (ekonomi atom yang rendah) atau asil klorida (sensitif terhadap kelembapan).
Kelemahan utama asilasi langsung adalah konstanta kesetimbangan kimia yang
rendah. Hal ini harus diatasi dengan menambahkan banyak asam karboksilat, dan
pemisahan air yang menjadi hasil reaksi. Pemisahan air dilakukan melalui distilasi
Dean-Stark atau penggunaan saringan molekul.
Zat + as.salisilat/asam benzoat/asam asetat/asam karboksilat Bau ester(bila
mengandung alkohol)
3. Reaksi Carletty
Prosedur: larutan zat dalam air + 0,5ml asam oksalat +0,5ml resorsin + H2SO4 (p)
akan menghasilkan warna ungu.
4. Reaksi Iodoform
Larutan iodin dimasukkan ke dalam sedikit alkohol, diikuti dengan larutan natrium
hidroksida secukupnya untuk menghilangkan warna iodin. Jika tidak ada yang
terjadi pada kondisi dingin, maka campuran mungkin perlu dipanaskan dengan
sangat perlahan.Hasil positif dari reaksi adalah timbulnya endapan triiodometana
(sebelumnya disebut iodoform) yang berwarna kuning pucat pasi CHI3.Selain
berdasarkan warnanya, iodoform juga bisa dikenali dengan baunya yang sedikit
mirip bau obat. Triiodometana digunakan sebagai sebuah antiseptik pada
berbagai plaster tempel, misalnya yang dipasang pada luka-luka kecil.
Hasil positif endapan kuning pucat dari triiodometana (iodoform) dapat
diperoleh dari reaksi dengan alkohol yang mengandung kelompok gugus-gugus
CH3CHOH-R
R bisa berupa sebuah atom hidrogen atau sebuah gugus hidrokarbon (misalnya,
sebuah gugus alkil).
Jika R adalah hidrogen, maka akan dihasilkan alkohol etanol, CH3CH2OH.
Etanol merupakan satu-satunya alkohol primer yang menghasilkan reaksi
triiodimetana (iodoform).
Jika R adalah sebuah gugus hidrokarbon, maka dihasilkan alkohol sekunder.
Banyak alkohol sekunder yang dapat menghasilkan reaksi triiodometana, tetapi
semuanya memiliki sebuah gugus metil terikat pada karbon yang memiliki gugus
-OH.
Tidak ada alkohol tersier yang bisa mengandung gugus ini karena tidak ada
alkohol tersier yang bisa memiliki sebuah atom hidrogen terikat pada karbon yang
memiliki gugus -OH. Tidak ada alkohol tersier yang dapat menghasilkan reaksi
triiodometana (iodoform).
Prosesnya :
Zat yang ingin diidentifikasi + NaOH + soliiodi akan muncul endapan berwarna
kuning untuk etanol, propanol dan isopropanol.
2.4.3. Reaksi penggolongan
1. Reaksi Beckman
Merupakan reaksi yang digunakan untuk identifikasi gugus alkohol primer,
sekunder dan tersier dengan menggunakan asam sulfat(H2SO4) dan Kalium
dikromat(K2Cr2O7). Proses reaksinya adalah, teteskan alkohol ke dalam sebuah
tabung uji yang mengandung larutan kalium dikromat(VI) yang telah diasamkan
dengan asam sulfat encer. Tabung tersebut akan dipanaskan di sebuah penangas air
panas. Hasil setelah dipanaskan adalah , warna orange larutan akan berubah
menjadi hijau maka alkohol tersebut merupakan alkohol primer dan sekunder.
Sedangkan untuk alkohol tersier tidak ada perubahan warna. Gambar perubahan
warna :
Untuk membedakan antara alkohol primer dan sekunder maka lakukan reaksi
Schiff untuk bisa membedakan antara alkohol primer dan alkohol sekunder.
Pereaksi Schiff merupakan sebuah zat warna Fuchsin yang berubah warna jika
sulfur oksida dilewatkan kedalamnya. Jika terdapat sedikit aldehid, warnanya akan
berubah mejadi merah keungu-unguan yang terang.
Akan tetapi, pereaksi ini harus digunakan dalam keadaan dingin, karena keton bisa
bereaksi dengan pereaksi ini sangat lambat menghasilkan warna yang sama. Jika
dipanaskan, maka reaksi dengan keton akan lebih cepat, sehingga berpotensi
memberikan hasil yang membingungkan.
Sambil memanaskan campuran reaksi dalam penangas air panas, lewatkan uap
yang dihasilkan melalui beberapa pereaksi Schiff.
Jika pereaksi Schiff cepat berubah warna menjadi merah keungu-unguan, maka
dihasilkan aldeih dari sebuah alkohol primer.
Jika tidak ada perubahan warna dalam pereaksi Schiff, atau hanya sedikit warna
pink yang terbentuk dalam beberapa menit, maka tidak dihasilkan aldehid,
sehingga tidak ada alkohol primer.
Karena terjadi perubahan warna pada larutan kalium dikromat(VI) yang bersifat
asam, maka harus terdapat alkohol sekunder.
2. Esterifikasi Lucas
Uji lucas bertujuan untuk membedakan alkohol primer, sekunder dan tersier.
Alkohol tersier bereaksi dan alkil klorida tersier akan membentuk lapisan keruh
yang terpisah. Alkohol sekunder terlarut karena pembentukkan ion oksonium dan
akhirnya terbentuk alkil klorida. Sedangkan alkohol primer sukar untuk menjadi
klorida dengan pereaksi lucas.
Reagen lucas merupakan suatu campuran asam kloridapekat dan seng klorida.
Seng klorida adalah suatu asam lewis, yang ketika ditambahkan dalam asam
klorida akan membuatlarutan menjadi lebih asam. Alkohol tersier yang larut dalam
air akan bereaksi denga cepat dengan reagen lucas membentuk alkil klorida yang
tak larut dalam larutan berair. Adapun pada alkohol tersier terindikasikan dengan
adanya pembentukan fas cair kedua yang terpisah dari larutan semula di dalam
tabung reaksi dengan segera setelah alkohol bereaksi. Alkohol sekunder berjalan
lambat dan setelah pemanasan akan terbentuk fasa cair lapisan kedua biasanya
setelah 10 menit. Alkohol primer dan metanol tidak dapat bereaksi pada kondisi
ini.
Pada alkohol tersier, atom klor biasanya terikat pada atom karbon yang
sebelumnya mengikat gugus OH. Pada alkohol sekunder, seringkali atom klor ini
terikat pada atom karbon yang mengikat gugus hidroksi. Namun penataan ulang
dapat saja terjadi yang mengakibatkan terikatnya atom klor tidak terjadi pada atom
karbon yang sebelumnya mengikat OH. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut :
Alkohol primer
CH3 CH2OH + HCl CH3 CH2OH + HCl
Alkohol sekunder
(CH3)2 CHOH + HCl (CH3)2 CHOH + HCl (CH3)2CHCl + H2O
Alkohol tersier
(CH3)3 COH + HCl (CH3)3 COH + HCl (CH3)3CCl + H2O
Cara penyiapan tes Lucas :
1ml zat + reagen Lucas 6ml, kocok, biarkan dan amati yang terjadi apabila :
c. Manitol
Manitol dipanaskan dalam waterbath bersama air akan membentuk sejenis substrat
seperti bentuk sarang laba-laba.
d. Isoamil alkohol
Zat + 0,5cc etil alkohol + 1,5cc air dalam larutan 5% larutan salisil dehid
murni/spiritus + 4cc H2SO4(p) akan menghasilkan warna merah.
3. ANALISA GUGUS FENOL
3.1. Reaksi Umum
3.1.1. Organoleptis
Pemeriksaan organoleptis yaitu pengamatan pendahuluan dengan menggunakan
indera kita, dilihat, diraba kehalusannya dengan ujung jari, dibau dan dirasakan.
Fenol murni berbentuk kristal yang tidak berwarna sementara N-asetil p-amino
fenol (parasetamol) berbentuk serbuk putih halus. Fenol murni juga sangat berbau
tetapi parasetamol yang berasa pahit tidak memiliki bau.
3.1.2. Kelarutan
Zat dicoba diselidiki kelarutannya dengan bermacam-macam zat pelarut baik
anorganik dan organik. Fenol yang dicampur dengan air akan membentuk 2 lapisan
: satu lapisan mengandung air (fenolum lequefaktum) dan satu lapisan lain larutan
fenol dalam air. Larutan fenol dalam air jika ditetesi NaOH akan membentuk suatu
larutan jernih natrium fenolat. Derivatnya seperti parasetamol larut dalam etanol.
3.1.3. pH larutan
Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya ia dapat melepaskan ion H+
dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida
C6H5O- yang dapat dilarutkan dalam air. Dibandingkan dengan alkohol alifatik
lainnya, fenol bersifat lebih asam. Fenol lebih asam karena ikatan kuat cincin
aromatik dengan oksigen sementara ikatan antara oksigen dan hidrogen lebuh
lemah.).
3.2. Reaksi Pendahuluan
3.2.1. Reaksi Warna Diazo
Dalam reaksi ini digunakan pereaksi diazo A yang terdiri dari Asam sulfanilat 1%
dalam HCl dan pereaksi diazo B yang terdiri dari NaNO2 dalam air suling,
ditambahakan larutan NaOH. Diazo A : Diazo B = 4:1
tertarik MERAH + amil alkohol panaskan Zat + Diazo A: Diazo B (4:1) +
NaOH
Untuk membedakan alkohol dengan fenol ditambahkan amil alkohol. Gugus fenol
Prinsip reaksi:
b. Fenol Polivalen
aromatis kelarutan pada banyak jumlah gugus, makin banyak gugus makin mudah
larut.
4.3. Reaksi-Reaksi Asam
4.3.1. Reaksi dengan FeCl3
amatiZat + beberapa tetes FeCl3
Ungu (merah ungu) : derivate salisilat
Merah : asam melonat
Cokelat : asam benzoate, asam aspargin
Cokelat merah : asam asetat
Kuning : asam laktat, asam malat
Jingga : asam indochinolinsulfonat
Biru hitam : asam gallat
1. Reaksi iodoform
endapan kuning muda yang berkilat yangZat + NaOH / NH4OH + sol. Iodii jika
diamati di bawah mikroskop akan terlihat seperti Kristal lantang
Reaksi positif untuk asam piruvat, asam laktat, asam sulfosalisilat.
2. Reaksi cuprifil
Zat + bebrapa tetes CuSO4 1 % + NaOH berlebih, kocok, endapan disaring biru
tua/biru ungu jernih. Reaksi positif untuk asam tartrat, asam pathotenat, asam
glutamate, dan nipagin.
3. Reaksi beilstein
CuO. Kemudian kawatKawat Cu dibersihkan, bakar dengan nyala Bunsen
dicelupkan ke dalam zat, dibakar lagidengan nyala Bunsen, jika positif
memberikan nyala hijau. Reaksi positif untuk asam trichloroasetat.
4. Reaksi marquis
amatiZat + NaOH + formalin 3 tetes
Reaksi (+)
Asetosal : rosa
Asam salisilat dan derivate : merah prambors
anhidrat. Mengandung tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 100,5% dari
asam -2-hidroksi-1,2,3-propanoat jika dihitung terhadap zat anhidrat
Pemerian : hablur bening, tidak berwarna atau serbuk hablur granul sampai halus,
putih, tidak berbau, atau praktis tidak berbau, rasa sangat asam, agak higroskopis
dalam udara lembab
Titik lebur : 153C
pH : 2,2
Kelarutan :
a. Larut dalam 1 bagian air
b. Larut dalam 1,5 bagian etanol ( 95% )
c. Sukar larut dalam eter
Identifikasi :
a. Oksalat : netralkan 10 mL larutan ( 1 dalam 10 ) dengan ammonium hidroksida 6
N, tambahkan 5 tetes asam klorida 3 N, dinginkan dan tambahkan 2 mL kalsium kl
tidak terbentuk kekeruhanorida
b. Sulfat : pada 10 mL larutan ( 1 dalam 10 ) tambahkan 1 mL barium
tidakklorida yang telah ditambahkan 1 tetes asam klorida pekat terjadi kekeruhan
c. Zat mudah terarangkan : masukkan 1 gr ke dalam tabung reaksi dengan ukuran
22 mm x 175 mm yang telah dibilas dengan 10 mL asam sulfat dan tiriskan selama
10 menit. Tambahkan 10 mL asam sulfat, goyang sampai larut sempurna dan
celupkan dalam tangas air pada suhu 901 selama 600,5 menit, jaga permukaan
asam dibawah permukaan air selama pemanasan. Dinginkan tabung reaksi dengan
air mengalir dan pindahkan larutan asam kedalam tabung pembanding warna,
warna asam tidak lebih tua dari volume sama larutan padanan K seperti yang
tertera pada warna dan akrominitas dalam tabung padanan, tabung diamati vertical
dengan belakang putih.
Melakukan pengujia dengan menggunakan infrared absorpsio
spechtrephotometing
Reaksi :
a. Reaksi cuprifil : (+)
flouresensi birrub. Zat + ureum dan dilelekan sampai hitam kering kuat dalam
gelap, bila diasamkan flouresensi hilang, dibarakan kembali flouresensi kembali.
c. Reaksi digines : (+)
putih ( kelebihan KMnO4 ) dihilangkan dengan H2O2d. Zat + H2SO4, asamkan
CuSO4
memberikan warnad. Menentukan adanya inti aromatis dengan reaksi marquis :
zat + H2SO4 + 3 tetes formalin
2. Reaski spesifik :
a. Bila dipanaskan mudah tersublimasi seperti pelangi dan bentuk papan pecah
b. Larutan zat dinetralisir dengan menambahkan MgO/CaCO3 dan FeCl3 akan
terbentuk endapan Fe-benzoat
c. Bau esterifikasi : Zat + etanol + H2SO4 dipanaskan, akan terbentuk etil benzoate
( bau seperti pisang ambon )
3. Uji identifikasi benzoate ( FI III, hal 921 )
endapan merah muda kekuningana. Larutan zat + FeCl3
endapan asam benzoate, mudah larut dalam eterb. Larutan zat + H2SO4 2N
Kegunaan : antiseptikum dan antijamur ( FI III, hal 49 )
ASAM SINAMAT
Sinonim : 3-phenyl-2-propenoic acid, beta-phenylacrilic
Rumus bangun : C9H8O2
BM : 148,15
Organoleptis :
a. Kristal monosiklik
b. Titik leleh : 113C
c. Titik didik : 300C
d. Kelarutan air ( 1: 2000 ), alcohol ( 1:6 ), methanol ( 1: 5 ), kloroform ( 1:12 ),
benzene, aseton, eter, asam asetat glacial
Reaksi
a. Oksidasi oleh KMnO4 1% bau benzaldehid
warna cokelatZat + KMnO4 + NA2CO3
b. Reaksi Kristal dengan sublimasi
cokelat jingggac. Garam-garam sinamat netral + FeCl3
putih, lama-lama Kristal kuningd. Larutan + CaCO3/MgO berlebih, saring
filtratnya, tambahkan MnSO4
e. Melarut dalam NaOH
menghilangkan warnaf. Dilarutkan dalam air/HCl 0,5 N
5. Dengan polarimeter :
Berlaku untuk gula murni. Lihat rotasi jenisnya
5.6. Reaksi Penggolongan Karbohidrat
5.5.1. Reaksi terhadap Gula Terbuka
Gula terbuka adalah bila pada rumusnya terdapat gugus aldehida dan gugus keton
yang berdekatan. Reaksi-reaksinya antara lain :
Reaksi dengan larutan Ag Ammoniakal dengan cara suatu zat ditambahkan
pereaksi Ag ammoniakal menghasilkan larutan yang berwarna hitam dan terbentuk
cermin perak.
Reaksi dengan methyl blue dengan cara suatu zat ditambahkan pereaksi
sehingga warna dari larutan tersebut akan hilang atau menjadi lebih muda.
Reaksi Luff
Pada reaksi ini, digunakan peraksi CuSO4, Asam sitrat, dan Na2CO3. Cara
kerjanya adalah zat ditambahkan pereaksi Luff (tanpa NaOH), lalu panaskan
selama 1-2 sampai berwarna merah. Reaksi ini positif terhadap fruktosa dan
vitamin c. pereaksi Luff lebih baik dan lebih spesifik untuk gula terbuka.
Reaksi Trommer
Pada reaksi ini, digunakan pereaksi CuSO4 dan NaOH. Cara kerjanya adalah zat
ditambahkam NaOH, lalu ditambahkan CuSO4 kemudian dicampurkan dan kocok
sampai didapatkan larutan berwarna biru jernih. Setelah itu panaskan larutan
tersebut sampai mendidih dan larutan berwarna merah jingga. Reaksi ini positif
terhadap Glicerin, Manitol, Asam batu anger.
Reaksi Deninges
Pada reaksi ini, digunakan pereaksi :
b. Reaksi Foulger
Dalam reaksi ini digunakan 40 gram urea, 2 gr SnCl, H2SO4 40 % ad 100 cc.
Sutau larutan zat direaksikan dengan 3 cc pereaksi, lau dipanaskan selama 1 menit
sampai membentuk suatu warna.
- Fruktosa : biru
- Glukosa, galaktosa, dan pentose : merah
- Rhamnosa : merah jingga muda
c. Reaksi warna dengan Implechman
Zat dalam air ditambahkan beberapa tetes difenilamin 5 % dalam spiritus. Lalu
ditambahkan HCl 30 % dengan volume yang sama. Kemudian panaskan selama 10
menit, kocok dengan amil alcohol sehingga warna akan tertarik.
- Fruktosa : biru
- Glukosa : biru muda
- Laktosa : biru muda
- Maltose : biru muda
- Pentose : kelabu / hijau kotor
- Rhamnosa : cokelat merah atau cokelat ungu
d. Reaksi Selliwanof
Zat ditambahakan 10 mg resorsin, lalu ditambahkan 10 cc HCl. Panaskan larutan
tersebut selama 20 menit. Kocok dengan amil alcohol sehingga membentuk suatu
warna.
- Fruktosa : merah
- Glukosa : merah muda
- Laktosa : merah muda
- Maltose : merah muda
- Pentose : hijau kelabu
- Rhamnosa : kuning muda
Cara kerjanya yaitu mula-mula zat dalam HCl 2N ditambahkan pereaksi. Lalu
panaskan selama 5 menit. Kemudian didinginkan. Setelah didinginkan, kocok
dengan eter sehingga akan terbentuk larutan berwarna ungu, fluorosensi biru.
e. Zat pemanis (pseudo gula)
Dalam hal ini digunakan reaksi Molisch (-) untuk Saccharin (Na), Manitol,
Sorbitol, dan Pb asetat.
5.5.7. Pemisahan Karbohidrat berdasarkan Kelarutan
Dalam larutan spiritus 80 % yang larut adalah Arabinosa, Xylosa, Rhamnosa,
Fruktosa, Glukosa, Galaktosa, Manosa, dan Saccharum
Bagian yang tidak larut ditambahkan H2O dingin, maka yang larut adalah
Laktosa, Dekstrin, Glikogen, Tragacanth, Gom Arab.
Bagian yang tidak larut disaring lalu ditambahkan air panas maka yang larut
adalah amilum dan yang tidak larut adalah selulosa
) dan diazo B (NaNO2). Cara kerja dari reaksi ini adalah zat ditambah dengan
Diazo A lalu ditambahkan diazo B ( 4:1 ), kemudian ditambah lagi dengan NaOH
2N sehingga terbentuk warna merah. Lalu campuran tersebut dipanaskan dan
tambahkan dengan amil alcohol. Reaksi ini (+) tidak tertarik, alkohol
Penurunan Asam Borat
Asam borat dalam air dengan pH 3 ditambahkan dengan zat yang memiliki pH 4
Reaksi Mallard
Pencoklatan dengan cara pemangangan sorbitol (-) tidak berwarna cokelat
Penguapan zat dengan air (sifat higroskopis)
Suatu zat dilarutkan dalam air dalam kaca arloji lalu uapkan diatas penangas air.
Reaksi ini akan positif pada sorbitol ( tidak habis air, teteap air sulit menguap).
Reaksi ini akan negative pada manitol ( meninggalkan sisa seperti jarring laba-laba
pada kaca arloji , jika larutan zat diuapkan )
jernih.
i. Zat + Cu asetat menghasilkan larutan hijau biru + NH4OH biru jernih.
j. Zat + HNO3 65% + NaOH + Na-Nitroprusid akan terbentuk warna coklat +
CH3COOH biru violet menjadi biru.
k. Reaksi Hydrazon dan Oksazon
Zat + Fenilhidrazin berlebih dalam Na-asetat, panaskan selama 5 menit endapan
Kristal kuning osazon (sukrosa membentuk Kristal osazon sangat lama yaitu lebih
dari 15 menit pemanasan).
c. Fruktosa
Rumus Kimia : C6H12O6
Bobot Molekul : 180,16
Sinonim : D-fruktosa, levulosa (gula buah), 8-D-fruktofuranosa
Sifat Fisik
- Indeks bias : 1,665
- Kelarutan : mudah larut dalam air, dalam etanol, dan sukar larut dalam NaOH
Organoleptis
Bentuk berupa Kristal higroskokopis
Berwarna putih
Rasanya manis
Tidak berbau
Reaksi Identifikasi
Reaksi umum untuk karbohidrat
1. Reaksi Molisch
Pereaksi : 3% alfa naftol dalam alcohol
Zat + pereaksi Molisch + H2SO4 (p) perlahan-lahan melalui dinding tabung cincin
ungu
2. Reaksi Luff
Pereaksi : CuSO4, Asam sitrat, Na2CO3
Zat + pereaksi Luff (dipanaskan 1-2) endapan merah bata
3. Reaksi Fehling
Pereaksi : Fehling A : CuSO4.5H2O + H2SO4 (p) + aqua
H2O
2. Reaksi Barfoed
Zat + 4,5 gram Cu asetat + asam asetat 0,06 % 100 cc endapan Cu2O
Reaksi berlangsung cepat pada manosa
Reaksi berlangsung lambat pada diosa
3. Dioksida menjadi asam lendir 500 mg zat + 12 ml HNO3 + 15 ml air diuapkan
sampai 10 ml + 10 ml air Kristal asam encer
4. Reaksi Riegler
Zat + Fenil Hidrazin HCl + Na-Ac + NaOH merah untuk galaktosa
Setelah 12 menit bawah mikroskop seperti rambutan
e.Tragacanth
Tragacanth adalah eksudat kering gom dan Astragalus gummiler labillardiere
atau spesies Asiatic lain dad Astralagus (Familia Leguminoseae) FI ed IV
Rumus kimia : (C6H10O5)n
Mengandung campuran polisakarida termasuk arabinogalaktan yang
mengandung -D arabinofuranosa dan rantai 1,4-beta-D-galaktopiranosa serta
sebuah kompleks asam poli rantai 1,1--D-galalakturonat.
Sinonim : Gum Tragacanth, Gomma Andragante, Tragant, Goma Alcatira
Mikroskopis : ada amylumnya; bedanya dengan gom arab
Sifat Fisik
pH : 5
kelarutan : sukar larut dalam air, lengket, dan seperti gula larut dalam alcohol
absolute, dalam alcohol 80 %, dalam etanol, dalam NaOH, dan dalam HCl.
Dikocok dengan air : berbusa
Organoleptis
Berupa serbuk halus berwarna coklat muda
Tidak berbau
Mempunyai rasa tawar seperti lender
Kegunaan
Sebagai emulgator, baik untuk zat yang bersifat asam
Pengikat pil
Kosmetik pelemas kulit
Reaksi Umum
1. Reaksi Mollisch
Pereaksi : 3 % -naphtol dalam alcohol
Zat + pereaksi Mollisch + H2SO4 perlahan-lahan dimasukkan dalam tabung cincin
ungu
2. Reaksi Fehling
Pereaksi : Fehling A : CuSO4.5H2O + H2SO4 (p) + aqua
Fehling B : K Na Tartrat + NaOH + aqua
Perbandingan Fehling A : Fehling B = 1 : 1
Zat + pereaksi Fehling + NaOH 2N (+) endapan CuO sampai merah bata
3. Reaksi Trommer
Peraksi : CuSO4 5% + NaOH 10 %
Zat + pereaksi Trommer (-) biru kehitaman
4. Reaksi warna Azo
Pereaksi : Diazo A : Asam sulfanilat 1 % dalam HCl
Diazo B : NaNO2, air
Diazo A : Diazo B = 4:1
Zat + campuran diazo A dan B +NaOH 2 N (sampai alkalis) merah
f.Gom Arab
Sinonim : Acasiac Gummni, Gummni Arabicum, Gummni Minosa, Gomne de
Senegal, Gummni Africanum
Rumus Struktur :
Gom arab adalah senyawa yang kompleks dan merupakan campuran dari
oligosakarida arabinogalaktosa, polisakarida, dan glikoprotein. Bergantung
sumbernya, komponen glikannya mengandung proporal D-galaktosa yang relative
lebih banyak dari L-arabinosa
Struktur molecular :
Gom arab mengandung campuran polisakarida yang lebih kecil (BM -0,25 x 10-6
, major component) glikoprotein yang kaya hidroksi prolin dengan BM lebih besar
(M.Wt -2,3 x 106 minor component)
Struktur molekul tidak dapat dipastikan
Organoleptis
Bubuk putih kekuningan
Rasa tawar
Tidak berbau
Kegunaan
Emulsifying agent (emulgator)
Pengikat pada pembuatan pil
Reaksi Umum
1. Inversi untuk gula tertutup
Larutan gula 1 % + HCl 4N lalu dipanaskan di waterbath kemudian tambahkan
NaOH 2N + 5 ml Luff (CuSO4, Asam sitrat, Na2CO3) dimasak selama 2 menit
endapan Cu2O merah
2. Reaksi Molish
2 ml larutan gula dalam air + 5 tetes 3 % naphtol dalam spiritus + 2 ml H2SO4(p)
terbentuk cincin ungu
SINTESIS IODOFORM
A. TUJUAN PERCOBAAN : Membuat Iodoform Dari Aseton Melaui Reaksi
Substitusi Elektrofilik
B. DASAR TEORI
Pengertian Iodoform
Iodoform adalah senyawa yang dibentuk dari reaksi antara iodin dengan etanol /
aseton dan asetaldehida dalam suasana basa.
Pembuatan Iodoform
Pembuatan Iodoform serupa dengan pembuatan kloroform, karena merupakan
analog iodinnya. Akan tetapi berbeda dengan pembuatan kloroform, pada
pembuatan iodoform pereaksi yang digunakan adalah natrium hipoiodit. Reaksinya
terjadi antara senyawa karbonil yang memiliki gugus asetil (CH3CO-) dan natrium
hipoidoit (NaOI). Iodoform yang diperoleh berupa kristal berwarna kuning, dengan
titik leleh 1200C dan mempunyai bau yang khas. Iodoform dapat digunakan
sebagai desinfektan dan antiseptik luar.
Reaksi Iodoform
Reaksi Iodoform adalah reaksi haloform dimana dalam reaksi tersebut
digunakan iodida dari larutan alkali hidroksida (NaOH dan KOH) sehingga
menghasilkan Iodoform.
SIFAT-SIFAT IODOFORM
a. Sifat Kimia Iodoform
1) Kondensasi lipidine ethiodide dari alkil menghasilkan cis-( 1-ethylguinoline-4-)trimetinaiomine.
2) Iodoform dan kalium poidat membentuk CL4 (tetraidometane)
3) Iodoform dapat di hidrogenasi di itomenasi (metilan iodida)
4) Iodoform bila dipanaskan dengan campuran anilin dan larutan NOH alkoholat
karbilamine membentuk isosianida.
5) Iodoform dapat di hidrolisis dengan kuat.
6) Iodoform bila direduksi dengan Na2As2O4 akan membentuk metilen iodida.
7) Iodoform bila direaksikan dengan dan NaOH akan menghasilkan warna merah
ungu pada lapisan piridin, setelah di panaskan sebentar.
8) Jika iodoform di panaskan dalam satu tabung kering, akan timbul uap yang
berwarna violet dari iodium.
9) Test larutan AgHO3 reaksi dengan larutan AgHO3 (argentum nitrat) tidak
memberikan endapan kuning perak iodida (Agl).
10) Tidak bereaksi dengan kolomel, HgO.
b. Sifat Fisika Iodoform
1) Bentuk berupa kristal kuning berkilauan
2) Bentuk bangun merupakan heksagonal dengan I sebagai pusatnya
3) Titik lebur 119-1230C
4) Berat jenis 4,00 gr/mil
5) Berat molekul 393,73
6) Komposisi C=3,05g; H=6,266; I=96,496
7) Mudah menguap (meyublim) pada suhu kamar
8) Terurai oleh pengaruh panas cahaya dan udara membentuk CO2, CO, I2, H2O
9) Memiliki bau yang khas
10) Sukar larut dalam air tapi mudah laut dalam akohol
11) Berguna dan acetor
12) Perlahan-lahan larut dalam petaoida atom
Kegunaan Iodoform
1. Sebagai pemusnah baktei iodoform digunakan sebagai antiseptik terhadap luka-luka
lecet, karena membebaskan I2
2. Sebagai pencegah keluarnya nanah dan pencegah pertumbuhan bakteri.
Pembuatan Iodoform
Iodoform dapat dihasilkan dari :
1. Alkohol
Alkohol direaksikan dengan I2 dan KOH, maka mula-mula alkohol direaksika
dengan alkanal.
Dalam lingkungan KOH maka triodetanal berubah menjadi iodoform dan kalium
metanoat
2. Aseton
Aseton direaksikan dengan I2 dan KOH, maka I2 akan mengoksidasi aseton.Dalam
lingkungan basa (KOH) H3C-C-Cl3 di ubah menjadi iodoform dan kalium asetat
Dalam lingkungan basa (KOH) H3C-C-Cl3 di ubah menjadi iodoform dan kalium
asetat.
3. Asam laktat
4. Secara elektrolisa
Aseton maupun atenal dapat di elektrolisa oleh KI an Na2CO3, elektrolisa
dilakukan dengan elektroda platinum. Larutan yang ada mengandung K+, Na +, I-,
CO2 dan H+ serta O- dari air. Ion-ion akan kehilangan muatan selama elektrolisa,
H+ pada katoda, dan I- serta OH2 yang dibebaskan pada anoda, bereaksi bersama
menghasilkan iopoiodit CO-. Larutan menjadi mengandung ion NaOI yang
bereaksi dengan atenol atau asenal.
5. Iodoform dapat dibuat dengan semua zat bereaksi positif dengan positif dengan
iodoform test.
Iodoform Test
Senyawa yang mengandung salah satu dari gugus I-CH3 dan OH-CH3 akan
bereaksi dengan I2 dalam NaOH memberikan endapan kuning iodoform. Reaksi
ini adalah reaksi terhadap test.
Senyawa yang mengandung gugus CHOHCH3 memberikan hasil positif pada
iodoform test, karena karena itu pertama kali di oksidasi menjadi metal keton.
Metal keton kemudian bereaksi dengan I2 dan ion Hidropodia menghasilkan
iodoform. Gugus fungsional COCH3, atau CHOHCH3 dapat diserang oleh anil,
alkil, atau hydrogen. Etanol, acetaldehid, acetor, alkohol sekunder, aceta fenam,
isopropyl alkohol, kunder, aceta fenon, metal keton yang lain, isopropyl alkohol
asam laktat, hidrat tekstabil dari acetadehid, CH 3 serta karbinal sekunder dimana
satu gugusnya yang diserang CH adalah metal semuanya membuat reaksi positif
terhadap iodoform test.
Secara umum senyawa dimana gugus metilnya diserang oleh gugus CH 3CO-, CH2
ICO-, atau CH2CO- yang ketika bergabung dengan atom hydrogen atau atom
hydrogen/gugus aktif akan memberikan sterie hindrance (gangguan ruang) yang
berlebihan.
Iodoform test akan bereaksi positif untuk senyawa apapun yang bereaksi dengan
regent untuk memberikan turunan yang mengandung satu dari gugus yang di
syaratkan. Sebaliknya senyawa yang mengandung satu dari gugus yang di
syaratkan tidak akan memberikan iodoform bila gugus tersebut dirusak oleh
oksihidrolitik dari reagent sebelum iodonasi sempurna. Jenis-jenis senyawa yang
memberikan reaksi positif terhadap iodoform test: (R= radikal anil atau alkil,
kecuali anil di-ortho, tersubtitusi radikal). Hal ini disebabkan senyawa gugus asetil
di atas dipisahkan oleh reagent menjadi asam asetal yang menahan iodiasi.
Iodoform test sering digunakan pula untuk menentukan kebebasan suatu senyawa
suatu zat, dimana senyawa itu diketahui memberi reaksi positif terhadap test,
sering digunakan untuk membedakan alkohol primer, sekunder, sekunder dan
tersier (terutama melihat ada tidaknya alkohol sekunder). Struktur alkohol
sekunder menghasilkan test positif terhadap iodoform test.
Tahap-tahap kerja rekristalisasi
1) Pemilihan pelarut
2) Melarutkan senyawa murni dalam senyawa padat atau dekat titik didihnya
3) Penyaringan larutan masih dalam keadaan panas dari partikel zat yang tidak larut
4) Pendinginan larutan yang masih panas tersebut, sehingga senyawa yang di larutkan
akan mengkristal kembali
5) Pemisahan kristal dari larutan yang menyertainya
6) Pengeringan kristal
Cara pemilihan pelarut
1) Mempunyai daya pelarut yang tinggi untuk senyawa yang akan dimurnikanm pada
suhu tinggi, dan mempunyai daya larut yang rendah pada suhu yang rendah
2) Titik didih rendah, untuk dapat mempermudah proses pengeringan setelah kristal
terbentuk
3) Titik didih pelarut hendaknya lebih rendah dari titik lebur zat padat yang di larutkan
tidak murni terurai pada saat pelarutan
4) Pelarut tidak bereaksi dengan pelarut yang akan di larutkan
5) Dapat menghasilkan bentuk kristal senyawa yang dimurnikan
6) Mudah dipisahkan dari senyawa yang mudah dimurnikan
7) Dapat memisahkan kotoran dari senyawa murninya dengan cepat
8) Ekonomis dan mudah diperoleh.
D.
ALAT
BAHAN
DAN
Bahan :
NaOH 10%
NaOh merupakan basa kuat
Digunakan dalam pembersihan minyak tanah, dalam pembuatan sabun, plastik, dan
bahan kimia lainnya.
Aseton
Keton yang paling sederhana
Diperoleh dari peragian pati
Bercampur sempurna dengan air
Merupakan pelarut senyawa organik
KI
Etanol 95%
Memiliki titik didih 78,50C
Jika dipanaskan pada 1800C dengan sedikit asam hidroklorida pekat, hasil etilen
yang diperoleh cukup banyak.
NaOCl 5%
E. CARA KERJA
F. HASIL PENGAMATAN
WAKTU
10.00
PERLAKUAN
Ditimbang 10 g iodium, 10 g
aseton, dan 10 g NaOH
PENGAMATAN
10 g NaOH dilarutkan
dalam 100 ml aquadest
untuk diencerkan
10 g iodium ditambahkan 10 g Terbentuk
perubahan
10.20
10.30
sedikit,
bila
terjadi
kuning,
dan
atau air es
Larutan disaring dengan corong Pada endapan terdapat
buchner
kuning
Endapan yang terdapat kristal Terbentuk
CHI3
12.00
warna
kuning
12.15
12.27
kristal
Kristal
tidak
bereaksi
alkalis.
Terbentuk kristal CHI3
CHI3
dikristalkan warna
kuning
dan
filtratnya
berwarna
kuning
Hasil titik leleh 106 C
G. PEMBAHASAN
Iodoform merupakan senyawa yang dibentuk dari treaksi antara iodin dengan
etanol/ aseton dan asetildehida dalam suasan basa. Untuk membuat iodoform dari
aseton digunakan reaksi elektrofilik.
10 gram aseton ditambah 10 gram iod dimasukkan ke dalam labu dasar datar.
Penggunaan labu dasar datar supaya dapat berdiri tanpa dipegang. Kemudian ,
ditambahkan 20 ml NaOH sedikit demi sedikit (lewat corong pisah). Hal yang
harus dihindari ialah jangan sampai terlalu banyak menambahkan NaOH sebab,
dapat menyebabkan panas. Namun, apabila terjadi panas, segera dinginkan dengan
lap basah atau dengan mengalirkan air kran atau air es. Fungsi dari penambahan
NaOH adalah untuk menghasilkan kristal iodoform berwarna kuning. Setelah itu,
dengan segera ditambahkan 300 cc air. Penambahan segera 300 cc air setelah
terbentuk kristal kuning maksudnya untuk mengencerkan NaOH yang mungkin
berlebih dan unutk mencegah kecepatan terhidrolisisnya iodoform yang terbentuk.
Hasil kristal kuning yang diperoleh dan telah ditambahakan air segera disaring
dengan corong buchner. Kemudian kristal dicuci sampai filtrat tidak bereaksi
alkalis, atau bebas NaOH karena sisa NaOH dikristal dapat menyebabkan
penguraian iodoform pada waktu kristalisasi dengan alkohol. Setelah itu dicuci
dengan alkohol dan ditentukan titik lebur/ titik leleh. Pada percobaan diatas, titik
leleh yang diperoleh yaitu 1060C.
H. KESIMPULAN
Setelah melakukan praktikum, maka dapat diketahui bahwa iodoform dapat
disintesis atau dibuat dari aseton melalui reaksi elektorilik. Titik leleh yang
diperoleh adalah 1060C.
DAFTAR PUSTAKA
Akhmadi Suminar.______. Kimia dasar prinsip dan terapan modern._____:____
Akhmadi Suminar.______. Kimia organik edisi ke enam._____:_________
Direktorat Jendral POM. 1995. Farmakope Indonesia, edisi IV. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI
Tim Asistensi Kimia Organik II. 1993. Penuntun Praktikum Kimia Organik.
Bandung: Fakultas MIPA Bandung
piridinium khlor kromat adalah oksidator yang dapat merubah alkohol primer
menjadi aldehid tanpa merubahnya menjadi asam karboksilat (Petrucci, 1987).
Keton adalah suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus karbonil
terikat pada dua gugus alkil, dua gugus alkil, atau sebuah alkil. Keton juga dapat
dikatakan senyawa organik yang karbon karbonilnya dihubungkan dengan dua
karbon lainnya. Keton tidak mengandung atom hidrogen yang terikat pada gugus
karbonil (Wilbraham, 1992).
Pembuatan keton ynag paling umum adalah oksidasi dari alkohol sekunder.
Hampir semua oksidator dapat dipakai. Pereaksi yang khas antara lain khromium
oksida (CrO3), phiridinium khlor kromat, natrium bikhromat (Na2Cr2O7) dan
kalium permanganat (KMnO4) (Respati, 1986).
Reaksi-reaksi pada aldehida dan keton adalah reaksi oksidasi dan reaksi
reduksi. Reaksi oksidasi untuk membedakan aldehida dan keton. Aldehid mudah
sekali dioksidasi, sedangkan keton tahan terhadap oksidator. Aldehida dapat
dioksidasi dengan oksidator yang sangat lemah. Sedangkan reaksi reduksi terbagi
menjadi tiga bagian yaitu reduksi menjadi alkohol, reduksi menjadi hidrokarbon
dan reduksi pinakol (Wilbraham, 1992).
Sifat-sifat fisik aldehid dan keton, karena aldehid dan keton tidak
mengandung hidrogen yang terikat pada oksigen, maka tidak dapat terjadi ikatan
hidrogen seperti pada alkohol. Sebaliknya aldehid dan keton adalah polar dan
dapat membentuk gaya tarik menarik elektrostatik yang relatif kuat antara
molekulnya, bagian positif dari sebuah molekul akan tertarik pada bagian negatif
dari yang lain (Fessenden, 1997).
A. Iodoform
Iodoform adalah zat padat kuning dengan bau yang khas. Iodoform banya
digunakan dalam bidang kedokteran sebagai antiseptik, pembuatannya sama
dengan kloroform, dan iodoform dapat dibuat jika propanon berturut-turut dapat
direaksikan dengan klorin atau iodin dan kemudian basa KOH.
Iodoform dapat diperoleh dari etil alkohol atau aseton dengan iodida dan alkil :
C5H5OH + 4I2 + 6 KOH HCl3 + HCOOK + 5H2O + 5KI
Dapat pula dari etil alkohol atau aseton dengan iodida dan sodium karbonat.
Halogenasi alfa merupakan dasar suatu uji iodoform untuk metil keton. Gugus
metil dari suatu metil keton diiodinasi bertahap sampai terbentuk iodoform padat
kuning.
B. Tes Benedict
Tes benedict memberikan hasil positif bila terbentuk endapan merah bata.
Aldehida alifatik dioksidasi menjadi asam karboksilat dengan pereaksi
benedict( kompleks ion Cu(II) sitrat dalam larutan basa). Ion Cu(II) direduksi
menjadi Cu2O(endapan berwarna merah bata). Aldehida aromatik dan keton tidak
bereaksi dengan pereaksi benedict.
R-CHO + 2Cu2+ + 5 OH
Biru
merah
Tes Iodoform.
Alat :
bata
Gelas Beaker.
Batang Pengaduk.
Kertas Saring.
Penanggas Air.
Timbangan Analitik.
Bahan :
KI
NaOCl
Aseton
Alkohol
B.
Tes Benedict.
Alat :
Pipet Tetes.
Tabung Reaksi.
Gelas Beaker
Penanggas Air
Bahan :
Formaldehida.
Aseton.
Benzaldehid
Pereaksi Benedict
IV. Cara Kerja
A. Iodoform
1.
2.
3.
4.
1.
Tes Benedict
Ditempatkan masing-masing 10 tetes formaldehida, benzaldehida, dan aseton ke
3.
Dikocok setiap tabung reaksi dan kemudian dipanaskan tabung reaksi ( di atas
90oC) didalam beaker yang berisi air selama 10 menit.
4.
V. Hasil Pengamatan
A. Iodoform
B. Benedict
VI. Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat didefinisikan
aldehida adaLah senyawa orgnaik yang karbon-karbonilnya (karbon yang terikat
pada oksigen) selalu berikatan dengan paling sedikit satu hidrogen, rumus struktur
aldehida ialah RCHO. Sedangkan keton adalah senyawa oprgnaik yang senyawa
karbon-karbonilya dihubungkan dengan dua karbon lain, rumus struktur keton
ialah RCOR.
Aldehida dan keton dalam air bercampur sempurna. Keduanya juga dapat
dikenali dengan memperhatikan namanya yaitu berakhiran al untuk aldehida dan
berakhiran on untuk keton. Aldehida dan keton juga mempunyai bau khas.
Aldehid berbau merangsang dan keton berbau harum.
Pada percobaan ini dilakukan uji iodofrom dan tes benedict, pada iodofrom
terbentuk kristal kuning. Mungkin dalam percobaan ini hasil yang didapatkan tidak
sesuai dengan teori yang ada. karena disebabkan oleh beberapa faktor, salah
satunya adalah formalin dan aseton yang digunakan kemungkinan adalah sampel
lama. Selain itu pemanasan yang dilakukan mungkin tidak terlalu sempurna.
Pada uji benedict ini bertujuan untuk mengetahui reaksi pada aldehid dan
keton dengan direaksikan dengan benedict. Larutan yang akan di uji dengan
benedict adalah formaldehid, aseton dan benzaldehida.
ditambahkan
formaldehida,
aseton
dan
benzaldehida.
Kemudian
bersifat oksidator lemah, ion tersebut dapat mengoksidasi gugus aldehid saja tetapi
tidak dapat mengoksidasi gugus keton seperti halnya reagen Tollens.
Pengujian reaksi formaldehid, aseton dan benzaldehid dengan reagen
benedict, reagen benedict mengandung ion Cu2+ yang bersifat oksidator lemah, ion
tersebut dapat mengoksidasi gugus aldehid saja tetapi tidak dapat mengoksidasi
gugus keton.
VII.
Kesimpulan
VIII.
Daftar
Pustaka
-http://triyasrahayu.blogspot.com/2011/10/laporan-organik-aldehid-dan-keton.html
- Fesenden, J Ralp, dan Joan s. Fessenden. 2006. Kimia Organik Jilid1.
Terjemahan
-
Reskasari,
Aloysius
Revi.
Hadyana
2011.
Pudjaatmaka.
Kimia
Organik
Jakarta:
Aldehid
Penerbit
Erlangga
keton
(Online).
tanggal
I. Tujuan
Mengidentifikasi
- Mempelajari sifat
Mempelajari
Senin,
15
oktober
2012
Tabung
-
Beaker
Bahan
:
reaksi
Penaggas
glass
Pipet
Termometer
:
Asam
Salisilat
0,5
NaOH
HCL
Es
70
Etanol
-
Butanol
-
IV.
a. Asam Karboksilat
b. Esterifikasi
3
Asam
Cara
garm
Aquadest
3M
3M
Batu
3ml
ml
Asetat
H2SO4
Kerja
V.
1.
2.
Hasil
Asam
Pengamatan
karboksilat
Esterifikasi
VI.
Pembahasan
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui serta memahami reaksi-reaksi
+ H2O
Kesimpulan
- Percobaan reaksi garam karboksilat terjadi reaksi positif dari asam salisilat karena
terjadi perubahan pada saat pemanasan, dengan terbentuknya endapan kristal putih.
- Percobaan esterifikasi, dengan etanol diketahui sampel asam propionat lebih
reaktif dari pada sampel yang lain, karena menghasilkan bau yang sangat
menyengat.
Asam
asetat
yang
paling
tidak
bereaksi.
VIII.
Daftar
Pustaka
http://pkimorg1a.blogspot.com/
http://annisanfushie.wordpress.com/2009/01/02/asam-karboksilat/
http://chemical-engineer.digitalzones.com/biodiesel.html
http://group1bprakkimorg.blogspot.com/2012/10/percobaan-ii.html
http://group4kimorg.blogspot.com/2012/11/identifikasi-asam-karboksilat-danester.html
http://pkimorg1a.blogspot.com/
IX.
Lampiran
1. Sebutkan cara cara produksi ester selain esterifikasi! Reaski transesterifikasi dari
Asam lemak dari minyak lemak nabati direaksikan dengan alkohol menghasilkan
ester
dan
produk
samping
berupa
gliserin.
2. Mengapa HCl pekat dan NaOH tidak bisa menjadi katalis dalam reaksi
esterifikasi? Karena HCl dan NaOH tidak dapat mendonorkan 2 proton pada saat
mekanisme
esterifikasi
yaitu
proses
protonasi.
3. Mengapa setelah penambahan HCl ion salisilat menjadi tidak larut? karena HCl
berfungsi untuk mengetahui banyaknya NaOH yang tersisa dalam proses
saponifikasi. Disamping itu penambahan HCl juga untuk memberikan suasana
asam, karena hasil mula-mula dari reaksi saponifikasi adalah berupa karboksilat,
dengan adanya penambahan HCl ini karboksilat diubah menjadi asam karboksilat.
4.
Tuliskan
persamaan
Reaksi asam karboksilat :
C6H7O3 + NaOH C7H5NaO3 + H2O
reaksi!
CH3COOH
CH3COOCH2CH3 +
H2O
Mengetahui sifat fisik dari beberapa senyawa alkohol, diantaranya untuk mengetahui perbedaan
titik didih, perbedaan viskositas, perbedaan bau dan perbedaan kelarutan
Menentukan struktur alkohol primer, sekunder, dan tersier berdasarkan reaktivitasnya terhadap
beberapa pereaksi.
C. DASAR TEORI
Alkohol sering dipakai untuk menyebut etanol, yang juga disebut grain alcohol; dan
kadang untuk minuman yang mengandung alkohol. Hal ini disebabkan karena memang etanol
yang digunakan sebagai bahan dasar pada minuman tersebut, bukan metanol, atau grup alkohol
lainnya. Begitu juga dengan alkohol yang digunakan dalam dunia farmasi. Alkohol yang
dimaksudkan adalah etanol. Sebenarnya alkohol dalam ilmu kimia memiliki pengertian yang
lebih luas lagi.
Dalam kimia, alkohol (atau alkanol) adalah istilah yang umum untuk senyawa organik
apa pun yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon, yang ia sendiri
terikat pada atom hidrogen dan/atau atom karbon lain.
Alkohol adalah turunan hidrokarbon yang satu atau lebih atom H-nya diganti dengan
gugus hidroksil. Alkohol dibagi atas 3 golongan, yaitu alkohol primer, sekunder, dan tersier.
Dalam peristilahan umum, "alkohol" biasanya adalah etanol atau grain alcohol. Etanol dapat
dibuat dari fermentasi buah atau gandum dengan ragi. Etanol sangat umum digunakan, dan telah
dibuat oleh manusia selama ribuan tahun. Etanol adalah salah satu obat rekreasi (obat yang
digunakan untuk bersenang-senang) yang paling tua dan paling banyak digunakan di dunia.
Dengan meminum alkohol cukup banyak, orang bisa mabuk. Semua alkohol bersifat toksik
(beracun), tetapi etanol tidak terlalu beracun karena tubuh dapat menguraikannya dengan cepat.
Alkohol digunakan secara luas dalam industri dan sains sebagai pereaksi, pelarut, dan
bahan bakar. Ada lagi alkohol yang digunakan secara bebas, yaitu yang dikenal di masyarakat
sebagai spirtus. Awalnya alkohol digunakan secara bebas sebagai bahan bakar. Namun untuk
mencegah penyalahgunaannya untuk makanan atau minuman, maka alkohol tersebut
didenaturasi. denaturated alcohol disebut juga methylated spirit, karena itulah maka alkohol
tersebut dikenal dengan nama spirtus.
Struktur
Gugus fungsional alkohol adalah gugus hidroksil yang terikat pada karbon hibridisasi sp3.
Ada tiga jenis utama alkohol - 'primer', 'sekunder, dan 'tersier'. Nama-nama ini merujuk pada
jumlah karbon yang terikat pada karbon C-OH. Etanol dan metanol (gambar di bawah) adalah
alkohol primer. Alkohol sekunder yang paling sederhana adalah propan-2-ol, dan alkohol tersier
sederhana adalah 2-metilpropan -2-ol.
Alkohol umum
Isopropil Alkohol (sec-propil alcohol, propan-2-ol, 2-propanol) H3C-CH(OH) CH3, atau alkohol
gosok
Etilena Glikol (etana-1,2-diol) HO-CH2-CH2-OH, yang merupakan
antifreeze
Gliserin (atau gliserol, propana-1,2,3-triol) HO-CH2-CH(OH)-CH2-OH yang terikat dalam
minyak dan lemak alami, yaitu trigliserida (triasilgliserol)
Fenol adalah alkohol yang gugus hidroksilnya terikat pada cincin benzena
Nama umum biasanya dibentuk dengan mengambil nama gugus alkil, lalu menambahkan
kata "alkohol". Contohnya, "metil alkohol" atau "etil alkohol sedangkan Nama IUPAC dibentuk
dengan mengambil nama rantai alkananya, menghapus "a" terakhir, dan menambah "ol".
Contohnya, "metanol" dan "etanol".
Turunan Alkohol
Metanol atau metil alkohol (CH3OH) ditemukan tahun 1661 oleh Robert Boyle diantara
senyawaan yang terbentuk pada penyulingan kering kayu. Metanol murni berupa cairan tidak
berwarna, baunya menyerupai alkohol dan rasanya tajam. Larut dalam air dan pelarut organik.
Bila dibakar nyalanya tidak bercahaya dan kebiru-biruan. Metanol sangat beracun, bila diminum
selain dapat memabukkan juga dapat mengakibatkan kebutaan. Dahulu metanol terdapat pada
penyulingan kering kayu.
Bila kayu dipanaskan dalam retor dari besi pada suhu 300'C, maka dalam retor itu tinggal
arang kayu, sedangkan sulingan selain dari CO terdiri dari 2 fasa cair yang tidak dapat
bercampur. Metanol tidak murni sering disebut spiritus-kayu (wood spirit). Metanol digunakan
sebagai pelarut, untuk membuat pernis, industri zat warna, sebagai bahan untuk membuat
metanal, sebagai tambahan pada bensin, dan untuk mengawasifatkan etanol. Etanol atau
etilalkohol (C2H5OH) telah lama diketahui manusia, berkat pembentukannya pada peragian buah
yang mengandung sakar. Etanol adalah cairan jernih yang larut dalam air dan berbau khas,
nyalanya berwarna biru. Etanol banyak dibuat dengan peragian sakar, misalnya glukosa.
Etanol digunakan di lab dan dalam teknik sebagai pelarut, untuk membuat senyawaan
organik, untuk membuat karet sintesis, sebagai bahan bakar, untuk membuat cuka, chloroform,
iodoform, dan untuk campuran minuman. Karena minuman beralkohol dikenakan cukai tinggi,
maka alkohol teknik selalu diawasifatkan (didenaturasi), yaitu ditambahi metanol yang beracun
dan piridin yang baunya busuk serta suatu zat warna, supaya tidak dapat diminum lagi.
Pipet tetes Bahan:Gelas. Panjang: 150 mm dengan karet kualitas baik. Kegunaan Untuk
meneteskan larutan dalam jumlah kecil
Tabung reaksi Bahan: gelas borosilikat, Ukuran: 15 x 150mm. Per pak 50 buah.
Kegunaan Untuk mereaksikan zat.
Beker gelas 1000 ml Bahan: gelas borosilikat.
Volume : 1000 ml. Berskala teratur dan permanen warna putih, tingkatan untuk percobaan siswa.
Kegunaan Tempat untuk percobaan, proses difusi osmosis.
Gelas ukur 100 ml Gelas dengan penutup. Dasar bundar, Tingkatan: untuk siswa. Kapasitas:
100 ml. Kegunaan Untuk mengukur
2.
Etilena glikol
Pentanol
5-butanol
n-butil alkohol
H2O
H2SO4 pekat
I2 dalam KI 10%
HCl
-
a. Titik didih
c.
Uji Bau
dibuka
di baui dengan cara menepiskan uapnya dari mulut botol kearah hidung(dilarang mencium
langsung dari botol)
a. Uji Iodoform
b.
Uji Esterifikasi
butil alkohol
c.
Uji Oksidasi
- dikocok
- ditambahkan 2 tetes cairan yang diuji kedalam larutan tersebut
- dipanaskan
- dicatat bau dan perubahan warna yang terjadi
dilakukan uji ini untuk etanol, sek-butil alkohol dan
terst-butil alkohol
F. HASIL PENGAMATAN
Uji Sifat Fisika Alkohol
Titik Didih
Senyawa alkohol
Etanol
n- butanol
n-butanol
Penguapan cepat
Kesimpulan
atau lambat
Cepat
Lambat
Lambat
Cepat
ter-butil alkohol
kesimpulan
Etanol
n-butanol
(tetes)
30 tetes
10 tetes
5-butanol
10 tetes
Ter-butanol
20 tetes
Senyawa alkohol
Bau/ Harum
Kegunaan
Untuk mensintesa formaldehida,
Metanol
Harum meyengat
Uji bau
Etanol
n-butanol
Busuk menyengat
Digunakan sebagai pelarut untuk
Etilenaglikol
Menyengat
5- butanol
Harum menyengat
Ter- butanol
Sangat menyengat
Sebagai
emolien(suatu
melunakkan
Gliserol
Tidak berbau
pelarut,
sebagai
zat
atau
yang
dapat
melembutkan
Hasil Pengamatan
Etanol : larut dalam air
n-butanol : terbentuk 2 lapisan
butanol, 2-butanol) kedalam masing-masing
2-butanol : terbentuk 2 lapisan
tabung + 2 ml air kedalam masing-masing
Etanol : tercampur sempurna
tabung.
n-butanol : terbentuk 2 lapisan
- Menambahkan 4-5 ml larutan I2 10% dlm KI
2-butanol : tercampur
Semua larutan berubah wana menjadi warna
- Menambahkan NaOH 10-20 % tetes demi
kuning
tetes sampai warna iodine hilang & warna
cairan kuning.
- Memanaskan ketiga tabung reaksi selama
20 menit lalu didinginkan
Etanol
terdapat
endapan
lapisan
(baunya menyengat)
:
terbentuk
2
lapisan
(baunya menyengat)
2) Uji Esterifikasi
Perlakuan
Hasil Pengamatan
- Memasukkan larutan yg akan di uji (etanol, Etanol
: larut
sec-butanol, t-butanol) kedalam masing- Sec-butanol : larut
t-butanol : larut
masing tabung reaksi dan + kan asam asetat
glacial pd masing2x tabung
Etanol
: bercampur
- Menambahkan 0,5 H2SO4 pekat kedalam Sec-butanol : becampur
t-butanol : bercampur
masing-masing tabung tersebut
Semuanya bercampur
- Dikocok lalu dipanaskan perlahan-lahan
- Menambahkan 3 ml air & mencatat bau
uapnya dgn hati-hati
(baunya
Etanol
: bau balon
Sec-butanol : bau obat
t-butanol : bau obat
3) Uji Oksidasi
Perlakuan
- Memasukkan 2 tetes larutan yang diuji Etanol
(etanol, 5-butanol, t-butanol) kedalam tabung 5-butanol
t-butanol
yang berbeda dan menambahkan 5 ml larutan
Hasi Pengamatan
: larut (kuning keemasan)
: larut (kuning keemasan)
: larut (kuning keemasan)
Memanaskan
mencatat baunya.
secara
perlahan-lahan
Etanol
: bercampur
5-butanol : bercampur
: bercampur
& t-butanol
5-butanol dan etanol berubah warna larutan
menjadi warna kuning tua keemasan; dan tbutanol tdk terjadi perubahan warna (tetap
kuning keemasan)
G. PEMBAHASAN
Pada percobaan alcohol dan reaksi-reaksi alcohol alifatik ini kami akan melakukan uji sifat fisika
dan sifat kimia pada alcohol. Adapun percobaan yang kami lakukan adalah sebagai berikut
dibawah ini :
Uji sifat Fisik Alkohol
a. Titik didih
Pada percobaan uji titik didih ini langkah pertama yang dilakukan adalah menyediakan
kapas yang dibulatkan, besarnya bulatannya di sesuaikan dengan mulut botol senyawa alkohol
kemudian basahi masing-masing kapas dengan menggunakan senyawa alcohol: etanol, nbutanol, dengan jalan memiringkan botol dan goreskan kapas-kapas yang telah basah tersebut
pada permukaan kaca, goresannya harus sama luasnya. Kemudian amati manakah yang lebih
dahulu mengering, etanol atau n butanol. Ternyata setelah diamati etanol lebih cepat mengering
bila dibandingkan dengan n-butanol. Hal ini disebabkan karena etanol yang mempunyai rantai
atom pendek bila dibandingkan dengan n-butanol dan juga etanol memiliki titik didih lebih
rendah dari pada n-butanol sehingga apabila diuapkan diudara antara etanol dan n-butanol maka
etanol yang lebih menguap. Perlakuan yang sama juga dilakukan pada n-butanol dan t-butanol
dan setelah diamati t-butanol lebih menguap dahulu dari pada n-butanol, dengan demikian nbutanol memiliki titik didih lebih tinggi dari pada t-butanol.
b. Kelarutan Dalam Air
Pada percobaan yang kedua yaitu memasukan 10 tetes air kedalam 4 buah tabung reaksi
kecil yang bersih dan kering pada ketiga tabung reaksi. Kemudian dengan menggunakan pipet
tetes yang sama yang sebelumnya harus dibilas terlebih dahulu dengan senyawa alkohol yang
akan diujikan (etanol, n-butanol, t-butanol, 5-butanol). Kemudian mengamati bagaimana
kelarutannya. Dan apabila terdapat kekeruhan atau emulsi, maka penambahan harus dihentikan.
Kemudian menghitung beberapa tetes senyawa alkohol yang ditambahkan tadi. Dan hasilnya
etanol memiliki kelarutan yang lebih kecil dimana membutuhkan banyak tetes air sehingga
etanol tersebut telah keruh (15 tetes) dan n-butanol memiliki kelarutan yang besar hanya dengan
beberapatetes air terjadi perubahan(10 tetes) dan t-butanol memiliki kelarutan yang besar dari nbutanol karena hanya dengan 5 tetes telah terjadi kekeruhan dan untuk 5-butanol tidak bias larut
dalam air melainkan hanya terbentuk larutan 2 lapisan saja Sedangkan gliserol memiliki
kelarutan yang kecil karena untuk mencapai kekeruhan harus ditetesi 20 tetes air. Jadi dapat
disimpulkan bahwa suatu senyawa yang mempunyai rantai atom terpanjang maka sifat
kelarutannya juga semakin besar.
c. Uji Bau
Yang pertama dilakukan adalah dengan membuka tutup botol yang berisi zat, kemudian
segera baui dengan cara menapiskan uapnya dari mulut botol kearah hidung. Kemudian
melakukan uji bau ini pada senyawa alcohol seperti metanol, etanol, Etilen glikol, n-butanol, tbutanol dan 5-butanol. Dimana diperoleh uji bau sebagai berikut :
- Etanol baunya harum menyengat,
- 5-butanol baunya menyengat
- t-butanol baunya sangat busuk menyengat,
- Metanol baunya sangat menyengat,
- Etilena glikol sangat menyengat dan
- n-butanol baunya busuk sekali (menyengat).
Uji Sifat Kimia Alkohol
a. Uji Iodoform
Langkag awal pada percobaan ini yang dilakukan adalah memasukan 1 ml larutan uji
(etanol, n-butanol, 2-butanol) kedalam masing-masing tabung yang berbeda kemudian
ditambahkan 2 ml air kedalam masing-masing tabung tersebut. Setelah diamati etanol larut
dalam air dengan sempurna sedangkan n-butanol dan 2-butanol keduanya tidak larut dalam air
dan terbentuk 2 lapisan larutan. Kemudian ditambahkan lagi 4-5 ml larutan I 2 dalam KI 10%.
Hasil pengamatan menunjukan ternyata setelah penambahan larutan I 2 10%, etanol dan 2-butanol
larut dan bercampur dengan sempurna sedangkan n-butanol sendiri tidak mengalami perubahan
(masih sama seprti awal). Selanjutnya sebelum dilakukan pemanasan terlebih dahulu
ditambahkan NaOH 10-20 % tetes demi tetes sampai warna iodine hilang & warna cairan kuning
dan hasilnya diperoleh semua larutan berwarna kuning. Kemudian dilakukan pemanasan selama
20 menit lalu didinginkan dan hasilnya diperoleh pada Etanol terdapat endapan (baunya khas
& menyengat) sedangkan untuk n-butanol dan 2-butanol keduanya terbentuk 2 lapisan dan
keduanya memiliki bau menyengat.
b. Uji Esterifikasi
Pada percobaan uji sifat kimia alkohol pada uji esterifikasi langkah awal yang dilakukan
adalah memasukkan larutan yang akan di uji (etanol, sec-butanol, t-butanol) kedalam masingmasing tabung reaksi dan ditambahkan asam asetat glacial pada masing-masing tabung tersebut
setelah diamati hasil menunjukkan bahwa etanol, sec-butanol dan t-butanol ketiganya
larut/bercampur dengan asam asetat glacial. Setelah itu menambahkan 0,5 ml H2SO4 pekat
kedalam masing-masing tabung tersebut lalu dipanaskan dan hasilnya menunjukkan semua
larutan bercampur dengan larutan H2SO4 pekat. Selanjutnya menambahkan 3 ml air & mencatat
bau uapnya dgn hati-hati. Dari hasil penambahan 3 ml air diperoleh hasil Etanol baunya sepeti
balon, Sec-butanol dan t-butanol baunya seperti bau obat-obatan.
c.
Uji Oksidasi
Pada percobaan ini langkah awal yang dilakukan adalah memasukkan 2 tetes larutan yang
diuji (etanol, 5-butanol, t-butanol) kedalam tabung yang berbeda dan menambahkan 5 ml larutan
sodium dikromat kedalam masing-masing tabung dan hasilnya menunjukkan ketiganya
melarut/saling bercampur. Kemudian menambahkan 1 tetes H 2SO4 pekat, kemudian dikocok dan
semuanya bercampur. Selanjutnya memanaskan secara perlahan-lahan & mencatat baunya
sehingga diperoleh hasil 5-butanol dan etanol berubah warna larutan menjadi warna kuning tua
keemasan sedangkan t-butanol tidak terjadi perubahan warna sama sekali (tetap kuning biasa).
H. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh beberapa kesimpulan antara lain :
a. Alkohol merupakan zat tidak berwarna.
b. Bagian hidrokarbon alkohol bersifat hidrofob sedangkan gugus fungsi hidroksil bersifat hidrofil.
c. Alkohol suku rendah (sampai C3) adalah cairan encer yang dapat tercampur dengan air dalam
segala perbandingan.
d. Alkohol suku sedang menyerupai minyak. Semakin panjang rantai atom C semakin rendah
kelarutannya dalam air.
e. Senyawaan C12 dan lebih tinggi berupa padatan yang tidak larut. Makin panjang rantai C makin
tinggi titik cair dan titik didih. Gugus hidroksil mengakibatkan alkohol bersifat polar.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden & Fessenden, 1982. Kimia Organik Edisi ketiga jilid 1 dan 2. Jakarta :
___________Erlangga.
Parlan, dkk. 2003. Kimia Organik I. Malang : JICA
Team Teaching KimiaOrganik. 2011. Modul Praktikum. Gorontalo:UNG
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
http:// id.wikipedia.org/wiki/alkohol