Você está na página 1de 79

Analisa Gugus Alkohol

2.1. Teori Dasar Alkohol


Alkohol adalah senyawa organik yang mempunyai gugus hidroksi (-OH) yang
terikat pada atom karbom (C) dari rangkaian alifatik atau siklik . Alkohol juga
dianggap sebagai derivat hidrokarbon, dimana satu atom hidrogen (H) atau lebih
diganti dengan gugus hidroksi (-OH). Dan dapat juga dianggap keturunan dari air
(H2O) dimana satu atom hidrogen diganti dengan alkil. Sebagian alkohol
digunakan sebagai pelarut, mempunyai sifat asam lemah, mudah menguap, dan
mudah terbakar. Alkohol dengan jumlah C 1-4 berupa cairan, 5-9 berupa cairan
kental seperti minyak, 10 atau lebih berupa zat padat.
2.2. Pembagian Jenis Alkohol
2.2.1. Berdasarkan R-nya (strukturnya)
1. Alkohol alifatis
a. Jenuh, tidak punya ikatan rangkap, contoh: etanol dan metanol
b. Tidak jenuh, punya ikatan rangkap, contoh : alkil alkohol
2. Alkohol aromatis
a. Jenuh, contoh : benzil alkohol
b. Tidak jenuh, contoh : sinamil alkohol
3. Alkohol siklik
a. Monovalen, hanya ada satu gugus hidroksi (-OH) pada molekul, contoh: mentol
b. Polivalen, banyak gugus hidroksi (-OH) pada molekul , contoh : pirogalol
2.2.2. Berdasarkan jumlah gugus hidroksi (-OH)
1. Alkohol monovalen adalah alkohol yang hanya mempunyai satu gugus
fungsional (-OH)
a. Cair, contoh : metanol, etanol
b. Padat, contoh : setil alkohol
2. Alkohol polivalen adalah jenis senyawa alkohol yang mempunyai gugus
fungsional lebih dari satu.
a. Cair, contoh : propilen glikol
b. Padat,contoh : sorbitol, manitol

2.2.3. Berdasarkan letak gugus hidroksi (-OH) pada atom C yang terkait
1. Alkohol primer(10), atom karbon yang membawa gugus (-OH) hanya terikat
pada satu gugus alkil, contoh : etanol, metanol

2. Alkohol sekunder(20), atom karbon yang megikat gugus (-OH) berikatan


langsung dengan dua gugus alkil, contoh : isopropanol
3. Alkohol tersier(30), atom karbon yang megikat gugus (-OH) berikatan langsung
dengan tiga gugus alki, yang bisa merupakan kombinasi dari gugus alkil yang
samma ataupun berbeda, contoh : t-butil alkohol

2.3. Sifat Alkohol


2.3.1. Kelarutan
1. Alkohol cair dapat bercampur dengan alkohol lain
Alkohol padat dapat larut dalam alkohol cair
Alkohol polivalen dapat larut dalam alkohol cairAlkohol cair monovalen dapat
bercampur dengan PAE
Alkohol polivalen tidak bercampur
2. Alkohol monovalen sampai dengan butanol (C 1-4) larut dalam air
Alkohol dengan C > 4, kelarutannya berkurang dalam air, lebih mudah larut dalam
pelarut organik.
3. Alkohol polivalen (makin banyak gugus OH) makin mudah larut dalam air
2.3.2. Sifat-sifat fisika
1. Alkohol monovalen dengan atom C 1-10 pada suhu kamar berupa cairan dengan
bau dan rasa yang spesifik sedangkan dengan atom C > 10 berupa zat padat yang
tidak berwarna dan tidak berbau
2. Alkohol monovalen mempunyai titik didih yang bertambah besar dengan
bertambahnya atom C. Alkohol bercabang, titik didihnya lebih rendah daripada
rantai lurus dengan jumlah atom C yang sama.
3. Alkohol polivalen, makin banyak gugus OH maka TD dan TL makin tinggi.
4. Makin banyak atom C, maka makin tinggi indeks biasnya
2.4. Metode Analisa Gugus Alkohol
2.4.1. Reaksi Umum

1. Bentuk
Cair (methanol, etanol, dan lain-lain)
Padat (setil alkohol, dan lain-lain)
Kental (gliserin, etilen glikol, dan lain-lain)
Zat padat putih (setil alkohol)
Larutan jernih (etanol, metanol, dan lain-lain)
2. Rasa
Pahit (chloreton, chlorahidrat)
Manis (manitol, sorbitol)
3. Bau
Spesifik (amil alkohol)
Harum (benzil alkohol)
Bila dipanaskan tidak meninggalkan sisa, maka senyawa uji adalah alkohol yang
mudah larut dalam air dan mudah menguap, misalnya metanol, etanol, propanol,
dan lain-lain.
Bila alkohol bentuk padat mudah larut dalam air, maka senyawa uji adalah alkohol
polivalen padat, misalnya manitol, sorbitol, dan lain-lain. Alkohol bentuk padat
tidak larut dalam air, misalnya chloreton, setil alkohol, mentol, dan lain-lain.
2.4.2. Reaksi Pendahuluan
1. Reaksi warna diazo
Diazo A : Asam sulfanilat 1 % dalam HCl
Diazo B : NaNO2, air
Diazo A : Diazo B = 4:1
Zat + campuran diazo A dan B +NaOH 2 N lalu Dipanaskan muncul merah
Zat + Diazo A:B(4:1) akan menghasilkan warna merah. Bila belum merah
tambahkan NaOH 2N maka akan menghasilkan warna merah. Bila belum
menghasilkan warna merah, lalu panaskan hingga mendapat warna merah.Untuk
membedakannya dengan fenol, tambahkan amil alkohol maka fenol akan larut dan
bila mengandung alkohol, alkohol tidak larut.

2. Reaksi esterifikasi

Reaksi esterifikasi Fischer adalah reaksi pembentukan ester dengan cara merefluks
sebuah asam karboksilat bersama sebuah alkohol dengan katalis asam. Asam yang
digunakan sebagai katalis biasanya adalah asam sulfat atau asam Lewis seperti
skandium(III) triflat.
Pembentukan ester melalui asilasi langsung asam karboksilat terhadap alkohol,
seperti pada esterifikasi Fischer lebih disukai ketimbang asilasi dengan anhidrida
asam (ekonomi atom yang rendah) atau asil klorida (sensitif terhadap kelembapan).
Kelemahan utama asilasi langsung adalah konstanta kesetimbangan kimia yang
rendah. Hal ini harus diatasi dengan menambahkan banyak asam karboksilat, dan
pemisahan air yang menjadi hasil reaksi. Pemisahan air dilakukan melalui distilasi
Dean-Stark atau penggunaan saringan molekul.
Zat + as.salisilat/asam benzoat/asam asetat/asam karboksilat Bau ester(bila
mengandung alkohol)
3. Reaksi Carletty
Prosedur: larutan zat dalam air + 0,5ml asam oksalat +0,5ml resorsin + H2SO4 (p)
akan menghasilkan warna ungu.
4. Reaksi Iodoform
Larutan iodin dimasukkan ke dalam sedikit alkohol, diikuti dengan larutan natrium
hidroksida secukupnya untuk menghilangkan warna iodin. Jika tidak ada yang
terjadi pada kondisi dingin, maka campuran mungkin perlu dipanaskan dengan
sangat perlahan.Hasil positif dari reaksi adalah timbulnya endapan triiodometana
(sebelumnya disebut iodoform) yang berwarna kuning pucat pasi CHI3.Selain
berdasarkan warnanya, iodoform juga bisa dikenali dengan baunya yang sedikit
mirip bau obat. Triiodometana digunakan sebagai sebuah antiseptik pada
berbagai plaster tempel, misalnya yang dipasang pada luka-luka kecil.
Hasil positif endapan kuning pucat dari triiodometana (iodoform) dapat
diperoleh dari reaksi dengan alkohol yang mengandung kelompok gugus-gugus
CH3CHOH-R
R bisa berupa sebuah atom hidrogen atau sebuah gugus hidrokarbon (misalnya,
sebuah gugus alkil).
Jika R adalah hidrogen, maka akan dihasilkan alkohol etanol, CH3CH2OH.
Etanol merupakan satu-satunya alkohol primer yang menghasilkan reaksi
triiodimetana (iodoform).
Jika R adalah sebuah gugus hidrokarbon, maka dihasilkan alkohol sekunder.
Banyak alkohol sekunder yang dapat menghasilkan reaksi triiodometana, tetapi

semuanya memiliki sebuah gugus metil terikat pada karbon yang memiliki gugus
-OH.
Tidak ada alkohol tersier yang bisa mengandung gugus ini karena tidak ada
alkohol tersier yang bisa memiliki sebuah atom hidrogen terikat pada karbon yang
memiliki gugus -OH. Tidak ada alkohol tersier yang dapat menghasilkan reaksi
triiodometana (iodoform).
Prosesnya :
Zat yang ingin diidentifikasi + NaOH + soliiodi akan muncul endapan berwarna
kuning untuk etanol, propanol dan isopropanol.
2.4.3. Reaksi penggolongan
1. Reaksi Beckman
Merupakan reaksi yang digunakan untuk identifikasi gugus alkohol primer,
sekunder dan tersier dengan menggunakan asam sulfat(H2SO4) dan Kalium
dikromat(K2Cr2O7). Proses reaksinya adalah, teteskan alkohol ke dalam sebuah
tabung uji yang mengandung larutan kalium dikromat(VI) yang telah diasamkan
dengan asam sulfat encer. Tabung tersebut akan dipanaskan di sebuah penangas air
panas. Hasil setelah dipanaskan adalah , warna orange larutan akan berubah
menjadi hijau maka alkohol tersebut merupakan alkohol primer dan sekunder.
Sedangkan untuk alkohol tersier tidak ada perubahan warna. Gambar perubahan
warna :
Untuk membedakan antara alkohol primer dan sekunder maka lakukan reaksi
Schiff untuk bisa membedakan antara alkohol primer dan alkohol sekunder.
Pereaksi Schiff merupakan sebuah zat warna Fuchsin yang berubah warna jika
sulfur oksida dilewatkan kedalamnya. Jika terdapat sedikit aldehid, warnanya akan
berubah mejadi merah keungu-unguan yang terang.
Akan tetapi, pereaksi ini harus digunakan dalam keadaan dingin, karena keton bisa
bereaksi dengan pereaksi ini sangat lambat menghasilkan warna yang sama. Jika
dipanaskan, maka reaksi dengan keton akan lebih cepat, sehingga berpotensi
memberikan hasil yang membingungkan.
Sambil memanaskan campuran reaksi dalam penangas air panas, lewatkan uap
yang dihasilkan melalui beberapa pereaksi Schiff.
Jika pereaksi Schiff cepat berubah warna menjadi merah keungu-unguan, maka
dihasilkan aldeih dari sebuah alkohol primer.

Jika tidak ada perubahan warna dalam pereaksi Schiff, atau hanya sedikit warna
pink yang terbentuk dalam beberapa menit, maka tidak dihasilkan aldehid,
sehingga tidak ada alkohol primer.
Karena terjadi perubahan warna pada larutan kalium dikromat(VI) yang bersifat
asam, maka harus terdapat alkohol sekunder.
2. Esterifikasi Lucas
Uji lucas bertujuan untuk membedakan alkohol primer, sekunder dan tersier.
Alkohol tersier bereaksi dan alkil klorida tersier akan membentuk lapisan keruh
yang terpisah. Alkohol sekunder terlarut karena pembentukkan ion oksonium dan
akhirnya terbentuk alkil klorida. Sedangkan alkohol primer sukar untuk menjadi
klorida dengan pereaksi lucas.
Reagen lucas merupakan suatu campuran asam kloridapekat dan seng klorida.
Seng klorida adalah suatu asam lewis, yang ketika ditambahkan dalam asam
klorida akan membuatlarutan menjadi lebih asam. Alkohol tersier yang larut dalam
air akan bereaksi denga cepat dengan reagen lucas membentuk alkil klorida yang
tak larut dalam larutan berair. Adapun pada alkohol tersier terindikasikan dengan
adanya pembentukan fas cair kedua yang terpisah dari larutan semula di dalam
tabung reaksi dengan segera setelah alkohol bereaksi. Alkohol sekunder berjalan
lambat dan setelah pemanasan akan terbentuk fasa cair lapisan kedua biasanya
setelah 10 menit. Alkohol primer dan metanol tidak dapat bereaksi pada kondisi
ini.
Pada alkohol tersier, atom klor biasanya terikat pada atom karbon yang
sebelumnya mengikat gugus OH. Pada alkohol sekunder, seringkali atom klor ini
terikat pada atom karbon yang mengikat gugus hidroksi. Namun penataan ulang
dapat saja terjadi yang mengakibatkan terikatnya atom klor tidak terjadi pada atom
karbon yang sebelumnya mengikat OH. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut :
Alkohol primer
CH3 CH2OH + HCl CH3 CH2OH + HCl
Alkohol sekunder
(CH3)2 CHOH + HCl (CH3)2 CHOH + HCl (CH3)2CHCl + H2O
Alkohol tersier
(CH3)3 COH + HCl (CH3)3 COH + HCl (CH3)3CCl + H2O
Cara penyiapan tes Lucas :
1ml zat + reagen Lucas 6ml, kocok, biarkan dan amati yang terjadi apabila :

a. Alkohol primer : tidak terbentuk lapisan keruh


b. Alkohol sekunder : terbentuk lapisan keruh setelah 5 menit
c. Alkohol tersier : terbentuk lapisan keruh sesegera mungkin, dan muncul endapan
putih.
3. Reaksi Deniges
Reaksi deniges merupakan reaksi dengan menggunakan pereaksi HgO 5gr dan
asam sulfat 20 ml dan di ad-kan dengan aquades samapai 100ml. Reaksi ini
bertujuan untuk mengindentifikasi senyawa alkohol tersier. Cara melaksanakan
reaksi ini adalah dengan mencampur zat uji dengan reaksi deniges lalu tabung
dipanaskan. Setelah tabung dipanaskan lalu tabung didinginkan sehingga
menghasilkan warna abu-abu. Larutan warna abu-abu ini lalu ditambahkan
KmnO4 maka akan terbentuk endapan putih.
4. Memeriksa alkohol polivalen
a. Mempertinggi keasaman asam borat
Asam borat ditambah dengan air akan bercampr menjadi larutan asam dan ukur pH
tepat 4. Larutan yang ber-pH 4 tersebut lalu ditambahkan zat yang akan
diidentfikasi sebagai alkohol polivalen. Bila zat tersebut memang benar alkohol
polivalen maka cek pH larutan, bila tepat 3 maka terbukti zat tersebut sebagai
alkohol polivalen.
b. Reaksi Cuprifill
Campurkan zat yang akan diperiksa dengan NaOH lalu tambahkan satu tetes
CuSO4 (teteskan di dinding tabung reaksi. Maka akan muncul larutan jernih biru
berlin CuO2.
c. Reaksi landlover
Zat+ FeCl3 akan bereaksi dan menghasilkan warna kuning tua coklat dan jingga
bila terdapat alkohol polivalen.
2.4.4. Reaksi Khusus
a. Propilen Glikol (Alkohol Polivalen)
Reaksi mulliken
1 cc zat + 3 gtt pirogalol + 1cc H2SO4 didinginkan sehingga menghasilkan warna
ungu.
b. Trietanolamin (TEA) alkohol polivalen
Reaksi warna gozem dan tetramanzi
Larutan zat + Ca(NO3)2 + NH4OH merah ungu intensif lalu berubah menjadi biru
ungu dan menjadi kuning kotor.

c. Manitol
Manitol dipanaskan dalam waterbath bersama air akan membentuk sejenis substrat
seperti bentuk sarang laba-laba.
d. Isoamil alkohol
Zat + 0,5cc etil alkohol + 1,5cc air dalam larutan 5% larutan salisil dehid
murni/spiritus + 4cc H2SO4(p) akan menghasilkan warna merah.
3. ANALISA GUGUS FENOL
3.1. Reaksi Umum
3.1.1. Organoleptis
Pemeriksaan organoleptis yaitu pengamatan pendahuluan dengan menggunakan
indera kita, dilihat, diraba kehalusannya dengan ujung jari, dibau dan dirasakan.
Fenol murni berbentuk kristal yang tidak berwarna sementara N-asetil p-amino
fenol (parasetamol) berbentuk serbuk putih halus. Fenol murni juga sangat berbau
tetapi parasetamol yang berasa pahit tidak memiliki bau.
3.1.2. Kelarutan
Zat dicoba diselidiki kelarutannya dengan bermacam-macam zat pelarut baik
anorganik dan organik. Fenol yang dicampur dengan air akan membentuk 2 lapisan
: satu lapisan mengandung air (fenolum lequefaktum) dan satu lapisan lain larutan
fenol dalam air. Larutan fenol dalam air jika ditetesi NaOH akan membentuk suatu
larutan jernih natrium fenolat. Derivatnya seperti parasetamol larut dalam etanol.
3.1.3. pH larutan
Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya ia dapat melepaskan ion H+
dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida
C6H5O- yang dapat dilarutkan dalam air. Dibandingkan dengan alkohol alifatik
lainnya, fenol bersifat lebih asam. Fenol lebih asam karena ikatan kuat cincin
aromatik dengan oksigen sementara ikatan antara oksigen dan hidrogen lebuh
lemah.).
3.2. Reaksi Pendahuluan
3.2.1. Reaksi Warna Diazo
Dalam reaksi ini digunakan pereaksi diazo A yang terdiri dari Asam sulfanilat 1%
dalam HCl dan pereaksi diazo B yang terdiri dari NaNO2 dalam air suling,
ditambahakan larutan NaOH. Diazo A : Diazo B = 4:1
tertarik MERAH + amil alkohol panaskan Zat + Diazo A: Diazo B (4:1) +
NaOH
Untuk membedakan alkohol dengan fenol ditambahkan amil alkohol. Gugus fenol

akan tertarik amil alkohol (larut).


3.2.2. Tes besi (III) klorida.
Cara klasik untuk menunjukan senyawa fenol sederhana adalah dengan
menggunakan larutan besi III klorida 1 % dalam air atau dalam alkohol yang
kadang dimodifikasi dengan penambahan larutan besi III sianida 1 %. Reaksi besi
(III) klorida digunakan untuk mengetahui adanya gugus fenolik bebas. Senyawa
yang mengandung gugus fenolik bebas dengan reaksi besi (III) klorida
memberikan warna merah sampai ungu.

Prinsip reaksi:

Ar-OH + FeCl3 Ar-OFeCl2 + HCl


a. Fenol Monovalen
UNGUZat + FeCl3
berwarna ungu, terbukti bahwa asam salisilat mengandung fenol.Asam salisilat +
FeCl3
Perbedaan fenol dan asam salisilat
Buat larutan asam salisilat dan larutan fenol dalam etanol. Satu tetes masingmasing larutan dimasukkan dalam dua lempeng tetes. Ke dalam larutan asam
salisilat dalam etanol ditambahkan 1 tetes larutan besi (III) klorida, maka terbentuk
warna ungu. Ke dalam larutan fenol dalam etanol juga ditambahkan 1 tetes larutan
besi (III) klorida, tidak terjadi peribahan warna.

b. Fenol Polivalen

HIJAU / BIRUZat + FeCl3


- Cresol + FeCl3 BIRU
- Hydro quinine + FeCl3 BIRU
- Alfa-naphthol +FeCl3 HIJAU
- Beta-naphthol + FeCl3 HIJAU
3.2.3. Reaksi Marquis
Reaksi ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya cincin aromatis. Zat uji
dilarutkan dengan H2SO4 (p) + larutan formalin encer di dalam tabung reaksi,
maka akan terbentuk cincin (merah, coklat, jinga, ungu, hijau, dan sebagainya).
Asam salisilat memberikan hasil cincin warna merah positif.
warna merahZat + H2SO4 + Formalin (2 tetes)
3.2.4. Reaksi Millon
Pereaksi Millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat.
Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein, akan menghasilkan
endapan putih yang dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan. Pada dasarnya
reaksi ini positif untuk fenol-fenol, karena terbentuknya senyawa merkuri dengan
gugus hidroksifenil yang berwarna.
3.3. Reaksi Penggolongan
3.3.1. Reaksi Landolit (Monovalen)
Bila zat + aqua brom reaksi substitusi brom, terbentuk endapan putih
3.3.2. Reaksi Fehling (Polivalen)
CuO (endapan merah bata)Zat + Fehling A : Fehling B (1:1) + NaOH
Zat ditambahkan larutan Fehling A : Fehling B sebanyak 1:1. Pereaksi Fehling I
(larutan CuSO4.5H2O 7 %), Pereaksi Fehling II (35 g Kna-tartrat + 10 g NaOH +
air sampai 100 ml). Kemudian ditambahkan NaOH dan dipanaskan. Jika tidak
mampu mereduksi Fehling ( tidak terbentuk endapan merah bata) maka zat tersebut
bukan fenol polivalen melainkan fenol monovalen.
3.3.3. Reaksi dengan Ag Amoniakal (Polivalen)
Pereaksi: AgNO3 + NH4 H + NaOH
Endapan cermin perakZat + Pereaksi

Reaksi Esterifkasi (identifikasi salisilat)


bau gandapura. panaskan Zat + Metanol + H2SO4 (p) berlebih
Jika direaksikan dengan H2SO4 pekat tidak membentuk ester melainkan
membentuk asam fenolsulfonat ( o atau p) yang berbau gandapura.
\
4. Analisa Senyawa Asam
4.1. Analisa Pendahuluan
4.1.1. Organoleptis
Bentuk : cair, kental, padat, Kristal
Bau : menusuk, contoh : asam asetat
Bau aromatis, contoh : sinamat
Rasa : asam (kemungkinan bentuk asam), dan asin (kemungkinan bentuk garam)
Reaksi terhadap lakmus : warna biru berubah menjadi warna merah (asam)
pH universal, untuk menentukan kemampuan asam
Sublimasi, umumnya asam-asam mudah menyublim dalam bentuk asamnya
Pirrolisa :
Asam suksinat, merangsang batuk
Menentukan adanya garam atau tidak : jika terdapat residu, menandakan adanya
garam. Jika memberikan warna hitam, menandakan adanya asam.
4.2. PEMBAGIAN SENYAWA ASAM
Menurut struktur kimia
Rantai alifatis jenuh, contoh : asam butirat
Rantai alifatis tidak jenuh, contoh : asam undecylinat
Rantai benzene / aromatis, contoj : asam benzoate
Berdasarkan konsitensinya : padat, cair, Kristal
Berdasarkan mudah atau tidaknya menguap
Mudah menguap, contohnya : asam yang bermatabat Satu
Tidak mudah menguap, contoh : asam yang mempunyai gugus oxy, keto, dan
asam bermatabat banyak
Berdasarkan kelarutannya
Jumlah atom C 1-4, dapat bercampur dengan air dalam segala perbandingan
Jumlah atom C 4-9, dapat bercampur dalam ait dalam perbandingan tertentu
Jumlah atom C-9, sukar larut dalam air
Catatan : makin tinggi jumlah atom carbon, makin sukar larut dalam air. Pada asam

aromatis kelarutan pada banyak jumlah gugus, makin banyak gugus makin mudah
larut.
4.3. Reaksi-Reaksi Asam
4.3.1. Reaksi dengan FeCl3
amatiZat + beberapa tetes FeCl3
Ungu (merah ungu) : derivate salisilat
Merah : asam melonat
Cokelat : asam benzoate, asam aspargin
Cokelat merah : asam asetat
Kuning : asam laktat, asam malat
Jingga : asam indochinolinsulfonat
Biru hitam : asam gallat
1. Reaksi iodoform
endapan kuning muda yang berkilat yangZat + NaOH / NH4OH + sol. Iodii jika
diamati di bawah mikroskop akan terlihat seperti Kristal lantang
Reaksi positif untuk asam piruvat, asam laktat, asam sulfosalisilat.
2. Reaksi cuprifil
Zat + bebrapa tetes CuSO4 1 % + NaOH berlebih, kocok, endapan disaring biru
tua/biru ungu jernih. Reaksi positif untuk asam tartrat, asam pathotenat, asam
glutamate, dan nipagin.
3. Reaksi beilstein
CuO. Kemudian kawatKawat Cu dibersihkan, bakar dengan nyala Bunsen
dicelupkan ke dalam zat, dibakar lagidengan nyala Bunsen, jika positif
memberikan nyala hijau. Reaksi positif untuk asam trichloroasetat.
4. Reaksi marquis
amatiZat + NaOH + formalin 3 tetes
Reaksi (+)
Asetosal : rosa
Asam salisilat dan derivate : merah prambors

Asam gallat : kuning


Tannin : cokelat rosa
5. Reaksi fehling
Fehling A : CuSO4.5H2O
Fehling B : larutan Na-Tartrat + NaOH
endapan merah bata Cu2OZat + Fehling A fehling B, dipanaskan
Reaksi positif untuk asam gallat, asam glukonat, tannin, asam formiat, dan
nicotinamid.
6. Reaksi dengan AgNO
panas / dinginZat + larutan AgNO3
Reaksi ( panas ) : asam formiat
Reaksi ( dingin ) : asam gallat
Reaksi ( ammoniakal ) : asam tartrat
7. Reaksi dengan pDAB
jinggaZat + pereaksi ( dimetil amida benzaldehid 1% dal HCl )
Reaksi positif untuk asam sulfanilat
8. Reaksi Nessler
mengendapKI + HgI2 ( 1 : 20 )
Peaksi positif untuk asam formiat, asam tartrat
9. Reaksi dengan NaOH
Zat positif untuk asam gallat
10. Reaksi Umbelliferon
NaOH panaskan/dinginkan, encerkan dengan air zat + resorsin + H2SO4
Hasil reaksi :
Nama zat : asam sitrat
Sinar biasa : kuning
Sinar UV : biru laut
Nama zat : asam tartrat

Sinar biasa : cokelat/merah


Sinar UV : Hijau biru tua
Nama zat : asam phtalat
Sinar biasa : kuning/cokelat
Sinar UV : hijau muda
Nama zat : asam malonat
Sinar biasa : Kuning
Sinar UV : Hijau
Nama zat : asam suksinat
Sinar biasa : kuning
Sinar UV : hijau muda
11. Reaksi murexide
Zat ungu kuning jingga, setelah dingin uapkan, uap NH4OH / NH4OH encer
panaskan di penangas air + KClO3 + HCl 25%
Reaksi positif untuk asam champorinat
12. Reaksi prohde
unguZat + larutan amonii molybdat + H2SO4
Reaksi positif untuk asam salisilat

13. Reaksi parri


unguZat + Co(NO3) tiup dengan ammonia
Reaksi positif untuk asam phtalat, asam champorinat
14. Reaksi dengan KMnO4
KMnO4 + H2SO4, dipanaskan
Bau asetatdehid : asam laktat dan derivatnya
Bau benzaldehid : asam sinamat dan derivatnya
4.4. Asam Sitrat Anhidrat
Sinonim : beta-hidroxy tricarbollic acid
Definisi : asam sitrat mengandung anhidrat atau mengandung satu molekul

anhidrat. Mengandung tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 100,5% dari
asam -2-hidroksi-1,2,3-propanoat jika dihitung terhadap zat anhidrat
Pemerian : hablur bening, tidak berwarna atau serbuk hablur granul sampai halus,
putih, tidak berbau, atau praktis tidak berbau, rasa sangat asam, agak higroskopis
dalam udara lembab
Titik lebur : 153C
pH : 2,2
Kelarutan :
a. Larut dalam 1 bagian air
b. Larut dalam 1,5 bagian etanol ( 95% )
c. Sukar larut dalam eter
Identifikasi :
a. Oksalat : netralkan 10 mL larutan ( 1 dalam 10 ) dengan ammonium hidroksida 6
N, tambahkan 5 tetes asam klorida 3 N, dinginkan dan tambahkan 2 mL kalsium kl
tidak terbentuk kekeruhanorida
b. Sulfat : pada 10 mL larutan ( 1 dalam 10 ) tambahkan 1 mL barium
tidakklorida yang telah ditambahkan 1 tetes asam klorida pekat terjadi kekeruhan
c. Zat mudah terarangkan : masukkan 1 gr ke dalam tabung reaksi dengan ukuran
22 mm x 175 mm yang telah dibilas dengan 10 mL asam sulfat dan tiriskan selama
10 menit. Tambahkan 10 mL asam sulfat, goyang sampai larut sempurna dan
celupkan dalam tangas air pada suhu 901 selama 600,5 menit, jaga permukaan
asam dibawah permukaan air selama pemanasan. Dinginkan tabung reaksi dengan
air mengalir dan pindahkan larutan asam kedalam tabung pembanding warna,
warna asam tidak lebih tua dari volume sama larutan padanan K seperti yang
tertera pada warna dan akrominitas dalam tabung padanan, tabung diamati vertical
dengan belakang putih.
Melakukan pengujia dengan menggunakan infrared absorpsio
spechtrephotometing
Reaksi :
a. Reaksi cuprifil : (+)
flouresensi birrub. Zat + ureum dan dilelekan sampai hitam kering kuat dalam
gelap, bila diasamkan flouresensi hilang, dibarakan kembali flouresensi kembali.
c. Reaksi digines : (+)
putih ( kelebihan KMnO4 ) dihilangkan dengan H2O2d. Zat + H2SO4, asamkan

dan panaskan + KMnO4


e. Reaksi Haussler : (+)
f. Zat + valinin dalam spiritus, diuapkan sampai kering ( di waterbarth ) merah
wara mungkin muda + ammoniak biru hijau + ait + H2SO4 cokelat
g. Reaksi wurth dan herman
merahZat dalam asam asetat anhidart + piridin ( 1 : 5 )
h. Reaksi statier
putih mengendapLarutan zat dalam air + H2SO4 encer + KBr + KMnO4
i. Reaksi Kristal : Ca-kristal, Ag-sitrat,Bi-sitrat, Na-sitrat
hijauj. Zat + pDAB HCl
u.v biru (larutan merah violet)k. Zat + resorcin + H2SO4, panaskan + air +
NH4OH
4.5. Asam Suksinat
a. Sinonim : asam butanadinoat, asam batu ambar, assuccin
b. Pemerian :
Kristal tak berwarna atau kekuningan
Bau minyak batu ambar
c. Identifikasi asam suksinat
endapan cokelat, larut dalam HCl Larutan netral ( dengan NH4OH ) + FeCl3
Dengan pyrolisa ( pemijaran ) : menimbulkan batuk-batuk
Reaksi Kristal :
Kristal berbentuk lupis1. Larutan netral + Kristal Pb asetat
pyrol, dengan batang korek api + HCl : merah Larutan zat + NH4OH diuapkan
di dalam cawan
merah Larutan zat + pDAB
Sublimasi : bentuk Kristal
Reaksi umbelliferon :
dinginkan, encerkan dengan air dan basakan dengan NH4OHLarutan zat +
H2SO4 +resorein
Dengan sinar biasa : kuning
Sinar UV : hijau muda
4.6. Asam Glutamat

Sinonim : glutamic acid. (S)-2-aminopentaedioc acid, alpha-amino glutaric acid,


1-amino propane-1,3-dicarboxylic
Berat jenis : 147,13 gr/mol
Titik lebur : 247-249C
Massa jenis : 1,538 gr/cm
Organoleptis :
a. Serbuk Kristal putih atau Kristal tak berwarna
b. Larut dalam air panas
c. Praktis tidak larut dalam asam asetat, alcohol, aseton, dan eter
d. Rasa asin spesifik
e. Bau vetsin
Reaksi :
a. Reaksi dengan FeCl3
jinggab. Larutan zat + FeCl3
1. Reaksi cuprifil :
Larutan dibasakan terlebih dahulu dengan NaOH, lalu diteteskan dengan CuSO4
maka akan terbentuk kompleks Cu dengan warna biru yang jernih
warna hijau2. Reaksi pDAB HCl
endapan hablur putih saring, filtrate + aetanol Zat + air barit
biru ungu3. Zat + larutan ninhydrin + Na-asetat, dipanaskan 5 menit
4.7. Asam Mefenamat
Sinonim : acidum mefanamicum, Forte mefenamic acid, ponstan,
mefenaminseure, asam 2-(2,3-Dimetlfenil)amino)benzoate, mefic, ponstel, asamN(2,3-Xylyl)-2-aminobenzoat
Organoleptis :
a. Serbuk Kristal putih hingga kuning terang
b. Titik lebur : 230-231C
c. Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol 1 : 185, larut dalam
kloroform 1 : 150, larut dalam eter 1: 80, larut dalam larutan alkali hidroksida
d. pKa : 4,2
kroamtografi lapis tips :
system TA-RF96, system TD-RF 41, sisitem TE-RF11, system TT-RF 48, sisitem
TG-RF32, system TAD-RF54, system TAE-RF87,system TAJ-RF68, system TAK-

RF86,sistem TAL-RF95. Larutan berwarna hijau, asam kromat


Kromatografi gas
system GA-asam mefemanat RI2201, asam mefemanat-MeRI2069, system GBRI2370, Sistem GD-asam mefemanat-Me RRT 1,45 ( relative ke n-C16H34 )
Identifikasi
bintik jinggaa. Zat + FeCl3
warna hilang atau menjadi berwarna kuning pucat biru + HCl b. Zat + H2SO4
hijau lumut sampai hijau kekuninganc. Zat + HNO3
tidak bereaksid. Zat + pDAB HCl
tidak bereaksie. Zat + K4FE(CN)
f. Reaksi lybermann ( nitrosa ) :
Pereaksi : HNO2 dan H2SO4
warna biruZat + pereaksi
Fungsi : sebagai analgesic untuk menghilangkan rasa sakit kepala, sakit gigi,
radang, dismeorrhoea, sakit pada otot.
ASAM BENZOAT
Rumus molekul : C7H6O2
Berat molekul : 122,12
Pemerian :
a. Hablur bentuk jarum atau sisik
b. Berwarna putih
c. Sedikit berbau, biasanya bau benzaldehida atau benzoin
d. Agak mudah menguappada suhu hangat
e. Mudah menguap dalam air
f. Titik lebur : antara 121C dan 123C
g. Titik didih : 205C
h. pH: 2,6
beberapa reaksi yang ada pada asam benzoate :
1. Reaksi pendahuluan :
larutan berwarna biru ungu I2 + amilum a. Zat + KI + KIO3
b. Zat ditambahkan H2O2 kemudian celupkan kertas lakmus biru, kertas lakmus
akan berubah menjadi merah
berwarna biru ( pembentukan kompleks garam Cu2+ )c. Larutan zat + NaOH +

CuSO4
memberikan warnad. Menentukan adanya inti aromatis dengan reaksi marquis :
zat + H2SO4 + 3 tetes formalin
2. Reaski spesifik :
a. Bila dipanaskan mudah tersublimasi seperti pelangi dan bentuk papan pecah
b. Larutan zat dinetralisir dengan menambahkan MgO/CaCO3 dan FeCl3 akan
terbentuk endapan Fe-benzoat
c. Bau esterifikasi : Zat + etanol + H2SO4 dipanaskan, akan terbentuk etil benzoate
( bau seperti pisang ambon )
3. Uji identifikasi benzoate ( FI III, hal 921 )
endapan merah muda kekuningana. Larutan zat + FeCl3
endapan asam benzoate, mudah larut dalam eterb. Larutan zat + H2SO4 2N
Kegunaan : antiseptikum dan antijamur ( FI III, hal 49 )
ASAM SINAMAT
Sinonim : 3-phenyl-2-propenoic acid, beta-phenylacrilic
Rumus bangun : C9H8O2
BM : 148,15
Organoleptis :
a. Kristal monosiklik
b. Titik leleh : 113C
c. Titik didik : 300C
d. Kelarutan air ( 1: 2000 ), alcohol ( 1:6 ), methanol ( 1: 5 ), kloroform ( 1:12 ),
benzene, aseton, eter, asam asetat glacial
Reaksi
a. Oksidasi oleh KMnO4 1% bau benzaldehid
warna cokelatZat + KMnO4 + NA2CO3
b. Reaksi Kristal dengan sublimasi
cokelat jingggac. Garam-garam sinamat netral + FeCl3
putih, lama-lama Kristal kuningd. Larutan + CaCO3/MgO berlebih, saring
filtratnya, tambahkan MnSO4
e. Melarut dalam NaOH
menghilangkan warnaf. Dilarutkan dalam air/HCl 0,5 N

bau aromaticg. Pemijaran-pemanasan


biru hijau unguh. 3 mL larutan zat + 2 mL pereaksi zwitter
i. Reaksi dengan marquis :
menghasilkan warnaZat + H2SO4 + 3 tetes formalin
Oleh : Indah Purnama Setiawan Putri, 0906531462
5. Analisis Gugusan Karbohidrat
5.1. Pengetahuan Mengenai Karbohidrat
Karbohidrat merupakan hasil kondensasi dari oxialdehid / oxiketon alifatis dimana
hasilnya akan tergantung dari jumlah oxi aldehid / oxiketon sehinggga
menghasilkan karbohidrat. Secara biokimia, karbohidrat adalah polihidroksilaldehida atau polihidroksil-keton, atau senyawa yang menghasilkan senyawasenyawa ini bila dihidrolisis. Karbohidrat mengandung gugus fungsi karbonil
(sebagai aldehida atau keton) dan banyak gugus hidroksil. Pada awalnya, istilah
karbohidrat digunakan untuk golongan senyawa yang mempunyai rumus (CH2O)n,
yaitu senyawa-senyawa yang n atom karbonnya tampak terhidrasi oleh n molekul
air. Namun demikian, terdapat pula karbohidrat yang tidak memiliki rumus
demikian dan ada pula yang mengandung nitrogen, fosforus, atau sulfur
5.2. Penggolongan Karbohidrat
Berdasarkan hasil hidrolisisnya atau kompleksitas molekulnya dibagi menjadi 3
bagian yaitu
- Monosakarida (Monosa)
- Disakarida (Biosa)
- Polisakarida (Poliosa)
Berdasarkan jumlah atom karbon
- Gula pentose ( 5 atom c )
- Gula heksosa ( 6 atom c )
Berdasarkan gugus karbonil :
- Gula Aldosa, contoh : glukosa, manosa, galaktosa, rhamnosa.
- Gula Ketosa, contoh : fruktosa
Berdasarkan daya reduksi :
- Gula pereduksi, yang terdiri dari : Monosakarida dan sebagian disakarida
( sukrosa dan maltose tidak termasuk dalam gula terbuka )

- Gula yang tidak mereduksi, terdiri dari : sukrosa dan polisakarida


Berdasarkan kelarutannya :
- Karbohidrat yang larut air
- Karbohidrat yang tidak larut air
5.3. Identifikasi Umum
1. Organoleptis
Bentuk
Warna
Rasa
2. Kelarutan
Larut dalam air
Tidak larut dan tidak berfluorosensi danlam alokohol
Larut dalam HCl 2 N
Larut dalam NaOH 2 N
3. Ph larutan : Ph 5
4. Fluorosensi
Zat asal : tidak berfluorosensi
Larutan dalam air : tidak berfluorosensi
Larutan dalam asam : tidak berfluorosensi
Larutan dalam basa : tidak berfluorosensi
5.4. Pemisahan Gula
Pemisahan gula sebaiknya dalam keadaan kering. Ada beberapa cara untuk
memisahkan gula, terutama dari sifat kelarutan gula itu sendiri.
1. Zat uji ditambahkan dengan alkohol absolut. Fruktosa dan manosa menunjukkan
kelarutannya dalam alkohol absolut. Sedangkan karbohidrat yang lain pada
umumnya tidak. Untuk memebedakan fruktosa dan manosa, dapat dilakukan
beberapa pengujian seperti di bawah ini :
untuk pengujian manosa dapat dilakukan dengan reaksi osazon dan reaksi reigler.
Untuk pengujian fruktosa dapat dilakukan dengan reaksi selliwanoff, reaksi
ihlpechmann, dan reaksi osazon.
2. Apabila zat yang diuji dengan menambahkan alkohol absolut tersebut (cara 1)
tidak menunjukkan adanya tanda kelarutan, maka zat uji dapat ditambahkan
alkohol 80 %. Karbohidrat yang larut dalam uji ini antara lain adalah sakrosa,
maltosa, rhamnosa, galaktosa, arabinosa, glukosa, dan xylosa.

3. Apabila zat yang diuji dengan menambahkan alkohol 80 % tersebut (cara 2)


tidak menunjukkan adanya tanda kelarutan, maka zat uji dapat dilarutkan dengan
air dingin. Karbohidrat yang larut dalam uji ini antara lain adalah laktosa, dextrin
(galaktosa), glikogen, gom arab, tragacanth, dan inulin.
4. Apabila zat yang diuji dengan dilarutkan dengan air dingin tersebut (cara 3)
tidak menunjukkan adanya tanda kelarutan, maka zat uji dapat dilarutkan dengan
air panas. Karbohidrat yang larut dalam air panas adalah amylum sedangkan yang
tidak dapat larut adalah selulosa dan tylosa.

5.5. Reaksi Umum Karbohidrat


1. Inversi, kemudian reduksi
- Luff
- Fehling
-Barfoed
Inversi untuk gula tertutup :
Larutan gula 1 % + HCl 4 N aa 1 jam di w.b. 1 cc larutan NaOH 2 N + 5 cc Luff
dimasak 2 menit menghasilkan endapan Cu2O berwarna merah
2. Reaksi Molisch
Merupakan reaksi umum untuk mengidentifikasi suatu senyawa sebagai
karbohidrat sejati. Prinsip dasarnya adalah pembentukan furfural atau turunannya,
yang disebabkan oleh daya dehidrasi asam sulfat pekat terhadap karbohidrat.
Dengan -naftol, furfural akan berkondensasi membentuk senyawa yang berwarna
ungu. Hasil positif diberikan oleh karbohidrat sejati
Cara : 2 cc larutan gula dalam air + 5 tetes 3% naftol dalam spiritus + 2 cc H2SO4
pekat melalui dinding tabung cincin ungu
3. Reaksi Barfoed
Reaksi ini digunakan untuk menunjukkan monosa di samping biosa, pereksinya

adalah larutan Cu-asetat 45% dan asam asetat 0,06 %


Prinsip : monosa akan memberikan hasil dengan segera, biosa akan memberikan
hasil setelah 5 menit.
Cara : larutan zat + pereaksi + aquadest dipanaskan terbentuk endapan Cu2O
(merah bata)
4. Reaksi Hydrazon dan Osazon

5. Dengan polarimeter :
Berlaku untuk gula murni. Lihat rotasi jenisnya
5.6. Reaksi Penggolongan Karbohidrat
5.5.1. Reaksi terhadap Gula Terbuka
Gula terbuka adalah bila pada rumusnya terdapat gugus aldehida dan gugus keton
yang berdekatan. Reaksi-reaksinya antara lain :
Reaksi dengan larutan Ag Ammoniakal dengan cara suatu zat ditambahkan
pereaksi Ag ammoniakal menghasilkan larutan yang berwarna hitam dan terbentuk
cermin perak.
Reaksi dengan methyl blue dengan cara suatu zat ditambahkan pereaksi
sehingga warna dari larutan tersebut akan hilang atau menjadi lebih muda.
Reaksi Luff
Pada reaksi ini, digunakan peraksi CuSO4, Asam sitrat, dan Na2CO3. Cara
kerjanya adalah zat ditambahkan pereaksi Luff (tanpa NaOH), lalu panaskan
selama 1-2 sampai berwarna merah. Reaksi ini positif terhadap fruktosa dan
vitamin c. pereaksi Luff lebih baik dan lebih spesifik untuk gula terbuka.
Reaksi Trommer
Pada reaksi ini, digunakan pereaksi CuSO4 dan NaOH. Cara kerjanya adalah zat
ditambahkam NaOH, lalu ditambahkan CuSO4 kemudian dicampurkan dan kocok
sampai didapatkan larutan berwarna biru jernih. Setelah itu panaskan larutan
tersebut sampai mendidih dan larutan berwarna merah jingga. Reaksi ini positif
terhadap Glicerin, Manitol, Asam batu anger.
Reaksi Deninges
Pada reaksi ini, digunakan pereaksi :

- Asam asetat, air, phenylhydrazin, NaHSO3 35%


- 10 g Asam Asetat I
- 20 ml air
- 5 ml phenylhidrazin II
- 5 ml NaHSO3 35%
Campurkan larutan I dan II. Kocok dan saring larutan tersebut, lalu ambil
filtratnya. Cara kerjanya adalah zat ditambahkan dengan 5 ml pereaksi lalu
ditambahkan 2 ml NaCl jenuh. Panaskan selama 2 menit hingga terbentuk endapan
kuning
Reaksi Basa
Suatu zat direaksikan dengan 5 cc NaOH 2 N atau Na2CO3 2 N. Lalu tambahkan
larutan benzaldehide 1 % dalam spiritus. Panaskan selama 1 menit hingga
terbentuk warna ungu atau violet.
Penentuan Hydrazon dan Osazon
Gula dapat mereduksi larutan fehling dan fenilhidrazin membentuk hidrazon dan
dalam keadaan panas terus berlangsung reaksi sampai terbentuk osazon. Bentuk
osazon yang terbentuk dapat diidentifikasi berdasarkan Kristal yang terbentuk di
mikroskop atau penentuan titik lebur. Bentuk Kristal yang terjadi tidak dapat
langsung diambil sebagai kesimpulan karena Kristal tersebut dipengaruhi beberapa
faktor, yaitu konsentrasi, suhu, dan pengenceran.
Pereaksi yang digunakan dalam reaksi ini adalah 200 gram fenilhidrazin, 300 mg
Na asetat dan 2 ml air. Cara kerjannya adalah 100 mg glukosa ditambahkan dengan
pereaksi, lalu larutan tersebut dipanaskan sampai terbentukj endapan berwarna
kuning.
5.5.2. Reaksi Gula Tertutup
Gula tertutup adalah gula yang tidak mempunyai gugus aldehida dan keton bila
terinversi, misalnya : oleh asam akan terbentuk gugus aldol dan keton.
Mula-mula 100 mg gula ditambahkan larutan Fehling, lalu tambahkan larutan Cu
Asetat 2N dan batu didih. Panaskan selama 2 menit, lalu dinginkan dan saring.
Filtrate yang diperoleh, diasamkan dengan HCl / H2SO4 2 N. Pemanasan
dilanjutkan sampai mendidih. Jika terdapat endapan, maka ini berasal dari gula
tertutup.

5.5.3. Menunjukkan Monosa disamping Biosa


a. Berdasarkan daya reduksi terhadap Cu asetat / CuSO4 menjadi CuO (gula
terlebih dahulu diinversi)
- Reaksi Barfoed
Larutan gula dalam air ditambahkan Cu asetat, Asam asetat ditambahkan aqua
akan terbentuk endapan berwarna merah jingga yaitu monosa. Bila setelah
pemanasan terjadi endapan berwarna merah jingga, itu adalah biosa. Dibutuhkan
pemanasan karena pada biosa harus diinversi terlebih dahulu agar dapat mereduksi
Cu asetat menjadi CuO, sedangkan pada monosa tidak perlu karena sudah dalam
bentuk gula terbuka.
- Reaksi Fehling
Suatu Zat ditambahkan larutan Fehling a dan Fehling B sama banyak. Lalu
dipanaskan selama beberapa menit sampai diperoleh warna kuning merah bata.
Reaksi ini prinsipnya sama dengan reaksi di atas, yaitu membandingkan daya
reduksi antara monosa dan biosa.
b. Menurut kelarutannya, biasanya monosa larut dalam spiritus 80 % sedangkan
biosa dan poliosa tidak larut.
5.5.4. Menentukan Ketosa disamping Aldosa
a. Reaksi warna Pinoff
Zat ditambahkan -naphtol dalam alcohol, lalu tambahkan H2SO4. Kemudian
dipanaskan selama 3 menit hingga berwarna. Ketosa bereaksi lebih cepat dan
warnanya lebih tajam daripada aldosa
- Fruktosa : warna ungu tua
- Glukosa : warna ungu muda
- Galaktosa : cokelat muda
- Rhamnosa : merah muda

b. Reaksi Foulger
Dalam reaksi ini digunakan 40 gram urea, 2 gr SnCl, H2SO4 40 % ad 100 cc.
Sutau larutan zat direaksikan dengan 3 cc pereaksi, lau dipanaskan selama 1 menit
sampai membentuk suatu warna.

- Fruktosa : biru
- Glukosa, galaktosa, dan pentose : merah
- Rhamnosa : merah jingga muda
c. Reaksi warna dengan Implechman
Zat dalam air ditambahkan beberapa tetes difenilamin 5 % dalam spiritus. Lalu
ditambahkan HCl 30 % dengan volume yang sama. Kemudian panaskan selama 10
menit, kocok dengan amil alcohol sehingga warna akan tertarik.
- Fruktosa : biru
- Glukosa : biru muda
- Laktosa : biru muda
- Maltose : biru muda
- Pentose : kelabu / hijau kotor
- Rhamnosa : cokelat merah atau cokelat ungu
d. Reaksi Selliwanof
Zat ditambahakan 10 mg resorsin, lalu ditambahkan 10 cc HCl. Panaskan larutan
tersebut selama 20 menit. Kocok dengan amil alcohol sehingga membentuk suatu
warna.
- Fruktosa : merah
- Glukosa : merah muda
- Laktosa : merah muda
- Maltose : merah muda
- Pentose : hijau kelabu
- Rhamnosa : kuning muda

5.5.5. Reaksi yang menetukan Aldosa di samping Ketosa


a. Reaksi Riegler
Larutan zat 10 % dalam air ditambahkan larutan zat dalam fenilhidrazin HCl 1 %.
Lalu tambahkan Na Asetat. Kemudian larutan tersebut dipanaskan selama 10 menit
kemudian didinginkan dan tambakan NaOH 4N
- Ketosa : kuning
- Aldosa : merah
Karena pada ketosa umumnya di alam hanya terdapat fruktosa (ketoheksosa), maka

identifikasi tidak perlu dilakukan lebih lanjut.


b. Dimasak dengan HCl 2N selama 2 jam sehingga akan dihasilkan ketosa pecah,
netralkan + Luff dan menghasilkan aldosa.
c. Reaksi Berg
Aldosa mudah dioksidasi dengan aqua Brom menghasilkan asam oksi+ FeCl3 yang
berwarna jingga sedangkan ketosa tidak.
5.5.6. Reaksi yang menentukan pentosa di samping heksosa
a. Reaksi Bial
Pereaksi yang digunakan dalam reaksi ini adalah larutan oxin dalam HCl 25 %
serta 1 tetes FeCl3 1N. Mula-mula larutan zat 0,1% ditambah pereaksi 2 kali
volume, lalu dipanaskan selama 2 menit. Setelah didinginkan akan terjadi warna
yang dapat ditarik dengan amil alcohol.
- Pentosa : biru hijau
- Heksosa : hijau intensif
b. Reaksi Tollens
Ke dalam larutan zat ditambah HCl 38% dengan volume yang sama. Lalu
tambahkan sedikit floroglusin. Kemudian dipanaskan selama 2 menit sampai
membentuk warna
- Pentosa : ungu merah
- Heksosa : jingga sampai merah-cokelat
c. Reaksi Schiff (Furfural)
Pereaksi yang digunakan dalam reaksi ini adalah anilin, spiritus fortior, dan HCl
4N(1:2:1). Cara kerjanya yaitu larutan zat ditambah 5 ml HCl 4N lalu dipanaskan.
Di atas tabung diletakkan kertas saring yang telah dibasahi reagen sehingga
dihasilkan kertas saring berwarna merah (heksosa) atau kuning (pentosa)
d. Asam-asam alduron
Dihasilkan dari hidrolisa lendir tumbuhan. Pereaksi yang digunakan yaitu larutan
Naptoresorsin dalam spiritus yang dihilangkan warnanya dengan karbon adsorben.

Cara kerjanya yaitu mula-mula zat dalam HCl 2N ditambahkan pereaksi. Lalu
panaskan selama 5 menit. Kemudian didinginkan. Setelah didinginkan, kocok
dengan eter sehingga akan terbentuk larutan berwarna ungu, fluorosensi biru.
e. Zat pemanis (pseudo gula)
Dalam hal ini digunakan reaksi Molisch (-) untuk Saccharin (Na), Manitol,
Sorbitol, dan Pb asetat.
5.5.7. Pemisahan Karbohidrat berdasarkan Kelarutan
Dalam larutan spiritus 80 % yang larut adalah Arabinosa, Xylosa, Rhamnosa,
Fruktosa, Glukosa, Galaktosa, Manosa, dan Saccharum
Bagian yang tidak larut ditambahkan H2O dingin, maka yang larut adalah
Laktosa, Dekstrin, Glikogen, Tragacanth, Gom Arab.
Bagian yang tidak larut disaring lalu ditambahkan air panas maka yang larut
adalah amilum dan yang tidak larut adalah selulosa

5.7. Reaksi Umum Pseudokarbohidrat


Pseudokarbohidrat yaitu karbohidrat semu yang secara structural mirip dengan
karbohidrat. Yang membedakan dengan karbohidrat yaitu strukturnya yang tidak
mempunyai gugus karbonil. Sehingga tidak direaksikan dengan Molisch dan tidak
terbentuk cincin berwarna
Reaksi Cuprifill
Pereaksi yang dihunakan dalam reaksi ini adalah NaOH (dibasakan) + CuSO4 (dari
dinding tabung) larutan biru jernih. Reaksi ini posotif untuk alcohol polivalen.
Cara kerja dari reaksi ini adalah suatu zat direaksikan dengan NaOH (larutkan
hingga basa) lalu ditambahkan CuSO4 , kemudian larutan tersebut di kocok sampai
terbentuk larutan biru jernih.
Reaksi Landwher
Pereaksi yang digunakan dalam reaksi ini yaitu FeCl3 yang berwarna spesifik.
Caranya adalah suatu zat ditambah dengan FeCl3 membentuk warna kuning
Reaksi Azo
Pereaksi yang digunakan dalam reaksi ini adalah diazo A ( asam sulfanilat dan HCl

) dan diazo B (NaNO2). Cara kerja dari reaksi ini adalah zat ditambah dengan
Diazo A lalu ditambahkan diazo B ( 4:1 ), kemudian ditambah lagi dengan NaOH
2N sehingga terbentuk warna merah. Lalu campuran tersebut dipanaskan dan
tambahkan dengan amil alcohol. Reaksi ini (+) tidak tertarik, alkohol
Penurunan Asam Borat
Asam borat dalam air dengan pH 3 ditambahkan dengan zat yang memiliki pH 4
Reaksi Mallard
Pencoklatan dengan cara pemangangan sorbitol (-) tidak berwarna cokelat
Penguapan zat dengan air (sifat higroskopis)
Suatu zat dilarutkan dalam air dalam kaca arloji lalu uapkan diatas penangas air.
Reaksi ini akan positif pada sorbitol ( tidak habis air, teteap air sulit menguap).
Reaksi ini akan negative pada manitol ( meninggalkan sisa seperti jarring laba-laba
pada kaca arloji , jika larutan zat diuapkan )

5.6. Identifikasi Karbohidrat


a. Glukosa
Rumus Bangun : C6H12O6
Organoleptis :
- Bentuk : Kristal
- Warna : tidak berwarna
- Bau : tidak berbau
- Rasa : manis
- Kelarutan : larut dalam air, air panas, etanol mendidih, akan tetapi sukar larut
dalam etanol pada suhu normal
Titik leleh : 83o C
Berat Molekul : 180,16
Reaksi Umum :
1. Reaksi Molisch :
2 cc larutan gula dalam air + 5 tetes 3% naphtol dalam spiritus + 2 cc H2SO4
Cincin ungu pekat
2. Reaksi Barfoed
Zat + 4,5 gram Cu asetat + asam asetat 0,06% 100 cc Cu2O
Reaksi berlangsung cepat pada monosa

Reaksi berlangsung lambat pada diosa


3. Reaksi Luff
Zat + pereaksi Luff (+ 2,5 gram CuSO4.5H2O
4. Reaksi Pinoff
Zat + -Naphtol + H2SO4 Ungu muda
5. Reaksi Riegler
Zat + Fenil Hidrazin HCl + Na-Ac + NaOH merah untuk aldosa dan kuning untuk
ketosa
6. Reaksi Cuprifill
5 ml zat + 1 ml NaOH kuning, + 2 tetes CuSO4 biru jernih, endapan kuning jingga
7. Reaksi reduksi dengan Fehling
Zat + Fehling A : Fehling B ( 1:1 ) + NaOH endapan Cu2O
8. Zat + asam pikrat + NaOH merah mengandung asam pikratin
b. Sukrosa
Rumus Kimia: C11H22O11
Berat molekul : 342.30 g/mol
Nama Lain : Saccharum; sukrosum; sakarosa; gula tebu; alfa-D-glukopirenosabeta-D-fruktofuranosida; beta-D-fruktofuranosil-alfa-D-glukopiranosida
Hidrolisis sukrosa : Sukrosa dapat dihidrolisis dalam suasana asam menghasilkan
frukotosa dan glukosa
Penggolongan : Merupakan golongan disakarida (BIOSA) yang tidak mereduksi
fehling
Pemerian : Serbuk hablur putih berbentuk kubus , tidak berbau , rasanya manis ,
stabil di udara , higroskopis dan larutannya netral terhadap lakmus
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air
mendidih , sukar larut dalam etanol 95% , tidak larut kloroform dan eter , sukar
larut dalam pyridine , dan larut dalam pelarut basa
Sifat: Tidak mempunyai sifat reduksi , dapat dilakukan peragian dengan
membentuk etanol dan CO2 dapat memutar bidang polarisasi ke kanan tapi hasil
hidrolisisnya (campuran glukosa dan fruktosa ) memutar bidang polarisasi ke kiri
Melting Point : 186O C

Index Bias : 1.5376


Berat jenis : 1.587 g/cm3
Rotasi Optik : - 65.9O
Kegunaan : Sweating agent and food
Identifikasi :
1. Organoleptik, meliputi bentuk , bau, rasa, warna, dan kelarutan
2. Permisahan gula
Zat sebaiknya dalam keadaan kering + alkohol absolute bagian yang tidak larut +
alcohol 80% larut
3. Dengan pemijaran
Larutan gula dipijar bau caramel dan warna cokelat muda
4. Reaksi umum
a. Reaksi Mollish
2 ml larutan gula dalam air + 5 tetes 3 % alfa naftol dalam spiritus + 2 ml
H2SO4(P) cincin ungu
b. Reaksi mg hypolodit (untuk mono/disakarida)
zat + ( Mg (OH) dan I2 + KI ) Warna pereaksi hilang
c. Reaksi fehling (tidak mereduksi fehling ) :
pereaksi = fehling A : CuSO4.5H2O + H2SO4 + aqua
fehling B : K-Na-Tartrat + NaOH + aqua
cara = zat + pereaksi fehling (fehling A:B = 1:1 ) + NaOH 2N ad alkalis tidak ada
endapan merah bata
d. reaksi barfoed (untuk mono/disakarida ) :
larutan gula + pereaksi berfoed (cu-asetat 45% + asam asetat 0,06% ) + aquadest ,
panaskan tidak berbentuk , lalu pemanasan dilanjutkan kembali beberapa menit
merah bata Cu2O ( menunjukkan adanya biosa )
e. Reaksi seliwanof (harusnya untuk ketosa )
merah bata (+)50 g zat + 10 mg resorcin+ 10cc HCL 4 N, dipanaskan 20 detik
f. Reaksi Ihlpechman (untuk fruktosa dan glukosa)
25 mg gula dalam 3CC air + 5 tetes larutan 5% diphenilamin dalam spirtus + HCL
(p) masing-masing dipanaskan 1 menit biru.
g. Larutan zat + NaOH + CuSO 4 biru jernih, dipanaskan warnanya tetap + HCL
encer + NaOH lagi, endapan kuning jingga (+). Lihat di bawah mikroskop
h. Pada 1 ml larutan jenuh + 0,5 ml FeCl3 dan 0,25 ml NaOH lalu kocok larutan

jernih.
i. Zat + Cu asetat menghasilkan larutan hijau biru + NH4OH biru jernih.
j. Zat + HNO3 65% + NaOH + Na-Nitroprusid akan terbentuk warna coklat +
CH3COOH biru violet menjadi biru.
k. Reaksi Hydrazon dan Oksazon
Zat + Fenilhidrazin berlebih dalam Na-asetat, panaskan selama 5 menit endapan
Kristal kuning osazon (sukrosa membentuk Kristal osazon sangat lama yaitu lebih
dari 15 menit pemanasan).

c. Fruktosa
Rumus Kimia : C6H12O6
Bobot Molekul : 180,16
Sinonim : D-fruktosa, levulosa (gula buah), 8-D-fruktofuranosa
Sifat Fisik
- Indeks bias : 1,665
- Kelarutan : mudah larut dalam air, dalam etanol, dan sukar larut dalam NaOH
Organoleptis
Bentuk berupa Kristal higroskokopis
Berwarna putih
Rasanya manis
Tidak berbau
Reaksi Identifikasi
Reaksi umum untuk karbohidrat
1. Reaksi Molisch
Pereaksi : 3% alfa naftol dalam alcohol
Zat + pereaksi Molisch + H2SO4 (p) perlahan-lahan melalui dinding tabung cincin
ungu
2. Reaksi Luff
Pereaksi : CuSO4, Asam sitrat, Na2CO3
Zat + pereaksi Luff (dipanaskan 1-2) endapan merah bata
3. Reaksi Fehling
Pereaksi : Fehling A : CuSO4.5H2O + H2SO4 (p) + aqua

Fehling B : K Na Tartrat + NaOH + aqua


Perbandingan Fehling A : Fehling B = 1 : 1
Zat + pereaksi Fehling + NaOH 2N endapan kuning sampai merah bata
4. Reaksi Barfoed
Pereaksi : Cu asetat dan Asam Asetat
Zat + pereaksi Barfoed endapan merah bata
5. Reaksi Benedict
Pereaksi : CuSO4 + Na2CO3 + Na3C6H5O7
Zat + pereaksi Benedict endapan merah bata
6. Reaksi Riegler
Pereaksi : Fenilhidrazin HCl + Na asetat + NaOH
Zat + pereaksi Riegler kuning (ketosa), aldosa (merah)
Reaksi spesifik
1. Reaksi seliwanoff
Pereaksi : resotsin + H2SO4
Zat + pereaksi Seliwanoff merah darah
2. Reaksi Pinoff
Pereaksi : alfa-naftol dalam alcohol + H2SO4 (p)
Zat + pereaksi Pinoff (dipanaskan 3 menit) biru / ungu tua (ketosa bereaksi lebih
cepat dari aldosa dan warna yang dihasilkan oleh ketosa lebih tajam daripada
aldosa)
3. Reaksi Osazon
Zat + fenil hidrazin berlebih + asam asetat , dipanaskan endapan osazon kuning
setelah 1 menit pemanasan
d. Galaktosa
Organoleptis :
- Bentuk : Kristal
- Warna :Putih
- Bau : tidak berbau
- Rasa : manis
- Kelarutan : larut dalam air
Reaksi Umum
1. Reaksi Luff
Zat + pereaksi Luff ( + 2,5 gram CuSO4.5H2O + 5 gram asam sitrat + Na2CO3. 10

H2O
2. Reaksi Barfoed
Zat + 4,5 gram Cu asetat + asam asetat 0,06 % 100 cc endapan Cu2O
Reaksi berlangsung cepat pada manosa
Reaksi berlangsung lambat pada diosa
3. Dioksida menjadi asam lendir 500 mg zat + 12 ml HNO3 + 15 ml air diuapkan
sampai 10 ml + 10 ml air Kristal asam encer
4. Reaksi Riegler
Zat + Fenil Hidrazin HCl + Na-Ac + NaOH merah untuk galaktosa
Setelah 12 menit bawah mikroskop seperti rambutan
e.Tragacanth
Tragacanth adalah eksudat kering gom dan Astragalus gummiler labillardiere
atau spesies Asiatic lain dad Astralagus (Familia Leguminoseae) FI ed IV
Rumus kimia : (C6H10O5)n
Mengandung campuran polisakarida termasuk arabinogalaktan yang
mengandung -D arabinofuranosa dan rantai 1,4-beta-D-galaktopiranosa serta
sebuah kompleks asam poli rantai 1,1--D-galalakturonat.
Sinonim : Gum Tragacanth, Gomma Andragante, Tragant, Goma Alcatira
Mikroskopis : ada amylumnya; bedanya dengan gom arab
Sifat Fisik
pH : 5
kelarutan : sukar larut dalam air, lengket, dan seperti gula larut dalam alcohol
absolute, dalam alcohol 80 %, dalam etanol, dalam NaOH, dan dalam HCl.
Dikocok dengan air : berbusa
Organoleptis
Berupa serbuk halus berwarna coklat muda
Tidak berbau
Mempunyai rasa tawar seperti lender
Kegunaan
Sebagai emulgator, baik untuk zat yang bersifat asam
Pengikat pil
Kosmetik pelemas kulit
Reaksi Umum

1. Reaksi Mollisch
Pereaksi : 3 % -naphtol dalam alcohol
Zat + pereaksi Mollisch + H2SO4 perlahan-lahan dimasukkan dalam tabung cincin
ungu
2. Reaksi Fehling
Pereaksi : Fehling A : CuSO4.5H2O + H2SO4 (p) + aqua
Fehling B : K Na Tartrat + NaOH + aqua
Perbandingan Fehling A : Fehling B = 1 : 1
Zat + pereaksi Fehling + NaOH 2N (+) endapan CuO sampai merah bata
3. Reaksi Trommer
Peraksi : CuSO4 5% + NaOH 10 %
Zat + pereaksi Trommer (-) biru kehitaman
4. Reaksi warna Azo
Pereaksi : Diazo A : Asam sulfanilat 1 % dalam HCl
Diazo B : NaNO2, air
Diazo A : Diazo B = 4:1
Zat + campuran diazo A dan B +NaOH 2 N (sampai alkalis) merah
f.Gom Arab
Sinonim : Acasiac Gummni, Gummni Arabicum, Gummni Minosa, Gomne de
Senegal, Gummni Africanum
Rumus Struktur :
Gom arab adalah senyawa yang kompleks dan merupakan campuran dari
oligosakarida arabinogalaktosa, polisakarida, dan glikoprotein. Bergantung
sumbernya, komponen glikannya mengandung proporal D-galaktosa yang relative
lebih banyak dari L-arabinosa
Struktur molecular :
Gom arab mengandung campuran polisakarida yang lebih kecil (BM -0,25 x 10-6
, major component) glikoprotein yang kaya hidroksi prolin dengan BM lebih besar
(M.Wt -2,3 x 106 minor component)
Struktur molekul tidak dapat dipastikan
Organoleptis
Bubuk putih kekuningan
Rasa tawar
Tidak berbau

Kegunaan
Emulsifying agent (emulgator)
Pengikat pada pembuatan pil

Reaksi Umum
1. Inversi untuk gula tertutup
Larutan gula 1 % + HCl 4N lalu dipanaskan di waterbath kemudian tambahkan
NaOH 2N + 5 ml Luff (CuSO4, Asam sitrat, Na2CO3) dimasak selama 2 menit
endapan Cu2O merah
2. Reaksi Molish
2 ml larutan gula dalam air + 5 tetes 3 % naphtol dalam spiritus + 2 ml H2SO4(p)
terbentuk cincin ungu

SINTESIS IODOFORM
A. TUJUAN PERCOBAAN : Membuat Iodoform Dari Aseton Melaui Reaksi
Substitusi Elektrofilik
B. DASAR TEORI

Pengertian Iodoform
Iodoform adalah senyawa yang dibentuk dari reaksi antara iodin dengan etanol /
aseton dan asetaldehida dalam suasana basa.
Pembuatan Iodoform
Pembuatan Iodoform serupa dengan pembuatan kloroform, karena merupakan
analog iodinnya. Akan tetapi berbeda dengan pembuatan kloroform, pada
pembuatan iodoform pereaksi yang digunakan adalah natrium hipoiodit. Reaksinya
terjadi antara senyawa karbonil yang memiliki gugus asetil (CH3CO-) dan natrium
hipoidoit (NaOI). Iodoform yang diperoleh berupa kristal berwarna kuning, dengan
titik leleh 1200C dan mempunyai bau yang khas. Iodoform dapat digunakan
sebagai desinfektan dan antiseptik luar.
Reaksi Iodoform
Reaksi Iodoform adalah reaksi haloform dimana dalam reaksi tersebut
digunakan iodida dari larutan alkali hidroksida (NaOH dan KOH) sehingga
menghasilkan Iodoform.

SIFAT-SIFAT IODOFORM
a. Sifat Kimia Iodoform
1) Kondensasi lipidine ethiodide dari alkil menghasilkan cis-( 1-ethylguinoline-4-)trimetinaiomine.
2) Iodoform dan kalium poidat membentuk CL4 (tetraidometane)
3) Iodoform dapat di hidrogenasi di itomenasi (metilan iodida)
4) Iodoform bila dipanaskan dengan campuran anilin dan larutan NOH alkoholat
karbilamine membentuk isosianida.
5) Iodoform dapat di hidrolisis dengan kuat.
6) Iodoform bila direduksi dengan Na2As2O4 akan membentuk metilen iodida.

7) Iodoform bila direaksikan dengan dan NaOH akan menghasilkan warna merah
ungu pada lapisan piridin, setelah di panaskan sebentar.
8) Jika iodoform di panaskan dalam satu tabung kering, akan timbul uap yang
berwarna violet dari iodium.
9) Test larutan AgHO3 reaksi dengan larutan AgHO3 (argentum nitrat) tidak
memberikan endapan kuning perak iodida (Agl).
10) Tidak bereaksi dengan kolomel, HgO.
b. Sifat Fisika Iodoform
1) Bentuk berupa kristal kuning berkilauan
2) Bentuk bangun merupakan heksagonal dengan I sebagai pusatnya
3) Titik lebur 119-1230C
4) Berat jenis 4,00 gr/mil
5) Berat molekul 393,73
6) Komposisi C=3,05g; H=6,266; I=96,496
7) Mudah menguap (meyublim) pada suhu kamar
8) Terurai oleh pengaruh panas cahaya dan udara membentuk CO2, CO, I2, H2O
9) Memiliki bau yang khas
10) Sukar larut dalam air tapi mudah laut dalam akohol
11) Berguna dan acetor
12) Perlahan-lahan larut dalam petaoida atom
Kegunaan Iodoform
1. Sebagai pemusnah baktei iodoform digunakan sebagai antiseptik terhadap luka-luka
lecet, karena membebaskan I2
2. Sebagai pencegah keluarnya nanah dan pencegah pertumbuhan bakteri.
Pembuatan Iodoform
Iodoform dapat dihasilkan dari :

1. Alkohol
Alkohol direaksikan dengan I2 dan KOH, maka mula-mula alkohol direaksika
dengan alkanal.

Etanol kemudian beeaksi dengan I sehingga terbentuk triiodeotanol.

Dalam lingkungan KOH maka triodetanal berubah menjadi iodoform dan kalium
metanoat

2. Aseton
Aseton direaksikan dengan I2 dan KOH, maka I2 akan mengoksidasi aseton.Dalam
lingkungan basa (KOH) H3C-C-Cl3 di ubah menjadi iodoform dan kalium asetat

Dalam lingkungan basa (KOH) H3C-C-Cl3 di ubah menjadi iodoform dan kalium
asetat.

3. Asam laktat

4. Secara elektrolisa
Aseton maupun atenal dapat di elektrolisa oleh KI an Na2CO3, elektrolisa
dilakukan dengan elektroda platinum. Larutan yang ada mengandung K+, Na +, I-,
CO2 dan H+ serta O- dari air. Ion-ion akan kehilangan muatan selama elektrolisa,
H+ pada katoda, dan I- serta OH2 yang dibebaskan pada anoda, bereaksi bersama
menghasilkan iopoiodit CO-. Larutan menjadi mengandung ion NaOI yang
bereaksi dengan atenol atau asenal.
5. Iodoform dapat dibuat dengan semua zat bereaksi positif dengan positif dengan
iodoform test.
Iodoform Test
Senyawa yang mengandung salah satu dari gugus I-CH3 dan OH-CH3 akan
bereaksi dengan I2 dalam NaOH memberikan endapan kuning iodoform. Reaksi
ini adalah reaksi terhadap test.
Senyawa yang mengandung gugus CHOHCH3 memberikan hasil positif pada
iodoform test, karena karena itu pertama kali di oksidasi menjadi metal keton.
Metal keton kemudian bereaksi dengan I2 dan ion Hidropodia menghasilkan

iodoform. Gugus fungsional COCH3, atau CHOHCH3 dapat diserang oleh anil,
alkil, atau hydrogen. Etanol, acetaldehid, acetor, alkohol sekunder, aceta fenam,
isopropyl alkohol, kunder, aceta fenon, metal keton yang lain, isopropyl alkohol
asam laktat, hidrat tekstabil dari acetadehid, CH 3 serta karbinal sekunder dimana
satu gugusnya yang diserang CH adalah metal semuanya membuat reaksi positif
terhadap iodoform test.
Secara umum senyawa dimana gugus metilnya diserang oleh gugus CH 3CO-, CH2
ICO-, atau CH2CO- yang ketika bergabung dengan atom hydrogen atau atom
hydrogen/gugus aktif akan memberikan sterie hindrance (gangguan ruang) yang
berlebihan.
Iodoform test akan bereaksi positif untuk senyawa apapun yang bereaksi dengan
regent untuk memberikan turunan yang mengandung satu dari gugus yang di
syaratkan. Sebaliknya senyawa yang mengandung satu dari gugus yang di
syaratkan tidak akan memberikan iodoform bila gugus tersebut dirusak oleh
oksihidrolitik dari reagent sebelum iodonasi sempurna. Jenis-jenis senyawa yang
memberikan reaksi positif terhadap iodoform test: (R= radikal anil atau alkil,
kecuali anil di-ortho, tersubtitusi radikal). Hal ini disebabkan senyawa gugus asetil
di atas dipisahkan oleh reagent menjadi asam asetal yang menahan iodiasi.
Iodoform test sering digunakan pula untuk menentukan kebebasan suatu senyawa
suatu zat, dimana senyawa itu diketahui memberi reaksi positif terhadap test,
sering digunakan untuk membedakan alkohol primer, sekunder, sekunder dan
tersier (terutama melihat ada tidaknya alkohol sekunder). Struktur alkohol
sekunder menghasilkan test positif terhadap iodoform test.
Tahap-tahap kerja rekristalisasi
1) Pemilihan pelarut
2) Melarutkan senyawa murni dalam senyawa padat atau dekat titik didihnya
3) Penyaringan larutan masih dalam keadaan panas dari partikel zat yang tidak larut

4) Pendinginan larutan yang masih panas tersebut, sehingga senyawa yang di larutkan
akan mengkristal kembali
5) Pemisahan kristal dari larutan yang menyertainya
6) Pengeringan kristal
Cara pemilihan pelarut
1) Mempunyai daya pelarut yang tinggi untuk senyawa yang akan dimurnikanm pada
suhu tinggi, dan mempunyai daya larut yang rendah pada suhu yang rendah
2) Titik didih rendah, untuk dapat mempermudah proses pengeringan setelah kristal
terbentuk
3) Titik didih pelarut hendaknya lebih rendah dari titik lebur zat padat yang di larutkan
tidak murni terurai pada saat pelarutan
4) Pelarut tidak bereaksi dengan pelarut yang akan di larutkan
5) Dapat menghasilkan bentuk kristal senyawa yang dimurnikan
6) Mudah dipisahkan dari senyawa yang mudah dimurnikan
7) Dapat memisahkan kotoran dari senyawa murninya dengan cepat
8) Ekonomis dan mudah diperoleh.
D.

ALAT

BAHAN

DAN

Bahan :
NaOH 10%
NaOh merupakan basa kuat
Digunakan dalam pembersihan minyak tanah, dalam pembuatan sabun, plastik, dan
bahan kimia lainnya.
Aseton
Keton yang paling sederhana
Diperoleh dari peragian pati
Bercampur sempurna dengan air
Merupakan pelarut senyawa organik
KI
Etanol 95%
Memiliki titik didih 78,50C
Jika dipanaskan pada 1800C dengan sedikit asam hidroklorida pekat, hasil etilen
yang diperoleh cukup banyak.
NaOCl 5%
E. CARA KERJA

F. HASIL PENGAMATAN
WAKTU
10.00

PERLAKUAN
Ditimbang 10 g iodium, 10 g
aseton, dan 10 g NaOH

PENGAMATAN
10 g NaOH dilarutkan
dalam 100 ml aquadest

untuk diencerkan
10 g iodium ditambahkan 10 g Terbentuk
perubahan
10.20

aseton sambil dikocok sampai warna merah kehitamiodiumnya larut


hitaman
Ditambahkan NaOH 20 ml
lewat corong pisah sedikit demi Warna

10.30

sedikit,

bila

terjadi

kuning,

dan

panas terdapat endapan iodium

didinginkan dengan lap basah dibagian bawah larutan.


11.30

atau air es
Larutan disaring dengan corong Pada endapan terdapat

kristal CHI3 berwarna

buchner

kuning
Endapan yang terdapat kristal Terbentuk
CHI3
12.00

warna

kuning

dicuci berwarna putih sebagai

dengan air sampai filtrate tidak endapan dan filtratnya


bereaksi alkalis (filtrate tidak sudah
berwarna)

12.15

12.27

kristal

Kristal

tidak

bereaksi

alkalis.
Terbentuk kristal CHI3
CHI3

dikristalkan warna

kuning

dan

kembali dengan alkohol

filtratnya

berwarna

Penentuan titik leleh iodoform

kuning
Hasil titik leleh 106 C

G. PEMBAHASAN
Iodoform merupakan senyawa yang dibentuk dari treaksi antara iodin dengan
etanol/ aseton dan asetildehida dalam suasan basa. Untuk membuat iodoform dari
aseton digunakan reaksi elektrofilik.
10 gram aseton ditambah 10 gram iod dimasukkan ke dalam labu dasar datar.
Penggunaan labu dasar datar supaya dapat berdiri tanpa dipegang. Kemudian ,
ditambahkan 20 ml NaOH sedikit demi sedikit (lewat corong pisah). Hal yang
harus dihindari ialah jangan sampai terlalu banyak menambahkan NaOH sebab,
dapat menyebabkan panas. Namun, apabila terjadi panas, segera dinginkan dengan
lap basah atau dengan mengalirkan air kran atau air es. Fungsi dari penambahan
NaOH adalah untuk menghasilkan kristal iodoform berwarna kuning. Setelah itu,
dengan segera ditambahkan 300 cc air. Penambahan segera 300 cc air setelah
terbentuk kristal kuning maksudnya untuk mengencerkan NaOH yang mungkin
berlebih dan unutk mencegah kecepatan terhidrolisisnya iodoform yang terbentuk.
Hasil kristal kuning yang diperoleh dan telah ditambahakan air segera disaring

dengan corong buchner. Kemudian kristal dicuci sampai filtrat tidak bereaksi
alkalis, atau bebas NaOH karena sisa NaOH dikristal dapat menyebabkan
penguraian iodoform pada waktu kristalisasi dengan alkohol. Setelah itu dicuci
dengan alkohol dan ditentukan titik lebur/ titik leleh. Pada percobaan diatas, titik
leleh yang diperoleh yaitu 1060C.
H. KESIMPULAN
Setelah melakukan praktikum, maka dapat diketahui bahwa iodoform dapat
disintesis atau dibuat dari aseton melalui reaksi elektorilik. Titik leleh yang
diperoleh adalah 1060C.
DAFTAR PUSTAKA
Akhmadi Suminar.______. Kimia dasar prinsip dan terapan modern._____:____
Akhmadi Suminar.______. Kimia organik edisi ke enam._____:_________
Direktorat Jendral POM. 1995. Farmakope Indonesia, edisi IV. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI
Tim Asistensi Kimia Organik II. 1993. Penuntun Praktikum Kimia Organik.
Bandung: Fakultas MIPA Bandung

Hari, tanggal : Senin, 22 Oktober 2012


I. Tujuan
1.
Mempelajari dan memperkenalkan salah satu metode identifikasi senyawa
berdasarkan perbedaan gugus fungsi.
2.
Memberi pemahaman identifikasi secara kimia senyawa golongan aldehid dan
keton
II. Dasar Teori
Salah satu gugus fungsi yang kita yaitu aldehid. Aldehid adalah suatu
senyawa yang mengandung sebuah gugus karbonil yang terikat pada sebuah atau
dua buah atom hidrogen. Nama IUPEC dari aldehida diturunkan dari alkana
dengan mengganti akhiran ana dengan al. Nama umumnya didasarkan nama
asam karboksilat ditambahkan dengan akhiran dehida (Petrucci, 1987).
Aldehid dinamakan menurut nama asam yang mempunyai jumlah atom C
sama pada nama alkana yang mempunyai jumlah atom sama. Pembuatan aldehida
adalah sebagai berikut: oksidasi alkohol primer, reduksi klorida asam, dari glikol,
hidroformilasi alkana, reaksi Stephens dan untuk pembuatan aldehida aromatik
(Fessenden, 1997).
Aldehid dan keton adalah senyawa-senyawa yang mengandung salah satu dari
gugus penting di dalam kimia organic,yaitu gugus karbonil C=O. Semua senyawa
yang mengandung gugus ini disebut senyawa karbonil.Gugus karbonil adalah
senyawa yang paling menentukan sifat kimia aldehid dan keton.Oleh karena itu
banyak sekali sifat fisik dari yang lain senyawa-senyawa ini adalh mirip satu sama
lainnya.
Salah satu reaksi untuk pembuatan aldehid adalah oksidasi dari alkohol
primer. Kebanyakan oksidator tak dapat dipakai karena akan mengoksidasi
aldehidnya menjadi asam karboksilat. Oksidasi khrompiridin komplek seperti

piridinium khlor kromat adalah oksidator yang dapat merubah alkohol primer
menjadi aldehid tanpa merubahnya menjadi asam karboksilat (Petrucci, 1987).
Keton adalah suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus karbonil
terikat pada dua gugus alkil, dua gugus alkil, atau sebuah alkil. Keton juga dapat
dikatakan senyawa organik yang karbon karbonilnya dihubungkan dengan dua
karbon lainnya. Keton tidak mengandung atom hidrogen yang terikat pada gugus
karbonil (Wilbraham, 1992).
Pembuatan keton ynag paling umum adalah oksidasi dari alkohol sekunder.
Hampir semua oksidator dapat dipakai. Pereaksi yang khas antara lain khromium
oksida (CrO3), phiridinium khlor kromat, natrium bikhromat (Na2Cr2O7) dan
kalium permanganat (KMnO4) (Respati, 1986).
Reaksi-reaksi pada aldehida dan keton adalah reaksi oksidasi dan reaksi
reduksi. Reaksi oksidasi untuk membedakan aldehida dan keton. Aldehid mudah
sekali dioksidasi, sedangkan keton tahan terhadap oksidator. Aldehida dapat
dioksidasi dengan oksidator yang sangat lemah. Sedangkan reaksi reduksi terbagi
menjadi tiga bagian yaitu reduksi menjadi alkohol, reduksi menjadi hidrokarbon
dan reduksi pinakol (Wilbraham, 1992).
Sifat-sifat fisik aldehid dan keton, karena aldehid dan keton tidak
mengandung hidrogen yang terikat pada oksigen, maka tidak dapat terjadi ikatan
hidrogen seperti pada alkohol. Sebaliknya aldehid dan keton adalah polar dan
dapat membentuk gaya tarik menarik elektrostatik yang relatif kuat antara
molekulnya, bagian positif dari sebuah molekul akan tertarik pada bagian negatif
dari yang lain (Fessenden, 1997).
A. Iodoform

Iodoform adalah zat padat kuning dengan bau yang khas. Iodoform banya
digunakan dalam bidang kedokteran sebagai antiseptik, pembuatannya sama
dengan kloroform, dan iodoform dapat dibuat jika propanon berturut-turut dapat
direaksikan dengan klorin atau iodin dan kemudian basa KOH.
Iodoform dapat diperoleh dari etil alkohol atau aseton dengan iodida dan alkil :
C5H5OH + 4I2 + 6 KOH HCl3 + HCOOK + 5H2O + 5KI
Dapat pula dari etil alkohol atau aseton dengan iodida dan sodium karbonat.
Halogenasi alfa merupakan dasar suatu uji iodoform untuk metil keton. Gugus
metil dari suatu metil keton diiodinasi bertahap sampai terbentuk iodoform padat
kuning.

B. Tes Benedict
Tes benedict memberikan hasil positif bila terbentuk endapan merah bata.
Aldehida alifatik dioksidasi menjadi asam karboksilat dengan pereaksi
benedict( kompleks ion Cu(II) sitrat dalam larutan basa). Ion Cu(II) direduksi
menjadi Cu2O(endapan berwarna merah bata). Aldehida aromatik dan keton tidak
bereaksi dengan pereaksi benedict.
R-CHO + 2Cu2+ + 5 OH
Biru

merah

III. Alat dan Bahan


A.

R-COO- + Cu2O + 3 H2O

Tes Iodoform.
Alat :

bata

Gelas Beaker.
Batang Pengaduk.
Kertas Saring.
Penanggas Air.
Timbangan Analitik.
Bahan :

KI

NaOCl
Aseton
Alkohol

B.

Tes Benedict.
Alat :

Pipet Tetes.
Tabung Reaksi.
Gelas Beaker

Penanggas Air
Bahan :

Formaldehida.
Aseton.

Benzaldehid
Pereaksi Benedict
IV. Cara Kerja
A. Iodoform
1.

Dilarutkan 6 g KI dalam 100 ml air didalam gelas beaker, kemudian


ditambahkan 2 ml aseton.

2.

Ditambahkan pelan-pelan, sambil diaduk NaOCl 5% sampai terbentuk endapan


iodoform.

3.

Didiamkan campuran selama 10 menit, kemudian disaring. Kristal yang


diperoleh dicuci 2-3 kali.

4.

Dilakukan rekristalisasi dengan cra sbb :


Ditempatkan kristal didalam beaker dan ditambahkan sedikit demi sedikit alkohol
sambil di panaskan sampai iodoform larut. Disaring larutan yang masih panas
kedalam gelas beaker dan didinginkan. Kristal yang terbentuk disaring dan
dikeringkan. Ditimbang berat kristal yang dihasilkan.
B.

1.

Tes Benedict
Ditempatkan masing-masing 10 tetes formaldehida, benzaldehida, dan aseton ke

dalam 3 tabung reaksi yang bersih dan kering.


2.

Ditambahkan 2 ml (40 tetes) pereaksi benedict ke dalam setiap tabung reaksi.

3.

Dikocok setiap tabung reaksi dan kemudian dipanaskan tabung reaksi ( di atas
90oC) didalam beaker yang berisi air selama 10 menit.

4.

Didinginkan tabung reaksi dan diamati yang terjadi.

V. Hasil Pengamatan
A. Iodoform

B. Benedict

VI. Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat didefinisikan
aldehida adaLah senyawa orgnaik yang karbon-karbonilnya (karbon yang terikat
pada oksigen) selalu berikatan dengan paling sedikit satu hidrogen, rumus struktur
aldehida ialah RCHO. Sedangkan keton adalah senyawa oprgnaik yang senyawa
karbon-karbonilya dihubungkan dengan dua karbon lain, rumus struktur keton
ialah RCOR.

Aldehida dan keton dalam air bercampur sempurna. Keduanya juga dapat
dikenali dengan memperhatikan namanya yaitu berakhiran al untuk aldehida dan
berakhiran on untuk keton. Aldehida dan keton juga mempunyai bau khas.
Aldehid berbau merangsang dan keton berbau harum.
Pada percobaan ini dilakukan uji iodofrom dan tes benedict, pada iodofrom
terbentuk kristal kuning. Mungkin dalam percobaan ini hasil yang didapatkan tidak
sesuai dengan teori yang ada. karena disebabkan oleh beberapa faktor, salah
satunya adalah formalin dan aseton yang digunakan kemungkinan adalah sampel
lama. Selain itu pemanasan yang dilakukan mungkin tidak terlalu sempurna.
Pada uji benedict ini bertujuan untuk mengetahui reaksi pada aldehid dan
keton dengan direaksikan dengan benedict. Larutan yang akan di uji dengan
benedict adalah formaldehid, aseton dan benzaldehida.

Langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan 3 buah tabung reaksi


masing-masing diisi 5 ml benedict berwarna biru, kemudian pada masing-masing
tabung

ditambahkan

formaldehida,

aseton

dan

benzaldehida.

Kemudian

ditempatkan dalam penangas air yang bertujuan untuk mempercepat terjadinya


reaksi. Hasil yang diperoleh adalah formaldehid bereaksi dengan benedict dengan
bercampurnya larutan tersebut dan terbentuk endapan putih kabut, pada
benzaldehid pun terjadi hal yang sama tetapi masih sedikit kurang bercampurnya
antara benedict dengan benzaldehid, sedangkan pada aseton tidak terjadi
perubahan/ reaksi hal ini dikarenakan Reagen benedict mengandung ion Cu 2+ yang

bersifat oksidator lemah, ion tersebut dapat mengoksidasi gugus aldehid saja tetapi
tidak dapat mengoksidasi gugus keton seperti halnya reagen Tollens.
Pengujian reaksi formaldehid, aseton dan benzaldehid dengan reagen
benedict, reagen benedict mengandung ion Cu2+ yang bersifat oksidator lemah, ion
tersebut dapat mengoksidasi gugus aldehid saja tetapi tidak dapat mengoksidasi
gugus keton.
VII.

Kesimpulan

Praktikum kali ini mengenai Identifikasi Aldehida dan Keton dengan


menggunakan metode Iodoform dan Tes Benedict. Iodofrom membentuk endapan
kuning bila beraksi positiv dan pada tes iodofrom reaksi positif akan ditunjukan
dengan arna biru yang kemudianberubah menjadi endapan merah bata

VIII.

Daftar

Pustaka

-http://triyasrahayu.blogspot.com/2011/10/laporan-organik-aldehid-dan-keton.html
- Fesenden, J Ralp, dan Joan s. Fessenden. 2006. Kimia Organik Jilid1.
Terjemahan
-

Reskasari,

Aloysius
Revi.

Hadyana
2011.

Pudjaatmaka.

Kimia

Organik

Jakarta:
Aldehid

Penerbit

Erlangga

keton

(Online).

http://rvreskisari.blogspot.com. Diakses tanggal 13 November 2012

Asam Karboksilat dan Ester


Hari,

tanggal

I. Tujuan
Mengidentifikasi
- Mempelajari sifat
Mempelajari

Senin,

15

oktober

2012

senyawa asam karboksilat dan ester


fisik dan kelarutan dari senyawa tersebut
cara
pembuatan
ester
(esterifikasi)

II. Dasar Teori


Suatu asam karboksilat adalah suatu senyawa organik yang mengandung
gugus karboksil, COOH. Gugus karboksil mengandung gugus karbonil dan
sebuah gugus hidroksil; antar aksi dari kedua gugus ini mengakibatkan suatu
kereaktifan kimia yang unik dan untuk asam karboksilat (Fessenden, 1997).
Asam format terdapat pada semut merah (asal dari nama), lebah, jelatang dan
sebagainya (juga sedikit dalam urine dan peluh). Sifat fisika: cairan, tak berwarna,
merusak kulit, berbau tajam, larut dalam H 2O dengan sempurna. Sifat kimia: asam
paling kuat dari asam-asam karboksilat, mempunyai gugus asam dan aldehida
(Riawan, 1990).
Asam asetat (CH3COOH) sejauh ini merupakan asam karboksilat yang paling
penting diperdagangan, industri dan laboratorium. Bentuk murninya disebut asam
asetat glasial karena senyawa ini menjadi padat seperti es bila didinginkan. Asam
asetat glasial tidak berwarna, cairan mudah terbakar (titik leleh 7C, titik didih
80C), dengan bau pedas menggigit. Dapat bercampur dengan air dan banyak
pelarut organik (Fessenden, 1997).
Adapun sifat-sifat yang dimiliki oleh asam karboksilat adalah:

1. Reaksi Pembentukan Garam


2. Reaksi Esterifikasi
3. Reaksi Oksidasi
4. Pembentukan Asam Karboksilat
Esterifikasi adalah salah satu jenis reaksi dimana reaksi tersebut untuk
menghasilkan ester. Ester merupakan sebuah hidrokarbon yang diturunkan dari
asam karboksilat. Sebuah asam karboksilat mengandung gugus -COOH, dan pada
sebuah ester hidrogen di gugus ini digantikan oleh sebuah gugus hidrokarbon dari
beberapa jenis. Ester dapat dihasilkan dengan cara mereaksikan antara sebuah
alcohol dengan asam karboksilat yang dapat dituliskan sebagai berikut :
RCOOH + ROH RCOOR + H2O
Pentingnya kita melaksanakan praktikum esterifikasi didasarkan pada sifatsifat reaksi esterifikasi yang khas yaitu sifat reaksi yang reversible/dapat balik,
bersifat sangat lambat. Hal-hal inilah yang nantinya akan kita jadikan variable
percobaan untuk mengetahui bagaimana pembentukan ester yang optimal.
Aplikasi pembentukan ester sangatlah banyak di industry. Misalkan dalam
proses dasar saat pembuatan plastic, senyawa aroamatik dan lain-lain. Oleh karena
itu ita perlu untuk mempelajari reaksi esterifikasi dalam skala laboratorium dan
mengetahui
aplikasinya
di
Industri.
Esterifikasi
Macam-macam reaksi esterifikasi yaitu antara lain
Reaksi antara asam karboksilat dengan suatu alcohol
Reaksi antara asil klorida dengan alcohol atau fenol
Reaksi antara suatu anhidrida asam dengan fenol
III. Alat dan Bahan
Alat
-

Tabung
-

Beaker
Bahan

:
reaksi
Penaggas
glass
Pipet
Termometer
:

Asam

Salisilat

0,5

NaOH
HCL
Es
70

Etanol
-

Butanol
-

IV.
a. Asam Karboksilat

b. Esterifikasi

3
Asam

Cara

garm
Aquadest
3M
3M
Batu
3ml
ml
Asetat
H2SO4
Kerja

V.
1.

2.

Hasil
Asam

Pengamatan
karboksilat

Esterifikasi

VI.

Pembahasan
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui serta memahami reaksi-reaksi

gugus karboksilat dalam suatu senyawa. Percobaan pertama yaitu mengidentifikasi


reaksi yang terjadi pada asam karboksilat. Percobaan ini dimulai dengan
memasukkan 0,5 gr asam salisilat ke dalam tabung reaksi yang berisi 5 ml air
dingin, kemudian dikocok agar larutan menjadi homogen. Hasil yang diperoleh
adalah padatan asam salisilat tidak larut dalam air dingin. Asam salisilat yang tidak
larut tersebut dipanaskan hingga mulai mendidih, hasil yang didapatkan adalah
padatan asam salisilat yang tidak larut membentuk kristal.
Selanjutnya kristal yang terbentuk di dalam tabung reaksi didinginkan
didalam gelas beaker menghasilkan asam salisilat yang mengkristal memadat
menjadi beku membentuk endapan putih, namun ketika campuran larutan tersebut
ditambahkan 70 tetes larutan NaOH 3M, endapan putih yang terbentuk menjadi
larut. Selanjutnya larutan tersebut ditambahkan HCl 2M sebanyak 70 tetes ,
penambahan sebanyak 70 tetes ini bertujuan menyamakan tetesan yang
ditambahkan sewaktu menambahkan NaOH yang kemudian ditambahkan 10 tetes
HCl lagi kedalam larutan tersebut, hasil akhir yang diperoleh adalah terbentuk
kembali endapan putih kristal yang memadat.

Percobaan selanjutnya, yaitu mengetahui reaksi-reaksi gugus karboksilat


dalam suatu senyawa dengan identifikasi reaksi Esterifikasi. Langkah pertama
yang perlu dilakukan adalah dimasukkan ke dalam tabung reaksi 3 ml etanol 70%
lalu ditambahkan 1 ml asam asetat dan 15 tetes H 2SO4 pekat Kemudian dikocok
agar larutan homogen dan dipanaskan dalam penangas air selama 5 menit,
pemanasan dilakukan untuk mempercepat reaksi yang berlangsung. Maka
didapatkan sebagai berikut pada sampel asam format warna larutan bening, ada
gelembung, setelah dipanaskan bau menyengat. Sampel asam propionat warna
larutan bening, setelah dipanaskan tetap bau sangat menyengat. Sampel asam
asetat warna larutan bening, setelah dipanaskan bau menyengat. Percobaan tersebut
diketahui bahwa asam propionat lebih reaktif daripada sampel yang lain, karena
menghasilkan bau yang sangat menyengat. Sampel asam asetat yang paling tidak
bereaksi.
Langkah kedua yang perlu dilakukan adalah dimasukkan ke dalam tabung
reaksi 3 ml butanol lalu ditambahkan 1 ml asam asetat dan 15 tetes H 2SO4 pekat
Kemudian dikocok agar larutan homogen dan dipanaskan dalam penangas air
selama 5 menit, pemanasan dilakukan untuk mempercepat reaksi yang
berlangsung. Maka didapatkan sebagai berikut pada sampel asam format ada
gelembung, setelah dipanaskan bau menyengat. Sampel asam propionat warna
larutan bening, ada 2 lapisan (atas bening, bawah kuning) setelah dipanaskan tetap
bau menyengat. Sampel asam asetat warna larutan bening, setelah dipanaskan bau
tidak menyengat. Percobaan tersebut diketahui bahwa asam propionat lebih reaktif
dari pada sampel yang lain, karena menghasilkan bau yang menyengat. Asam
asetat paling tidak bereaksi.
Butanol baunya adalah bau balon dan sedikit bau asetat (menyengat).
Sedangkan pada etanol absolut berbau balon (keton) saja. Hal ini disebabkan pada
etanol 70% terdapat 30% air, yang berfungsi sebagai pengikat air, sehingga ketika
larutan dituangkan ke air menghasilkan bau yang menyengat.
Reaksi Esterifikasi.

C2H5OH + CH3COOH ------->


VII.

+ H2O
Kesimpulan

- Percobaan reaksi garam karboksilat terjadi reaksi positif dari asam salisilat karena
terjadi perubahan pada saat pemanasan, dengan terbentuknya endapan kristal putih.
- Percobaan esterifikasi, dengan etanol diketahui sampel asam propionat lebih
reaktif dari pada sampel yang lain, karena menghasilkan bau yang sangat
menyengat.
Asam
asetat
yang
paling
tidak
bereaksi.
VIII.

Daftar

Pustaka

http://pkimorg1a.blogspot.com/
http://annisanfushie.wordpress.com/2009/01/02/asam-karboksilat/
http://chemical-engineer.digitalzones.com/biodiesel.html
http://group1bprakkimorg.blogspot.com/2012/10/percobaan-ii.html
http://group4kimorg.blogspot.com/2012/11/identifikasi-asam-karboksilat-danester.html
http://pkimorg1a.blogspot.com/
IX.

Lampiran

1. Sebutkan cara cara produksi ester selain esterifikasi! Reaski transesterifikasi dari
Asam lemak dari minyak lemak nabati direaksikan dengan alkohol menghasilkan
ester
dan
produk
samping
berupa
gliserin.
2. Mengapa HCl pekat dan NaOH tidak bisa menjadi katalis dalam reaksi
esterifikasi? Karena HCl dan NaOH tidak dapat mendonorkan 2 proton pada saat
mekanisme
esterifikasi
yaitu
proses
protonasi.
3. Mengapa setelah penambahan HCl ion salisilat menjadi tidak larut? karena HCl
berfungsi untuk mengetahui banyaknya NaOH yang tersisa dalam proses
saponifikasi. Disamping itu penambahan HCl juga untuk memberikan suasana
asam, karena hasil mula-mula dari reaksi saponifikasi adalah berupa karboksilat,
dengan adanya penambahan HCl ini karboksilat diubah menjadi asam karboksilat.

4.
Tuliskan
persamaan
Reaksi asam karboksilat :
C6H7O3 + NaOH C7H5NaO3 + H2O

reaksi!

NaOH sisa + HCl NaCl + H2O + HCl sisa


Reaksi esterifikasi :
*membuat asetil asetat
CH3CH2OH +

CH3COOH

CH3COOCH2CH3 +

H2O

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I


PERCOBAAN VI
A. JUDUL : ALKOHOL DAN REAKSI-REAKSI ALOHOL ALIFATIK
B. TUJUAN

Mengetahui sifat fisik dari beberapa senyawa alkohol, diantaranya untuk mengetahui perbedaan
titik didih, perbedaan viskositas, perbedaan bau dan perbedaan kelarutan

Menentukan struktur alkohol primer, sekunder, dan tersier berdasarkan reaktivitasnya terhadap
beberapa pereaksi.

Mengetahui sifat-sifat kimia alkohol alifatik terhadap beberapa pereaksi

C. DASAR TEORI

Alkohol sering dipakai untuk menyebut etanol, yang juga disebut grain alcohol; dan
kadang untuk minuman yang mengandung alkohol. Hal ini disebabkan karena memang etanol
yang digunakan sebagai bahan dasar pada minuman tersebut, bukan metanol, atau grup alkohol
lainnya. Begitu juga dengan alkohol yang digunakan dalam dunia farmasi. Alkohol yang
dimaksudkan adalah etanol. Sebenarnya alkohol dalam ilmu kimia memiliki pengertian yang
lebih luas lagi.
Dalam kimia, alkohol (atau alkanol) adalah istilah yang umum untuk senyawa organik
apa pun yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon, yang ia sendiri
terikat pada atom hidrogen dan/atau atom karbon lain.
Alkohol adalah turunan hidrokarbon yang satu atau lebih atom H-nya diganti dengan
gugus hidroksil. Alkohol dibagi atas 3 golongan, yaitu alkohol primer, sekunder, dan tersier.
Dalam peristilahan umum, "alkohol" biasanya adalah etanol atau grain alcohol. Etanol dapat
dibuat dari fermentasi buah atau gandum dengan ragi. Etanol sangat umum digunakan, dan telah
dibuat oleh manusia selama ribuan tahun. Etanol adalah salah satu obat rekreasi (obat yang
digunakan untuk bersenang-senang) yang paling tua dan paling banyak digunakan di dunia.
Dengan meminum alkohol cukup banyak, orang bisa mabuk. Semua alkohol bersifat toksik
(beracun), tetapi etanol tidak terlalu beracun karena tubuh dapat menguraikannya dengan cepat.
Alkohol digunakan secara luas dalam industri dan sains sebagai pereaksi, pelarut, dan
bahan bakar. Ada lagi alkohol yang digunakan secara bebas, yaitu yang dikenal di masyarakat
sebagai spirtus. Awalnya alkohol digunakan secara bebas sebagai bahan bakar. Namun untuk
mencegah penyalahgunaannya untuk makanan atau minuman, maka alkohol tersebut
didenaturasi. denaturated alcohol disebut juga methylated spirit, karena itulah maka alkohol
tersebut dikenal dengan nama spirtus.
Struktur
Gugus fungsional alkohol adalah gugus hidroksil yang terikat pada karbon hibridisasi sp3.
Ada tiga jenis utama alkohol - 'primer', 'sekunder, dan 'tersier'. Nama-nama ini merujuk pada
jumlah karbon yang terikat pada karbon C-OH. Etanol dan metanol (gambar di bawah) adalah
alkohol primer. Alkohol sekunder yang paling sederhana adalah propan-2-ol, dan alkohol tersier
sederhana adalah 2-metilpropan -2-ol.
Alkohol umum

Isopropil Alkohol (sec-propil alcohol, propan-2-ol, 2-propanol) H3C-CH(OH) CH3, atau alkohol
gosok
Etilena Glikol (etana-1,2-diol) HO-CH2-CH2-OH, yang merupakan

komponen utama dalam

antifreeze
Gliserin (atau gliserol, propana-1,2,3-triol) HO-CH2-CH(OH)-CH2-OH yang terikat dalam
minyak dan lemak alami, yaitu trigliserida (triasilgliserol)
Fenol adalah alkohol yang gugus hidroksilnya terikat pada cincin benzena
Nama umum biasanya dibentuk dengan mengambil nama gugus alkil, lalu menambahkan
kata "alkohol". Contohnya, "metil alkohol" atau "etil alkohol sedangkan Nama IUPAC dibentuk
dengan mengambil nama rantai alkananya, menghapus "a" terakhir, dan menambah "ol".
Contohnya, "metanol" dan "etanol".

Turunan Alkohol
Metanol atau metil alkohol (CH3OH) ditemukan tahun 1661 oleh Robert Boyle diantara
senyawaan yang terbentuk pada penyulingan kering kayu. Metanol murni berupa cairan tidak
berwarna, baunya menyerupai alkohol dan rasanya tajam. Larut dalam air dan pelarut organik.
Bila dibakar nyalanya tidak bercahaya dan kebiru-biruan. Metanol sangat beracun, bila diminum
selain dapat memabukkan juga dapat mengakibatkan kebutaan. Dahulu metanol terdapat pada
penyulingan kering kayu.
Bila kayu dipanaskan dalam retor dari besi pada suhu 300'C, maka dalam retor itu tinggal
arang kayu, sedangkan sulingan selain dari CO terdiri dari 2 fasa cair yang tidak dapat
bercampur. Metanol tidak murni sering disebut spiritus-kayu (wood spirit). Metanol digunakan
sebagai pelarut, untuk membuat pernis, industri zat warna, sebagai bahan untuk membuat
metanal, sebagai tambahan pada bensin, dan untuk mengawasifatkan etanol. Etanol atau
etilalkohol (C2H5OH) telah lama diketahui manusia, berkat pembentukannya pada peragian buah
yang mengandung sakar. Etanol adalah cairan jernih yang larut dalam air dan berbau khas,
nyalanya berwarna biru. Etanol banyak dibuat dengan peragian sakar, misalnya glukosa.
Etanol digunakan di lab dan dalam teknik sebagai pelarut, untuk membuat senyawaan
organik, untuk membuat karet sintesis, sebagai bahan bakar, untuk membuat cuka, chloroform,
iodoform, dan untuk campuran minuman. Karena minuman beralkohol dikenakan cukai tinggi,
maka alkohol teknik selalu diawasifatkan (didenaturasi), yaitu ditambahi metanol yang beracun
dan piridin yang baunya busuk serta suatu zat warna, supaya tidak dapat diminum lagi.

Sifat Fisik Alkohol


Alkohol merupakan zat tidak berwarna. Alkohol suku rendah (sampai C3) adalah cairan
encer yang dapat tercampur dengan air dalam segala perbandingan. Alkohol suku sedang
menyerupai minyak. Semakin panjang rantai atom C semakin rendah kelarutannya dalam air.
Senyawaan C12 dan lebih tinggi berupa padatan yang tidak larut. Makin panjang rantai C makin
tinggi titik cair dan titik didih. Gugus hidroksil mengakibatkan alkohol bersifat polar

D. ALAT DAN BAHAN


1.

Alat-alat yang digunakan

Pipet tetes Bahan:Gelas. Panjang: 150 mm dengan karet kualitas baik. Kegunaan Untuk
meneteskan larutan dalam jumlah kecil

Tabung reaksi Bahan: gelas borosilikat, Ukuran: 15 x 150mm. Per pak 50 buah.
Kegunaan Untuk mereaksikan zat.
Beker gelas 1000 ml Bahan: gelas borosilikat.

Volume : 1000 ml. Berskala teratur dan permanen warna putih, tingkatan untuk percobaan siswa.
Kegunaan Tempat untuk percobaan, proses difusi osmosis.

Gelas ukur 100 ml Gelas dengan penutup. Dasar bundar, Tingkatan: untuk siswa. Kapasitas:
100 ml. Kegunaan Untuk mengukur

Penangas Air, digunakan sebagai tempat memanaskan


Suatu zat

2.
Etilena glikol
Pentanol
5-butanol
n-butil alkohol
H2O
H2SO4 pekat
I2 dalam KI 10%
HCl
-

Bahan Yang digunakan


Kapas
gliserol
Etanol
kaca
t-butanol
s-butanol
NaOH
Asam asetat glasial
E. PROSEDUR KERJA
Uji Sifat Fisika Alkohol

a. Titik didih

Di basahi dengan menggunakan , etanol, dan n-butanol


Digoreskan kapas-kapas yang telah basah pada permukaan kaca
Diamati manakah yang lebih dulu mengering, etanol atau n-butanol
Diulangi perc. Dengan menggunakan n-butanol dengan t-butanol

b. Kelarutan Dalam Air

dimasukan 10 tetes air


dimasukan tetes demi tetes secara perlahan-lahan, tapi sebelumnya dibilas dengan senyawa

alkohol yang diujikan


diamati kelarutannya
dihentikan penambahan apabila terdapat emulsi atau kekeruhan
dihitung berapa tetes senyawa alkohol yang ditambahkan
dilakukan lagi dengan menggunakan etanol, n-butanol, pentanol, s-butanol, t-butanol dan
gliserol

c.

Uji Bau

dibuka

di baui dengan cara menepiskan uapnya dari mulut botol kearah hidung(dilarang mencium
langsung dari botol)

dilakukan uji bau pada metanol, etanol, n-butanol, s-butanol,

t-butanol, pentanol, etilena glikol dan gliserol

Uji Sifat Kimia Alkohol

a. Uji Iodoform

- Dimasukkan kedalam tabung reaksi


- Ditambahkan 2-3 ml air dan 4-5 ml larutan 10% I2 dalam KI
- Ditambahkan larutan NaOH 10-20% tetes demi tetes sampai warna iodin hilang dan warna
cairan kuning
- Dipanaskan dalam penagas air sampai suhu 60oC selama 20 menit
- Didinginkan
- dicatat bentuk dan baunya jika terbentuk endapan
- dilakukan uji iodoform untuk etanol, n-butil alkohol dan sec-butil alkohol

b.

Uji Esterifikasi

- dicampurkan dengan asam asetat glasial


ditambahkan dgn hati-hati 0,5 H2SO4 pekat
dikocok dengan rata
dipanaskan
ditambahkan 3 ml air
dicatat baunya
dilakuan uji ini untuk etanol, sec-butil alkohol dan terts-

butil alkohol

c.

Uji Oksidasi

ditambahkan 1 tetes H2SO4 pekat

- dikocok
- ditambahkan 2 tetes cairan yang diuji kedalam larutan tersebut
- dipanaskan
- dicatat bau dan perubahan warna yang terjadi
dilakukan uji ini untuk etanol, sek-butil alkohol dan

terst-butil alkohol

F. HASIL PENGAMATAN
Uji Sifat Fisika Alkohol

Titik Didih
Senyawa alkohol
Etanol
n- butanol
n-butanol

Penguapan cepat

Kesimpulan

atau lambat
Cepat

Titik didih n-butanol lebih besar

Lambat
Lambat

daripada titik didih etanol


Titik didih n-butanol lebih besar

Cepat

daripada titik didih ter-butanol

ter-butil alkohol

Kelarutan dalam air


Senyawa alkohol

Nisbah air: alcohol

kesimpulan

Etanol
n-butanol

(tetes)
30 tetes
10 tetes

5-butanol

10 tetes

Ter-butanol

20 tetes

Senyawa alkohol

Bau/ Harum

Kegunaan
Untuk mensintesa formaldehida,

Metanol

Harum meyengat

untuk bahan bakar, untuk anti

Larut dalam air


Tidak larut dalam air
Tdk larut dalam air, terbentuk 2
lapisan
Larut dalam air

Uji bau

pembekuan dan untuk pelarut.


Sebagai
anti-beku,
sebagai
Menyengat

pembasmi kuman (70% hingga


85% etanol), sebagai pelarut dibuat

Etanol

dengan hidrasi dari etilen, suatu zat


petrokimia yang didapat dari reaksi
pemecahan minyak bumi

n-butanol

Busuk menyengat
Digunakan sebagai pelarut untuk

Etilenaglikol

Menyengat

industri, bahan dasar pembuatan


Dacron, sebagai zat antibeku untuk
radiator mobil.

5- butanol

Harum menyengat

Ter- butanol

Sangat menyengat
Sebagai
emolien(suatu
melunakkan

Gliserol

Tidak berbau

pelarut,

sebagai

zat
atau

yang

dapat

melembutkan

lotion), sebagai zat pemanis pada


pembuatan permen dan minuman
keras, zat antibeku, zat pereaksi,
dan keperluan lainnya.

Uji Sifat Kimia Alkohol


1) Uji Iodoform
Perlakuan
- Memasukan 1 ml larutan uji (etanol, n-

Hasil Pengamatan
Etanol : larut dalam air
n-butanol : terbentuk 2 lapisan
butanol, 2-butanol) kedalam masing-masing
2-butanol : terbentuk 2 lapisan
tabung + 2 ml air kedalam masing-masing
Etanol : tercampur sempurna
tabung.
n-butanol : terbentuk 2 lapisan
- Menambahkan 4-5 ml larutan I2 10% dlm KI
2-butanol : tercampur
Semua larutan berubah wana menjadi warna
- Menambahkan NaOH 10-20 % tetes demi
kuning
tetes sampai warna iodine hilang & warna
cairan kuning.
- Memanaskan ketiga tabung reaksi selama
20 menit lalu didinginkan

Etanol

terdapat

endapan

khas & menyengat)


n-butanol
:
terbentuk
2-butanol

lapisan

(baunya menyengat)
:
terbentuk
2

lapisan

(baunya menyengat)
2) Uji Esterifikasi
Perlakuan
Hasil Pengamatan
- Memasukkan larutan yg akan di uji (etanol, Etanol
: larut
sec-butanol, t-butanol) kedalam masing- Sec-butanol : larut
t-butanol : larut
masing tabung reaksi dan + kan asam asetat
glacial pd masing2x tabung

Etanol
: bercampur
- Menambahkan 0,5 H2SO4 pekat kedalam Sec-butanol : becampur
t-butanol : bercampur
masing-masing tabung tersebut
Semuanya bercampur
- Dikocok lalu dipanaskan perlahan-lahan
- Menambahkan 3 ml air & mencatat bau
uapnya dgn hati-hati

(baunya

Etanol
: bau balon
Sec-butanol : bau obat
t-butanol : bau obat

3) Uji Oksidasi
Perlakuan
- Memasukkan 2 tetes larutan yang diuji Etanol
(etanol, 5-butanol, t-butanol) kedalam tabung 5-butanol
t-butanol
yang berbeda dan menambahkan 5 ml larutan

Hasi Pengamatan
: larut (kuning keemasan)
: larut (kuning keemasan)
: larut (kuning keemasan)

sodium dikromat kedalam masing-masing


tabung
- Menambahkan 1 tetes H2SO4 pekat, kemudian
dikocok
-

Memanaskan
mencatat baunya.

secara

perlahan-lahan

Etanol
: bercampur
5-butanol : bercampur
: bercampur
& t-butanol
5-butanol dan etanol berubah warna larutan
menjadi warna kuning tua keemasan; dan tbutanol tdk terjadi perubahan warna (tetap
kuning keemasan)

G. PEMBAHASAN
Pada percobaan alcohol dan reaksi-reaksi alcohol alifatik ini kami akan melakukan uji sifat fisika
dan sifat kimia pada alcohol. Adapun percobaan yang kami lakukan adalah sebagai berikut
dibawah ini :
Uji sifat Fisik Alkohol
a. Titik didih
Pada percobaan uji titik didih ini langkah pertama yang dilakukan adalah menyediakan
kapas yang dibulatkan, besarnya bulatannya di sesuaikan dengan mulut botol senyawa alkohol
kemudian basahi masing-masing kapas dengan menggunakan senyawa alcohol: etanol, nbutanol, dengan jalan memiringkan botol dan goreskan kapas-kapas yang telah basah tersebut
pada permukaan kaca, goresannya harus sama luasnya. Kemudian amati manakah yang lebih
dahulu mengering, etanol atau n butanol. Ternyata setelah diamati etanol lebih cepat mengering
bila dibandingkan dengan n-butanol. Hal ini disebabkan karena etanol yang mempunyai rantai
atom pendek bila dibandingkan dengan n-butanol dan juga etanol memiliki titik didih lebih

rendah dari pada n-butanol sehingga apabila diuapkan diudara antara etanol dan n-butanol maka
etanol yang lebih menguap. Perlakuan yang sama juga dilakukan pada n-butanol dan t-butanol
dan setelah diamati t-butanol lebih menguap dahulu dari pada n-butanol, dengan demikian nbutanol memiliki titik didih lebih tinggi dari pada t-butanol.
b. Kelarutan Dalam Air
Pada percobaan yang kedua yaitu memasukan 10 tetes air kedalam 4 buah tabung reaksi
kecil yang bersih dan kering pada ketiga tabung reaksi. Kemudian dengan menggunakan pipet
tetes yang sama yang sebelumnya harus dibilas terlebih dahulu dengan senyawa alkohol yang
akan diujikan (etanol, n-butanol, t-butanol, 5-butanol). Kemudian mengamati bagaimana
kelarutannya. Dan apabila terdapat kekeruhan atau emulsi, maka penambahan harus dihentikan.
Kemudian menghitung beberapa tetes senyawa alkohol yang ditambahkan tadi. Dan hasilnya
etanol memiliki kelarutan yang lebih kecil dimana membutuhkan banyak tetes air sehingga
etanol tersebut telah keruh (15 tetes) dan n-butanol memiliki kelarutan yang besar hanya dengan
beberapatetes air terjadi perubahan(10 tetes) dan t-butanol memiliki kelarutan yang besar dari nbutanol karena hanya dengan 5 tetes telah terjadi kekeruhan dan untuk 5-butanol tidak bias larut
dalam air melainkan hanya terbentuk larutan 2 lapisan saja Sedangkan gliserol memiliki
kelarutan yang kecil karena untuk mencapai kekeruhan harus ditetesi 20 tetes air. Jadi dapat
disimpulkan bahwa suatu senyawa yang mempunyai rantai atom terpanjang maka sifat
kelarutannya juga semakin besar.
c. Uji Bau
Yang pertama dilakukan adalah dengan membuka tutup botol yang berisi zat, kemudian
segera baui dengan cara menapiskan uapnya dari mulut botol kearah hidung. Kemudian
melakukan uji bau ini pada senyawa alcohol seperti metanol, etanol, Etilen glikol, n-butanol, tbutanol dan 5-butanol. Dimana diperoleh uji bau sebagai berikut :
- Etanol baunya harum menyengat,
- 5-butanol baunya menyengat
- t-butanol baunya sangat busuk menyengat,
- Metanol baunya sangat menyengat,
- Etilena glikol sangat menyengat dan
- n-butanol baunya busuk sekali (menyengat).
Uji Sifat Kimia Alkohol
a. Uji Iodoform
Langkag awal pada percobaan ini yang dilakukan adalah memasukan 1 ml larutan uji
(etanol, n-butanol, 2-butanol) kedalam masing-masing tabung yang berbeda kemudian

ditambahkan 2 ml air kedalam masing-masing tabung tersebut. Setelah diamati etanol larut
dalam air dengan sempurna sedangkan n-butanol dan 2-butanol keduanya tidak larut dalam air
dan terbentuk 2 lapisan larutan. Kemudian ditambahkan lagi 4-5 ml larutan I 2 dalam KI 10%.
Hasil pengamatan menunjukan ternyata setelah penambahan larutan I 2 10%, etanol dan 2-butanol
larut dan bercampur dengan sempurna sedangkan n-butanol sendiri tidak mengalami perubahan
(masih sama seprti awal). Selanjutnya sebelum dilakukan pemanasan terlebih dahulu
ditambahkan NaOH 10-20 % tetes demi tetes sampai warna iodine hilang & warna cairan kuning
dan hasilnya diperoleh semua larutan berwarna kuning. Kemudian dilakukan pemanasan selama
20 menit lalu didinginkan dan hasilnya diperoleh pada Etanol terdapat endapan (baunya khas
& menyengat) sedangkan untuk n-butanol dan 2-butanol keduanya terbentuk 2 lapisan dan
keduanya memiliki bau menyengat.
b. Uji Esterifikasi
Pada percobaan uji sifat kimia alkohol pada uji esterifikasi langkah awal yang dilakukan
adalah memasukkan larutan yang akan di uji (etanol, sec-butanol, t-butanol) kedalam masingmasing tabung reaksi dan ditambahkan asam asetat glacial pada masing-masing tabung tersebut
setelah diamati hasil menunjukkan bahwa etanol, sec-butanol dan t-butanol ketiganya
larut/bercampur dengan asam asetat glacial. Setelah itu menambahkan 0,5 ml H2SO4 pekat
kedalam masing-masing tabung tersebut lalu dipanaskan dan hasilnya menunjukkan semua
larutan bercampur dengan larutan H2SO4 pekat. Selanjutnya menambahkan 3 ml air & mencatat
bau uapnya dgn hati-hati. Dari hasil penambahan 3 ml air diperoleh hasil Etanol baunya sepeti
balon, Sec-butanol dan t-butanol baunya seperti bau obat-obatan.
c.

Uji Oksidasi
Pada percobaan ini langkah awal yang dilakukan adalah memasukkan 2 tetes larutan yang
diuji (etanol, 5-butanol, t-butanol) kedalam tabung yang berbeda dan menambahkan 5 ml larutan
sodium dikromat kedalam masing-masing tabung dan hasilnya menunjukkan ketiganya
melarut/saling bercampur. Kemudian menambahkan 1 tetes H 2SO4 pekat, kemudian dikocok dan
semuanya bercampur. Selanjutnya memanaskan secara perlahan-lahan & mencatat baunya
sehingga diperoleh hasil 5-butanol dan etanol berubah warna larutan menjadi warna kuning tua
keemasan sedangkan t-butanol tidak terjadi perubahan warna sama sekali (tetap kuning biasa).

H. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh beberapa kesimpulan antara lain :
a. Alkohol merupakan zat tidak berwarna.
b. Bagian hidrokarbon alkohol bersifat hidrofob sedangkan gugus fungsi hidroksil bersifat hidrofil.
c. Alkohol suku rendah (sampai C3) adalah cairan encer yang dapat tercampur dengan air dalam
segala perbandingan.
d. Alkohol suku sedang menyerupai minyak. Semakin panjang rantai atom C semakin rendah
kelarutannya dalam air.
e. Senyawaan C12 dan lebih tinggi berupa padatan yang tidak larut. Makin panjang rantai C makin
tinggi titik cair dan titik didih. Gugus hidroksil mengakibatkan alkohol bersifat polar.

DAFTAR PUSTAKA
Fessenden & Fessenden, 1982. Kimia Organik Edisi ketiga jilid 1 dan 2. Jakarta :
___________Erlangga.
Parlan, dkk. 2003. Kimia Organik I. Malang : JICA
Team Teaching KimiaOrganik. 2011. Modul Praktikum. Gorontalo:UNG
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
http:// id.wikipedia.org/wiki/alkohol

Você também pode gostar