Você está na página 1de 35

ASKEP Diare

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Penyakit diare sering disebut dengan Gastroenteritis, yang masih merupakan masalah
masyarakat indonesia. Dan diare merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada
anak di negara berkembang.
Gastroenteritis atau diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk
tinja yang encer dengan frekwensi yang lebih banyak dari biasanya (Mansjoer Arief dkk, 1999)
Diperkirakan angka kesakitan berkisar antara 150-430 per seribu penduduk setahunnya.
Dengan uapaya yang sekaranag telah dilaksanakan, angka kematian di RS dapat ditekan menjadi
kurang dari 3%. Dengan demikian di Indonesia diperkirakan ditemukan penderita diare sekitar
60 juta kejadian setiap tahunnya. Sebagian besar antara 70-80% dari penderita adalah anak
dibawah umur 5 tahun (kurang lebih 40 juta kejadian). Sebagian dari penderita (1-2%) akan jatuh
kedalam dehidrasi dan apabila tidak segera ditanggulangi dengan benar akan berakibat buruk.
Untuk itu saya tertarik membuat Asuhan Keperawatan Kepada Ny.S umur 23 tahun dengan
Gastroenteritis di Balai Pengobatan AS SYIFA Desa Waru Kulon Pucuk Lamongan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Menetapkan dan mengembangkan pola pikir secara ilmiah kedalam proses asuhan Keperawatan
nyata serta mendapatkan pengalaman dalam memecahkan masalah pada Ny.S dengan
Gastroenteritis atau diare.
1.2.2 Tujuan khusus
1) Untuk mengetahui gambaran tentang kasus Gastroenteritis yang dialami oleh pasien Ny.S.
2) Untuk mengetahui alternatif pengobatan pada pasien dengan Gastroenteritis.

1.3 Metode pembahasan


1.3.1 Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan kasus nyata pada
klien dengan Gastroenteritis di Balai Pengobatan AS SYIFA Desa Warukulon Pucuk
Lamongan.
1.3.2 cara mendapatkan data :
1) Wawancara langsung dengan pasien atau keluarga pasien
2) Melakukan pengamatan langsung dan pemeriksaan fiisik
1.3.3 Studi Kepustakaan
Yaitu dengan mempelajari buku-buku sumber yang berhubungan dengan kasus yang dialami.
1.4 Sistematika Penulisan
BAB 1 : Pendahuluan
BAB 2 : Tinjauan Pustaka
BAB 3 : Tinjauan Kasus
BAB 4 : Penutupsss
DAFTAR PUSTAKA

Daftar isi
Kata pengantar..................................................................................................................................i
Daftar isi..........................................................................................................................................ii
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN
3.2 ANALISA DATA
3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN
3.4 INTERVENSI
3.5 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
3.6 EVALUASI KEPERAWATAN
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Kritik dan Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Gastroenteritis atau diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk
tinja yang encer dengan frekwensi yang lebih banyak dari biasanya (Mansjoer Arief dkk, 1999)
Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang disebabkan
oleh bakteri yang bermacam-macam, virus dan parasit yang patogen (Whaley dan wangs, 1995)
2.2 Etiologi

Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu :


a) Faktor infeksi
Infeksi internal adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama
diare meliputi :
1) Infeksi Bakteri : vibrio E.coli Salmonella, Shigella, Campyio bacter, Aeromonas
2) Infeksi virus : Enteriviru ( virus echo, coxsacle, poliomyelitis ), Adenovirus, Astrovirus, dll
3) Infeksi parasit : Cacing (ascaris, trichuris, oxyguris) Protozoa (entamoeba histoticia,
trimonas hominis), Jamur (candida albacus)
Infeksi parental adalah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media akut (OMA),
Bronco pneumonia, dan sebagainya.
b) Faktor Malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat
2) Malabsorbsi Lema
c) Faktor Makanan
Makanan yang tidak bersih, basi, beracun dan alergi terhadap makanan.

2.3 Patogenesis
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare.
1) Gangguan asmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan mengakibatkan
tekanan asmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkan sehingga timbul diare.
2) Gangguan sekresi
Akibat adanya rangsangan toksin pada dinding uterus sehingga akan terjadi peningkatan
sekresi, air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat
peningkatan isi rongga usus.
3) Gangguan motilitas usus
Hiperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare. Bila peristaltik menurun akan menyebabkan bakteri tumbuh berlebihan,
sehingga timbul diare juga.
2.4 Penggolongan Diare

2.4.1 Diare Akut


Adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat dalam beberapa jam sampai 7
atau 14 hari.
a) Penularan
1) Transmisi orang keorang melalui aerosolisasi
2) Tangan yang terkontaminasi (clostridium diffale)
b) Penyebab
1) Faktor penyebab yang mempengaruhi adalah penetrasi yang merusak sel mukosa
2) Faktor penjamu adalah kemampuan pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme
c) Manifestasi klinis
Pasien sering mengalami muntah, nyeri perut akibat diare akibat infeksi dan menyebabkan
pasien merasa haus, lidah kering, turgor kulit menurun karena kekurangan cairan.
2.4.2 Diare Kronik
Adalah diare yang berlangsung lebih dari 3 minggu bagi orang dewasa dan 2 minggu bagi bayi
dan anak.

2.5 Patofisiologi
Dipengaruhi dua hal pokok yaitu konsistensi feses dan motilitas usus gangguan proses
mekanik dan enzimatik disertai gangguan mukosa akan mempengaruhi pertukaran air dan
elektrolit sehingga mempengaruhi konsistensi feses yang terbentuk.
2.6 Komplikasi
Akibat diare karena kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai
komplikasi sebagai berikut :
a) Dehidrasi
b) Renjatan hipofolomi
c) Hipokalemi
d) Hipoglikemi
e) Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik
f) Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare jika lama atau kronik)
2.7 Pengobatan

Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja dengan atau
tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain
(gula,air tajin, tepung beras dan sebagainya).
1) Obat anti sekres
a) Asetosal, dosis 25 mg/th,dengan dosis minimum 30 mg
b) Klorpromazin, dosis 0,5-1 mg/kg BB/hr
2) Obat spasmolitik
Seperti papaverin, ekstrak beladona, opinum loperamid, tidak untuk mengatasi diare akut
lagi.
3) Antibiotik
Tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas, bula penyebab kolera, diberikan
tetrasiklin 25-50 mg/kg BB/hr. Juga diberikan bila terdapat penyakipenyerta seperti : OMA,
faringitis, bronkitis, atau bronkopneumonia ( Ngastiyah, 1997 : 149)

2.8 Penatalaksanaan
2.8.1 Medik
Dasar pengobatan diare adalah pemberian cairan, dietetik (cara pemberian makanan) dan obatobatan.
Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien diare dengan mempertahankan derajat dehidrasi dan keadaan
umum.
1) Cairan per oral
Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan per oral beberapa cairan yang
berisikan NaCL,NaHCO3,KCL dan Glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas umur
6 bulan dengan dehidrasi ringan/sedang, kadar Natrium 50-60 mEg/1 formula lengkap sering
disebut oralit. Sebagai pengobatan sementara yang dibuat sendiri (formula tidak lengkap) hanya
air gula dan garam (NaCL dan sukrosa) atau air tajin yang diberi garam dan gula.
2) Cairan parental

Pada umumnya digunakan cairan Ringel laktat (RL) yang pemberiannya bergantung pada berat
ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan dengan kehilangan cairan sesuai umur dan berat
badannya (Ngastiyah, 1997 : 146)

BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN
MRS
: 02 Mei 2013
No Ruangan
:5
Pengkajian tanggal : 03 Mei 2013
A.Identitas Pasien
Nama pasien
: Ny. S
Jenis kelamin
: Perempuan
Umur
: 23 Tahun
Alamat
: Ds.Waru kulon pucuk
Agama
: islam
Pekerjaa
: Swasta
Suku bangsa
: Jawa
Diagnosa medic : Gastroenteritis
Yang bertanggung jawab
Nama
: Tn. F
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
: Ds. Waru Kulon Pucuk
Agama
: Islam

Jam : 18.00 WIB


Jam : 16.00 WIB

Pendidikan
: SMP
Hub. Dengan pasien : Ayah
B. Riwayat Kesehatan
I. Keluhan Utama
Saat MRS

: Demam, diare, disertai muntah

Saat pengkajian

: Klien mengatakan bahwa badannya terasa lemas, demam, disertai

muntah.
II. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu mengatakatan badannya panas 2 hari yang lalu, BAB 5x/hari warna kuning kehijauan
bercampur lendir, dan disertai dengan muntah 2x/hari, lalu dibawa ke Balai Pengobatan AS
SYIFA Desa Waru Kulon Pucuk Lamongan.
III. Riwayat Penyakit Dahulu
Ibu mengatakan bahwa dahulu pernah sakit Diare 8x/hari tiap 1-2 jam sekali warna
kuning, disertai muntah, badan panas dan tidak mau makan.
IV. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu mengatakan dalam anggota keluarga ada yang perna mengalami sakit diare seperti yang
di alami klien.
V. Riwayat Sosial
Ibu mengatakan bahwa tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat penduduknya dan
ingin sekali cepat sembuh dan pulang kerumah.
C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum

: klien lemah, panas, muntah dan diare

Kesadaran

: composmentis

TTV

: Tensi 80/50 mmHg, Nadi 112x/mnt, suhu 390 C,RR 22x/mnt

Pemeriksaan Head to toe


a.
b.

Kepala : Bentuk kepala bulat, warna rambut hitam, tidak ada benjolan,kulit kepala bersih.
Mata
: Simetris, tidak ada sekret, konjungtiva merah muda, sklera putih, mata

cowong.
c.
Mulut

Mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis, lidah bersih.

d.

Hidung

: Simetris, tidak ada sekret, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada

polip.
e.
Telinga
f.
Leher

: Simetris, tidak ada benjolan, lubang telinga bersih, tidak ad serumen.


: Tidak ada pembesaran kenjar tyroid, limphe, tidak ada bendungan vena

jugularis, tidak ada kaku kuduk.


g. Dada
Inspeksi
: dada simetris, bentuk bulat datar, pergerakan dinding dada simetris, tidak
ada retraksi otot bantu pernapasan.
Palpasi
: Tidak ada benjolan mencurigakan
Perkusi
: paru-paru sonor, jantung dullnes
Auskultasi : Irama nafas teratur, suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan.
h. Perut
Inspeksi : simetris
Auskultasi : Peristaltik meningkat 40x/mnt
Palpasi : Turgor kulit tidak langsung kembali dalam 1 detik
Perkusi
: Hipertimpan,perut kembung
Punggung : Tidak ada kelainan tulang belakang (kyfosis, lordosis, skoliosis) tidak ada nyeri
gerak.
Genetalia : jenis kelamin perempuan, tidak odem, tidak ada kelainan, kulit perineal kemerahan
Anus
: Tidak ada benjolan mencurigakan,kulit daerah anus kemerahan.
Ekstremitas
: Lengan kiri terpasang infus, kedua kaki bergerak bebas, tidak ada odem.
D. Pengkajian Fungsional Gordon
1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Keluarga mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada keluarga yang sakit maka
akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat.
2. Pola nutrisi dan metabolik
Makan : Ny. S tidak nafsu makan, makan hanya 3 sendok, tapi sebelum sakit diare mau
menghabiskan 1 porsi makan.
Minum : Ny. S minumnya tidak terlalu banyak.
3. Pola Eliminasi
BAK :5x/hari
BAB :5x/hari warna kuning kehijauan bercampur lendir
4. Pola aktifitas dan latihan
Pasien merasa lemah dan mengeluh kesakitan
5. Pola istirahat tidur
Pasien sering mengeluh tentang sulit untuk tidur
6. Pola persepsi sensoris dan kognitif
Pasien sudah mengenal dengan orang-orang di sekilingnya
7. Pola hubungan dengan orang lain
Pasien sudah saling mengenal orang-orang disekitarnya
8. Pola reproduksi / seksual

Klien berjenis kelamin perempuan, tidak mengalami gangguan genetalia


9. Pola persepsi diri dan konsep diri
Klien ingin sembuh dengan cepat
10. Pola mekanisme koping
Jika pasien tidak enak badan, maka akan mengeluh kesakitan
11. Pola nilai kepercayaan / keyakinan
Keluarga semua beragama islam, keluarga yakin semuanya sudah diatur oleh Allah SWT.
Pemeriksaa Serologi/ Imunologi
Jenis pemeriksaan
Tes widal
-O
-H
-PA
-PB

Hasil Pemeriksaan

Nilai Normal

- (Negatif)
1/80
- (Negatif)
-(Negatif)

Negatif
Negatif
Negatif
Negatif

Therapy :
1. Infus RL 15 tpm (750 cc) : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang.
2. Injeksi Novalgin 3x1 amp (metampiron 500 mg/ml) : Golongan Analgesik
3. Injeksi Ulsikur 3x1 amp (simetidina 200mg/ 2ml) : Antasida dan Ulkus
4. Injeksi Cefotaxime 3x1 amp (sefotaksim 500mg/ml) : Antibiotik.

3.2 ANALISA DATA


Nama pasien
Umur

: Ny. S

No. Ruangan

:5

: 23 tahun

Data
Masalah keperawatan
Etiologi
DS : klien mengatan berak Gangguan keseimbangan Output yang berlebihan
kuning

kehijauan cairan

bercampur lendir
DO : Turgor kulit menurun,

mulut kering, malas makan


DS : Pasien mengatakan Gangguan rasa nyaman Hiperperistaltik
bahwa

mengalami

perut (nyeri)

kembung
DO : setelah dilakukan
perkusi

diketahui

distensi,

klien

klien
tampak

menahan kesakitan.
Peristaltik : 40x/ menit
Skala nyeri :
P : sebelum dan sesudah
BAB
Q : nyeri seperti teremas
R : pada regio epigastrium
S : skala nyeri 5
T : sering
DS : klien mengatakan Gangguan pola eliminasi Infeksi bakteri
bahwa klien BAB berkali- BAB
kali
DO :klien tampak lemas,
mata cowong.

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan keseimbangan cairan b/d output yang berlebihan
2. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) b/d hiperperistaltik
3. Gangguan eliminasi BAB : diare b/d infeksi bakteri

3.4 INTERVENSI

No
.
Dx
1

Tujuan dan KH
Setelah

Dilakukan
1.

Intervensi

Rasional

pantau tanda kekurangan


1.

Tindakan Keperawatan cairan


2.
observasi/catat hasil intake
2.
2x24
Jam
dengan
output cairan
Tujuan : volume cairan
3. anjurkan klien untuk banyak
3.
dan elektrolit dalam
4.
minum
tubuh
seimbang
4.
jelaskan pada ibu tanda
5.
(kurangnya cairan dan kekurangan cairan
5. berikan terapi sesuai advis :
elektrolit terpenuhi)
Infus RL 15 tpm
Dengan KH :
Turgor kulit cepat

Menentukan
selanjutnya
Mengetahui

intervensi
keseimbangan

cairan
Mengurangi kehilangan cairan
Meningkatkan partisipasi dalam
perawatan
mengganti cairan yang keluar
dan mengatasi diare

kembali.
Mata kembali normal
Membran mukosa

basah
Intake output seimbang
Setelah
dilakukan
1.
tindakan
2x24

Teliti keluhan nyeri, cacat


1. Identifikasi karakteristik nyeri &

keperawatan intensitasnya (dengan skala0- factor


jam

dengan 10).
2.
Anjurkan klien untuk
Tujuan : rasa nyaman
menghindari allergen
terpenuhi,
klien
3.
Lakukan kompres hangat
terbebas dari distensi
pada daerah perut
abdomen dengan KH :4. Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi2.
Klien
tidak
Steroid oral, IV, & inhalasi
menyeringai kesakitan.
Analgesik : injeksi novalgin
3.
Klien mengungkapkan
3x1 amp (500mg/ml)
verbal (-)
Antasida dan ulkus : injeksi
Wajah rileks
ulsikur 3x1 amp (200mg/
Skala nyeri 0-3
2ml)

yang

merupakan suatu hal yang amat


penting

untuk

memilih

intervensi yang cocok & untuk


mengevaluasi ke efektifan dari
terapi yang diberikan.
Mengurangi bertambah beratnya
penyakit.
Dengan

kompres

hangat,

distensi

abdomen

akan

mengalami relaksasi, pada kasus


peradangan akut/peritonitis akan
menyebabkan

4.

berhubungan

penyebaran

infeksi.
Kortikosteroid untuk mencegah

reaksi alergi.
5. Analgesik untuk mengurangi
3

Setelah

Dilakukan
1.
2.
Tindakan Keperawatan
2x24

Jam

dengan
3.
Tujuan : Konsistensi
4.
BAB lembek, frekwensi
5.
1 kali perhari dengan
KH :
Tanda

vital

dalam

batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c,


RR : < 40 x/mnt )
Leukosit : 4000

nyeri.
Mengobservasi TTV
1. kehilangan cairan yang aktif
Jelaskan pada pasien tentang
secar terus menerus akan
penyebab dari diarenya
mempengaruhi TTV
Pantau leukosit setiap hari
2
Klien dapat mengetahui
Kaji pola eliminasi klien
penyebab dari diarenya.
setiap hari
3
Berguna untuk mengetahui
Kolaborasi
Konsul ahli gizi untuk penyembuhan infeksi
4
Untuk mengetahui konsistensi
memberikan
diet
sesuai
dan frekuensi BAB
kebutuhan klien.
5 Metode makan dan kebutuhan
Antibiotik: cefotaxime 3x1
kalori
didasarkan
pada
amp (500mg/ml)
kebutuhan.

11.000
Hitung jenis leukosit :
1-3/2-6/50-70/20-80/28

3.5 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Nama pasien
Umur
TGL/
JAM
Jumat,

: Ny. S
: 23 tahun
NO.
Dx
1,2,3

03/5/13
16.00

IMPLEMENTASI

No.ruangan

:5

RESPON PS

Mengkaji keluhan pasien


DS : Klien mengatakan bahwa
Mengobservasi TTV setiap 8
BAB
berkali-kali, muntah,
jam
dan perut kembung.
DO : Turgor kulit menurun,
mulut kering, mata cowong, dan
menahan kesakitan
TD = 80/50 mmHg, S = 39 0 C,

N= 112, tampak lemah ,RR

TTD

16.15

Menentukan

tanda-tanda 22x/mnt

kekurangan cairan
Memasang infus RL 15 tpm

DS : klien mengatakan akan


minum yang banyak
DO
:Turgor kulit berkurang,

1,2
16.25

mukosa
Memberikan obat:

1,2

21.00

mulut

kering,disertai

muntah.

Injeksi Novalgin 1 amp


DS : expesi wajah klien sedikit
Injeksi Ulsikur 1 amp
rileks
Injeksi Cefotaxime 1 amp
Menganjurkan untuk klien DO : keluarga kooperatif,dan
akan memberikan banyak minum
banyak minum
agar klien tidak dehidrasi

1,3
Sabtu,04/5/13
06.30

Menganjurkan klien untuk


istirahat

dan

melakukan

kompres hangat pada daerah


2,3
07.30

perut
Mengobservasi TTV
Mengganti infus RL 15 tpm
Mengkaji pola eliminasi klien

DS : DO
: Ny. S keluarga
kooperatif
DS : DO : TD = 100/70, S = 380, N =
100x/mnt, RR = 20x/mnt

1,3
08.50

11.30

Memberikan obat:

1,2

Injeksi Novalgin 1 amp


Injeksi Ulsikur 1 amp
Injeksi Cefotaxime 1 amp
Observasi/catat

3,2
14.00

intake DS : Klien mengatakan akan


makan dalam porsi kecil tapi

Menganjurkan makan dalam sering.


DO : Keluarga kooperatif
porsi sedikit tapi sering.
DS : pasien mengatakan akan
1,2,3

Minggu,

output cairan

hasil

DS : DO : Keluarga kooperatif

Menyuruh pasien banyak minum sesering mungkin


DO
: Ny. S keluarga
minum agar tidak dehidrasi

05/5/13
06.00

Jelaskan pada keluarga tanda- kooperatif


tanda kekurangan cairan

DS : DO
: Ny. S keluarga

06.30
Memberikan obat:

08.00

1,3

kooperatif

Injeksi Dexa 1 amp


Injeksi Ulsikur 1 amp
Injeksi Cefotaxime 1 amp

DS : DO : TD = 100/70, S = 370, N =
100x/mnt, RR = 22x/mnt

Mengopservasi TTV
Mengganti cairan infus + drip

2,3
08.30

DS : klien mengatakan akan

Neurobio

makan dalam porsi kecil tapi


Menganjurkan makan dalam sering.
3

porsi dikit tapi sering

10.00

DO : keluarga kooperatif
DS : -

Mengopservasi

tanda

tanda

dehidrasi

DO

: Turgor kulis sedikit

membaik , mukusa mulut lembab,


muntah

berkurang,diare

berkurang.
DS

:pasien mengatakan nyeri

Memberikan obat

saat disuntik
DO : Obat masuk tidak ada

Injeksi Ulsikur 1 amp


Injeksi Cefotaxime 1 amp

tanda alergi

DS : Observasi leukosit

DO : Leukosit : 8600/mm3
Hitung jenis leukosit : 1-3/26/50-70/20-80/2-8

3.6 EVALUASI KEPERAWATAN

No
.
Dx
1.

Hari/tgl

Catatan Perkembangan

Jumat,03/5/201

S : Kien mengatakan bahwa masih merasa lemas

O:-

Klien masih tampak lemas

Aktifitas klien masih dibantu keluarganya


A : Masalah belum teratasi
2.

P : Intervensi 1-4 dilanjutkan


S : Klien mengatakan bahwa perutnya masih tersa sakit
O:-

Kien tampak menyeringai kesaklitan

Klien terus memegangi perutnya


Skala nyeri 3

3.

A : Masalah belum teratasi


P : Intervensi 1,3,4,5 dan 6 dilanjutkan
S : klien mengatakan bahwa klien BAB berkali-kali,sudah
mulai berkurang 2x/hari, masih merasa mual tapi tidak
sampai muntah.
O : - klien BAB 2x/hari
- Turgor kulit kembali < 1 detik
- Mata tidak cowong
- Klien merasa mual sehingga tidak menghabiskan porsi

1.

Sabtu,04/5/2013

makannya
- Klien tidak muntah
A : Masalah gangguan pola eliminasi BAB teratasi sebagian
P : Pertahankan intervensi 1-4 dilanjutkan
Kaji intak output cairan setiap 8 jam
Pantau tanda-tanda dehidrasi
S : Klien mengatakan bahwa merasa lebih sehat

TTD

O:-

Klien tampak lebih sehat

Klien lebih mandiri dalam melakukan aktifitasnya


Turgor kulit < 1 detik kembali
Mata tidak cowong
Mukosa mulut tidak kering
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

2.

S : Kien mengatakan bahwa sakit perutnya sedikit


berkurang
3.

O : Klien menyeringai menahan sakit, skala nyeri 2


A : Masalah tertasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

S : Klien mengatakan bahwa BAB sudah lembek 1-2/hari


mual sudah berkurang, tidak muntah lagi.
O : - Klien BAB 1-2x/hari, konsistensi sedikit lunak
Klien menghabiskan makanannya
Klien tidak muntah
Turgor kulit kembali < 1 detik
Mata tidak cowong
Mukosa mulut tidak kering
Klien minum 1000cc/hari
A : Masalah teratasi sebagaian
1.

Minggu,
05/5/2013

P : Intervensi 1-4 dilanjutkan


S: Klien mengatakan bahwa perutnya sudah tidak sakit
O : - Skala nyeri 0
Klien tidak menyeringai kesakitan
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
S : Klien mengatakan bahwa sudah tidak merasa mual dan

2.

muntah, konsistensi BAB lunak.


O : - Klien BAB dengan konsistensi lunak
Klien tidak merasa mual dan muntah
Klien menghabiskan porsi makannya dan minum kurang
lebih 1500cc/hari

Jumlah leukosit normal


A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah melakukan Asuhan keperawatan pada Ny. S dengan Gastroenteritis didapatkan
kesimpulan bahwa dalam pengkajian telah dilakukan anamnesa yang meliputi data subjektif dan
obyektif. Dari pengkajian tersebut diambil suatu diagnosa dan masalah berdasarkan data yang
menunjang untuk diambil suatu diagnosa. Setelah melakukan pengkajian pada Ny. S
didapatkan diagnosa bahwa Ny. S degan Gastroenteritis dengan masalah gangguan
keseimbangan cairan dan resiko kerusakan integritas kulit.

Intervensi yang diberikan disesuaikan dengan ketentuan yang ada, sedangkan dalam
penerapannya disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Evaluasi dilakukan setelah
implementasi dilakukan. Dalam evaluasi Ny. S menunjukkan suatu kemajuan yaitu frekwensi
BAB mulai berkurang, dehidrasi dapat ditangani, resiko kerusakan integritas kulit yang lebih
parah tidak terjadi.

4.2 Kritik dan Saran


Dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari kesalahan. Maka dari itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna penyempurnaa penulisan askep
yang akan datang. Terima kasih

DAFTAR PUSTAKA
Arief, Mansjoer. 2000. Kapita Selekta Jilid II Edisi 3. Media Aesculapius : Jakarta
Dongoes , Mariliynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC : Jakart
Carpenito-moyet, Lynda juall. 2007, Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Jakarta

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DIARE

1. Pengertian Diare
Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal ( > 3 kali/hari ), serta
perubahan isi/volume ( > 200 gr/hari) dan konsistensi feces cair (Brunner & Suddarth, 2002).
Diare adalah peningkatan jumlah, volume, keenceran dan frekuensi buang air besar
(medistore.com)
2. Klasifikasi Diare sbb :
a. Diare akut
Diare akut merupakan penyebab awal penyakit pada anak dengan umur < 5 tahun, dehidrasi
dapat terjadi dan dapat mengakibatkan kefatalan kira-kira pada 400 anak tiap tahun di Amerika
Serikat ( Kleinman, 1992 dalam Wholey & Wong's, 1994).
Diare akut adalah BAB dengan frekuensi meningkat > 3 kali /hari dengan konsistensi tinja cair,
bersifat mendadak dan berlangsung dalam waktu kurang dari 1 minggu. Diare akut lebih banyak
disebabkan oleh agent infectius yang mencakup virus, bakteri dan patogen parasit.
b. Diare Kronik
Kondisi dimana terjadi peningkatan frekuensi BAB dan peningkatan konsistensi cair dengan
durasi 14 hari atau lebih ( Wholey & Wong's, 1994)
3. Penyebab Diare , Penyakit diare dapat disebabkan oleh :
a.

Infeksi oleh karena Penyebaran kuman yang menyebabkan diare


Terdiri atas : Virus (rotavirus), Bakteri ( E.colli, Salmonella, Shigella, Vibrio, Campylobacter
jejuni, dll) dan penyebab lain seperti parasit (Entamuba hystolitica).
Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui makanan /
miniman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja penderita.

b.

Malabsorsi : Gangguan dalam pencernaan makananan

c.

Alergi makanan dan keracunan makanan

d. Imunodefisiensi / imunosupresi(kekebalan menurun)


Keadaan ini biasanya berlangsung sementara setelah infeksi virus (campak) dan mungkin
berlangsung lama seperti pada penderita AIDS
e.

Faktor lingkungan dan perilaku


4. FAKTOR PREDISPOSISI

1. Usia

Anak dengan umur lebih muda mempunyai kemungkinan terjadi diare lebih besar dan
kemungkinan diare berat juga lebih besar. Diare lebih banyak pada usia infant.
2. Penurunan status kesehatan
Anak dengan kondisi yang lemah lebih tinggi kemungkinan terjadi diare dan lebih banyak diare
berat.
3. Lingkungan
Diare lebih banyak terjadi dimana kondisi sanitasi kurang, fasilitas kesehatan kurang memadai,
persiapan dan penyajian makanan, pendidikan tentang perawatan kesehatan tidak adekuat.
5.

PATOFISIOLOGI
Mikroorganisme masuk GIT
Berkembang biak setelah berhasil melewati swar asam lambung
Membentuk toksin (endotoksin)
Rangsangan untuk membuang mikroorganisme / makanan tersebut

DIARE
Peningkatan cairan intra luminal menyebabkan terangsangnya usus secara mekanis karena
meningkatnya volume, sehingga motilitas usus meningkat. Sebaliknya bila waktu henti makanan
di usus terlalu cepat akan menyebabkan waktu sentuh makanan dengan mukosa usus sehingga
penyerapan elektrolit, air dan zat-zat lain terganggu. Sehingga transport cairan dan elektrolit
intestinal tidak normal.
6.

GEJALA & MANIFESTASI KLINIS DIARE.


Gejala Klinis :

Anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang sampai tidak ada sama
sekali.

Tinja/ feces menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah.

Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.

Bila sudah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka timbulah dehidrasi bahkan syok
hipovolemik.
Manifestasi Klinis

N
o
1

2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Agen Penyebab
Viral agent
a. Rotavirus
b. Norwalk

Bacterial agent
E. Colli
Salmonella group gram positif
S. Thypi
Shigella group gram negatif
Campylobacter jejuni
Vibrio cholera group

Food Poisoning
a. Staphylococcus
b. Clostridium perfringens
c. Clostridium botulinum

Karakteristik
Fever 38 atau lebih
Nausea, vomiting
Abdominal pain
Diare bisa lebih dari 1 minggu
Fever, loss of apetit
Abdominal pain
Diare dan malaise.
Diare cair disertai mukus dan darah
Vomiting, abdominal distention, diare
dqn fever.
Nausea, vomiting, colic abdominal,
diare disertai darah dan mukus.
Fever, hiperaktif peristaltic and mild
abdominal tenderness.
Headache and cerebral manifestation.
Ireguler fever, headache, malaise,
letargi, fatigue, abdominal pain,
anoreksia, weight loss develop.
Fever 40 derajat and cramping,
abdominal pain, konvulsi, headache,
delirium, diare disertai mukus bisa
bercampur darah, abdominal pain,
inright lower quadrant, vomiting.
Fever,
abdominal
cramping
periumbilical, diare disertai darah,
vomiting
Diare cair dengan cramp, iritasi anal,
feces disertai darah dan mukus.
Nausea, vomiting, severe abdominal
cramps, shok dapat terjadi pada kasus
berat, demam ringan.
Moderate to severe crampy, mid
epigastric pain.
Nausea, vomiting, diare, dry mouth dan
disfagia.

7. KOMPLIKASI

Kehilangan air dan elektrolit: dehidrasi, asidosis metabolik, hipoklasemia dan syok

Masalah gizi : maldigesti, malabsorbsi, kehilangan zat gizi langsung katabolisme

Aritmia jantung

8.

DIAGNOSIS
Diagnosis didasarkan pada definisi di atas, akan tetapi perlu dilakukan pengkajian tentang

a.

Riwayat diare sekarang


Meliputi: lama kurang dari 1 mg, frekuensi, konsistensi, muntah, demam, BAK 6 jam terakhir,
tindakan yang telah dilakukan.

b. Riwayat diare sebelumnya


c.

Riwayat penyakit penyerta saat ini

d. Riwayat Imunisasi
e.

Riwayat makanan sebelum diare

f.

Pemeriksaan laboratorium

Specimen feces : Plymorfonuklear leukosit sebagai gambaran infeksi

ELISA : untuk mengkonfirmasi infeksi parasit

pH < 6 dan penurunan substansi menunjukan malabsorbsi KH dan deficiency laktose sekunder.

Test urine : menentukan dehidrasi

Peningkatan Hmt, Hb, creatinin dan BUN umumnya ditemukan pada DCA.

9.

PEMERIKSAAN FISIK

Tanda-tanda vital

Berat badan dan panjang badan untuk menentukan status gizi

Tanda-tanda dehidrasi

Pemeriksaan chepalo caudal : ubun-ubun besar pada bayi, turgor kulit, kelembaban mukosa, air
mata, konjungtiva, dada : jantung dan paru, abdomen ; persitaltik usus, integritas kulit area
perianal dll

Kemungkinan komplikasi lain


10.TATALAKSANA PEMBERIAN MAKANAN
Makanan sangat penting untuk penderita diare. Makanan diberikan sesegera mungkin termasuk
susu, susu buatan khusus ( rendah lactose ) hanya diberikan atas indikasi yang jelas. Prinsip
pemberian makanan untuk penderita diare antara lain:

ASI tidak dihentika seoptimal mungkin

Kualitas dan kuantitas mencukupi

Mudah diabsorbsi

Tidak merangsang

Diberikan dalam porsi kecil tapi sering

11.TATALAKSANA DIARE
Dasar-dasar penatalaksanaan terdiri atas 5 D:

Dehidrasi

Diagnosis

Diit

Defisiensi disakarida

Drugs
Management terapeutik langsung untuk koreksi keseimbangancairan dan elektrolit dan
mencegah terjadinya malnutrisi. Untuk infant dan anak dengan DCA disertai dehidrasi, yang
pertama harus dilakukan adalah ORT (Oral Rehidrasi Therapy). Pada kasus dehidrasi berat dan
syok diberikan caiaran parenteral.
12. DEHIDRASI
Akibat dari diare yang terus menerus adalah kekurangan cairan ( dehidrasi ).
Tanda-tanda Dehidrasi Berat :
- Letargis atau tidak sadar dan Mata cekung
- Tidak bisa minum atau malas minum
- Cubitan kulit perut kemblinya sangat lama.
Tanda-tanda Dehidrasi ringan/sedang :

Gelisah,rewel/mudah marah

Mata cekung

Haus,minum dengan lahap

Cubitan kulit perut kembalinya lambat


Tanpa dehidrasi : tidak ditemukan tanda-tanda seperti diatas
Penanganan Dehidrasi Ringan :

a.

b.

Beri cairan tambahan (sebanyak anak mau)


-

ASI tetap diberikan bagi anak yang masih menyusu

Oralit

Larutan gula garam

Cairan makanan( air tajin,kuah sayur atau air matang)

Lanjutkan pemberian makan

c.

Pergi ke pusat pelayanan kesehatan


Penanganan Dehidrasi Sedang/Ringan:

a.

Pemberian cairan tambahan seperti penanganan dehidrasi ringan

b.

Pemberian Oralit secara intensif selama periode 3 jam

c.

Ulangi penilaian dan klasifikasikan derajat dehidrasinya.


Penanganan Dehidrasi Berat :

Rujuk segera ke pusat pelayanan kesehatan untuk pengobatan IV / lanjutan


13.REHIDRASI
Dasar-dasar rehidrasi:

a.

Jumlah cairan yang hilang

Dehidrasi ringan : 0 5 % atau rata-rata 25 ml/kg BB


Dehidrasi sedang : 5 10 % atau rata-rata 75 ml/kg BB
Dehidrasi berat: 10- 15 % atau rata-rata 125 ml/ kg BB
b. Tonisitas caiaran
Isotonis

: Kadar Na + : 131 150 mEq/L

Hipertonis : Kadar Na+ : > 150 mEq/L


Hipotonik : < 131 mEq/L
Oral Rehidrasi Solution (ORS) diberikan pada kasus lebih lanjut misalnya pada infant dengan
dehidrasi isotonik, hipotonik dan hipertonik. Nutrient based solution ini dapat menurunkan
vomiting, penurunan kehilangan volume cairan (Wong, 1994). Komposisi ORS tampak pada
tabel-2. Setelah rehidrasi pada infant, ORS dapat digunakan selama mempertahankan terapi
cairan dan sebagai solution alternative dengan cairan rendah sodium seperti ASI dan susu
formula bebas lactose.
Setiap kali BAB diganti dengan 1:1 ORS. Jika feces tidak diketahui, perkiraan ORS adalah 10
ml/kgBB atau 0,5 sampai 1 gelas ORS setiap kali BAB. ORS berguna untuk kasus dehidrasi dan
muntah. Seorang anak dengan muntah harus diberikan tambahan cairan 1 sendok kecil atau 5
10 cc setiap 1-5 menit, lebih jelasnya tampak pada tabel 3.
Tabel-2
Formula

Na+

K+

Cl-

Base

Glukose

(mEq/L

(mEq

(mEq/L

(mEq/L)

(g/L)

)
45
75
50
90

Pedialyte (Ross)
Rehydralyte
Infalyte (M.Johnson)
WHO

/L)
20
20
25
20

)
35
65
45
80

30 (citrate)
30
34 (citrat)
30

25
25
30
20

(bikarbonat)
Tabel-3
DEGREE OF

SIGN -

REHYDRATI

REPLACEME

MAINTENAN

DEHYDRATI

SYMPTO

ON THERAPY

NT OF STOOL

CE THERAPY

ORS

LOSSES
ORS 10ml/kgBB ASI,formula

50ml/kgBB

(for infant)/150- bebas lactosa

ON
Mild
6%)

M
(5- Peningkatan
rasa haus

Selama
Moderate
9%)

4 250ml(for older
children
ORS

ASI,

turgor kulit, 100ml/kgBB

10ml/kgBB(for

bebas lactosa

membrane

older

(7- Penurunan

jam
ORS
selama 4 jam

mukosa

formula

children)

setiap x BAB

kering, mata
Severe (>9%)

cekung
Tanda

sm Intravena

fluit ORS

ASI,formula

dg moderat (RL)

10ml/kgBB(for

dehydrasi

40ml/kgBB?hr

infant)/

di+

smp

peningkatan

normal, kmd 50- children)

nadi,

100ml/kgBB

150-

nadi 250ml(for older

sianosis,
RR,
lethargy,co
ma
14. PENCEGAHAN DIARE
a.

Meningkatkan pemberian ASI

b.

Memperbaiki pemberian makanan pendamping ASI

c.

Menggunakan air bersih yang cukup

x BAB

setiap

bebas lactosa

d.

Mencuci tangan dengan sabun

e.

Menggunakan jamban yang benar

f.

Membuang tinja bayi dan anak-anak yang tepat

g.

Imunisasi campak
15. PRINSIP PENATALAKSANAAN DIARE

a. Mencegah terjadinya dehidrasi


Mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan memberikan minuman
lebih banyak cairan rumah tangga yang dianjurkan, bila tidak mungkin berikan air matang
b. Mengobati Dehidrasi
Bila terjadi Dehidrasi (terutama pada anak), penderita harus segera dibawa ke petugas kesehatan
atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang cepat dan tepat
c. Memberi makanan
Berikan makanan selama serangan diare untuk memberikan gizi pada penderita terutama anak
agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum
ASI harus lebih sering diberi ASI. Anak yang minum susus formula diberikan lebih sering dari
biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat
harus diberikan makanan yang mudah dicerna sedikit-sedikit tetapi sering. Setelah diare
berhenti,pemberian ekstra makanan diteruskan selama 2 minggu untuk membantu memulihkan
berat badan anak
d. Mengobati masalah lain
Apabila diketemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain, maka diberikan pengobatan
sesuai indikasi, dengan tetapmengutamakan rehidrasi. Tidak ada obat yang aman dan efektif
untuk menghentikan diare.
RENPRA DCA
N
Diagnosa
o
1 Deficit
volume cairan
b/d diare

Tujuan

Intervensi

Setelah dilakukan askep .. jam terjadi


peningkatan keseimbangan cairan dg KH:
Urine 30 ml/jam

V/S dbn

Kulit lembab dan tidak ada tanda-tanda


dehidrasi

Manajemen
cairan
Monotor diare,
muntah
Awasi tandatanda

Ketidak
seimbangan
nutrisi kurang
dari

kebutuhan

tubuh
b/d
intake nutrisi
inadekuat b.d
faktor biologis

Setelah dilakukan askep .. jam


peningkatan status nutrisi dg KH:
Mengkonsumsi nutrisi yang adekuat.
Identifikasi kebutuhan nutrisi.
Bebas dari tanda malnutrisi.

terjadi

hipovolemik
(oliguri,
abd.
Pain, bingung)
Monitor
balance cairan
Monitor
pemberian
cairan parenteral
Monitor BB
jika
terjadi
penurunan BB
drastis
Monitor td
dehidrasi
Monitor v/s
Berikan cairan
peroral sesuai
kebutuhan
Anjurkan pada
keluarga
agar
tetap
memberikan
ASI
dan
makanan yang
lunak
Kolaborasi u/
pemberian
terapinya
Managemen
nutrisi
Kaji
pola
makan klien
Kaji kebiasaan
makan klien dan
makanan
kesukaannya
Anjurkan pada
keluarga untuk
meningkatkan
intake
nutrisi
dan cairan
kelaborasi
dengan ahli gizi
tentang
kebutuhan kalori

Risiko infeksi
b/d penurunan
imunitas

tubuh,

prosedur

invasive,
penyakitnya

dan
tipe
makanan yang
dibutuhkan

tingkatkan
intake protein,
zat besi dan vit c
monitor intake
nutrisi
dan
kalori

Monitor
pemberian
masukan cairan
lewat parenteral.
Nutritional
terapi
kaji kebutuhan
untuk
pemasangan
NGT
berikan
makanan
melalui NGT
k/p
berikan
lingkungan yang
nyaman dan
tenang untuk
mendukung
makan
monitor
penurunan dan
peningkatan BB
monitor intake
kalori dan gizi
Setelah dilakukan askep jam infeksi Kontrol infeksi.
terkontrol, status imun adekuat dg KH:
Batasi
pengunjung.
Bebas dari tanda dangejala infeksi.

Bersihkan
Keluarga tahu tanda-tanda infeksi.
lingkungan
Angka leukosit normal.
pasien secara
benar setiap
setelah
digunakan
pasien.
Cuci tangan
sebelum dan

sesudah
merawat pasien,
dan ajari cuci
tangan yang
benar.
Lakukan
dresing infus
tiap hari
Anjurkan pada
keluarga untuk
selalu menjaga
kebersihan klien
dan menjaga
pantat selalu
kering u/ hindari
iritasi.
Tingkatkan
masukkan gizi
yang cukup.
Tingkatkan
masukan cairan
yang cukup.
Anjurkan
istirahat.
Berikan therapi
antibiotik yang
sesuai, dan
anjurkan untuk
minum sesuai
aturan.
Ajari keluarga
cara
menghindari inf
eksi serta
tentang tanda
dan
gejala infeksi
dan segera
untuk
melaporkan
keperawat
kesehatan.
Pastikan
penanganan
aseptic semua
daerah IV (intra

vena).
Proteksi
infeksi.
Monitor tanda
dan gejala
infeksi.
Monitor WBC.
Anjurkan
istirahat.
Ajari anggota
keluarga caracara
menghindari
infeksi dan
tanda-tanda
dan gejala
infeksi.
Batasi jumlah
pengunjung.
Tingkatkan
masukan gizi
dan cairan yang
cukup
Kurang
Setelah dilakukan askep jam pengetahuan Mengajarkan
pengetahuan
keluarga klien meningkat dg KH:
proses penyakit
keluarga
Keluarga menjelaskan tentang penyakit,
Kaji
berhubungan
perlunya pengobatan
dan memahami pengetahuan
dengan
perawatan
keluarga tentang
kurang
Keluarga kooperativedan mau kerjasama saat proses penyakit
paparan dan dilakukan tindakan

Jelaskan
keterbatasan
tentang
kognitif
patofisiologi
keluarga
penyakit
dan
tanda
gejala
penyakit
Beri gambaran
tentaang tanda
gejala penyakit
kalau
memungkinkan

Identifikasi
penyebab
penyakit

Berikan
informasi pada

Cemas
berhubungan
dengan krisis
situasional,
hospitalisasi

Setelah dilakukan askep jam kecemasan


terkontrol dg KH: ekspresi wajah tenang ,
anak / keluarga mau bekerjasama dalam
tindakan askep.

keluarga tentang
keadaan pasien,
komplikasi
penyakit.
Diskusikan
tentang pilihan
therapy
pada
keluarga
dan
rasional therapy
yang diberikan.
Berikan
dukungan pada
keluarga untuk
memilih
atau
mendapatkan
pengobatan lain
yang lebih baik.
Jelaskan pada
keluarga tentang
persiapan
/
tindakan yang
akan dilakukan
Pengurangan
kecemasan
Bina hubungan
saling percaya.
Kaji kecemasan
keluarga
dan
identifikasi
kecemasan pada
keluarga.
Jelaskan semua
prosedur pada
keluarga.
Kaji tingkat
pengetahuan dan
persepsi pasien
dari
stress
situasional.
Berikan
informasi
factual tentang
diagnosa
dan
program
tindakan.

PK:
hipovolemia

Setelah dilakukan askep jam perawat akan


mengurangi terjadinya hipovolemia

Temani
keluarga pasien
untuk
mengurangi
ketakutan dan
memberikan
keamanan.
Anjurkan
keluarga untuk
mendampingi
pasien.
Berikan sesuatu
objek
sebagai
sesuatu simbol
untuk
mengurang
kecemasan
orangtua.
Dengarkan
keluhan
keluarga.
Ciptakan
lingkungan yang
nyaman.
Alihkan
perhatian
keluarga untuk
mnegurangi
kecemasan
keluarga.
Bantu keluarga
dalam
mengambil
keputusan.
Instruksikan
keluarga untuk
melakukan
teknik relaksasi.
Pantau status
cairan
(oral,
parenteral)
Pantau balance
cairan
Pantau td syok (
v/s, urine <30

PK;
Ketidakseimb
angan
elektrolit

Setelah dilakukan askep jam perawat akan


mengurangi
episode
ketidakseimbangan
elektrolit

ml/jam, gelisah,
penurunan
kesadaran,
peningkatan
respirasi, haus,
penurunan nadi
perifer,
akral
dingin,
pucat,
lembab)
Kolaborasi
pemberian
terapinya
Batasi aktivitas
klien
Pantau
td
hipokalemia
(poli
uri,
hipotensi, ileus,
penurunan
tingkat
kesadaran,kelem
ahan,
mual,
muntah,
anoreksia, reflek
tendon
melemah)
Dorong klien u/
meningkatkan
intake
nutrisi
yang
kaya
kalium
Kolaborasi u/
koreksi kalium
secara parenteral
Pantau cairan
IV

Você também pode gostar