Você está na página 1de 15

1

BAB I
PENDAHULUAN
http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/25/jhptump-ump-gdl-purmailani1230-2-babi.pdf

A. Latar Belakang
Anak adalah individu yang berusia kurang dari delapan belas tahun
yang sedang mengalami masa tumbuh kembang dan mempunyai kebutuhan
khusus baik fisik, psikologis, sosial dan spiritual yang berbeda dengan orang
dewasa (Supartini, 2004). Secara psikologis anak membutuhkan cinta dan
kasih sayang, rasa aman atau bebas dari ancaman. Anak adalah anugerah dari
Tuhan yang harus dirawat dan dibesarkan dengan penuh tanggung jawab,
sehingga anak tumbuh dan berkembang dengan sehat dan optimal guna
menentukan keberhasilan anak di masa mendatang dan menjadi generasi
penerus yang menentukan kondisi bangsa di masa depan.
Sehat adalah keadaan sejahtera yang optimal antara fisik, mental, dan
sosial yang harus dicapai sepanjang kehidupan anak untuk mencapai tingkat
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal sesuai dengan usianya
Kisanti (2008) kesehatan anak penting sekali
(Supartini, 2004). Menurut

artinya bagi keluarga, anak ibarat kebahagiaan bagi keluarga. Status kesehatan
yang baik di digambarkan dengan keadaan anak yang terbebas dari penyakit.
Jika anak sakit akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak ke
dampak yang lebih buruk. Keadaan anak tidak selalu dalam keadaan sehat,
anak sangat rentan terhadap penyakit, oleh karena itu sangat diperlukan
tindakan preventif baik dari keluarga maupun masyarakat, agar anak tumbuh

Pengaruh Pendekatan, Purmailani, FIKES UMP, 2014

dan berkembang secara sehat dan optimal. Apabila anak sakit dan kondisi anak
terlalu parah, maka upaya pengobatannya adalah dengan perawatan di rumah
sakit dan hospitalisasi salah satu cara yang harus ditempuh selama anak sakit.
Hospitalisasi adalah suatu proses karena suatu alasan yang berencana
atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi
dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004).
Hospitalisasi merupakan pengalaman yang penuh stress bagi anak. Lingkungan
rumah sakit itu sendiri merupakan penyebab stress dan kecemasan pada anak
(Supartini, 2004). Ketika anak mendapatkan perawatan di rumah sakit, anak
akan mengalami stres akibat perubahan keadaan, status kesehatan dan juga
aktifitas kesehariannya (Hidayat, 2005). Reaksi kecemasan anak sewaktu
dirawat di rumah sakit ada yang menerima dengan senang, ada yang menangis,
teriak, tidak mau didekati orang lain bahkan ada yang tidak mau masuk ke
kamar tempat anak dirawat.
Kecemasan adalah suatu perasaan yang sifatnya umum, seseorang
merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tak jelas asal maupun
wujudnya (Wiramihardja, 2005). Kondisi cemas pada anak yang menjalani
perawatan di rumah sakit merupakan masalah serius dan harus mendapatkan
perhatian khusus (Supartini, 2004). Prevalensi (angka kesakitan) gangguan
kecemasan yang terjadi pada anak saat di rumah sakit berkisar pada angka 6080% dari populasi umum. Kelompok perempuan lebih banyak dibandingkan
prevalensi kelompok laki-laki (Sani, 2002 dalam Suriani, 2009). Hasil penelitian Purwandari di RS Margono Soekarjo Purwokerto menunjukkan 256 anak

Pengaruh Pendekatan, Purmailani, FIKES UMP, 2014

usia prasekolah yang dirawat mengalami cemas tingkat berat 30%, sedang 50%
dan tingkat rendah 20%.
Anak usia toddler saat dan dirawat di rumah sakit juga dapat bereaksi
karena kehilangan kendali. Anak akan kehilangan kebebasan dalam mengembangkan otonominya. Anak bereaksi negatif terhadap ketergantungan yang
dialaminya sehingga anak menjadi cepat marah dan agresif. Sedangkan reaksi
karena rasa sakit anak biasanya sudah mampu mengungkapkan rasa nyeri yang
mereka alami dan menunjukkan lokasinya (Nursalam, et al, 2005). Reaksi
tersebut bersifat individual dan tergantung pada tahapan usia perkembangan
anak, pengalaman sebelumnya terhadap sakit, sistem pendukung yang tersedia,
dan kemampuan koping yang dimilikinya (Supartini, 2004). Anak usia toddler
sumber cemas yang utama adalah karena perpisahan dengan orangtua, reaksi
kecemasan yang ditunjukkan adalah menangis kuat, menjerit memanggil
orangtua dan tidak mau didekati orang lain.
Berbagai dampak hospitalisasi dan kecemasan yang dialami oleh anak
akan berisiko mengganggu tumbuh kembang anak, memperlambat proses
penyem-buhan dan bisa menimbulkan trauma setelah dirawat di rumah sakit
(Wong, 2008). Penatalaksanaan untuk mengurangi kecemasan pada anak yang
menjalani perawatan di rumah sakit sangat diperlukan, diantaranya dengan
memberi kesempatan pada anak untuk bermain, melibatkan orangtua,
memberikan informasi, mendorong partisipasi orangtua (Wong, Hockenberry
& Marliyn, 2007). Penelitian Munarsih tahun 2007 mengenai pengaruh terapi
bermain terhadap respon kecemasan anak toddler, didapatkan hasil ada

Pengaruh Pendekatan, Purmailani, FIKES UMP, 2014

pengaruh pemberian terapi bermain terhadap penurunan respon kecemasan


anak usia toddler. Hasil studi Stein, Zitres dan Jensen (2008) menjelaskan
bahwa intervensi yang efektif untuk mengurangi kecemasan anak dengan
intervensi psikososial. Intervensi ini melibatkan perawat, orangtua dan teman
di ruang rawat. Bentuk intervensi tersebut adalah pemberian konseling,
membantu memenuhi kebutuhan anak, melatih anak untuk menangani depresi.
Respon cemas pada anak yang sakit juga akan menimbulkan rasa cemas
dan takut pada orangtua karena anak adalah bagian dari kehidupan orangtua.
Menurut Supartini (2004) Orangtua akan merasa takut dan cemas ketika
melihat anaknya mendapat prosedur yang menyakitkan. Perasaan sedih juga
muncul saat mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan anaknya untuk sembuh,
dan frustasi ketika anaknya sudah dirawat cukup lama tapi dirasakan tidak ada
perubahan sehingga putus asa bahkan menginginkan anaknya dibawa pulang
atas permintaan sendiri. Hasil penelitian Wray, et al (2011) menunjukkan
bahwa orangtua mengalami stres dan kecemasan cukup besar ketika anak
mereka dirawat di rumah sakit, dan skor kecemasan yang tinggi disebabkan
karena menyalahkan diri sendiri, rasa optimis rendah dan rasa ketidakpastian
akan penyakit anaknya.
Perawat mempunyai peranan penting dalam menurunkan kecemasan
anak yang mengalami hospitalisasi dan membantu orangtua menghadapi
permasalahan yang berkaitan dengan perawatan anaknya di rumah sakit. Salah
satu upaya yang dilakukan yaitu dengan memberikan pelayanan keperawatan
pada anak yang berfokus pada keluarga (family centered care). Family

Pengaruh Pendekatan, Purmailani, FIKES UMP, 2014

centered care muncul sebagai konsep penting dalam perawatan kesehatan pada
akhir abad ke 20. Konsep family centered care awalnya dikembangkan di
negara-negara diuntungkan secara ekonomi, didasarkan pada pentingnya
memenuhi kebutuhan psikososial dan perkembangan anak dengan penekanan
pada peran keluarga dan pemahaman bahwa keluarga merupakan sumber
utama kekuatan dan dukungan anak (American Pediatric Role). Family
centered care sebagai standar perawatan kesehatan anak di banyak rumah sakit
dan praktek klinik. Meskipun dukungan luas namun family centered care
kurang diimplementasikan kedalam praktek klinik (Dennis, 2012). Aplikasi
family centered care di rumah sakit anak di California dan Philadelphia sudah
terstandar dengan baik, sedangkan di Indonesia kemungkinan bisa diterapkan
namun untuk mewujudkan penerapan yang ideal tidak mudah karena belum
banyak petugas kesehatan yang memahami konsep family centered care dan
asuhan keperawatan sering terjebak rutinitas.
Family centered care adalah suatu pendekatan yang digunakan dalam
memberikan pelayanan kesehatan pada anak dengan melibatkan orangtua dan
kemampuan keluarga. Dokter, perawat, pasien dan keluarga saling bekerja
sama untuk memenuhi kebutuhan anak (Hidayat, 2005). Elemen penting dari
family centered care adalah hubungan kerjasama yang melibatkan orangtua
dan partisipasi orangtua untuk perawatan anak. Prinsip family centered care
didasarkan saling menghormati dan bekerja sama antara keluarga dan perawat
sehingga dapat terbina hubungan kemitraan. Peran perawat dalam menerapkan
family centerd care adalah sebagai mitra dan fasilitator dalam perawatan anak

Pengaruh Pendekatan, Purmailani, FIKES UMP, 2014

di rumah sakit, perawat memfasilitasi peran orangtua untuk terlibat merawat


anaknya dan mengajarkan pada keluarga tentang intervensi keperawatan,
seperti mengukur suhu, memberikan kompres, meminumkan obat pada anak.
Keluarga atau orangtua berperan sebagai salah satu sumber kekuatan
dalam upaya penanganan masalah keperawatan (Potter & Perry, 2005).
Keluarga memiliki peran penting untuk memastikan kesehatan dan
kesejahteraan anak. Kehadiran keluarga selama prosedur perawatan kesehatan
mengurangi kecemasan bagi anak dan orangtua, penelitian menunjukkan
bahwa anak-anak yang ibunya terlibat dalam perawatan pasca operasi amandel
mereka pulih lebih cepat dan dipulangkan lebih awal dari anak-anak yang
ibunya tidak berpartisipasi dalam perawatan mereka. (American Pediatric
Role).
Aplikasi family centered care menurut Kusumaningrum (2010) harus
melibatkan seluruh aspek dari kebijakan, fasilitas dan perawat. Kebijakan
orangtua boleh menunggu anak 24 jam selama sakit, melibatkan orangtua
dalam perawatan anak, memberikan informasi dan dukungan dengan tetap
menghormati anak dan keluarga, memfasilitasi dukungan keluarga ke keluarga
sehingga keluarga dapat bertukar pengalaman selama merawat anak, dan
penyediaan fasilitas untuk keluarga. Hasil penelitian Fiane (2012) terhadap 34
orangtua pasien anak usia prasekolah, 31 orangtua merasakan bahwa
penerapan family centered care yang dilakukan perawat mempengaruhi efek
hospitalisasi yang baik pada anak meraka. Penelitian di atas menunjukkan
bahwa peran perawat sangat penting dalam penerapan family centered care.

Pengaruh Pendekatan, Purmailani, FIKES UMP, 2014

Rumah Sakit Emanuel Klampok Banjarnegara merupakan sebuah


rumah sakit tipe C atau tipe madya memiliki fasilitas pelayanan rawat inap,
dengan menyediakan 155 tempat tidur yaitu pelayanan rawat inap untuk kelas
Vip,kelas 1 kelas 2 dan kelas 3. Berdasarkan data rekam medis jumlah pasien
anak yang opname di ruang Sawojajar RS Emanuel Banjarnegara selama bulan
Juni sampai Agustus 2013 sebanyak 160 pasien, rata-rata perbulannya 53
pasien anak, untuk pasien anak usia 1 sampai 3 tahun (toddler) berjumlah 30
pasien perbulannya. Berdasarkan survey awal yang kami amati di ruang
Sawojajar dari tanggal 5 sampai 31 agustus didapatkan dari 22 pasien anak usia
1-3 tahun 76% mengalami kecemasan dengan reaksi menangis, takut, tidak
mau di dekati perawat, tidak kooperatif terhadap tindakan perawatan, tidak
mau makan, susah tidur dan selalu minta pulang terus. 10 pasien pulang atas
permintaan sendiri selama bulan Juli sampai Agustus dengan alasan anak rewel
minta pulang terus, tidak betah di kamar, dan sebagian orangtuanya
mengatakan khawatir, cemas dan serba salah dengan kondisi anaknya bahkan
ada yang meminta kepada perawat untuk melepas infus anaknya. Hal ini
mungkin disebabkan kurangnya komunikasi perawat kepada orangtua tentang
perawatan anak mereka di rumah sakit.
Melibatkan orangtua dalam perawatan anak merupakan bagian dari
asuhan berpusat pada keluarga (Family centered care). Berdasarkan hasil
pengamatan untuk perawatan anak di ruang Sawojajar sudah melakukan
roming in, orangtua boleh menunggu anaknya selama 24 jam di rumah sakit,
akan tetapi perawat di ruang Sawojajar belum sepenuhnya melakukan family

Pengaruh Pendekatan, Purmailani, FIKES UMP, 2014

centered care, belum nampak keterlibatan keluarga dalam asuhan keperawatan


anak karena asuhan keperawatan terjebak pada rutinitas sehingga tidak sempat
menerapkan family centered care. Orangtua hanya dilibatkan pada saat
pemenuhan personal higine saja dan saat pemberian injeksi pada anak, perawat
meminta orangtua untuk memegangi atau memangku anak tetapi ketika anak
rewel atau menangis terkadang sikap orangtua kurang baik karena justru
menakut-nakuti anak bila rewel akan disuntik lagi oleh perawat sehingga
menambah kecemasan anak dan ini mungkin disebabkan kurangnya kerjasama
antara perawat dan orangtua anak.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian pengaruh pendekatan family centered care terhadap
penurunan kecemasan pasien anak toddler di ruang Sawojajar Rumah Sakit
Emanuel Klampok Banjarnegara.

B. Rumusan Masalah
Anak yang sakit dan harus menjalani perawatan di rumah sakit dapat
mengalami kecemasan karena ketidaknyamanan anak di lingkungan rumah
sakit yang asing, perpisahan dengan orangtua, dan takut terhadap tindakan
pengobatan yang dialami. Keadaan kecemasan yang dialami anak seperti
menangis, tidak mau makan, tidak mau minum obat, susah tidur dapat
menghambat proses kesembuhan anak. Respon kecemasan yang ditunjukkan
anak akan membuat orangtua menjadi cemas dan takut sehingga dapat
mempengaruhi proses keperawatan.

Pengaruh Pendekatan, Purmailani, FIKES UMP, 2014

Pendekatan family centered care penting untuk dilakukan sebagai


salah satu upaya menurunkan kecemasan anak yang dirawat di rumah sakit
dan membantu orangtua menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan
perawatan anaknya di rumah sakit. Keterlibatan dan partisipasi orangtua anak
dalam proses keperawatan diharapkan dapat menurunkan respon kecemasan
anak, karena anak didampingi oleh orangtua sehingga anak akan merasa lebih
nyaman.
Mengacu pada latar belakang masalah tersebut, maka penulis tertarik
untuk meneliti tentang pengaruh pendekatan family centered care terhadap
penurunan kecemasan pasien anak toddler di Rumah Sakit Emanuel Klampok
Banjarnegara.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum :
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
pendekatan family centered care terhadap penurunan kecemasan pasien
anak toddler di ruang Sawojajar Rumah Sakit Emanuel Banjarnegara
2. Tujuan Khusus :
a. Mengidentifikasi karakteristik anak usia toddler yang dirawat di ruang
Sawojajar Rumah Sakit Emanuel Klampok Banjarnegara.
b. Mengetahui gambaran kecemasan anak usia toddler yang dirawat di
ruang Sawojajar RS Emanuel Klampok Banjarnegara .

Pengaruh Pendekatan, Purmailani, FIKES UMP, 2014

10

c. Mengetahui pengaruh pendekatan family centered care terhadap


penurunan kecemasan pasien anak di ruang Sawojajar Rumah Sakit
Emanuel Klampok Banjarnegara.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian untuk dapat dirasakan oleh semua pihak yang dapat
memakainya, yaitu sebagai berikut :
1. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk
mencari strategi penanganan kecemasan yang tepat untuk memberi
kenyamanan dan memberi kepuasan pasien anak dan keluarganya dengan
menerapkan family centered care saat anak dirawat di rumah sakit.
2. Bagi Peneliti
Guna menambah wawasan bagi penulis dalam berpikir kritis dan
melatih untuk menyelesaikan masalah pelayanan dan untuk melengkapi
salah satu persyaratan akademik tingkat Sarjana Fakultas Keperawatan
Universitas Muhamadiyah Purwokerto.
3. Bagi Peneliti Lain dan dunia pendidikan
Sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan penelitian
tentang pengaruh pendekatan family centered care terhadap penurunan
kecemasan pasien anak.

Pengaruh Pendekatan, Purmailani, FIKES UMP, 2014

11

E. Keaslian Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan penulis belum pernah dilakukan
terutama di lingkungan RS Emanuel Banjarnegara. Adapun penelitian yang
pernah diteliti berhubungan dengan family centered care adalah sebagai
berikut:
1. Fiane (2012) mengadakan penelitian dengan judul Hubungan family
centered care dengan efek hospitalisasi pada pasien anak di ruang dahlia
Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum, Semarang. Metode yang digunakan
adalah metode deskriptif analitik dengan jenis penelitian studi korelasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 13 orang perawat melakukan family
centered care dengan baik sedangkan 31 orangtua menilai family centered
care dilakukan dengan baik oleh perawat. Efek hospitalisasi pada anak
usia 3-6 tahun, dinilai oleh 13 orang perawat berada dalam kategori sedang
dan 20 orangtua mengatakan rendah. Analisa hubungan dengan product
moment pada perawat menyatakan tidak ada hubungan antara family
centered care dengan dan efek hospitalisasi pada anak usia 3-6 tahun (p
value = 0,344) sedangkan hasil analisa hubungan dengan riset partisipan
orangtua, menunjukkan hasil terdapat hubungan antara family centered
care dengan efek hospitalisasi pada anak di ruang Dahlia RS Panti Wilasa
Citarum Semarang (p value = 0.016)
2. Penelitian Murniasih dan Rahmawati (2007) dengan judul Hubungan
antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan akibat hospitalisasi
pada anak usia pra sekolah di bangsal L RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro

Pengaruh Pendekatan, Purmailani, FIKES UMP, 2014

12

Klaten. Jumlah responden 30 anak dengan orangtuanya, dengan uji


korelasi Sperman Rho didapatka nilai r : - 0,650 dengan nilai signifikan
0,01. Artinya terdapat hubungan terbalik antara dukungan keluarga dengan
tingkat kecemasan akibat hospitalisasi anak usia pra sekolah yang
menunjukkan semakin tinggi dukungan keluarga semakin rendah tingkat
kecemasannya.
3. Alfiyati (2007) mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh terapi
bermain terhadap tingkat kecemasan anak usia pra sekolah selama
tindakan keperawatan di ruang Tukman RS Roemani Semarang. Metode
penelitian yang digunakan quasy exsperiment dengan one group pre test
and post test design, dengan jumlah 20 responden. Tiap responden
diobservasi 2 kali sebelum dan sesudah pemberian terapi bermain pada
dua tindakan keperawatan yang sama. Hasl penelitian menunjukkan ( p
value = 0,05 lebih kecil dari a = 0,05). Dapat disimpulkan bahwa terapi
bermain berpengaruh terhadap tingkat kecemasan anak usia pra sekolah
selama tindakan keperawatan.
4. Maryati (2012) mengadakan penelitian dengan judul Gambaran
pengetahuan dan persepsi ibu tentang aplikasi perawatan berpusat pada
keluarga (family centered care) selama anaknya mengalami hospitalisasi
di RSAB Harapan Kita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran pengetahuan dan persepsi ibu tentang perawatan berpusat pada
keluarga. Desain penelitian yang digunakan adalah diskriptif dengan
menggunakan kuesioner kepada 95 responden. Tehnik pengambilan

Pengaruh Pendekatan, Purmailani, FIKES UMP, 2014

13

sampel dilakukan dengan cara kuota. Data yang terkumpul dilakukan


analisis univariat. Hasil penelitian ini adalah gambaran pengetahuan
responden berpengetahuan baik sebanyak 80%, dan gambaran persepsi
negatif sebesar 52,6%, sementara persepsi positif sebesar 47,4%.
Disarankan agar perawatan berpusat pada keluarga disosialisasikan pada
keluarga selama rawat inap sehingga dapat meningkatkan hasil rawat inap.
5. Mohammadreza (2007) dengan judul The effect of music on the rate of
anxiety amomg hospital children. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh musik terhadap tingkat kecemasan anak yang
dirawat di rumah sakit. Metode penelitian dengan eksperimen dilakukan
pada anak berusia 9-12 tahun di RS Taleghani di Gorgia utara, dengan
jumlah responden 60 anak dibagi 2 kelompok, 30 intervensi dan 30 kontrol
secara acak. Alat pengumpulan data dengan kuesioner informasi,
demografi pasien, kecemasan anak dinilai dengan FACES Dibandingkan
sebelum dan sesudah intervensi. Kelompok intervensi mendengarkan
musik selama 2 hari berturut-turut dan setiap bagian musik selama 20
menit. Hasilnya ada perbedaan yang signifikan untuk kelompok intervensi
setelah terapi musik (p < 0.05)
6. Marian Mitchell (2009) dengan judul Positive effect of a nursing
intervention on family centered care in adult critical care. Tujuannya
meneliti efek perawatan berpusat keluarga dalam perawatan kritis bermitra
dengan keluarga dalam memberikan perawatan untuk pasien selama 48
jam. Metode penelitian eksperimen dengan responden sebanyak 174 (75

Pengaruh Pendekatan, Purmailani, FIKES UMP, 2014

14

kelompok kontrol dan 99 kelompok intervensi). Kelompok kontrol


keluarga pasien mengalami perawatan biasa sedangkan kelompok
intervensi keluarga pasien dilibatkan dalam beberapa tindakan perawatan
dengan dukungan perawat. Hasilnya bekerjasama dengan keluarga pasien
untuk perawatan dasar kepada pasien secara signifikan meningkatkan rasa
hormat, kerjasama, dukungan pada survey perawatan berpusat keluarga
selama 48 jam.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terdapat pada
variabel, lokasi penelitian, dan desain penelitiannya. bahwa penelitian ini
dilakukan di RS Emanuel Klampok Banjarnegara dan meneliti tentang
pengaruh pendekatan family centered care terhadap penurunan kecemasan
pasien anak toddler.

Pengaruh Pendekatan, Purmailani, FIKES UMP, 2014

Você também pode gostar