Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
TEKNIK OPTIK P3
DESAIN OPTIK
Disusun oleh :
Kelompok 3
Aprillia Dewi Agustin
Febrilia Ramadani
Jovi Abirahman
Afian Dzihri
Sahal Abidy
Nur Fadhilah
(2412100023)
(2412100032)
(2412100040)
(2412100044)
(2412100049)
(2412100097)
Asisten :
Siti Sulikhah
(2411100074)
(2412100023)
(2412100032)
(2412100040)
(2412100044)
(2412100049)
(2412100097)
Asisten :
Siti Sulikhah
(2411100074)
ABSTRAK
Abstrak-Desain optik adalah suatu proses yang digunakan
untuk membuat rancangan divais optik. Divais optik yang
didesain dapat berupa desain kamera, teropong, mikroskop
dan lain-lain dengan merekayasa peletakkan lensa-lensa dan
komponen optik lainnya. Sistem optik yang digunakan pada
pratikum kali ini yaitu sebuah perangkat lunak yang bernama
OSLO (Optics Software for Layout and Optimization). Optical
Software for Layout and Optimazation (OSLO) merupakan
sebuah perangkat lunak, yang berfungsi sebagai simulator dalam
perancangan desain devais optik dan mengoptimalkan kinerja
divais optik. Dilakukan pengaturan parameter lensa sesuai dengan
yang diinginkan. Dari hasil pengaturan tersebut dianalisa cacat
pada lensa sesuai dengan parameter yang ada seperti:
astigmatism, distortion, lateral color, chromatic focal shift dan
lain sebagainya. Dari percobaan yang telah dilakukan, diperoleh
hasil aberasi pada masing-masing alat optik yang diujikan.
Terbukti pada beberapa analisis yang diperoleh hasilnya
menunjukkan tingkat aberasi yang rendah terutama pada bagian
pusat lensa. Untuk lebih meminimalisir aberasi tersebut,
dilakukan optimasi pada desain yang telah dibuat dengan cara
mengubah-ubah nilai radius dan thickness pada tiap-tiap lensa
sehingga didapat hasil yang paling maksimal. Dengan melakukan
optimasi pada OSLO, diharapkan dapat memberikan solusi untuk
mengurangi aberasi yang terjadi pada sistem optik tersebut.
Kata kunci: Analisis Aberasi, Optics Software for Layout and
Optimization (OSLO), Optimasi.
ii
ABSTRACT
Abstract Design of optic is a process that used to make optical
device such as camera, telescope, microscope and etc by the
change the position of the lens and the other optical components.
Optical sytem that used in this practicum is a software named
OSLO (Optics Software for Layout and Optimization). The
function of OSLO is to make simulation about design of oprical
device and to optimize the performance of optical device. By
doing setting parameters according to the desired lens, can
analyze the aberration of the lens, such as astigmatism,
distortion, lateral color, chromatic focal shift and etc. From this
practicum can find the aberration value of optical device. In the
some analysis indicate that the lower aberration is in the center
of lens. To can minimize the aberration of lens, the lens must be
optimized by the change the radius of lens and the thickness of
the lens. By optimization the lens in OSLO, can give solution to
minimize the aberration of optical device.
Keywords : Aberation Analysis Optics Software for Layout and
Optimization (OSLO), Optimization.
iii
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan puja dan puji syukur
kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat-Nya kami mampu
menyelesaikan Laporan Resmi Praktikum Teknik Optik ini
dengan sebaik-baiknya. Tidak lupa sholawat serta salam tetap
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW.
Dalam Laporan ini kami membahas tentang cara optimasi
suatu Devais Optik untuk mengurangi tingkat kecacatan dari
divais optic tersebut. Kami berharap laporan yang kami buat ini
nantinya dapat bermanfaat bagi seluruh pembacanya, sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan para pembacanya.
Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyusun
Laporan ini, khususnya kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada asisten praktikum Teknik Optik.
Kami mengetahui masih banyak kesalahan dalam
penyusunan laporan ini. Oleh karena itu kritik dan saran sangat
kami butuhkan sebagai bahan perbaikan dalam penyusunan
laporan yang akan datang.
iv
DAFTAR ISI
Halaman Judul........................................................................i
Abstrak...................................................................................ii
Abstract..................................................................................iii
Kata Pengantar........................................................................iv
Daftar Isi.................................................................................v
Daftar Gambar........................................................................vi
Daftar Tabel............................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................1
1.2 Permasalahan...............................................................2
1.3 Batasan Masalah..........................................................2
1.4 Tujuan..........................................................................2
1.5 Sistematika Laporan....................................................3
BAB II DASAR TEORI.........................................................5
2.1 Parameter Dasar Sistem Optik Geometri.....................5
2.2 Pembiasan Cahaya.......................................................6
2.3 Apochromatic Objective...............................................7
2.4 Apochromatic Doublet.................................................7
2.5 Kualitas Sistem Optik..................................................7
2.6 Optical Software for Layout and Optimization............8
2.7 Beam ekspander...........................................................9
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN...............................11
3.1 Alat dan Bahan.............................................................11
3.2 Langkah Prercobaan....................................................11
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN................17
4.1 Analisa Data.................................................................17
4.2 Pembahasan.................................................................18
BAB V KESIMPULAN..........................................................19
5.1 Kesimpulan..................................................................19
5.2 Saran ...........................................................................19
Daftar Pustaka........................................................................21
LAMPIRAN
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Contoh Sistem Optika Geometri........................5
Gambar 2.2 Pembiasan cahaya hukum I Snellius..................6
Gambar 2.3 Pembiasan cahaya hukum I Snellius..................6
Gambar 2.4 Interface software OSLO...................................9
Gambar 2.5 Desain divais optic.............................................10
Gambar 3.1 Penamaan Desain...............................................11
Gambar 3.2Tampilan Pengaturan Entrance Beam Radius
dan
Field
Angle
.........................................................................
12
Gambar 3.3 Penentuan Bahan Lensa Pertama.......................12
Gambar 3.4 Pengaturan Bentuk Lensa Pertama....................13
Gambar 3.5 Penentuan Bahan Lensa Kedua..........................13
Gambar 3.6 Pengaturan Bentuk Lensa Kedua.......................14
Gambar 3.7 Tampilan Draw On.............................................14
Gambar 3.8 Tampilan Insert After.........................................15
Gambar 3.9 Tampilan Pengubahan Jarak Lens......................15
Gambar 4.1 Lensa sebelum diatur jaraknya...........................17
Gambar 4.2 Lensa sesudah diatur jaraknya...........................17
vi
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa kini banyak komponen-komponen optik modern
yang beredar di pasaran membuat para pengguna harus lebih
selektif dalam memilih. Hal ini dikarenakan banyak dari
komponen-komponen tersebut yang tidak sempurna atau cacat.
Dan cacat inilah yang dapat menyebabkan fungsi kerja dari devais
optik yang menggunakan komponen-komponen tersebut akan
tidak sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu diperlukan
suatu metode yang dapat menguji seberapa layak komponenkomponen tersebut untuk dapat digunakan.[1].
Cacat dalam divais optic sendiri sering disebut dengan nama
aberasi. Aberasi sendiri adalah degradasi kinerja suatu sistem
optik dari standar pendekatan paraksial optika geometris[2].
Degradasi yang terjadi dapat disebabkan sifat-sifat optik
dari cahaya maupun dari sifat-sifat optik sistem kanta sebagai
medium
terakhir
yang
dilalui sinar sebelum
mencapai mata pengamatnya. Aberasi merupakan salah satu
kondisi yang menyatu pada permukaan lensa cembung. Aberasi
tergantung pada kemiringan bidang, ketebalan, indeks refraktif
serta posisi aperture. Karena banyaknya jenis lensa dari produsen
yang juga berbeda-beda, masing-masing lensa memiliki kelebihan
dan kekurangan masing-masing[3].
Aberasi adalah kelainan bentuk bayangan yang dihasilkan
oleh lensa ataupun cermin. Dimana aberasi itu penyimpangan
bentuk bayangan dari bentuk bendanya. Hal yang terjadi pada
lensa atau cermin kadang kadang terbentuk bayangan yang tidak
dikehendaki, misalnya timbulnya jumbaijumbai berwarna
disekitar bayangan[4].
Maka dari itu diperlukan adanya desain optik dalam
pembuatan suatu rancangan divais optik. Karena dengan
mendesain suatu devais optik akan dapat ditentukan titik fokus
terbaik dari suatu divais optik sehingga akan mengurangi
kecacatan yang akan terjadi pada suatu divais optik. Dan salah
1
2
satu aplikasi yang sering digunakan dalam mendesain suatu divais
optik adalah OSLO (Optics Software for Layout Optimization).
Dengan menggunakan aplikasi OSLO ini dalam pembuatan suatu
divais optik diharapkan dapat mengurangi kecacatan dalam suatu
divais optik, dengan cara merekayasa peletakan lensa-lensa dan
komponen optik lainnya.
Sehingga dengan adanya aplikasi ini, nantinya para
pengguna divais optik mampu mendesain divais optik yang sesuai
dengan kebutuhannya, tanpa takut akan terjadinya kecacatan pada
divais optic yang telah dibuat.
1.2 Permasalahan
Dari latar belakang di atas dapat permasalahan yang ingin
diselesaikan melalui praktikum ini adalah :
a. bagaimana cara mendesain divais optik berbasis optika
geometri ?
b. bagaimana cara optimasi untuk menurunkan aberasi pada
divais optik?
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah yang digunakan dalam pelaksanaan
praktikum P3 kali ini adalah sebagai berikut :
a. dasar desain divais optika geometri dibuat dengan
menggunakan aplikasi OSLO
b. jenis lensa yang digunakan adalah jenis BK7, dengan
perbesaran 3 kali, lensa pertama memiliki titik focus
sebesar 100 mm dan panjang fokus lensa kedua adalah
330 mm
1.4 Tujuan
Tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah sebagai
berikut :
a. mendesain divais optik berbasis optika geometri dengan
menggunakan OSLO
b. melakukan optimasi untuk menurunkan aberasi pada
divais dengan menggunakan OSLO
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Parameter Dasar Sistem Optik Geometri
Optika geometris adalah cabang ilmu pengetahuan
tentang cahaya yang mempelajari sifat-sifat perambatan cahaya
seperti pemantulan, pembiasan, serta prinsip jalannya sinar-sinar.
Ketika kita memandang suatu benda, cahaya dan benda itu
merambat langsung ke mata kita. Karena itu kita dapat melihat
benda tersebut. Tetapi hanya sebagian benda yang memancarkan
cahaya sendiri seperti matahari, lampu, dan nyala api.
Sebagian besar benda-benda yang kita lihat tidak memancarkan
cahaya sendiri seperti bulan, manusia, kertas, dan meja. Benda
yang tidak memancarkan cahaya memantulkan cahaya dari
sumber cahaya ke mata kita. Dengan demikian, apa yang
terlihat, secara fundamental akan tergantung pada sifat
cahaya.
2.2.
Pembiasan Cahaya
Pembiasan
(refraction)
cahaya
adalah peristiwa
pembelokan cahaya ketika cahaya mengenai bidang batas antara
dua medium. Konsep Dasar Pembiasan Cahaya antara lain adalah:
Hukum I Snellius: Sinar datang, sinar bias, dan garis normal
terletak pada satu bidang datar(gambar 2.2).
7
2.3.
Apochromatic Objective
Apochromatic objective adalah lensa yan memiliki level
koreksi paling tinggi, yang mengoreksi secara kromatis untuk 3
warna yaitu merah, hijau, dan biru. Selain itu, apochromatic
objective juga mengeliminasi chromatic aberration dan
memperbaiki secara spheris pada dua warna. Apochromatic
objective adalah pilihan terbaik untuk photomicrography pada
cahaya putih. Karena memiliki level koreksi tinggi, apochromat
objective biasaya digunakan untuk perbesaran gambar dan
meningkatkan numerical aperture. Apochromatic objective terdiri
dari triplet, dua doublet, lensa meniskus, dan lensa single
hemispherical [7].
2.4. Apochromatic Doublet
Apochromatic atau achromatic doublet adalah sistem lensa
khusus
menggunakan 2 atau lebih glass dengan index refractive yang
berbeda yang dapat mengurangi efek chromatic abberation dan
spherical aberration. Meskipun demikian,
efek chromatic
abberation tetap dapat muncul terutama pada penggunaan lensa
wide angle dan ketika subject bertemu dengan latar belakang
yang sangat kontras[8]. Pada sistem lensa doublet, terdapat dua
komponen yaitu lensa positif dan lensa negatif. Lensa positif
terbuat dari crown glass dengan chromatic abberation rendah,
sedangkan lensa negatif terbuat dari flint glass dengan chromatic
aberration tinggi[9].
2.5. Kualitas Sistem Optik
Kualitas sistem optik ditentukan oleh desainnya yang
memiliki aberasi minimal. Bila efek difraksi diabaikan, maka
sistem optik tanpa aberasi akan menghasilkan bayangan pada satu
titik fokus. Untuk mendesain suatu sistem optik yang sempurna,
harus dilakukan perhitungan besar aberasi dan pengaruhnya ke
pembentukan bayangan. Berikut adalah jenis-jenis aberasi [5] :
a.
Aberasi Spheris
b.
c.
d.
e.
f.
g.
9
mendesain sistem optik[5]. OSLO menyediakan lingkungan
komputasi untuk desain optik. Selain fungsi pada umumnya yaitu
memberikan optimasi dan evaluasi sistem optik, OSLO memiliki
fitur antarmuka jendela khusus yang memungkinkan untuk
bekerja interaktif, guna menyelidiki detail dari sistem optik
selama proses pendesainan. OSLO menerima masukan berupa
simbolik maupun numerik dengan menggunakan menu, toolbar
maupun perintah; fungsi slider untuk analisis real-time, dan kotak
dialog otomatis serta menu untuk peningkatan program custom.
Beam ekspander
Beam ekspander merupakan aplikasi umum di sebagian
besar laboratorium menggunakan laser atau sumber cahaya dan
optik. Ada ekspander yang tersedia di pasar, tetapi sering kali
tidak tersedia di rasio ekspansi yang diperlukan atau rentang
spektral. Kualitas output tergantung hanya pada masukan dan
optik komponen yang digunakan. Untuk membuat unit ekspansi ,
penting untuk mengetahui beberapa hubungan optik sederhana,
serta apa masukannya ke output persyaratan rasio diameter.
Bentuk yang paling dasar umumnya terdiri dari dua lensa. Lensa
pertama harus memiliki diameter yang lebih besar dari diameter
10
input maksimum yang diharapkan dari sumber cahaya yang
masuk.
per. 2.1
Dimana:
M = perbesaran expander
f2 = panjang fokus efektif lensa keluar
f1 = panjang fokus efektif lensa entri
R2 = jari-jari kelengkungan lensa keluar
R1 = jari-jari kelengkungan lensa entri
h2 = jari-jari keluar (tinggi gambar)
h1 = radius masuk (tinggi objek)
Jarak, t, antara dua lensa akan sama dengan jumlah dari panjang
fokus lensa
t = f1+f2
per. 2.2
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Pada percobaan kali ini dilakukan simulasi mengenai
desain divais optic dengan menggunakan software OSLO. Desain
divais optik yang disimulasikan pada percobaan kali ini yaitu
mengenai beam expander, yang mana hal terpenting dari simulasi
beam expander ini adalah menemukan jarak maksimum antar
lensa sehingga berkas cahaya yang keluar dari lensa dapat sejajar.
3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam melakukan
percobaan desain divais optik, antara lain
a. Laptop
b. Software OSLO
3.2 Langkah Percobaan
Langkah percobaan yang dilakukan dalam percobaan
desain divais optik, antara lain
a. Ditentukan perbesaran beam, dalam percobaan kali ini
digunakan perbesaran 3x, dengan lensa pertama memiliki
panjang fokus sebesar 100 mm, sehingga lensa kedua
panjang fokusnya adalah sebesar 330 mm. Bahan kaca
yang digunakan adalah BK7.
b. Dipilih File, kemudian New Lens dipilih dari menu
OSLO.
12
13
14
15
16
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Data
a. Berdasarkan metodologi praktikum, mula-mula didapatkan
gambar dimana jarak antar lensa belum diatur
17
18
c. Thickness 2 yang merupakan jarak dari lensa 1 ke lensa 2
diubah dengan memasukkan jumlah dari panjang fokus
lensa 1 ditambah lensa 2.
4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini digunakan software OSLO untuk
mendesain device optic berupa beam expander. Beam expander
merupakan optical device yang berfungsi membesarkan ukuran
sinar. Pertama berkas sinar sejajar akan melewati lensa cembung
yang bersifat konvergen, stelah sinar melewati fokus lensa
cembung, sinar cahaya akan diteruskan dan akan ditangkap oleh
lensa cekung yang berukuran lebih besar dan akan menangkap
berkas sinar yang terhambur melewati fokus lensa pertama dan
menjadikannya berkas sinar sejajar yang berukuran lebih besar.
Selanjutnya jarak antar lensa diatur agar menghasilkan sinar
beam expander yang sejajar. Jarak antar lensa didapat dengan
menjumlahkan fokus pada lensa 1 dengan lensa 2 yaitu
f1=100mm dan f2=330mm sehingga jarak antar lensa sebesar
430mm. Jarak 430mm diperlukan agar terjadi perbesaran ukuran
berkas sinar yang melewati device optic yang terdiri dari dua
lensa ini.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
a. software
OSLO merupakan perangkat lunak yang
berfungsi untuk membantu mendesain divais berbasis
optika geometri serta melakukan optimasi untuk
menurunkan aberasi pada suatu divais optic
b. desain beam expander dengan menggunakan OSLO
memiliki jarak antar lensa sebesar 430 nm untuk
menghasilkan berkas sinar yang sejajar.
5.2 Saran
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat diperoleh saran
untuk keberlangsungan praktikum selanjutnya adalah sebaiknya
asisten praktikum diharapkan lebih menjelaskan lagi mengenai
cara kerja dari software yang digunakan agar praktikan bisa
memahami fungsi dari software tersebut.
19
20
DAFTAR PUSTAKA
[1] Indah W. Uji Kesempurnaan Lensa Berdasarkan Sifat
Aberasi Lensa Menggunakan Metode Interferometer
Twyman-Green
[2] Guenther, Robert (1990). Modern Optics. Cambridge: John
Wiley & Sons Inc.
[3] Anonim. Lensa Optik. Standart Kerja Kopetensi Nasional
Indonesia. Sinematografi Indonesia
[4] Andalia A.P. Makalah Aberasi Slide Share. [Online] diakses
di https://www.scribd.com/doc/245491686/makalah-aberasi
pada 7 November 2014
[5] Smith, J.W. Modern Optical Engineering The Design of
Optical Systems- Fourth Edition.California,USA : Mc-Graw
Hill. 2008
[6] R. Yosi Aprian Sari. Peningkatan Pemahaman Materi Lensa
Cermin Pada Mata Pelajaran Fisika Dengan Menggunakan
Strategi Belajar Contextual Teaching And Learning(Ctl).
Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). 2007
[7] Dimitroc, K. Peter. A Simple Tehcnique for Relating
Aberration Errors in Lens Systems to Final Image Quality.
Optimized Photonic System, Inc diunduh dari www.opsphotonics.com pada 6 November 2014
[8] Rochelle. Optics Technical Note1 Optical Components.
Newport Experimen Solution How to Build A Beam
Expander. 2012
[9] Rutten & van Venrooij. Telescope Optics : A
Comphrehensive Manual for Amateur Astronomers . USA :
Wilmann - Bell. 1999
21
Lampiran
Tugas Khusus (Aprillia Dewi Agustin (2412100023))
1. Dasar Teori Lup
Lup adalah alat optik yang hanya memiliki satu lensa,
yaitu lensa positif. Lup atau kaca pembesar ini digunakan untuk
memperbesar sudut pandang. Hal yang paling penting dari
perbesaran menggunakan lup adalah besarnya angular, dimana
ukuran anguler berperan dalam hal memberi kesan seberapa besar
benda yang dilihat mata.
Dimana
2. Metodologi
2.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan
desain divais optik ini antara lain
a. Laptop
b. Software OSLO
2.2 Langkah Percobaan
Langkah percobaan yang dilakukan dalam percobaan
desain divais optik ini antara lain
a. Dipilih File, kemudian New Lens dipilih dari menu
OSLO.
d.
e.
f.
g.
....
f gab
f1
f2
fn
p gab p1 p2 .... Pn
1
1
d
f1 f 2
f1 f 2
)
f
R1 R2
2. Metodologi Percobaan
2.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan
desain divais optik ini antara lain
c. Laptop
d. Software OSLO
2.2 Langkah Percobaan
Langkah percobaan yang dilakukan dalam percobaan
desain divais optik ini antara lain
h. Dipilih File, kemudian New Lens dipilih dari
menu OSLO.
Ga
mbar 2.4 Pengaturan Parameter Lensa
2.1.
2.1.5. Distorsi
Distorsi adalah suatu aberasi yang disebabkan
oleh perbesaran bayanganyang tidak merata. Perbesaran
pada bagian-bagian yang paling luar tidak sama. Benda
yang berupa garis-garis sejajar akan melengkung.Distorsi
tidak menghasilkan efek aberasi seperti biasanya. Distorsi
berpengaruh terhadap perbesaran image, bukan terhadap
ketajaman image. Suatu objek berbetuk persegi akan
menghasilkan image dengan sudut-sudutnya melengkung
sebagai akibat efek distorsi[1].
3. Metodologi Percobaan
Pada percobaan kali ini dilakukan simulasi mengenai
desain divais optic dengan menggunakan software OSLO.
Desain divais optik yang disimulasikan pada percobaan kali
ini yaitu mengenai beam expander, yang mana hal
terpenting dari simulasi beam expander ini adalah
E
B
C
A
Analisis:
OSLO merupakan aplikasi pemodelan sistem optik. Pemodelan
pada OSLO menggunakan matriks ABCD untuk mendeskripsikan
jalannya sinar. Seperti yang terlihat pada gambar, sinar pada titik
A terpantulkan oleh surface 1 yang memiliki thickness D = -20
mm. Ketebalan yang bernilai negatif akan membuat surface
Cara membuat:
1. Buatlah 10 surface
2. Atur aperture radius pada semua surface 25 mm
3. Atur thickness surface OBJ
D = 100 mm
4. Untuk surface AST, atur data dengan
R = 7 mm
D = -20 mm
Glass = BK7
5. Untuk surface 2, atur data dengan
R=0
D = -50 mm
Glass = AIR
6. Untuk surface 3, atur data dengan
R=0
D = 10 mm
Glass = BK7
7. Untuk surface 4, atur data dengan
R = 30 mm
D = 100 mm
Glass = AIR
8. Untuk surface 5, atur data dengan
R=0
D=0
Glass = AIR
9. Untuk surface 6, atur data dengan
R = 70 mm
D = -10 mm
Glass = BK7
10. Untuk surface 7, atur data dengan
R=0
D = -50 mm
Glass = AIR
11. Dan untuk surface 8, atur data dengan
R=0
D=0
Glass = BK7
Tugas Khusus Jovi Abi Rahman (2412100040)
BAB II
Dasar Teori
Device Optic Laser
Laser (Light Amplification by Stimulated Emission Radiation)
merupakan salah satu device optic yang menghasilkan berkas
sinar yang koheren. Laser berdasarkan cara kerjanya dibagi
menjadi :
a. Laser He-Ne
Laser gas helium-neon bekerja dengan cara dipompa
secara elektris. Pada laser Helium Neon, rangsangan yang
digunakan adalah rangsangan elektris, hal ini dilakukan dengan
cara memasukkan gas Helium Neon ke dalam tabung gas
yang di ujung ujungnya didekatkan dengan elektroda
yang dihubungkan pada sumber tegangan tinggi
(posisielektroda bisa dilihat pada gambar 1.3 pada bagian
HV). Setelah diberi rangsangan elektris, energi pada ion
akan mengalami penambahan yang mengharuskan energi untuk
berpindah tingkat menuju tingkat yang lebih tinggi karena
setiap ion memiliki tingkat energi stabil maka energi akan
selalu berusaha untuk kembali pada tingkat stabilnya, hal
ini dilakukan dengan cara melepaskan energi yang
kemudian disebut dengan foton (energi yang bisa
mengeluarkancahaya).
Pemompaan Energi
Pelepasan Energi
Gambar
1
Gambar 2
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
a. Peralatan Praktikum
Adapun peralatan praktikum kali ini adalah laptop
yang sudah terinstall software OSLO
b. Langkah-langkah percobaan
- Buka software OSLO
- Create New Lens, beri nama lensa Laser He-Ne
dengan jumlah surface 4
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
Pada simulasi diatas digunakan 2 jenis lensa,
yaitu plankonveks (cembung-datar), dan plankonkav
3. Metodologi Percobaan
3.1
Peralatan Percobaan
Adapun peralatan yang digunakan untuk Praktikum P-3
Desain Optic Device ini adalah sebagai berikut :
a. Software OSLO
b. Laptop
3.2
Prosedur Percobaan
Pada praktikum kali ini adalah untuk mendesain divais
optic dua lensa plankonveks dan bikonkaf. Adapun langkahlangkah dalam melakukan Praktikum P-3 Desain Optic Device
adalah sebagai berikut :
a. Ditentukan perbesaran beam adalah 0.2 x Magnification
dengan lensa pertama memiliki titik focus 5 mm dan titik
focus lensa kedua adalah 1.2 mm . Kaca yang digunakan
adalah SK16.
b. Pilih new file kemudian pilih new lens dari menu OSLO.
Pilih custom lens, dan beri anka 4 pada kolom jumlah
permukaan (Number of Surface)
c.
d.
e.
f.
g.