Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
ii
ABSTRAK
ANGGI INDRIANI TAMI. Analisis Strategi Komunikasi Pemasaran di Wana
Wisata Curug Tujuh Cilember Cisarua Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh YATRI
INDAH KUSUMASTUTI.
Pemerintah dalam hal ini perhutani menyadari sepenuhnya potensi bisnis
dari wisata alam dan membentuk suatu kawasan wisata yang disebut wana wisata.
Salah satu wana wisata milik Perhutani adalah Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif didukung oleh
pendekatan kualitatif untuk mengetahui bagaimana pengelola melakukan kegiatan
komunikasi pemasaran dan mengetahui hubungan antara kegiatan komunikasi
pemasaran yaitu rancangan pesan, ragam media penyampaian pesan, frekuensi
penyampaian pesan dan efektivitas komunikasi pemasaran. Uji korelasi
menunjukkan bahwa ragam media penyampaian pesan memiliki hubungan dengan
efektivitas komunikasi pemasaran. Perhitungan analisis SWOT menunjukkan
pengelola harus mengubah strategi agar bisa memanfaatkan peluang yang ada.
Formulasi startegi komunikasi pemasaran dibuat untuk mengetahui strategi yang
bisa dikembangkan oleh pengelola ekowisata milik pemerintah.
Kata kunci: ekowisata, komunikasi pemasaran, analisis SWOT
ABSTRACT
ANGGI INDRIANI TAMI. Marketing Communication Strategy Analysis of
Cilember Seven Waterfalls Cisarua Bogor Regency. Supervised by YATRI
INDAH KUSUMASTUTI.
The government in this case Perhutani realized about business potential of
nature tourism and establish natural tourism places (ecotourism). One of ecotourism
places that they have is Cilember Seven Waterfalls. This research used quantitative
approaches was supported by qualitative approach to determine how the
manager/employee doing marketing communications activities and determined the
relationship between the design of marketing communications activities messaging,
variety of communication media messages, and frequency of delivery of messages to
the effectiveness of marketing communications. Correlation test showed that variety
of communication media messages had relation with the effectiveness of marketing
communications. SWOT analysis calculations showed that the manager/employee
should change their strategy in order to use the opportunities. Formulation of
marketing communications strategy was created to find strategies that can be
developed by ecotourism managers/employee.
iii
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
iv
v
Judul Skripsi : Analisis Strategi Komunikasi Pemasaran di Wana Wisata Curug
Tujuh Cilember Cisarua Kabupaten Bogor
Nama
NIM
: I34090011
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS
Ketua Departemen
vi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa taala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2012 ini adalah
komunikasi bisnis, dengan judul Analisis Strategi Komunikasi Pemasaran di
Wana Wisata Curug Tujuh Cilember Cisarua Kabupaten Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir. Yatri Indah Kusumastuti, MSi
selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan saran. Bapak Isal
Putrajaya Bscf selaku Duty Manager Wana Wisata Curug Tujuh Cilember, Bapak
Deny selaku manager pemasaran Wana Wisata Curug Cilember, Pak Nceng, Pak
Ade, serta seluruh pengelola dan petugas di Wana Wisata Curug Cilember. Bapak
KH. Ujang Farhan Selaku ketua Ikatan Remaja Masjid (IRMAS) Desa Jogjogan,
Bapak Ahudin selaku pemandu wisata Curug Cilember, Sekretaris Desa
Jogojogan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor, serta seluruh
pemilik kios wisata di Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Bapak Richard W.E.
Lumintang dan Bapak Iman K. Nawiredja selaku dosen penguji terimakasih atas
berbagai kritik dan saran yang telah diberikan.
Ayah saya Muhammad Nasir, Ibu saya Cicih serta keluarga saya Mang
Pudin, Windah Utari, Hermansyah, Yuli, Ary Kurniawan, Aurellia atas segala doa
dan kasih sayangnya. Teman-teman SKPM 46 Ayu J, Asti, Ninis, Femy, Ayu A,
Zela, Lulu dkk, Senior SKPM 45 kak Jabbar, kak Randy dkk atas sarannya dan
rekan-rekan majalah Komunitas FEMA IPB Agustin, Selvi, Rina, Lidya, Bonita,
Hesti, Novia, Rafi, Nina, Nindy, Fadil, Anggi, Aat, Putri, Aul, Citra, Gebyar,
Dina, dll. Praktikan komunikasi bisnis di SKPM 48, sahabat lama Deby, Wadi,
Ardi, Bambang, Erwin, Yuris, Rina, Kiki, Dinda, Icha, Tia, Ade dkk., serta
teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu terimakasih atas bantuan
dan dukungannya selama ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
vii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Komunikasi
Efektivitas Komunikasi
Komunikasi Pemasaran
Media Komunikasi Pemasaran
Komunikasi Personal
Periklanan
Promosi Penjualan
Hubungan Masyarakat dan Publisitas
Materi Pembelajaran (Instructional Materials)
Corporate Design
Strategi Komunikasi Pemasaran
Industri Pariwisata
Wana Wisata
Peran Masyarakat lokal
SWOT
Faktor Eksternal
Faktor Internal
Analisis SWOT
Matriks SWOT
Kerangka Penelitian
Hipotesis Penelitian
Definisi Operasional
METODE
Lokasi dan Waktu
Teknik Sampling
Pengumpulan Data
Prosedur Analisis Data
Matriks IFE dan EFE
Alternatif Strategi Matriks SWOT
GAMBARAN UMUM
Pengelolaan Wana Wisata Curug Tujuh Cilember
Kondisi Fisik dan Biologi Wana Wisata Curug Tujuh Cilember
Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar
Potensi Wisata Curug Cilember
Wisata Air Terjun
Wisata Lain
x
xi
xi
1
1
3
3
3
4
5
5
5
6
8
8
9
10
10
11
11
11
14
14
16
16
16
17
17
18
19
20
20
25
25
25
26
27
27
30
31
31
31
32
33
33
34
viii
Fasilitas Wana Wisata Curug Cilember
Karakteristik Responden
KOMUNIKASI PEMASARAN DAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI
PEMASARAN
Kegiatan Komunikasi Pemasaran Wana Wisata Curug Tujuh Cilember
Periklanan
Promosi Penjualan
Humas dan Publisitas
Materi Pembelajaran
Komunikasi Personal
Tingkat Kegiatan Komunikasi Pemasaran Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember
Rancangan Pesan
Ragam Media dan Frekuensi Penyampaian Pesan
Efektivitas Komunikasi Pemasaran
Tingkat Kognitif
Tingkat Afektif
Tingkat Konatif
ANALISIS HUBUNGAN KOMUNIKASI PEMASARAN DAN
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMASARAN
Hubungan Kekuatan Rancangan Pesan dan Efektivitas Komunikasi
Pemasaran menurut Tingkatan Kognitif
Hubungan Kekuatan Rancangan Pesan dan Efektivitas Komunikasi
Pemasaran menurut Tingkatan Afektif
Hubungan Kekuatan Rancangan Pesan dan Efektivitas Komunikasi
Pemasaran menurut Tingkatan Konatif
Hubungan Ragam Media Penyampaian Pesan dan Efektivitas
Komunikasi Pemasaran menurut Tingkatan Kognitif
Hubungan Ragam Media Penyampaian Pesan dan Efektivitas
Komunikasi Pemasaran menurut Tingkatan Afektif
Hubungan Ragam Media Penyampaian Pesan dan Efektivitas
Komunikasi Pemasaran menurut Tingkatan Konatif
Hubungan Frekuensi Penyampaian Pesan dan Efektivitas Komunikasi
Pemasaran menurut Tingkatan Kognitif
Hubungan Frekuensi Penyampaian Pesan dan Efektivitas Komunikasi
Pemasaran menurut Tingkatan Afektif
Hubungan Frekuensi Penyampaian Pesan dan Efektivitas Komunikasi
Pemasaran menurut Tingkatan Konatif
Hubungan Komunikasi Pemasaran dan Efektivitas Komunikasi
Pemasaran
STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN DI WANA WISATA CURUG
TUJUH CILEMBER
Analisis SWOT
Analisis Faktor Strategi Internal
Analisis Strengths (Kekuatan)
Analisis Weaknesses (Kelemahan)
Analisis Faktor Strategi Eksternal
Analisis Peluang (Opportunities)
37
39
43
43
43
43
43
44
45
45
45
52
58
59
59
60
61
61
62
63
64
64
65
66
67
68
69
70
70
71
71
72
73
73
ix
Analisis Threaths (Ancaman)
Susunan Formulasi Strategi
Pemilihan Alternatif Strategi dengan Matrik SWOT
Strategi Komunikasi Pemasaran Strengths-Opportunities (S-O)
Strategi Komunikasi Pemasaran Weaknesses-Opportunities (W-O)
Strategi Komunikasi Pemasaran Strenghts-Threats (S-T)
Strategi Komunikasi Pemasaran Weaknesses-Threats (W-T)
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
74
76
78
78
79
80
81
83
83
83
85
87
117
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18.
19
20
21
22
23
24
25
26
27
2
8
18
28
29
29
30
35
36
38
46
52
53
59
61
62
63
64
65
66
66
67
68
69
76
77
82
xi
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Model komunikasi
Analisis SWOT
Kerangka pemikiran strategi komunikasi pemasaran Wana Wisata
Curug Tujuh Cilember
Presentase jumlah pengunjung Wana Wisata Curug Tujuh Cilember
menurut status
Diagram presentase status pengunjung Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember menurut kota asal
Diagram presentase pengunjung Wana Wisata Curug Tujuh Cilember
menurut jenis kelamin
Persentase motivasi pengunjung wana wisata curug tujuh cilember
Diagram pekerjaan responden
Persentase jumlah pengunjung menurut umur
Penilaian responden terhadap kekuatan rancangan pesan
Preferensi pengunjung terhadap media yang lebih disukai dalam
menerima pesan mengenai Wana Wisata Curug Tujuh Cilember
Penilaian responden terhadap kelengkapan informasi mengenai sarana
dan prasarana yang ada di lokasi wisata
Penilaian responden terhadap kelengkapan informasi mengenai biaya
paket wisata
Penilaian responden terhadap kepuasan informasi mengenai biaya
paket wisata
Pendapat responden terhadap keinginan untuk kembali berkunjung ke
Wana Wisata Curug Tujuh Cilember
Penilaian responden terhadap ragam media penyampaian pesan
Penilaian responden terhadap frekuensi penyampaian pesan
Penilaian responden terhadap akses melalui media periklanan
billboard dan banner
Pendapat responden berdasarkan akses terhadap promosi penjualan
melalui diskon
Pendapat responden berdasarkan akses terhadap humas dan publisitas
melalui liputan media
Pendapat responden terhadap akses media pembelajaran melalui
website, blog, dan brosur
Penilaian responden terhadap efektivitas komunikasi pemasaran
Positioning Kuadran SWOT Curug Tujuh Cilember
6
18
19
39
40
40
41
41
42
46
47
48
49
50
51
53
53
54
55
56
57
59
76
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
Denah kawasan Wana Wisata Curug Tujuh Cilember dan peta menuju
lokasi Wana Wisata Curug Tujuh Cilember
87
Struktur organisasi fungsional Curug Tujuh Cilember
88
Dokumentasi lapangan
89
Jadwal penelitian 2012-2013
105
xii
5
6
7
Data responden
Paket wisata Wana Wisata Curug Tujuh Cilember tahun 2012
Hasil olahan data statistik
106
110
111
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia memiliki potensi kekayaan alam dan keanekeragaman hayati yang
tinggi untuk dijadikan daerah tujuan pariwisata bagi wisatawan lokal dan
mancanegara. World Tourism Organization (WTO) menyatakan bahwa terdapat
kecenderungan semakin besarnya minat dan preferensi masyarakat baik global,
regional, maupun nasional untuk dapat mengkonsumsi barang dan jasa yang
bersifat alami (DBA 1998). Fenomena ini berkembang sejalan dengan terus
meningkatnya kesadaran dan penghargaan masyarakat terhadap alam dan
lingkungan sebagai unsur penyangga kehidupan. Kecenderungan tersebut
sekaligus memberikan indikasi bahwa pengembangan obyek-obyek wisata
sekarang ini harus lebih menekankan pada pemanfaatan dan pendayagunaan
potensi sumber daya alam hayati dan nonhayati.
Pariwisata menjadi sektor industri yang memberikan dampak ekonomi.
Menurut Yoeti (2008), industri pariwisata secara khusus dikatakan sangat efektif
dalam mendukung usaha kecil dan penciptaan kesempatan kerja untuk kalangan
usia muda serta menyebarkan peluang kesempatan kerja, baik dalam ruang
lingkup regional, nasional maupun internasional.
Perhutani menyadari sepenuhnya potensi bisnis dari wisata alam dan
membentuk suatu kawasan wisata yang disebut wana wisata. Wana wisata adalah
suatu kawasan hutan yang karena keindahan ataupun keunikan alamnya dapat
dijadikan tempat untuk kegiatan wisata yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan,
pendidikan, penelitian, wisata alam, dan olahraga tanpa mengubah fungsi kawasan
hutan tersebut1.
Salah satu wana wisata milik Perhutani adalah Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember. Perubahan pengelolaan Wana Wisata Curug Tujuh Cilember dari
Kesatuan Bisnis Mandiri Wisata, Benih dan Usaha Lain (KBM WBU)
kepada Kesatuan Bisnis Mandiri Agroforestry, Ekowisata dan Jasa Lingkungan
(KBM AEJ) dibentuk berdasarkan surat keputusan Direksi Perum Perhutani
Nomor: 199/kpts/Dir/2009 tanggal 4 Mei 2009 tentang Struktur Organisasi yang
merupakan perubahan struktur, bertujuan guna meningkatkan pendapatan
perusahaan secara mandiri 2 . Kemudian pada tahun 2011, KBM AEJ diubah
menjadi Kesatuan Bisnis Mandiri Jasa Lingkungan dan Produk Lain (KBM
JLPL). Wana Wisata Curug Tujuh Cilember termasuk dalam bidang jasa
lingkungan.
Wana Wisata Curug Tujuh Cilember masuk dalam kawasan wisata puncak
kabupaten Bogor yang banyak dikunjungi oleh wisatawan. Beberapa kawasan
wisata lain yang ada di wilayah puncak antara lain Taman Safari Indonesia,
Telaga Warna, Wisata Agro Gunung Mas, Taman Wisata Riung Gunung, Taman
1
[Perum Perhutani; PPK ITB] Perum Perhutani Unit III Jawa Barat; Pusat Penelitian
Kepariwisataan Institut Teknologi Bandung. 2000. Rencana induk pengusahaan Wana Wisata
Curug Cilember KPH Bogor. Bogor (ID): Perum Perhutani; PPK ITB.
2
Perum Perhutani Unit II Jawa Barat dan Banten. Kesatuan bisnis mandiri AEJ Perum
Perhutani.
2011.
[Internet].
[diunduh
2012
Nov
15];
Tersedia
pada:
http://www.unit3.perumperhutani.com.
2
Melrimba, Wana Wisata Citeko, Wana Wisata Citamiang, Curug Kembar, Wana
Wisata Bellacampa, Curug Cisuren, Curug Panjang, dan Taman Wisata Matahari3.
Wana Wisata Curug Tujuh Cilember dikenal juga dengan Curug Cilember
merupakan kawasan wisata alam yang mengusung konsep ekowisata. Wana
Wisata ini menyajikan keindahan, kesejukan dan hijaunya hutan hujan tropis
dengan daya tarik utama berupa tujuh buah curug atau air terjun. Selain kegiatan
wisata harian (rekreasi) dan wisata bermalam (jungle lodge dan tenda), wisatawan
dapat melakukan kegiatan-kegiatan di alam terbuka (outdoor activity program)
lainnya, seperti pendidikan/pengenalan lingkungan dan konservasi alam (ecoeducation), outbound & gathering (low impact, high impact, extreme impact),
jungle trekking, shooting film, fotografi, foto hoby, dan foto pre-wedding.
Terhitung dari bulan Agustus 2011 sampai bulan Agustus 2012, jumlah
pengunjung Wana Wisata Curug Tujuh Cilember mengalami fluktuasi jumlah
pengunjung perbulannya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Jumlah wisatawan Wana Wisata Curug Tujuh Cilember dari bulan
Agustus 2011 sampai Agustus 2012
Bulan-Tahun
Agustus 2011
September 2011
Oktober 2011
November 2011
Desember 2011
Januari 2012
Februari 2012
Maret 2012
April 2012
Mei 2012
Juni 2012
Juli 2012
Agustus 2012
Wisatawan Lokal
4.181
30.286
15.166
10.661
19.823
12.695
9.546
13.869
14.834
17.565
18.605
16.026
27.047
Wisatawan
Mancanegara
282
3.490
2.127
2.247
1.050
2.139
1.416
1.647
1.311
1.268
3.092
1.684
917
Total
4.463
33.776
17.293
12.908
20.873
14.834
10.962
15.516
16.145
18.833
21.697
17.710
27.964
[Disbudpar] Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor. 2011. Daftar nama
obyek wisata di Kabupaten Bogor. Bogor (ID): Disbudpar.
3
agar menarik minat konsumen untuk membeli barang atau jasa yang ditawarkan
produsen atau penjual. Melalui promosi ini pengelola Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember dapat menyampaikan pesan yang berisi tentang informasi paket-paket
wisata yang ada, ajakan mengunjungi, pemberitahuan diskon, dan masa promosi.
Dalam menerapkan strategi promosi, maka perlu diperhatikan elemen bauran
komunikasi pemasaran yang digunakan, yaitu komunikasi personal, periklanan,
publisitas dan hubungan masyarakat, promosi penjualan, materi pembelajaran, dan
corporate design (Lovelock dan Wright 2002).
Keberhasilan suatu usaha ekowisata terletak pada datangnya wisatawan.
Oleh karena itu, pemasaran dan promosi menjadi langkah penting dalam
memperkenalkan kawasan ekowisata. Secara keseluruhan, penelitian ini ingin
menjawab pertanyaan utama yaitu bagaimana strategi komunikasi pemasaran
yang bisa dikembangkan di Wana Wisata Curug Tujuh Cilember Cisarua
Kabupaten Bogor.
Perumusan Masalah
Susunan perumusan masalah sebagai berikut:
1. Sejauhmana tingkat kekuatan rancangan pesan, ragam media penyampaian
pesan, frekuensi penyampaian pesan dalam kegiatan komunikasi pemasaran
serta tingkat efektivitas komunikasi pemasaran Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember?
2. Sejauhmana hubungan antara kekuatan rancangan pesan, ragam media
penyampaian pesan, frekuensi penyampaian pesan dan efektivitas
komunikasi pemasaran Wana Wisata Curug Tujuh Cilember?
3. Bagaimana strategi komunikasi pemasaran yang bisa dikembangkan di
Wana Wisata Curug Tujuh Cilember?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang dilakukan adalah:
1. Mengidentifikasi tingkat kekuatan rancangan pesan, ragam media
penyampaian pesan, frekuensi penyampaian pesan, serta tingkat efektivitas
komunikasi dalam kegiatan komunikasi pemasaran Wana Wisata Curug
Tujuh Cilember
2. Menganalisis hubungan antara kekuatan rancangan pesan, ragam media
penyampaian pesan, frekuensi penyampaian pesan dan efektivitas
komunikasi pemasaran Wana Wisata Curug Tujuh Cilember.
2. Mengetahui strategi komunikasi pemasaran yang bisa dikembangkan di
Wana Wisata Curug Tujuh Cilember?
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan informasi mengenai
efektivitas komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh pengelola Wana Wisata
Curug Tujuh Cilember, serta strategi komunikasi pemasaran yang tepat yang bisa
4
dikembangkan di Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Oleh karena itu, penelitian
ini diharapkan memberikan kegunaan bagi peneliti dan pihak lain, yaitu:
1) Bagi Pengelola
Sebagai masukan bagi pengelola Wana Wisata Curug Tujuh Cilember yang
bermanfaat sebagai bahan pertimbangan penyusunan strategi komunikasi
pemasaran.
2) Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat untuk mengetahui
bagaimana pengelola kawasan ekowisata melakukan kegiatan komunikasi
pemasaran lebih baik dan masyarakat dapat turut serta menjaga kawasan
tersebut.
3) Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan mengenai strategi komunikasi
pemasaran yang dapat digunakan dalam mengelola kawasan ekowisata,
serta menjadi literatur bagi akademisi yang ingin mengkaji lebih jauh
mengenai strategi komunikasi pemasaran suatu kawasan ekowisata milik
pemerintah.
TINJAUAN PUSTAKA
Komunikasi
Komunikasi berasal dari kata communication, dari kata dasar communis,
yang berarti kesamaan dalam suatu hal. Komunikasi lebih berarti dua orang
berbagi informasi bersama daripada seseorang memberi informasi dan orang lain
menerima (Lubis 2009).
Rogers dalam Cangara (1998) dalam Mulyana (2001) menyatakan
komunikasi sebagai proses ketika suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu
penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.
Proses komunikasi terjadi karena ada unsur yang melakukan proses komunikasi.
Menurut Berlo (1960) dalam Lubis (2009), terdapat enam unsur komunikasi, yaitu
sebagai berkut:
a. Sumber merupakan orang atau sekelompok orang yang sengaja dan
bertujuan untuk berkomunikasi, dalam beberapa model komunikasi sumber
disamakan dengan pengirim pesan (encoder).
b. Penerima yaitu orang atau sekelompok orang yang menjadi sasaran
komunikasi, atau disamakan dengan decoder.
c. Pesan sangat diutamakan dalam proses komunikasi, apakah mencapai
kesamaan makna antara pengirim dan penerima pesan. Pesan dapat berupa
ide atau tujuan, yang dikemukakan dalam bentuk kode atau kumpulan
simbol yang tersusun secara sistematis.
d. Saluran mencakup tiga pengertian, yaitu moda pesan, kendaraan pesan, dan
pembawa pesan.
e. Akibat adalah hasil komunikasi atau respon penerima terhadap pesan yang
disampaikan oleh sumber. Ada akibat komunikasi yang langsung terlihat,
misalnya mengangguk atau memberi sesuatu karena terpengaruh oleh iklan.
Ada juga akibat yang tidak terlihat langsung, seperti perubahan motivasi.
f. Umpan-balik adalah respon penerima yang diterima oleh sumber. Umpanbalik dapat berupa isyarat nonverbal dan dapat berupa verbal.
Efektivitas Komunikasi
Proses komunikasi dikatakan tidak efektif jika sumber gagal dalam
mendorong penerima pesan untuk bertindak. Komunikasi yang efektif menurut
Tubbs dan Moss (1974) dalam Rakhmat (2004) yaitu komunikasi yang paling
tidak menimbulkan lima hal, yaitu:
a. Pengertian, artinya penerimaan yang cermat dari isi stimulus seperti yang
dimaksud oleh komunikator.
b. Kesenangan, artinya tidak semua informasi disampaikan untuk
menyampaikan informasi, dan membentuk pengertian, akan tetapi juga
dilakukan untuk menimbulkan kesenangan.
c. Pengaruh pada sikap. Komunikasi seringkali dilakukan dengan tujuan untuk
mempengaruhi orang lain. Komunikasi yang efektif ditandai dengan
perubahan sikap, perilaku, atau pendapat komunikan sesuai dengan
kehendak komunikator.
6
d. Hubungan sosial yang baik. Komunikasi juga ditunjukan untuk
menumbuhkan hubungan sosial yang baik. Manusia adalah makhluk sosial
yang tidak tahan hidup sendiri.
e. Tindakan efektivitas komunikasi biasanya diukur dari tindakan nyata yang
dilakukan komunikan.
Effendy (2003) menyatakan bahwa efektivitas komunikasi adalah kondisi
adanya kesamaan makna terhadap pesan komunikasi ketika hal tersebut dapat
dikatakan efektif jika dapat menimbulkan dampak: (1) kognitif, yakni
berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak
tahu menjadi merasa jelas, (2) afektif, yakni berkaitan dengan perasaan, dan (3)
konatif, yakni bersangkutan dengan niat, tekad, upaya, usaha yang cenderung
menjadi suatu kegiatan atau tindakan.
Komunikasi Pemasaran
Komunikasi pemasaran menurut Tjiptono (2008) adalah aktivitas pemasaran
yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan/atau
mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia
menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang
bersangkutan. Kotler (2000) dalam Kusumastuti (2009) mengartikan komunikasi
pemasaran sebagai usaha untuk menyampaikan pesan kepada publik, terutama
konsumen sasaran, mengenai keberadaan suatu produk di pasar.
Menurut Kusumastuti (2009), pemasaran dan komunikasi memiliki
hubungan yang erat dan tidak dapat dipisahkan. Hal ini dikarenakan komunikasi
dan pemasaran memegang peranan penting bagi dunia bisnis. Lovelock dan
Wrigth (2002) menyatakan bahwa tidak ada program pemasaran yang dapat
sukses tanpa suatu program komunikasi yang efektif.
Pemahaman
Gagasan
MEDIA
Pengirim
ENCODE
DECODE
PESAN
DECODE
FEEDBACK
ENCODE
Pemahaman
GANGGUAN
Gangguan fisik
Masalah semantik
Perbedaan Budaya
Ketiadaan feedback
Efek status
Penerima
Response
7
Pengirim pesan dalam hal ini pengelola kawasan ekowisata harus
memahami siapa sasaran yang dituju, yaitu pengunjung aktual dan pengunjung
potensial kawasan ekowisata dan respon apa yang diharapkan. Pengirim pesan
juga harus melakukan proses encoding (menerjemahkan pesan ke dalam simbolsimbol tertentu, seperti tulisan, kata-kata, gambar, bahasa tubuh), sehingga pesan
yang disampaikan bisa dipahami dan diinterpretasikan sama oleh penerima pesan
dalam proses decoding (menerjemahkan simbol ke dalam makna atau pemahaman
tertentu) yang biasa dilakukan. Selain itu, pengirim pesan harus menyampaikan
pesan yang dimaksud melalui saluran atau media yang tepat menjangkau
penerima pesan yang diinginkan serta mengembangkan umpan balik, sehingga
dapat memantau respon penerima pesan yang bersangkutan. Namun perlu
diperhatikan juga bahwa dalam proses komunikasi, terdapat gangguan/noise
misalnya bunyi dering telepon ketika di tengah presentasi kepada calon
pengunjung, masalah semantik, perbedaan budaya, dan ketiadaan umpan balik
(Markenesis 2009).
Salah satu kegiatan komunikasi pemasaran adalah promosi. Promosi dan
komunikasi pemasaran menurut Kusumastuti (2009) merupakan dua hal yang
berhubungan satu sama lain, sehingga dibutuhkan perencanaan komunikasi
pemasaran yang tepat agar kegiatan pemasaran dapat berjalan efektif. Begitu juga
dalam kegiatan promosi Wana Wisata Curug Cilember, dibutuhkan perencanaan
komunikasi pemasaran yang efektif agar jumlah pengunjung Wana Wisata ini
semakin meningkat dan menarik calon pengunjung potensial, baik dari dalam
negeri maupun luar negeri.
Pemasaran wisata berbeda dengan pemasaran produk-produk pada
umumnya. Konsep pariwisata bisa dikatakan sebuah konsep yang termasuk dalam
bidang jasa. Jasa menurut Kotler et al. (1996) dalam Tjiptono (2008) adalah setiap
tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain
yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak
menghasilkan kepemilikan sesuatu.
Marpaung (2002) melihat bahwa pemasaran wisata mencakup menemukan
apa yang menjadi keinginan konsumen (market research), mengembangkan
pemberian pelayanan yang sesuai kepada wisatawan (product planning),
pemberitahuan tentang produk yang dibuat (advertising and promotion), dan
memberikan instruksi ketika mereka dapat memperoleh produk-produk tersebut
(channels of distribution-tour operator and travel agent).
Komunikasi pemasaran menurut Tjiptono (2008) memiliki tiga tujuan utama,
yaitu untuk menyebarkan informasi, mempengaruhi untuk melakukan pembelian
atau menarik konsumen, dan mengingatkan khalayak untuk melakukan pembelian
ulang. Komunikasi pemasaran bertujuan untuk memberikan informasi kepada
masyarakat mengenai produk yang dimiliki perusahaan serta membujuk
konsumen untuk melakukan pembelian terhadap produk tersebut. Produk
perusahaan akan dikenal oleh masyarakat jika dilakukan komunikasi yang efektif
mengenai produk tersebut kepada masyarakat.
8
Media Komunikasi Pemasaran
Pemasar layanan jasa memiliki akses terhadap berbagai bentuk komunikasi,
secara kolektif disebut sebagai bauran komunikasi pemasaran. Berbagai elemen
bauran komunikasi pemasaran mempunyai kemampuan tertentu tergantung
kepada tipe pesan yang dibawa dan segmen pasar yang paling mungkin dijangkau
(Lovelock dan Wrigth 2002). Berikut elemen bauran komunikasi pemasaran
mencakup komunikasi personal, periklanan, publisitas dan hubungan masyarakat,
promosi penjualan, materi pembelajaran, dan corporate design.
Tabel 2 Elemen bauran komunikasi pemasaran
Komunikasi
Personal
Periklanan
Promosi
Penjualan
Publisitas/
Materi
Corporate
Hubungan
pembelajaran
Design
Masyarakat
Penjualan
Broadcast
Sampling
Press
Web sites
Petunjuk
tatap muka
/Siaran
Kupon
releases/kits
Buku panduan arah
Telemarketing Media cetak Diskon
Konferensi
Brosur
Dekorasi
Customer
Internet
Rabat
pers
Video-Audio
interior
services
Media luar
Hadiah
Acara khusus
cassettes
Kendaraan
Customer
ruang
Promosi
Pameran
Software/CD
Peralatan
training
(outdoor)
hadiah
dagang/
ROM
Alat tulis
Word of mouth Direct Mail
ekshibisi
Voice Mail
Seragam
Sponsorship
Sumber: Diadopsi dari Lovelock dan Wright (2002). Principles of services marketing and
management, International edition. Upper Slide River New Jersey [USA]: Pearson Education.
Komunikasi Personal
Komunikasi Personal mencakup penjualan tatap muka, telemarketing, customer
training, customer service, dan word of mouth (komunikasi dari mulut ke mulut).
Berikut penjelasan dari masing-masing media komunikasi pemasaran.
a. Penjualan Tatap Muka (Personal Selling)
Penjualan tatap muka digunakan sebagai suatu cara untuk menyampaikan
informasi dan sekaligus membujuk calon pelanggan untuk melakukan
pembelian (Yoeti 2006). Program penjualan tatap muka menawarkan
keuntungan strategis yang nyata. Keuntungan tersebut menurut Engel et al.
(1991) sebagai berikut:
1. Komunikasi tatap muka. Dengan demikian, akan mungkin untuk
mencapai bagian ketika empati dan makna dapat dipertukarkan.
2. Umpan balik langsung. Jika usaha pertama keluar dari target,
kemampuan yang digunakan untuk mendapat umpan balik langsung
memungkinkan karena ada kesempatan untuk mencoba lagi untuk
membangun kepercayaan konsumen.
3. Keterbukaan secara sengaja. Hal ini berarti konsumen secara aktif
mencari informasi atau membantu dan karena itu akan mau menerima
proses apa yang dikatakan.
b. Customer Services
Pegawai di posisi customer sevice selalu bertanggung jawab dalam
menyediakan berbagai layanan tambahan, seperti penyediaan informasi,
pemesanan, penerimaan pembayaran, dan pemecahan masalah. Pelanggan
baru, khususnya, selalu bergantung kepada customer service untuk
membantu mempelajari bagaimana menggunakan layanan jasa secara efektif
9
dan bagaimana menyelesaikan masalah yang dihadapi ketika menggunakan
produk tersebut (Lovelock dan Wright 2002).
c. Customer Training
Berbagai perusahaan, khususnya mereka yang menjual layanan jasa
bussines to bussines, menawarkan pelatihan formal untuk memperkenalkan
pelanggan mereka dengan produk layanan dan mengajarkan bagaimana
menggunakannya untuk kepentingan mereka (Lovelock dan Wright 2002).
d. Word of Mouth
Sumarwan (2004) menyatakan bahwa komunikasi lisan (word of mouth)
merupakan pertukaran ide, pikiran, dan komentar antara dua atau lebih
konsumen, dan tidak satupun dari mereka adalah pemasar. Menurut
Lovelock dan Wright (2002), rekomendasi dari pelanggan lain dapat
memiliki pengaruh kuat pada keputusan orang untuk menggunakan layanan,
tetapi komunikasi pemasaran dari mulut ke mulut sulit dikontrol oleh
perusahaan.
Beberapa pengiklan mencoba mendorong komentar positif dari pelanggan
bagaimana mereka telah menggunakan jasa. Dalam usaha untuk
menyampaikan komunikasi lisan (word of mouth), iklan dan brosur kadangkadang mencantumkan kesan dari konsumen yang puas terhadap produk
jasa (Lovelock dan Wright 2002).
Periklanan
Periklanan merupakan segala bentuk presentasi dan promosi gagasan,
barang atau jasa yang dibayar oleh sponsor yang teridentifikasi (Markenesis 2009).
Periklanan memiliki keunggulan berupa:
1. Presentasi publik, yaitu menawarkan pesan yang sama kepada banyak orang.
2. Pervasiveness, yaitu memungkinkan produsen untuk mengulang pesan
berulang kali dan sekaligus memberikan kesempatan kepada publik untuk
menerima dan membandingkan pesan dari sejumlah produsen yang saling
bersaing.
3. Amplified expressiveness, yakni memberikan peluang untuk mendramatisasi
perusahaan dan produknya melalui pemanfaatan suara, gambar, warna,
bentuk, dan tata cahaya.
4. Impersonality, artinya publik tidak merasa wajib memperhatikan atau
merespon iklan, karena iklan bersifat monolog.
Susunan yang luas dari media iklan berbayar banyak tersedia, termasuk
siaran (TV dan radio), media cetak (majalah dan koran), teater film, dan banyak
tipe-tipe media luar ruang (poster, billboard/papan reklame, papan pesan
elektronik, serta eksterior bus dan sepeda). Pesan iklan dikirim melalui media
massa seringkali diperkuat oleh alat pemasaran langsung seperti surat,
telemarketing, faks, atau email (Lovelock dan Wright 2002).
Salah satu instrumen penting dalam pemasaran langsung adalah iklan
tanggapan langsung yaitu iklan ketika suatu produk yang dipromosikan melalui
media massa meminta atau mendorong konsumen untuk membeli produk
bersangkutan langsung kepada pembuatnya. Teknik pemasaran langsung juga
digunakan untuk mendistribusikan contoh produk (Morrisan 2010).
Promosi Penjualan
Promosi penjualan merupakan berbagai macam insentif jangka pendek,
seperti undian, kupon/voucher, diskon, kontes, sampel, trading stamps, point of
10
purchase display, dan potongan rabat (Amir 2005). Promosi penjualan cenderung
efektif untuk menciptakan respon pembeli yang kuat dan segera, mendramatisasi
penawaran produk, dan mendongkrak penjualan dalam jangka pendek
(Markenesis 2009).
Pada umumnya, menurut Amir (2005) promosi penjualan memberikan
manfaat sebagai berikut:
1. Komunikasi
Promosi penjualan menarik pemirsanya karena memberikan informasi yang
menggiring orang terhadap suatu produk.
2. Insentif
Promosi penjualan memberikan sebuah insentif, yang menjadi rangsangan
bagi pemirsanya. Bentuk promosi ini selalu memiliki sesuatu yang
memberikan sesuatu yang memberikan nilai tertentu kepada konsumen.
3. Mengundang
Penawaran pada promosi penjualan bersifat segera. Pemirsa diharapkan
segera mungkin untuk bertindak.
Tjiptono (2008) mengelompokkan promosi penjualan yang dilakukan oleh
penjual dapat berdasarkan tujuan yang ingin dicapai sebagai berikut:
1. Consumer promotion, yaitu promosi penjualan yang bertujuan untuk
merangsang/mendorong pelanggan untuk membeli.
2. Trade promotion, bertujuan untuk mendorong/merangsang pedagang grosir,
pengecer, eksportir, dan importir untuk memperdagangkan barang/jasa dari
sponsor.
3. Sales-force promotion, yaitu promosi penjualan yang bertujuan untuk
memotivasi armada penjual.
4. Business promotion, bertujuan untuk memperoleh pelanggan baru,
mempertahankan kontak hubungan dengan pelanggan, memperkenalkan
produk baru, menjual lebih banyak kepada pelanggan lama, dan mendidik
pelanggan.
Hubungan Masyarakat dan Publisitas
Usaha kehumasan membantu mempertahankan dan meningkatkan citra
produk atau perusahaan. Beberapa keunggulan kehumasan dan publisitas
dipaparkan Amir (2005) yaitu kredibilitas yang tinggi, alternatif alat komunikasi,
dan dramatisasi perusahaan atau produk.
Kredibilitas yang tinggi menurut Amir (2005) ditentukan oleh berbagai
liputan tentang perusahaan yang dibuat oleh para jurnalis. Nilai dari sebuah
liputan di media terkemuka lebih tinggi nilainya daripada nilai sebuah iklan.
Kehumasan bisa menjadi alternatif alat komunikasi bagi konsumen yang tidak
senang dengan cara komunikasi pemasaran atau alergi dengan iklan.
Public Relations atau hubungan masyarakat memiliki beragam fungsi
(Tjiptono 2008), di antaranya:
a. Press relations, yaitu menyajikan berita dan informasi mengenai organisasi
yang positif untuk layak dimuat di surat kabar.
b. Product publicity, yakni mempublikasikan produk-produk tertentu.
c. Coporate communication, mencakup komunikasi internal dan eksternal,
serta mempromosikan pemahaman tentang organisasi.
11
d. Lobbying, usaha untuk bekerjasama dengan pembuat undang-undang dan
pejabat pemerintah sehingga perusahaan mendapatkan informasi-informasi
penting yang berharga.
e. Counseling, memberi saran dan pendapat kepada manajemen mengenai
masalah-masalah yang berkaitan dengan publik dan mengenai posisi serta
citra perusahaan.
Implementasi public relations dalam sejumlah program menurut Lovelock
dan Wright (2002) meliputi press releases, konferensi pers, acara khusus (special
events), ekshibisi, pameran dagang, dan sponsorship. Elemen dasar dalam stategi
kehumasan adalah persiapan dan distribusi press release (termasuk foto dan/atau
video) yang memuat berita mengenai perusahaan, produk perusahaan, dan
pegawainya.
Lovelock dan Wrigth (2002) juga berpendapat bahwa teknik kehumasan
yang biasa digunakan secara luas mencakup pengakuan dan program hadiah,
mendapatkan kesan dari tokoh masyarakat, keterlibatan dan dukungan masyarakat,
penggalangan dana, dan mendapatkan publisitas yang menguntungkan bagi
organisasi melalui acara khusus.
Materi Pembelajaran (Instructional Materials)
Promosi dan pembelajaran seringkali berjalan beriringan. Terdapat beberapa
poin dalam mempromosikan layanan baru (atau fitur layanan tertentu) jika orangorang tidak yakin atau tidak tahu akan manfaatnya. Penyedia layanan jasa sering
dipanggil untuk menjelaskan hal tersebut, tapi penyedia jasa tidak selalu siap
sedia di lokasi jika konsumen membutuhkan mereka. Beberapa perusahaan
menawarkan panggilan telepon gratis atau menyediakan material cetak, video,
atau instruksi suara, atau informasi website (Lovelock dan Wright 2002).
Dewasa ini, banyak materi pembelajaran berbasis teknologi. Melalui website,
konsumen dapat mengakses kebutuhan informasi dari rumah atau dari kantor. Jasa
penerbangan menampilkan film untuk mengilustrasikan prosedur keamanan
penerbangan (Lovelock dan Wright 2002).
Corporate Design
Strategi corporate design biasanya diciptakan oleh konsultan luar
perusahaan dan mencakup beberapa media, misalnya alat tulis, petunjuk arah,
seragam, dan skema warna untuk lukisan kendaraan, peralatan, dan interior
gedung. Tujuannya adalah untuk dikenali dan diingat sebagai brand layanan jasa
(Lovelock dan Wright 2002). Dalam bidang pariwisata, pengelola wisata biasanya
menggunakan corporate design seperti seragam pengelola wisata, dan warna cat
tembok di tiket masuk atau bangunan-bangunan dalam lokasi wisata.
12
Strategi komunikasi pemasaran, menurut Kusumastuti (2009), bertujuan
untuk mencapai tahap perubahan pengetahuan. Dalam perubahan ini, konsumen
mengetahui keberadaan sebuah produk, untuk apa produk itu diciptakan, dan
ditujukan untuk siapa. Menurut Kusumastuti, pada tahap perubahan pengetahuan
(kognitif), pesan komunikasi baik verbal maupun nonverbal diarahkan pada
pembombastisan informasi tentang produk. Pada tahap perubahan sikap (afektif),
pesan bertujuan untuk memperkuat kedudukan merek dengan menggunakan
strategi pesan semisal kelebihan produk, gaya hidup, dan citra perusahaan. Pada
tahap perubahan perilaku (konatif), pesan bertujuan untuk menunjukkan alasan
mengapa produk adalah produk terbaik jika dibandingkan dengan produk lain dan
menumbuhkan emosional terhadap brand.
Terdapat delapan langkah dalam mengembangkan program komunikasi
pemasaran yang efektif (Kusumastuti 2009), yaitu :
1. Mengidentifikasi penerima pesan yang dituju
Penerima pesan dapat diartikan sebagai calon pembeli, pemakai saat ini,
penentu keputusan, atau pihak yang memengaruhi. Penerima pesan itu dapat
terdiri dari individu, kelompok, masyarakat tertentu atau masyarakat umum.
Penerima pesan dalam hal ini pengunjung Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember.
2. Menetukan tujuan komunikasi
Tujuan komunikasi yang diharapkan adalah calon pembeli melakukan
pembelian, merasakan kepuasan, dan menimbulkan cerita yang baik dari
mulut ke mulut.
3. Merancang pesan
Pesan harus dapat menarik perhatian, mempertahankan ketertarikan,
membangkitkan keinginan, dan menggerakkan tindakan. Memformulasikan
isi pesan memerlukan pemecahan atas isi pesan, struktur pesan, format
pesan, dan sumber pesan.
4. Memilih saluran komunikasi
Saluran komunikasi terdiri dari dua jenis, yaitu saluran komunikasi personal,
mencakup dua orang atau lebih yang berkomunikasi secara langsung satu
sama lain, dan saluran komunikasi nonpersonal, yakni menyampaikan pesan
melalui media, atmosfer, dan acara.
5. Menentukan total anggaran promosi
Terdapat empat prinsip utama yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun
anggaran promosi, yakni sesuai kemampuan, presentasi penjualan,
keseimbangan persaingan, serta tujuan dan tugas.
6. Membuat keputusan atas bauran promosi
Perusahaan harus mendistribusikan total anggaran promosi untuk alat
promosi. Pada umumnya perusahaan selalu mencari cara untuk memperoleh
efisiensi dengan menyubstitusikan suatu alat promosi dengan alat promosi
yang lainnya.
7. Mengukur hasil promosi
Mengukur hasil promosi dapat dilihat melalui dampaknya pada khalayak
sasaran. Hal ini mencakup menanyakan khalayak sasaran apakah mereka
mengenali atau mengingat pesan yang telah disampaikan, berapa kali
mereka melihatnya, hal apa saja yang mereka ingat, bagaimana perasaan
mereka tentang pesan tersebut, dan sikap mereka sebelumnya.
13
8. Mengelola dan mengoordinasikan proses komunikasi pemasaran terintegrasi
Berkembangnya berbagai jenis media baru dan semakin canggihnya
konsumen dapat dijadikan starategi menyampaikan pesan kepada konsumen.
Yassiranda (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Strategi Komunikasi
Pemasaran Kawasan Ekowisata Berbasis Masyarakat mengukur efektivitas
komunikasi pemasaran melalui tiga variabel, yaitu rancangan pesan, ragam media
yang digunakan, dan frekuensi penyampaian pesan. Dalam penelitian ini,
efektivitas komunikasi pemasaran di Wana Wisata Curug Tujuh Cilember diukur
melalui tiga variabel, yaitu kekuatan rancangan pesan, frekuensi penyampaian
pesan, dan ragam media penyampaian pesan. Secara lebih rinci dapat dilihat pada
penjelasan berikut ini:
1. Kekuatan rancangan pesan
Pesan yang disampaikan dalam mengembangkan komunikasi pemasaran
yang efektif harus dirancang agar idealnya dapat menarik perhatian
konsumen. Analisis komunikasi pemasaran verbal maupun visual dapat
dilakukan dengan merujuk pada teori ANSVA dari Alan H Monroe.
Menurut Monroe dalam Kusumastuti (2009) terdapat lima tahapan urutan
motif sesuai cara berfikir manusia dalam formula ANSVA.
Attention merupakan upaya untuk menimbulkan perhatian masyarakat luas,
sehingga timbul ketertarikan dalam diri masyarakat untuk melihat atau
membaca informasi yang disampaikan. Need merupakan bagaimana
komunikasi pemasaran yang tersedia mampu memenuhi kebutuhan pembaca,
seperti biaya, akses jalan dan transportasi menuju lokas wisata, fasilitas
yang tersedia di lokas wisata, serta informasi mengenai obyek daya tarik
wisata tersebut. Satisfaction merupakan tingkat kepuasan pengunjung
berdasarkan informasi yang diterima melalui media promosi. Visualization
merupakan pendapat pengunjung mengenai penggambaran isi pesan yang
disampaikan, seperti gambar/foto, penjelasan dalam website, leaflet, brosur,
atau majalah mengenai keadaan atau kondisi lokasi wisata. Action
menggambarkan tingkat keinginan pengunjung untuk melakukan pembelian,
dalam hal ini untuk berkunjung ke lokasi wisata.
2. Ragam media yang digunakan
Ragam media merupakan jenis alat-alat komunikasi pemasaran untuk
memperomosikan suatu produk atau jasa. Lovelock dan Wright (2002)
menyatakan bahwa elemen bauran komunikasi pemasaran terdiri dari
komunikas personal, periklanan, promosi penjualan, humas dan publisitas,
materi pembelajaran, dan corporate design.
3. Frekuensi penyampaian pesan
Menurut Morrisan (2010), frekuensi adalah jumlah waktu rata-rata mereka
yang terjangkau memiliki peluang terekspos oleh pesan merek dalam suatu
periode waktu tertentu. Frekuensi penyampaian pesan berarti jumlah
(banyaknya) pengulangan informasi mengenai Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember yang diterima oleh responden melalui berbagai media komunikasi
pemasaran.
14
Industri Pariwisata
Pariwisata merupakan suatu perjalanan terencana yang dilakukan secara
individu atau kelompok dari satu tempat ke tempat lain dengan tujuan untuk
mendapatkan kepuasan dan kesenangan (Wardiyanto dan Baiquni 2010).
Pariwisata menjadi sektor industri yang tidak hanya memberikan dampak
ekonomi, seperti meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, tetapi juga
memberikan dampak lingkungan. Dampak lingkungan yang mungkin timbul
adalah polusi udara, air, kerusakan lingkungan, dan permasalahan sampah.
Menurut Yoeti (2008), industri pariwisata secara khusus dikatakan sangat
efektif dalam mendukung usaha kecil dan penciptaan kesempatan kerja untuk
kalangan usia muda serta menyebarkan peluang kesempatan kerja, baik dalam
ruang lingkup regional, nasional maupun internasional. Dengan adanya industri
pariwisata, maka akan membuka lapangan kerja baru seperti dalam hal
transportasi, akomodasi, penginapan, maupun dalam hal kerajinan tangan. Hal
inilah yang menjadi daya tarik untuk mengukur seberapa besar suatu industri
pariwisata yang dipasarkan melalui media promosi yang efektif mampu
mempengaruhi perekonomian masyarakat maupun kesejahteraan masyarakat yang
terlibat dalam kegiatan pemasaran tersebut (Yoeti 2008).
Wana Wisata
Wisata alam merupakan potensi bisnis masa depan yang menjanjikan dan
merupakan salah satu sektor penting penting pembangunan. Kegiatan wisata alam
menurut Duffus dan Dearden (1990) dalam Supriatna (2008) pada dasarnya
adalah menikmati alam secara nonkonsumtif melalui kegiatan seperti berjalan
kaki, menyelam, fotografi, mengamati paus, burung, dan lainnya.
Wana wisata adalah suatu kawasan hutan yang karena keindahan ataupun
keunikan alamnya dapat dijadikan tempat untuk kegiatan wisata yang berkaitan
dengan ilmu pengetahuan, pendidikan, penelitian, wisata alam, dan olahraga tanpa
mengubah fungsi kawasan hutan tersebut (Perum Perhutani dan PPK ITB 2000).
Menurut Arief et al. (2001), tujuan dari pembangunan wana wisata dan
obyek wisata alam hutan oleh Perum Perhutani, antara lain:
1. Menyediakan sarana rekreasi bagi masyarakat yang sehat dan murah.
2. Menyediakan sarana pendidikan dan ilmu pengetahuan untuk penelitian
berbagai manfaat flora, fauna dan ekosistem.
3. Merangsang pertumbuhan rasa cinta alam dan lingkungan utamanya bagi
generasi muda.
4. Memelihara kelestarian sumber plasma nutfah dan konservasi hutan, tanah
dan air.
5. Menggali potensi ekonomi yang terkandung di dalam hutan melalui
penjualan jasa wisata.
6. Menunjang pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui perluasan lapangan
kerja dan lapangan usaha.
Pengembangan wana wisata ini pada akhirnya diarahkan pada kebijakan
ekowisata. Istilah ekowisata menurut DPP et al (2009) dapat diartikan sebagai
perjalanan oleh seorang turis ke daerah terpencil dengan tujuan menikmati dan
15
mempelajari mengenai alam, sejarah dan budaya di suatu daerah, ketika pola
wisatanya membantu ekonomi masyarakat lokal dan mendukung pelestarian alam.
Para pelaku dan pakar di bidang ekowisata sepakat untuk menekankan bahwa pola
ekowisata sebaiknya meminimalkan dampak yang negatif terhadap lingkungan
dan budaya setempat dan mampu meningkatkan pendapatan ekonomi bagi
masyarakat setempat dan nilai konservasi (DPP et al 2009).
Menurut Supriatna (2008), secara konseptual ekowisata merupakan konsep
pengembangan pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upayaupaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan, sehingga memberikan manfaat ekonomi kepada
masyarakat setempat.
Lima prinsip dasar ekowisata menurut Muntasib et al. (2000) yaitu:
1. Nature Based, produk dan pasar yang berdasar pada alam.
2. Ecologically sustainable, pelaksanaan dan manajemen berkelanjutan.
3. Environmentally educative, pendidikan lingkungan bagi pengelola dan
pengunjung.
4. Bermanfaat untuk masyarakat lokal.
5. Memberikan kepuasan bagi wisatawan.
Menurut Supriatna (2008), terdapat aspek-aspek yang perlu
dipertimbangkan dalam pengelolaan kawasan ekowisata, di antaranya yaitu
pemasaran dan promosi. Kedua hal itu tidak dapat dilupakan dalam
pengembangan kawasan ekowisata. Keberhasilan suatu usaha ekowisata terletak
pada datangnya wisatawan. Oleh karena itu, pemasaran dan promosi menjadi
langkah penting dalam memperkenalkan kawasan ekowisata. Langkah ini dapat
dilakukan melalui media cetak, audiovisual, dan juga internet.
Menurut Sudarto (1999) segmen pasar ekowisata digolongkan menjadi tiga
bagian berdasarkan golongan umur dan status sosialnya, yaitu:
1. Generasi Pertama (The Silent Generation)
Generasi ini berumur antara 55-64 tahun. Mereka berstatus sosial yang baik.
Mereka rata-rata berpendidikan dan sudah tidak harus memikirkan anakanaknya karena memang rata-rata anaknya sudah mandiri. Dengan bekal
tabungan dan pensiun yang mereka miliki, mereka sanggup melakukan
perjalanan wisata dengan jangkauan kunjungan yang lebih lama (4 minggu)
dan mampu membayar dengan harga yang lebih mahal. Mereka lebih suka
berkunjung ke daerah-daerah yang memiliki fasilitas yang baik dan nyaman
dan aman, tanpa harus menguras banyak tenaga untuk menikmati
pemandangan alam yang ada. Mereka lebih menyukai kunjungan yang
bersifat menikmati pemandangan alamnya itu sendiri.
2. Generasi Kedua (The Baby Boom Generation)
Mereka adalah golongan eksekutif muda yang berumur antara 25-54 tahun
dan mempunyai karir dan kedudukan yang bagus. Mereka lebih suka
berpergian sebagai pasangan atau dengan keluarga dan anak-anaknya. Lama
waktu bepergian antara 2-3 minggu, mampu membayar dengan layak ke
daerah-daerah tujuan yang soft sampai dengan medium adventure. Selain
unsur pendidikan dan pemahaman, maka unsur menikmati pemandangan
alam juga sangat berarti bagi mereka untuk menghilangkan stres akibat
pekerjaan mereka sebagai eksekutif muda.
16
3. Generasi Ketiga ( X Generation)
Generasi ini berumur antara 18-29 tahun, mereka lebih suka berwisata
sebagai backpacker karena rata-rata status mereka yang masih sebagai
pelajar/mahasiswa. Kebutuhan mengenal dunia luar dengan keeksotikan
alam dan budayanya merupakan tujuan utama mereka, sebelum mereka
berjuang untuk mendapatkan karirnya dalam bidang pekerjaan yang mereka
inginkan. Mereka mampu berwisata selama 2-12 bulan dengan pengeluaran
rata-rata $200-500 perbulannya. Dan biasanya dari generasi ini pada suatu
saat akan tumbuh menjadi the baby boom generation di masa 10-15 tahun
kemudian.
17
undangan yang membuka berbagai kesempatan baru dalam kegiatan berusaha, dan
hubungan dengan para pembeli yang akrab.
Ancaman menurut Siagian (2008) yaitu faktor-faktor lingkungan yang tidak
menguntungkan suatu satuan bisnis. Contohnya masuknya pesaing baru di pasar,
pertumbuhan pasar yang lamban, meningkatnya posisi tawar pembeli produk yang
dihasilkan, perkembangan dan perubahan teknologi yang belum dikuasai, dan
perubahan dalam peraturan perundang-undangan yang sifatnya restriktif.
Faktor Internal
Faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan,
dalam hal ini pengelola wisata. Kekuatan menurut Siagian (2008) berupa
kompetensi khusus yang terdapat dalam organisasi yang berakibat pada pemilikan
keunggulan komparatif oleh unit usaha di pasaran.
Kelemahan diartikan sebagai keterbatasan atau kekurangan dalam hal
sumber, keterampilan dan kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi
penampilan kinerja organisasi yang memuaskan. Dalam praktek, berbagai
keterbatasan dan kekurangan kemampuan tersebut bisa dilihat dari sarana dan
prasarana yang dimiliki atau tidak dimiliki, kemampuan manajerial yang rendah,
terampilan pemasaran yang tidak sesuai dengan tuntutan pasar, produk yang tidak
atau kurang diminati oleh para pengguna atau calon pengguna, dan tingkat
perolehan keuntungan yang tidak memadai (Siagian 2008).
Analisis SWOT
Strategi komunikasi pemasaran dapat dikembangkan melalui analisis SWOT.
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan, dalam hal ini strategi pengelola Wana Wisata
Curug Tujuh Cilember. Analisis SWOT didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats)
(Rangkuti 2009).
Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang
(opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strengths)
dan kelemahan (weaknesses). Gambar 2 menunjukkan posisi perusahaan dalam
hal ini pengelola wisata dalam empat kuadran (Rangkuti 2009).
Kuadran 1
: Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Kawasan
ekowisata tersebut memiliki peluang dan kekuatan, sehingga
dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus
ditetapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan
pertumbuhan yang agresif (Growth oriented strategy).
Kuadran 2
: Meskipun menghadapi berbagai ancaman, kawasan ekowisata
ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang
harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi
diversifikasi (produk/pasar).
Kuadran 3
: Pengelola kawasan ekowisata menghadapi peluang pasar yang
sangat besar, tetapi di lain pihak, ia menghadapi beberapa
kendala/kelemahan internal. Fokus strategi pengelola kawasan
18
Kuadran 4
3. Mendukung
strategi turn-around
BERBAGAI
PELUANG
1. Mendukung
strategi agresif
KELEMAHAN
INTERNAL
4. Mendukung strategi
defensif
KEKUATAN
INTERNAL
BERBAGAI
ANCAMAN
2. Mendukung
strategi diversifikasi
Matriks SWOT
Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah
matriks SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang
dan ancaman eksternal dapat dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan
kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya (Rangkuti 2009).
Tabel 3 Matriks SWOT
Faktor Strategi Internal
STRENGTHS (S)
Weaknesses (W)
Tentukan 5-10 faktor- Tentukan 5-10 faktorFaktor
faktor kekuatan internal
faktor
kelemahan
Strategi Eksternal
internal
OPPORTUNITIES (O)
STRATEGI SO
STRATEGI WO
Tentukan 5-10 faktor-faktor Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
peluang eksternal
menggunakan kekuatan meminimalkan
untuk
memanfaatkan kelemahan
untuk
peluang
memanfaatkan peluang
THREATS (T)
STRATEGI ST
STRATEGI WT
Tentukan 5-10 faktor-faktor Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
ancaman eksternal
menggunakan kekuatan meminimalkan
untuk mengatasi ancaman kelemahan
dan
menghindari ancaman
Sumber: Diadopsi dari Rangkuti F (2009). Analisis SWOT teknik membedah kasus bisnis. Jakarta
[ID]: Gramedia Pustaka Utama.
19
Kerangka Penelitian
Karakteristik komunikasi pemasaran Wana Wisata Curug Tujuh Cilember
seperti kekuatan rancangan pesan, ragam media penyampaian pesan, dan
frekuensi penyampaian pesan komunikasi pemasaran memiliki hubungan dengan
efektivitas komunikasi pemasaran yang diterima oleh wisatawan. Setelah
dianalisis efektivitas komunikasi pemasaran, kemudian dibuat formulasi strategi
komunikasi pemasaran yang tepat dalam komunikasi pemasaran Wana Wisata
Curug Cilember
Efektivitas Komunikasi
Pemasaran
Tingkat Kognitif
Tingkat Afektif
Tingkat Konatif
20
Strategi komunikasi pemasaran dilakukan dengan melihat faktor-faktor
internal pengelola wisata yaitu kekurangan dan kelebihan serta faktor-faktor
eksternal melalui peluang dan ancaman yang dihadapi pengelola wisata. Faktorfaktor yang ada dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT untuk membuat
strategi komunikasi pemasaran Wana Wisata Curug Cilember.
Hipotesis Penelitian
1.
2.
3.
Definisi Operasional
1. Komunikasi pemasaran merupakan aktivitas promosi yang berusaha
menyebarkan informasi, mempengaruhi atau membujuk, dan/atau
mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produk atau jasanya agar
bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk atau jasa yang
ditawarkan perusahaan yang bersangkutan (Tjiptono 2008). Kegiatan
komunikasi pemasaran yang efektif dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu
kekuatan rancangan pesan, ragam media penyampaian pesan, dan frekuensi
penyampaian pesan.
a) Kekuatan rancangan pesan adalah tingkat kekuatan desain pesan dalam
memberikan informasi kepada responden. Kekuatan rancangan pesan
diukur berdasarkan lima dimensi, yaitu attention, need, satisfaction,
visualization, dan action.
a.1. Attention merupakan kekuatan pesan untuk menarik perhatian,
diukur berdasarkan seberapa tinggi kekuatan pesan tersebut untuk
dapat menarik perhatian responden. Pengukuran menggunakan
skala ordinal dengan empat kategori, yaitu:
1) Sangat tidak menarik, diberi skor 1
2) Tidak menarik, diberi skor 2
3) Menarik , diberi skor 3
4) Sangat menarik, diberi skor 4
a.2 Need merupakan kebutuhan responden akan informasi yang
disediakan pihak pengelola Wana Wisata Curug Tujuh Cilember.
Pengukuran dilakukan berdasarkan seberapa lengkap informasi
yang disediakan oleh pihak pengelola wana wisata. Pengukuran
menggunakan skala ordinal dengan empat kategori, yaitu:
1) Tidak ada, diberi skor 1
2) Kurang lengkap,diberi skor 2
21
3) Lengkap, diberi skor 3
4) Sangat lengkap, diberi skor 4
a.3 Satisfaction merupakan kepuasan responden terhadap ketersediaan
informasi yang diterima mengenai kawasan Wana Wisata Curug
Tujuh Cilember. Pengukuran menggunakan skala ordinal dengan
empat kategori, yaitu:
1) Sangat tidak puas, diberi skor 1
2) Tidak puas, diberi skor 2
3) Puas, diberi skor 3
4) Sangat puas, diberi skor 4
a.4 Visualization
merupakan
persepsi
responden
mengenai
penggambaran isi pesan yang disampaikan pengelola kawasan
Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Pengukuran menggunakan
skala ordinal dengan empat kategori, yaitu:
1) Tidak ada, diberi skor 1
2) Kurang lengkap, diberi skor 2
3) Lengkap , diberi skor 3
4) Sangat lengkap, diberi skor 4
a.5 Action menggambarkan tingkat keinginan responden untuk
berkunjung ke kawasan Wana Wisata Curug Cilember. Pengukuran
menggunakan skala ordinal dengan empat kategori, yaitu:
1) Sangat lemah, skor 1
2) Lemah, skor 2
3) Kuat , skor 3
4) Sangat kuat, skor 4
Jumlah pertanyaan untuk kekuatan rancangan pesan berjumlah 13
pertanyaan dari keseluruhan dimensi dalam kekuatan rancangan pesan.
Akumulasi skor dikategorikan menjadi tinggi, sedang dan rendah.
Interval = Nilai Tertinggi Nilai Terendah
Jumlah Interval
Jumlah Interval
1) Rendah jika akumulasi skor 13-26
2) Sedang jika akumulasi skor 27-39
3) Tinggi jika akumulasi skor 40-52
b) Ragam media penyampaian pesan adalah sumber-sumber informasi yang
didapatkan oleh pengunjung mengenai Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember melalui media promosi dari elemen bauran komunikasi
pemasaran periklanan, promosi penjualan, humas dan publisitas, media
pembelajaran, dan komunikasi personal. Variabel ragam media
penyampaian pesan diukur berdasarkan media mana yang menjadi
sumber informasi pengunjung yaitu billboard, banner, diskon, liputan
media, roadshow, pameran, website, blog, brosur, dan cerita dari orang
lain. Pengukuran menggunakan skala ordinal, berdasarkan jumlah atau
banyaknya media yang digunakan oleh responden dalam memperoleh
informasi mengenai Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Jika media
tersebut menjadi sumber informasi pengunjung diberi skor 2, jika tidak
menjadi sumber informasi diberi skor 1. Jumlah pertanyaan untuk ragam
22
media penyampaian pesan berjumlah 10 dari keseluruhan dimensi.
Akumulasi skor dikategorikan menjadi tinggi, sedang dan rendah.
Interval = Nilai Tertinggi Nilai Terendah
Jumlah Interval
Jumlah Interval
1) Rendah jika akumulasi skor 10-13,3
2) Sedang jika akumulasi skor 13,4-16,7
3) Tinggi jika akumulasi skor 16,8-20
c) Frekuensi penyampaian pesan, yaitu jumlah informasi yang disampaikan
mengenai wana wisata kepada responden melalui elemen bauran
komunikasi pemasaran: komunikasi personal, periklanan, promosi
penjualan, publisitas/hubungan masyarakat, dan materi pembelajaran.
1) Komunikasi personal mencakup rekomendasi dari penjual maupun
pelanggan lain yang dapat memiliki pengaruh kuat pada keputusan
orang untuk menggunakan layanan. Contohnya word of mouth
(komunikasi lisan), yang dilakukan oleh orang-orang yang memang
pernah berkunjung atau juga orang-orang yang pernah mengakses
website atau mendapat informasi dari media lain dan menyebarkannya
ke orang lain.
2) Periklanan adalah segala bentuk presentasi dan promosi wana wisata
yang dibayar oleh sponsor yang teridentifikasi, atau melalui
penggunaan media luar ruang dan konvensional, contohnya internet,
billboard dan banner.
3) Promosi penjualan adalah kegiatan promosi wana wisata melalui
berbagai macam insentif jangka pendek, misalnya diskon.
4) Humas dan Publisitas. Humas adalah kegiatan promosi untuk
melindungi citra pengelola ekowisata. Publisitas adalah kegiatan
promosi wana wisata melalui penyajian produk secara nonpersonal
lewat media cetak atau elektronik. Contoh seminar, roadshow, liputan
di media, pameran.
5) Materi pembelajaran adalah media yang disediakan oleh pengelola
wana wisata agar dapat dipelajari oleh pengunjung atau calon
pengunjung. Contohnya website dan brosur.
Variabel frekuensi penyampaian pesan diukur berdasarkan seberapa
sering informasi yang disampaikan kepada responden melalui elemenelemen bauran komunikasi pemasaran tersebut. Pengukuran
menggunakan skala ordinal dengan empat kategori, yaitu:
1) Tidak pernah, skor 1
2) Jarang, skor 2
3) Sering, skor 3
4) Sangat Sering, skor 4
Jumlah pertanyaan untuk frekuensi penyampaian berjumlah 10 dari
keseluruhan dimensi dalam elemen bauran komunikasi pemasaran.
Akumulasi skor dikategorikan menjadi tinggi, sedang dan rendah.
Interval = Nilai Tertinggi Nilai Terendah
Jumlah Interval
Jumlah Interval
1) Rendah jika akumulasi skor 10-20
23
2) Sedang jika akumulasi skor 21-30
3) Tinggi jika akumulasi skor 31-40
2. Efektivitas komunikasi adalah kondisi adanya kesamaan makna terhadap
pesan komunikasi ketika hal tersebut dapat dikatakan efektif jika dapat
menimbulkan dampak pada kognitif, afektif, dan konatif.
a) Tingkat Kognitif adalah tingkat pengetahuan responden tentang kondisi
di Wana Wisata Curug Cilember dan kegiatan promosi yang dilakukan.
Pernyataan-pernyataan tersebut terdiri dari pernyataan positif yaitu
jawaban benar adalah jika responden memilih jawaban benar, dan
pernyataan negatif yaitu jawaban benar adalah jika responden memilih
jawaban salah. Setiap jawaban yang benar dari pernyataan diberikan
nilai 3. Sementara jawaban yang salah diberi nilai 2 dan tidak tahu diberi
nilai 1.
Jumlah pernyataan untuk aspek kognitif berjumlah 14. Akumulasi skor
dikategorikan menjadi rendah (1), sedang (2), dan tinggi (3).
Interval = Nilai Tertinggi Nilai Terendah
Jumlah Interval
Jumlah Interval
1) Rendah jika akumulasi skor 14-23,3
2) Sedang jika akumulasi skor 23,4-32,7
3) Tinggi jika akumulasi skor 32,8-42
b) Tingkat afektif adalah respon responden terhadap kawasan Wana Wisata
Curug Cilember. Responden diberikan pernyataan dengan skor:
1) Sangat Setuju, skor 4
2) Setuju, skor 3
3) Tidak Setuju, skor 2
4) Sangat Tidak Setuju, skor 1
Jumlah pernyataan untuk aspek afektif berjumlah 9. Akumulasi skor
dikategorikan menjadi rendah, sedang, dan tinggi.
Interval = Nilai Tertinggi Nilai Terendah
Jumlah Interval
Jumlah Interval
1) Rendah jika akumulasi skor 9-18
2) Sedang jika akumulasi skor 19-27
3) Tinggi jika akumulasi skor 28-36
c) Tingkat konatif adalah niat, tekad, upaya, usaha yang cenderung menjadi
tindakan responden terhadap kawasan Wana Wisata Curug Cilember.
Responden diberikan pernyataan dengan skor:
1) Sangat Setuju, skor 4
2) Setuju, skor 3
3) Tidak Setuju, skor 2
4) Sangat Tidak Setuju , skor 1
Jumlah pernyataan untuk aspek konatif berjumlah 7. Akumulasi skor
dikategorikan menjadi rendah, sedang, dan tinggi.
Interval = Nilai Tertinggi Nilai Terendah
Jumlah Interval
Jumlah Interval
1) Rendah jika akumulasi skor 7-14
24
2) Sedang jika akumulasi skor 15-21
3) Tinggi jika akumulasi skor 22-28
Aspek kognitif, afektif, dan konatif yang telah dikategorikan menjadi
tinggi dengan skor 3, sedang dengan skor 2 dan rendah dengan skor 1
diakumulasikan menjadi efektivitas komunikasi pemasaran (total) dengan
kategori tinggi (3), sedang (2), dan rendah (1).
Interval = Nilai Tertinggi Nilai Terendah
Jumlah Interval
Jumlah Interval
1) Rendah jika akumulasi skor 3-5
2) Sedang jika akumulasi skor 6-7
3) Tinggi jika akumulasi skor 8-9
METODE
Metode yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisis data adalah
kombinasi antara pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan
kuantitatif dilakukan dengan metode survei kepada responden. Survei mengambil
contoh dari satu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpulan data pokok (Effendi dan Singarimbun 2008). Analisis kuantitatif
menggunakan uji korelasi Rank Spearman menggunakan SPSS for Windows
v.17.0 untuk menganalisis hubungan antar variabel.
Sementara pendekatan kualitatif dilakukan melalui melalui wawancara
kepada informan dan observasi di lapangan. Satuan unit analisis responden untuk
data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah indvidu, yaitu
pengunjung Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Populasi penelitian ini adalah
seluruh pengunjung di Wana Wisata Curug Tujuh Cilember pada periode bulan
Agustus 2011 sampai Agustus 2012, yaitu sebanyak 232.974 pengunjung.
Teknik Sampling
Metode yang digunakan dalam penelitian dengan pendekatan kuantitatif
adalah penelitian survei. Penelitian survei mengambil contoh dari satu populasi
dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokok (Effendi
dan Singarimbun 2008).
Pengambilan sampel responden dalam penelitian ini digunakan teknik
nonprobability sampling. Teknik nonprobability sampling digunakan karena
kurangnya kelengkapan data populasi objek penelitian yang tersedia, sehingga
tidak dapat ditentukan kerangka sampling (sampling frame). Penggunaan teknik
ini menyebabkan setiap unsur dalam populasi tidak memiliki kesempatan atau
peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel (Sugiyono 2010).
Prosedur pencarian responden dilakukan dengan teknik sampling purposive,
artinya sampel ditarik dengan pertimbangan tertentu. Teknik ini dilakukan dengan
terlebih dahulu merumuskan kriteria-kriteria yang digunakan sebagai acuan
penarikan sampel. Kriteria pengunjung yang dijadikan responden adalah sebagai
berikut:
26
a. Pengunjung sedang mengunjungi Wana Wisata Curug Tujuh Cilember.
b. Pengunjung berusia mulai dari 15 tahun ke atas dan dianggap memiliki
pendapat mandiri untuk dapat diwawancarai dan mengisi kuesioner.
c. Pengunjung bersedia diwawancarai dan mengisi kuesioner yang
disediakan.
Penentuan kriteria tersebut ditujukan agar responden dapat benar-benar
memberikan penilaian secara obyektif terhadap Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember. Penentuan jumlah contoh atau responden ditentukan berdasarkan hasil
perhitungan menggunakan rumus Slovin (Umar 2004), yaitu:
n=
N
1+Ne2
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
e = nilai kritis (batas ketelitian) yang digunakan (persen kelonggaran penelitian
karena kesalahan pengambilan contoh populasi yang masih dapat ditolerir
atau diinginkan), yaitu 10%.
Data dari Wana Wisata Curug Tujuh Cilember menunjukkan jumlah
wisatawan pada bulan Agustus tahun 2011 sampai bulan Agustus 2012 baik
wisatawan dalam negeri maupun mancanegara sebesar 232.974 pengunjung.
Berdasarkan rumus Slovin, maka diperoleh jumlah responden dengan perhitungan
sebagai berikut:
N = 232.974
n=
232.974
= 99.9570952 ~ 100 orang
1 + 232.974 (0.1)2
Jumlah responden dalam penelitian ini berjumlah 100 orang yang didapat
dari perhitungan rumus Slovin (Umar 2004), yaitu responden yang ditemui di
Wana Wisata Curug Cilember dengan kriteria yang telah ditetapkan. Daftar
responden penelitian dapat dilihat pada lampiran 5.
Pendekatan kualitatif dilakukan dengan observasi langsung dan wawancara
mendalam kepada informan. Teknik wawancara mendalam juga dilakukan untuk
mendapatkan data primer dan deskriptif yang dilakukan terhadap informan. Pemilihan
informan dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu Bapak IP, selaku Duty Manager
Wana Wisata Curug 7 Cilember (WWCC), Bapak Deni selaku marketing WWCC,
Sekretaris Desa Jogjogan, bapak UF selaku ketua IRMAS Desa Jogjogan, dan
pemilik kios wisata di Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Beberapa responden
yang telah mengisi kuesioner juga dijadikan informan.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder dan data
primer. Data sekunder adalah data yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan
baik oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain, misalnya dalam bentuk
tabel maupun diagram (Umar 2004). Dalam penelitian ini, data sekunder
(kuantitatif dan kualitatif) diperoleh dari data pengelola wisata, seperti struktur
organisasi pengelola wana wisata, jumlah pengunjung, literatur dan semua data
saluran promosi yang telah diterapkan pengelola wisata. Data juga diperoleh dari
27
literatur lainnya seperti perpusatakaan Institut Pertanian Bogor, website KBM
perhutani, website dinas kebudayaan dan pariwisata Jawa Barat, Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor, Tourism Information Center
Kabupaten Bogor, artikel, maupun internet. Data sekunder ini digunakan untuk
membantu dan mendukung data primer yang didapatkan.
Data primer menurut Umar (2004) adalah data yang didapatkan dari sumber
pertama, baik secara individu atau perseorangan melalui wawancara, kuesioner,
atau pengamatan langsung di lokasi penelitian. Dalam penelitian ini, data primer
kuantitatif dikumpulkan melalui wawancara terstruktur kepada 100 responden
dengan menggunakan daftar pertanyaan/kuesioner. Sedangkan data primer
kualitatif dikumpulkan melalui wawancara kepada sejumlah informan yang
diarahkan dengan panduan pertanyaan wawancara.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara kemudian
direkam dalam suatu manuskrip catatan harian. Pengumpulan data primer
kualitatif dilakukan lebih dahulu untuk mengenal lokasi Wana Wisata Curug
Tujuh Cilember, pengunjung, dan masyarakat. Hal ini juga mempermudah dalam
menyusun pertanyaan yang sesuai dalam kuesioner. Pengumpulan data primer
kualitatif juga dilakukan saat mengumpulkan data primer kuantitatif.
28
pernah bekerja sama dengan pengelola wisata, teknologi, data Desa Jogjogan,
lingkungan sekitar wisata, dinas kebudayaan pariwisata Kabupaten Bogor dan
Jawa Barat yang berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap
Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Data dan informasi aspek internal pengelola
berupa kegiatan promosi yang pernah dilakukan, media promosi yang dimiliki
pengelola wisata, dan Sumber Daya Manusia (SDM) pengelola wisata. Tahaptahap yang dilakukan dalam membuat matriks IFE dan EFE (David 2009) adalah:
1. Daftar faktor-faktor internal dan eksternal utama yang mempunyai dampak
penting untuk aspek internal dan eksternal perusahaan dibuat, kemudian
menempatkannya pada kolom pertama.
2. Setiap faktor-faktor tersebut diberi bobot yang berkisar dari 0.0 (tidak
penting) sampai 1.0 (sangat penting). Bobot itu mengindikasikan
signifikansi relatif dari suatu faktor terhadap keberhasilan perusahaan,
dalam hal ini pengelola Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Penentuan
bobot dilakukan dengan cara mengajukan faktor-faktor strategi eksternal
dan internal tersebut kepada pihak pengelola wana wisata dan ahli (dosen
pembimbing) dengan menggunakan metode perbandingan berpasangan
(paired comparison). Metode ini digunakan untuk memberikan penilaian
terhadap bobot setiap faktor tersebut. Untuk menentukan bobot setiap faktor
digunakan skala 1, 2, 3, 4, dan 5. Skala yang digunakan untuk pengisian
bobot adalah:
Nilai 1 : jika faktor horizontal kurang penting daripada faktor vertikal
Nilai 2 : jika faktor horizontal sedikit kurang penting daripada faktor
vertikal
Nilai 3 : jika faktor horizontal sama pentingnya dengan faktor vertikal
Nilai 4 : jika faktor horizontal sedikit lebih penting daripada faktor vertikal
Nilai 5 : jika faktor horizontal lebih penting daripada faktor vertikal
Tabel 4 Penilaian bobot faktor strategi internal/eksternal pengelola wisata
Faktor Strategi
Eksternal/Internal
A
B
C
D
...
n
Total
...
Total
XA
XB
XC
XD
...
Xn
Xtotal
Bobot
XA/Xtotal
Xb/Xtotal
XC/Xtotal
XD/Xtotal
...
Xn/Xtotal
1.00
Sumber: David FR. (2009). Manajemen strategi konsep. Buku 1. Edisi 12. Jakarta (ID): Salemba
Empat.
29
bagus, 3 = respon di atas rata-rata, 2 = responnya rata-rata, dan 1 =
responnya di bawah rata-rata. Ancaman diberi nilai 1 jika ancaman lemah, 2
jika ancaman rata-rata, 3 jika ancaman di atas rata-rata, dan 4 jika ancaman
kuat.
4. Bobot setiap faktor dikalikan dengan peringkatnya untuk menentukan skor
bobot untuk masing-masing variabel.
5. Skor bobot masing-masing variabel dijumlahkan untuk memperoleh skor
bobot total untuk pengelola wisata.
Tabel 5 Matriks faktor strategi internal
Faktor-faktor
Internal Utama
Kekuatan
1.
2.
Kelemahan
1.
2.
Total
Bobot
Peringkat
Skor Bobot
1.00
Sumber: David FR. (2009). Manajemen strategi konsep. Buku 1. Edisi 12. Jakarta (ID): Salemba
Empat.
Skor bobot total pada matriks EFE berkisar antara yang terendah 1.0 dan
tertinggi 4.0. Skor bobot total sebesar 4.0 mengindikasikan bahwa pengelola
wisata merespon sangat baik peluang dan ancaman yang ada. Skor bobot total
sebesar 1.0 menandakan bahwa strategi pengelola wisata tidak mampu
memanfaatkan peluang yang ada atau menghindari ancaman yang muncul.
Tabel 6 Matriks faktor strategi eksternal
Faktor-faktor
Eksternal Utama
Peluang
1.
2.
Ancaman
1.
2.
Total
Bobot
Peringkat
Skor Bobot
1.00
Sumber: David FR. (2009). Manajemen strategi konsep. Buku 1. Edisi 12. Jakarta (ID): Salemba
Empat.
30
dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus
ditetapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan
pertumbuhan yang agresif (Growth oriented strategy).
Kuadran 2
: Meskipun menghadapi berbagai ancaman, kawasan
ekowisata ini masih memiliki kekuatan dari segi internal.
Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara
strategi diversifikasi (produk/pasar).
Kuadran 3
: Pengelola kawasan ekowisata menghadapi peluang pasar
yang sangat besar, tetapi di lain pihak, ia menghadapi
beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi
pengelola kawasan ini adalah meminimalkan masalahmasalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang
pasar yang lebih baik.
Kuadran 4
: Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan,
perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan
kelemahan internal.
Alternatif Strategi Matriks SWOT
Matriks SWOT merupakan alat pencocokan yang dapat membantu
pengelola wisata dalam mengembangkan empat strategi, yaitu strategi SO, strategi
WO, strategi ST, dan strategi WT. langkah-langkah dalam membentuk matriks
SWOT (David 2009), yaitu:
1. Membuat daftar peluang-peluang eksternal utama pengelola wisata
2. Membuat daftar ancaman-ancaman eksternal utama pengelola wisata
3. Membuat daftar kekuatan-kekuatan internal utama pengelola wisata
4. Membuat daftar kelemahan-kelemahan internal pengelola wisata
5. Mencocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan catat hasilya
pada sel strategi SO
6. Mencocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan catat
hasilnya pada sel strategi WO
7. Mencocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan catat
hasilnya pada sel strategi ST
8. Mencocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan catat
hasilnya pada sel strategi WT.
Tabel 7 Contoh matriks SWOT
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Peluang
Ancaman
Kekuatan
Kelemahan
Strategi SO
Strategi ST
Strategi WO
Strategi WT
Sumber: David FR. (2009). Manajemen strategi konsep. Buku 1. Edisi 12. Jakarta (ID): Salemba
Empat.
GAMBARAN UMUM
Pengelolaan Wana Wisata Curug Tujuh Cilember
Wana Wisata Curug Tujuh Cilember dikelola oleh perum perhutani sejak
tahun 1990. Pada bulan April 2000, kawasan wisata ini diresmikan oleh Bupati
Kabupaten Bogor dan dibuka secara umum untuk rekreasi harian dan bermalam.
Sekarang Wana Wisata Curug Tujuh Cilember dikelola oleh Kesatuan Bisnis
Mandiri Jasa Lingkungan dan Produk Lain (KBM JLPL) Perum Perhutani Unit III
Jawa Barat dan Banten. Wana Wisata Curug Tujuh Cilember termasuk dalam
bidang jasa lingkungan.
Sebelum dikelola oleh KBM JLPL, Wana Wisata Curug Cilember dikelola
oleh Resor Pemangkuan Hutan (RPH) Cipayung, Kesatuan Pemangkuan Hutan
(KPH) Bogor, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Wana Wisata
Curug Cilember dipimpin oleh seorang Duty Manager yang membawahi sebelas
orang pengelola harian. Struktur organisasi pengelolaan Wana Wisata Curug
Cilember dapat dilihat pada lampiran 2.
32
trochileum), burung cinenen jawa (Orthotomus sepium), berbagai jenis kupu-kupu
seperti Papilio Memnon, Papilio helena, dan Papilio polytes.
33
Pengurus lahan parkir di kawasan wisata berjumlah 12 orang. IRMAS
mendapat 50% dari tarif parkir, sedangkan pihak pengelola hanya mendapat 25%
dari tarif parkir, sisanya diserahkan ke pemerintah daerah Kabupaten Bogor.
Fasilitas Mandi Cuci Kakus (MCK) juga dikelola oleh IRMAS. Pengunjung
dikenakan biaya Rp2.000 per orang. Pemasukan yang didapat diberikan kepada
pengelola sebesar 40% dari pemasukan, sisanya diberikan kepada IRMAS.
Pendapatan yang didapat IRMAS tidak sepenuhnya masuk ke kas
IRMAS. Misalnya per bulan kami mendapat Rp750.000, sebelum
masuk ke kas IRMAS kami membagi dulu kepada petugas yang
berjaga, setelah itu baru masuk ke kas (UF, Ketua IRMAS) .
Wawancara langsung dengan ketua IRMAS tanggal 19 Oktober 2012 di
dapatkan hasil bahwa uang yang didapat untuk keperluan misalnya pengajian rutin,
Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) dan Peringatan Hari Besar Nasional (PHBN),
dan untuk masyarakat yang membutuhkan, misalnya untuk biaya berobat
masyarakat, diberikan uang Rp25.000 per orang. IRMAS juga memberikan
sumbangan untuk warga yang terkena musibah seperti kecelakaan atau meninggal
dunia.
Pemandu wisata yang terdapat di Wana Wisata Curug Tujuh Cilember
berjumlah sepuluh orang, dengan pembagian tugas bergilir. Pemandu wisata ini
hanya khusus untuk wisatawan timur tengah, mengingat wisatawan asing yang
datang mengunjungi kawasan wisata mayoritas berasal dari timur tengah.
Pemandu menggunakan bahasa Arab sehari-hari yang dipelajari secara otodidak.
Hal-hal yang biasanya dijelaskan oleh pemandu kepada wisatawan adalah
mengenai arah jalan menuju objek wisata dan tempat makan. Berikut penuturan
salah satu pemandu wisata:
Biasanya kita pasang tarif 200-300 ribu untuk wisatawan Timur
Tengah. Itu sudah dipandu penuh dari curug 7 sampai curug paling
atas. Semua keuntungan menjadi milik pemandu. Kita tidak
memberikan kepada perhutani (AHD, pemanduk wisata).
Pihak perhutani dan masyarakat sekitar kawasan wisata juga bekerja sama
dengan membuka kios wisata, baik menjual makanan maupun souvenir. Terdapat
16 kios wisata di dalam kawasan wisata, yaitu enam kios souvenir dan sepuluh
kios makanan. Biaya sewa yang dikenakan perhutani kepada pemilik kios sebesar
Rp300.000/tahun. Selama ini, tidak pernah ada konflik yang besar yang terjadi.
Namun, permasalahan tenurial tetap ada.
Pertemuan rutin diadakan antara perhutani, pihak desa, IRMAS, dan pemilik
kios wisata. Pertemuan diadakan sebulan sekali, dengan agenda tergantung
kebutuhan. Hal-hal yang dibahas diantaranya mengenai batas lahan dan
permasalahan tenurial yang diselesaikan dengan musyawarah.
34
terbentuk curug 2, curug 3, curug 4, curug 5, curug 6, dan curug 7. Curug 1
merupakan mata air Sungai Cilember.
Perjalanan ke air terjun curug 2 dapat ditempuh dalam waktu 50 menit
dari vila. Lokasi air terjun yang jauh dari area pengembangan utama membuat
Curug 2 jarang dikunjungi oleh wisatawan. Lama waktu yang ditempuh untuk
mencapai curug 3 kurang lebih 15 menit dari curug 2 berdekatan dengan curug 4
dan curug 5 yang berada di bawahnya. Orientasi pengunjung ke curug 3 jauh lebih
tinggi daripada curug 2, namun, petunjuk arah menuju curug 3 masih diperlukan
lebih jelas terutama untuk pengunjung baru. Kondisi jalan menuju curug 3 juga
masih sangat berbahaya dengan kondisi jalan tangga tanah dan pegangan kayu
dengan sambungan paku yang tidak stabil untuk dipegang.
Lokasi curug 5 tidak terlalu jauh dari lokasi perkemahan. Curug 5 dekat
dengan area warung di taman keluarga. Kondisi jalan setapak berupa tangga batu
yang tertata membuat curug ini banyak dikunjungi pengunjung. Untuk mencapai
curug ini, terdapat beberapa alternatif pencapaian, yaitu melalui jalur taman
keluarga, dari vila naik ke arah utara, dari curug 7, dan dari curug 4. Lama
perjalanan bisa ditempuh dalam waktu 15 menit dari taman keluarga, 20 menit
dari vila, 8 menit dari curug 7, dan 5 menit dari curug 4.
Curug 6 terletak tepat di atas curug 7. Air terjun ini memiliki pemandangan
terindah. Namun, untuk mencapai curug ini, pengunjung harus berhati-hati karena
jalan yang berliku dan lebar jalan yang sempit. Curug 7 memiliki ketinggian 30
m dan tertinggi di antara air terjun yang lain. Curug 7 merupakan objek wisata
yang paling banyak dikunjungi oleh pengunjung karena lokasi pencapaian yang
mudah dan dekat dengan fasilitas lain, seperti vila, tempat berkemah, dan kamar
kecil.
Wisata Lain
Selain wisata air terjun, Wana Wisata Curug Tujuh Cilember juga memiliki
beragam objek wisata lain. Daya tarik objek wisata lain tersebar di area
pengembangan utama sebagai usaha pengelolaan potensi alam yang ada.
a. Bumi Perkemahan
Wana Wisata Curug Tujuh Cilember mempunyai tiga buah bumi
perkemahan (buper) yaitu buper di dekat dekat curug 7, buper dekat curug 5 dan
area camp lembah pakis. Bumi perkemahan ini berada di ruang terbuka dan
terbatas karena terletak di kemiringan lereng yang curam.
Bumi perkemahan dekat curug 7 biasanya digunakan untuk upacara
kegiatan atau api unggun. Selain itu, jalur pejalan kaki berada di tengah area
perkemahan. Jalur tersebut merupakan jalan utama menuju curug 7 dan curug 5.
Fasilitas di bumi perkemahan dekat curug lima hanya kamar kecil dan warung.
Camp lembah pakis bisa ditempuh melalui jalur kiri dari tempat kios wisata.
b. Taman Kupu-Kupu
Taman kupu-kupu ini berbentuk bangunan kubah dan ditutupi oleh kisi-kisi
sintetis. Taman kupu-kupu berisi taman bunga dan berbagai spesies kupu-kupu.
Jenis kupu-kupu berasal dari habitat asli Curug Cilember dan hasil penangkaran di
laboratorium, sedangkan taman bunga merupakan koleksi bunga yang sekaligus
sebagai pakan kupu-kupu seperti soka (lxora sp.) dan nusa indah (Mussaenda sp.).
Berbagai jenis pohon inang sebagai pakan ulat juga dibudidayakan di dalamnya.
35
Tabel 8
Jenis
Papillio Memnon
Papillio Heulena
Papillio Polytes
Papillio Demoleus
Troides Helena
Troides Amprisus
Atrophaneura aristolocia
Graphium agomemnon
Graphium sarpedon
Euploea mulciber
Elymnias hypernmestra
Attacus attlas
Family
Papillionidae
Papillionidae
Papillionidae
Papillionidae
Papillionidae
Papillionidae
Papillionidae
Papillionidae
Papillionidae
Dananidae
Satiridae
Saturnidae
Pakan Larva
Citrus Leman. SP
Citrus Leman. SP
Citrus Leman. SP
Citrus Leman. SP
Sirih hutan
Sirih hutan
Sirih hutan
Sirsak
Kayu manis
Beringin
Palm
Jambu biji
36
flying fox. Fasilitas yang digunakan berupa alat pengaman, helm, dan tali
disediakan langsung oleh petugas.
Pengunjung dapat menikmati flying fox dengan membayar sebesar Rp25.000.
Petugas flying fox hanya ada pada saat hari libur, yaitu sabtu minggu, mengingat
banyaknya pengunjung yang datang ke Wana Wisata Curug Tujuh Cilember.
h. Kegiatan Alam Terbuka
Kegiatan alam terbuka yang dapat dilakukan di Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember yaitu camping, outbond, gathering, jungle trekking, waterfall rapelling,
dan kegiatan ekstrem. Alam terbuka di kawasan wisata juga sering digunakan
sebagai tempat foto pre-wedding, pemotretan majalah, dan syuting televisi.
Tabel 9 Karcis tiket masuk dan harga fasilitas Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember pada tahun 2012
Tiket Masuk Kawasan dan Harga Fasilitas
Nusantara Weekday
Nusantara Weekend
Mancanegara
Kendaraan roda 2
Kendaraan roda 4
Kendaraan roda 6
Camping Weekday
Camping Weekend
Taman Kupu-kupu Nusantara
Taman Kupu-kupu Mancanegara
Flying fox
Charge Lokasi Outbond (Umum)
Charge Lokasi Outbond (Pelajar)
Photography (The wedding, model)
Film, Video Klip
Tenda Dome (4 matras, 4 sleeping bag)
Tenda Dome (8 matras, 8 sleeping bag)
Matras
Sleeping bag
Lampu Badai
Api Unggun
Gemset 2.500 watt
Arus listrik maks. 80 watt
Harga
Rp10.000
Rp12.000
Rp 40.000
Rp 3.000
Rp5.000
Rp20.000
Rp15.000
Rp19.500
Rp 6.000
Rp15.000
Rp25.000
Rp1.500.000
Rp1.000.000
Rp350.000
Rp3.000.000
Rp90.000
Rp300.000
Rp5.000
Rp15.000
Rp20.000
Rp115.000
Rp300.000
Rp50.000
Kegiatan kemping di bumi perkemahan curug tujuh tersebar tenda siap sewa
yang sudah disediakan oleh pengelola wisata. Tarif yang ditawarkan beragam
tergantung besar/kapasitas tenda. Biaya untuk kegiatan lainnya seperti gathering,
jungle trekking, dan waterfall rapelling tergantung dari jumlah orang dan paket
yang diinginkan oleh pengunjung. Pengunjung sudah mendapatkan asuransi
keselamatan jiwa dari harga tiket masuk yang dibayar. Untuk kegiatan-kegiatan
ekstrem, pengunjung yang membawa rombongan harus ditemani oleh ahli dari
pengelola wana wisata.
37
Fasilitas Wana Wisata Curug Cilember
a. Gerbang Utama
Gerbang ini berfungsi sebagai pemisah antara kawasan eksternal dan
internal wilayah Wana Wisata Curug Tujuh Cilember dan juga sebagai ruang
penerima pengunjung yang akan berekreasi ke lokasi wisata. Kondisi gerbang
utama sampai saat ini masih dapat dikatakan cukup baik dan terawat.
Gerbang utama banyak mengambil gaya bangunan berbentuk joglo. Pada
saat akhir pekan, banyak pedagang makanan yang berjualan di dekat gerbang
utama. Gerbang utama dekat dengan loket penjualan tiket masuk Wana Wisata
Curug Tujuh Cilember yang dijaga oleh dua orang petugas.
b. Parkir
Pengelola Wana Wisata Curug Tujuh Cilember menyediakan tiga lahan
parkir. Lahan parkir pertama terletak di sisi atas gerbang utama. Lahan parkir
biasanya tersebut diperuntukkan untuk pengendara sepeda motor, namun apabila
hari minggu/hari libur banyak pengendara mobil yang parkir di lahan parkir
tersebut.
Lahan parkir kedua terletak di muka gerbang utama. Banyak pengunjung
yang lebih menyukai parkir di sana karena dekat dengan akses menuju kawasan
wisata. Lahan parkir yang ketiga terdapat di bawah gerbang teutama, yaitu di
lahan kosong dekat dengan vila. Lahan tersebut diperuntukkan untuk pengunjung
yang membawa kendaraan roda empat. Kondisi lahan parkir dirasakan masih
kurang bagus karena belum sepenuhnya dilapisi aspal oleh pihak pengelola.
Petugas parkir yaitu anggota Ikatan Remaja Masjid (IRMAS). Pengunjung
dikenakan tarif parkir sebesar Rp3.000 untuk kendaraan roda dua, Rp5.000 untuk
kendaraan roda empat, dan untuk kendaraan roda enam dikenakan tarif parkir
Rp20.000. Petugas juga menyediakan tempat penitipan helm bagi pengunjung
yang menggunakan kendaraan roda dua. Karena sebagian kondisi jalan menuju
kawasan masih berbatu, sempit, kurang bagus dan terjal, jarang kendaraan roda
enam yang bisa mencapai lokasi parkir wana wisata. Biasanya pengunjung
rombongan yang menggunakan bus menempatkan kendaraan mereka jauh di
bawah lokasi wisata, tepatnya di lapangan kecil sebelum jalan menanjak menuju
lokasi wisata. Setelah itu, pengunjung harus berjalan kaki atau memakai ojek
menuju lokasi wisata.
c. Pos Tiket
Pos tiket menjadi pintu masuk menuju lokasi wisata Curug Cilember. Pos
tiket ini berbentuk ruang kecil dan juga berfungsi sebagai ruang informasi bagi
pengunjung wisata. Dari segi fasilitas, terdapat dua meja, dua kursi, satu buah
komputer, alat pengeras suara (mic dan speaker), serta berbagai peralatan P3K.
Petugas yang berjaga di pos tiket sebanyak 2-3 orang, yaitu dari pihak
perhutani. Pengunjung dapat langsung membeli tiket seharga Rp10.000 per orang
untuk hari biasa dan Rp12.000 per orang untuk akhir pekan (sabtu dan minggu)
dan hari libur. Untuk wisatawan mancanegara dikenakan tarif sebesar Rp40.000
per orang baik untuk hari biasa maupun hari libur.
d. Kios Wisata
Kios makanan yang berada di dalam kawasan Wana Wisata berjumlah
sepuluh kios, dengan sembilan kios berada di dekat taman keluarga dan satu kios
di dekat curug 5. Makanan yang dijual berupa makanan ringan dan berat serta
38
beberapa minuman. Terdapat kios-kios yang menyediakan sisha untuk wisatawan
timur tengah.
Para pedagang di kios wisata berasal dari Desa Jogjogan. Mereka menyewa
kios dengan membayar Rp300.000 per tahun kepada perhutani. Selain
menyediakan kursi di dalam kios makanan, para pedagang juga menyediakan tikar
dan kursi di luar kios, yaitu di sekitar taman keluarga. Pengunjung banyak yang
menggunakan tikar sekedar untuk menikmati makan dan bersantai karena lokasi
yang yang teduh dan asri.
Kios kerajinan tangan di dalam kawasan wisata sejumlah enam buah.
Beragam kerajinan tangan untuk oleh-oleh yang dijual. Selain kerajinan tangan
berupa gelang, kalung, dan pajangan, kios ini juga menjual berbagai pakaian.
f. Vila atau Pondokan
Enam unit vila/jungle lodge terdapat dalam kawasan wisata sebagai tempat
beristirahat bagi pengunjung yang ingin bermalam di lokasi wisata.
Tabel 10 Harga akomodasi vila Wana Wisata Curug Tujuh Cilember tahun 2012
Uraian
Harga
Ket.
Meranti Jungle Lodge
Weekday
Rp1.350.000
Per malam
Weekend
Rp1.500.000
Per malam
Fasilitas: 2 lantai, 3 kamar tidur, 2 kamar mandi, water heater, tungku
perapian, ruang keluarga, dapur dan alat masak, televisi 29 inch (parabola)
Merkusi Jungle Lodge
Weekday
Rp1.200.000
Per malam
Weekend
Rp1.350.000
Per malam
Fasilitas: 2 lantai, 1 kamar tidur, 1 kamar mandi, water heater, tungku
perapian, ruang keluarga, dapur dan alat masak, televisi 29 inch (parabola)
Damar Jungle Lodge
Weekday
Rp1.050.000
Per malam
Weekend
Rp1.200.000
Per malam
Fasilitas: 1 lantai, 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, water heater, dapur dan alat
masak, televisi 29 inch (parabola)
Rasamala I & II Jungle Lodge
Weekday
Rp1.050.000
Per malam
Weekend
Rp1.200.000
Per malam
Fasilitas: 1 lantai, 2 kamar tidur, water heater, televisi 29 inch (parabola)
Puspa Jungle Lodge
Weekday
Rp1.050.000
Per malam
Weekend
Rp1.200.000
Per malam
Fasilitas: 1 lantai, 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, water heater, dapur dan alat
masak, televisi 29 inch (parabola)
Sumber: WWCC (2012).
39
terbuat dari kayu dan dipitur agar warna asli kayu tetap terjaga. Gaya arsitektur
bangunan vila menyatu dengan kondisi lingkungan alam sekitar yang masih alami.
g. Fasilitas lain
Fasilitas pendukung yang di sediakan oleh pengelola wisata yaitu
peneduh/shelter. Peneduh dapat digunakan sebagai tempat istirahat atau tempat
duduk-duduk bagi pengunjung. Peneduh ini terdapat di pinggir tangga setapak
menuju kawasan wisata.
Fasilitas lainnya yaitu aula/meeting room, musholla, kamar kecil, dan
tempat parkir. Elemen lanskap berupa rambu penunjuk arah dan lokasi (signage),
tempat duduk, lampu, pembatas area wisata, dan bak sampah.
Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah pengunjung kawasan Wana Wisata
Curug Tujuh Cilember yang sedang melakukan perjalanan wisata di tempat
penelitian. Berdasarkan data yang telah diolah, terdapat dua kategori status
pengunjung yang dilihat dari daerah asal pengunjung tersebut, yaitu wisatawan
dalam negeri dan wisatawan luar negeri. Diagram berikut menunjukkan dari 100
responden, terdapat 95% responden merupakan pengunjung dalam negeri dan 5%
responden yang berasal dari luar negeri, yaitu dari Timur Tengah (Arab Saudi).
5%
lokal
mancanegara
95%
40
14%
25%
3%
Jakarta
6%
Bogor
Depok
Bekasi
lainnyaa
52%
42%
58%
Laki-laki
Perempuan
41
42
Diagram lingkaran selanjutnya menunjukkan persentase kelompok umur
pengunjung Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Kawasan wisata ini banyak
diminati oleh kalangan muda. Hal ini dapat terlihat dari mayoritas responden yang
ditemui berusia 15-25 tahun sebanyak 73%. Sementara itu, responden untuk
kelompok umur 35-46 tahun mencapai 12%, kelompok umur 26-35 tahun sebanyak
11%, dan responden lebih dari 45 tahun sebanyak 4%.
4%
12%
15-25 tahun
26-35 tahun
36-45 tahun
> 45 tahun
11%
73%
44
pengelola biasanya bekerja sama dengan Perhutani, Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Bogor, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat,
maupun dari Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia. Ketika
mengikuti pameran, pengelola membawa banner dan brosur serta lembaran paket
wisata untuk ditunjukkan kepada pengunjung potensial.
Pengelola juga memperkenalkan paket wisata edukasi melalui kegiatan
roadshow ke sekolah-sekolah. Walaupun jarang dilakukan karena keterbatasan
biaya, namun pengelola sudah memiliki jaringan dengan sekolah-sekolah,
misalnya Sekolah Dasar Regina Pacis Bogor.
Publisitas melalui liputan di media yang dapat membantu mempromosikan
kawasan wisata karena selain pihak pengelola tidak perlu mengeluarkan dana,
target khalayak yang akan diterpa informasi mengenai kawasan wisata juga besar.
Berbagai media elektronik yang pernah melakukan liputan mengenai Curug
Cilember, di antaranya SCTV melalui program Liputan 6 Usaha Anda yang
menceritakan mengenai wisata edukasi kupu-kupu di wana wisata Curug
Cilember dan Liputan 6 Jalan-jalan Menikmati Panorama Curug Cilember,
Indosiar melalui Kupu-kupu Curug Cilember, Metro TV melalui Jalan-jalan
Asyik, Global TV melalui program HOT SPOT, Trans TV melalui program
ngulik, dan Urban KTV melalui program URBAN. Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember juga pernah dijadikan lokasi syuting MNC TV melalui program sinema
keluarga berjudul Legenda Curug 7 Cilember.
Kawasan wisata Curug Tujuh Cilember juga pernah diliput melalui media
cetak. Media yang pernah meliput antara lain Garuda Magazine bulan Juni 2009
dengan judul Curug Cilember climbing the seven step waterfalls. Selain itu,
majalah KRONIK Bogor juga pernah meliput pada edisi Maret 2009 dengan judul
Nikmati panorama Curug Cilember. Majalah POTRET Indonesia edisi Maret
2011 juga menampilkan kawasan wisata ini dengan judul Sentuhan dan Inovasi
Perhutani Mampu percantik wisata Bogor.
Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran yang digunkan pengelola yaitu website, blog, dan
brosur. Wana Wisata Curug Tujuh Cilember memiliki website resmi yang
beralamat www.curug7cilember.perumperhutani.com. Situs resmi ini berada di
bawah domain Perum Perhutani. Pengelola mengaku, pembuatan situs ini tidak
dibuat sendiri, melainkan dibuat di Jakarta. Pengelola hanya mengirimkan konten
yang dibutuhkan di dalam situs.
Desain website cukup menggambarkan keadaaan alam di Curug Tujuh
Cilember. Konten yang terdapat dalam situs antara lain gambaran umum
mengenai kawasan wisata, obyek wisata, fasilitas, paket unggulan, reservasi, peta
lokasi, contact person, dan juga brosur yang dapat diunduh oleh pengunjung situs.
Situs ini juga bisa diakses dalam dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa
Inggiris. Namun, paket wisata yang terdapat bukan paket wisata yang sebenarnya
dimiliki oleh pengelola, melainkan paket wisata The Mountaney yang tidak
digunakan oleh pengelola. Padahal, pengelola memiliki beragam paket wisata
yang menarik baik wisata edukasi maupun outbond.
Selain website, ketika mengetik kata kunci Curug Tujuh Cilember di mesin
pencari otomatis di internet, banyak blog (website tidak resmi gratis) yang
menampilkan cerita mengenai Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Bahkan,
dalam pemilik blog juga mencantumkan mengenai kondisi jalan menuju lokasi
45
wisata, keadaan lokasi wisata sebenarnya, dan juga hal-hal lain yang tidak
terdapat dalam situs resmi Curug Tujuh Cilember
seperti pengalamanpengalaman ketika melakukan kunjungan ke lokasi wisata.
Brosur Curug Tujuh Cilember ditempatkan di Tourism Information Center
Kabupaten Bogor, kantor pengelola, kantor perhutani, dan dibawa pada saat
melakukan pameran dan roadshow. Brosur yang didominasi warna hijau dan
oranye ini memiliki informasi singkat mengenai objek wisata, denah lokasi
wisata, peta menuju lokasi wisata, dan juga contact person. Brosur dibuat
pengelola menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
Komunikasi Personal
Contoh dari komunikasi personal adalah komunikasi lisan dari mulut ke
mulut (word of mouth). Bentuk komunikasi ini yang tidak bisa dikontrol oleh
pengelola, karena pengunjung dapat memperoleh informasi sebanyak mungkin
informasi mengenai Curug Tujuh Cilember termasuk kelemahan yang dimiliki
kawasan wisata. Pengunjung dapat memperoleh informasi melalui kerabat dan
keluarga.
Pengunjung berinisial YT mengaku mendapatkan informasi mengenai
kawasan wisata melalui suaminya yang sebelumnya pernah berkunjung ke Curug
Tujuh Cilember. Ia juga mengaku lebih suka mendapatkan informasi dari orang
lain karena dirasakan informasi yang didapat lebih lengkap.
Tingkat Komunikasi Pemasaran Wana Wisata Curug Tujuh Cilember
Komunikasi pemasaran dalam penelitian ini dilihat dari frekuensi
penyampaian pesan, ragam media penyampaian pesan dan rancangan pesan
komunikasi pemasaran Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Hasil penelitian
yang didapat ditemukan bahwa komunikasi pemasaran di Wana Wisata Curug
Tujuh Cilember lemah terlihat dari frekuensi penyampaian pesan yang rendah,
media penyampaian pesan yang kurang beragam dan rancangan pesan komunikasi
pemasaran yang kurang tinggi atau sedang.
Komunikasi pemasaran diukur menggunakan kuesioner yang dibuat untuk
mengidentifikasi karakteristik komunikasi pemasaran meliputi elemen bauran
komunikasi pemasaran seperti komunikasi personal, periklanan, promosi
penjualan, hubungan masyarakat dan publisitas, media pembelajaran, dan
corporate design (Lovelock dan Wright 2002). Identifikasi lain berupa bagaimana
pesan yang dirancang dapat menarik perhatian (attention), sesuai kebutuhan
(need), memuaskan kebutuhan (satisfaction), sesuai dengan gambaran keadaan
(visualization), dan dapat membuat pengunjung atau calon pengunjung bertindak
(action) melakukan pembelian jasa produk wisata.
Rancangan Pesan
Dalam merancang pesan komunikasi pemasaran Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember, tingkat kekuatan rancangan pesan diukur dari kategori ANSVA
menurut Alan H Monroe. Menurut Monroe dalam Kusumastuti (2009) terdapat
lima tahapan urutan motif sesuai cara berfikir manusia dalam formula ANSVA:
attention (perhatian), need (kebutuhan), satisfaction (kepuasan), visualization
(visualisasi), dan action (tindakan). Hasil tabulasi frekuensi menunjukkan hasil
berikut.
46
Tabel 11 Jumlah dan persentase responden berdasarkan akumulasi penilaian
terhadap kekuatan rancangan pesan
Tingkat Kekuatan Rancangan Pesan
Rendah
Sedang
Tinggi
Total
Jumlah
Persentase
4
91
5
100
4.0
91.0
5.0
100.0
47
yaitu 10% responden menyatakan tidak menarik dan 1% responden menyatakan
pesan yang disampaikan melalui media promosi tidak menarik.
Penyampaian pesan mengenai Wana Wisata Curug Tujuh Cilember melalui
komunikasi lisan (word of mouth) menunjukkan hasil sebanyak 64% responden
menyatakan pesan yang disampaikan menarik dan 30% responden menyatakan
pesan yang mereka dapat dari orang lain (teman, kerabat, keluarga) sangat
menarik. Berbeda dengan 6% responden lain yang menyatakan pesan yang
mereka dengar tidak menarik.
Perbedaan pandangan mengenai menarik atau tidaknya suatu pesan yang
disampaikan tergantung dari preferensi audience terhadap media promosi mana
yang lebih disukai dalam memperoleh informasi mengenai kawasan wisata. Hasil
penelitian dapat dilihat pada diagram berikut.
6%
8%
Media
pembelajaran
35%
18%
Promosi penjualan
Periklanan
33%
48
Akses menuju lokasi wisata digambarkan pihak pengelola Wana Wisata
Curug Tujuh Cilember melalui gambaran peta. Pengelola menempatkan peta
menuju lokasi wisata di website resmi Wana Wisata Curug Tujuh Cilember dan
juga melalui brosur. Peta menuju lokasi wisata dapat dilihat di lampiran 1. Tidak
ada informasi bagaimana cara menuju lokasi wisata menggunakan kendaraan
umum di media promosi seperti website resmi, billboard, maupun brosur. Hanya
ada penunjuk arah (signage) di ruas masuk jalan menuju lokasi wisata.
Hasil berikutnya merupakan tanggapan responden ketersediaan informasi
mengenai kondisi jalan menuju lokasi Wana Wisata Curug Tujuh Cilember.
Mayoritas pengunjung, yaitu sebanyak 61% responden, menyatakan informasi
mengenai kondisi jalan menuju lokasi wisata kurang lengkap. Pihak pengelola
memang tidak mencantumkan kondisi jalan sebenarnya di media promosi yang
disediakan seperti website, brosur, billboard, maupun banner. Sementara itu, 13%
responden menyatakan tidak ada informasi yang tersedia mengenai kondisi jalan.
Sebanyak 25% menyatakan informasi mengenai kondisi jalan menuju lokasi
wisata terbilang lengkap dan 1% menyatakan informasi mengenai kondisi jalan
sangat lengkap.
Kondisi jalan menuju lokasi wisata melalui gerbang Desa Jogjogan sedikit
sempit di ruas jalan tertentu. Tanjakan curam juga ditemui di titik-titik tertentu
menuju lokasi wisata, sehingga mobil bermuatan besar seperti bus dan truk tidak
bisa mencapai tepat di depan gerbang lokasi wisata. Biasanya rombongan
pengunjung yang datang menaiki bus harus turun di lapangan parkir yang berada
lumayan jauh dari lokasi wisata dan menyewa ojek, atau bahkan berjalan kaki
hingga mencapai lokasi wisata. Berikut penuturan salah satu responden bernama
NH mengenai kondisi jalan meuju lokasi wisata.
Jalannya agak sempit dan aspal yang kurang bagus menyulitkan
para wisatawan yang datang menggunakan mobil pribadi maupun bus
besar
49
dirasakan lengkap. Hal ini berbanding terbalik dengan responden yang
menyatakan bahwa informasi yang tersedia mengenai sarana prasarana kurang
lengkap, yaitu sebanyak 43%. Sebesar 8% responden menyatakan tidak menerima
informasi mengenai sarana prasarana yang ada, namun 4% responden menyatakan
informasi yang ada mengenai sarana prasarana sangat lengkap.
Informasi mengenai sarana prasarana dari hasil pengamatan di lapangan
sudah disediakan pengelola di beberapa media promosi, seperti website resmi
Wana Wisata Curug Tujuh Cilember, brosur, dan blog. Sarana prasarana yang ada
juga tergambar dalam denah kawasan wana wisata. Denah kawasan ini terdapat di
website resmi maupun terpajang di dua tempat di dalam kawasan wisata dalam
bentuk papan yaitu di depan taman kupu-kupu dan di dekat curug 7.
Hasil berikutnya menggambarkan ketersediaan informasi mengenai biaya
paket wisata. Sebanyak 51% responden menyatakan informasi yang mereka dapat
mengenai biaya paket wisata kurang lengkap. Terlebih lagi, 20% responden
menyatakan bahwa mereka tidak mendapatkan informasi apapun mengenai biaya
paket wisata. Sementara itu, 29% responden menyatakan informasi yang didapat
dirasakan lengkap. Sebaran dan presentase responden dapat dilihat pada diagram
lingkaran berikut.
29%
20%
Tidak ada
Kurang Lengkap
Lengkap
51%
50
konservasi kupu-kupu, namun ada obyek wisata yang belum dicantumkan seperti
terapi ikan yang baru ada di kawasan wisata tahun 2012.
3. Satisfaction
Satisfaction merupakan kepuasan responden terhadap ketersediaan
informasi yang diterima mengenai kawasan Wana Wisata Curug Tujuh Cilember.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pengunjung, yaitu sebanyak 72%
responden, menilai puas dengan informasi yang didapat mengenai obyek wisata
dan 2% responden menilai sangat puas. Hal ini karena Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember sudah memiliki ciri wisata yang khas yaitu tujuh buah air terjun dan
taman konservasi kupu-kupu. Walaupun demikian, 26% responden menilai tidak
puas mendapatkan informasi mengenai obyek-obyek wisata yang ada di Wana
Wisata Curug Tujuh Cilember.
51
Saya lebih suka jika biaya tiket masuk disatukan saja dengan biaya
tiket masuk taman kupu-kupu, penggunaan toilet dan lain-lain. Jadi
saya tidak merasa mengeluarkan uang terus menerus (UD,
pengunjung).
Penilaian responden selanjutnya mengenai kepuasan akan informasi akses
kondisi jalan menuju lokasi wisata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 59%
responden menyatakan tidak puas akan informasi mengenai akses kondisi jalan
menuju lokasi wisata dan 4% responden menyatakan sangat tidak puas akan
informasi yang didapat. Sementara itu, 34% responden menyatakan puas akan
informasi yang didapat dan 3% responden menyatakan sangat puas akan informasi
yang didapat mengenai akses kondisi jalan menuju lokasi wisata. Responden
menginginkan informasi lebih agar lebih memudahkan mencapai lokasi wisata,
terutama responden yang menggunakan kendaraan umum.
4.
Visualization
Visualization merupakan persepsi responden mengenai penggambaran isi
pesan yang disampaikan pengelola kawasan Wana Wisata Curug Tujuh Cilember.
Responden mengaku penggambaran isi pesan yang mereka dapatkan cukup
menggambarkan kondisi yang ada. Sebaran responden mengenai kesesuaian isi pesan
dapat dilihat pada tabel berikut.
Hasil penelitian menunjukkan 77% responden mengaku informasi yang
didapatkan mengenai Wana Wisata Curug Tujuh Cilember cukup
menggambarkan kondisi yang ada dan 4% responden mengaku penggambaran
kondisi sangat sesuai. Walaupun demikian, 19% responden menyatakan informasi
yang didapat tidak sesuai atau tidak menggambarkan kondisi yang ada.
Pengunjung yang berasal dari Timur Tengah berdasarkan hasil wawancara
mengaku sangat senang dengan kealamian yang ada di kawasan wisata. Hal ini
sesuai dengan informasi yang mereka dapatkan mengenai kawasan wisata.
5. Action
Action menggambarkan tingkat keinginan responden untuk berkunjung
kembali kawasan Wana Wisata Curug Cilember dan memakai paket wisata yang
ada di kawasan wisata. Persentase responden lebih lengkap dapat dilihat pada
diagram batang berikut.
52
Sebanyak 64% responden mengaku memiliki keinginan yang kuat untuk
berkunjung kembali ke kawasan wisata dan 14% responden memiliki keinginan
yang sangat kuat untuk berkunjung kembali. Sementara itu, 21% responden
menyatakan tidak ingin berkunjung kembali ke kawasan wisata 1% responden
menyatakan keinginannya sangat lemah.
Pengunjung yang berasal dari Timur Tengah berharap untuk bisa kembali
berkunjung bersama keluarga mereka di kemudian hari. Sama halnya dengan
pengunjung lokal yang mengaku akan kembali ke kawasan wisata dengan
mengajak keluarga mereka. Pengunjung yang tidak berminat mengunjungi
kembali kawasan wisata beralasan karena lokasi yang lumayan jauh dan kondisi
jalan yang kurang bagus untuk dilalui, terutama jalanan yang aspalnya dalam
kondisi rusak.
Pembahasan selanjutnya mengenai keinginan responden memakai paket
wisata yang tersedia di Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Mayoritas
pengujung memiliki keinginan yang kuat untuk memakai paket wisata. Sebanyak
52% responden menyatakan ingin memakai paket wisata dan 7% responden
keinginannya sangat kuat untuk memakai paket wisata yang tersedia. Sebesar 39%
responden menyatakan keinginan untuk memakai paket wisata lemah dan 2%
responden keinginannya sangat lemah.
Pengunjung dari Timur Tengah mengatakan tidak tertarik memakai paket
wisata seperti gathering atau kegiatan ekstrem. Mereka mengatakan hanya ingin
menikmati pemandangan dan air terjun yang ada di kawasan wisata. Berbeda
dengan pengunjung lokal yang ingin menggunakan fasilitas vila yang tersedia,
namun mereka membutuhkan informasi lebih lanjut mengenai biaya paket wisata
yang disediakan pengelola.
Ragam Media dan Frekuensi Penyampaian Pesan
Ragam media penyampaian pesan adalah sumber-sumber informasi yang
didapatkan oleh pengunjung mengenai Wana Wisata Curug Tujuh Cilember
melalui media promosi dari elemen bauran komunikasi pemasaran periklanan,
promosi penjualan, humas dan publisitas, media pembelajaran, dan komunikasi
personal. Frekuensi penyampaian pesan berupa seberapa sering pengunjung atau
calon pengunjung menerima pesan yang disampaikan mengenai Wana Wisata
Curug Tujuh Cilember melalui berbagai media komunikasi pemasaran tersebut.
Secara keseluruhan, ragam media penyampaian pesan yang diterima oleh
responden dikategorikan sedang. Responden kurang sering menerima informasi
mengenai Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Sebaran dan persentase responden
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 12 Jumlah dan persentase responden berdasarkan akumulasi penilaian
ragam media penyampaian pesan
Ragam Media
Rendah
Sedang
Tinggi
Total
Jumlah
Persentase (%)
43
47
10
100
43.0
47.0
10.0
100.0
53
Jumlah
85
15
100
Persentase (%)
85.0
15.0
100.0
54
Persentase (%)
Billboard
Banner
Tidak
pernah
Jarang
Sering
Sangat
Sering
55
2% responden sangat sering melihat banner. Pengelola memiliki dua buah banner.
Banner pertama diletakkan di Tourism Information Center Kabupaten Bogor yang
berada di rest area Ciawi. Banner kedua disimpan di kantor pengelola wisata dan
selalu dibawa pada saat ada pameran berlangsung.
Pengelola Wana Wisata Curug Tujuh Cilember tidak menggunakan iklan
berbayar baik di televisi, radio, maupun media cetak seperti majalah dan koran.
Hal ini dikarenakan keterbatasan dana yang dimiliki oleh pengelola wana wisata.
Adapun bahan promosi cetak yang pernah mencantumkan mengenai Wana Wisata
Curug Tujuh Cilember yaitu peta wisata Kabupaten Bogor, booklet visit Bogor
2011, dan leaflet wisata alam Kabupaten Bogor yang semuanya dibuat oleh Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor.
2. Promosi Penjualan
Promosi penjualan merupakan berbagai macam insentif jangka pendek,
seperti undian, kupon/voucher, diskon, kontes, sampel, trading stamps, point of
purchase display, dan potongan rabat (Amir 2005).
2%
20%
Tidak pernah
78%
Jarang Sering
56
roadshow ke berbagai sekolah. Publisitas adalah kegiatan promosi wana wisata
melalui penyajian produk secara nonpersonal lewat media cetak atau elektronik.
Hasil penelitian menunjukkan frekuensi pesan yang diterima responden
melalui liputan media. Sebanyak 51% responden mengaku tidak pernah melihat
liputan mengenai Curug Cilember melalui liputan media. Sebanyak 40%
responden menyatakan jarang dan 9% responden menyatakan sering melihat
mengenai Curug Cilember di liputan media.
Wana Wisata Curug Tujuh Cilember pernah diliput di berbagai media baik
media cetak maupun media elektronik. Liputan media dapat membantu
mempromosikan kawasan wisata karena selain pihak pengelola tidak perlu
mengeluarkan dana, target khalayak yang akan diterpa informasi mengenai
kawasan wisata juga besar. Sebaran responden dapat dilihat pada diagram berikut.
57
Sama halnya dengan roadshow ke sekolah, kegiatan promosi melalui
berbagai pameran juga menunjukkan hasil yang sama. Mayoritas responden yaitu
sebanyak 87% responden tidak pernah mendapatkan informasi mengenai Curug
Tujuh Cilember melalui pameran. Sebanyak 11% responden menyatakan jarang
dan 2% responden menyatakan sering mendapatkan informasi mengenai Curug
Tujuh Cilember melalui pameran.
Kegiatan pameran yang diikuti oleh pihak pengelola seringkali merupakan
kegiatan pameran yang diadakan oleh dinas kebudayaan pariwisata, baik
Disbudpar Kabupaten Bogor, Disbudpar Jawa Barat, maupun Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia. Dalam kegiatan pameran, pihak
pengelola selalu membawa banner, brosur, dan lembar mengenai biaya paket
wisata sebagai media promosi pelengkap.
4. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran adalah media yang disediakan oleh pengelola wana
wisata agar dapat dipelajari oleh pengunjung atau calon pengunjung. Pengelola
wisata Curug 7 Cilember menggunakan website, blog, dan brosur sebagai media
pembelajaran bagi khalayak. Hasil penelitian mengenai akses responden terhadap
materi pembelajaran melalui website, blog, dan brosur dapat dilihat pada diagram
berikut.
Website
Blog
Brosur
70
60
Persentase
50
40
30
20
10
0
tidak pernah
jarang
sering
sangat sering
58
Curug Tujuh Cilember cukup menarik dengan paduan warna dan gambar yang
mengusung konsep alami.
Selain website, ketika mengetik kata kunci Curug Tujuh Cilember di mesin
pencari otomatis di internet, banyak blog (website tidak resmi gratis) yang
menampilkan cerita mengenai Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Hasil
penelitian, 66% responden menyatakan tidak pernah mengakses blog mengenai
Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Sementara itu, 20% responden menjawab
jarang mengakses blog, 11% responden menjawab sering dan 3% responden
menjawab sangat sering mengakses blog mengenai Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember.
Sama halnya dengan materi pembelajaran seperi brosur, hasil penelitian
mengenai akses responden terhadap materi pembelajaran melalui brosur
menunjukkan 65% responden tidak pernah melihat brosur Wana Wisata Curug
Tujuh Cilember. Brosur yang dibuat oleh pengelola memang hanya ditempatkan
di kantor pengelola, KBM perhutani, Tourism Information Center Kabupaten
Bogor, dan dibawa pada saat ada kegiatan forum ekowisata atau pameran
berlangsung. Hasil lain menunjukkan 23% responden mengaku jarang
mendapatkan informasi melalui brosur, 10% responden menyatakan sering dan
2% responden menyatakan sangat sering mendapatkan informasi melalui brosur.
5. Komunikasi Personal
Komunikasi personal mencakup rekomendasi dari penjual maupun
pelanggan lain yang dapat memiliki pengaruh kuat pada keputusan orang untuk
menggunakan layanan. Contoh dari komunikasi personal adalah komunikasi lisan
dari mulut ke mulut (word of mouth). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 43%
responden menyatakan sangat sering mendengar informasi mengenai Wana
Wisata Curug Tujuh Cilember dan 39% responden menyatakan sering mendengar
melalui komunikasi lisan word of mouth (WOM). Sebesar 16% responden
menyatakan jarang mendengar melalui WOM dan 2% responden menyatakan
tidak pernah mendapatkan informasi mengenai Curug 7 Cilember melalui WOM.
Komunikasi lisan berupa word of mouth memang tidak bisa dikendalikan
oleh pihak pengelola. Informasi mengenai kelebihan maupun kekurangan kawasan
wisata bisa saja bebas diceritakan melalui komunikasi lisan.
59
Tabel 14 Jumlah dan persentase responden berdasarkan akumulasi penilaian
terhadap efektivitas komunikasi pemasaran
Efektivitas Komunikasi Pemasaran
Rendah
Sedang
Tinggi
Total
Jumlah
27
63
10
100
Persentase (%)
27.0
63.0
10.0
100.0
60
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 76% responden berada pada tingkat
afektif yang sedang, sedangkan sisanya memiliki tingkat afektif yang tinggi (20%)
dan rendah (4%). Walaupun tingkat pengetahuan tidak begitu tinggi, namun
responden mengaku sangat menikmati berada di kawasan wisata. Mereka senang
dengan kealamian yang dimiliki wana wisata, termasuk responden dari Jakarta.
Tingkat Konatif
Tingkat konatif, yakni perubahan niat, tekad, upaya, usaha yang cenderung
menjadi perilaku atau tindakan yang terjadi pada komunikan (Effendy 2003).
Perubahan perilaku atau tindakan yang diinginkan oleh pengelola yaitu
pengunjung akan datang kembali ke kawasan wisata serta memakai paket wisata
yang sudah tersedia.
Tingkat konatif responden wana wisata dari hasil penelitian juga berada
pada tingkatan sedang, yaitu sebanyak 72% responden. Tingkat konatif yang
tinggi mencapai 23% responden. Tingkat konatif yang rendah hanya mencapai 2%
responden. Hal ini berarti pengunjung cukup bersedia berkunjung kembali ke
kawasan wisata, memakai paket wisata, dan bahkan menceritakan kembali kepada
kerabat mengenai Wana Wisata Curug Tujuh Cilember.
Rendah
Tinggi
0
3
1
4
0.00
75.00
25.00
100.00
38
38
15
91
41.76
41.76
16.48
100.00
0
4
1
5
0.00
80.00
20.00
100.00
Uji Rank Spearman: Nilai Koefisien Korelasi = 0.014, Nilai Signifikansi = 0.889
62
Hasil tabel di atas dapat disimpulkan bahwa kekuatan rancangan pesan tidak
memiliki hubungan dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada tingkatan
kognitif. Dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman melalui alat bantu
SPSS v.17.0 diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.889. Hipotesis penelitian ditolak
karena nilai signifikansi 0.889 > 0.1 dan secara statistik tidak ada hubungan. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa kekuatan rancangan pesan tidak memiliki hubungan
dengan tingkat kognitif efektivitas pemasaran. Perhitungan uji statistik Rank
Spearman dapat dilihat pada Lampiran 9.
Rendah
Tinggi
1
3
0
4
25.00
75.00
0.00
100.00
3
71
17
91
3.30
78.02
18.68
100.00
0
2
3
5
0.00
40.00
60.00
100.00
Uji Rank Spearman: Nilai Koefisien Korelasi = 0.274, Nilai Signifikansi = 0.006
63
dengan uji korelasi Rank Spearman. Hipotesis diterima karena nilai signifikansi
0.006 < 0.01 dan secara statistik memiliki hubungan. Perhitungan uji statistik
Rank Spearman dapat dilihat pada lampiran 9.
Hubungan Kekuatan Rancangan Pesan dan Efektivitas Komunikasi
Pemasaran menurut Tingkatan Konatif
Pembahasan berikut menjelaskan mengenai hubungan antara kekuatan
rancangan pesan dan efektivitas komunikasi pemasaran menurut tingkatan konatif.
Bahasan ini menjelaskan kekuatan rancangan pesan memiliki keterkaitan dengan
tindakan responden terhadap kawasan Wana Wisata Curug Cilember. Tindakan
responden di sini mencakup keinginan responden berkunjung kembali ke Wana
Wisata Curug Tujuh Cilember, keinginan memakai paket wisata, dan mengajak
keluarga atau kerabat berkunjung ke Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Tabel
17 memperlihatkan hasil tabulasi silang antara kekuatan rancangan pesan dan
efektivitas komunikasi pemasaran tingkat konatif.
Tabel 17 Hubungan antara kekuatan rancangan pesan dan efektivitas komunikasi
pemasaran tingkatan konatif
Efektivitas
Komunikasi
Pemasararan
(Konatif)
Rendah
Sedang
Tinggi
Total
Tinggi
1
3
0
4
25.00
75.00
0.00
100.00
4
64
23
91
4.39
10.33
25.27
100.00
0
5
0
5
0.00
100.00
0.00
100.00
Uji Rank Spearman: Nilai Koefisien Korelasi = 0.043, Nilai Signifikansi = 0.674
64
Hubungan Ragam Media Penyampaian Pesan dan Efektivitas Komunikasi
Pemasaran menurut Tingkatan Kognitif
Ragam media penyampaian pesan adalah sumber-sumber informasi yang
didapatkan oleh pengunjung mengenai Wana Wisata Curug Tujuh Cilember
melalui media promosi dari elemen bauran komunikasi pemasaran periklanan,
promosi penjualan, humas dan publisitas, media pembelajaran, dan komunikasi
personal.
Pembahasan berikut menjelaskan mengenai hubungan antara ragam media
penyampaian pesan dan efektivitas komunikasi pemasaran menurut tingkatan
kognitif. Hasil penelitian memperlihatkan tingkat ragam media penyampaian
pesan yang rendah dimiliki oleh responden dengan efektivitas komunikasi
pemasaran tingkat kognitif yang rendah dan sedang masing-masing sebesar
46.51%, tingkat kognitif tinggi sebesar 6.98% dari total 43 responden.
Tingkat ragam media penyampaian pesan yang sedang dimiliki oleh
responden dengan efektivitas komunikasi pemasaran tingkat kognitif sedang
sebesar 40.43%, tingkat kognitif rendah sebesar 34.04 % dan tingkat kognitif
tinggi sebesar 25.53 % dari total 47 responden. Sementara itu, ragam media
penyampaian pesan yang tinggi dimiliki oleh responden dengan tingkat kognitif
sedang sebesar 60%, tingkat kognitif rendah sebesar 20% dan tingkat kognitif
tinggi sebesar 20% dari total 10 responden. Hasil tabulasi silang dapat dilihat pada
tabel 18.
Tabel 18 Hubungan antara ragam media penyampaian pesan dan efektivitas
komunikasi pemasaran tingkatan kognitif
Efektivitas
Komunikasi
Pemasararan
(Kognitif)
Rendah
Sedang
Tinggi
Total
20
20
3
43
46.51
46.51
6.98
100.00
16
19
12
47
34.04
40.43
25.53
100.00
2
6
2
10
20.00
60.00
20.00
100.00
Uji Rank Spearman: Nilai Koefisien Korelasi = 0.220, Nilai Signifikansi = 0.028
65
yang dimaksud adalah perasaan senang dan puas terhadap Wana Wisata Curug
Tujuh Cilember.
Hasil tabulasi silang pada tabel 19 menunjukkan mayoritas responden
dengan ragam media penyampaian pesan yang rendah memiliki tingkat afektif
efektivitas komunikasi pemasaran yang sedang, yaitu sebesar 86.95%. Responden
dengan ragam media penyampaian pesan yang sedang juga dimiliki oleh
responden dengan tingkat afektif komunikasi pemasaran yang sedang, yaitu
sebesar 74.47% responden. Ragam media penyampaian tinggi mayoritas dimiliki
oleh responden dengan tingkat afektif komunikasi pemasaran yang sedang dan
tinggi, yaitu masing-masing sebesar 40%.
Tabel 19 Hubungan antara ragam media penyampaian pesan dan efektivitas
komunikasi pemasaran tingkatan afektif
Efektivitas
Komunikasi
Pemasararan
(Afektif)
Rendah
Sedang
Tinggi
Total
2
37
4
43
4.65
86.95
9.30
100.00
0
35
12
47
0
74.47
25.53
100.00
2
4
4
10
20.00
40.00
40.00
100.00
Uji Rank Spearman: Nilai Koefisien Korelasi = 0.203, Nilai Signifikansi = 0.043
66
Tabel 20 Hubungan antara ragam media penyampaian pesan dan efektivitas
komunikasi pemasaran tingkatan konatif
Efektivitas
Komunikasi
Pemasararan
(Konatif)
Rendah
Sedang
Tinggi
Total
4
29
10
43
9.30
67.44
23.26
100.00
1
35
11
47
2.13
74.47
23.40
100.00
0
8
2
10
0.00
80.00
20.00
100.00
Uji Rank Spearman: Nilai Koefisien Korelasi = 0.053, Nilai Signifikansi = 0.602
%
33
38.82
5
33.33
38
44.71
7
46.67
14
16.47
3
20.00
85
100.00
15
100.00
Uji Rank Spearman: Nilai Koefisien Korelasi = 0.045, Nilai Signifikansi = 0.655
67
sedangkan sisanya berada pada tingkat kognitif rendah sebesar 38.82% dan tinggi
sebesar 16.47%. Sementara itu, frekuensi penyampaian pesan yang sedang
dimiliki oleh responden dengan tingkat kognitif sedang sebesar 46.67%, rendah
sebesar 33.33%, dan tinggi sebesar 20% dari total 15 responden.
Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman, diperoleh nilai signifikansi
0.655 > 0.1. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis mengenai semakin tinggi
frekuensi penyampaian pesan maka semakin tinggi efektivitas komunikasi
pemasaran tingkat kognitif tidak dapat diterima. Artinya, frekuensi penyampaian
pesan tidak memiliki kaitan dengan tingginya pengetahuan responden mengenai
Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Perhitungan uji statistik Rank Spearman
dapat dilihat pada lampiran 9.
%
2
2.35
2
13.33
70
82.35
6
40.00
13
15.29
7
46.67
85
100.00
15
100.00
Uji Rank Spearman: Nilai Koefisien Korelasi = 0.177, Nilai Signifikansi = 0.077
68
respon pengunjung terhadap Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Perhitungan uji
statistik Rank Spearman dapat dilihat pada lampiran 9.
Hubungan Frekuensi Penyampaian Pesan dan Efektivitas Komunikasi
Pemasaran menurut Tingkatan Konatif
Pembahasan selanjutnya mengenai keterkaitan antara tingginya frekuensi
penyampaian pesan dan tingkat konatif responden terhadap Wana Wisata Curug
Tujuh Cilember. Tingkat konatif berarti tindakan mencakup keinginan responden
berkunjung kembali ke Wana Wisata Curug Tujuh Cilember, keinginan memakai
paket wisata, dan mengajak keluarga atau kerabat berkunjung ke Wana Wisata
Curug Tujuh Cilember.
Tabel 23 Hubungan antara frekuensi penyampaian pesan dan efektivitas
komunikasi pemasaran tingkatan konatif
Efektivitas Komunikasi
Pemasararan (Konatif)
Rendah
Sedang
Tinggi
Total
%
4
4.71
1
6.67
62
72.94
10
66.67
19
22.35
4
26.67
85
100.00
15
100.00
Uji Rank Spearman: Nilai Koefisien Korelasi = 0.020, Nilai Signifikansi = 0.840
69
Hubungan Komunikasi Pemasaran dan Efektivitas Komunikasi Pemasaran
Kotler (2000) dalam Kusumastuti (2009) mengartikan komunikasi
pemasaran sebagai usaha untuk menyampaikan pesan kepada publik, terutama
konsumen sasaran, mengenai keberadaan suatu produk di pasar. Indikator
komunikasi pemasaran dalam penelitian ini adalah kekuatan rancangan pesan,
ragam media penyampaian pesan, dan frekuensi penyampaian pesan yang
diterima pengunjung Wana Wisata Curug Tujuh Cilember.
Dalam penelitian ini, tingkat kognitif, afektif, dan konatif diukur untuk
mengetahui efektivitas komunikasi pemasaran Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember. Menurut Effendy (2000) menyatakan bahwa efektivitas komunikasi
adalah kondisi adanya kesamaan makna terhadap pesan komunikasi ketika hal
tersebut dapat dikatakan efektif jika dapat menimbulkan dampak: (1) kognitif,
yakni meningkatnya pengetahuan komunikan, (2) afektif, yakni perubahan
pandangan komunikan karena hatinya tergerak akibat komunikasi, dan (3) konatif,
yakni perubahan niat, tekad yang cenderung mengarah pada perilaku atau
tindakan yang terjadi pada komunikan. Tabel 24 merupakan nilai signifikansi dari
olah statistik Rank Spearman untuk melihat hubungan antara komunikasi
pemasaran dan efektivitas komunikasi pemasaran.
Tabel 24 Hubungan antara komunikasi pemasaran dan efektivitas komunikasi
pemasaran Wana Wisata Curug Tujuh Cilember
Komunikasi
Pemasaran
Kekuatan Rancangan
Pesan
Ragam
Media
Penyampaian Pesan
Frekuensi
Penyampaian Pesan
0.043*
0.602
0.008
0.655
0.077
0.840
0.213
Keterangan:
* signifikan pada (0.05)
** signifikan pada (0.01)
71
Analisis Faktor Strategi Internal
Analisis Strengths (Kekuatan)
Analisis Strengths (kekuatan) merupakan analisis faktor-faktor internal
Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Analisis ini lebih mengarah pada kegiatan
promosi yang dilakukan pengelola Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Pihak
pengelola mengikuti forum ekowisata dengan sesama tempat ekowisata lain dan
biro perjalanan. Hal ini untuk mengembangkan promosi melalui word of mouth
networking.
Selain itu, pengelola juga memperkenalkan tempat wisata melalui pameran,
internet, dan roadshow. Pihak pengelola telah berupaya menggunakan berbagai
media dalam mempromosikan kawasan wisata. Pengelola sudah pernah mengikuti
bebagai pameran, misalnya yang diadakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Jawa Barat dan Kabupaten Bogor.
Melalui media internet, Wana Wisata Curug Tujuh Cilember memiliki
website resmi dengan alamat www.curug7cilember.perumperhutani.com,
youtube, facebook, dan blog untuk menarik minat wisatawan, terutama kalangan
muda yang identik melek dengan teknologi internet. Roadshow juga dilakukan ke
sekolah-sekolah dengan menawarkan paket wisata seperti wisata edukasi, outbond,
dan gathering. Sekolah yang sering menggunakan paket wisata edukasi khususnya
sekolah di Bogor salah satunya SD & SMP Regina Pacis Bogor.
Selama ini, Wana Wisata Curug Tujuh Cilember pernah diliput di berbagai
media (majalah, televisi). Media yang pernah meliput antara lain Garuda
Magazine bulan Juni 2009 dengan judul Curug Cilember climbing the seven step
waterfalls. Selain itu, majalah KRONIK Bogor juga pernah meliput pada edisi
Maret 2009 dengan judul Nikmati panorama curug cilember. Majalah POTRET
Indonesia edisi Maret 2011 juga menampilkan curug cilember dengan judul
Sentuhan dan Inovasi Perhutani Mampu percantik wisata Bogor.
Berbagai media elektronik yang juga pernah melakukan liputan, di
antaranya SCTV melalui program Liputan 6 Usaha Anda yang menceritakan
mengenai wisata edukasi kupu-kupu di wana wisata Curug Cilember dan Liputan
6 Jalan-jalan Menikmati Panorama Curug Cilember, Indosiar melalui Kupukupu Curug Cilember, Metro TV melalui Jalan-jalan Asyik, Global TV
melalui program HOT SPOT, Trans TV melalui program ngulik, dan Urban
KTV melalui program URBAN. Wana Wisata Curug Tujuh Cilember juga
pernah dijadikan lokasi syuting MNC TV melalui program sinema keluarga
berjudul Legenda Curug 7 Cilember.
Pengelola juga memiliki jaringan dengan biro perjalanan wisata dan institusi
pendidikan serta swasta. Pengelola terus mempertahankan pengunjung yang setia
memakai paket wisata yang ada di tempat wisata. Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember memiliki kartu kerjasama (partnership card). Siapapun bisa memiliki
kartu tersebut, baik biro perjalanan maupun peorangan. Pengunjung yang
memegang partnership card mendapat potongan tiket masuk sebesar 30%.
Pengelola Wana Wisata Curug Tujuh Cilember menggunakan sistem email dan
telepon untuk pemesanan berbagai paket wisata. Pengelola melayani pengunjung
yang tidak dapat datang langsung untuk melihat lokasi wisata tapi memiliki
ketertarikan menggunakan paket wisata melalui email dan telepon.
72
Kekuatan (Strengths)
S1. Pihak pengelola mengikuti forum ekowisata dengan sesama tempat
ekowisata lain dan biro perjalanan.
S2. Memperkenalkan tempat wisata melalui pameran, internet, dan
roadshow.
S3. Wana wisata curug cilember pernah diliput di berbagai media
(majalah, televisi, radio).
S4. Memiliki jaringan dengan biro perjalanan wisata dan institusi
pendidikan serta perusahaan swasta.
S5. Pemberian diskon melalui partnership card.
S6. Menggunakan sistem email dan telepon untuk pemesanan berbagai
paket wisata.
Analisis Weaknesses (Kelemahan)
Analisis mengenai aspek kelemahan merupakan analisis faktor-faktor
kelemahan internal Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Kelemahan utama
menurut pengelola yaitu minimnya anggaran dana yang disediakan untuk kegiatan
promosi. Menurut penuturan pengelola wisata, Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM)
perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten kurang memperhatikan kegiatan
promosi. Pusat perhatian hanya kepada target pemasukan dari tiket wisata.
Pengelola tidak dapat mengembangkan kegiatan promosi tanpa persetujuan dari
KBM perhutani dan anggaran dana yang diberikan tidak terlalu besar.
Wana Wisata Curug Tujuh Cilember kurang memiliki identity media (alat
tulis, merchandise identity). Ketika melakukan kunjungan seperti roadshow atau
melakukan pertemuan di berbagai forum, pengelola tidak dapat memberikan
kenang-kenangan berupa identity media tersebut. Identity media berguna sebagai
publisitas Wana Wisata Curug Tujuh Cilember.
Selain itu, website resmi Wana Wisata Curug Tujuh Cilember di bawah
perhutani dan dikelola oleh satu orang, yaitu bagian administrasi Wana Wisata
Curug Tujuh Cilember. Bagian administrasi ini mengurus semua bagian mulai
dari administrasi, website, youtube, facebook, dan blog. Akibatnya, website resmi
wana wisata kurang diperbaharui dengan kondisi terbaru yang ada. Paket wisata
yang terdapat di situs resmi tersebut masih paket wisata terdahulu yang sudah
tidak dipakai lagi. Komunikasi interaktif berupa live chat antara pengelola situs
dan pengunjungnya juga tidak terdapat di situs resmi. Informasi-informasi yang
ditampilkan seperti kondisi jalan dan bagaimana akses menuju lokasi wisata
(kendaraan pribadi atau umum), paket wisata, harga fasilitas masih kurang
ditampilkan. Padahal, dari segi tampilan, warna dan design website tersebut
menarik.
Sumber daya manusia (kualitas dan kuantitas) pengelola terutama di bidang
promosi masih minim. Jumlah pengelola di wana wisata berjumlah 12 orang.
Masing-masing bertugas di berbagai bidang. Artinya, tidak hanya bidang yang
ditugaskan yang menjadi tanggung jawab, melainkan pengelola harus bisa
melayani pengunjung apapun jabatan mereka. Kualitas sumber daya yang minim
dilatarbelakangi dengan pendidikan pengelola yang bukan berasal dari pariwisata,
melainkan dari kehutanan, sehingga pengelola hanya belajar sedikit mengenai
wisata, termasuk promosi wisata. Kuantitas sumber daya juga menjadi kendala.
Sedikitnya jumlah pengelola mengakibatkan kesulitan dalam melakukan kegiatan
promosi ke luar, seperti sales visit ke sekolah-sekolah sesering mungkin.
73
Informasi/sistem informasi tentang Wana Wisata Curug Tujuh Cilember
terutama paket wisata masih kurang. Tidak ada papan informasi mengenai paket
wisata yang disediakan pengelola. Pengunjung harus ke kantor pemasaran untuk
mengetahui paket wisata yang disediakan. Selain itu, ruang informasi untuk
pengunjung menyatu dengan tempat penjualan tiket, sehingga fungsi dari ruang
informasi pun menjadi kurang digunakan.
Penempatan billboard, brosur, dan banner di berbagai lokasi strategis masih
kurang. Billboard yang dimiliki pengelola hanya dua buah. Billboard ditempatkan
di ruas jalan puncak beberapa meter sebelum jalan masuk menuju lokasi wisata
dan di persimpangan jalan masuk lokasi wisata. Brosur ditempatkan di dalam
kantor pemasaran wisata, ketika pengunjung jarang memasuki kantor tersebut,
kecuali pengunjung yang ingin menggunakan paket wisata seperti gathering dan
outbond. Brosur juga ditempatkan di Tourism Information Center di rest area
ciawi, di kantor KBM perhutani, dan dibawa jika ada pameran saja. Banner
ditempatkan di Tourism Information Center Kabupaten Bogor dan dibawa saat
ikut pameran. Lokasi-lokasi tersebut dirasa kurang strategis untuk dipaparkan ke
pengunjung potensial.
Kelemahan (Weaknesses)
W1. Anggaran dana untuk promosi kurang memadai.
W2. Kurangnya identity media (alat tulis, merchandise identity WWCC).
W3. Website resmi WWCC kurang diperbaharui.
W4. Kualitas dan kuantitas SDM pengelola WWCC terutama di bidang
promosi masih minim.
W5. Minimnya informasi tentang WWCC terutama paket wisata.
W6. Kurangnya penempatan billboard, brosur, dan banner di berbagai
lokasi strategis.
74
terutama kalangan muda yang mayoritas menggunakan media sosial sebagai trend
komunikasi dan mencari informasi. Perkembangan teknologi seperti internet dapat
mendukung kegiatan promosi. Jaringan internet yang tersedia di kantor pengelola
tersedia dalam kondisi bagus. Sistem wi-fi juga terdapat di beberapa titik area
wisata, seperti di tempat perkemahan dan pondokan.
Pengelola wisata juga dapat mengadakan kerja sama dengan masyarakat di
sekitar kawasan wisata. Besarnya dukungan yang diberikan masyarakat kepada
wana wisata dapat dijadikan peluang untuk meningkatkan kerja sama, baik dalam
bentuk kios wisata maupun bentuk lain yang dapat menarik pengunjung.
Kerjasama juga dapat meningkatkan ekonomi penduduk lokal. Lokasi wana
wisata yang berada di kawasan wisatawan puncak dapat berpeluang menarik
wisatawan, terutama wisatawan timur tengah. Penelitian menunjukkan bahwa
potensi jumlah pengunjung timur tengah besar, terutama pada hari biasa dan hari
sabtu.
Peluang (Opportunities)
O1. Adanya kesempatan kerja sama dengan biro perjalanan, hotel, restoran,
instansi profit dan non profit.
O2. Minat pengunjung terhadap wisata alam tinggi.
O3. Perkembangan teknologi seperti internet untuk mendukung kegiatan
promosi.
O4. Perhutani, Disbudpar Bogor dan Jawa Barat mendukung promosi
WWCC dalam pameran wisata dan website resmi.
O5. Masyarakat lokal mendukung keberadaan wana wisata.
O6. Potensi wisatawan tinggi terutama wisatawan Timur Tengah.
Analisis Threaths (Ancaman)
Analisis mengenai aspek ancaman merupakan analisis faktor-faktor
ancaman dari lingkungan eksternal Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Penataan
lingkungan di sekitar kawasan wisata kurang tertib. Banyaknya vila-vila yang
dibangun menjadi faktor keseimbangan lingkungan kurang terjaga. Namun, vilavila yang dibangun tersebut bukan berada di bawah tanggung jawab pengelola
wisata, namun di bawah tanggung jawab pemerintah desa.
Selain itu, kios-kios di area wisata kurang tertata rapi, sehingga mengurangi
keindahan alam yang ada di lokasi wisata. Terdapat masalah tenurial mengenai
penempatan kios-kios di area wisata. Berdasarkan hasil wawancara dengan Duty
Manager WWCC pada tanggal 9 Desember 2012, pihak pengelola sudah berusaha
mencari pemecahan masalah tenurial tersebut dengan memanggil pihak Badan
Pertanahan Nasional (BPN), namun menurut pengakuan pengelola, pihak BPN
tidak datang memenuhi panggilan pengelola wisata.
Anggaran dana promosi wana wisata diatur langsung oleh pusat, yaitu oleh
KBM perhutani. Semuanya tergantung kepada keputusan pusat. Akibatnya,
pengelola tidak dapat mengatur sendiri media promosi dan kegiatan promosi yang
akan dijalankan. Hal ini menjadi kendala besar jika pengelola ingin
mengembangkan kegiatan promosi untuk menarik pengunjung sebanyakbanyaknya.
Kondisi jalan yang kurang bagus, jauh, dan akses jalan yang susah menuju
lokasi wisata membuat wisatawan kesulitan menjangkau lokasi wisata, terutama
wisatawan yang tidak membawa kendaraan pribadi dan wisatawan dalam
75
rombongan besar yang menggunakan bus besar. Kecenderungan wisatawan untuk
berpaling ke objek wisata lain yang lebih populer dan mudah dijangkau, seperti
obyek wisata Taman Matahari yang lokasinya bisa dijangkau oleh kendaraan bus
besar. Keberadaan wisata alam sejenis di dekat Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember juga menjadi ancaman bagi kawasan wisata ini, seperti vila-vila yang
juga menawarkan perkemahan dan keindahan alam berupa sawah dan pegunungan.
Tingkat pendidikan masyarakat lokal masih rendah. Mayoritas penduduk
Desa Jogjogan merupakan lulusan sekolah dasar. Hal tersebut membuat pengelola
sulit merekrut warga menjadi pengelola, padahal pihak pengelola sendiri minim
sumber daya manusia. Masyarakat lokal hanya menjadi pemilik kios, pemandu
wisata, penjaga parkir, musholla, flying fox, dan penjaga toilet.
Pencurian dan perusakan vegetasi oleh pengunjung atau masyarakat berupa
tumbuh-tumbuhan yang dipelihara oleh pengelola juga dapat merusak kealamian
dari tempat wisata tersebut. Walaupun jarang terjadi, vegetasi yang berkurang
atau rusak bisa mengurangi nilai tambah dari keindahan alam Wana Wisata Curug
Tujuh Cilember.
Ancaman (Threats)
T1. Penataan lingkungan di sekitar kawasan wisata kurang tertib.
T2. KBM perhutani mengatur langsung anggaran dana promosi.
T3. Kecenderungan wisatawan untuk berpaling ke objek wisata lain yang
lebih populer dan mudah dijangkau.
T4. Keberadaan wisata alam sejenis di dekat WWCC.
T5. Tingkat pendidikan masyarakat lokal masih rendah.
T6. Pencurian vegetasi oleh pengunjung atau masyarakat.
76
Susunan Formulasi Strategi
Berdasarkan matriks Faktor Strategi Internal (IFAS), analisis kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki Wana Wisata Curug Tujuh Cilember dalam kegiatan
promosi sebagai berikut.
Tabel 25 Matriks IFE Curug Tujuh Cilember
Rating
Skor
Bobot
0.113636
0.323232
0.080808081
0.323232
0.075757576
0.303030
0.080808081
0.242424
0.088383838
0.353535
0.118686869
0.474747
0.050505051
0.050505
0.090909091
0.363636
0.113636364
0.454545
0.090909091
0.363636
0.272727
42
3.638889
Bobot
Kekuatan
Pihak pengelola mengikuti forum
ekowisata dengan sesama tempat 0.037878788
ekowisata lain dan biro perjalanan
Memperkenalkan tempat wisata melalui
0.080808081
pameran, internet, dan roadshow
Wana Wisata Curug Cilember pernah
diliput di berbagai media
Memiliki jaringan dengan biro perjalanan
wisata dan institusi pendidikan serta
perusahaan swasta
Pemberian diskon melalui partnership
card
Menggunakan sistem email dan telepon
untuk pemesanan paket wisata
Kelemahan
Anggaran dana untuk promosi kurang
memadai
Kurangnya identity media (alat tulis,
merchandise identity WWCC)
Website
resmi
WWCC
kurang
diperbaharui
Kualitas dan kuantitas SDM pengelola
WWCC terutama di bidang promosi
masih minim
Minimnya informasi tentang WWCC
terutama paket wisata
1
Total
Keterangan: Rating kekuatan dan kelemahan
1 = sangat lemah
3 = cukup kuat
2 = tidak begitu lemah
4 = sangat kuat
77
Tabel 26 Matriks EFE Curug Tujuh Cilember
Faktor-faktor Eksternal Utama
Peluang
Adanya kesempatan kerja sama
dengan biro perjalanan, hotel,
restoran, instansi profit dan non
profit
Minat pengunjung terhadap wisata
alam tinggi
Perkembangan teknologi seperti
internet untuk mendukung kegiatan
promosi
Perhutani, Disbudpar Bogor dan
Jawa Barat mendukung promosi
WWCC dalam pameran wisata dan
website resmi
Masyarakat
lokal
mendukung
keberadaan wana wisata
Bobot
Rating
Skor Bobot
0.037878788
0.151515
0.080808081
0.323232
0.080808081
0.323232
0.075757576
0.303030
0.080808081
0.323232
0.088383838
0.353535
0.068181818
0.204545
0.133838384
0.535354
0.065656566
0.131313
0.058080808
0.058081
0.095959596
0.287879
0.027777778
0.027778
38
3.022727
78
Dari hasil perhitungan, didapat selisih total skor faktor strategi internal (x) sebesar
- 0.32. Selisih total skor faktor strategi eksternal (y) sebesar 0.53.
Peluang (O)
0.53
Kelemahan (W)
Kekuatan (S)
-0.32
Ancaman (W)
Gambar 23 Positioning kuadran SWOT Curug Tujuh Cilember
Posisi pengelola Wana Wisata Curug Tujuh Cilember pada gambar 23
berada pada kuadran III. Pada posisi ini, pengelola Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember menghadapi peluang pasar yang cukup besar, tetapi di lain pihak,
pengelola menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Rekomendasi
strategi yang diberikan adalah ubah strategi. Artinya, pengelola Wana Wisata
Curug Tujuh Cilember disarankan untuk mengubah strategi promosi sebelumnya.
Hal tersebut beralasan bahwa strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat
menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja pengelola wisata.
79
pendidikan. Instansi pendidikan yang dijadikan sasaran tidak hanya fokus di
Bogor dan sekitarnya, melainkan meluas sampai tingkat provinsi, bahkan
luar negeri.
2. Promosi dan Pengembangan Paket Wisata Alam
Tingginya minat pengunjung terhadap wisata alam menjadi peluang
bagi pengelola Curug Tujuh Cilember untuk mengembangkan paket wisata
alam. Salah satu paket wisata alam yang dapat dikembangkan adalah Baby
Tree Adoption. Paket Baby Tree Adoption merupakan paket wisata dimana
pengunjung yang datang ke kawasan wisata dapat menanam sendiri bibit
pohon di kawasan wisata tersebut. Hal ini sekaligus dapat menarik
pengunjung untuk terus mengunjungi kembali kawasan wisata untuk
melihat pohon yang mereka adopsi. Pemeliharaan pohon yang ditanam
pengunjung dapat bekerja sama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) seperti Word Wild Foundation (WWF) dan masyarakat sekitar
kawasan wisata. Paket wisata ini juga dapat mendukung kelestarian
lingkungan.
Promosi mengenai paket wisata Baby Tree Adoption dapat
diperkenalkan melalui berbagai kegiatan promosi yang dilakukan pengelola,
seperti pameran dan roadshow. Selain itu, pengelola juga dapat
memperkenalkan melalui website resmi Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember maupun website resmi pemerintah dan dinas pariwisata.
3. Promosi Wisata Alam Melalui Penggunaan Media Sosial
Perkembangan teknologi seperti internet dapat mendukung kegiatan
promosi kawasan wisata. Penggunaan media sosial dapat menjadi salah satu
cara pengelola untuk lebih memperkenalkan wisata alam, terutama kepada
pengunjung potensial. Sasaran pengunjung potensial mayoritas khalayak
yang melek dengan penggunaan internet dan media sosial, yaitu anak muda.
Wisatawan luar negeri terutama Timur Tengah juga menjadi khalayak
sasaran promosi melalui internet..
Terlebih lagi, akses internet di kantor pengelola wisata terbilang
mudah. Pengelola dapat memanfaatkan media sosial seperti media facebook,
youtube, twitter, instagram, mindtalk, dan line. Penggunaan media sosial
juga dapat menjadi cara pengelola mengenai kampanye pelestarian
lingkungan dan pemberian informasi mengenai berbagai paket wisata yang
tersedia.
Strategi Komunikasi Pemasaran Weaknesses-Opportunities (W-O)
Strategi W-O merupakan formulasi strategi komunikasi pemasaran yang
menggunakan kelemahan yang dimiliki Wana Wisata Curug Tujuh Cilember dan
memanfaatkan peluang yang datang dari eksternal WWCC. Terdapat beberapa
alternatif formulasi strategi yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Pemanfaatan media internet sebagai penerapan green marketing
communication
Anggaran dana untuk promosi yang kurang memadai menyebabkan
pengelola wana wisata terbatas ruang geraknya untuk melaksanakan
kegiatan promosi seperti roadshow maupun membuat lebih banyak lagi
media cetak dan media luar ruang. Selain itu, kurangnya penempatan
billboard, brosur, dan banner di berbagai lokasi strategis menyebabkan
minimnya informasi yang dipaparkan terutama mengenai paket wisata.
80
Pemanfaatan teknologi yang berkembang seperti internet dapat
menjadi cara untuk memanfaatkan peluang yang ada walaupun dana yang
tersedia kurang memadai. Penggunaan internet juga menjadi salah satu cara
untuk menerapkan konsep green marketing communication. Konsep ini
dapat diterapkan dan lebih mendukung image wana wisata yang
mengedepankan kelestarian lingkungan dengan pesona alam yang dimiliki.
2. Upaya peningkatan kualitas SDM dengan pelatihan tentang promosi
Kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia (SDM) pengelola Wana
Wisata Curug Tujuh Cilember terutama di bidang promosi masih minim.
Pelatihan mengenai upaya promosi terutama melalui internet diperlukan
agar kegiatan promosi dapat berjalan dengan optimal.
Pengelola juga dapat diberikan pelatihan mengenai pembuatan modul
tanaman dan hewan konservasi yang ada di Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember. Modul ini dapat dijadikan sarana pembelajaran bagi pengunjung
yang menggunakan wisata edukasi. Pembuatan modul ini dapat bekerja
sama dengan institusi pendidikan.
Selain itu, tingginya jumlah wisatawan asing terutama wisatawan
Timur Tengah dapat menjadi peluang bagi pengelola untuk meningkatkan
penggunaan bahasa termasuk bahasa Arab. Selain pengelola, masyarakat
yang bekerja di kawasan wisata dapat juga diberikan pelatihan bahasa agar
komunikasi dengan pengunjung dapat berjalan dengan lancar.
3. Pemasangan Informasi Paket Wisata di Tempat dan Media Potensial
Penempatan media promosi yang kurang strategis dapat menjadi
penyebab minimnya informasi mengenai kawasan wisata terutama paket
wisata. Selain itu, website resmi WWCC yang kurang diperbaharui juga
dapat menjadi perhatian pengelola untuk lebih memperbaiki sistem
informasi yang ada.
Penyebaran informasi mengenai kawasan wisata dapat dilaksanakan
oleh pengelola melalui jaringan-jaringan seperti hotel, restoran, biro wisata,
dan institusi pendidikan yang dimiliki. Jaringan-jaringan tersebut dapat
menjadi tempat strategis untuk menggapai khalayak lebih luas untuk
penyebaran informasi mengenai wisata alam yang dimiliki WWCC.
Brosur dan banner WWCC dapat ditempatkan di lokasi yang lebih
strategis lagi. Selama ini pengelola menempatkan brosur di Tourism
Information Center Kabupaten Bogor, pengelola bisa mencoba
menempatkan brosur di Tourism Information Center yang ada di Stasiun
Bogor maupun di Bandara Soekarno Hatta. Hal tersebut karena pergerakan
orang-orang, baik pekerja, wisatawan, maupun pebisnis lebih banyak
melalui dua pintu masuk tersebut, yaitu stasiun dan bandara.
Strategi Komunikasi Pemasaran Strenghts-Threats (S-T)
Strategi ST adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki
perusahaan untuk mengatasi ancaman. Beberapa alternatif strategi S-T yang
dirumuskan yaitu:
1. Pengunggulan Brand Image Tujuh Air Terjun dan Taman Konservasi Kupukupu
Wisata alam sejenis seperti perkemahan bermunculan di sekitar
kawasan wisata Curug Tujuh Cilember. Hal ini dapat menjadi ancaman bagi
pengelola kawasan wisata. Pengelola kawasan wisata dapat terus
81
mempromosikan kawasan wisata dengan menonjolkan wisata alam Air
Terjun dan Taman Konservasi Kupu-kupu. Hal ini dapat menjadi ciri khas
tersendiri bagi kawasan wisata Curug Tujuh Cilember.
Pengunggulan brand image ini dapat menggunakan berbagai media
promosi yang tersedia. Dengan memiliki ciri khas tersendiri, pengunjung
akan lebih cepat mengingat Curug Tujuh Cilember dibanding wana wisata
lain yang sejenis. Pihak pengelola juga mengatakan Curug Tujuh Cilember
memang memiliki ciri khas yang kuat sebagai wisata yang lebih
mengutamakan keseimbangan dan kelestarian lingkungan.
2. Melakukan Diskusi Bersama Masyarakat, LSM, Instansi Mengenai
Kelestarian Lingkungan Wisata
Pencurian dan perusakan vegetasi oleh pengunjung atau masyarakat
berupa tumbuh-tumbuhan yang dipelihara oleh pengelola juga dapat
merusak kealamian dari tempat wisata tersebut. Walaupun jarang terjadi,
vegetasi yang berkurang atau rusak bisa mengurangi nilai tambah dari
keindahan alam Wana Wisata Curug Tujuh Cilember.
Dengan berbagai jaringan yang dimiliki, pengelola dapat bekerja sama
dengan LSM dan instansi pendidikan untuk melakukan diskusi bersama
masyarakat. Diskusi mengenai pentingnya menjaga keseimbangan dan
kelestarian lingkungan dibutuhkan agar baik pengelola maupun masyarakat
dapat bersama-sama menjaga kawasan wisata Curug Tujuh Cilember.
Strategi Komunikasi Pemasaran Weaknesses-Threats (W-T)
Strategi WT didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha
meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Beberapa alternatif
strategi W-T yang dirumuskan yaitu
82
Tabel 27 Formulasi strategi komunikasi pemasaran WWCC
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Opportunities (Peluang)
Kerja sama dengan biro
perjalanan, hotel, restoran,
instansi (O1)
Minat pengunjung terhadap
wisata alam tinggi (O2)
Perkembangan
teknologi
seperti untuk mendukung
kegiatan promosi (O3)
Perhutani, Disbudpar Bogor
dan Jawa Barat mendukung
promosi WWCC dalam
pameran wisata dan website
resmi (O4)
Kerja
sama
dengan
masyarakat lokal (O5)
Potensi wisatawan tinggi
terutama wisatawan Timur
Tengah (O6)
Threaths (Ancaman)
Penataan lingkungan di
sekitar
kawasan
wisata
kurang tertib (T1)
Anggaran dana promosi
diatur langsung oleh pusat
(T2)
Kecenderungan wisatawan
untuk berpaling ke objek
wisata lain (T3)
Keberadaan wisata alam
sejenis di dekat WWCC (T4)
Tingkat
pendidikan
masyarakat lokal masih
rendah (T5)
Pencurian vegetasi oleh
pengunjung atau masyarakat
(T6)
Strengths (Kekuatan)
Pengelola
mengikuti
forum
ekowisata (S1)
Memperkenalkan tempat wisata
melalui pameran, internet, dan
roadshow (S2)
WWCC diliput di berbagai media
(S3)
Memiliki jaringan dengan biro
perjalanan wisata dan institusi
pendidikan serta perusahaan
swasta (S4)
Pemberian
diskon
melalui
partnership card (S5)
Menggunakan sistem email dan
telepon
untuk
pemesanan
berbagai paket wisata (S6)
Strategi S-O
Upaya kerjasama promosi dengan
pihak lain (S1, S4, O1)
Promosi dan pengembangan paket
wisata alam, misalnya baby tree
adoption (S2, S3, O2, O3, O4,
O5)
Promosi wisata alam melalui
penggunaan sosial media (S2,
O2, O3, O6)
Weaknesses (Kelemahan)
Anggaran dana untuk promosi
kurang memadai (W1)
Kurangnya identity media (W2)
Website resmi WWCC kurang
diperbaharui (W3)
Kualitas dan kuantitas SDM
pengelola WWCC terutama di
bidang promosi masih minim
(W4)
Minimnya informasi tentang
WWCC terutama paket wisata
(W5)
Kurangnya penempatan media
promosi di berbagai lokasi
strategis (W6)
Strategi S-T
Pengunggulan brand image air
terjun dan taman konservasi
kupu-kupu (S2, S3, T3, T4)
Melakukan
diskusi
bersama
masyarakat,
LSM,
instansi
mengenai kelestarian lingkungan
wisata (S1, S4, T1, T5, T6)
Strategi W-T
Upaya
pemberian
info
mengenai paket wisata unggulan
dan akses menuju lokasi wisata
saat promosi (W5, T3, T4)
Strategi W-O
Pemanfaatan media internet
sebagai
penerapan
green
marketing communication (W5,
W6, W3, W1, O3, O4)
Upaya peningkatan kualitas
SDM dengan pelatihan tentang
promosi melalui internet serta
pelatihan bahasa asing terutama
bahasa arab (W4, O3, O5, O6)
Pemasangan informasi paket
wisata di tempat dan media
potensial (W5, W6, W3, O1,
O3, O4)
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa hal yang dapat
dijadikan masukan atau saran di antaranya sebagai berikut:
1. Memperbanyak ragam media penyampaian komunikasi pemasaran.
Berdasarkan hasil penelitian, ragam media penyampaian pesan miliki
84
2.
3.
4.
5.
5.
DAFTAR PUSTAKA
Amir MT. 2005. Dinamika pemasaran jelajahi dan rasakan. Jakarta (ID): Raja
Grafindo Persada. 254 hal.
Arief A, Heri IH, Sri S. 2001. Potensi alam Wana Wisata Tanjung Papuma
Jember Jawa Timur. [Internet]. [diunduh 2012 Okt 01]. Tersedia pada:
http ://www.beritadaerah.com/pp/ potensi % alam %papuma.pdf.
Damanik J, Weber HF. 2006. Perencanaan ekowisata dari teori ke aplikasi.
Yogyakarta (ID): Andi Offset.140 hal.
David FR. 2009. Manajemen strategi konsep buku 1. Edisi ke-12. Jakarta (ID):
Salemba Empat. 561 hal.
[Disbudpar] Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor. 2012. Daftar
nama obyek wisata di Kabupaten Bogor. Bogor (ID): Disbudpar.
[DBA] Direktorat Bina Kawasan Alam. 1998. Buku petunjuk (guide book)
pariwisata alam di hutan lindung, Taman Buru, Suaka Margasatwa. Bogor
(ID): Departemen Kehutanan. Dirjen Pelestarian Hutan dan Pelesteraian
Alam.
[DPP; DJPDW; DKP; WWF ID] Direktorat Produk Pariwisata; Direktorat
Jenderal Pengembangan Destinasi Wisata; Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata; World Wild Foundation-Indonesia. 2009. Prinsip dan kriteria
ekowisata berbasis masyarakat. [Internet]. [diunduh 2012 Maret 01].
Tersedia
pada:
http://awsassets.wwf.or.id/downloads/wwf_indonesia_prinsip_dan_kriteria_
ecotourism_jan_2009.pdf.
Effendy OU. 2003. Ilmu, teori, dan filsafat komunikasi. Bandung (ID): Citra
Aditya Bakti. 422 hal.
Engel JF, Warshaw MR, Kinnear TC. 1991. Promotional strategy seventh.
Managing the marketing communication process. Boston (USA): IRWIN.
741 hal.
Kotler P. 1997. Manajemen pemasaran, analisis, perencanaan, implementasi, dan
kontrol. Jilid ke-2. Edisi ke-7. Teguh H, Rusli AR, penerjemah. Jakarta
(ID): Prenhallindo. Terjemahan dari: Marketing Management. 330 hal.
Kusumastuti YI. 2009. Komunikasi bisnis. Bogor (ID): IPB Press. 200 hal.
Lovelock C, Wright L. 2002. Principles of services marketing and management,
International edition. Upper Slide River New Jersey (USA): Pearson
Education. 436 hal.
Lubis DP. 2009. Pendahuluan. Hubeis AVS, editor. Dasar-dasar komunikasi.
Bogor (ID): Sains KPM IPB Press. 392 hal.
Marknesis. 2009. Pemasaran: Strategi dan teknik. Yogyakarta (ID): Marknesis.
378 hal.
Marpaung H. 2002. Pengetahuan kepariwisataan. Bandung (ID): Alfabeta. 231 hal.
Morrisan. 2010. Periklanan: Komunikasi pemasaran terpadu. Jakarta (ID):
Prenada Media Group. 376 hal.
Mulyana D. 2001. Ilmu komunikasi suatu pengantar. Bandung (ID): Remaja
Rosdakarya Bandung. 410 hal.
Muntasib EKSH, Mardiastuti A, Hermawan R, Siswoyo, Rushayati SB, Haryanto,
Nasyud B, Ginoga LN, Soedibyo. 2000. Identifikasi kebutuhan pelatihan
86
dan pendidikan ekowisata Indonesia. Bogor (ID): Direktorat Wisata Alam
dan Jasa Lingkungan Ditjen Perlindungan dan Konservasi Alam
Departemen Kehutanan dan Perkebunan RI dan Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor.
Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Kesatuan Bisnis Mandiri AEJ
(KBM AEJ) Perum Perhutani. 2011. [Internet]. [diunduh 2012 Nov 15].
Tersedia pada: http://www.unit3.perumperhutani.com
[Perum Perhutani; PPK ITB] Perum Perhutani Unit III Jawa Barat; Pusat
Penelitian Kepariwisataan Institut Teknologi Bandung. 2000. Rencana
induk pengusahaan wana wisata Curug Cilember KPH Bogor. [laporan
akhir]. Bogor (ID): Perum Perhutani dan PPK ITB.
Rakhmat J. 2004. Psikologi komunikasi. Edisi Revisi. Bandung (ID): Remaja
Rosdakarya Bandung. 332 hal.
Rangkuti F. 2009. Analisis SWOT: Teknik membedah kasus bisnis. Jakarta (ID):
Gramedia Pustaka Utama. 188 hal.
Siagian SP. 2008. Manajemen stratejik. Jakarta (ID): Bumi Aksara. 276 hal.
Singarimbun M, Effendi S. 2008. Metode penelitian survei. Jakarta (ID): Pustaka
LPE3S Indonesia. 336 hal.
Sudarto G. 1999. Ekowisata: Wahana pelestarian alam, pengembangan ekonomi
berkelanjutan dan pemberdayaan masyarakat. Bekasi (ID): Yayasan
Kalpataru Bahari. 84 hal.
Sugiyono. 2010. Metode penelitian bisnis. Bandung (ID): Alfabeta. 335 hal
Sumarwan U. 2004. Perilaku konsumen: Teori dan penerapannya dalam
pemasaran. Bogor [ID]: Ghalia Indonesia. 368 hal.
Supriatna J. 2008. Melestarikan alam Indonesia. Jakarta (ID): Yayasan Obor
Indonesia. 482 hal
Tjiptono F. 2008. Strategi pemasaran. Yogyakarta (ID): ANDI OFFSET. 590 hal
Umar, H. 2004. Metode penelitian untuk skripsi dan tesis bisnis. Jakarta (ID):
Raja Grafindo Persada. 337 hal.
[WWCC] Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. 2012. Data pengunjung Wana
Wisata Curug Tujuh Cilember tahun 2008 sampai tahun 2012. Bogor (ID):
WWCC.
________. 2012. Jenis kupu-kupu yang ditangkar di Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember tahun 2012. Bogor (ID) WWCC.
Wardiyanto, Baiquni M. 2011. Perencanaan pengembangan pariwisata. Bandung
(ID): Lubuk Agung. 134 hal.
Yassiranda 2011. Strategi komunikasi pemasaran kawasan ekowisata berbasis
masyarakat. Kasus taman nasional gunung halimun salak. [skripsi]. Bogor
(ID): Sekolah Pasca Sarjana IPB. 155 hal.
Yoeti OA. 2006. Tours and travel marketing. Cetakan kedua. Jakarta (ID):
Pradnya Paramita. 344 hal.
________. 2008. Ekonomi pariwisata: Introduksi, informasi, dan aplikasi. Jakarta
(ID): Kompas. 292 hal.
87
Lampiran 1 Denah kawasan wana wisata curug cilember dan peta menuju lokasi
Wana Wisata Curug Tujuh Cilember
88
88
Lampiran 2 Struktur organisasi fungsional Curug Cilember
Duty Manager
Divisi
Keamanan dan
Ketertiban
Divisi Tata
Usaha
Pengamanan dan
penertiban objek,
koordinasi keamanan
dan ketertiban
dengan pihak
eksternal: Koramil,
Polsek, Linmas Desa
& IRMAS, PPPK &
evakuasi korban
kecelakaan.
Administrasi
Keuangan, SDM &
umum, teknologi
informasi, mutu
obyek, desain
produk & obyek,
entry data CRM.
Divisi
Penjualan
Divisi
Marketing &
PR
Promosi dan
pemasaran produk,
pengembangan
produk, public
relation,
pengembangan
jejaring pasar.
Divisi Tata
Kelola
Objek
Divisi
Tata
Graha
Pengelolaan
sarana dan
prasarana &
fasilitas
objek,
pengelolaan
kebersihan
dan
pertamanan,
pengelolaan
camping
ground,
pengelolaan
taman kupukupu
Pengelolaan,
pemeliharaan
kebersihan
dan
perlengkapan
area jungle
lodge dan
meeting room
89
Lampiran 3. Dokumentasi
3a. Dokumentasi Pameran Wana Wisata Curug Cilember
90
3b. Dokumentasi Periklanan Wana Wisata Curug Cilember
Billboard
Banner
91
3c. Dokumentasi Media Pembelajaran
Brosur
Website
92
Blog
93
Youtube
Website KBM
94
Booklet Disbudpat Kabupaten Bogor
95
3d. Dokumentasi Promosi Penjualan
Partnership Card
96
3e. Dokumentasi Kondisi Jalan Menuju Kawasan Wisata
97
Tempat Parkir Kendaraan
loket tiket
Kantor Pemasaran
98
Kios Wisata
Toilet
Musholla
99
Penunjuk arah
100
3h. Dokumentasi Objek Wisata
Taman Keluarga
Terapi Ikan
Taman Kupu-kupu
101
Laboratorium Taman Kupu-kupu
Area Kemping
Flying Fox
102
Aula/Meeting Room
Pondok Kayu/Vila
Air Terjun
Curug 1
Curug 2
103
Curug 3
Curug 4
Curug 5
104
Curug 6
Kegiatan Lain
Curug 7
105
Lampiran 4 Jadwal penelitian 2012
Kegiatan
1
Mei
2 3
Juni
2 3
Agustus
4
September
1 2 3 4
2012
Oktober
1 2 3 4
November
1 2 3 4
2013
Desember
01
1 2 3 4 3
Penyusunan
Proposal Skripsi
Kolokium
Perbaikan
Proposal
Pengambilan
Data Lapangan
Pengolahan dan
Analisis Data
Penulisan Draft
Skripsi
Sidang Skripsi
Perbaikan
Laporan
Penelitian
105
106
Lampiran 5. Data responden
WU
25
Bogor
2
3
4
MB
FT
BD
L
L
L
15
15
16
Jakarta
Jakarta
Bekasi
Pendidikan
Terakhir
Perguruan
Tinggi
SMP
SMP
SMP
YT
38
Jakarta
SMA
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
ST
AN
FN
AJ
RA
AS
AR
MS
EK
IMH
VK
FO
NH
ESY
P
L
P
P
P
P
L
P
P
P
P
P
L
P
21
20
20
21
21
19
21
18
18
20
20
17
18
15
Subang
Karawang
Bogor
Bogor
Bogor
Medan
Bekasi
Bogor
Bogor
Bogor
Bogor
Bogor
Bogor
Bogor
20
DDA
30
Jakarta
21
DD
27
Jakarta
22
SA
30
Jakarta
23
HD
26
Jakarta
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
Perguruan
Tinggi
Perguruan
Tinggi
Perguruan
Tinggi
Perguruan
Tinggi
24
SP
27
Jakarta
SMA
25
DN
19
Jakarta
SMA
26
YD
24
Jakarta
Perguruan
Tinggi
27
AL
41
Damam,
Saudi
Arabia
Perguruan
Tinggi
28
DN
24
Bogor
SMP
29
ER
20
30
ES
40
Jakarta
Abha, Saudi
Arabia
SMA
Perguruan
Tinggi
No.
Nama P/L
Umur
Asal
(Kota)
Pekerjaan
Pegawai
Swasta
Pelajar
Pelajar
Pelajar
Pegawai
Swasta
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Pelajar
Pegawai
Swasta
Pegawai
Swasta
Pegawai
Swasta
Pegawai
Swasta
Pegawai
Swasta
Pegawai
Swasta
Pegawai
Swasta
Wiraswasta
Pegawai
Swasta
Mahasiswa
Guru
Warga
Negara
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
ARAB
INA
INA
ARAB
107
31
MH
42
32
HS
42
33
AH
30
Riyadh,
Saudi
Arabia
Abha, Saudi
Arabia
Bogor
34
AS
35
Depok
35
MS
43
Depok
36
BD
43
Sukabumi
37
SM
42
Depok
38
DA
33
Depok
39
RH
30
Jakarta
40
AU
50
41
DAR
42
MAW
43
44
45
Perguruan
Tinggi
24
Madina,
Saudi
Arabia
Jakarta
Perguruan
Tinggi
SMA
Perguruan
Tinggi
Perguruan
Tinggi
Perguruan
Tinggi
Perguruan
Tinggi
Perguruan
Tinggi
Perguruan
Tinggi
Madrasah
Aliyah
Tsanawiyah
SMA
21
Jakarta
SMA
RAR
RP
DN
L
L
L
21
23
23
Jakarta
Jakarta
Jakarta
46
UR
43
Bekasi
SMA
SMA
SMA
Perguruan
Tinggi
47
EP
30
Jakarta
SMA
48
EW
49
Jakarta
Perguruan
Tinggi
49
AA
22
Jakarta
SMA
50
FY
22
Jakarta
SMA
51
AP
20
Depok
SMA
52
53
KR
EAP
L
L
19
19
Bogor
Bogor
SMA
SMA
54
JI
25
Bogor
Mahasiswa
55
56
57
58
JK
KA
MP
EW
L
L
L
L
16
15
15
16
Bogor
Bogor
Bogor
Bogor
SMP
SMP
SMP
SMP
Pegawai
Negeri
ARAB
Guru
ARAB
Wiraswasta
Pegawai
Swasta
INA
Wiraswasta
INA
Pegawai
Swasta
Pegawai
Swasta
INA
INA
INA
Wiraswasta
INA
Pegawai
Swasta
INA
Wiraswasta
ARAB
Mahasiswa
Pegawai
Negeri
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Ibu Rumah
Tangga
Pegawai
Swasta
Pegawai
Swasta
Pegawai
Swasta
Pegawai
Swasta
Pegawai
Swasta
Lainnya
Mahasiswa
Pegawai
Swasta
Pelajar
Pelajar
Pelajar
Pelajar
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
108
59
60
61
62
63
64
65
KB
AR
HG
AY
MGH
GMB
IC
L
L
L
L
L
L
P
15
16
15
16
15
15
15
Bogor
Bogor
Bogor
Bogor
Bogor
Bogor
Bogor
SMP
SMP
SMP
SMP
SMP
SMP
SMP
66
UD
37
Bogor
Mahasiswa
67
68
RHn
TY
L
L
16
16
Bogor
Bogor
SMP
SMP
69
WS
21
Bogor
SMA
70
NG
57
Bogor
SMP
71
CS
52
Bogor
SMP
72
73
74
75
76
77
78
RE
CAD
IH
NL
DNA
AGS
SO
P
P
P
P
P
P
P
21
21
20
21
20
21
21
Pekanbaru
Bogor
Jakarta
Jember
Bogor
Bogor
Bandung
79
MZZ
25
Bogor
80
SR
21
Cilegon
SMA
SMA
SMA
SMA
Diploma
SMA
SMA
Perguruan
Tinggi
SMA
81
AF
21
Bogor
Diploma
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
YR
MA
NA
APR
TRB
MA
GT
HP
ARP
AIP
MRM
L
L
L
P
P
L
P
L
L
P
P
21
21
21
21
21
21
20
21
21
20
20
Bogor
Jakarta
Jakarta
Bogor
Bogor
Bogor
Bogor
Bogor
Bogor
Bogor
Bogor
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
93
SYF
45
Bogor
SMA
94
NG
40
Bogor
SMA
95
96
DS
SS
P
P
21
29
Banyuwangi
Depok
SMA
Perguruan
Pelajar
Pelajar
Pelajar
Pelajar
Pelajar
Pelajar
Pelajar
Pegawai
Swasta
Pelajar
Pelajar
Pegawai
Swasta
Swasta
Ibu Rumah
Tangga
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Lainnya
Mahasiswa
Mahasiswa
Pegawai
Swasta
Mahasiswa
Pegawai
Swasta
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Pegawai
Swasta
Pegawai
Swasta
Mahasiswa
Lainnya
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
109
97
RAP
21
Bogor
Tinggi
SMA
98
BS
22
Bogor
SMA
99
LM
25
Bogor
100
CL
19
Jakarta
Perguruan
Tinggi
SMA
Mahasiswa
Pegawai
Swasta
Pegawai
Swasta
Mahasiswa
INA
INA
INA
INA
110
Lampiran 6 Paket wisata
Paket Wisata
Keterangan
Gathering/Fun Outbond
Packages
Minimal Pack : 30 Pack
Trip
Harga
: Rp175.000
Fasilitas
: Asuransi, fasilitator, fun games, flying fox,
makan 1 kali, snack 1 kali
Minimal Pack : 30 pack
2 hari 1 malam
: Rp375.000
(akomodasi vila) Harga
Fasilitas
: Asuransi, jungle lodge, extra bed, fasilitator,
fun games, flying fox, makan 3 kali, snack 2
kali
2 hari 1 malam Minimal Pack : 30 pack
Harga
: Rp275.000
(akomodasi
Fasilitas
: Asuransi, tenda dome, fasilitator, fun games,
tenda)
flying fox, makan 3 kali, snack 2 kali
Family
Minimal Pack : 5 pack
Trip
Harga
: Rp100.000
Fasilitas
: Asuransi, kupu-kupu, trekking, flying fox,
makan 1 kali, snack 1 kali
2 hari 1 malam Minimal Pack : 5 pack
: Rp435.000
(akomodasi vila) Harga
Fasilitas
: Asuransi, jungle lodge, kupu-kupu, trekking,
flying fox, makan 3 kali, snack 2 kali
2 hari 1 malam Minimal Pack : 5 pack
Harga
: Rp 260.000
(akomodasi
Fasilitas
: Asuransi, tenda pango, kupu-kupu, trakking,
tenda)
flying fox, makan 3 kali, snack 3 kali
Eco-edu
Minimal Pack : 30 pack
Trip
2 hari 1 malam Minimal Pack : 30 pack
: Rp 350.000
(akomodasi vila) Harga
Fasilitas
: Asuransi, jungle lodge, extra bed, konservasi,
kupu-kupu, trekking, flying fox, makan 3 kali,
snack 2 kali
2 hari 1 malam Minimal Pack : 30 pack
Harga
: Rp 250.000
(akomodasi
Fasilitas
: Asuransi, tenda dome, konservasi, kupu-kupu,
tenda)
trekking, flying fox, makan 3 kali, snack 2
kali
Minimal Pack : 10 pack
Waterfall Rapeling
Harga
: Rp175.000
(extreme impact)
Fasilitas
: Asuransi, fasilitator, makan 1 kali, snack 1
kali
111
Lampiran 7 Hasil olahan data statistik
Hasil korelasi Rank Spearman
Correlations
Spearman's rho
Frekuensi penyampaian
Correlation
pesan
Coefficient
Frekuensi
Efektivitas
penyampaian
komunikasi
pesan
tingkat kognitif
1.000
.045
.655
100
100
Efektivitas komunikasi
Correlation
.045
1.000
tingkat kognitif
Coefficient
.655
100
100
Sig. (2tailed)
Sig. (2tailed)
N
Correlations
Spearman's rho
Frekuensi penyampaian
Correlation
pesan
Coefficient
Frekuensi
Efektivitas
penyampaian
komunikasi
pesan
tingkat afektif
1.000
.177
.077
100
100
Efektivitas komunikasi
Correlation
.177
1.000
tingkat afektif
Coefficient
.077
100
100
Sig. (2tailed)
Sig. (2tailed)
N
112
Correlations
Spearman's rho
Frekuensi penyampaian
Correlation
pesan
Coefficient
Frekuensi
Efektivitas
penyampaian
komunikasi
pesan
tingkat konatif
1.000
.020
.840
100
100
Efektivitas komunikasi
Correlation
.020
1.000
tingkat konatif
Coefficient
Sig. (2-tailed)
.840
100
100
Sig. (2-tailed)
Correlations
Spearman's rho
Frekuensi penyampaian
Correlation
pesan
Coefficient
Frekuensi
Efektivitas
penyampaian
Komunikasi
pesan
Pemasaran
1.000
.126
.213
100
100
Efektivitas Komunikasi
Correlation
.126
1.000
Pemasaran
Coefficient
Sig. (2-tailed)
.213
100
100
Sig. (2-tailed)
113
Correlations
Spearman's rho
Kekuatan
Efektivitas
rancangan
komunikasi tingkat
pesan
kognitif
1.000
.014
.889
100
100
Efektivitas komunikasi
Correlation
.014
1.000
tingkat kognitif
Coefficient
.889
100
100
Coefficient
Sig. (2tailed)
Sig. (2tailed)
N
Correlations
Spearman's rho
Kekuatan
Efektivitas
rancangan
komunikasi tingkat
pesan
afektif
1.000
.274**
.006
100
100
.274**
1.000
.006
100
100
Coefficient
Sig. (2tailed)
N
Efektivitas komunikasi
Correlation
tingkat afektif
Coefficient
Sig. (2tailed)
N
114
Correlations
Spearman's rho
Kekuatan
Efektivitas
rancangan
komunikasi
pesan
tingkat konatif
1.000
.043
.674
100
100
.043
1.000
Sig. (2-tailed)
.674
100
100
Sig. (2-tailed)
N
Correlations
Spearman's rho
Efektivitas
Komunikasi
Kekuatan
Efektivitas
rancangan
Komunikasi
pesan
Pemasaran
1.000
.122
.226
100
100
Correlation Coefficient
.122
1.000
Sig. (2-tailed)
.226
100
100
Sig. (2-tailed)
Pemasaran
Correlations
Spearman's rho
Ragam media
penyampaian pesan
Correlation Coefficient
Efektivitas
penyampaian
komunikasi
pesan
tingkat kognitif
*
1.000
.220
.028
100
100
.220*
1.000
Sig. (2-tailed)
.028
100
100
Sig. (2-tailed)
N
Ragam media
115
Correlations
Spearman's rho
Ragam media
Correlation
penyampaian pesan
Coefficient
Ragam media
Efektivitas
penyampaian
komunikasi
pesan
tingkat afektif
*
1.000
.203
.043
100
100
.203
1.000
Sig. (2-tailed)
.043
100
100
Sig. (2-tailed)
N
Efektivitas komunikasi
Correlation
tingkat afektif
Coefficient
Correlations
Spearman's rho
Ragam media
Efektivitas
penyampaian
komunikasi
pesan
tingkat konatif
1.000
.053
.602
100
100
Efektivitas komunikasi
Correlation
.053
1.000
tingkat konatif
Coefficient
Sig. (2-tailed)
.602
100
100
pesan
Coefficient
Sig. (2-tailed)
116
Correlations
Spearman's rho
Ragam media
penyampaian
Correlation Coefficient
Ragam media
Efektivitas
penyampaian
Komunikasi
pesan
Pemasaran
1.000
Sig. (2-tailed)
**
.263
.008
100
100
**
1.000
Sig. (2-tailed)
.008
100
100
pesan
N
Efektivitas
Komunikasi
Correlation Coefficient
.263
Pemasaran
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
RIWAYAT HIDUP
Peneliti dilahirkan di Bogor, 9 Septermber 1991. Peneliti merupakan anak
terakhir dari empat bersaudara dari pasangan Muhammad Nasir dan Cicih
Sukaesih. Peneliti adalah lulusan dari Sekolah Menengah Atas Plus Yayasan
Persaudaraan Haji Bogor pada tahun 2006-2009. Setelah lulus dari jenjang
pendidikan SMA, melanjutkan pendidikannya di Institut Pertanian Bogor pada
tahun 2009 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi
Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Selama menuntut ilmu di Institut Pertanian Bogor, peneliti aktif menjadi
anggota departemen Kominfo BEM Tingkat Persiapan Bersama (2009-2010),
bendahara divisi Jurnalistik Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-ilmu
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (HIMASIERA) (2011-2012),
anggota Komunitas Sanggar Juara, anggota jurnalistik HIMASIERA (2012-2013),
dan Young On Top Campus Ambassador IPB (2011)
Peneliti pernah menjadi Asisten Praktikum Dasar-dasar Komunikasi Departemen
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat dan Asisten Komunikasi
Bisnis (2012-2013). Peneliti juga mengikuti beragam kepanitiaan, salah satunya
dipercaya menjadi ketua pelaksana Indonesian-Korean Youth Solution for
Environmental Issues (IKOYSEIS) 2011 bekerja sama dengan Daejayon Korea.
Peneliti berkesempatan menjadi pembicara dalam 2011 Green Campus Global
Forum oleh Daejayon bekerja sama dengan Myongjii University di Korea Selatan.
Sekarang peneliti menjadi bagian dalam Editor Majalah Komunitas Fakultas
Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor.