Você está na página 1de 131

ANALISIS STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN DI

WANA WISATA CURUG TUJUH CILEMBER CISARUA


KABUPATEN BOGOR

ANGGI INDRIANI TAMI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN


SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Strategi
Komunikasi Pemasaran di Wana Wisata Curug Tujuh Cilember Cisarua
Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2013
Anggi Indriani Tami
NIM I34090011

ii

ABSTRAK
ANGGI INDRIANI TAMI. Analisis Strategi Komunikasi Pemasaran di Wana
Wisata Curug Tujuh Cilember Cisarua Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh YATRI
INDAH KUSUMASTUTI.
Pemerintah dalam hal ini perhutani menyadari sepenuhnya potensi bisnis
dari wisata alam dan membentuk suatu kawasan wisata yang disebut wana wisata.
Salah satu wana wisata milik Perhutani adalah Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif didukung oleh
pendekatan kualitatif untuk mengetahui bagaimana pengelola melakukan kegiatan
komunikasi pemasaran dan mengetahui hubungan antara kegiatan komunikasi
pemasaran yaitu rancangan pesan, ragam media penyampaian pesan, frekuensi
penyampaian pesan dan efektivitas komunikasi pemasaran. Uji korelasi
menunjukkan bahwa ragam media penyampaian pesan memiliki hubungan dengan
efektivitas komunikasi pemasaran. Perhitungan analisis SWOT menunjukkan
pengelola harus mengubah strategi agar bisa memanfaatkan peluang yang ada.
Formulasi startegi komunikasi pemasaran dibuat untuk mengetahui strategi yang
bisa dikembangkan oleh pengelola ekowisata milik pemerintah.
Kata kunci: ekowisata, komunikasi pemasaran, analisis SWOT

ABSTRACT
ANGGI INDRIANI TAMI. Marketing Communication Strategy Analysis of
Cilember Seven Waterfalls Cisarua Bogor Regency. Supervised by YATRI
INDAH KUSUMASTUTI.
The government in this case Perhutani realized about business potential of
nature tourism and establish natural tourism places (ecotourism). One of ecotourism
places that they have is Cilember Seven Waterfalls. This research used quantitative
approaches was supported by qualitative approach to determine how the
manager/employee doing marketing communications activities and determined the
relationship between the design of marketing communications activities messaging,
variety of communication media messages, and frequency of delivery of messages to
the effectiveness of marketing communications. Correlation test showed that variety
of communication media messages had relation with the effectiveness of marketing
communications. SWOT analysis calculations showed that the manager/employee
should change their strategy in order to use the opportunities. Formulation of
marketing communications strategy was created to find strategies that can be
developed by ecotourism managers/employee.

Key words: ecotourism, marketing communication, SWOT analysis

iii

ANALISIS STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN DI


WANA WISATA CURUG TUJUH CILEMBER CISARUA
KABUPATEN BOGOR

ANGGI INDRIANI TAMI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

iv

v
Judul Skripsi : Analisis Strategi Komunikasi Pemasaran di Wana Wisata Curug
Tujuh Cilember Cisarua Kabupaten Bogor
Nama

: Anggi Indriani Tami

NIM

: I34090011

Disetujui oleh

Ir Yatri Indah Kusumastuti, MSi


Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus: Januari 2013

vi

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa taala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2012 ini adalah
komunikasi bisnis, dengan judul Analisis Strategi Komunikasi Pemasaran di
Wana Wisata Curug Tujuh Cilember Cisarua Kabupaten Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir. Yatri Indah Kusumastuti, MSi
selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan saran. Bapak Isal
Putrajaya Bscf selaku Duty Manager Wana Wisata Curug Tujuh Cilember, Bapak
Deny selaku manager pemasaran Wana Wisata Curug Cilember, Pak Nceng, Pak
Ade, serta seluruh pengelola dan petugas di Wana Wisata Curug Cilember. Bapak
KH. Ujang Farhan Selaku ketua Ikatan Remaja Masjid (IRMAS) Desa Jogjogan,
Bapak Ahudin selaku pemandu wisata Curug Cilember, Sekretaris Desa
Jogojogan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor, serta seluruh
pemilik kios wisata di Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Bapak Richard W.E.
Lumintang dan Bapak Iman K. Nawiredja selaku dosen penguji terimakasih atas
berbagai kritik dan saran yang telah diberikan.
Ayah saya Muhammad Nasir, Ibu saya Cicih serta keluarga saya Mang
Pudin, Windah Utari, Hermansyah, Yuli, Ary Kurniawan, Aurellia atas segala doa
dan kasih sayangnya. Teman-teman SKPM 46 Ayu J, Asti, Ninis, Femy, Ayu A,
Zela, Lulu dkk, Senior SKPM 45 kak Jabbar, kak Randy dkk atas sarannya dan
rekan-rekan majalah Komunitas FEMA IPB Agustin, Selvi, Rina, Lidya, Bonita,
Hesti, Novia, Rafi, Nina, Nindy, Fadil, Anggi, Aat, Putri, Aul, Citra, Gebyar,
Dina, dll. Praktikan komunikasi bisnis di SKPM 48, sahabat lama Deby, Wadi,
Ardi, Bambang, Erwin, Yuris, Rina, Kiki, Dinda, Icha, Tia, Ade dkk., serta
teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu terimakasih atas bantuan
dan dukungannya selama ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2013


Anggi Indriani Tami

vii

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Komunikasi
Efektivitas Komunikasi
Komunikasi Pemasaran
Media Komunikasi Pemasaran
Komunikasi Personal
Periklanan
Promosi Penjualan
Hubungan Masyarakat dan Publisitas
Materi Pembelajaran (Instructional Materials)
Corporate Design
Strategi Komunikasi Pemasaran
Industri Pariwisata
Wana Wisata
Peran Masyarakat lokal
SWOT
Faktor Eksternal
Faktor Internal
Analisis SWOT
Matriks SWOT
Kerangka Penelitian
Hipotesis Penelitian
Definisi Operasional
METODE
Lokasi dan Waktu
Teknik Sampling
Pengumpulan Data
Prosedur Analisis Data
Matriks IFE dan EFE
Alternatif Strategi Matriks SWOT
GAMBARAN UMUM
Pengelolaan Wana Wisata Curug Tujuh Cilember
Kondisi Fisik dan Biologi Wana Wisata Curug Tujuh Cilember
Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar
Potensi Wisata Curug Cilember
Wisata Air Terjun
Wisata Lain

x
xi
xi
1
1
3
3
3
4
5
5
5
6
8
8
9
10
10
11
11
11
14
14
16
16
16
17
17
18
19
20
20
25
25
25
26
27
27
30
31
31
31
32
33
33
34

viii
Fasilitas Wana Wisata Curug Cilember
Karakteristik Responden
KOMUNIKASI PEMASARAN DAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI
PEMASARAN
Kegiatan Komunikasi Pemasaran Wana Wisata Curug Tujuh Cilember
Periklanan
Promosi Penjualan
Humas dan Publisitas
Materi Pembelajaran
Komunikasi Personal
Tingkat Kegiatan Komunikasi Pemasaran Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember
Rancangan Pesan
Ragam Media dan Frekuensi Penyampaian Pesan
Efektivitas Komunikasi Pemasaran
Tingkat Kognitif
Tingkat Afektif
Tingkat Konatif
ANALISIS HUBUNGAN KOMUNIKASI PEMASARAN DAN
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMASARAN
Hubungan Kekuatan Rancangan Pesan dan Efektivitas Komunikasi
Pemasaran menurut Tingkatan Kognitif
Hubungan Kekuatan Rancangan Pesan dan Efektivitas Komunikasi
Pemasaran menurut Tingkatan Afektif
Hubungan Kekuatan Rancangan Pesan dan Efektivitas Komunikasi
Pemasaran menurut Tingkatan Konatif
Hubungan Ragam Media Penyampaian Pesan dan Efektivitas
Komunikasi Pemasaran menurut Tingkatan Kognitif
Hubungan Ragam Media Penyampaian Pesan dan Efektivitas
Komunikasi Pemasaran menurut Tingkatan Afektif
Hubungan Ragam Media Penyampaian Pesan dan Efektivitas
Komunikasi Pemasaran menurut Tingkatan Konatif
Hubungan Frekuensi Penyampaian Pesan dan Efektivitas Komunikasi
Pemasaran menurut Tingkatan Kognitif
Hubungan Frekuensi Penyampaian Pesan dan Efektivitas Komunikasi
Pemasaran menurut Tingkatan Afektif
Hubungan Frekuensi Penyampaian Pesan dan Efektivitas Komunikasi
Pemasaran menurut Tingkatan Konatif
Hubungan Komunikasi Pemasaran dan Efektivitas Komunikasi
Pemasaran
STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN DI WANA WISATA CURUG
TUJUH CILEMBER
Analisis SWOT
Analisis Faktor Strategi Internal
Analisis Strengths (Kekuatan)
Analisis Weaknesses (Kelemahan)
Analisis Faktor Strategi Eksternal
Analisis Peluang (Opportunities)

37
39
43
43
43
43
43
44
45
45
45
52
58
59
59
60
61
61
62
63
64
64
65
66
67
68
69
70
70
71
71
72
73
73

ix
Analisis Threaths (Ancaman)
Susunan Formulasi Strategi
Pemilihan Alternatif Strategi dengan Matrik SWOT
Strategi Komunikasi Pemasaran Strengths-Opportunities (S-O)
Strategi Komunikasi Pemasaran Weaknesses-Opportunities (W-O)
Strategi Komunikasi Pemasaran Strenghts-Threats (S-T)
Strategi Komunikasi Pemasaran Weaknesses-Threats (W-T)
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

74
76
78
78
79
80
81
83
83
83
85
87
117

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18.
19
20
21
22
23
24
25
26
27

Jumlah wisatawan Wana Wisata Curug Tujuh Cilember dari bulan


Agustus 2011 sampai Agustus 2012
Elemen bauran komunikasi pemasaran
Matriks SWOT
Penilaian bobot faktor strategi internal/eksternal pengelola wisata
Matriks faktor strategi internal
Matriks faktor strategi eksternal
Contoh matriks SWOT
Jenis kupu-kupu yang ditangkar di Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember tahun 2012
Karcis tiket masuk dan harga fasilitas Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember pada tahun 2012
Harga akomodasi vila Wana Wisata Curug Tujuh Cilember tahun
2012
Jumlah dan persentase responden berdasarkan akumulasi penilaian
terhadap kekuatan rancangan pesan
Jumlah dan persentase responden berdasarkan akumulasi penilaian
ragam media penyampaian pesan
Jumlah dan persentase responden berdasarkan akumulasi penilaian
frekuensi penyampaian pesan
Jumlah dan persentase responden berdasarkan akumulasi penilaian
terhadap efektivitas komunikasi pemasaran
Hubungan antara kekuatan rancangan pesan dan efektivitas komunikasi
pemasaran tingkatan kognitif
Hubungan antara kekuatan rancangan pesan dan efektivitas komunikasi
pemasaran tingkatan afektif
Hubungan antara kekuatan rancangan pesan dan efektivitas komunikasi
pemasaran tingkatan konatif
Hubungan antara kekuatan rancangan pesan dan efektivitas
komunikasi pemasaran tingkatan konatif
Hubungan antara ragam media penyampaian pesan dan efektivitas
komunikasi pemasaran tingkatan afektif
Hubungan antara ragam media penyampaian pesan dan efektivitas
komunikasi pemasaran tingkatan konatif
Hubungan antara frekuensi penyampaian pesan dan efektivitas
komunikasi pemasaran tingkatan kognitif
Hubungan antara frekuensi penyampaian pesan dan efektivitas
komunikasi pemasaran tingkatan afektif
Hubungan antara frekuensi penyampaian pesan dan efektivitas
komunikasi pemasaran tingkatan konatif
Hubungan antara komunikasi pemasaran dan efektivitas komunikasi
pemasaran Wana Wisata Curug Tujuh Cilember
Matriks IFE Curug Tujuh Cilember
Matriks EFE Curug Tujuh Cilember
Formulasi strategi komunikasi pemasaran WWCC

2
8
18
28
29
29
30
35
36
38
46
52
53
59
61
62
63

64
65
66
66

67
68
69
76
77
82

xi

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

Model komunikasi
Analisis SWOT
Kerangka pemikiran strategi komunikasi pemasaran Wana Wisata
Curug Tujuh Cilember
Presentase jumlah pengunjung Wana Wisata Curug Tujuh Cilember
menurut status
Diagram presentase status pengunjung Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember menurut kota asal
Diagram presentase pengunjung Wana Wisata Curug Tujuh Cilember
menurut jenis kelamin
Persentase motivasi pengunjung wana wisata curug tujuh cilember
Diagram pekerjaan responden
Persentase jumlah pengunjung menurut umur
Penilaian responden terhadap kekuatan rancangan pesan
Preferensi pengunjung terhadap media yang lebih disukai dalam
menerima pesan mengenai Wana Wisata Curug Tujuh Cilember
Penilaian responden terhadap kelengkapan informasi mengenai sarana
dan prasarana yang ada di lokasi wisata
Penilaian responden terhadap kelengkapan informasi mengenai biaya
paket wisata
Penilaian responden terhadap kepuasan informasi mengenai biaya
paket wisata
Pendapat responden terhadap keinginan untuk kembali berkunjung ke
Wana Wisata Curug Tujuh Cilember
Penilaian responden terhadap ragam media penyampaian pesan
Penilaian responden terhadap frekuensi penyampaian pesan
Penilaian responden terhadap akses melalui media periklanan
billboard dan banner
Pendapat responden berdasarkan akses terhadap promosi penjualan
melalui diskon
Pendapat responden berdasarkan akses terhadap humas dan publisitas
melalui liputan media
Pendapat responden terhadap akses media pembelajaran melalui
website, blog, dan brosur
Penilaian responden terhadap efektivitas komunikasi pemasaran
Positioning Kuadran SWOT Curug Tujuh Cilember

6
18
19
39
40
40
41
41
42
46
47
48
49
50
51
53
53
54
55
56
57
59
76

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Denah kawasan Wana Wisata Curug Tujuh Cilember dan peta menuju
lokasi Wana Wisata Curug Tujuh Cilember
87
Struktur organisasi fungsional Curug Tujuh Cilember
88
Dokumentasi lapangan
89
Jadwal penelitian 2012-2013
105

xii
5
6
7

Data responden
Paket wisata Wana Wisata Curug Tujuh Cilember tahun 2012
Hasil olahan data statistik

106
110
111

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia memiliki potensi kekayaan alam dan keanekeragaman hayati yang
tinggi untuk dijadikan daerah tujuan pariwisata bagi wisatawan lokal dan
mancanegara. World Tourism Organization (WTO) menyatakan bahwa terdapat
kecenderungan semakin besarnya minat dan preferensi masyarakat baik global,
regional, maupun nasional untuk dapat mengkonsumsi barang dan jasa yang
bersifat alami (DBA 1998). Fenomena ini berkembang sejalan dengan terus
meningkatnya kesadaran dan penghargaan masyarakat terhadap alam dan
lingkungan sebagai unsur penyangga kehidupan. Kecenderungan tersebut
sekaligus memberikan indikasi bahwa pengembangan obyek-obyek wisata
sekarang ini harus lebih menekankan pada pemanfaatan dan pendayagunaan
potensi sumber daya alam hayati dan nonhayati.
Pariwisata menjadi sektor industri yang memberikan dampak ekonomi.
Menurut Yoeti (2008), industri pariwisata secara khusus dikatakan sangat efektif
dalam mendukung usaha kecil dan penciptaan kesempatan kerja untuk kalangan
usia muda serta menyebarkan peluang kesempatan kerja, baik dalam ruang
lingkup regional, nasional maupun internasional.
Perhutani menyadari sepenuhnya potensi bisnis dari wisata alam dan
membentuk suatu kawasan wisata yang disebut wana wisata. Wana wisata adalah
suatu kawasan hutan yang karena keindahan ataupun keunikan alamnya dapat
dijadikan tempat untuk kegiatan wisata yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan,
pendidikan, penelitian, wisata alam, dan olahraga tanpa mengubah fungsi kawasan
hutan tersebut1.
Salah satu wana wisata milik Perhutani adalah Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember. Perubahan pengelolaan Wana Wisata Curug Tujuh Cilember dari
Kesatuan Bisnis Mandiri Wisata, Benih dan Usaha Lain (KBM WBU)
kepada Kesatuan Bisnis Mandiri Agroforestry, Ekowisata dan Jasa Lingkungan
(KBM AEJ) dibentuk berdasarkan surat keputusan Direksi Perum Perhutani
Nomor: 199/kpts/Dir/2009 tanggal 4 Mei 2009 tentang Struktur Organisasi yang
merupakan perubahan struktur, bertujuan guna meningkatkan pendapatan
perusahaan secara mandiri 2 . Kemudian pada tahun 2011, KBM AEJ diubah
menjadi Kesatuan Bisnis Mandiri Jasa Lingkungan dan Produk Lain (KBM
JLPL). Wana Wisata Curug Tujuh Cilember termasuk dalam bidang jasa
lingkungan.
Wana Wisata Curug Tujuh Cilember masuk dalam kawasan wisata puncak
kabupaten Bogor yang banyak dikunjungi oleh wisatawan. Beberapa kawasan
wisata lain yang ada di wilayah puncak antara lain Taman Safari Indonesia,
Telaga Warna, Wisata Agro Gunung Mas, Taman Wisata Riung Gunung, Taman
1

[Perum Perhutani; PPK ITB] Perum Perhutani Unit III Jawa Barat; Pusat Penelitian
Kepariwisataan Institut Teknologi Bandung. 2000. Rencana induk pengusahaan Wana Wisata
Curug Cilember KPH Bogor. Bogor (ID): Perum Perhutani; PPK ITB.
2
Perum Perhutani Unit II Jawa Barat dan Banten. Kesatuan bisnis mandiri AEJ Perum
Perhutani.
2011.
[Internet].
[diunduh
2012
Nov
15];
Tersedia
pada:
http://www.unit3.perumperhutani.com.

2
Melrimba, Wana Wisata Citeko, Wana Wisata Citamiang, Curug Kembar, Wana
Wisata Bellacampa, Curug Cisuren, Curug Panjang, dan Taman Wisata Matahari3.
Wana Wisata Curug Tujuh Cilember dikenal juga dengan Curug Cilember
merupakan kawasan wisata alam yang mengusung konsep ekowisata. Wana
Wisata ini menyajikan keindahan, kesejukan dan hijaunya hutan hujan tropis
dengan daya tarik utama berupa tujuh buah curug atau air terjun. Selain kegiatan
wisata harian (rekreasi) dan wisata bermalam (jungle lodge dan tenda), wisatawan
dapat melakukan kegiatan-kegiatan di alam terbuka (outdoor activity program)
lainnya, seperti pendidikan/pengenalan lingkungan dan konservasi alam (ecoeducation), outbound & gathering (low impact, high impact, extreme impact),
jungle trekking, shooting film, fotografi, foto hoby, dan foto pre-wedding.
Terhitung dari bulan Agustus 2011 sampai bulan Agustus 2012, jumlah
pengunjung Wana Wisata Curug Tujuh Cilember mengalami fluktuasi jumlah
pengunjung perbulannya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Jumlah wisatawan Wana Wisata Curug Tujuh Cilember dari bulan
Agustus 2011 sampai Agustus 2012
Bulan-Tahun
Agustus 2011
September 2011
Oktober 2011
November 2011
Desember 2011
Januari 2012
Februari 2012
Maret 2012
April 2012
Mei 2012
Juni 2012
Juli 2012
Agustus 2012

Wisatawan Lokal
4.181
30.286
15.166
10.661
19.823
12.695
9.546
13.869
14.834
17.565
18.605
16.026
27.047

Wisatawan
Mancanegara
282
3.490
2.127
2.247
1.050
2.139
1.416
1.647
1.311
1.268
3.092
1.684
917

Total
4.463
33.776
17.293
12.908
20.873
14.834
10.962
15.516
16.145
18.833
21.697
17.710
27.964

Sumber: WWCC (2012)

Salah satu permasalahan yang dihadapi pengelola adalah kurangnya


kegiatan promosi yang dilakukan mengingat anggaran dana untuk promosi
terbatas. Untuk lebih meningkatkan jumlah wisatawan yang mengunjungi Wana
Wisata Curug Tujuh Cilember dengan memanfaatkan sumber daya yang ada,
dibutuhkan strategi komunikasi pemasaran yang tepat mengenai kawasan wisata.
Kegiatan promosi sangat penting dalam mengembangkan komunikasi pemasaran
ekowisata. Kegiatan promosi seperti mengikuti promosi dan pemasaran berskala
internasional dan menyelenggarakan promosi secara khusus (fam trip, media trip)
dapat dilakukan dalam usaha menarik minat pengunjung (DPP et al 2009).
Kotler (1997) menjelaskan bahwa promosi merupakan usaha
pengkomunikasian informasi dari produsen kepada konsumen sedemikian rupa
3

[Disbudpar] Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor. 2011. Daftar nama
obyek wisata di Kabupaten Bogor. Bogor (ID): Disbudpar.

3
agar menarik minat konsumen untuk membeli barang atau jasa yang ditawarkan
produsen atau penjual. Melalui promosi ini pengelola Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember dapat menyampaikan pesan yang berisi tentang informasi paket-paket
wisata yang ada, ajakan mengunjungi, pemberitahuan diskon, dan masa promosi.
Dalam menerapkan strategi promosi, maka perlu diperhatikan elemen bauran
komunikasi pemasaran yang digunakan, yaitu komunikasi personal, periklanan,
publisitas dan hubungan masyarakat, promosi penjualan, materi pembelajaran, dan
corporate design (Lovelock dan Wright 2002).
Keberhasilan suatu usaha ekowisata terletak pada datangnya wisatawan.
Oleh karena itu, pemasaran dan promosi menjadi langkah penting dalam
memperkenalkan kawasan ekowisata. Secara keseluruhan, penelitian ini ingin
menjawab pertanyaan utama yaitu bagaimana strategi komunikasi pemasaran
yang bisa dikembangkan di Wana Wisata Curug Tujuh Cilember Cisarua
Kabupaten Bogor.

Perumusan Masalah
Susunan perumusan masalah sebagai berikut:
1. Sejauhmana tingkat kekuatan rancangan pesan, ragam media penyampaian
pesan, frekuensi penyampaian pesan dalam kegiatan komunikasi pemasaran
serta tingkat efektivitas komunikasi pemasaran Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember?
2. Sejauhmana hubungan antara kekuatan rancangan pesan, ragam media
penyampaian pesan, frekuensi penyampaian pesan dan efektivitas
komunikasi pemasaran Wana Wisata Curug Tujuh Cilember?
3. Bagaimana strategi komunikasi pemasaran yang bisa dikembangkan di
Wana Wisata Curug Tujuh Cilember?

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang dilakukan adalah:
1. Mengidentifikasi tingkat kekuatan rancangan pesan, ragam media
penyampaian pesan, frekuensi penyampaian pesan, serta tingkat efektivitas
komunikasi dalam kegiatan komunikasi pemasaran Wana Wisata Curug
Tujuh Cilember
2. Menganalisis hubungan antara kekuatan rancangan pesan, ragam media
penyampaian pesan, frekuensi penyampaian pesan dan efektivitas
komunikasi pemasaran Wana Wisata Curug Tujuh Cilember.
2. Mengetahui strategi komunikasi pemasaran yang bisa dikembangkan di
Wana Wisata Curug Tujuh Cilember?
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan informasi mengenai
efektivitas komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh pengelola Wana Wisata
Curug Tujuh Cilember, serta strategi komunikasi pemasaran yang tepat yang bisa

4
dikembangkan di Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Oleh karena itu, penelitian
ini diharapkan memberikan kegunaan bagi peneliti dan pihak lain, yaitu:
1) Bagi Pengelola
Sebagai masukan bagi pengelola Wana Wisata Curug Tujuh Cilember yang
bermanfaat sebagai bahan pertimbangan penyusunan strategi komunikasi
pemasaran.
2) Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat untuk mengetahui
bagaimana pengelola kawasan ekowisata melakukan kegiatan komunikasi
pemasaran lebih baik dan masyarakat dapat turut serta menjaga kawasan
tersebut.
3) Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan mengenai strategi komunikasi
pemasaran yang dapat digunakan dalam mengelola kawasan ekowisata,
serta menjadi literatur bagi akademisi yang ingin mengkaji lebih jauh
mengenai strategi komunikasi pemasaran suatu kawasan ekowisata milik
pemerintah.

Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini membahas mengenai kegiatan komunikasi pemasaran yaitu
promosi yang dilakukan pihak Wana Wisata Curug Tujuh Cilember, dan
efektivitas komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh pengelola kawasan
ekowisata milik pemerintah dalam hal ini perhutani. Kegiatan komunikasi
pemasaran diukur dari seberapa sering pengunjung menerima pesan yang
disampaikan mengenai Wana Wisata Curug Tujuh Cilember, ragam media
penyampaian pesan, dan kekuatan rancangan pesan dari elemen bauran
komunikasi pemsaran pengelola ekowisata. Efektivitas komunikasi pemasaran
diukur dari tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan yang akan dilakukan
pengunjung kaitannya dengan Wana Wisata Curug Cilember. Setelah megetahui
efektivitas dari kegiatan promosi, dibuat analisis strategi komunikasi pemasaran
melalui pendekatan SWOT dengan melihat kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman yang dimiliki Wana Wisata Curug Tujuh Cilember.

TINJAUAN PUSTAKA
Komunikasi
Komunikasi berasal dari kata communication, dari kata dasar communis,
yang berarti kesamaan dalam suatu hal. Komunikasi lebih berarti dua orang
berbagi informasi bersama daripada seseorang memberi informasi dan orang lain
menerima (Lubis 2009).
Rogers dalam Cangara (1998) dalam Mulyana (2001) menyatakan
komunikasi sebagai proses ketika suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu
penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.
Proses komunikasi terjadi karena ada unsur yang melakukan proses komunikasi.
Menurut Berlo (1960) dalam Lubis (2009), terdapat enam unsur komunikasi, yaitu
sebagai berkut:
a. Sumber merupakan orang atau sekelompok orang yang sengaja dan
bertujuan untuk berkomunikasi, dalam beberapa model komunikasi sumber
disamakan dengan pengirim pesan (encoder).
b. Penerima yaitu orang atau sekelompok orang yang menjadi sasaran
komunikasi, atau disamakan dengan decoder.
c. Pesan sangat diutamakan dalam proses komunikasi, apakah mencapai
kesamaan makna antara pengirim dan penerima pesan. Pesan dapat berupa
ide atau tujuan, yang dikemukakan dalam bentuk kode atau kumpulan
simbol yang tersusun secara sistematis.
d. Saluran mencakup tiga pengertian, yaitu moda pesan, kendaraan pesan, dan
pembawa pesan.
e. Akibat adalah hasil komunikasi atau respon penerima terhadap pesan yang
disampaikan oleh sumber. Ada akibat komunikasi yang langsung terlihat,
misalnya mengangguk atau memberi sesuatu karena terpengaruh oleh iklan.
Ada juga akibat yang tidak terlihat langsung, seperti perubahan motivasi.
f. Umpan-balik adalah respon penerima yang diterima oleh sumber. Umpanbalik dapat berupa isyarat nonverbal dan dapat berupa verbal.

Efektivitas Komunikasi
Proses komunikasi dikatakan tidak efektif jika sumber gagal dalam
mendorong penerima pesan untuk bertindak. Komunikasi yang efektif menurut
Tubbs dan Moss (1974) dalam Rakhmat (2004) yaitu komunikasi yang paling
tidak menimbulkan lima hal, yaitu:
a. Pengertian, artinya penerimaan yang cermat dari isi stimulus seperti yang
dimaksud oleh komunikator.
b. Kesenangan, artinya tidak semua informasi disampaikan untuk
menyampaikan informasi, dan membentuk pengertian, akan tetapi juga
dilakukan untuk menimbulkan kesenangan.
c. Pengaruh pada sikap. Komunikasi seringkali dilakukan dengan tujuan untuk
mempengaruhi orang lain. Komunikasi yang efektif ditandai dengan
perubahan sikap, perilaku, atau pendapat komunikan sesuai dengan
kehendak komunikator.

6
d. Hubungan sosial yang baik. Komunikasi juga ditunjukan untuk
menumbuhkan hubungan sosial yang baik. Manusia adalah makhluk sosial
yang tidak tahan hidup sendiri.
e. Tindakan efektivitas komunikasi biasanya diukur dari tindakan nyata yang
dilakukan komunikan.
Effendy (2003) menyatakan bahwa efektivitas komunikasi adalah kondisi
adanya kesamaan makna terhadap pesan komunikasi ketika hal tersebut dapat
dikatakan efektif jika dapat menimbulkan dampak: (1) kognitif, yakni
berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak
tahu menjadi merasa jelas, (2) afektif, yakni berkaitan dengan perasaan, dan (3)
konatif, yakni bersangkutan dengan niat, tekad, upaya, usaha yang cenderung
menjadi suatu kegiatan atau tindakan.

Komunikasi Pemasaran
Komunikasi pemasaran menurut Tjiptono (2008) adalah aktivitas pemasaran
yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan/atau
mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia
menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang
bersangkutan. Kotler (2000) dalam Kusumastuti (2009) mengartikan komunikasi
pemasaran sebagai usaha untuk menyampaikan pesan kepada publik, terutama
konsumen sasaran, mengenai keberadaan suatu produk di pasar.
Menurut Kusumastuti (2009), pemasaran dan komunikasi memiliki
hubungan yang erat dan tidak dapat dipisahkan. Hal ini dikarenakan komunikasi
dan pemasaran memegang peranan penting bagi dunia bisnis. Lovelock dan
Wrigth (2002) menyatakan bahwa tidak ada program pemasaran yang dapat
sukses tanpa suatu program komunikasi yang efektif.
Pemahaman

Gagasan
MEDIA
Pengirim

ENCODE
DECODE

PESAN

DECODE

FEEDBACK

ENCODE

Pemahaman
GANGGUAN
Gangguan fisik
Masalah semantik
Perbedaan Budaya
Ketiadaan feedback
Efek status

Penerima

Response

Gambar 1 Model komunikasi


Sumber: Diadopsi dari Tjiptono (2008). Strategi pemasaran. Yogyakarta (ID): ANDI

7
Pengirim pesan dalam hal ini pengelola kawasan ekowisata harus
memahami siapa sasaran yang dituju, yaitu pengunjung aktual dan pengunjung
potensial kawasan ekowisata dan respon apa yang diharapkan. Pengirim pesan
juga harus melakukan proses encoding (menerjemahkan pesan ke dalam simbolsimbol tertentu, seperti tulisan, kata-kata, gambar, bahasa tubuh), sehingga pesan
yang disampaikan bisa dipahami dan diinterpretasikan sama oleh penerima pesan
dalam proses decoding (menerjemahkan simbol ke dalam makna atau pemahaman
tertentu) yang biasa dilakukan. Selain itu, pengirim pesan harus menyampaikan
pesan yang dimaksud melalui saluran atau media yang tepat menjangkau
penerima pesan yang diinginkan serta mengembangkan umpan balik, sehingga
dapat memantau respon penerima pesan yang bersangkutan. Namun perlu
diperhatikan juga bahwa dalam proses komunikasi, terdapat gangguan/noise
misalnya bunyi dering telepon ketika di tengah presentasi kepada calon
pengunjung, masalah semantik, perbedaan budaya, dan ketiadaan umpan balik
(Markenesis 2009).
Salah satu kegiatan komunikasi pemasaran adalah promosi. Promosi dan
komunikasi pemasaran menurut Kusumastuti (2009) merupakan dua hal yang
berhubungan satu sama lain, sehingga dibutuhkan perencanaan komunikasi
pemasaran yang tepat agar kegiatan pemasaran dapat berjalan efektif. Begitu juga
dalam kegiatan promosi Wana Wisata Curug Cilember, dibutuhkan perencanaan
komunikasi pemasaran yang efektif agar jumlah pengunjung Wana Wisata ini
semakin meningkat dan menarik calon pengunjung potensial, baik dari dalam
negeri maupun luar negeri.
Pemasaran wisata berbeda dengan pemasaran produk-produk pada
umumnya. Konsep pariwisata bisa dikatakan sebuah konsep yang termasuk dalam
bidang jasa. Jasa menurut Kotler et al. (1996) dalam Tjiptono (2008) adalah setiap
tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain
yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak
menghasilkan kepemilikan sesuatu.
Marpaung (2002) melihat bahwa pemasaran wisata mencakup menemukan
apa yang menjadi keinginan konsumen (market research), mengembangkan
pemberian pelayanan yang sesuai kepada wisatawan (product planning),
pemberitahuan tentang produk yang dibuat (advertising and promotion), dan
memberikan instruksi ketika mereka dapat memperoleh produk-produk tersebut
(channels of distribution-tour operator and travel agent).
Komunikasi pemasaran menurut Tjiptono (2008) memiliki tiga tujuan utama,
yaitu untuk menyebarkan informasi, mempengaruhi untuk melakukan pembelian
atau menarik konsumen, dan mengingatkan khalayak untuk melakukan pembelian
ulang. Komunikasi pemasaran bertujuan untuk memberikan informasi kepada
masyarakat mengenai produk yang dimiliki perusahaan serta membujuk
konsumen untuk melakukan pembelian terhadap produk tersebut. Produk
perusahaan akan dikenal oleh masyarakat jika dilakukan komunikasi yang efektif
mengenai produk tersebut kepada masyarakat.

8
Media Komunikasi Pemasaran
Pemasar layanan jasa memiliki akses terhadap berbagai bentuk komunikasi,
secara kolektif disebut sebagai bauran komunikasi pemasaran. Berbagai elemen
bauran komunikasi pemasaran mempunyai kemampuan tertentu tergantung
kepada tipe pesan yang dibawa dan segmen pasar yang paling mungkin dijangkau
(Lovelock dan Wrigth 2002). Berikut elemen bauran komunikasi pemasaran
mencakup komunikasi personal, periklanan, publisitas dan hubungan masyarakat,
promosi penjualan, materi pembelajaran, dan corporate design.
Tabel 2 Elemen bauran komunikasi pemasaran
Komunikasi
Personal

Periklanan

Promosi
Penjualan

Publisitas/
Materi
Corporate
Hubungan
pembelajaran
Design
Masyarakat
Penjualan
Broadcast
Sampling
Press
Web sites
Petunjuk
tatap muka
/Siaran
Kupon
releases/kits
Buku panduan arah
Telemarketing Media cetak Diskon
Konferensi
Brosur
Dekorasi
Customer
Internet
Rabat
pers
Video-Audio
interior
services
Media luar
Hadiah
Acara khusus
cassettes
Kendaraan
Customer
ruang
Promosi
Pameran
Software/CD
Peralatan
training
(outdoor)
hadiah
dagang/
ROM
Alat tulis
Word of mouth Direct Mail
ekshibisi
Voice Mail
Seragam
Sponsorship
Sumber: Diadopsi dari Lovelock dan Wright (2002). Principles of services marketing and
management, International edition. Upper Slide River New Jersey [USA]: Pearson Education.

Komunikasi Personal
Komunikasi Personal mencakup penjualan tatap muka, telemarketing, customer
training, customer service, dan word of mouth (komunikasi dari mulut ke mulut).
Berikut penjelasan dari masing-masing media komunikasi pemasaran.
a. Penjualan Tatap Muka (Personal Selling)
Penjualan tatap muka digunakan sebagai suatu cara untuk menyampaikan
informasi dan sekaligus membujuk calon pelanggan untuk melakukan
pembelian (Yoeti 2006). Program penjualan tatap muka menawarkan
keuntungan strategis yang nyata. Keuntungan tersebut menurut Engel et al.
(1991) sebagai berikut:
1. Komunikasi tatap muka. Dengan demikian, akan mungkin untuk
mencapai bagian ketika empati dan makna dapat dipertukarkan.
2. Umpan balik langsung. Jika usaha pertama keluar dari target,
kemampuan yang digunakan untuk mendapat umpan balik langsung
memungkinkan karena ada kesempatan untuk mencoba lagi untuk
membangun kepercayaan konsumen.
3. Keterbukaan secara sengaja. Hal ini berarti konsumen secara aktif
mencari informasi atau membantu dan karena itu akan mau menerima
proses apa yang dikatakan.
b. Customer Services
Pegawai di posisi customer sevice selalu bertanggung jawab dalam
menyediakan berbagai layanan tambahan, seperti penyediaan informasi,
pemesanan, penerimaan pembayaran, dan pemecahan masalah. Pelanggan
baru, khususnya, selalu bergantung kepada customer service untuk
membantu mempelajari bagaimana menggunakan layanan jasa secara efektif

9
dan bagaimana menyelesaikan masalah yang dihadapi ketika menggunakan
produk tersebut (Lovelock dan Wright 2002).
c. Customer Training
Berbagai perusahaan, khususnya mereka yang menjual layanan jasa
bussines to bussines, menawarkan pelatihan formal untuk memperkenalkan
pelanggan mereka dengan produk layanan dan mengajarkan bagaimana
menggunakannya untuk kepentingan mereka (Lovelock dan Wright 2002).
d. Word of Mouth
Sumarwan (2004) menyatakan bahwa komunikasi lisan (word of mouth)
merupakan pertukaran ide, pikiran, dan komentar antara dua atau lebih
konsumen, dan tidak satupun dari mereka adalah pemasar. Menurut
Lovelock dan Wright (2002), rekomendasi dari pelanggan lain dapat
memiliki pengaruh kuat pada keputusan orang untuk menggunakan layanan,
tetapi komunikasi pemasaran dari mulut ke mulut sulit dikontrol oleh
perusahaan.
Beberapa pengiklan mencoba mendorong komentar positif dari pelanggan
bagaimana mereka telah menggunakan jasa. Dalam usaha untuk
menyampaikan komunikasi lisan (word of mouth), iklan dan brosur kadangkadang mencantumkan kesan dari konsumen yang puas terhadap produk
jasa (Lovelock dan Wright 2002).
Periklanan
Periklanan merupakan segala bentuk presentasi dan promosi gagasan,
barang atau jasa yang dibayar oleh sponsor yang teridentifikasi (Markenesis 2009).
Periklanan memiliki keunggulan berupa:
1. Presentasi publik, yaitu menawarkan pesan yang sama kepada banyak orang.
2. Pervasiveness, yaitu memungkinkan produsen untuk mengulang pesan
berulang kali dan sekaligus memberikan kesempatan kepada publik untuk
menerima dan membandingkan pesan dari sejumlah produsen yang saling
bersaing.
3. Amplified expressiveness, yakni memberikan peluang untuk mendramatisasi
perusahaan dan produknya melalui pemanfaatan suara, gambar, warna,
bentuk, dan tata cahaya.
4. Impersonality, artinya publik tidak merasa wajib memperhatikan atau
merespon iklan, karena iklan bersifat monolog.
Susunan yang luas dari media iklan berbayar banyak tersedia, termasuk
siaran (TV dan radio), media cetak (majalah dan koran), teater film, dan banyak
tipe-tipe media luar ruang (poster, billboard/papan reklame, papan pesan
elektronik, serta eksterior bus dan sepeda). Pesan iklan dikirim melalui media
massa seringkali diperkuat oleh alat pemasaran langsung seperti surat,
telemarketing, faks, atau email (Lovelock dan Wright 2002).
Salah satu instrumen penting dalam pemasaran langsung adalah iklan
tanggapan langsung yaitu iklan ketika suatu produk yang dipromosikan melalui
media massa meminta atau mendorong konsumen untuk membeli produk
bersangkutan langsung kepada pembuatnya. Teknik pemasaran langsung juga
digunakan untuk mendistribusikan contoh produk (Morrisan 2010).
Promosi Penjualan
Promosi penjualan merupakan berbagai macam insentif jangka pendek,
seperti undian, kupon/voucher, diskon, kontes, sampel, trading stamps, point of

10
purchase display, dan potongan rabat (Amir 2005). Promosi penjualan cenderung
efektif untuk menciptakan respon pembeli yang kuat dan segera, mendramatisasi
penawaran produk, dan mendongkrak penjualan dalam jangka pendek
(Markenesis 2009).
Pada umumnya, menurut Amir (2005) promosi penjualan memberikan
manfaat sebagai berikut:
1. Komunikasi
Promosi penjualan menarik pemirsanya karena memberikan informasi yang
menggiring orang terhadap suatu produk.
2. Insentif
Promosi penjualan memberikan sebuah insentif, yang menjadi rangsangan
bagi pemirsanya. Bentuk promosi ini selalu memiliki sesuatu yang
memberikan sesuatu yang memberikan nilai tertentu kepada konsumen.
3. Mengundang
Penawaran pada promosi penjualan bersifat segera. Pemirsa diharapkan
segera mungkin untuk bertindak.
Tjiptono (2008) mengelompokkan promosi penjualan yang dilakukan oleh
penjual dapat berdasarkan tujuan yang ingin dicapai sebagai berikut:
1. Consumer promotion, yaitu promosi penjualan yang bertujuan untuk
merangsang/mendorong pelanggan untuk membeli.
2. Trade promotion, bertujuan untuk mendorong/merangsang pedagang grosir,
pengecer, eksportir, dan importir untuk memperdagangkan barang/jasa dari
sponsor.
3. Sales-force promotion, yaitu promosi penjualan yang bertujuan untuk
memotivasi armada penjual.
4. Business promotion, bertujuan untuk memperoleh pelanggan baru,
mempertahankan kontak hubungan dengan pelanggan, memperkenalkan
produk baru, menjual lebih banyak kepada pelanggan lama, dan mendidik
pelanggan.
Hubungan Masyarakat dan Publisitas
Usaha kehumasan membantu mempertahankan dan meningkatkan citra
produk atau perusahaan. Beberapa keunggulan kehumasan dan publisitas
dipaparkan Amir (2005) yaitu kredibilitas yang tinggi, alternatif alat komunikasi,
dan dramatisasi perusahaan atau produk.
Kredibilitas yang tinggi menurut Amir (2005) ditentukan oleh berbagai
liputan tentang perusahaan yang dibuat oleh para jurnalis. Nilai dari sebuah
liputan di media terkemuka lebih tinggi nilainya daripada nilai sebuah iklan.
Kehumasan bisa menjadi alternatif alat komunikasi bagi konsumen yang tidak
senang dengan cara komunikasi pemasaran atau alergi dengan iklan.
Public Relations atau hubungan masyarakat memiliki beragam fungsi
(Tjiptono 2008), di antaranya:
a. Press relations, yaitu menyajikan berita dan informasi mengenai organisasi
yang positif untuk layak dimuat di surat kabar.
b. Product publicity, yakni mempublikasikan produk-produk tertentu.
c. Coporate communication, mencakup komunikasi internal dan eksternal,
serta mempromosikan pemahaman tentang organisasi.

11
d. Lobbying, usaha untuk bekerjasama dengan pembuat undang-undang dan
pejabat pemerintah sehingga perusahaan mendapatkan informasi-informasi
penting yang berharga.
e. Counseling, memberi saran dan pendapat kepada manajemen mengenai
masalah-masalah yang berkaitan dengan publik dan mengenai posisi serta
citra perusahaan.
Implementasi public relations dalam sejumlah program menurut Lovelock
dan Wright (2002) meliputi press releases, konferensi pers, acara khusus (special
events), ekshibisi, pameran dagang, dan sponsorship. Elemen dasar dalam stategi
kehumasan adalah persiapan dan distribusi press release (termasuk foto dan/atau
video) yang memuat berita mengenai perusahaan, produk perusahaan, dan
pegawainya.
Lovelock dan Wrigth (2002) juga berpendapat bahwa teknik kehumasan
yang biasa digunakan secara luas mencakup pengakuan dan program hadiah,
mendapatkan kesan dari tokoh masyarakat, keterlibatan dan dukungan masyarakat,
penggalangan dana, dan mendapatkan publisitas yang menguntungkan bagi
organisasi melalui acara khusus.
Materi Pembelajaran (Instructional Materials)
Promosi dan pembelajaran seringkali berjalan beriringan. Terdapat beberapa
poin dalam mempromosikan layanan baru (atau fitur layanan tertentu) jika orangorang tidak yakin atau tidak tahu akan manfaatnya. Penyedia layanan jasa sering
dipanggil untuk menjelaskan hal tersebut, tapi penyedia jasa tidak selalu siap
sedia di lokasi jika konsumen membutuhkan mereka. Beberapa perusahaan
menawarkan panggilan telepon gratis atau menyediakan material cetak, video,
atau instruksi suara, atau informasi website (Lovelock dan Wright 2002).
Dewasa ini, banyak materi pembelajaran berbasis teknologi. Melalui website,
konsumen dapat mengakses kebutuhan informasi dari rumah atau dari kantor. Jasa
penerbangan menampilkan film untuk mengilustrasikan prosedur keamanan
penerbangan (Lovelock dan Wright 2002).
Corporate Design
Strategi corporate design biasanya diciptakan oleh konsultan luar
perusahaan dan mencakup beberapa media, misalnya alat tulis, petunjuk arah,
seragam, dan skema warna untuk lukisan kendaraan, peralatan, dan interior
gedung. Tujuannya adalah untuk dikenali dan diingat sebagai brand layanan jasa
(Lovelock dan Wright 2002). Dalam bidang pariwisata, pengelola wisata biasanya
menggunakan corporate design seperti seragam pengelola wisata, dan warna cat
tembok di tiket masuk atau bangunan-bangunan dalam lokasi wisata.

Strategi Komunikasi Pemasaran


Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Chandler (1962) dalam
Rangkuti (2009) mendefinisikan strategi sebagai tujuan jangka panjang dari suatu
perusahaan, serta pendayagunaan dan alokasi semua sumber daya yang penting
untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam konsep pemasaran, strategi ini berupaya
memberikan distribusi yang optimal dari setiap metode yang digunakan (Tjiptono
2008).

12
Strategi komunikasi pemasaran, menurut Kusumastuti (2009), bertujuan
untuk mencapai tahap perubahan pengetahuan. Dalam perubahan ini, konsumen
mengetahui keberadaan sebuah produk, untuk apa produk itu diciptakan, dan
ditujukan untuk siapa. Menurut Kusumastuti, pada tahap perubahan pengetahuan
(kognitif), pesan komunikasi baik verbal maupun nonverbal diarahkan pada
pembombastisan informasi tentang produk. Pada tahap perubahan sikap (afektif),
pesan bertujuan untuk memperkuat kedudukan merek dengan menggunakan
strategi pesan semisal kelebihan produk, gaya hidup, dan citra perusahaan. Pada
tahap perubahan perilaku (konatif), pesan bertujuan untuk menunjukkan alasan
mengapa produk adalah produk terbaik jika dibandingkan dengan produk lain dan
menumbuhkan emosional terhadap brand.
Terdapat delapan langkah dalam mengembangkan program komunikasi
pemasaran yang efektif (Kusumastuti 2009), yaitu :
1. Mengidentifikasi penerima pesan yang dituju
Penerima pesan dapat diartikan sebagai calon pembeli, pemakai saat ini,
penentu keputusan, atau pihak yang memengaruhi. Penerima pesan itu dapat
terdiri dari individu, kelompok, masyarakat tertentu atau masyarakat umum.
Penerima pesan dalam hal ini pengunjung Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember.
2. Menetukan tujuan komunikasi
Tujuan komunikasi yang diharapkan adalah calon pembeli melakukan
pembelian, merasakan kepuasan, dan menimbulkan cerita yang baik dari
mulut ke mulut.
3. Merancang pesan
Pesan harus dapat menarik perhatian, mempertahankan ketertarikan,
membangkitkan keinginan, dan menggerakkan tindakan. Memformulasikan
isi pesan memerlukan pemecahan atas isi pesan, struktur pesan, format
pesan, dan sumber pesan.
4. Memilih saluran komunikasi
Saluran komunikasi terdiri dari dua jenis, yaitu saluran komunikasi personal,
mencakup dua orang atau lebih yang berkomunikasi secara langsung satu
sama lain, dan saluran komunikasi nonpersonal, yakni menyampaikan pesan
melalui media, atmosfer, dan acara.
5. Menentukan total anggaran promosi
Terdapat empat prinsip utama yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun
anggaran promosi, yakni sesuai kemampuan, presentasi penjualan,
keseimbangan persaingan, serta tujuan dan tugas.
6. Membuat keputusan atas bauran promosi
Perusahaan harus mendistribusikan total anggaran promosi untuk alat
promosi. Pada umumnya perusahaan selalu mencari cara untuk memperoleh
efisiensi dengan menyubstitusikan suatu alat promosi dengan alat promosi
yang lainnya.
7. Mengukur hasil promosi
Mengukur hasil promosi dapat dilihat melalui dampaknya pada khalayak
sasaran. Hal ini mencakup menanyakan khalayak sasaran apakah mereka
mengenali atau mengingat pesan yang telah disampaikan, berapa kali
mereka melihatnya, hal apa saja yang mereka ingat, bagaimana perasaan
mereka tentang pesan tersebut, dan sikap mereka sebelumnya.

13
8. Mengelola dan mengoordinasikan proses komunikasi pemasaran terintegrasi
Berkembangnya berbagai jenis media baru dan semakin canggihnya
konsumen dapat dijadikan starategi menyampaikan pesan kepada konsumen.
Yassiranda (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Strategi Komunikasi
Pemasaran Kawasan Ekowisata Berbasis Masyarakat mengukur efektivitas
komunikasi pemasaran melalui tiga variabel, yaitu rancangan pesan, ragam media
yang digunakan, dan frekuensi penyampaian pesan. Dalam penelitian ini,
efektivitas komunikasi pemasaran di Wana Wisata Curug Tujuh Cilember diukur
melalui tiga variabel, yaitu kekuatan rancangan pesan, frekuensi penyampaian
pesan, dan ragam media penyampaian pesan. Secara lebih rinci dapat dilihat pada
penjelasan berikut ini:
1. Kekuatan rancangan pesan
Pesan yang disampaikan dalam mengembangkan komunikasi pemasaran
yang efektif harus dirancang agar idealnya dapat menarik perhatian
konsumen. Analisis komunikasi pemasaran verbal maupun visual dapat
dilakukan dengan merujuk pada teori ANSVA dari Alan H Monroe.
Menurut Monroe dalam Kusumastuti (2009) terdapat lima tahapan urutan
motif sesuai cara berfikir manusia dalam formula ANSVA.
Attention merupakan upaya untuk menimbulkan perhatian masyarakat luas,
sehingga timbul ketertarikan dalam diri masyarakat untuk melihat atau
membaca informasi yang disampaikan. Need merupakan bagaimana
komunikasi pemasaran yang tersedia mampu memenuhi kebutuhan pembaca,
seperti biaya, akses jalan dan transportasi menuju lokas wisata, fasilitas
yang tersedia di lokas wisata, serta informasi mengenai obyek daya tarik
wisata tersebut. Satisfaction merupakan tingkat kepuasan pengunjung
berdasarkan informasi yang diterima melalui media promosi. Visualization
merupakan pendapat pengunjung mengenai penggambaran isi pesan yang
disampaikan, seperti gambar/foto, penjelasan dalam website, leaflet, brosur,
atau majalah mengenai keadaan atau kondisi lokasi wisata. Action
menggambarkan tingkat keinginan pengunjung untuk melakukan pembelian,
dalam hal ini untuk berkunjung ke lokasi wisata.
2. Ragam media yang digunakan
Ragam media merupakan jenis alat-alat komunikasi pemasaran untuk
memperomosikan suatu produk atau jasa. Lovelock dan Wright (2002)
menyatakan bahwa elemen bauran komunikasi pemasaran terdiri dari
komunikas personal, periklanan, promosi penjualan, humas dan publisitas,
materi pembelajaran, dan corporate design.
3. Frekuensi penyampaian pesan
Menurut Morrisan (2010), frekuensi adalah jumlah waktu rata-rata mereka
yang terjangkau memiliki peluang terekspos oleh pesan merek dalam suatu
periode waktu tertentu. Frekuensi penyampaian pesan berarti jumlah
(banyaknya) pengulangan informasi mengenai Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember yang diterima oleh responden melalui berbagai media komunikasi
pemasaran.

14
Industri Pariwisata
Pariwisata merupakan suatu perjalanan terencana yang dilakukan secara
individu atau kelompok dari satu tempat ke tempat lain dengan tujuan untuk
mendapatkan kepuasan dan kesenangan (Wardiyanto dan Baiquni 2010).
Pariwisata menjadi sektor industri yang tidak hanya memberikan dampak
ekonomi, seperti meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, tetapi juga
memberikan dampak lingkungan. Dampak lingkungan yang mungkin timbul
adalah polusi udara, air, kerusakan lingkungan, dan permasalahan sampah.
Menurut Yoeti (2008), industri pariwisata secara khusus dikatakan sangat
efektif dalam mendukung usaha kecil dan penciptaan kesempatan kerja untuk
kalangan usia muda serta menyebarkan peluang kesempatan kerja, baik dalam
ruang lingkup regional, nasional maupun internasional. Dengan adanya industri
pariwisata, maka akan membuka lapangan kerja baru seperti dalam hal
transportasi, akomodasi, penginapan, maupun dalam hal kerajinan tangan. Hal
inilah yang menjadi daya tarik untuk mengukur seberapa besar suatu industri
pariwisata yang dipasarkan melalui media promosi yang efektif mampu
mempengaruhi perekonomian masyarakat maupun kesejahteraan masyarakat yang
terlibat dalam kegiatan pemasaran tersebut (Yoeti 2008).

Wana Wisata
Wisata alam merupakan potensi bisnis masa depan yang menjanjikan dan
merupakan salah satu sektor penting penting pembangunan. Kegiatan wisata alam
menurut Duffus dan Dearden (1990) dalam Supriatna (2008) pada dasarnya
adalah menikmati alam secara nonkonsumtif melalui kegiatan seperti berjalan
kaki, menyelam, fotografi, mengamati paus, burung, dan lainnya.
Wana wisata adalah suatu kawasan hutan yang karena keindahan ataupun
keunikan alamnya dapat dijadikan tempat untuk kegiatan wisata yang berkaitan
dengan ilmu pengetahuan, pendidikan, penelitian, wisata alam, dan olahraga tanpa
mengubah fungsi kawasan hutan tersebut (Perum Perhutani dan PPK ITB 2000).
Menurut Arief et al. (2001), tujuan dari pembangunan wana wisata dan
obyek wisata alam hutan oleh Perum Perhutani, antara lain:
1. Menyediakan sarana rekreasi bagi masyarakat yang sehat dan murah.
2. Menyediakan sarana pendidikan dan ilmu pengetahuan untuk penelitian
berbagai manfaat flora, fauna dan ekosistem.
3. Merangsang pertumbuhan rasa cinta alam dan lingkungan utamanya bagi
generasi muda.
4. Memelihara kelestarian sumber plasma nutfah dan konservasi hutan, tanah
dan air.
5. Menggali potensi ekonomi yang terkandung di dalam hutan melalui
penjualan jasa wisata.
6. Menunjang pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui perluasan lapangan
kerja dan lapangan usaha.
Pengembangan wana wisata ini pada akhirnya diarahkan pada kebijakan
ekowisata. Istilah ekowisata menurut DPP et al (2009) dapat diartikan sebagai
perjalanan oleh seorang turis ke daerah terpencil dengan tujuan menikmati dan

15
mempelajari mengenai alam, sejarah dan budaya di suatu daerah, ketika pola
wisatanya membantu ekonomi masyarakat lokal dan mendukung pelestarian alam.
Para pelaku dan pakar di bidang ekowisata sepakat untuk menekankan bahwa pola
ekowisata sebaiknya meminimalkan dampak yang negatif terhadap lingkungan
dan budaya setempat dan mampu meningkatkan pendapatan ekonomi bagi
masyarakat setempat dan nilai konservasi (DPP et al 2009).
Menurut Supriatna (2008), secara konseptual ekowisata merupakan konsep
pengembangan pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upayaupaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan, sehingga memberikan manfaat ekonomi kepada
masyarakat setempat.
Lima prinsip dasar ekowisata menurut Muntasib et al. (2000) yaitu:
1. Nature Based, produk dan pasar yang berdasar pada alam.
2. Ecologically sustainable, pelaksanaan dan manajemen berkelanjutan.
3. Environmentally educative, pendidikan lingkungan bagi pengelola dan
pengunjung.
4. Bermanfaat untuk masyarakat lokal.
5. Memberikan kepuasan bagi wisatawan.
Menurut Supriatna (2008), terdapat aspek-aspek yang perlu
dipertimbangkan dalam pengelolaan kawasan ekowisata, di antaranya yaitu
pemasaran dan promosi. Kedua hal itu tidak dapat dilupakan dalam
pengembangan kawasan ekowisata. Keberhasilan suatu usaha ekowisata terletak
pada datangnya wisatawan. Oleh karena itu, pemasaran dan promosi menjadi
langkah penting dalam memperkenalkan kawasan ekowisata. Langkah ini dapat
dilakukan melalui media cetak, audiovisual, dan juga internet.
Menurut Sudarto (1999) segmen pasar ekowisata digolongkan menjadi tiga
bagian berdasarkan golongan umur dan status sosialnya, yaitu:
1. Generasi Pertama (The Silent Generation)
Generasi ini berumur antara 55-64 tahun. Mereka berstatus sosial yang baik.
Mereka rata-rata berpendidikan dan sudah tidak harus memikirkan anakanaknya karena memang rata-rata anaknya sudah mandiri. Dengan bekal
tabungan dan pensiun yang mereka miliki, mereka sanggup melakukan
perjalanan wisata dengan jangkauan kunjungan yang lebih lama (4 minggu)
dan mampu membayar dengan harga yang lebih mahal. Mereka lebih suka
berkunjung ke daerah-daerah yang memiliki fasilitas yang baik dan nyaman
dan aman, tanpa harus menguras banyak tenaga untuk menikmati
pemandangan alam yang ada. Mereka lebih menyukai kunjungan yang
bersifat menikmati pemandangan alamnya itu sendiri.
2. Generasi Kedua (The Baby Boom Generation)
Mereka adalah golongan eksekutif muda yang berumur antara 25-54 tahun
dan mempunyai karir dan kedudukan yang bagus. Mereka lebih suka
berpergian sebagai pasangan atau dengan keluarga dan anak-anaknya. Lama
waktu bepergian antara 2-3 minggu, mampu membayar dengan layak ke
daerah-daerah tujuan yang soft sampai dengan medium adventure. Selain
unsur pendidikan dan pemahaman, maka unsur menikmati pemandangan
alam juga sangat berarti bagi mereka untuk menghilangkan stres akibat
pekerjaan mereka sebagai eksekutif muda.

16
3. Generasi Ketiga ( X Generation)
Generasi ini berumur antara 18-29 tahun, mereka lebih suka berwisata
sebagai backpacker karena rata-rata status mereka yang masih sebagai
pelajar/mahasiswa. Kebutuhan mengenal dunia luar dengan keeksotikan
alam dan budayanya merupakan tujuan utama mereka, sebelum mereka
berjuang untuk mendapatkan karirnya dalam bidang pekerjaan yang mereka
inginkan. Mereka mampu berwisata selama 2-12 bulan dengan pengeluaran
rata-rata $200-500 perbulannya. Dan biasanya dari generasi ini pada suatu
saat akan tumbuh menjadi the baby boom generation di masa 10-15 tahun
kemudian.

Peran Masyarakat Lokal


Damanik dan Webber (2006) menyatakan terdapat berbagai macam
stakeholder yang berperan sebagai pelaku pariwisata, yakni wisatawan, industri
pariwisata, pendukung jasa wisata, pemerintah, LSM, dan masyarakat lokal.
Masyarakat lokal, menurut Damanik dan Webber (2006) merupakan salah satu
pemain kunci dalam pariwisata, karena sesungguhnya mereka yang akan
menyediakan sebagian besar atraksi sekaligus menentukan kualitas produk wisata.
Aspek organisasi dan kelembagaan masyarakat dalam pengelolaan
ekowisata menjadi isu kunci pentingnya dukungan yang profesional dalam
menguatkan organisasi lokal secara kontinyu, mendorong usaha yang mandiri dan
menciptakan kemitraan yang adil dalam pengembangan ekowisata (DPP et al
2009). Peran organisasi masyarakat sangat penting karena masyarakat adalah
stakeholder utama dan akan mendapatkan manfaat secara langsung dari
pengembangan dan pengelolaan ekowisata.
Koordinasi antar stakeholders juga perlu mendapatkan perhatian. Salah satu
model percontohan organisasi pengelolaan ekowisata yang melibatkan semua
stakeholders termasuk, masyarakat, pemerintah daerah, UPT, dan sektor swasta,
adalah Rinjani Trek Management Board. Terbentuknya forum atau dewan
pembina akan banyak membantu pola pengelolaan yang adil dan efektif terutama
di daerah ekowisata yang merupakan sumber pendapatan utama bagi masyarakat
setempat (DPP et al 2009).
SWOT
SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal strengths dan weaknesses
serta lingkungan eksternal opportunities dan threats yang dihadapi dunia bisnis.
(Rangkuti 2009). Menurut Rangkuti (2009), faktor internal dan eksternal yang
dipertimbangkan dalam analisis SWOT dapat menunjukkan kinerja perusahaan.
Faktor Eksternal
Faktor eksternal berupa peluang dan ancaman dari luar lingkungan
pengelola wisata. Peluang didefinisikan oleh Siagian (2008) berupa berbagai
situasi lingkungan yang menguntungkan bagi suatu satuan bisnis. Berbagai situasi
yang dimaksud adalah kecenderungan penting yang terjadi di kalangan pengguna
produk, identifikasi suatu segmen pasar yang belum mendapat perhatian,
perubahan dalam kondisi persaingan, perubahan dalam peraturan perundang-

17
undangan yang membuka berbagai kesempatan baru dalam kegiatan berusaha, dan
hubungan dengan para pembeli yang akrab.
Ancaman menurut Siagian (2008) yaitu faktor-faktor lingkungan yang tidak
menguntungkan suatu satuan bisnis. Contohnya masuknya pesaing baru di pasar,
pertumbuhan pasar yang lamban, meningkatnya posisi tawar pembeli produk yang
dihasilkan, perkembangan dan perubahan teknologi yang belum dikuasai, dan
perubahan dalam peraturan perundang-undangan yang sifatnya restriktif.
Faktor Internal
Faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan,
dalam hal ini pengelola wisata. Kekuatan menurut Siagian (2008) berupa
kompetensi khusus yang terdapat dalam organisasi yang berakibat pada pemilikan
keunggulan komparatif oleh unit usaha di pasaran.
Kelemahan diartikan sebagai keterbatasan atau kekurangan dalam hal
sumber, keterampilan dan kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi
penampilan kinerja organisasi yang memuaskan. Dalam praktek, berbagai
keterbatasan dan kekurangan kemampuan tersebut bisa dilihat dari sarana dan
prasarana yang dimiliki atau tidak dimiliki, kemampuan manajerial yang rendah,
terampilan pemasaran yang tidak sesuai dengan tuntutan pasar, produk yang tidak
atau kurang diminati oleh para pengguna atau calon pengguna, dan tingkat
perolehan keuntungan yang tidak memadai (Siagian 2008).

Analisis SWOT
Strategi komunikasi pemasaran dapat dikembangkan melalui analisis SWOT.
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan, dalam hal ini strategi pengelola Wana Wisata
Curug Tujuh Cilember. Analisis SWOT didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats)
(Rangkuti 2009).
Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang
(opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strengths)
dan kelemahan (weaknesses). Gambar 2 menunjukkan posisi perusahaan dalam
hal ini pengelola wisata dalam empat kuadran (Rangkuti 2009).
Kuadran 1
: Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Kawasan
ekowisata tersebut memiliki peluang dan kekuatan, sehingga
dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus
ditetapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan
pertumbuhan yang agresif (Growth oriented strategy).
Kuadran 2
: Meskipun menghadapi berbagai ancaman, kawasan ekowisata
ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang
harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi
diversifikasi (produk/pasar).
Kuadran 3
: Pengelola kawasan ekowisata menghadapi peluang pasar yang
sangat besar, tetapi di lain pihak, ia menghadapi beberapa
kendala/kelemahan internal. Fokus strategi pengelola kawasan

18

Kuadran 4

ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan,


sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.
: Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan,
perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan
kelemahan internal.

3. Mendukung
strategi turn-around

BERBAGAI
PELUANG

1. Mendukung
strategi agresif

KELEMAHAN
INTERNAL
4. Mendukung strategi
defensif

KEKUATAN
INTERNAL

BERBAGAI
ANCAMAN

2. Mendukung
strategi diversifikasi

Gambar 2 Analisis SWOT


Sumber: Diadopsi dari Rangkuti F (2009). Analisis SWOT teknik membedah kasus bisnis.
Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama

Matriks SWOT
Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah
matriks SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang
dan ancaman eksternal dapat dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan
kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya (Rangkuti 2009).
Tabel 3 Matriks SWOT
Faktor Strategi Internal

STRENGTHS (S)
Weaknesses (W)
Tentukan 5-10 faktor- Tentukan 5-10 faktorFaktor
faktor kekuatan internal
faktor
kelemahan
Strategi Eksternal
internal
OPPORTUNITIES (O)
STRATEGI SO
STRATEGI WO
Tentukan 5-10 faktor-faktor Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
peluang eksternal
menggunakan kekuatan meminimalkan
untuk
memanfaatkan kelemahan
untuk
peluang
memanfaatkan peluang
THREATS (T)
STRATEGI ST
STRATEGI WT
Tentukan 5-10 faktor-faktor Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
ancaman eksternal
menggunakan kekuatan meminimalkan
untuk mengatasi ancaman kelemahan
dan
menghindari ancaman
Sumber: Diadopsi dari Rangkuti F (2009). Analisis SWOT teknik membedah kasus bisnis. Jakarta
[ID]: Gramedia Pustaka Utama.

19
Kerangka Penelitian
Karakteristik komunikasi pemasaran Wana Wisata Curug Tujuh Cilember
seperti kekuatan rancangan pesan, ragam media penyampaian pesan, dan
frekuensi penyampaian pesan komunikasi pemasaran memiliki hubungan dengan
efektivitas komunikasi pemasaran yang diterima oleh wisatawan. Setelah
dianalisis efektivitas komunikasi pemasaran, kemudian dibuat formulasi strategi
komunikasi pemasaran yang tepat dalam komunikasi pemasaran Wana Wisata
Curug Cilember

Komunikasi Pemasaran Wana Wisata


Curug Tujuh Cilember
Kekuatan Rancangan Pesan
Ragam Media Penyampaian
Pesan
Frekuensi Penyampaian Pesan

Efektivitas Komunikasi
Pemasaran
Tingkat Kognitif
Tingkat Afektif
Tingkat Konatif

Formulasi Strategi Komunikasi


Pemasaran
Gambar 3 Kerangka pemikiran strategi komunikasi pemasaran Wana Wisata
Curug Tujuh Cilember
Keterangan:
: Menyatakan hubungan yang diteliti

Penelitian diawali dengan menganalisis tingkat kekuatan rancangan pesan,


ragam media penyampaian pesan, frekuensi penyampaian pesan, dan efektivitas
komunikasi pemasaran di Wana Wisata Curug Cilember. Analisis dilakukan
sebelumnya dengan menyebarkan kuesioner kepada pengunjung yang ada di
Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Data yang didapatkan kemudian diolah
dengan menggunakan Microsoft Office Excel 2007 dan uji korelasi Rank
Spearman dengan SPSS for Windows v.17.0 untuk mengetahui hubungan antara
variabel frekuensi penyampaian pesan, ragam media penyampaian pesan,
kekuatan rancangan pesan dan efektivitas komunikasi pemasaran di tingkat
kognitif, afektif, dan konatif.

20
Strategi komunikasi pemasaran dilakukan dengan melihat faktor-faktor
internal pengelola wisata yaitu kekurangan dan kelebihan serta faktor-faktor
eksternal melalui peluang dan ancaman yang dihadapi pengelola wisata. Faktorfaktor yang ada dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT untuk membuat
strategi komunikasi pemasaran Wana Wisata Curug Cilember.

Hipotesis Penelitian
1.
2.

3.

Semakin tinggi kekuatan rancangan pesan, semakin tinggi efektivitas


komunikasi pemasaran Wana Wisata Curug Tujuh Cilember.
Semakin tinggi ragam media penyampaian pesan, semakin tinggi
efektivitas komunikasi pemasaran pada kawasan ekowisata Curug Tujuh
Cilember.
Semakin tinggi frekuensi penyampaian pesan, semakin tinggi efektivitas
komunikasi pemasaran pada kawasan kawasan ekowisata Curug Tujuh
Cilember.

Definisi Operasional
1. Komunikasi pemasaran merupakan aktivitas promosi yang berusaha
menyebarkan informasi, mempengaruhi atau membujuk, dan/atau
mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produk atau jasanya agar
bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk atau jasa yang
ditawarkan perusahaan yang bersangkutan (Tjiptono 2008). Kegiatan
komunikasi pemasaran yang efektif dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu
kekuatan rancangan pesan, ragam media penyampaian pesan, dan frekuensi
penyampaian pesan.
a) Kekuatan rancangan pesan adalah tingkat kekuatan desain pesan dalam
memberikan informasi kepada responden. Kekuatan rancangan pesan
diukur berdasarkan lima dimensi, yaitu attention, need, satisfaction,
visualization, dan action.
a.1. Attention merupakan kekuatan pesan untuk menarik perhatian,
diukur berdasarkan seberapa tinggi kekuatan pesan tersebut untuk
dapat menarik perhatian responden. Pengukuran menggunakan
skala ordinal dengan empat kategori, yaitu:
1) Sangat tidak menarik, diberi skor 1
2) Tidak menarik, diberi skor 2
3) Menarik , diberi skor 3
4) Sangat menarik, diberi skor 4
a.2 Need merupakan kebutuhan responden akan informasi yang
disediakan pihak pengelola Wana Wisata Curug Tujuh Cilember.
Pengukuran dilakukan berdasarkan seberapa lengkap informasi
yang disediakan oleh pihak pengelola wana wisata. Pengukuran
menggunakan skala ordinal dengan empat kategori, yaitu:
1) Tidak ada, diberi skor 1
2) Kurang lengkap,diberi skor 2

21
3) Lengkap, diberi skor 3
4) Sangat lengkap, diberi skor 4
a.3 Satisfaction merupakan kepuasan responden terhadap ketersediaan
informasi yang diterima mengenai kawasan Wana Wisata Curug
Tujuh Cilember. Pengukuran menggunakan skala ordinal dengan
empat kategori, yaitu:
1) Sangat tidak puas, diberi skor 1
2) Tidak puas, diberi skor 2
3) Puas, diberi skor 3
4) Sangat puas, diberi skor 4
a.4 Visualization
merupakan
persepsi
responden
mengenai
penggambaran isi pesan yang disampaikan pengelola kawasan
Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Pengukuran menggunakan
skala ordinal dengan empat kategori, yaitu:
1) Tidak ada, diberi skor 1
2) Kurang lengkap, diberi skor 2
3) Lengkap , diberi skor 3
4) Sangat lengkap, diberi skor 4
a.5 Action menggambarkan tingkat keinginan responden untuk
berkunjung ke kawasan Wana Wisata Curug Cilember. Pengukuran
menggunakan skala ordinal dengan empat kategori, yaitu:
1) Sangat lemah, skor 1
2) Lemah, skor 2
3) Kuat , skor 3
4) Sangat kuat, skor 4
Jumlah pertanyaan untuk kekuatan rancangan pesan berjumlah 13
pertanyaan dari keseluruhan dimensi dalam kekuatan rancangan pesan.
Akumulasi skor dikategorikan menjadi tinggi, sedang dan rendah.
Interval = Nilai Tertinggi Nilai Terendah
Jumlah Interval
Jumlah Interval
1) Rendah jika akumulasi skor 13-26
2) Sedang jika akumulasi skor 27-39
3) Tinggi jika akumulasi skor 40-52
b) Ragam media penyampaian pesan adalah sumber-sumber informasi yang
didapatkan oleh pengunjung mengenai Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember melalui media promosi dari elemen bauran komunikasi
pemasaran periklanan, promosi penjualan, humas dan publisitas, media
pembelajaran, dan komunikasi personal. Variabel ragam media
penyampaian pesan diukur berdasarkan media mana yang menjadi
sumber informasi pengunjung yaitu billboard, banner, diskon, liputan
media, roadshow, pameran, website, blog, brosur, dan cerita dari orang
lain. Pengukuran menggunakan skala ordinal, berdasarkan jumlah atau
banyaknya media yang digunakan oleh responden dalam memperoleh
informasi mengenai Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Jika media
tersebut menjadi sumber informasi pengunjung diberi skor 2, jika tidak
menjadi sumber informasi diberi skor 1. Jumlah pertanyaan untuk ragam

22
media penyampaian pesan berjumlah 10 dari keseluruhan dimensi.
Akumulasi skor dikategorikan menjadi tinggi, sedang dan rendah.
Interval = Nilai Tertinggi Nilai Terendah
Jumlah Interval
Jumlah Interval
1) Rendah jika akumulasi skor 10-13,3
2) Sedang jika akumulasi skor 13,4-16,7
3) Tinggi jika akumulasi skor 16,8-20
c) Frekuensi penyampaian pesan, yaitu jumlah informasi yang disampaikan
mengenai wana wisata kepada responden melalui elemen bauran
komunikasi pemasaran: komunikasi personal, periklanan, promosi
penjualan, publisitas/hubungan masyarakat, dan materi pembelajaran.
1) Komunikasi personal mencakup rekomendasi dari penjual maupun
pelanggan lain yang dapat memiliki pengaruh kuat pada keputusan
orang untuk menggunakan layanan. Contohnya word of mouth
(komunikasi lisan), yang dilakukan oleh orang-orang yang memang
pernah berkunjung atau juga orang-orang yang pernah mengakses
website atau mendapat informasi dari media lain dan menyebarkannya
ke orang lain.
2) Periklanan adalah segala bentuk presentasi dan promosi wana wisata
yang dibayar oleh sponsor yang teridentifikasi, atau melalui
penggunaan media luar ruang dan konvensional, contohnya internet,
billboard dan banner.
3) Promosi penjualan adalah kegiatan promosi wana wisata melalui
berbagai macam insentif jangka pendek, misalnya diskon.
4) Humas dan Publisitas. Humas adalah kegiatan promosi untuk
melindungi citra pengelola ekowisata. Publisitas adalah kegiatan
promosi wana wisata melalui penyajian produk secara nonpersonal
lewat media cetak atau elektronik. Contoh seminar, roadshow, liputan
di media, pameran.
5) Materi pembelajaran adalah media yang disediakan oleh pengelola
wana wisata agar dapat dipelajari oleh pengunjung atau calon
pengunjung. Contohnya website dan brosur.
Variabel frekuensi penyampaian pesan diukur berdasarkan seberapa
sering informasi yang disampaikan kepada responden melalui elemenelemen bauran komunikasi pemasaran tersebut. Pengukuran
menggunakan skala ordinal dengan empat kategori, yaitu:
1) Tidak pernah, skor 1
2) Jarang, skor 2
3) Sering, skor 3
4) Sangat Sering, skor 4
Jumlah pertanyaan untuk frekuensi penyampaian berjumlah 10 dari
keseluruhan dimensi dalam elemen bauran komunikasi pemasaran.
Akumulasi skor dikategorikan menjadi tinggi, sedang dan rendah.
Interval = Nilai Tertinggi Nilai Terendah
Jumlah Interval
Jumlah Interval
1) Rendah jika akumulasi skor 10-20

23
2) Sedang jika akumulasi skor 21-30
3) Tinggi jika akumulasi skor 31-40
2. Efektivitas komunikasi adalah kondisi adanya kesamaan makna terhadap
pesan komunikasi ketika hal tersebut dapat dikatakan efektif jika dapat
menimbulkan dampak pada kognitif, afektif, dan konatif.
a) Tingkat Kognitif adalah tingkat pengetahuan responden tentang kondisi
di Wana Wisata Curug Cilember dan kegiatan promosi yang dilakukan.
Pernyataan-pernyataan tersebut terdiri dari pernyataan positif yaitu
jawaban benar adalah jika responden memilih jawaban benar, dan
pernyataan negatif yaitu jawaban benar adalah jika responden memilih
jawaban salah. Setiap jawaban yang benar dari pernyataan diberikan
nilai 3. Sementara jawaban yang salah diberi nilai 2 dan tidak tahu diberi
nilai 1.
Jumlah pernyataan untuk aspek kognitif berjumlah 14. Akumulasi skor
dikategorikan menjadi rendah (1), sedang (2), dan tinggi (3).
Interval = Nilai Tertinggi Nilai Terendah
Jumlah Interval
Jumlah Interval
1) Rendah jika akumulasi skor 14-23,3
2) Sedang jika akumulasi skor 23,4-32,7
3) Tinggi jika akumulasi skor 32,8-42
b) Tingkat afektif adalah respon responden terhadap kawasan Wana Wisata
Curug Cilember. Responden diberikan pernyataan dengan skor:
1) Sangat Setuju, skor 4
2) Setuju, skor 3
3) Tidak Setuju, skor 2
4) Sangat Tidak Setuju, skor 1
Jumlah pernyataan untuk aspek afektif berjumlah 9. Akumulasi skor
dikategorikan menjadi rendah, sedang, dan tinggi.
Interval = Nilai Tertinggi Nilai Terendah
Jumlah Interval
Jumlah Interval
1) Rendah jika akumulasi skor 9-18
2) Sedang jika akumulasi skor 19-27
3) Tinggi jika akumulasi skor 28-36
c) Tingkat konatif adalah niat, tekad, upaya, usaha yang cenderung menjadi
tindakan responden terhadap kawasan Wana Wisata Curug Cilember.
Responden diberikan pernyataan dengan skor:
1) Sangat Setuju, skor 4
2) Setuju, skor 3
3) Tidak Setuju, skor 2
4) Sangat Tidak Setuju , skor 1
Jumlah pernyataan untuk aspek konatif berjumlah 7. Akumulasi skor
dikategorikan menjadi rendah, sedang, dan tinggi.
Interval = Nilai Tertinggi Nilai Terendah
Jumlah Interval
Jumlah Interval
1) Rendah jika akumulasi skor 7-14

24
2) Sedang jika akumulasi skor 15-21
3) Tinggi jika akumulasi skor 22-28
Aspek kognitif, afektif, dan konatif yang telah dikategorikan menjadi
tinggi dengan skor 3, sedang dengan skor 2 dan rendah dengan skor 1
diakumulasikan menjadi efektivitas komunikasi pemasaran (total) dengan
kategori tinggi (3), sedang (2), dan rendah (1).
Interval = Nilai Tertinggi Nilai Terendah
Jumlah Interval
Jumlah Interval
1) Rendah jika akumulasi skor 3-5
2) Sedang jika akumulasi skor 6-7
3) Tinggi jika akumulasi skor 8-9

METODE
Metode yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisis data adalah
kombinasi antara pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan
kuantitatif dilakukan dengan metode survei kepada responden. Survei mengambil
contoh dari satu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpulan data pokok (Effendi dan Singarimbun 2008). Analisis kuantitatif
menggunakan uji korelasi Rank Spearman menggunakan SPSS for Windows
v.17.0 untuk menganalisis hubungan antar variabel.
Sementara pendekatan kualitatif dilakukan melalui melalui wawancara
kepada informan dan observasi di lapangan. Satuan unit analisis responden untuk
data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah indvidu, yaitu
pengunjung Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Populasi penelitian ini adalah
seluruh pengunjung di Wana Wisata Curug Tujuh Cilember pada periode bulan
Agustus 2011 sampai Agustus 2012, yaitu sebanyak 232.974 pengunjung.

Lokasi dan Waktu


Penelitian ini dilaksanakan di Wana Wisata Curug Tujuh Cilember, Desa
Jogjogan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. yang dikelola oleh Distrik I,
Kesatuan Bisnis Mandiri Jasa Lingkungan dan Produk Lain (KBM JLPL), Perum
Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Penelitian dilakukan dari bulan Agustus
2012 sampai bulan Desember 2012.
Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
pertimbangan bahwa Wana Wisata Curug Tujuh Cilember merupakan obyek
ekowisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan. Selain itu, kemudahan akses
untuk masuk ke lokasi dan peluang besar dimiliki untuk memperoleh sejumlah
informasi yang dibutuhkan untuk dijadikan bahan sesuai topik penelitian.

Teknik Sampling
Metode yang digunakan dalam penelitian dengan pendekatan kuantitatif
adalah penelitian survei. Penelitian survei mengambil contoh dari satu populasi
dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokok (Effendi
dan Singarimbun 2008).
Pengambilan sampel responden dalam penelitian ini digunakan teknik
nonprobability sampling. Teknik nonprobability sampling digunakan karena
kurangnya kelengkapan data populasi objek penelitian yang tersedia, sehingga
tidak dapat ditentukan kerangka sampling (sampling frame). Penggunaan teknik
ini menyebabkan setiap unsur dalam populasi tidak memiliki kesempatan atau
peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel (Sugiyono 2010).
Prosedur pencarian responden dilakukan dengan teknik sampling purposive,
artinya sampel ditarik dengan pertimbangan tertentu. Teknik ini dilakukan dengan
terlebih dahulu merumuskan kriteria-kriteria yang digunakan sebagai acuan
penarikan sampel. Kriteria pengunjung yang dijadikan responden adalah sebagai
berikut:

26
a. Pengunjung sedang mengunjungi Wana Wisata Curug Tujuh Cilember.
b. Pengunjung berusia mulai dari 15 tahun ke atas dan dianggap memiliki
pendapat mandiri untuk dapat diwawancarai dan mengisi kuesioner.
c. Pengunjung bersedia diwawancarai dan mengisi kuesioner yang
disediakan.
Penentuan kriteria tersebut ditujukan agar responden dapat benar-benar
memberikan penilaian secara obyektif terhadap Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember. Penentuan jumlah contoh atau responden ditentukan berdasarkan hasil
perhitungan menggunakan rumus Slovin (Umar 2004), yaitu:
n=
N
1+Ne2
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
e = nilai kritis (batas ketelitian) yang digunakan (persen kelonggaran penelitian
karena kesalahan pengambilan contoh populasi yang masih dapat ditolerir
atau diinginkan), yaitu 10%.
Data dari Wana Wisata Curug Tujuh Cilember menunjukkan jumlah
wisatawan pada bulan Agustus tahun 2011 sampai bulan Agustus 2012 baik
wisatawan dalam negeri maupun mancanegara sebesar 232.974 pengunjung.
Berdasarkan rumus Slovin, maka diperoleh jumlah responden dengan perhitungan
sebagai berikut:
N = 232.974
n=
232.974
= 99.9570952 ~ 100 orang
1 + 232.974 (0.1)2
Jumlah responden dalam penelitian ini berjumlah 100 orang yang didapat
dari perhitungan rumus Slovin (Umar 2004), yaitu responden yang ditemui di
Wana Wisata Curug Cilember dengan kriteria yang telah ditetapkan. Daftar
responden penelitian dapat dilihat pada lampiran 5.
Pendekatan kualitatif dilakukan dengan observasi langsung dan wawancara
mendalam kepada informan. Teknik wawancara mendalam juga dilakukan untuk
mendapatkan data primer dan deskriptif yang dilakukan terhadap informan. Pemilihan
informan dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu Bapak IP, selaku Duty Manager
Wana Wisata Curug 7 Cilember (WWCC), Bapak Deni selaku marketing WWCC,
Sekretaris Desa Jogjogan, bapak UF selaku ketua IRMAS Desa Jogjogan, dan
pemilik kios wisata di Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Beberapa responden
yang telah mengisi kuesioner juga dijadikan informan.

Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder dan data
primer. Data sekunder adalah data yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan
baik oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain, misalnya dalam bentuk
tabel maupun diagram (Umar 2004). Dalam penelitian ini, data sekunder
(kuantitatif dan kualitatif) diperoleh dari data pengelola wisata, seperti struktur
organisasi pengelola wana wisata, jumlah pengunjung, literatur dan semua data
saluran promosi yang telah diterapkan pengelola wisata. Data juga diperoleh dari

27
literatur lainnya seperti perpusatakaan Institut Pertanian Bogor, website KBM
perhutani, website dinas kebudayaan dan pariwisata Jawa Barat, Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor, Tourism Information Center
Kabupaten Bogor, artikel, maupun internet. Data sekunder ini digunakan untuk
membantu dan mendukung data primer yang didapatkan.
Data primer menurut Umar (2004) adalah data yang didapatkan dari sumber
pertama, baik secara individu atau perseorangan melalui wawancara, kuesioner,
atau pengamatan langsung di lokasi penelitian. Dalam penelitian ini, data primer
kuantitatif dikumpulkan melalui wawancara terstruktur kepada 100 responden
dengan menggunakan daftar pertanyaan/kuesioner. Sedangkan data primer
kualitatif dikumpulkan melalui wawancara kepada sejumlah informan yang
diarahkan dengan panduan pertanyaan wawancara.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara kemudian
direkam dalam suatu manuskrip catatan harian. Pengumpulan data primer
kualitatif dilakukan lebih dahulu untuk mengenal lokasi Wana Wisata Curug
Tujuh Cilember, pengunjung, dan masyarakat. Hal ini juga mempermudah dalam
menyusun pertanyaan yang sesuai dalam kuesioner. Pengumpulan data primer
kualitatif juga dilakukan saat mengumpulkan data primer kuantitatif.

Prosedur Analisis Data


Data primer dan sekunder yang telah dikumpulkan selanjutnya dilakukan
pengelolaan data. Data kuantitatif diolah dengan menggunakan Microsoft Excel
2007 dan SPSS for Windows v.17.0, dianalisis dengan metode yang sesuai dalam
mengukur tingkat frekuensi penyampaian pesan, kekuatan rancangan pesan,
ragam media penyampaian pesan dan efektivitas komunikasi pemasaran.
Uji korelasi menggunakan metode Rank Spearman untuk melihat korelasi
antara data-data yang berbentuk ordinal (Sugiyono 2010). Penyajian data
dilakukan dengan tabulasi frekuensi, tabulasi silang, grafik dan diagram yang
disesuaikan dengan kebutuhan penelitian dan ketersediaan data.
Data-data kualitatif yang didapatkan saat wawancara menjadi informasi
tambahan dan diintegrasikan dengan jawaban yang ada pada kuesioner untuk
mendukung dan memperkuat data kuantitatif yang diperoleh. Setelah efektivitas
komunikasi pemasaran berhasil dianalisis, langkah selanjutnya adalah
menggunakan analisis SWOT untuk mendapatkan formulasi strategi promosi
untuk dapat digunakan oleh pengelola Wana Wisata Curug Tujuh Cilember.
Matriks IFE dan EFE
David (2009) mengemukakan bahwa Matriks Evaluasi Faktor Internal
(Internal Factor Evaluation IFE Matrix) merupakan alat perumusan strategi
yang meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam arenaarena fungsional bisnis, dan juga menjadi landasan untuk mengidentifikasi serta
mengevaluasi hubungan antara area tersebut. Matriks Evaluasi faktor Eksternal
(External Factor Evaluation EFE Matrix) memungkinkan para penyusun
strategi untuk meringkas dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial budaya,
demografis, lingkungan, politik, pemerintah, hukum, teknologi, dan kompetitif.
Data eksternal pengelola wisata dikumpulkan seperti daftar jaringan biro
perjalanan wisata, hotel dan restoran, daftar instansi profit dan nonprofit yang

28
pernah bekerja sama dengan pengelola wisata, teknologi, data Desa Jogjogan,
lingkungan sekitar wisata, dinas kebudayaan pariwisata Kabupaten Bogor dan
Jawa Barat yang berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap
Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Data dan informasi aspek internal pengelola
berupa kegiatan promosi yang pernah dilakukan, media promosi yang dimiliki
pengelola wisata, dan Sumber Daya Manusia (SDM) pengelola wisata. Tahaptahap yang dilakukan dalam membuat matriks IFE dan EFE (David 2009) adalah:
1. Daftar faktor-faktor internal dan eksternal utama yang mempunyai dampak
penting untuk aspek internal dan eksternal perusahaan dibuat, kemudian
menempatkannya pada kolom pertama.
2. Setiap faktor-faktor tersebut diberi bobot yang berkisar dari 0.0 (tidak
penting) sampai 1.0 (sangat penting). Bobot itu mengindikasikan
signifikansi relatif dari suatu faktor terhadap keberhasilan perusahaan,
dalam hal ini pengelola Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Penentuan
bobot dilakukan dengan cara mengajukan faktor-faktor strategi eksternal
dan internal tersebut kepada pihak pengelola wana wisata dan ahli (dosen
pembimbing) dengan menggunakan metode perbandingan berpasangan
(paired comparison). Metode ini digunakan untuk memberikan penilaian
terhadap bobot setiap faktor tersebut. Untuk menentukan bobot setiap faktor
digunakan skala 1, 2, 3, 4, dan 5. Skala yang digunakan untuk pengisian
bobot adalah:
Nilai 1 : jika faktor horizontal kurang penting daripada faktor vertikal
Nilai 2 : jika faktor horizontal sedikit kurang penting daripada faktor
vertikal
Nilai 3 : jika faktor horizontal sama pentingnya dengan faktor vertikal
Nilai 4 : jika faktor horizontal sedikit lebih penting daripada faktor vertikal
Nilai 5 : jika faktor horizontal lebih penting daripada faktor vertikal
Tabel 4 Penilaian bobot faktor strategi internal/eksternal pengelola wisata
Faktor Strategi
Eksternal/Internal
A
B
C
D
...
n
Total

...

Total
XA
XB
XC
XD
...
Xn
Xtotal

Bobot
XA/Xtotal
Xb/Xtotal
XC/Xtotal
XD/Xtotal
...
Xn/Xtotal
1.00

Sumber: David FR. (2009). Manajemen strategi konsep. Buku 1. Edisi 12. Jakarta (ID): Salemba
Empat.

3. Berikan peringkat (rating) 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor pada


matriks IFE untuk mengidentifikasikan apakah faktor tersebut menunjukkan
kelemahan utama-sangat lemah (peringkat = 1), atau kelemahan minorlemah (peringkat = 2), kekuatan minor-kuat (peringkat = 3), atau kekuatan
utama-sangat kuat (peringkat = 4). Kekuatan harus mendapatkan peringkat 3
atau 4 dan kelemahan harus mendapatkan peringkat 1 atau 2. Sedangkan
untuk matriks EFE, peluang mendapatkan nilai di mana 4 = respon sangat

29
bagus, 3 = respon di atas rata-rata, 2 = responnya rata-rata, dan 1 =
responnya di bawah rata-rata. Ancaman diberi nilai 1 jika ancaman lemah, 2
jika ancaman rata-rata, 3 jika ancaman di atas rata-rata, dan 4 jika ancaman
kuat.
4. Bobot setiap faktor dikalikan dengan peringkatnya untuk menentukan skor
bobot untuk masing-masing variabel.
5. Skor bobot masing-masing variabel dijumlahkan untuk memperoleh skor
bobot total untuk pengelola wisata.
Tabel 5 Matriks faktor strategi internal
Faktor-faktor
Internal Utama
Kekuatan
1.
2.
Kelemahan
1.
2.
Total

Bobot

Peringkat

Skor Bobot

1.00

Sumber: David FR. (2009). Manajemen strategi konsep. Buku 1. Edisi 12. Jakarta (ID): Salemba
Empat.

Skor bobot total pada matriks EFE berkisar antara yang terendah 1.0 dan
tertinggi 4.0. Skor bobot total sebesar 4.0 mengindikasikan bahwa pengelola
wisata merespon sangat baik peluang dan ancaman yang ada. Skor bobot total
sebesar 1.0 menandakan bahwa strategi pengelola wisata tidak mampu
memanfaatkan peluang yang ada atau menghindari ancaman yang muncul.
Tabel 6 Matriks faktor strategi eksternal
Faktor-faktor
Eksternal Utama
Peluang
1.
2.
Ancaman
1.
2.
Total

Bobot

Peringkat

Skor Bobot

1.00

Sumber: David FR. (2009). Manajemen strategi konsep. Buku 1. Edisi 12. Jakarta (ID): Salemba
Empat.

Langkah selanjutnya adalah memasukkan hasil perhitungan di atas ke dalam


matriks SWOT dengan cara mengurangi poin opportunities dengan threats guna
menghasilkan titik Y dan mengurangi poin strengths dengan weaknesses guna
menghasilkan titik X. Kemudian titik (X,Y) dimasukkan ke dalam matriks SWOT,
sehingga diperoleh posisi perusahaan dalam hal ini pengelola wisata berada di
kuadran tertentu (Rangkuti 2009).
Kuadran 1
: Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Kawasan
ekowisata tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga

30
dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus
ditetapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan
pertumbuhan yang agresif (Growth oriented strategy).
Kuadran 2
: Meskipun menghadapi berbagai ancaman, kawasan
ekowisata ini masih memiliki kekuatan dari segi internal.
Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara
strategi diversifikasi (produk/pasar).
Kuadran 3
: Pengelola kawasan ekowisata menghadapi peluang pasar
yang sangat besar, tetapi di lain pihak, ia menghadapi
beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi
pengelola kawasan ini adalah meminimalkan masalahmasalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang
pasar yang lebih baik.
Kuadran 4
: Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan,
perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan
kelemahan internal.
Alternatif Strategi Matriks SWOT
Matriks SWOT merupakan alat pencocokan yang dapat membantu
pengelola wisata dalam mengembangkan empat strategi, yaitu strategi SO, strategi
WO, strategi ST, dan strategi WT. langkah-langkah dalam membentuk matriks
SWOT (David 2009), yaitu:
1. Membuat daftar peluang-peluang eksternal utama pengelola wisata
2. Membuat daftar ancaman-ancaman eksternal utama pengelola wisata
3. Membuat daftar kekuatan-kekuatan internal utama pengelola wisata
4. Membuat daftar kelemahan-kelemahan internal pengelola wisata
5. Mencocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan catat hasilya
pada sel strategi SO
6. Mencocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan catat
hasilnya pada sel strategi WO
7. Mencocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan catat
hasilnya pada sel strategi ST
8. Mencocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan catat
hasilnya pada sel strategi WT.
Tabel 7 Contoh matriks SWOT
Faktor Internal

Faktor Eksternal
Peluang
Ancaman

Kekuatan

Kelemahan

Strategi SO
Strategi ST

Strategi WO
Strategi WT

Sumber: David FR. (2009). Manajemen strategi konsep. Buku 1. Edisi 12. Jakarta (ID): Salemba
Empat.

GAMBARAN UMUM
Pengelolaan Wana Wisata Curug Tujuh Cilember
Wana Wisata Curug Tujuh Cilember dikelola oleh perum perhutani sejak
tahun 1990. Pada bulan April 2000, kawasan wisata ini diresmikan oleh Bupati
Kabupaten Bogor dan dibuka secara umum untuk rekreasi harian dan bermalam.
Sekarang Wana Wisata Curug Tujuh Cilember dikelola oleh Kesatuan Bisnis
Mandiri Jasa Lingkungan dan Produk Lain (KBM JLPL) Perum Perhutani Unit III
Jawa Barat dan Banten. Wana Wisata Curug Tujuh Cilember termasuk dalam
bidang jasa lingkungan.
Sebelum dikelola oleh KBM JLPL, Wana Wisata Curug Cilember dikelola
oleh Resor Pemangkuan Hutan (RPH) Cipayung, Kesatuan Pemangkuan Hutan
(KPH) Bogor, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Wana Wisata
Curug Cilember dipimpin oleh seorang Duty Manager yang membawahi sebelas
orang pengelola harian. Struktur organisasi pengelolaan Wana Wisata Curug
Cilember dapat dilihat pada lampiran 2.

Kondisi Fisik dan Biologi Wana Wisata Curug Tujuh Cilember


Wana Wisata Curug Tujuh Cilember merupakan salah satu objek wisata
andalan Perum Perhutani Unit III Jawa Barat. Wana Wisata ini secara administrasi
termasuk dalam wilayah Desa Jogjogan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Daerah
Tingkat II Bogor. Kondisi alam di Wana Wisata Curug Tujuh Cilember seluas 7
ha terletak di antara Kota Bogor dan Cianjur. Kondisi alam di wana wisata ini
terletak pada ketinggian 900-1000 mdpl. Kelembaban kawasan ini cukup tinggi
yaitu sekitar 80% dengan suhu udara berkisar antara 20C sampai 26C (Perum
Perhutani dan PPK ITB 2000).
Lokasi wana wisata bisa dicapai dengan menggunakan kendaraan pribadi
ataupun angkutan umum/ojek. Dari jalan raya Cisarua lokasi wisata dapat dicapai
melalui dua titik masuk, yaitu dari gerbang Desa Kopo, sejauh 3 km, dan gerbang
Desa Cilember, sejauh 5 km. Letak keduanya di sebelah kiri jalan dari arah Bogor
menuju Puncak dan di sebelah kanan dari arah Puncak menuju Bogor.
Wana Wisata Curug Tujuh Cilember memiliki obyek wisata utama hutan
wisata yang menyajikan enam buah keindahan air terjun. Keenam air terjun
terbentuk akibat perbedaan kontur yang besar pada aliran sungai Cilember. Daya
tarik lain berupa penangkaran satwa kupu-kupu, bumi perkemahan, pondok wisata
dan hutan pinus.
Wana Wisata Curug Tujuh Cilember masih didominasi oleh jenis-jenis flora
alami seperti berbagai jenis paku-pakuan seperti paku sarang burung, paku tiang,
paku rane, paku sayur, dan berbagai jenis lainnya seperti kecubung, harendong
bulu, anggrek dan begonia. Kawasan hutan wisata juga dikelilingi oleh pohon
pinus.
Jenis binatang melata dan memanjat terdapat di kawasan ini, yaitu surili
(Presbytis comata), kodok bertanduk (Megophrys monticola), monyet ekor
panjang (Macaca fascicularis). Selain itu, terdapat burung cabai jawa (Dicaeum

32
trochileum), burung cinenen jawa (Orthotomus sepium), berbagai jenis kupu-kupu
seperti Papilio Memnon, Papilio helena, dan Papilio polytes.

Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar


Secara administrasi Curug Tujuh Cilember termasuk dalam wilayah Desa
Jogjogan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Desa Jogjogan merupakan salah
satu desa yang berada di wilayah kecamatan Cisarua yang berbatasan langsung
dengan Desa Megamendung di sebelah utara, Desa Batulayang di sebelah timur,
Desa Leuwimalang di sebelah selatan, dan Desa Cilember di sebelah Barat.
Adapun luas lahan pertanian Desa Jogjogan kurang lebih 45 ha dan tanah darat
seluas 109 ha.
Total penduduk Desa Jogjogan sebanyak 7.190 jiwa, dengan rata-rata mata
pencaharian sebagai petani, buruh, karyawan, dan jasa. Mayoritas penduduk Desa
Jogojogan menurut tingkat pendidikan yaitu tamat sekolah dasar. Dengan latar
belakang agama Islam yang kuat sebanyak 7.186 penduduk memeluk agama Islam,
sarana peribadatan penduduk keseluruhan adalah masjid, musholla, dan pondok
pesantren.
Hasil wawancara langsung dengan Sekretaris Desa Jogjogan pada tanggal
10 Oktober 2012 menunjukkan pada awalnya Curug Cilember ditemukan oleh
karang taruna Desa Jogjogan. Setelah pemerintah daerah mengetahui bahwa ada
potensi wisata berupa air terjun, akhirnya pengelolaan diambilalih oleh
pemerintah daerah sampai akhirnya sekarang dikelola oleh perhutani, karena
menurut peraturan Wana Wisata Curug Cilember masuk dalam wilayah perhutani.
Sebelum ditemukan oleh pemda, yang menemukan curug, membuat
jalan akses menuju curug, awal mula diinisiasi oleh Karang Taruna
Desa Jogjogan. Setiap orang yang lewat dipungut uang Rp100 untuk
pembuatan pos dan perbaikan jalan (Sekretaris Desa Jogjogan).
Pemerintah Desa Jogjogan dalam perjanjian dengan pihak perhutani
memungut pajak retribusi atas penggunaan jalan. Pihak perhutani memberikan
keuntungan Rp1.000/tiket masuk untuk kas desa. Perjanjian kerjasama pihak
perhutani dan Desa Jogjogan dibuat pada tahun 2000. Pada tahun-tahun
sebelumnya, pihak desa mendapat Rp500/tiket masuk yang dimasukan ke dalam
kas desa. Baru kemudian dua tahun kebelakang pemerintah desa mendapat
retribusi sebesar Rp1.000/tiket masuk.
Retribusi yang didapat pihak Desa Jogjogan digunakan untuk pendanaan
transportasi perangkat desa, pendanaan Peringatan Hari Besar Islam, keamanan,
dan kegiatan pemberdayaan keluarga (PKK). Linmas dan satgas memantau setiap
hari ke tempat wisata. Pihak Desa Jogjogan tidak melakukan kerja sama dalam
bidang selain penggunaan akses jalan.
Pengelola Wana Wisata Curug Tujuh Cilember bekerja sama dengan Ikatan
Remaja Masjid (IRMAS) Desa Jogjogan dalam rangka menjaga 3K (kebersihan,
ketertiban, dan keamanan). IRMAS juga bertugas mengayomi jika terjadi
perbuatan maksiat atau keributan yang ada di sekitar kawasan wisata. Masyarakat
sekitar kawasan wisata yang termasuk dalam IRMAS menjadi pengurus lahan
parkir, petugas kebersihan dan guide atau pemandu untuk wisatawan asing.

33
Pengurus lahan parkir di kawasan wisata berjumlah 12 orang. IRMAS
mendapat 50% dari tarif parkir, sedangkan pihak pengelola hanya mendapat 25%
dari tarif parkir, sisanya diserahkan ke pemerintah daerah Kabupaten Bogor.
Fasilitas Mandi Cuci Kakus (MCK) juga dikelola oleh IRMAS. Pengunjung
dikenakan biaya Rp2.000 per orang. Pemasukan yang didapat diberikan kepada
pengelola sebesar 40% dari pemasukan, sisanya diberikan kepada IRMAS.
Pendapatan yang didapat IRMAS tidak sepenuhnya masuk ke kas
IRMAS. Misalnya per bulan kami mendapat Rp750.000, sebelum
masuk ke kas IRMAS kami membagi dulu kepada petugas yang
berjaga, setelah itu baru masuk ke kas (UF, Ketua IRMAS) .
Wawancara langsung dengan ketua IRMAS tanggal 19 Oktober 2012 di
dapatkan hasil bahwa uang yang didapat untuk keperluan misalnya pengajian rutin,
Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) dan Peringatan Hari Besar Nasional (PHBN),
dan untuk masyarakat yang membutuhkan, misalnya untuk biaya berobat
masyarakat, diberikan uang Rp25.000 per orang. IRMAS juga memberikan
sumbangan untuk warga yang terkena musibah seperti kecelakaan atau meninggal
dunia.
Pemandu wisata yang terdapat di Wana Wisata Curug Tujuh Cilember
berjumlah sepuluh orang, dengan pembagian tugas bergilir. Pemandu wisata ini
hanya khusus untuk wisatawan timur tengah, mengingat wisatawan asing yang
datang mengunjungi kawasan wisata mayoritas berasal dari timur tengah.
Pemandu menggunakan bahasa Arab sehari-hari yang dipelajari secara otodidak.
Hal-hal yang biasanya dijelaskan oleh pemandu kepada wisatawan adalah
mengenai arah jalan menuju objek wisata dan tempat makan. Berikut penuturan
salah satu pemandu wisata:
Biasanya kita pasang tarif 200-300 ribu untuk wisatawan Timur
Tengah. Itu sudah dipandu penuh dari curug 7 sampai curug paling
atas. Semua keuntungan menjadi milik pemandu. Kita tidak
memberikan kepada perhutani (AHD, pemanduk wisata).
Pihak perhutani dan masyarakat sekitar kawasan wisata juga bekerja sama
dengan membuka kios wisata, baik menjual makanan maupun souvenir. Terdapat
16 kios wisata di dalam kawasan wisata, yaitu enam kios souvenir dan sepuluh
kios makanan. Biaya sewa yang dikenakan perhutani kepada pemilik kios sebesar
Rp300.000/tahun. Selama ini, tidak pernah ada konflik yang besar yang terjadi.
Namun, permasalahan tenurial tetap ada.
Pertemuan rutin diadakan antara perhutani, pihak desa, IRMAS, dan pemilik
kios wisata. Pertemuan diadakan sebulan sekali, dengan agenda tergantung
kebutuhan. Hal-hal yang dibahas diantaranya mengenai batas lahan dan
permasalahan tenurial yang diselesaikan dengan musyawarah.

Potensi Wisata Curug Cilember


Wisata Air Terjun
Wana Wisata Curug Tujuh Cilember merupakan hutan wisata yang
menyajikan enam buah keindahan air terjun. Keenam air terjun terbentuk akibat
perbedaan kontur yang besar pada aliran sungai Cilember. Pada keenamnya

34
terbentuk curug 2, curug 3, curug 4, curug 5, curug 6, dan curug 7. Curug 1
merupakan mata air Sungai Cilember.
Perjalanan ke air terjun curug 2 dapat ditempuh dalam waktu 50 menit
dari vila. Lokasi air terjun yang jauh dari area pengembangan utama membuat
Curug 2 jarang dikunjungi oleh wisatawan. Lama waktu yang ditempuh untuk
mencapai curug 3 kurang lebih 15 menit dari curug 2 berdekatan dengan curug 4
dan curug 5 yang berada di bawahnya. Orientasi pengunjung ke curug 3 jauh lebih
tinggi daripada curug 2, namun, petunjuk arah menuju curug 3 masih diperlukan
lebih jelas terutama untuk pengunjung baru. Kondisi jalan menuju curug 3 juga
masih sangat berbahaya dengan kondisi jalan tangga tanah dan pegangan kayu
dengan sambungan paku yang tidak stabil untuk dipegang.
Lokasi curug 5 tidak terlalu jauh dari lokasi perkemahan. Curug 5 dekat
dengan area warung di taman keluarga. Kondisi jalan setapak berupa tangga batu
yang tertata membuat curug ini banyak dikunjungi pengunjung. Untuk mencapai
curug ini, terdapat beberapa alternatif pencapaian, yaitu melalui jalur taman
keluarga, dari vila naik ke arah utara, dari curug 7, dan dari curug 4. Lama
perjalanan bisa ditempuh dalam waktu 15 menit dari taman keluarga, 20 menit
dari vila, 8 menit dari curug 7, dan 5 menit dari curug 4.
Curug 6 terletak tepat di atas curug 7. Air terjun ini memiliki pemandangan
terindah. Namun, untuk mencapai curug ini, pengunjung harus berhati-hati karena
jalan yang berliku dan lebar jalan yang sempit. Curug 7 memiliki ketinggian 30
m dan tertinggi di antara air terjun yang lain. Curug 7 merupakan objek wisata
yang paling banyak dikunjungi oleh pengunjung karena lokasi pencapaian yang
mudah dan dekat dengan fasilitas lain, seperti vila, tempat berkemah, dan kamar
kecil.
Wisata Lain
Selain wisata air terjun, Wana Wisata Curug Tujuh Cilember juga memiliki
beragam objek wisata lain. Daya tarik objek wisata lain tersebar di area
pengembangan utama sebagai usaha pengelolaan potensi alam yang ada.
a. Bumi Perkemahan
Wana Wisata Curug Tujuh Cilember mempunyai tiga buah bumi
perkemahan (buper) yaitu buper di dekat dekat curug 7, buper dekat curug 5 dan
area camp lembah pakis. Bumi perkemahan ini berada di ruang terbuka dan
terbatas karena terletak di kemiringan lereng yang curam.
Bumi perkemahan dekat curug 7 biasanya digunakan untuk upacara
kegiatan atau api unggun. Selain itu, jalur pejalan kaki berada di tengah area
perkemahan. Jalur tersebut merupakan jalan utama menuju curug 7 dan curug 5.
Fasilitas di bumi perkemahan dekat curug lima hanya kamar kecil dan warung.
Camp lembah pakis bisa ditempuh melalui jalur kiri dari tempat kios wisata.
b. Taman Kupu-Kupu
Taman kupu-kupu ini berbentuk bangunan kubah dan ditutupi oleh kisi-kisi
sintetis. Taman kupu-kupu berisi taman bunga dan berbagai spesies kupu-kupu.
Jenis kupu-kupu berasal dari habitat asli Curug Cilember dan hasil penangkaran di
laboratorium, sedangkan taman bunga merupakan koleksi bunga yang sekaligus
sebagai pakan kupu-kupu seperti soka (lxora sp.) dan nusa indah (Mussaenda sp.).
Berbagai jenis pohon inang sebagai pakan ulat juga dibudidayakan di dalamnya.

35
Tabel 8

Jenis kupu-kupu yang ditangkar di Wana Wisata Curug Tujuh Cilember


tahun 2012

Jenis
Papillio Memnon
Papillio Heulena
Papillio Polytes
Papillio Demoleus
Troides Helena
Troides Amprisus
Atrophaneura aristolocia
Graphium agomemnon
Graphium sarpedon
Euploea mulciber
Elymnias hypernmestra
Attacus attlas

Family
Papillionidae
Papillionidae
Papillionidae
Papillionidae
Papillionidae
Papillionidae
Papillionidae
Papillionidae
Papillionidae
Dananidae
Satiridae
Saturnidae

Pakan Larva
Citrus Leman. SP
Citrus Leman. SP
Citrus Leman. SP
Citrus Leman. SP
Sirih hutan
Sirih hutan
Sirih hutan
Sirsak
Kayu manis
Beringin
Palm
Jambu biji

Sumber: WWCC (2012).

Pengunjung harus membayar lagi tiket masuk sebesar Rp6.000 untuk


wisatawan lokal dan Rp15.000 untuk wisatawan mancanegara agar bisa
menikmati taman kupu-kupu. Petugas yang berjaga di taman kupu-kupu setiap
saat berada di dekat kawasan atau berada di dalam taman kupu-kupu. Taman
kupu-kupu sering digunakan untuk kegiatan edukasi bagi siswa sekolah.
c. Laboratorium Penangkaran Kupu-kupu
Laboratorium ini terletak persis di sebelah taman kupu-kupu. Jika dilihat
dari kondisi fisik tempat, laboratorium ini berbentuk seperti ruangan kecil dengan
luas 3mx9m. Laboratorium menjadi tempat penangkaran kupu-kupu. Terdapat
informasi berupa proses perubahan kupu-kupu serta beragam spesies kupu-kupu
yang ada di Wana Wisata Curug Tujuh Cilember.
Menurut petugas yang berjaga di taman kupu-kupu, peralatan penangkaran
kupu-kupu masih dirasa kurang. Pakan ulat dan keragaman bunga sebagai pakan
kupu-kupu juga masih terbilang kurang lengkap. Selain itu, tempat penyimpanan
ulat dan alat penetasan kupu-kupu juga masih sedikit. Kondisi kubah yang robekrobek di bagian atap membuat pemandangan dari dalam kubah terganggu.
d. Taman Keluarga
Taman ini terletak di tengah kawasan Wana Wisata Curug Tujuh Cilember,
tepatnya berada di depan kios wisata. Area ini dibatasi oleh jalan setapak dan
sungai. Tanah yang berkontur dan berumput lebat mendukung taman ini sebagai
tempat bermain dan berkumpul.
Tempat terapi ikan juga terdapat dalam taman ini. Kolam terapi ikan berisi
sekitar 8.000 ekor ikan tilapia yang berasal dari Turki. Jasa terapi ikan ini milik
salah satu masyarakat Desa Jogjogan. Fungsi dari terapi ikan yaitu melancarkan
peredaran darah, mengambil kulit-kulit kaki yang mati, mengobati encog dan
pegal linu. Terapi ikan yang berada sejak 20 Agustus 2012 ini bisa dinikmati
pengunjung dengan membayar Rp5.000 per 20 menit.
j. Flying Fox
Area flying fox terdapat di sekitar bumi perkemahan curug tujuh. Terdapat
lima petugas yang merupakan masyarakat Desa Jogjogan berjaga di sekitar area

36
flying fox. Fasilitas yang digunakan berupa alat pengaman, helm, dan tali
disediakan langsung oleh petugas.
Pengunjung dapat menikmati flying fox dengan membayar sebesar Rp25.000.
Petugas flying fox hanya ada pada saat hari libur, yaitu sabtu minggu, mengingat
banyaknya pengunjung yang datang ke Wana Wisata Curug Tujuh Cilember.
h. Kegiatan Alam Terbuka
Kegiatan alam terbuka yang dapat dilakukan di Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember yaitu camping, outbond, gathering, jungle trekking, waterfall rapelling,
dan kegiatan ekstrem. Alam terbuka di kawasan wisata juga sering digunakan
sebagai tempat foto pre-wedding, pemotretan majalah, dan syuting televisi.
Tabel 9 Karcis tiket masuk dan harga fasilitas Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember pada tahun 2012
Tiket Masuk Kawasan dan Harga Fasilitas
Nusantara Weekday
Nusantara Weekend
Mancanegara
Kendaraan roda 2
Kendaraan roda 4
Kendaraan roda 6
Camping Weekday
Camping Weekend
Taman Kupu-kupu Nusantara
Taman Kupu-kupu Mancanegara
Flying fox
Charge Lokasi Outbond (Umum)
Charge Lokasi Outbond (Pelajar)
Photography (The wedding, model)
Film, Video Klip
Tenda Dome (4 matras, 4 sleeping bag)
Tenda Dome (8 matras, 8 sleeping bag)
Matras
Sleeping bag
Lampu Badai
Api Unggun
Gemset 2.500 watt
Arus listrik maks. 80 watt

Harga
Rp10.000
Rp12.000
Rp 40.000
Rp 3.000
Rp5.000
Rp20.000
Rp15.000
Rp19.500
Rp 6.000
Rp15.000
Rp25.000
Rp1.500.000
Rp1.000.000
Rp350.000
Rp3.000.000
Rp90.000
Rp300.000
Rp5.000
Rp15.000
Rp20.000
Rp115.000
Rp300.000
Rp50.000

Kegiatan kemping di bumi perkemahan curug tujuh tersebar tenda siap sewa
yang sudah disediakan oleh pengelola wisata. Tarif yang ditawarkan beragam
tergantung besar/kapasitas tenda. Biaya untuk kegiatan lainnya seperti gathering,
jungle trekking, dan waterfall rapelling tergantung dari jumlah orang dan paket
yang diinginkan oleh pengunjung. Pengunjung sudah mendapatkan asuransi
keselamatan jiwa dari harga tiket masuk yang dibayar. Untuk kegiatan-kegiatan
ekstrem, pengunjung yang membawa rombongan harus ditemani oleh ahli dari
pengelola wana wisata.

37
Fasilitas Wana Wisata Curug Cilember
a. Gerbang Utama
Gerbang ini berfungsi sebagai pemisah antara kawasan eksternal dan
internal wilayah Wana Wisata Curug Tujuh Cilember dan juga sebagai ruang
penerima pengunjung yang akan berekreasi ke lokasi wisata. Kondisi gerbang
utama sampai saat ini masih dapat dikatakan cukup baik dan terawat.
Gerbang utama banyak mengambil gaya bangunan berbentuk joglo. Pada
saat akhir pekan, banyak pedagang makanan yang berjualan di dekat gerbang
utama. Gerbang utama dekat dengan loket penjualan tiket masuk Wana Wisata
Curug Tujuh Cilember yang dijaga oleh dua orang petugas.
b. Parkir
Pengelola Wana Wisata Curug Tujuh Cilember menyediakan tiga lahan
parkir. Lahan parkir pertama terletak di sisi atas gerbang utama. Lahan parkir
biasanya tersebut diperuntukkan untuk pengendara sepeda motor, namun apabila
hari minggu/hari libur banyak pengendara mobil yang parkir di lahan parkir
tersebut.
Lahan parkir kedua terletak di muka gerbang utama. Banyak pengunjung
yang lebih menyukai parkir di sana karena dekat dengan akses menuju kawasan
wisata. Lahan parkir yang ketiga terdapat di bawah gerbang teutama, yaitu di
lahan kosong dekat dengan vila. Lahan tersebut diperuntukkan untuk pengunjung
yang membawa kendaraan roda empat. Kondisi lahan parkir dirasakan masih
kurang bagus karena belum sepenuhnya dilapisi aspal oleh pihak pengelola.
Petugas parkir yaitu anggota Ikatan Remaja Masjid (IRMAS). Pengunjung
dikenakan tarif parkir sebesar Rp3.000 untuk kendaraan roda dua, Rp5.000 untuk
kendaraan roda empat, dan untuk kendaraan roda enam dikenakan tarif parkir
Rp20.000. Petugas juga menyediakan tempat penitipan helm bagi pengunjung
yang menggunakan kendaraan roda dua. Karena sebagian kondisi jalan menuju
kawasan masih berbatu, sempit, kurang bagus dan terjal, jarang kendaraan roda
enam yang bisa mencapai lokasi parkir wana wisata. Biasanya pengunjung
rombongan yang menggunakan bus menempatkan kendaraan mereka jauh di
bawah lokasi wisata, tepatnya di lapangan kecil sebelum jalan menanjak menuju
lokasi wisata. Setelah itu, pengunjung harus berjalan kaki atau memakai ojek
menuju lokasi wisata.
c. Pos Tiket
Pos tiket menjadi pintu masuk menuju lokasi wisata Curug Cilember. Pos
tiket ini berbentuk ruang kecil dan juga berfungsi sebagai ruang informasi bagi
pengunjung wisata. Dari segi fasilitas, terdapat dua meja, dua kursi, satu buah
komputer, alat pengeras suara (mic dan speaker), serta berbagai peralatan P3K.
Petugas yang berjaga di pos tiket sebanyak 2-3 orang, yaitu dari pihak
perhutani. Pengunjung dapat langsung membeli tiket seharga Rp10.000 per orang
untuk hari biasa dan Rp12.000 per orang untuk akhir pekan (sabtu dan minggu)
dan hari libur. Untuk wisatawan mancanegara dikenakan tarif sebesar Rp40.000
per orang baik untuk hari biasa maupun hari libur.
d. Kios Wisata
Kios makanan yang berada di dalam kawasan Wana Wisata berjumlah
sepuluh kios, dengan sembilan kios berada di dekat taman keluarga dan satu kios
di dekat curug 5. Makanan yang dijual berupa makanan ringan dan berat serta

38
beberapa minuman. Terdapat kios-kios yang menyediakan sisha untuk wisatawan
timur tengah.
Para pedagang di kios wisata berasal dari Desa Jogjogan. Mereka menyewa
kios dengan membayar Rp300.000 per tahun kepada perhutani. Selain
menyediakan kursi di dalam kios makanan, para pedagang juga menyediakan tikar
dan kursi di luar kios, yaitu di sekitar taman keluarga. Pengunjung banyak yang
menggunakan tikar sekedar untuk menikmati makan dan bersantai karena lokasi
yang yang teduh dan asri.
Kios kerajinan tangan di dalam kawasan wisata sejumlah enam buah.
Beragam kerajinan tangan untuk oleh-oleh yang dijual. Selain kerajinan tangan
berupa gelang, kalung, dan pajangan, kios ini juga menjual berbagai pakaian.
f. Vila atau Pondokan
Enam unit vila/jungle lodge terdapat dalam kawasan wisata sebagai tempat
beristirahat bagi pengunjung yang ingin bermalam di lokasi wisata.
Tabel 10 Harga akomodasi vila Wana Wisata Curug Tujuh Cilember tahun 2012
Uraian
Harga
Ket.
Meranti Jungle Lodge
Weekday
Rp1.350.000
Per malam
Weekend
Rp1.500.000
Per malam
Fasilitas: 2 lantai, 3 kamar tidur, 2 kamar mandi, water heater, tungku
perapian, ruang keluarga, dapur dan alat masak, televisi 29 inch (parabola)
Merkusi Jungle Lodge
Weekday
Rp1.200.000
Per malam
Weekend
Rp1.350.000
Per malam
Fasilitas: 2 lantai, 1 kamar tidur, 1 kamar mandi, water heater, tungku
perapian, ruang keluarga, dapur dan alat masak, televisi 29 inch (parabola)
Damar Jungle Lodge
Weekday
Rp1.050.000
Per malam
Weekend
Rp1.200.000
Per malam
Fasilitas: 1 lantai, 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, water heater, dapur dan alat
masak, televisi 29 inch (parabola)
Rasamala I & II Jungle Lodge
Weekday
Rp1.050.000
Per malam
Weekend
Rp1.200.000
Per malam
Fasilitas: 1 lantai, 2 kamar tidur, water heater, televisi 29 inch (parabola)
Puspa Jungle Lodge
Weekday
Rp1.050.000
Per malam
Weekend
Rp1.200.000
Per malam
Fasilitas: 1 lantai, 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, water heater, dapur dan alat
masak, televisi 29 inch (parabola)
Sumber: WWCC (2012).

Selain bagi pengunjung yang ingin menghabiskan akhir pekan bersama


keluarga, vila-vila ini juga ditujukan bagi instansi-instansi yang sedang
mengadakan liburan bagi karyawannya. Vila-vila ini terletak di dekat area camp
curug tujuh dan memiliki pemandangan langsung ke curug tujuh. Bangunan vila

39
terbuat dari kayu dan dipitur agar warna asli kayu tetap terjaga. Gaya arsitektur
bangunan vila menyatu dengan kondisi lingkungan alam sekitar yang masih alami.
g. Fasilitas lain
Fasilitas pendukung yang di sediakan oleh pengelola wisata yaitu
peneduh/shelter. Peneduh dapat digunakan sebagai tempat istirahat atau tempat
duduk-duduk bagi pengunjung. Peneduh ini terdapat di pinggir tangga setapak
menuju kawasan wisata.
Fasilitas lainnya yaitu aula/meeting room, musholla, kamar kecil, dan
tempat parkir. Elemen lanskap berupa rambu penunjuk arah dan lokasi (signage),
tempat duduk, lampu, pembatas area wisata, dan bak sampah.

Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah pengunjung kawasan Wana Wisata
Curug Tujuh Cilember yang sedang melakukan perjalanan wisata di tempat
penelitian. Berdasarkan data yang telah diolah, terdapat dua kategori status
pengunjung yang dilihat dari daerah asal pengunjung tersebut, yaitu wisatawan
dalam negeri dan wisatawan luar negeri. Diagram berikut menunjukkan dari 100
responden, terdapat 95% responden merupakan pengunjung dalam negeri dan 5%
responden yang berasal dari luar negeri, yaitu dari Timur Tengah (Arab Saudi).
5%

lokal
mancanegara

95%

Gambar 4 Presentase jumlah pengunjung Wana Wisata Curug Tujuh Cilember


menurut status
Mayoritas pengunjung dalam negeri berasal dari kawasan Jabodebek
(Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi). Gambar 5 menunjukkan presentase jumlah
pengunjung menurut asal daerah. Kategori yang didapat yaitu Jakarta, Bogor,
Depok dan lain-lain. Beberapa daerah yang dimasukkan dalam kategori lain-lain
yaitu Bekasi, Sukabumi, Medan, Karawang, Subang, Abha, Riyadh, Madina. dan
Damam.

40
14%
25%
3%

Jakarta

6%

Bogor
Depok
Bekasi
lainnyaa

52%

Gambar 5 Diagram presentase status pengunjung Wana Wisata Curug Tujuh


Cilember menurut kota asal
Daerah Wana Wisata Curug Tujuh Cilember termasuk dalam kawasan
wisata puncak, sehingga banyak wisatawan yang berasal dari daerah Jabodetabek.
Dari responden yang ditemui di lapangan, 52% wisatawan lokal berasal dari
Bogor, 25% dari Jakarta, dan sisanya dari Depok, Bekasi, dan lainnya. Selain itu,
mayoritas wisatawan mancanegara berasal dari timur tengah, yakni Arab Saudi.
Hal tersebut karena kawasan puncak menjadi tujuan wisata utama dan tempat
tinggal sementara bagi turis timur tengah.
Gambar 6 menunjukkan persentase jumlah pengunjung menurut jenis
kelamin. Sebanyak 58% pengunjung adalah laki-laki dan 42% pengunjung adalah
perempuan. Hal ini dikarenakan akses menuju lokasi obyek wisata dengan
topografi yang curam, berbatu, dan licin jika musim hujan tiba. Kondisi yang
ekstrem ini umumnya identik dengan karakter laki-laki yang menyukai tantangan.
Walaupun banyak juga pengunjung perempuan yang datang ke lokasi wisata.
Pengunjung biasa datang dengan rombongan, baik rombongan keluarga, kantor,
organisasi di sekolah dengan motivasi kunjungan wisata yang berbeda-beda.

42%
58%

Laki-laki
Perempuan

Gambar 6 Diagram presentase pengunjung Wana Wisata Curug Tujuh Cilember


menurut jenis kelamin
Mayoritas motivasi kunjungan wisatawan yaitu menikmati panorama indah,
yaitu air terjun yang terdapat di Wana Wisata Curug Cilember. Selain menikmati
panorama alam, motivasi pengujung yaitu berkemah, kegiatan kantor, dan
kegiatan untuk keperluan pendidikan sekolah.

41

Gambar 7 Persentase motivasi pengunjung Wana Wisata Curug Tujuh Cilember


Diagram sebelumnya menggambarkan sebanyak 62% pengunjung memiliki
motivasi untuk rekreasi menikmati panorama indah ketika mengunjungi Wana
Wisata Curug Cilember. Sebesar 22% pengunjung menikmati Wana Wisata Curug
Cilember dalam kegiatan sekolah, kuliah, atau kantor. Sisanya yakni sebanyak
16% pengunjung memiliki motivasi lain dalam mengunjungi Wana Wisata Curug
Tujuh Cilember. Motivasi lain termasuk malam keakraban (makrab), gathering,
berkemah, dan observasi.
Diagram batang selanjutnya menunjukkan pekerjaan responden. Sebanyak
17% responden masih berstatus sebagai pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA).
Pelajar SMA biasanya datang bersama rombongan untuk kegiatan ekstrakurikuler
dari sekolah mereka. Mahasiswa merupakan responden terbanyak yang ditemui,
yaitu sebesar 40%.
Pegawai swasta sebanyak 29% ditemui responden di tempat penelitian.
Mereka datang melakukan kegiatan kantor bersama rombongan dan menginap di
pondokan. Ada juga pegawai swasta yang datang bersama keluarga atau
kelompoknya untuk berkemah. Responden lainnya bekerja sebagai pegawai negeri,
wiraswasta, ibu rumah tangga, dan lainnya. Kategori lainnya mencakup atlet, guru,
dan freelancer.

Gambar 8 Diagram pekerjaan responden

42
Diagram lingkaran selanjutnya menunjukkan persentase kelompok umur
pengunjung Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Kawasan wisata ini banyak
diminati oleh kalangan muda. Hal ini dapat terlihat dari mayoritas responden yang
ditemui berusia 15-25 tahun sebanyak 73%. Sementara itu, responden untuk
kelompok umur 35-46 tahun mencapai 12%, kelompok umur 26-35 tahun sebanyak
11%, dan responden lebih dari 45 tahun sebanyak 4%.
4%
12%
15-25 tahun
26-35 tahun
36-45 tahun
> 45 tahun

11%

73%

Gambar 9 Persentase jumlah pengunjung menurut umur


Wana Wisata Curug Tujuh Cilember memang memiliki sasaran pengunjung
lima belas tahun ke atas atau setingkat SMA sampai perguruan tinggi. Hal ini
dikarenakan obyek-obyek wisata yang ditawarkan berupa obyek wisata
petualangan alam, seperti air terjun, jungle trekking, berkemah, dan berbagai
kegiatan ekstrem.
Mayoritas pengunjung berumur 18-29 tahun termasuk dalam generasi ketiga
(X Generation). Menurut Sudarto (1999), mereka lebih suka berwisata sebagai
backpacker karena rata-rata status mereka yang masih sebagai pelajar/mahasiswa.
Kebutuhan mengenal dunia luar dengan keeksotikan alam dan budayanya
merupakan tujuan utama mereka.

KOMUNIKASI PEMASARAN DAN EFEKTIVITAS


KOMUNIKASI PEMASARAN
Pembahasan ini menguraikan tentang kegiatan komunikasi pemasaran,
tingkat komunikasi pemasaran serta efektivitas komunikasi pemasaran Wana
Wisata Curug Tujuh Cilember. Komunikasi pemasaran dilihat dari frekuensi
peenyampaian pesan, ragam media penyampaian pesan serta rancangan pesan.
Selain itu diuraikan juga tentang efektivitas komunikasi pemasaran Wana Wisata
Curug Tujuh Cilember.
Kegiatan Komunikasi Pemasaran Wana Wisata Curug Tujuh Cilember
Pengelola Wana Wisata Curug Tujuh Cilember telah berupaya untuk
mempromosikan kawasan wisata melalui beragam media promosi. Media-media
yang digunakan antara lain melalui periklanan, promosi penjualan, humas dan
publisitas, materi pembelajaran, dan komunikasi personal. Penjelasan berikut
mengenai kegiatan komunikasi pemasaran pengelola Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember.
Periklanan
Kegiatan periklanan yang dilakukan pengelola dilakukan melalui
pemasangan billboard dan banner. Hal ini mengingat minimnya biaya promosi
yang dianggarkan untuk memasang iklan di televisi, majalah, koran, maupun radio.
Pengelola memasang billboard di dua tempat, yaitu di pinggir ruas jalan
raya Puncak dan di area jalan masuk menuju Curug Tujuh Cilember. Selain
menggambarkan objek-objek wisata yang dimiliki, billboard ini juga sebagai
penunjuk arah menuju lokasi wisata dengan menandakan jarak kilometer yang
harus ditempuh oleh pengunjung hingga mencapai lokasi wisata.
Banner wana wisata ditempatkan pengelola di Tourism Information Center
Kabupaten Bogor yang terletak di rest area Ciawi dan di kantor pengelola wisata.
Media promosi ini terlihat lebih sederhana dengan tampilan keseluruhan berupa
gambar objek-objek wisata. Pengelola juga menempatkan contact person pada
kedua media promosi ini.
Promosi Penjualan
Pengelola menggunakan teknik promosi penjualan melalui partnership card.
Namun, partnership card ini diatur langsung oleh KBM perhutani pusat.
Pengunjung yang memiliki kartu ini berhak mendapatkan diskon tiket wisata
sebesar 30%. Menurut pengelola, siapapun bisa memiliki kartu ini dengan cukup
menyerahkan salinan Kartu Tanda Penduduk (KTP) pada KBM perhutani pusat.
Selain partnership card, pengunjung yang membawa rombongan lebih dari
50 orang juga bisa mendapatkan potongan harga tiket masuk sesuai kesepakatan
dengan pengelola. Namun, pengelola tidak mencantumkan mengenai diskon ini di
media promosi lain, sehingga banyak pengunjung yang tidak mengetahui
mengenai diskon tersebut. Pengelola tidak memiliki diskon-diskon lain untuk
menarik pengunjung potensial.
Humas dan Publisitas
Kegiatan hubungan masyarakat dilakukan melalui pameran dan roadshow
ke sekolah-sekolah sebagai bentuk promosi tempat wisata. Pameran yang diikuti

44
pengelola biasanya bekerja sama dengan Perhutani, Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Bogor, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat,
maupun dari Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia. Ketika
mengikuti pameran, pengelola membawa banner dan brosur serta lembaran paket
wisata untuk ditunjukkan kepada pengunjung potensial.
Pengelola juga memperkenalkan paket wisata edukasi melalui kegiatan
roadshow ke sekolah-sekolah. Walaupun jarang dilakukan karena keterbatasan
biaya, namun pengelola sudah memiliki jaringan dengan sekolah-sekolah,
misalnya Sekolah Dasar Regina Pacis Bogor.
Publisitas melalui liputan di media yang dapat membantu mempromosikan
kawasan wisata karena selain pihak pengelola tidak perlu mengeluarkan dana,
target khalayak yang akan diterpa informasi mengenai kawasan wisata juga besar.
Berbagai media elektronik yang pernah melakukan liputan mengenai Curug
Cilember, di antaranya SCTV melalui program Liputan 6 Usaha Anda yang
menceritakan mengenai wisata edukasi kupu-kupu di wana wisata Curug
Cilember dan Liputan 6 Jalan-jalan Menikmati Panorama Curug Cilember,
Indosiar melalui Kupu-kupu Curug Cilember, Metro TV melalui Jalan-jalan
Asyik, Global TV melalui program HOT SPOT, Trans TV melalui program
ngulik, dan Urban KTV melalui program URBAN. Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember juga pernah dijadikan lokasi syuting MNC TV melalui program sinema
keluarga berjudul Legenda Curug 7 Cilember.
Kawasan wisata Curug Tujuh Cilember juga pernah diliput melalui media
cetak. Media yang pernah meliput antara lain Garuda Magazine bulan Juni 2009
dengan judul Curug Cilember climbing the seven step waterfalls. Selain itu,
majalah KRONIK Bogor juga pernah meliput pada edisi Maret 2009 dengan judul
Nikmati panorama Curug Cilember. Majalah POTRET Indonesia edisi Maret
2011 juga menampilkan kawasan wisata ini dengan judul Sentuhan dan Inovasi
Perhutani Mampu percantik wisata Bogor.
Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran yang digunkan pengelola yaitu website, blog, dan
brosur. Wana Wisata Curug Tujuh Cilember memiliki website resmi yang
beralamat www.curug7cilember.perumperhutani.com. Situs resmi ini berada di
bawah domain Perum Perhutani. Pengelola mengaku, pembuatan situs ini tidak
dibuat sendiri, melainkan dibuat di Jakarta. Pengelola hanya mengirimkan konten
yang dibutuhkan di dalam situs.
Desain website cukup menggambarkan keadaaan alam di Curug Tujuh
Cilember. Konten yang terdapat dalam situs antara lain gambaran umum
mengenai kawasan wisata, obyek wisata, fasilitas, paket unggulan, reservasi, peta
lokasi, contact person, dan juga brosur yang dapat diunduh oleh pengunjung situs.
Situs ini juga bisa diakses dalam dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa
Inggiris. Namun, paket wisata yang terdapat bukan paket wisata yang sebenarnya
dimiliki oleh pengelola, melainkan paket wisata The Mountaney yang tidak
digunakan oleh pengelola. Padahal, pengelola memiliki beragam paket wisata
yang menarik baik wisata edukasi maupun outbond.
Selain website, ketika mengetik kata kunci Curug Tujuh Cilember di mesin
pencari otomatis di internet, banyak blog (website tidak resmi gratis) yang
menampilkan cerita mengenai Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Bahkan,
dalam pemilik blog juga mencantumkan mengenai kondisi jalan menuju lokasi

45
wisata, keadaan lokasi wisata sebenarnya, dan juga hal-hal lain yang tidak
terdapat dalam situs resmi Curug Tujuh Cilember
seperti pengalamanpengalaman ketika melakukan kunjungan ke lokasi wisata.
Brosur Curug Tujuh Cilember ditempatkan di Tourism Information Center
Kabupaten Bogor, kantor pengelola, kantor perhutani, dan dibawa pada saat
melakukan pameran dan roadshow. Brosur yang didominasi warna hijau dan
oranye ini memiliki informasi singkat mengenai objek wisata, denah lokasi
wisata, peta menuju lokasi wisata, dan juga contact person. Brosur dibuat
pengelola menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
Komunikasi Personal
Contoh dari komunikasi personal adalah komunikasi lisan dari mulut ke
mulut (word of mouth). Bentuk komunikasi ini yang tidak bisa dikontrol oleh
pengelola, karena pengunjung dapat memperoleh informasi sebanyak mungkin
informasi mengenai Curug Tujuh Cilember termasuk kelemahan yang dimiliki
kawasan wisata. Pengunjung dapat memperoleh informasi melalui kerabat dan
keluarga.
Pengunjung berinisial YT mengaku mendapatkan informasi mengenai
kawasan wisata melalui suaminya yang sebelumnya pernah berkunjung ke Curug
Tujuh Cilember. Ia juga mengaku lebih suka mendapatkan informasi dari orang
lain karena dirasakan informasi yang didapat lebih lengkap.
Tingkat Komunikasi Pemasaran Wana Wisata Curug Tujuh Cilember
Komunikasi pemasaran dalam penelitian ini dilihat dari frekuensi
penyampaian pesan, ragam media penyampaian pesan dan rancangan pesan
komunikasi pemasaran Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Hasil penelitian
yang didapat ditemukan bahwa komunikasi pemasaran di Wana Wisata Curug
Tujuh Cilember lemah terlihat dari frekuensi penyampaian pesan yang rendah,
media penyampaian pesan yang kurang beragam dan rancangan pesan komunikasi
pemasaran yang kurang tinggi atau sedang.
Komunikasi pemasaran diukur menggunakan kuesioner yang dibuat untuk
mengidentifikasi karakteristik komunikasi pemasaran meliputi elemen bauran
komunikasi pemasaran seperti komunikasi personal, periklanan, promosi
penjualan, hubungan masyarakat dan publisitas, media pembelajaran, dan
corporate design (Lovelock dan Wright 2002). Identifikasi lain berupa bagaimana
pesan yang dirancang dapat menarik perhatian (attention), sesuai kebutuhan
(need), memuaskan kebutuhan (satisfaction), sesuai dengan gambaran keadaan
(visualization), dan dapat membuat pengunjung atau calon pengunjung bertindak
(action) melakukan pembelian jasa produk wisata.
Rancangan Pesan
Dalam merancang pesan komunikasi pemasaran Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember, tingkat kekuatan rancangan pesan diukur dari kategori ANSVA
menurut Alan H Monroe. Menurut Monroe dalam Kusumastuti (2009) terdapat
lima tahapan urutan motif sesuai cara berfikir manusia dalam formula ANSVA:
attention (perhatian), need (kebutuhan), satisfaction (kepuasan), visualization
(visualisasi), dan action (tindakan). Hasil tabulasi frekuensi menunjukkan hasil
berikut.

46
Tabel 11 Jumlah dan persentase responden berdasarkan akumulasi penilaian
terhadap kekuatan rancangan pesan
Tingkat Kekuatan Rancangan Pesan
Rendah
Sedang
Tinggi
Total

Jumlah

Persentase

4
91
5
100

4.0
91.0
5.0
100.0

Gambar 10 Penilaian responden terhadap kekuatan rancangan pesan


Tingkat kekuatan rancangan pesan komunikasi pemasaran berada pada
tingkat sedang, yaitu sebanyak 91%. Sementara itu, 4% responden menilai
kekuatan rancangan pesan yang rendah dan 5% responden menilai kekuatan
rancangan pesan tinggi.
Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa desain rancangan pesan
yang sudah dibuat oleh pengelola wisata melalui media promosi sudah cukup kuat
menarik minat wisatawan. Analisis selanjutnya akan dibahas pada masing-masing
dimensi ANSVA berikut ini.
1. Attention
Attention merupakan kekuatan pesan untuk menarik perhatian, diukur
berdasarkan seberapa tinggi kekuatan pesan tersebut untuk dapat menarik
perhatian khalayak. Kekuatan pesan ini sebagai upaya untuk menimbulkan
perhatian mereka sehingga memiliki perasaan antusias terhadap fenomena yang
yang dihadapi.
Pada tahap ini, dapat dilihat adanya upaya untuk membangkitkan perhatian
penerima pesan dalam hal ini pengunjung Wana Wisata Curug Tujuh Cilember
terhadap ide, gagasan mengenai adanya suatu bentuk wisata alam dengan konsep
ekowisata. Hasil pengolahan data mengenai attention menunjukkan bahwa
terdapat 79% responden berpendapat bahwa pesan mengenai Wana Wisata Curug
Tujuh Cilember melalui media promosi seperti billboard, banner, pameran,
diskon wisata, liputan media, internet, website, blog, dan brosur dikatakan
menarik, bahkan 10% responden menyatakan pesan sangat menarik. Sisanya

47
yaitu 10% responden menyatakan tidak menarik dan 1% responden menyatakan
pesan yang disampaikan melalui media promosi tidak menarik.
Penyampaian pesan mengenai Wana Wisata Curug Tujuh Cilember melalui
komunikasi lisan (word of mouth) menunjukkan hasil sebanyak 64% responden
menyatakan pesan yang disampaikan menarik dan 30% responden menyatakan
pesan yang mereka dapat dari orang lain (teman, kerabat, keluarga) sangat
menarik. Berbeda dengan 6% responden lain yang menyatakan pesan yang
mereka dengar tidak menarik.
Perbedaan pandangan mengenai menarik atau tidaknya suatu pesan yang
disampaikan tergantung dari preferensi audience terhadap media promosi mana
yang lebih disukai dalam memperoleh informasi mengenai kawasan wisata. Hasil
penelitian dapat dilihat pada diagram berikut.
6%
8%

Media
pembelajaran

35%

cerita dari orang


lain
humas dan
publisitas

18%

Promosi penjualan
Periklanan

33%

Gambar 11 Preferensi pengunjung terhadap media yang lebih disukai dalam


menerima pesan mengenai Wana Wisata Curug Tujuh Cilember
Gambar 11 menunjukkan bahwa sebanyak 35% responden menyukai
mendapatkan informasi melalui media pembelajaran seperti blog, brosur, dan
website. Hal tersebut dikarenakan berkembangnya teknologi seperti internet yang
dapat memudahkan khalayak mencari informasi mengenai kawasan wisata.
Sementara itu, sebanyak 33% responden lebih menyukai mendapatkan cerita dari
orang lain.
Beberapa responden yang diwawancara menyatakan mereka memilih cerita
dari orang lain untuk mendapatkan informasi karena dirasa lebih lengkap.
Sementara itu, sebesar 18% responden menyatakan lebih menyukai mendapatkan
informasi melalui liputan di media, pameran, dan roadshow. Sisanya yaitu
sebanyak 6% responden menyukai media promosi lewat promosi penjualan dan
8% responden lebih suka melalui billboard dan banner.
2. Need
Aspek need mengukur tingkat kebutuhan responden akan informasi yang
disediakan pihak pengelola Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebanyak 56% responden menyatakan bahwa informasi yang
didapat mengenai akses menuju lokasi wisata kurang lengkap dan 7% responden
menyatakan tidak mendapatkan informasi mengenai akses menuju lokasi wisata.
Walaupun demikian, sebanyak 33% responden menyatakan informasi yang
didapat mengenai akses menuju lokasi wisata lengkap dan bahkan 4% responden
menyatakan sangat lengkap.

48
Akses menuju lokasi wisata digambarkan pihak pengelola Wana Wisata
Curug Tujuh Cilember melalui gambaran peta. Pengelola menempatkan peta
menuju lokasi wisata di website resmi Wana Wisata Curug Tujuh Cilember dan
juga melalui brosur. Peta menuju lokasi wisata dapat dilihat di lampiran 1. Tidak
ada informasi bagaimana cara menuju lokasi wisata menggunakan kendaraan
umum di media promosi seperti website resmi, billboard, maupun brosur. Hanya
ada penunjuk arah (signage) di ruas masuk jalan menuju lokasi wisata.
Hasil berikutnya merupakan tanggapan responden ketersediaan informasi
mengenai kondisi jalan menuju lokasi Wana Wisata Curug Tujuh Cilember.
Mayoritas pengunjung, yaitu sebanyak 61% responden, menyatakan informasi
mengenai kondisi jalan menuju lokasi wisata kurang lengkap. Pihak pengelola
memang tidak mencantumkan kondisi jalan sebenarnya di media promosi yang
disediakan seperti website, brosur, billboard, maupun banner. Sementara itu, 13%
responden menyatakan tidak ada informasi yang tersedia mengenai kondisi jalan.
Sebanyak 25% menyatakan informasi mengenai kondisi jalan menuju lokasi
wisata terbilang lengkap dan 1% menyatakan informasi mengenai kondisi jalan
sangat lengkap.
Kondisi jalan menuju lokasi wisata melalui gerbang Desa Jogjogan sedikit
sempit di ruas jalan tertentu. Tanjakan curam juga ditemui di titik-titik tertentu
menuju lokasi wisata, sehingga mobil bermuatan besar seperti bus dan truk tidak
bisa mencapai tepat di depan gerbang lokasi wisata. Biasanya rombongan
pengunjung yang datang menaiki bus harus turun di lapangan parkir yang berada
lumayan jauh dari lokasi wisata dan menyewa ojek, atau bahkan berjalan kaki
hingga mencapai lokasi wisata. Berikut penuturan salah satu responden bernama
NH mengenai kondisi jalan meuju lokasi wisata.
Jalannya agak sempit dan aspal yang kurang bagus menyulitkan
para wisatawan yang datang menggunakan mobil pribadi maupun bus
besar

Gambar 12 Penilaian responden terhadap kelengkapan informasi mengenai sarana


prasarana yang ada di lokasi wisata
Gambar 12 menunjukkan bahwa 45% responden menyatakan informasi
mengenai sarana prasarana yang ada di Wana Wisata Curug Tujuh Cilember

49
dirasakan lengkap. Hal ini berbanding terbalik dengan responden yang
menyatakan bahwa informasi yang tersedia mengenai sarana prasarana kurang
lengkap, yaitu sebanyak 43%. Sebesar 8% responden menyatakan tidak menerima
informasi mengenai sarana prasarana yang ada, namun 4% responden menyatakan
informasi yang ada mengenai sarana prasarana sangat lengkap.
Informasi mengenai sarana prasarana dari hasil pengamatan di lapangan
sudah disediakan pengelola di beberapa media promosi, seperti website resmi
Wana Wisata Curug Tujuh Cilember, brosur, dan blog. Sarana prasarana yang ada
juga tergambar dalam denah kawasan wana wisata. Denah kawasan ini terdapat di
website resmi maupun terpajang di dua tempat di dalam kawasan wisata dalam
bentuk papan yaitu di depan taman kupu-kupu dan di dekat curug 7.
Hasil berikutnya menggambarkan ketersediaan informasi mengenai biaya
paket wisata. Sebanyak 51% responden menyatakan informasi yang mereka dapat
mengenai biaya paket wisata kurang lengkap. Terlebih lagi, 20% responden
menyatakan bahwa mereka tidak mendapatkan informasi apapun mengenai biaya
paket wisata. Sementara itu, 29% responden menyatakan informasi yang didapat
dirasakan lengkap. Sebaran dan presentase responden dapat dilihat pada diagram
lingkaran berikut.

29%

20%

Tidak ada
Kurang Lengkap
Lengkap

51%

Gambar 13 Penilaian responden terhadap kelengkapan informasi mengenai biaya


paket wisata
Biaya paket wisata tidak disediakan pengelola di website resmi. Paket
wisata yang terdapat dalam website resmi adalah paket wisata lama yang sudah
tidak digunakan oleh pihak pengelola. Paket wisata juga tidak terdapat dalam
media promosi lain. Bentuk paket wisata yang disediakan pengelola biasanya
dibawa pada saat ada pameran dan juga tersedia di kantor pemasaran. Biaya paket
wisata yang dirancang pengelola Wana Wisata Curug Tujuh Cilember dapat
dilihat pada lampiran 6.
Pembahasan selanjutnya mengenai kelengkapan informasi tentang obyekobyek wisata di Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Hasil pada penelitian
menunjukkan sebanyak 64% responden menilai informasi yang didapat lengkap
dan sisanya sebanyak 2% responden menilai sangat lengkap. Sementara itu, 34%
responden menilai informasi yang didapatkan kurang lengkap.
Informasi mengenai obyek-obyek wisata terdapat di berbagai media promosi,
yaitu billboard, banner, website, blog, youtube, liputan media, dan brosur. Media
promosi ini sudah menonjolkan obyek wisata andalan seperti air terjun dan taman

50
konservasi kupu-kupu, namun ada obyek wisata yang belum dicantumkan seperti
terapi ikan yang baru ada di kawasan wisata tahun 2012.
3. Satisfaction
Satisfaction merupakan kepuasan responden terhadap ketersediaan
informasi yang diterima mengenai kawasan Wana Wisata Curug Tujuh Cilember.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pengunjung, yaitu sebanyak 72%
responden, menilai puas dengan informasi yang didapat mengenai obyek wisata
dan 2% responden menilai sangat puas. Hal ini karena Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember sudah memiliki ciri wisata yang khas yaitu tujuh buah air terjun dan
taman konservasi kupu-kupu. Walaupun demikian, 26% responden menilai tidak
puas mendapatkan informasi mengenai obyek-obyek wisata yang ada di Wana
Wisata Curug Tujuh Cilember.

Gambar 14 Penilaian responden terhadap kepuasan informasi mengenai biaya


paket wisata
Gambar 14 menunjukkan penilaian responden terhadap kepuasan informasi
mengenai biaya paket wisata. Mayoritas pengunjung sebanyak 58% responden
menyatakan tidak puas dengan informasi yang didapat mengenai biaya paket
wisata. Walapun demikian, ada juga responden yang menyatakan puas terhadap
informasi mengenai biaya paket wisata yaitu sebesar 37% responden.
Biaya paket wisata memang tidak dicantumkan dalam media promosi.
Pengunjung harus menghubungi pihak pengelola terlebih dahulu jika ingin
mengetahui biaya paket wisata lebih rinci. Biasanya pengunjung yang membawa
rombongan dalam jumlah besar datang ke kantor pemasaran atau menghubungi
pengelola melalui email atau telepon. Pengunjung yang datang dalam jumlah kecil
kebanyakan hanya mengetahui biaya tiket masuk ke kawasan wisata saja.
Biaya tiket masuk yang lebih tinggi dari biaya wisata sejenis air terjun di
tempat lain juga menjadi keluhan responden. Lebih lanjut, pengunjung juga
dikenakan biaya untuk menggunakan fasilitas kamar kecil/toilet. Pengunjung
menginginkan biaya penggunaan kamar kecil disatukan saja dengan biaya karcis
masuk. Begitu juga dengan tiket masuk taman konservasi kupu-kupu. Berikut
pernyataan pengunjung berinisial UD.

51
Saya lebih suka jika biaya tiket masuk disatukan saja dengan biaya
tiket masuk taman kupu-kupu, penggunaan toilet dan lain-lain. Jadi
saya tidak merasa mengeluarkan uang terus menerus (UD,
pengunjung).
Penilaian responden selanjutnya mengenai kepuasan akan informasi akses
kondisi jalan menuju lokasi wisata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 59%
responden menyatakan tidak puas akan informasi mengenai akses kondisi jalan
menuju lokasi wisata dan 4% responden menyatakan sangat tidak puas akan
informasi yang didapat. Sementara itu, 34% responden menyatakan puas akan
informasi yang didapat dan 3% responden menyatakan sangat puas akan informasi
yang didapat mengenai akses kondisi jalan menuju lokasi wisata. Responden
menginginkan informasi lebih agar lebih memudahkan mencapai lokasi wisata,
terutama responden yang menggunakan kendaraan umum.
4.
Visualization
Visualization merupakan persepsi responden mengenai penggambaran isi
pesan yang disampaikan pengelola kawasan Wana Wisata Curug Tujuh Cilember.
Responden mengaku penggambaran isi pesan yang mereka dapatkan cukup
menggambarkan kondisi yang ada. Sebaran responden mengenai kesesuaian isi pesan
dapat dilihat pada tabel berikut.
Hasil penelitian menunjukkan 77% responden mengaku informasi yang
didapatkan mengenai Wana Wisata Curug Tujuh Cilember cukup
menggambarkan kondisi yang ada dan 4% responden mengaku penggambaran
kondisi sangat sesuai. Walaupun demikian, 19% responden menyatakan informasi
yang didapat tidak sesuai atau tidak menggambarkan kondisi yang ada.
Pengunjung yang berasal dari Timur Tengah berdasarkan hasil wawancara
mengaku sangat senang dengan kealamian yang ada di kawasan wisata. Hal ini
sesuai dengan informasi yang mereka dapatkan mengenai kawasan wisata.
5. Action
Action menggambarkan tingkat keinginan responden untuk berkunjung
kembali kawasan Wana Wisata Curug Cilember dan memakai paket wisata yang
ada di kawasan wisata. Persentase responden lebih lengkap dapat dilihat pada
diagram batang berikut.

Gambar 15 Pendapat responden terhadap keinginan untuk kembali berkunjung ke


Wana Wisata Curug Tujuh Cilember

52
Sebanyak 64% responden mengaku memiliki keinginan yang kuat untuk
berkunjung kembali ke kawasan wisata dan 14% responden memiliki keinginan
yang sangat kuat untuk berkunjung kembali. Sementara itu, 21% responden
menyatakan tidak ingin berkunjung kembali ke kawasan wisata 1% responden
menyatakan keinginannya sangat lemah.
Pengunjung yang berasal dari Timur Tengah berharap untuk bisa kembali
berkunjung bersama keluarga mereka di kemudian hari. Sama halnya dengan
pengunjung lokal yang mengaku akan kembali ke kawasan wisata dengan
mengajak keluarga mereka. Pengunjung yang tidak berminat mengunjungi
kembali kawasan wisata beralasan karena lokasi yang lumayan jauh dan kondisi
jalan yang kurang bagus untuk dilalui, terutama jalanan yang aspalnya dalam
kondisi rusak.
Pembahasan selanjutnya mengenai keinginan responden memakai paket
wisata yang tersedia di Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Mayoritas
pengujung memiliki keinginan yang kuat untuk memakai paket wisata. Sebanyak
52% responden menyatakan ingin memakai paket wisata dan 7% responden
keinginannya sangat kuat untuk memakai paket wisata yang tersedia. Sebesar 39%
responden menyatakan keinginan untuk memakai paket wisata lemah dan 2%
responden keinginannya sangat lemah.
Pengunjung dari Timur Tengah mengatakan tidak tertarik memakai paket
wisata seperti gathering atau kegiatan ekstrem. Mereka mengatakan hanya ingin
menikmati pemandangan dan air terjun yang ada di kawasan wisata. Berbeda
dengan pengunjung lokal yang ingin menggunakan fasilitas vila yang tersedia,
namun mereka membutuhkan informasi lebih lanjut mengenai biaya paket wisata
yang disediakan pengelola.
Ragam Media dan Frekuensi Penyampaian Pesan
Ragam media penyampaian pesan adalah sumber-sumber informasi yang
didapatkan oleh pengunjung mengenai Wana Wisata Curug Tujuh Cilember
melalui media promosi dari elemen bauran komunikasi pemasaran periklanan,
promosi penjualan, humas dan publisitas, media pembelajaran, dan komunikasi
personal. Frekuensi penyampaian pesan berupa seberapa sering pengunjung atau
calon pengunjung menerima pesan yang disampaikan mengenai Wana Wisata
Curug Tujuh Cilember melalui berbagai media komunikasi pemasaran tersebut.
Secara keseluruhan, ragam media penyampaian pesan yang diterima oleh
responden dikategorikan sedang. Responden kurang sering menerima informasi
mengenai Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Sebaran dan persentase responden
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 12 Jumlah dan persentase responden berdasarkan akumulasi penilaian
ragam media penyampaian pesan
Ragam Media
Rendah
Sedang
Tinggi
Total

Jumlah

Persentase (%)
43
47
10
100

43.0
47.0
10.0
100.0

53

Gambar 16 Penilaian responden terhadap ragam media penyampaian pesan


Hasil penelitian menunjukkan bahwa ragam media penyampaian pesan
termasuk kategori sedang sebanyak 47% responden, kategori rendah sebanyak
43% responden, dan kategori tinggi sebanyak 10% responden. Lebih lengkap
mengenai ragam media penyampaian pesan dari masing-masing elemen bauran
komunikasi pemasaran akan dibahas pada bagian selanjutnya.
Frekuensi penyampaian pesan secara akumulasi dapat dikategorikan rendah.
Sebaran dan persentase responden dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 13 Jumlah dan persentase responden berdasarkan akumulasi penilaian
frekuensi penyampaian pesan
Frekuensi Penyampaian Pesan
Rendah
Sedang
Total

Jumlah
85
15
100

Persentase (%)
85.0
15.0
100.0

Gambar 17 Penilaian responden terhadap frekuensi penyampaian pesan

54

Persentase (%)

Secara keseluruhan, dari media komunikasi pemasaran yang ada, frekuensi


penyampaian pesan yang diterima responden termasuk dalam kategori rendah.
Sebanyak 85% responden kurang sering menerima informasi mengenai kawasan
wisata, sedangkan 15% responden cukup sering menerima informasi mengenai
Wana Wisata Curug Tujuh Cilember.
Media komunikasi pemasaran yang digunakan oleh pihak pengelola
terbilang sedikit. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh keterbatasan dana yang
dimiliki Wana Wisata Curug Tujuh Cilember terutama untuk kegiatan promosi.
Dana yang dimiliki untuk kegiatan promosi diatur langsung oleh KBM perum
perhutani, bukan oleh pengelola Wana Wisata Curug Tujuh Cilember, sehingga
ruang gerak pengelola terutama dalam bidang promosi terbatas.
1. Periklanan
Periklanan adalah segala bentuk presentasi dan promosi Wana Wisata Curug
Tujuh Cilember yang dibayar oleh sponsor yang teridentifikasi, atau melalui
penggunaan media luar ruang dan konvensional. Media periklanan yang
digunakan oleh pihak pengelola wisata adalah media luar ruang yaitu billboard
dan banner.
80
70
60
50
40
30
20
10
0

Billboard
Banner

Tidak
pernah

Jarang

Sering

Sangat
Sering

Akses terhadap billboard dan banner

Gambar 18 Penilaian responden terhadap akses melalui media periklanan


billboard dan banner
Hasil gambar 18 menunjukkan bahwa sebanyak 40% responden tidak
pernah melihat billboard, 44% responden jarang melihat billboard, 13%
responden sering melihat dan 3% responden sangat sering melihat billboard Wana
Wisata Curug Tujuh Cilember. Billboard wana wisata ini terletak di jalan raya
Puncak tepatnya di daerah Cisarua. Billboard yang kedua terletak di
persimpangan jalan masuk menuju Wana Wisata Curug Tujuh Cilember.
Pemasangan billboard bercorak hijau ini dirasa masih kurang strategis dan
tidak terlalu menonjol dibandingkan billboard milik kawasan wisata lain. Jumlah
billboard sendiri kurang begitu banyak, sehingga sebagian responden yang pernah
mengunjungi kawasan wisata tidak pernah melihat billboard ini. Tampilan
billboard dapat dilihat pada lampiran 3.
Berbeda dengan banner (lihat lampiran 3), mayoritas pengunjung yaitu 70%
responden menyatakan tidak pernah melihat media komunikasi pemasaran ini.
Sementara itu, 23% responden jarang melihat, 4% responden sering melihat, dan

55
2% responden sangat sering melihat banner. Pengelola memiliki dua buah banner.
Banner pertama diletakkan di Tourism Information Center Kabupaten Bogor yang
berada di rest area Ciawi. Banner kedua disimpan di kantor pengelola wisata dan
selalu dibawa pada saat ada pameran berlangsung.
Pengelola Wana Wisata Curug Tujuh Cilember tidak menggunakan iklan
berbayar baik di televisi, radio, maupun media cetak seperti majalah dan koran.
Hal ini dikarenakan keterbatasan dana yang dimiliki oleh pengelola wana wisata.
Adapun bahan promosi cetak yang pernah mencantumkan mengenai Wana Wisata
Curug Tujuh Cilember yaitu peta wisata Kabupaten Bogor, booklet visit Bogor
2011, dan leaflet wisata alam Kabupaten Bogor yang semuanya dibuat oleh Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor.
2. Promosi Penjualan
Promosi penjualan merupakan berbagai macam insentif jangka pendek,
seperti undian, kupon/voucher, diskon, kontes, sampel, trading stamps, point of
purchase display, dan potongan rabat (Amir 2005).
2%
20%

Tidak pernah

78%
Jarang Sering

Gambar 19 Pendapat responden berdasarkan akses terhadap promosi penjualan


melalui diskon
Pengelola Wana Wisata Curug Tujuh Cilember menerapkan promosi
penjualan melalui diskon tiket wisata untuk menarik minat pengunjung. Hasil
menunjukkan mayoritas responden sebanyak 78% pengunjung tidak pernah
mendengar informasi mengenai diskon tiket wisata. Sementara itu, 20%
pengunjung jarang mendengar dan 2% pengunjung sering mendengar mengenai
diskon tiket wisata. Pengelola memang tidak menempatkan informasi mengenai
diskon melalui media lain seperti website. Hal ini karena diskon yang diterapkan
sangat sedikit yaitu apabila pengunjung membawa rombongan dalam jumlah besar
( lebih dari 30 orang ) akan dikenakan diskon tiket masuk sebesar 10%.
Perhutani juga menyediakan partnership card, yaitu kartu penanda bahwa
jika pemegang kartu tersebut mengunjungi wisata-wisata milik perhutani
(termasuk Wana Wisata Curug Tujuh Cilember), maka pemegang kartu tersebut
akan mendapatkan potongan harga sebesar 30%. Pengunjung bisa mendapatkan
kartu tersebut dengan memberikan salinan Kartu Tanda Penduduk (KTP) kepada
perum perhutani pusat.
3. Humas dan Publisitas
Humas adalah kegiatan promosi untuk melindungi citra pengelola ekowisata.
Kegiatan humas ditempuh pengelola wisata melalui berbagai pameran dan

56
roadshow ke berbagai sekolah. Publisitas adalah kegiatan promosi wana wisata
melalui penyajian produk secara nonpersonal lewat media cetak atau elektronik.
Hasil penelitian menunjukkan frekuensi pesan yang diterima responden
melalui liputan media. Sebanyak 51% responden mengaku tidak pernah melihat
liputan mengenai Curug Cilember melalui liputan media. Sebanyak 40%
responden menyatakan jarang dan 9% responden menyatakan sering melihat
mengenai Curug Cilember di liputan media.
Wana Wisata Curug Tujuh Cilember pernah diliput di berbagai media baik
media cetak maupun media elektronik. Liputan media dapat membantu
mempromosikan kawasan wisata karena selain pihak pengelola tidak perlu
mengeluarkan dana, target khalayak yang akan diterpa informasi mengenai
kawasan wisata juga besar. Sebaran responden dapat dilihat pada diagram berikut.

Gambar 20 Pendapat responden berdasarkan akses terhadap humas dan publisitas


melalui liputan media
Menurut pengelola, sebenarnya banyak media yang pernah meliput kawasan
wisata ini, namun hasil liputan baik di media cetak maupun di media elektronik
kurang diatur dan disusun dalam dokumen koleksi yang teratur. Selain melalui
liputan media, pengelola juga berusaha memperkenalkan kawasan wisata ini
melalui roadshow ke berbagai sekolah.
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden sebanyak 87%
responden tidak pernah mendapatkan informasi mengenai Curug Tujuh Cilember
melalui roadshow ke sekolah. Sementara itu, 11% responden menyatakan jarang
dan 2% responden menyatakan sering mendapatkan informasi mengenai Curug
Tujuh Cilember melalui roadshow ke sekolah.
Pihak pengelola menuturkan bahwa karena keterbatasan sumber daya
manusia dan dana, kegiatan roadshow ke sekolah-sekolah memang terbatas.
Selain itu, tidak adanya corporate identity seperti alat tulis, sticker, atau jam
dinding juga membuat pengelola sedikit enggan untuk melakukan promosi dengan
teknik door to door, yaitu mendatangi sekolah-sekolah. Padahal, menurut pihak
pengelola corporate identity perlu sebagai awal dalam memperkenalkan kawasan
wisata.

57
Sama halnya dengan roadshow ke sekolah, kegiatan promosi melalui
berbagai pameran juga menunjukkan hasil yang sama. Mayoritas responden yaitu
sebanyak 87% responden tidak pernah mendapatkan informasi mengenai Curug
Tujuh Cilember melalui pameran. Sebanyak 11% responden menyatakan jarang
dan 2% responden menyatakan sering mendapatkan informasi mengenai Curug
Tujuh Cilember melalui pameran.
Kegiatan pameran yang diikuti oleh pihak pengelola seringkali merupakan
kegiatan pameran yang diadakan oleh dinas kebudayaan pariwisata, baik
Disbudpar Kabupaten Bogor, Disbudpar Jawa Barat, maupun Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia. Dalam kegiatan pameran, pihak
pengelola selalu membawa banner, brosur, dan lembar mengenai biaya paket
wisata sebagai media promosi pelengkap.
4. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran adalah media yang disediakan oleh pengelola wana
wisata agar dapat dipelajari oleh pengunjung atau calon pengunjung. Pengelola
wisata Curug 7 Cilember menggunakan website, blog, dan brosur sebagai media
pembelajaran bagi khalayak. Hasil penelitian mengenai akses responden terhadap
materi pembelajaran melalui website, blog, dan brosur dapat dilihat pada diagram
berikut.
Website

Blog

Brosur

70
60
Persentase

50
40
30
20
10
0
tidak pernah

jarang

sering

sangat sering

Akses responden terhadap website, blog, dan brosur

Gambar 21 Pendapat responden terhadap akses media pembelajaran melalui


website, blog, dan brosur
Gambar 21 menunjukkan 55% responden tidak pernah mengakses website
resmi Curug Tujuh Cilember. Responden sebesar 28% menjawab jarang (satu
kali) mengakses website resmi, 15% responden sering mengakses website, dan 2%
responden sangat sering mengakses website resmi wana wisata.
Website resmi Wana Wisata Curug Tujuh Cilember dikelola oleh satu orang
pengelola Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Website resmi ini belum
dikembangkan dan diperbaharui. Terlihat adanya paket wisata yang lama masih
terdapat di website tersebut, seperti paket unggulan the mountaney, the seven
towers, dan the soprano. Padahal, dari segi tampilan, website resmi Wana Wisata

58
Curug Tujuh Cilember cukup menarik dengan paduan warna dan gambar yang
mengusung konsep alami.
Selain website, ketika mengetik kata kunci Curug Tujuh Cilember di mesin
pencari otomatis di internet, banyak blog (website tidak resmi gratis) yang
menampilkan cerita mengenai Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Hasil
penelitian, 66% responden menyatakan tidak pernah mengakses blog mengenai
Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Sementara itu, 20% responden menjawab
jarang mengakses blog, 11% responden menjawab sering dan 3% responden
menjawab sangat sering mengakses blog mengenai Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember.
Sama halnya dengan materi pembelajaran seperi brosur, hasil penelitian
mengenai akses responden terhadap materi pembelajaran melalui brosur
menunjukkan 65% responden tidak pernah melihat brosur Wana Wisata Curug
Tujuh Cilember. Brosur yang dibuat oleh pengelola memang hanya ditempatkan
di kantor pengelola, KBM perhutani, Tourism Information Center Kabupaten
Bogor, dan dibawa pada saat ada kegiatan forum ekowisata atau pameran
berlangsung. Hasil lain menunjukkan 23% responden mengaku jarang
mendapatkan informasi melalui brosur, 10% responden menyatakan sering dan
2% responden menyatakan sangat sering mendapatkan informasi melalui brosur.
5. Komunikasi Personal
Komunikasi personal mencakup rekomendasi dari penjual maupun
pelanggan lain yang dapat memiliki pengaruh kuat pada keputusan orang untuk
menggunakan layanan. Contoh dari komunikasi personal adalah komunikasi lisan
dari mulut ke mulut (word of mouth). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 43%
responden menyatakan sangat sering mendengar informasi mengenai Wana
Wisata Curug Tujuh Cilember dan 39% responden menyatakan sering mendengar
melalui komunikasi lisan word of mouth (WOM). Sebesar 16% responden
menyatakan jarang mendengar melalui WOM dan 2% responden menyatakan
tidak pernah mendapatkan informasi mengenai Curug 7 Cilember melalui WOM.
Komunikasi lisan berupa word of mouth memang tidak bisa dikendalikan
oleh pihak pengelola. Informasi mengenai kelebihan maupun kekurangan kawasan
wisata bisa saja bebas diceritakan melalui komunikasi lisan.

Efektivitas Komunikasi Pemasaran


Menurut Effendy (2003) menyatakan bahwa efektivitas komunikasi adalah
kondisi adanya kesamaan makna terhadap pesan komunikasi ketika hal tersebut
dapat dikatakan efektif jika dapat menimbulkan dampak pada kognitif, afektif,
dan konatif. Secara keseluruhan, efektivitas komunikasi pemasaran Wana Wisata
Curug Tujuh Cilember dinilai cukup efektif memberikan dampak pada kognitif,
afektif, dan konatif pengunjung. Sebaran dan peresentase responden mengenai
akumulasi penilaian terhadap efektivitas komunikasi pemasaran dapat dilihat pada
tabel dan gambar berikut.

59
Tabel 14 Jumlah dan persentase responden berdasarkan akumulasi penilaian
terhadap efektivitas komunikasi pemasaran
Efektivitas Komunikasi Pemasaran
Rendah
Sedang
Tinggi
Total

Jumlah
27
63
10
100

Persentase (%)
27.0
63.0
10.0
100.0

Gambar 22 Penilaian responden terhadap efektivitas komunikasi pemasaran


Pada Gambar 22 dapat dilihat bahwa efektivitas komunikasi sedang
mencakup 63% responden, efektivitas komunikasi rendah mencakup 27%
responden dan 10% responden berada pada efektivitas komunikasi yang tinggi.
Lebih lengkap dari masing-masing dimensi kognitif, afektif, dan konatif akan
dijelaskan pada bagian selanjutnya.
Tingkat Kognitif
Menurut Effendy (2003), tingkat kognitif adalah meningkatnya pengetahuan
komunikan dalam hal ini pengunjung Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden mengenai Wana Wisata
Curug Tujuh Cilember berada pada tingkat sedang, yaitu sebesar 45% responden.
Sementara itu, 38% responden berada pada tingkat kognitif yang rendah dan 17%
responden berada pada tingkatan kognitif yang tinggi.
Hampir sebagian responden kurang memgetahui mengenai Wana Wisata
Curug Tujuh Cilember. Pengunjung berinisial MA menuturkan bahwa ia tidak
mengetahui bahwa di kawasan wisata ini terdapat tempat terapi ikan. Ia juga
kurang mengetahui bahwa jika memasuki Taman Konservasi Kupu-kupu
pengujung diharuskan menbayar tiket masuk.
Tingkat Afektif
Tingkat afektif yakni perubahan pandangan komunikan karena hatinya
tergerak akibat komunikasi (Effendy 2003). Hampir sama dengan tingkat kognitif,
mayoritas pengunjung memiliki tingkat afektif yang sedang terhadap Wana
Wisata Curug Tujuh Cilember.

60
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 76% responden berada pada tingkat
afektif yang sedang, sedangkan sisanya memiliki tingkat afektif yang tinggi (20%)
dan rendah (4%). Walaupun tingkat pengetahuan tidak begitu tinggi, namun
responden mengaku sangat menikmati berada di kawasan wisata. Mereka senang
dengan kealamian yang dimiliki wana wisata, termasuk responden dari Jakarta.
Tingkat Konatif
Tingkat konatif, yakni perubahan niat, tekad, upaya, usaha yang cenderung
menjadi perilaku atau tindakan yang terjadi pada komunikan (Effendy 2003).
Perubahan perilaku atau tindakan yang diinginkan oleh pengelola yaitu
pengunjung akan datang kembali ke kawasan wisata serta memakai paket wisata
yang sudah tersedia.
Tingkat konatif responden wana wisata dari hasil penelitian juga berada
pada tingkatan sedang, yaitu sebanyak 72% responden. Tingkat konatif yang
tinggi mencapai 23% responden. Tingkat konatif yang rendah hanya mencapai 2%
responden. Hal ini berarti pengunjung cukup bersedia berkunjung kembali ke
kawasan wisata, memakai paket wisata, dan bahkan menceritakan kembali kepada
kerabat mengenai Wana Wisata Curug Tujuh Cilember.

ANALISIS HUBUNGAN KOMUNIKASI PEMASARAN DAN


EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMASARAN
Pembahasan ini menguraikan tentang hubungan komunikasi pemasaran dan
efektivitas komunikasi pemasaran Wana Wisata Curug Tujuh Cilember.
Komunikasi pemasaran dalam penelitian ini dilihat dari frekuensi penyampaian
pesan, ragam media penyampaian pesan dan rancangan pesan komunikasi
pemasaran Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Efektivitas komunikasi
pemasaran dilihat dari tingkat kognitif, afektif, dan konatif responden.

Hubungan Kekuatan Rancangan Pesan dan Efektivitas Komunikasi


Pemasaran menurut Tingkatan Kognitif
Kekuatan rancangan pesan merupakan tingkat kekuatan desain pesan dalam
memberikan informasi kepada responden. Kekuatan rancangan pesan diukur
berdasarkan lima dimensi, yaitu attention, need, satisfaction, visualization, dan
action. Efektivitas komunikasi pemasaran tingkat kognitif menunjukkan tingkat
pengetahuan responden mengenai Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Tabel 15
merupakan hasil tabulasi silang antara kekuatan rancangan pesan dan efektivitas
komunikasi pemasaran tingkatan kognitif.
Tabel 15 Hubungan antara kekuatan rancangan pesan dan efektivitas komunikasi
pemasaran tingkatan kognitif
Efektivitas
Komunikasi
Pemasaran
(Kognitif)
Rendah
Sedang
Tinggi
Total

Rendah

Kekuatan Rancangan Pesan


Sedang

Tinggi

0
3
1
4

0.00
75.00
25.00
100.00

38
38
15
91

41.76
41.76
16.48
100.00

0
4
1
5

0.00
80.00
20.00
100.00

Uji Rank Spearman: Nilai Koefisien Korelasi = 0.014, Nilai Signifikansi = 0.889

Hasil tabel 15 memperlihatkan hubungan antara kekuatan rancangan pesan


dan efektivitas komunikasi pemasaran pada tingkat kognitif di Wana Wisata
Curug Tujuh Cilember. Kekuatan rancangan pesan yang rendah dimiliki oleh
responden dengan efektivitas komunikasi pemasaran tingkat kognitif sedang
sebesar 75% dan efektivitas komunikasi pemasaran tingkat kognitif tinggi sebesar
25% dari total empat responden.
Kekuatan rancangan pesan yang sedang dimiliki responden dengan
efektivitas komunikasi pemasaran tingkat kognitif rendah dan sedang masingmasing sebesar 41.76%. Sementara itu responden lainnya memiliki tingkat
kognitif tinggi sebesar 16.8% dari total 91 responden. Kekuatan rancangan pesan
yang tinggi dimiliki responden dengan efektivitas komunikasi pemasaran tingkat
kognitif sedang sebesar 80% dan tingkat kogntitif tinggi sebesar 20% dari total
lima responden.

62
Hasil tabel di atas dapat disimpulkan bahwa kekuatan rancangan pesan tidak
memiliki hubungan dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada tingkatan
kognitif. Dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman melalui alat bantu
SPSS v.17.0 diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.889. Hipotesis penelitian ditolak
karena nilai signifikansi 0.889 > 0.1 dan secara statistik tidak ada hubungan. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa kekuatan rancangan pesan tidak memiliki hubungan
dengan tingkat kognitif efektivitas pemasaran. Perhitungan uji statistik Rank
Spearman dapat dilihat pada Lampiran 9.

Hubungan Kekuatan Rancangan Pesan dan Efektivitas Komunikasi


Pemasaran menurut Tingkatan Afektif
Pembahasan berikut menjelaskan mengenai hubungan antara kekuatan
rancangan pesan dan efektivitas komunikasi pemasaran menurut tingkatan efektif.
Artinya, tingkat desain rancangan pesan memiliki keterkaitan dengan respon
responden terhadap Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Respon yang dimaksud
adalah perasaan senang dan puas terhadap Wana Wisata Curug Tujuh Cilember
termasuk terhadap kegiatan promosi yang dilakukan.
Tabel 16 Hubungan antara kekuatan rancangan pesan dan efektivitas komunikasi
pemasaran tingkatan afektif
Efektivitas
Komunikasi
Pemasararan
(Afektif)
Rendah
Sedang
Tinggi
Total

Rendah

Kekuatan Rancangan Pesan


Sedang

Tinggi

1
3
0
4

25.00
75.00
0.00
100.00

3
71
17
91

3.30
78.02
18.68
100.00

0
2
3
5

0.00
40.00
60.00
100.00

Uji Rank Spearman: Nilai Koefisien Korelasi = 0.274, Nilai Signifikansi = 0.006

Tabel 16 memperlihatkan hasil tabulasi silang antara kekuatan rancangan


pesan dan tingkat afektif efektivitas komunikasi pemasaran. Kekuatan rancangan
pesan rendah dimiliki oleh responden dengan efektivitas komunikasi pemasaran
tingkat afektif sedang sebesar 75%, sementara yang lainnya memiliki tingkat
afektif yang rendah sebesar 25%. dari total empat responden.
Kekuatan rancangan pesan yang sedang dimiliki oleh responden dengan
tingkat afektif efektivitas komunikasi pemasaran sedang sebesar 78.02%,
sementara sisanya memiliki efektivitas komunikasi pemasaran tingkat afektif yang
tinggi sebesar 18.68% dan rendah sebesar 3.30% dari total 91 responden.
Kekuatan rancangan pesan tinggi dimiliki oleh responden dengan tingkat afektif
efektivitas komunikasi pemasaran tinggi sebesar 60% dan sedang sebesar 40%
dari total lima responden.
Hasil tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa kekuatan rancangan pesan
memiliki hubungan dengan efektivitas komunikasi pemasaran tingkat afektif.
Tingginya kekuatan rancangan pesan menunjukkan efektivitas komunikasi
pemasaran tingkat afektif yang tinggi, begitu juga sebaliknya. Hal ini diperkuat

63
dengan uji korelasi Rank Spearman. Hipotesis diterima karena nilai signifikansi
0.006 < 0.01 dan secara statistik memiliki hubungan. Perhitungan uji statistik
Rank Spearman dapat dilihat pada lampiran 9.
Hubungan Kekuatan Rancangan Pesan dan Efektivitas Komunikasi
Pemasaran menurut Tingkatan Konatif
Pembahasan berikut menjelaskan mengenai hubungan antara kekuatan
rancangan pesan dan efektivitas komunikasi pemasaran menurut tingkatan konatif.
Bahasan ini menjelaskan kekuatan rancangan pesan memiliki keterkaitan dengan
tindakan responden terhadap kawasan Wana Wisata Curug Cilember. Tindakan
responden di sini mencakup keinginan responden berkunjung kembali ke Wana
Wisata Curug Tujuh Cilember, keinginan memakai paket wisata, dan mengajak
keluarga atau kerabat berkunjung ke Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Tabel
17 memperlihatkan hasil tabulasi silang antara kekuatan rancangan pesan dan
efektivitas komunikasi pemasaran tingkat konatif.
Tabel 17 Hubungan antara kekuatan rancangan pesan dan efektivitas komunikasi
pemasaran tingkatan konatif
Efektivitas
Komunikasi
Pemasararan
(Konatif)
Rendah
Sedang
Tinggi
Total

Kekuatan Rancangan Pesan


Rendah
Sedang

Tinggi

1
3
0
4

25.00
75.00
0.00
100.00

4
64
23
91

4.39
10.33
25.27
100.00

0
5
0
5

0.00
100.00
0.00
100.00

Uji Rank Spearman: Nilai Koefisien Korelasi = 0.043, Nilai Signifikansi = 0.674

Hasil tabel 17 memperlihat hubungan antara kekuatan rancangan pesan dan


efektivitas komunikasi pemasaran tingkat konatif. Kekuatan rancangan pesan
yang rendah dimiliki oleh responden dengan tingkat konatif efektivitas
komunikasi pemasaran yang sedang sebesar 75% dan rendah sebesar 25% dari
total empat responden.
Kekuatan rancangan pesan yang sedang dimiliki oleh responden dengan
tingkat konatif efektivitas komunikasi pemasaran yang sedang sebesar 70.33%,
tinggi sebesar 25.27% dan rendah sebesar 4.39% dari total 91 responden.
Kekuatan rancangan pesan yang tinggi hanya dimiliki oleh responden dengan
efektivitas komunikasi pemasaran tingkat konatif yang sedang yaitu 100% dari
total lima responden. Hal tersebut menunjukkan bahwa kekuatan rancangan pesan
tidak memiliki hubungan dengan efektivitas komunikasi pemasaran tingkat
konatif.
Uji korelasi Rank Spearman menunjukkan ketidakterkaitan antara kekuatan
rancangan pesan dengan efektivitas komunikasi pemasaran tingkat konatif. Hasil
uji korelasi menunjukkan nilai signifikansi 0.674 > 0.1. Dengan demikian,
hipotesis penelitian ditolak karena secara statistik tidak memiliki hubungan.
Perhitungan uji statistik Rank Spearman dapat dilihat pada lampiran 9.

64
Hubungan Ragam Media Penyampaian Pesan dan Efektivitas Komunikasi
Pemasaran menurut Tingkatan Kognitif
Ragam media penyampaian pesan adalah sumber-sumber informasi yang
didapatkan oleh pengunjung mengenai Wana Wisata Curug Tujuh Cilember
melalui media promosi dari elemen bauran komunikasi pemasaran periklanan,
promosi penjualan, humas dan publisitas, media pembelajaran, dan komunikasi
personal.
Pembahasan berikut menjelaskan mengenai hubungan antara ragam media
penyampaian pesan dan efektivitas komunikasi pemasaran menurut tingkatan
kognitif. Hasil penelitian memperlihatkan tingkat ragam media penyampaian
pesan yang rendah dimiliki oleh responden dengan efektivitas komunikasi
pemasaran tingkat kognitif yang rendah dan sedang masing-masing sebesar
46.51%, tingkat kognitif tinggi sebesar 6.98% dari total 43 responden.
Tingkat ragam media penyampaian pesan yang sedang dimiliki oleh
responden dengan efektivitas komunikasi pemasaran tingkat kognitif sedang
sebesar 40.43%, tingkat kognitif rendah sebesar 34.04 % dan tingkat kognitif
tinggi sebesar 25.53 % dari total 47 responden. Sementara itu, ragam media
penyampaian pesan yang tinggi dimiliki oleh responden dengan tingkat kognitif
sedang sebesar 60%, tingkat kognitif rendah sebesar 20% dan tingkat kognitif
tinggi sebesar 20% dari total 10 responden. Hasil tabulasi silang dapat dilihat pada
tabel 18.
Tabel 18 Hubungan antara ragam media penyampaian pesan dan efektivitas
komunikasi pemasaran tingkatan kognitif
Efektivitas
Komunikasi
Pemasararan
(Kognitif)
Rendah
Sedang
Tinggi
Total

Ragam Media Penyampaian Pesan


Rendah
Sedang
Tinggi

20
20
3
43

46.51
46.51
6.98
100.00

16
19
12
47

34.04
40.43
25.53
100.00

2
6
2
10

20.00
60.00
20.00
100.00

Uji Rank Spearman: Nilai Koefisien Korelasi = 0.220, Nilai Signifikansi = 0.028

Berdasarkan uji korelasi Rank Spearman,


< 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis
media penyampaian pesan media semakin
pemasaran tingkat kognitif dapat diterima.
Spearman dapat dilihat pada lampiran 9.

diperoleh nilai signifikansi 0.028


mengenai semakin tinggi ragam
tinggi efektivitas komunikasi
Perhitungan uji statistik Rank

Hubungan Ragam Media Penyampaian Pesan dan Efektivitas Komunikasi


Pemasaran menurut Tingkatan Afektif
Pembahasan berikutnya mengenai kaitan antara ragam media penyampaian
pesan dan efektivitas komunikasi pemasaran menurut tingkatan afektif. Bahasan
ini mencakup banyaknya ragam media penyampaian pesan memiliki keterkaitan
dengan respon responden terhadap Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Respon

65
yang dimaksud adalah perasaan senang dan puas terhadap Wana Wisata Curug
Tujuh Cilember.
Hasil tabulasi silang pada tabel 19 menunjukkan mayoritas responden
dengan ragam media penyampaian pesan yang rendah memiliki tingkat afektif
efektivitas komunikasi pemasaran yang sedang, yaitu sebesar 86.95%. Responden
dengan ragam media penyampaian pesan yang sedang juga dimiliki oleh
responden dengan tingkat afektif komunikasi pemasaran yang sedang, yaitu
sebesar 74.47% responden. Ragam media penyampaian tinggi mayoritas dimiliki
oleh responden dengan tingkat afektif komunikasi pemasaran yang sedang dan
tinggi, yaitu masing-masing sebesar 40%.
Tabel 19 Hubungan antara ragam media penyampaian pesan dan efektivitas
komunikasi pemasaran tingkatan afektif
Efektivitas
Komunikasi
Pemasararan
(Afektif)
Rendah
Sedang
Tinggi
Total

Ragam Media Penyampaian Pesan


Rendah
Sedang
Tinggi

2
37
4
43

4.65
86.95
9.30
100.00

0
35
12
47

0
74.47
25.53
100.00

2
4
4
10

20.00
40.00
40.00
100.00

Uji Rank Spearman: Nilai Koefisien Korelasi = 0.203, Nilai Signifikansi = 0.043

Berdasarkan uji korelasi Rank Spearman, diperoleh nilai signifikansi 0.043


< 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis mengenai semakin tinggi ragam
media penyampaian pesan maka semakin tinggi efektivitas komunikasi pemasaran
tingkat afektif dapat diterima. Perhitungan uji statistik Rank Spearman dapat
dilihat pada lampiran 9.

Hubungan Ragam Media Penyampaian Pesan dan Efektivitas Komunikasi


Pemasaran menurut Tingkatan Konatif
Bahasan berikut mengenai keterkaitan antara banyaknya ragam media
penyampaian pesan dan tindakan responden (konatif) terhadap Wana Wisata
Curug Tujuh Cilember. Tindakan yang dimaksud mencakup keinginan responden
berkunjung kembali ke Wana Wisata Curug Tujuh Cilember, keinginan memakai
paket wisata, dan mengajak keluarga atau kerabat berkunjung ke Wana Wisata
Curug Tujuh Cilember.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ragam media penyampaian pesan yang
rendah mayoritas dimiliki oleh responden dengan tingkat konatif efektivitas
komunikasi pemasaran sedang, yaitu sebesar 67.44%, sedangkan responden
dengan tingkat konatif rendah hanya sebesar 9.30% dan tingkat konatif tinggi
sebesar 23.26%. Ragam media penyampaian sedang mayoritas dimiliki oleh
responden dengan tingkat konatif sedang sebesar 74.47%. Begitu juga dengan
ragam media penyampaian pesan tinggi, 80% responden memiliki tingkat konatif
efektivitas komunikasi pemasaran sedang.

66
Tabel 20 Hubungan antara ragam media penyampaian pesan dan efektivitas
komunikasi pemasaran tingkatan konatif
Efektivitas
Komunikasi
Pemasararan
(Konatif)
Rendah
Sedang
Tinggi
Total

Ragam Media Penyampaian Pesan


Rendah
Sedang
Tinggi

4
29
10
43

9.30
67.44
23.26
100.00

1
35
11
47

2.13
74.47
23.40
100.00

0
8
2
10

0.00
80.00
20.00
100.00

Uji Rank Spearman: Nilai Koefisien Korelasi = 0.053, Nilai Signifikansi = 0.602

Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa tidak ada keterkaitan antara


banyaknya ragam media penyampaian pesan dan tingkat konatif efektivitas
komunikasi pemasaran. Hal ini diperkuat dengan hasil uji korelasi Rank
Spearman. Berdasarkan uji korelasi Rank Spearman, diperoleh nilai signifikansi
0.602 > 0.1. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis mengenai semakin tinggi
ragam media penyampaian pesan maka semakin tinggi efektivitas komunikasi
pemasaran tingkat konatif tidak dapat diterima. Perhitungan uji statistik Rank
Spearman dapat dilihat pada lampiran 9.

Hubungan Frekuensi Penyampaian Pesan dan Efektivitas Komunikasi


Pemasaran menurut Tingkatan Kognitif
Menurut Morrisan (2010), frekuensi adalah jumlah waktu rata-rata mereka
yang terjangkau memiliki peluang terekspos oleh pesan merek dalam suatu
periode waktu tertentu. Frekuensi penyampaian pesan diartikan sebagai jumlah
(banyaknya) pengulangan informasi mengenai Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember yang diterima oleh responden melalui berbagai media komunikasi
pemasaran. Tabel 21 merupakan hasil tabulasi silang antara frekuensi
penyampaian pesan dan efektivitas komunikasi pemasaran tingkatan kognitif.
Tabel 21 Hubungan antara frekuensi penyampaian pesan dan efektivitas
komunikasi pemasaran tingkatan kognitif
Efektivitas Komunikasi
Pemasararan (Kognitif)
Rendah
Sedang
Tinggi
Total

Frekuensi Penyampaian Pesan


Rendah
Sedang

%
33
38.82
5
33.33
38
44.71
7
46.67
14
16.47
3
20.00
85
100.00
15
100.00

Uji Rank Spearman: Nilai Koefisien Korelasi = 0.045, Nilai Signifikansi = 0.655

Hasil penelitian menunjukkan tidak ada responden yang berada pada


frekuensi penyampaian pesan yang tinggi. Frekuensi penyampaian pesan yang
rendah dimiliki oleh responden dengan tingkat kognitif efektivitas komunikasi
pemasaran yang mayoritas sedang, yaitu sebesar 44.71% dari total 85 responden,

67
sedangkan sisanya berada pada tingkat kognitif rendah sebesar 38.82% dan tinggi
sebesar 16.47%. Sementara itu, frekuensi penyampaian pesan yang sedang
dimiliki oleh responden dengan tingkat kognitif sedang sebesar 46.67%, rendah
sebesar 33.33%, dan tinggi sebesar 20% dari total 15 responden.
Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman, diperoleh nilai signifikansi
0.655 > 0.1. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis mengenai semakin tinggi
frekuensi penyampaian pesan maka semakin tinggi efektivitas komunikasi
pemasaran tingkat kognitif tidak dapat diterima. Artinya, frekuensi penyampaian
pesan tidak memiliki kaitan dengan tingginya pengetahuan responden mengenai
Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Perhitungan uji statistik Rank Spearman
dapat dilihat pada lampiran 9.

Hubungan Frekuensi Penyampaian Pesan dan Efektivitas Komunikasi


Pemasaran menurut Tingkatan Afektif
Pembahasan berikutnya mengenai kaitan antara frekuensi penyampaian
pesan dan efektivitas komunikasi pemasaran menurut tingkatan afektif. Tingkat
afektif mencakup respon pengunjung terhadap Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember setelah menerima pesan mengenai kawasan wisata ini. Respon yang
dimaksud adalah perasaan senang dan puas terhadap Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember.
Hasil tabulasi silang menunjukkan frekuensi penyampaian pesan yang
rendah dari 85 responden dimiliki oleh responden dengan tingkat afektif sedang
sebesar 82.35%, sedangkan sisanya memiliki tingkat afektif rendah sebesar 2.35%
dan tinggi sebesar 15.29%. Sementara itu, frekuensi penyampaian pesan sedang
dari 15 responden dimiliki responden dengan tingkat afektif tinggi sebesar
46.67%, sedangkan sisanya memiliki efektivitas sedang sebesar 40% dan rendah
sebesar 13.33%. Hasil tabulasi silang dapat dilihat pada tabel 22.
Tabel 22 Hubungan antara frekuensi penyampaian pesan dan efektivitas
komunikasi pemasaran tingkatan afektif
Efektivitas Komunikasi
Pemasararan (Afektif)
Rendah
Sedang
Tinggi
Total

Frekuensi Penyampaian Pesan


Rendah
Sedang

%
2
2.35
2
13.33
70
82.35
6
40.00
13
15.29
7
46.67
85
100.00
15
100.00

Uji Rank Spearman: Nilai Koefisien Korelasi = 0.177, Nilai Signifikansi = 0.077

Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara frekuensi


penyampaian pesan dan efektivitas komunikasi pemasaran tingkatan afektif. Hal
ini diperkuat dengan hasil uji korelasi Rank Spearman. Berdasarkan hasil uji
korelasi Rank Spearman, diperoleh nilai signifikansi 0.077 < 0.1. Hal ini
menunjukkan bahwa hipotesis mengenai semakin tinggi frekuensi penyampaian
pesan maka semakin tinggi efektivitas komunikasi pemasaran tingkat afektif dapat
diterima. Artinya, frekuensi penyampaian pesan memiliki kaitan dengan tingginya

68
respon pengunjung terhadap Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Perhitungan uji
statistik Rank Spearman dapat dilihat pada lampiran 9.
Hubungan Frekuensi Penyampaian Pesan dan Efektivitas Komunikasi
Pemasaran menurut Tingkatan Konatif
Pembahasan selanjutnya mengenai keterkaitan antara tingginya frekuensi
penyampaian pesan dan tingkat konatif responden terhadap Wana Wisata Curug
Tujuh Cilember. Tingkat konatif berarti tindakan mencakup keinginan responden
berkunjung kembali ke Wana Wisata Curug Tujuh Cilember, keinginan memakai
paket wisata, dan mengajak keluarga atau kerabat berkunjung ke Wana Wisata
Curug Tujuh Cilember.
Tabel 23 Hubungan antara frekuensi penyampaian pesan dan efektivitas
komunikasi pemasaran tingkatan konatif
Efektivitas Komunikasi
Pemasararan (Konatif)
Rendah
Sedang
Tinggi
Total

Frekuensi Penyampaian Pesan


Rendah
Sedang

%
4
4.71
1
6.67
62
72.94
10
66.67
19
22.35
4
26.67
85
100.00
15
100.00

Uji Rank Spearman: Nilai Koefisien Korelasi = 0.020, Nilai Signifikansi = 0.840

Berdasarkan hasil tabulasi silang pada tabel 23, frekuensi penyampaian


pesan baik rendah dimiliki oleh responden dengan tingkat konatif sedang yaitu
sebesar 72.94% dari total 85 responden. Pada frekuensi penyampaian pesan
rendah, dari 85 responden, 72.94% di antaranya memiliki tingkat konatif sedang,
sedangkan sisanya memiliki tingkat konatif tinggi sebesar 23.35% dan rendah
sebesar 4.71%. Pada frekuensi penyampaian pesan sedang, dari 15 responden,
66.67% di antaranya memiliki tingkat konatif sedang, sementara itu 26.67%
lainnya memiliki tingkat konatif tinggi dan sisanya memiliki tingkat konatif
rendah. Dapat disimpulkan bahwa walaupun responden tidak cukup sering
menerima informasi mengenai Wana Wisata Curug Tujuh Cilember, namun
responden memiliki keinginan yang cukup tinggi untuk berkunjung ke Wana
Wisata Curug Tujuh Cilember.
Uji korelasi Rank Spearman menunjukkan hasil bahwa hipotesis mengenai
semakin tinggi frekuensi penyampaian pesan maka semakin tinggi tingkat konatif
efektivitas komunikasi pemasaran ditolak. Hal tersebut karena nilai signifikansi
sebesar 0.840 > 0.1. Artinya, frekuensi penyampaian pesan tidak memiliki
hubungan dengan tingkat konatif efektivitas komunikasi pemasaran pada Wana
Wisata Curug Tujuh Cilember. Perhitungan uji statistik Rank Spearman dapat
dilihat pada lampiran 9.

69
Hubungan Komunikasi Pemasaran dan Efektivitas Komunikasi Pemasaran
Kotler (2000) dalam Kusumastuti (2009) mengartikan komunikasi
pemasaran sebagai usaha untuk menyampaikan pesan kepada publik, terutama
konsumen sasaran, mengenai keberadaan suatu produk di pasar. Indikator
komunikasi pemasaran dalam penelitian ini adalah kekuatan rancangan pesan,
ragam media penyampaian pesan, dan frekuensi penyampaian pesan yang
diterima pengunjung Wana Wisata Curug Tujuh Cilember.
Dalam penelitian ini, tingkat kognitif, afektif, dan konatif diukur untuk
mengetahui efektivitas komunikasi pemasaran Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember. Menurut Effendy (2000) menyatakan bahwa efektivitas komunikasi
adalah kondisi adanya kesamaan makna terhadap pesan komunikasi ketika hal
tersebut dapat dikatakan efektif jika dapat menimbulkan dampak: (1) kognitif,
yakni meningkatnya pengetahuan komunikan, (2) afektif, yakni perubahan
pandangan komunikan karena hatinya tergerak akibat komunikasi, dan (3) konatif,
yakni perubahan niat, tekad yang cenderung mengarah pada perilaku atau
tindakan yang terjadi pada komunikan. Tabel 24 merupakan nilai signifikansi dari
olah statistik Rank Spearman untuk melihat hubungan antara komunikasi
pemasaran dan efektivitas komunikasi pemasaran.
Tabel 24 Hubungan antara komunikasi pemasaran dan efektivitas komunikasi
pemasaran Wana Wisata Curug Tujuh Cilember
Komunikasi
Pemasaran
Kekuatan Rancangan
Pesan
Ragam
Media
Penyampaian Pesan
Frekuensi
Penyampaian Pesan

Efektivitas Komunikasi Pemasaran


Kognitif
Afektif
Konatif Akumulasi
0.889
0.006**
0.674
0.226
0.028*

0.043*

0.602

0.008

0.655

0.077

0.840

0.213

Keterangan:
* signifikan pada (0.05)
** signifikan pada (0.01)

Berdasarkan hasil tabel 24, indikator komunikasi pemasaran yang secara


akumulasi memiliki pengaruh terhadap efektivitas komunikasi pemasaran yaitu
ragam media penyampaian pesan. Hal tersebut karena berdasaran uji korealasi
Rank Spearman, nilai signifikansi menunjukkan hasil sebesar 0.008 < 0.1.
Kekuatan rancangan pesan berdasarkan uji statistik dinyatakan tidak memiliki
hubungan karena nilai signifikansi sebesar 0.226 > 0.1.
Sementara itu, frekuensi penyampaian pesan menurut uji statistik secara
akumulasi menunjukkan tidak memiliki hubungan dengan efektivitas komunikasi
pemasaran. Hal ini karena nilai signifikansi sebesar 0.213 > 0.1. Dari keseluruhan
hasil, dapat disimpulkan bahwa hanya ragam media penyampaian pesan yang
memiliki hubungan dengan efektivitas komunikasi pemasaran.

STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN DI WANA WISATA


CURUG TUJUH CILEMBER
Analisis SWOT
Wana Wisata Curug Tujuh Cilember merupakan kawasan wisata yang
menonjolkan wisata air terjun dan taman kupu-kupu kepada calon pengunjung.
Terhitung dari bulan Agustus 2011 sampai bulan Agustus 2012, jumlah
pengunjung Wana Wisata Curug Tujuh Cilember mengalami fluktuasi
perbulannya. Promosi dalam kegiatan komunikasi pemasaran merupakan salah
satu strategi yang digunakan pengelola untuk menarik pengunjung sebanyakbanyaknya.
Kesatuan Bisnis Mandiri Jasa Lingkungan dan Produk Lain (KBM JLPL)
Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten memiliki kebijakan mutu yaitu
menjadikan obyek wisata perhutani sebagai tujuan wisata alam unggulan yang
berwawasan lingkungan serta memberikan nilai finansial bagi perusahaan dan
masayarakat secara berkelanjutan. Sasaran mutu yang ditetapkan adalah
meningkatkan Indeks Kepuasan Pelanggan dari 75% pada tahun 2011 menjadi
77% untuk tahun 2012, sehingga tercapai peningkatan jumlah kunjungan sebesar
10%.
Visi yang dimiliki perhutani yaitu menjadikan obyek wisata perhutani
sebagai destinasi unggulan yang berstandar internasional. Visi tersebut dicapai
melalui berbagai misi, yaitu: (1) meningkatkan mutu produk dan mutu pelayanan
melalui pembangunan Sistem Manajemen Perhutani (SMPHT) sebagai acuan
pelaksanaan; (2) menerapkan konsep Customer Relationship Management (CRM)
termasuk Indeks Kepuasan Pelanggan (SCI) sebagai arahan mutu pelayanan prima
dan perbaikan kinerja pemasaran serta hubungan produk dan pelanggan; (3)
mengelola sumberdaya manusia sebagai aset perusahaan dengan prioriotas pada
pengembangan kompetensi sesuai kebutuhan dan arahan bisnis yang dikelola;
serta (4) menjadikan teknologi informasi sebagai pendukung untuk tercapainya
pengembangan bisnis mandiri.
Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) merupakan
suatu alat yang dikembangkan untuk merumuskan strategi pengelola wisata dalam
mempromosikan Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Analisis SWOT
membandingkan antara faktor ekternal peluang (opportunities) dan ancaman
(threats) dengan faktor internal kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses)
(Rangkuti 2009). Faktor strategi internal dan eksternal dirumuskan Wana Wisata
Curug Tujuh Cilember bersama-sama dengan pengelola melalui wawancara,
observasi di lapangan, dan melihat berbagai data yang dimiliki oleh pihak
pengelola seperti data/record mengenai kegiatan promosi yang telah dilakukan,
media promosi yang dimiliki, data jumlah pengunjung, serta daftar travel agent,
hotel, dan restoran Indonesia yang dimiliki pengelola Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember.

71
Analisis Faktor Strategi Internal
Analisis Strengths (Kekuatan)
Analisis Strengths (kekuatan) merupakan analisis faktor-faktor internal
Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Analisis ini lebih mengarah pada kegiatan
promosi yang dilakukan pengelola Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Pihak
pengelola mengikuti forum ekowisata dengan sesama tempat ekowisata lain dan
biro perjalanan. Hal ini untuk mengembangkan promosi melalui word of mouth
networking.
Selain itu, pengelola juga memperkenalkan tempat wisata melalui pameran,
internet, dan roadshow. Pihak pengelola telah berupaya menggunakan berbagai
media dalam mempromosikan kawasan wisata. Pengelola sudah pernah mengikuti
bebagai pameran, misalnya yang diadakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Jawa Barat dan Kabupaten Bogor.
Melalui media internet, Wana Wisata Curug Tujuh Cilember memiliki
website resmi dengan alamat www.curug7cilember.perumperhutani.com,
youtube, facebook, dan blog untuk menarik minat wisatawan, terutama kalangan
muda yang identik melek dengan teknologi internet. Roadshow juga dilakukan ke
sekolah-sekolah dengan menawarkan paket wisata seperti wisata edukasi, outbond,
dan gathering. Sekolah yang sering menggunakan paket wisata edukasi khususnya
sekolah di Bogor salah satunya SD & SMP Regina Pacis Bogor.
Selama ini, Wana Wisata Curug Tujuh Cilember pernah diliput di berbagai
media (majalah, televisi). Media yang pernah meliput antara lain Garuda
Magazine bulan Juni 2009 dengan judul Curug Cilember climbing the seven step
waterfalls. Selain itu, majalah KRONIK Bogor juga pernah meliput pada edisi
Maret 2009 dengan judul Nikmati panorama curug cilember. Majalah POTRET
Indonesia edisi Maret 2011 juga menampilkan curug cilember dengan judul
Sentuhan dan Inovasi Perhutani Mampu percantik wisata Bogor.
Berbagai media elektronik yang juga pernah melakukan liputan, di
antaranya SCTV melalui program Liputan 6 Usaha Anda yang menceritakan
mengenai wisata edukasi kupu-kupu di wana wisata Curug Cilember dan Liputan
6 Jalan-jalan Menikmati Panorama Curug Cilember, Indosiar melalui Kupukupu Curug Cilember, Metro TV melalui Jalan-jalan Asyik, Global TV
melalui program HOT SPOT, Trans TV melalui program ngulik, dan Urban
KTV melalui program URBAN. Wana Wisata Curug Tujuh Cilember juga
pernah dijadikan lokasi syuting MNC TV melalui program sinema keluarga
berjudul Legenda Curug 7 Cilember.
Pengelola juga memiliki jaringan dengan biro perjalanan wisata dan institusi
pendidikan serta swasta. Pengelola terus mempertahankan pengunjung yang setia
memakai paket wisata yang ada di tempat wisata. Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember memiliki kartu kerjasama (partnership card). Siapapun bisa memiliki
kartu tersebut, baik biro perjalanan maupun peorangan. Pengunjung yang
memegang partnership card mendapat potongan tiket masuk sebesar 30%.
Pengelola Wana Wisata Curug Tujuh Cilember menggunakan sistem email dan
telepon untuk pemesanan berbagai paket wisata. Pengelola melayani pengunjung
yang tidak dapat datang langsung untuk melihat lokasi wisata tapi memiliki
ketertarikan menggunakan paket wisata melalui email dan telepon.

72
Kekuatan (Strengths)
S1. Pihak pengelola mengikuti forum ekowisata dengan sesama tempat
ekowisata lain dan biro perjalanan.
S2. Memperkenalkan tempat wisata melalui pameran, internet, dan
roadshow.
S3. Wana wisata curug cilember pernah diliput di berbagai media
(majalah, televisi, radio).
S4. Memiliki jaringan dengan biro perjalanan wisata dan institusi
pendidikan serta perusahaan swasta.
S5. Pemberian diskon melalui partnership card.
S6. Menggunakan sistem email dan telepon untuk pemesanan berbagai
paket wisata.
Analisis Weaknesses (Kelemahan)
Analisis mengenai aspek kelemahan merupakan analisis faktor-faktor
kelemahan internal Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Kelemahan utama
menurut pengelola yaitu minimnya anggaran dana yang disediakan untuk kegiatan
promosi. Menurut penuturan pengelola wisata, Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM)
perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten kurang memperhatikan kegiatan
promosi. Pusat perhatian hanya kepada target pemasukan dari tiket wisata.
Pengelola tidak dapat mengembangkan kegiatan promosi tanpa persetujuan dari
KBM perhutani dan anggaran dana yang diberikan tidak terlalu besar.
Wana Wisata Curug Tujuh Cilember kurang memiliki identity media (alat
tulis, merchandise identity). Ketika melakukan kunjungan seperti roadshow atau
melakukan pertemuan di berbagai forum, pengelola tidak dapat memberikan
kenang-kenangan berupa identity media tersebut. Identity media berguna sebagai
publisitas Wana Wisata Curug Tujuh Cilember.
Selain itu, website resmi Wana Wisata Curug Tujuh Cilember di bawah
perhutani dan dikelola oleh satu orang, yaitu bagian administrasi Wana Wisata
Curug Tujuh Cilember. Bagian administrasi ini mengurus semua bagian mulai
dari administrasi, website, youtube, facebook, dan blog. Akibatnya, website resmi
wana wisata kurang diperbaharui dengan kondisi terbaru yang ada. Paket wisata
yang terdapat di situs resmi tersebut masih paket wisata terdahulu yang sudah
tidak dipakai lagi. Komunikasi interaktif berupa live chat antara pengelola situs
dan pengunjungnya juga tidak terdapat di situs resmi. Informasi-informasi yang
ditampilkan seperti kondisi jalan dan bagaimana akses menuju lokasi wisata
(kendaraan pribadi atau umum), paket wisata, harga fasilitas masih kurang
ditampilkan. Padahal, dari segi tampilan, warna dan design website tersebut
menarik.
Sumber daya manusia (kualitas dan kuantitas) pengelola terutama di bidang
promosi masih minim. Jumlah pengelola di wana wisata berjumlah 12 orang.
Masing-masing bertugas di berbagai bidang. Artinya, tidak hanya bidang yang
ditugaskan yang menjadi tanggung jawab, melainkan pengelola harus bisa
melayani pengunjung apapun jabatan mereka. Kualitas sumber daya yang minim
dilatarbelakangi dengan pendidikan pengelola yang bukan berasal dari pariwisata,
melainkan dari kehutanan, sehingga pengelola hanya belajar sedikit mengenai
wisata, termasuk promosi wisata. Kuantitas sumber daya juga menjadi kendala.
Sedikitnya jumlah pengelola mengakibatkan kesulitan dalam melakukan kegiatan
promosi ke luar, seperti sales visit ke sekolah-sekolah sesering mungkin.

73
Informasi/sistem informasi tentang Wana Wisata Curug Tujuh Cilember
terutama paket wisata masih kurang. Tidak ada papan informasi mengenai paket
wisata yang disediakan pengelola. Pengunjung harus ke kantor pemasaran untuk
mengetahui paket wisata yang disediakan. Selain itu, ruang informasi untuk
pengunjung menyatu dengan tempat penjualan tiket, sehingga fungsi dari ruang
informasi pun menjadi kurang digunakan.
Penempatan billboard, brosur, dan banner di berbagai lokasi strategis masih
kurang. Billboard yang dimiliki pengelola hanya dua buah. Billboard ditempatkan
di ruas jalan puncak beberapa meter sebelum jalan masuk menuju lokasi wisata
dan di persimpangan jalan masuk lokasi wisata. Brosur ditempatkan di dalam
kantor pemasaran wisata, ketika pengunjung jarang memasuki kantor tersebut,
kecuali pengunjung yang ingin menggunakan paket wisata seperti gathering dan
outbond. Brosur juga ditempatkan di Tourism Information Center di rest area
ciawi, di kantor KBM perhutani, dan dibawa jika ada pameran saja. Banner
ditempatkan di Tourism Information Center Kabupaten Bogor dan dibawa saat
ikut pameran. Lokasi-lokasi tersebut dirasa kurang strategis untuk dipaparkan ke
pengunjung potensial.
Kelemahan (Weaknesses)
W1. Anggaran dana untuk promosi kurang memadai.
W2. Kurangnya identity media (alat tulis, merchandise identity WWCC).
W3. Website resmi WWCC kurang diperbaharui.
W4. Kualitas dan kuantitas SDM pengelola WWCC terutama di bidang
promosi masih minim.
W5. Minimnya informasi tentang WWCC terutama paket wisata.
W6. Kurangnya penempatan billboard, brosur, dan banner di berbagai
lokasi strategis.

Analisis Faktor Strategi Eksternal


Analisis Peluang (Opportunities)
Analisis mengenai aspek peluang merupakan analisis faktor-faktor peluang
eksternal Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Pengelola Wana Wisata Curug
Tujuh Cilember memiliki kesempatan kerja sama dengan biro perjalanan, hotel,
restoran, instansi profit dan instansi nonprofit. Dengan berbagai forum ekowisata
yang diikuti, pengelola memperluas jaringan mereka agar menarik calon
pengunjung potensial untuk memakai paket wisata yang ditawarkan. Selain itu,
dengan mengikuti berbagai forum ekowisata, pengelola dapat menerapkan Word
of Mouth (WOM) networking dengan berbagai peserta forum ekowisata.
World Tourism Organization (WTO) menyatakan bahwa terdapat
kecenderungan semakin besarnya minat dan preferensi masyarakat baik global,
regional, maupun nasional untuk dapat mengkonsumsi barang dan jasa yang
bersifat alami (DBA 1998). Dewasa ini minat pengunjung terhadap wisata alam
tinggi. Hal ini menjadi peluang bagi pengelola wisata karena Wana Wisata Curug
Tujuh Cilember mengutamakan keseimbangan lingkungan dan masih menjaga
kealamian tempat wisata.
Maraknya penggunaan media internet seperti media sosial facebook dan
twitter dapat menjadi peluang bagi pengelola untuk menarik minat pengunjung,

74
terutama kalangan muda yang mayoritas menggunakan media sosial sebagai trend
komunikasi dan mencari informasi. Perkembangan teknologi seperti internet dapat
mendukung kegiatan promosi. Jaringan internet yang tersedia di kantor pengelola
tersedia dalam kondisi bagus. Sistem wi-fi juga terdapat di beberapa titik area
wisata, seperti di tempat perkemahan dan pondokan.
Pengelola wisata juga dapat mengadakan kerja sama dengan masyarakat di
sekitar kawasan wisata. Besarnya dukungan yang diberikan masyarakat kepada
wana wisata dapat dijadikan peluang untuk meningkatkan kerja sama, baik dalam
bentuk kios wisata maupun bentuk lain yang dapat menarik pengunjung.
Kerjasama juga dapat meningkatkan ekonomi penduduk lokal. Lokasi wana
wisata yang berada di kawasan wisatawan puncak dapat berpeluang menarik
wisatawan, terutama wisatawan timur tengah. Penelitian menunjukkan bahwa
potensi jumlah pengunjung timur tengah besar, terutama pada hari biasa dan hari
sabtu.
Peluang (Opportunities)
O1. Adanya kesempatan kerja sama dengan biro perjalanan, hotel, restoran,
instansi profit dan non profit.
O2. Minat pengunjung terhadap wisata alam tinggi.
O3. Perkembangan teknologi seperti internet untuk mendukung kegiatan
promosi.
O4. Perhutani, Disbudpar Bogor dan Jawa Barat mendukung promosi
WWCC dalam pameran wisata dan website resmi.
O5. Masyarakat lokal mendukung keberadaan wana wisata.
O6. Potensi wisatawan tinggi terutama wisatawan Timur Tengah.
Analisis Threaths (Ancaman)
Analisis mengenai aspek ancaman merupakan analisis faktor-faktor
ancaman dari lingkungan eksternal Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. Penataan
lingkungan di sekitar kawasan wisata kurang tertib. Banyaknya vila-vila yang
dibangun menjadi faktor keseimbangan lingkungan kurang terjaga. Namun, vilavila yang dibangun tersebut bukan berada di bawah tanggung jawab pengelola
wisata, namun di bawah tanggung jawab pemerintah desa.
Selain itu, kios-kios di area wisata kurang tertata rapi, sehingga mengurangi
keindahan alam yang ada di lokasi wisata. Terdapat masalah tenurial mengenai
penempatan kios-kios di area wisata. Berdasarkan hasil wawancara dengan Duty
Manager WWCC pada tanggal 9 Desember 2012, pihak pengelola sudah berusaha
mencari pemecahan masalah tenurial tersebut dengan memanggil pihak Badan
Pertanahan Nasional (BPN), namun menurut pengakuan pengelola, pihak BPN
tidak datang memenuhi panggilan pengelola wisata.
Anggaran dana promosi wana wisata diatur langsung oleh pusat, yaitu oleh
KBM perhutani. Semuanya tergantung kepada keputusan pusat. Akibatnya,
pengelola tidak dapat mengatur sendiri media promosi dan kegiatan promosi yang
akan dijalankan. Hal ini menjadi kendala besar jika pengelola ingin
mengembangkan kegiatan promosi untuk menarik pengunjung sebanyakbanyaknya.
Kondisi jalan yang kurang bagus, jauh, dan akses jalan yang susah menuju
lokasi wisata membuat wisatawan kesulitan menjangkau lokasi wisata, terutama
wisatawan yang tidak membawa kendaraan pribadi dan wisatawan dalam

75
rombongan besar yang menggunakan bus besar. Kecenderungan wisatawan untuk
berpaling ke objek wisata lain yang lebih populer dan mudah dijangkau, seperti
obyek wisata Taman Matahari yang lokasinya bisa dijangkau oleh kendaraan bus
besar. Keberadaan wisata alam sejenis di dekat Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember juga menjadi ancaman bagi kawasan wisata ini, seperti vila-vila yang
juga menawarkan perkemahan dan keindahan alam berupa sawah dan pegunungan.
Tingkat pendidikan masyarakat lokal masih rendah. Mayoritas penduduk
Desa Jogjogan merupakan lulusan sekolah dasar. Hal tersebut membuat pengelola
sulit merekrut warga menjadi pengelola, padahal pihak pengelola sendiri minim
sumber daya manusia. Masyarakat lokal hanya menjadi pemilik kios, pemandu
wisata, penjaga parkir, musholla, flying fox, dan penjaga toilet.
Pencurian dan perusakan vegetasi oleh pengunjung atau masyarakat berupa
tumbuh-tumbuhan yang dipelihara oleh pengelola juga dapat merusak kealamian
dari tempat wisata tersebut. Walaupun jarang terjadi, vegetasi yang berkurang
atau rusak bisa mengurangi nilai tambah dari keindahan alam Wana Wisata Curug
Tujuh Cilember.
Ancaman (Threats)
T1. Penataan lingkungan di sekitar kawasan wisata kurang tertib.
T2. KBM perhutani mengatur langsung anggaran dana promosi.
T3. Kecenderungan wisatawan untuk berpaling ke objek wisata lain yang
lebih populer dan mudah dijangkau.
T4. Keberadaan wisata alam sejenis di dekat WWCC.
T5. Tingkat pendidikan masyarakat lokal masih rendah.
T6. Pencurian vegetasi oleh pengunjung atau masyarakat.

76
Susunan Formulasi Strategi
Berdasarkan matriks Faktor Strategi Internal (IFAS), analisis kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki Wana Wisata Curug Tujuh Cilember dalam kegiatan
promosi sebagai berikut.
Tabel 25 Matriks IFE Curug Tujuh Cilember
Rating

Skor
Bobot

0.113636

0.323232

0.080808081

0.323232

0.075757576

0.303030

0.080808081

0.242424

0.088383838

0.353535

0.118686869

0.474747

0.050505051

0.050505

0.090909091

0.363636

0.113636364

0.454545

0.090909091

0.363636

Kurangnya penempatan billboard, brosur,


0.090909091
dan banner di berbagai lokasi strategis

0.272727

42

3.638889

Faktor-faktor Internal Utama

Bobot

Kekuatan
Pihak pengelola mengikuti forum
ekowisata dengan sesama tempat 0.037878788
ekowisata lain dan biro perjalanan
Memperkenalkan tempat wisata melalui
0.080808081
pameran, internet, dan roadshow
Wana Wisata Curug Cilember pernah
diliput di berbagai media
Memiliki jaringan dengan biro perjalanan
wisata dan institusi pendidikan serta
perusahaan swasta
Pemberian diskon melalui partnership
card
Menggunakan sistem email dan telepon
untuk pemesanan paket wisata
Kelemahan
Anggaran dana untuk promosi kurang
memadai
Kurangnya identity media (alat tulis,
merchandise identity WWCC)
Website
resmi
WWCC
kurang
diperbaharui
Kualitas dan kuantitas SDM pengelola
WWCC terutama di bidang promosi
masih minim
Minimnya informasi tentang WWCC
terutama paket wisata

1
Total
Keterangan: Rating kekuatan dan kelemahan
1 = sangat lemah
3 = cukup kuat
2 = tidak begitu lemah
4 = sangat kuat

77
Tabel 26 Matriks EFE Curug Tujuh Cilember
Faktor-faktor Eksternal Utama
Peluang
Adanya kesempatan kerja sama
dengan biro perjalanan, hotel,
restoran, instansi profit dan non
profit
Minat pengunjung terhadap wisata
alam tinggi
Perkembangan teknologi seperti
internet untuk mendukung kegiatan
promosi
Perhutani, Disbudpar Bogor dan
Jawa Barat mendukung promosi
WWCC dalam pameran wisata dan
website resmi
Masyarakat
lokal
mendukung
keberadaan wana wisata

Bobot

Rating

Skor Bobot

0.037878788

0.151515

0.080808081

0.323232

0.080808081

0.323232

0.075757576

0.303030

0.080808081

0.323232

0.088383838

0.353535

0.068181818

0.204545

KBM perhutani mengatur langsung


anggaran dana promosi

0.133838384

0.535354

Kecenderungan wisatawan untuk


berpaling ke objek wisata lain yang
lebih populer dan mudah dijangkau

0.065656566

0.131313

Keberadaan wisata alam sejenis di


dekat WWCC

0.058080808

0.058081

Tingkat pendidikan masyarakat lokal


masih rendah

0.095959596

0.287879

0.027777778

0.027778

38

3.022727

Potensi wisatawan tinggi terutama


wisatawan Timur Tengah
Ancaman
Penataan lingkungan di sekitar
kawasan wisata kurang tertib

Pencurian vegetasi oleh pengunjung


atau masyarakat
Total
Keterangan:
Rating Peluang
1 = respon di bawah rata-rata
2 = respon rata-rata
Rating Ancaman
1 = ancaman lemah
2 = ancaman rata-rata

3 = respon di atas rata-rata


4 = respon sangat bagus
3 = ancaman di atas rata-rata
4 = ancaman kuat.

78
Dari hasil perhitungan, didapat selisih total skor faktor strategi internal (x) sebesar
- 0.32. Selisih total skor faktor strategi eksternal (y) sebesar 0.53.
Peluang (O)

0.53
Kelemahan (W)

Kekuatan (S)
-0.32

Ancaman (W)
Gambar 23 Positioning kuadran SWOT Curug Tujuh Cilember
Posisi pengelola Wana Wisata Curug Tujuh Cilember pada gambar 23
berada pada kuadran III. Pada posisi ini, pengelola Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember menghadapi peluang pasar yang cukup besar, tetapi di lain pihak,
pengelola menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Rekomendasi
strategi yang diberikan adalah ubah strategi. Artinya, pengelola Wana Wisata
Curug Tujuh Cilember disarankan untuk mengubah strategi promosi sebelumnya.
Hal tersebut beralasan bahwa strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat
menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja pengelola wisata.

Pemilihan Alternatif Strategi dengan Matrik SWOT


Strategi Komunikasi Pemasaran Strengths-Opportunities (S-O)
Strategi S-O merupakan fomulasi strategi komunikasi pemasaran yang
menggunakan kelebihan yang dimiliki Wana Wisata Curug Tujuh Cilember
(WWCC) dan memanfaatkan peluang yang datang dari eksternal WWCC.
Terdapat beberapa alternatif formulasi strategi yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Upaya Kerjasama Promosi Dengan Pihak Lain
Area Wana Wisata Curug Tujuh Cilember yang berada di kawasan
Puncak Bogor Jawa Barat berdekatan dengan Jakarta sebagai ibukota.
Forum ekowisata yang diikuti oleh pihak pengelola tidak hanya untuk
menjalin kerjasama, namun juga untuk pengunjung yang biasa mencari
tempat hiburan yang lebih dekat melalui instansi tersebut. Kerjasama
dengan hotel dan tour travel besar akan lebih mudah mengingat akses
hubungan yang cukup dekat. Oleh karena itu hal ini akan sangat membantu
dalam hal promosi ekowisata Wana Wisata Curug Tujuh Cilember.
Kerjasama promosi dengan instansi pendidikan juga dapat dilakukan
lebih optimal. Wana Wisata Curug Tujuh Cilember yang memiliki konsep
wisata alam ilmiah dapat menjual paket edukasi dengan berbagai instansi

79
pendidikan. Instansi pendidikan yang dijadikan sasaran tidak hanya fokus di
Bogor dan sekitarnya, melainkan meluas sampai tingkat provinsi, bahkan
luar negeri.
2. Promosi dan Pengembangan Paket Wisata Alam
Tingginya minat pengunjung terhadap wisata alam menjadi peluang
bagi pengelola Curug Tujuh Cilember untuk mengembangkan paket wisata
alam. Salah satu paket wisata alam yang dapat dikembangkan adalah Baby
Tree Adoption. Paket Baby Tree Adoption merupakan paket wisata dimana
pengunjung yang datang ke kawasan wisata dapat menanam sendiri bibit
pohon di kawasan wisata tersebut. Hal ini sekaligus dapat menarik
pengunjung untuk terus mengunjungi kembali kawasan wisata untuk
melihat pohon yang mereka adopsi. Pemeliharaan pohon yang ditanam
pengunjung dapat bekerja sama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) seperti Word Wild Foundation (WWF) dan masyarakat sekitar
kawasan wisata. Paket wisata ini juga dapat mendukung kelestarian
lingkungan.
Promosi mengenai paket wisata Baby Tree Adoption dapat
diperkenalkan melalui berbagai kegiatan promosi yang dilakukan pengelola,
seperti pameran dan roadshow. Selain itu, pengelola juga dapat
memperkenalkan melalui website resmi Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember maupun website resmi pemerintah dan dinas pariwisata.
3. Promosi Wisata Alam Melalui Penggunaan Media Sosial
Perkembangan teknologi seperti internet dapat mendukung kegiatan
promosi kawasan wisata. Penggunaan media sosial dapat menjadi salah satu
cara pengelola untuk lebih memperkenalkan wisata alam, terutama kepada
pengunjung potensial. Sasaran pengunjung potensial mayoritas khalayak
yang melek dengan penggunaan internet dan media sosial, yaitu anak muda.
Wisatawan luar negeri terutama Timur Tengah juga menjadi khalayak
sasaran promosi melalui internet..
Terlebih lagi, akses internet di kantor pengelola wisata terbilang
mudah. Pengelola dapat memanfaatkan media sosial seperti media facebook,
youtube, twitter, instagram, mindtalk, dan line. Penggunaan media sosial
juga dapat menjadi cara pengelola mengenai kampanye pelestarian
lingkungan dan pemberian informasi mengenai berbagai paket wisata yang
tersedia.
Strategi Komunikasi Pemasaran Weaknesses-Opportunities (W-O)
Strategi W-O merupakan formulasi strategi komunikasi pemasaran yang
menggunakan kelemahan yang dimiliki Wana Wisata Curug Tujuh Cilember dan
memanfaatkan peluang yang datang dari eksternal WWCC. Terdapat beberapa
alternatif formulasi strategi yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Pemanfaatan media internet sebagai penerapan green marketing
communication
Anggaran dana untuk promosi yang kurang memadai menyebabkan
pengelola wana wisata terbatas ruang geraknya untuk melaksanakan
kegiatan promosi seperti roadshow maupun membuat lebih banyak lagi
media cetak dan media luar ruang. Selain itu, kurangnya penempatan
billboard, brosur, dan banner di berbagai lokasi strategis menyebabkan
minimnya informasi yang dipaparkan terutama mengenai paket wisata.

80
Pemanfaatan teknologi yang berkembang seperti internet dapat
menjadi cara untuk memanfaatkan peluang yang ada walaupun dana yang
tersedia kurang memadai. Penggunaan internet juga menjadi salah satu cara
untuk menerapkan konsep green marketing communication. Konsep ini
dapat diterapkan dan lebih mendukung image wana wisata yang
mengedepankan kelestarian lingkungan dengan pesona alam yang dimiliki.
2. Upaya peningkatan kualitas SDM dengan pelatihan tentang promosi
Kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia (SDM) pengelola Wana
Wisata Curug Tujuh Cilember terutama di bidang promosi masih minim.
Pelatihan mengenai upaya promosi terutama melalui internet diperlukan
agar kegiatan promosi dapat berjalan dengan optimal.
Pengelola juga dapat diberikan pelatihan mengenai pembuatan modul
tanaman dan hewan konservasi yang ada di Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember. Modul ini dapat dijadikan sarana pembelajaran bagi pengunjung
yang menggunakan wisata edukasi. Pembuatan modul ini dapat bekerja
sama dengan institusi pendidikan.
Selain itu, tingginya jumlah wisatawan asing terutama wisatawan
Timur Tengah dapat menjadi peluang bagi pengelola untuk meningkatkan
penggunaan bahasa termasuk bahasa Arab. Selain pengelola, masyarakat
yang bekerja di kawasan wisata dapat juga diberikan pelatihan bahasa agar
komunikasi dengan pengunjung dapat berjalan dengan lancar.
3. Pemasangan Informasi Paket Wisata di Tempat dan Media Potensial
Penempatan media promosi yang kurang strategis dapat menjadi
penyebab minimnya informasi mengenai kawasan wisata terutama paket
wisata. Selain itu, website resmi WWCC yang kurang diperbaharui juga
dapat menjadi perhatian pengelola untuk lebih memperbaiki sistem
informasi yang ada.
Penyebaran informasi mengenai kawasan wisata dapat dilaksanakan
oleh pengelola melalui jaringan-jaringan seperti hotel, restoran, biro wisata,
dan institusi pendidikan yang dimiliki. Jaringan-jaringan tersebut dapat
menjadi tempat strategis untuk menggapai khalayak lebih luas untuk
penyebaran informasi mengenai wisata alam yang dimiliki WWCC.
Brosur dan banner WWCC dapat ditempatkan di lokasi yang lebih
strategis lagi. Selama ini pengelola menempatkan brosur di Tourism
Information Center Kabupaten Bogor, pengelola bisa mencoba
menempatkan brosur di Tourism Information Center yang ada di Stasiun
Bogor maupun di Bandara Soekarno Hatta. Hal tersebut karena pergerakan
orang-orang, baik pekerja, wisatawan, maupun pebisnis lebih banyak
melalui dua pintu masuk tersebut, yaitu stasiun dan bandara.
Strategi Komunikasi Pemasaran Strenghts-Threats (S-T)
Strategi ST adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki
perusahaan untuk mengatasi ancaman. Beberapa alternatif strategi S-T yang
dirumuskan yaitu:
1. Pengunggulan Brand Image Tujuh Air Terjun dan Taman Konservasi Kupukupu
Wisata alam sejenis seperti perkemahan bermunculan di sekitar
kawasan wisata Curug Tujuh Cilember. Hal ini dapat menjadi ancaman bagi
pengelola kawasan wisata. Pengelola kawasan wisata dapat terus

81
mempromosikan kawasan wisata dengan menonjolkan wisata alam Air
Terjun dan Taman Konservasi Kupu-kupu. Hal ini dapat menjadi ciri khas
tersendiri bagi kawasan wisata Curug Tujuh Cilember.
Pengunggulan brand image ini dapat menggunakan berbagai media
promosi yang tersedia. Dengan memiliki ciri khas tersendiri, pengunjung
akan lebih cepat mengingat Curug Tujuh Cilember dibanding wana wisata
lain yang sejenis. Pihak pengelola juga mengatakan Curug Tujuh Cilember
memang memiliki ciri khas yang kuat sebagai wisata yang lebih
mengutamakan keseimbangan dan kelestarian lingkungan.
2. Melakukan Diskusi Bersama Masyarakat, LSM, Instansi Mengenai
Kelestarian Lingkungan Wisata
Pencurian dan perusakan vegetasi oleh pengunjung atau masyarakat
berupa tumbuh-tumbuhan yang dipelihara oleh pengelola juga dapat
merusak kealamian dari tempat wisata tersebut. Walaupun jarang terjadi,
vegetasi yang berkurang atau rusak bisa mengurangi nilai tambah dari
keindahan alam Wana Wisata Curug Tujuh Cilember.
Dengan berbagai jaringan yang dimiliki, pengelola dapat bekerja sama
dengan LSM dan instansi pendidikan untuk melakukan diskusi bersama
masyarakat. Diskusi mengenai pentingnya menjaga keseimbangan dan
kelestarian lingkungan dibutuhkan agar baik pengelola maupun masyarakat
dapat bersama-sama menjaga kawasan wisata Curug Tujuh Cilember.
Strategi Komunikasi Pemasaran Weaknesses-Threats (W-T)
Strategi WT didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha
meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Beberapa alternatif
strategi W-T yang dirumuskan yaitu

1. Upaya Pemberian Informasi Mengenai Paket Wisata Unggulan dan Akses


Menuju Lokasi Wisata Saat Promosi
Minimnya informasi mengenai kawasan wisata Curug Tujuh Cilember
dapat menjadi ancaman bagi pengelola. Hal ini karena pengunjung dapat
berpaling ke kawasan wisata lain yang lebih popular dan mudah dijangkau.
Berikut penuturan pihak pengelola:
Untuk wisata alam sejenis seperti air terjun, justru Wana
Wisata Curug Tujuh Cilember lebih mudah dijangkau. Yang
menjadi kendala adalah akses dan kondisi jalan yang
sempit
Untuk itu, dalam setiap kegiatan promosi, pengelola berusaha
menjelaskan selengkapnya mengenai kawasan wisata, termasuk akses dan
kondisi jalan menuju lokasi wisata. Hal ini dapat menperjelas pengertian
wisatawan, terutama wisatawan potensial yang berminat berkunjung dalam
rombongan besar.

82
Tabel 27 Formulasi strategi komunikasi pemasaran WWCC
Faktor Internal

Faktor Eksternal
Opportunities (Peluang)
Kerja sama dengan biro
perjalanan, hotel, restoran,
instansi (O1)
Minat pengunjung terhadap
wisata alam tinggi (O2)
Perkembangan
teknologi
seperti untuk mendukung
kegiatan promosi (O3)
Perhutani, Disbudpar Bogor
dan Jawa Barat mendukung
promosi WWCC dalam
pameran wisata dan website
resmi (O4)
Kerja
sama
dengan
masyarakat lokal (O5)
Potensi wisatawan tinggi
terutama wisatawan Timur
Tengah (O6)
Threaths (Ancaman)
Penataan lingkungan di
sekitar
kawasan
wisata
kurang tertib (T1)
Anggaran dana promosi
diatur langsung oleh pusat
(T2)
Kecenderungan wisatawan
untuk berpaling ke objek
wisata lain (T3)
Keberadaan wisata alam
sejenis di dekat WWCC (T4)
Tingkat
pendidikan
masyarakat lokal masih
rendah (T5)
Pencurian vegetasi oleh
pengunjung atau masyarakat
(T6)

Strengths (Kekuatan)
Pengelola
mengikuti
forum
ekowisata (S1)
Memperkenalkan tempat wisata
melalui pameran, internet, dan
roadshow (S2)
WWCC diliput di berbagai media
(S3)
Memiliki jaringan dengan biro
perjalanan wisata dan institusi
pendidikan serta perusahaan
swasta (S4)
Pemberian
diskon
melalui
partnership card (S5)
Menggunakan sistem email dan
telepon
untuk
pemesanan
berbagai paket wisata (S6)
Strategi S-O
Upaya kerjasama promosi dengan
pihak lain (S1, S4, O1)
Promosi dan pengembangan paket
wisata alam, misalnya baby tree
adoption (S2, S3, O2, O3, O4,
O5)
Promosi wisata alam melalui
penggunaan sosial media (S2,
O2, O3, O6)

Weaknesses (Kelemahan)
Anggaran dana untuk promosi
kurang memadai (W1)
Kurangnya identity media (W2)
Website resmi WWCC kurang
diperbaharui (W3)
Kualitas dan kuantitas SDM
pengelola WWCC terutama di
bidang promosi masih minim
(W4)
Minimnya informasi tentang
WWCC terutama paket wisata
(W5)
Kurangnya penempatan media
promosi di berbagai lokasi
strategis (W6)

Strategi S-T
Pengunggulan brand image air
terjun dan taman konservasi
kupu-kupu (S2, S3, T3, T4)
Melakukan
diskusi
bersama
masyarakat,
LSM,
instansi
mengenai kelestarian lingkungan
wisata (S1, S4, T1, T5, T6)

Strategi W-T
Upaya
pemberian
info
mengenai paket wisata unggulan
dan akses menuju lokasi wisata
saat promosi (W5, T3, T4)

Strategi W-O
Pemanfaatan media internet
sebagai
penerapan
green
marketing communication (W5,
W6, W3, W1, O3, O4)
Upaya peningkatan kualitas
SDM dengan pelatihan tentang
promosi melalui internet serta
pelatihan bahasa asing terutama
bahasa arab (W4, O3, O5, O6)
Pemasangan informasi paket
wisata di tempat dan media
potensial (W5, W6, W3, O1,
O3, O4)

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Hasil penelitian yang ada ditarik beberapa simpulan sebagai berikut:
1. Tingkat kekuatan rancangan pesan termasuk kategori sedang. Pengunjung
menggunakan ragam media penyampaian pesan yang cukup banyak.
Sebagian besar frekuensi penyampaian pesan yang diterima pengunjung
termasuk kategori rendah. Efektivitas komunikasi pemasaran Wana Wisata
Curug Tujuh Cilember termasuk kategori sedang, artinya komunikasi
pemasaran dinilai cukup efektif memberikan dampak pada aspek kognitif,
afektif, dan konatif pengunjung.
2. Kekuatan rancangan pesan dalam kegiatan komunikasi pemasaran Wana
Wisata Curug Tujuh Cilember tidak berhubungan dengan tingkat kognitif
(pengetahuan) dan tingkat konatif pengunjung wana wisata. Kekuatan
rancangan pesan memiliki hubungan dengan tingkat afektif efektivitas
komunikasi pemasaran. Hal ini berarti semakin kuat rancangan pesan
semakin kuat respon responden terhadap Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember.
Ragam media penyampaian pesan tidak memiliki hubungan dengan tingkat
konatif efektivitas komunikasi pemasaran Curug Tujuh Cilember.
Banyaknya ragam media penyampaian pesan memiliki hubungan dengan
tingkat kognitif dan afektif pengunjung wana wisata.
Sama seperti kekuatan rancangan pesan, frekuensi penyampaian pesan
hanya memiliki hubungan dengan tingkat afektif pengunjung. Hal ini berarti
semakin tinggi frekuensi penyampaian pesan, semakin tinggi respon
responden mengenai wana wisata. Frekuensi penyampaian pesan tidak
memiliki hubungan dengan tingkat kognitif dan tingkat konatif responden.
Hanya ragam media penyampaian pesan yang memiliki hubungan dengan
efektivitas komunikasi pemasaran.
3. Wana Wisata Curug Tujuh Cilember menghadapi peluang yang besar
namun memiliki kelemahan yang besar pula. pengelola Wana Wisata Curug
Tujuh Cilember menghadapi peluang pasar yang cukup besar, tetapi di lain
pihak, pengelola menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal.
Rekomendasi strategi yang diberikan adalah ubah strategi. Artinya,
pengelola Wana Wisata Curug Tujuh Cilember disarankan untuk mengubah
strategi promosi sebelumnya. Hal tersebut beralasan bahwa strategi yang
lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada
sekaligus memperbaiki kinerja organisasi.

Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa hal yang dapat
dijadikan masukan atau saran di antaranya sebagai berikut:
1. Memperbanyak ragam media penyampaian komunikasi pemasaran.
Berdasarkan hasil penelitian, ragam media penyampaian pesan miliki

84

2.

3.

4.

5.

5.

hubungan dengan efektivitas komunikasi pemasaran, yaitu dengan nilai


signifikansi 0.008 yang signifikan pada (0.1).
Menjaring kerja sama yang luas dengan instansi terkait dapat dijadikan
strategi pengelola untuk mengembangkan kegiatan promosi. Dengan kerja
sama tersebut, pengelola dapat lebih optimal mempromosikan kawasan
wisata walaupun dana promosi yang dimiliki kurang memadai. Kerja sama
dapat dilakukan dengan menempatkan media promosi di tempat strategis,
pembuatan modul mengenai tanaman dan hewan konservasi, dan diskusi
bersama.
Penggunaan teknologi seperti internet dapat lebih dimanfaatkan oleh pihak
pengelola. Hal ini karena pengunjung sasaran yaitu anak muda dan
wisatawan asing cenderung melek dengan teknologi. Pemanfaatan media
sosial seperti facebook, twitter, youtube, dan mindtalk dapat dilakukan
pengelola sekaligus sebagai penerapan konsep green marketing
communication.
Pemaparan mengenai informasi seperti paket wisata dibutuhkan oleh
pengunjung. Pengelola dalam setiap kegiatan promosinya perlu
memaparkan paket wisata yang ada maupun paket wisata yang baru
dikembangkan.
Tingginya minat pengunjung terhadap wisata alam menjadi peluang bagi
pengelola Curug Tujuh Cilember untuk mengembangkan paket wisata alam.
Salah satu paket wisata alam yang dapat dikembangkan adalah Baby Tree
Adoption. Paket Baby Tree Adoption merupakan paket wisata dimana
pengunjung yang datang ke kawasan wisata dapat menanam sendiri bibit
pohonn di kawasan wisata tersebut.
Upaya peningkatan kualitas SDM dengan pelatihan tentang promosi
diperlukan terutama di bidang promosi. Peningkatan kualitas dapat
dilakukan dengan pelatihan seperti pemanfaatan internet dan pengelolaan
website untuk kegiatan promosi. Pelatihan mengenai penggunaan bahasa
asing terutama bahasa arab juga diperlukan tidak hanya bagi pengelola, tapi
juga bagi masyarakat yang bekerja di kawasan wisata. Hal tersebut
diharapkan dapat memperlancar komunikasi antara pengelola dan
wisatawan asing.

DAFTAR PUSTAKA
Amir MT. 2005. Dinamika pemasaran jelajahi dan rasakan. Jakarta (ID): Raja
Grafindo Persada. 254 hal.
Arief A, Heri IH, Sri S. 2001. Potensi alam Wana Wisata Tanjung Papuma
Jember Jawa Timur. [Internet]. [diunduh 2012 Okt 01]. Tersedia pada:
http ://www.beritadaerah.com/pp/ potensi % alam %papuma.pdf.
Damanik J, Weber HF. 2006. Perencanaan ekowisata dari teori ke aplikasi.
Yogyakarta (ID): Andi Offset.140 hal.
David FR. 2009. Manajemen strategi konsep buku 1. Edisi ke-12. Jakarta (ID):
Salemba Empat. 561 hal.
[Disbudpar] Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor. 2012. Daftar
nama obyek wisata di Kabupaten Bogor. Bogor (ID): Disbudpar.
[DBA] Direktorat Bina Kawasan Alam. 1998. Buku petunjuk (guide book)
pariwisata alam di hutan lindung, Taman Buru, Suaka Margasatwa. Bogor
(ID): Departemen Kehutanan. Dirjen Pelestarian Hutan dan Pelesteraian
Alam.
[DPP; DJPDW; DKP; WWF ID] Direktorat Produk Pariwisata; Direktorat
Jenderal Pengembangan Destinasi Wisata; Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata; World Wild Foundation-Indonesia. 2009. Prinsip dan kriteria
ekowisata berbasis masyarakat. [Internet]. [diunduh 2012 Maret 01].
Tersedia
pada:
http://awsassets.wwf.or.id/downloads/wwf_indonesia_prinsip_dan_kriteria_
ecotourism_jan_2009.pdf.
Effendy OU. 2003. Ilmu, teori, dan filsafat komunikasi. Bandung (ID): Citra
Aditya Bakti. 422 hal.
Engel JF, Warshaw MR, Kinnear TC. 1991. Promotional strategy seventh.
Managing the marketing communication process. Boston (USA): IRWIN.
741 hal.
Kotler P. 1997. Manajemen pemasaran, analisis, perencanaan, implementasi, dan
kontrol. Jilid ke-2. Edisi ke-7. Teguh H, Rusli AR, penerjemah. Jakarta
(ID): Prenhallindo. Terjemahan dari: Marketing Management. 330 hal.
Kusumastuti YI. 2009. Komunikasi bisnis. Bogor (ID): IPB Press. 200 hal.
Lovelock C, Wright L. 2002. Principles of services marketing and management,
International edition. Upper Slide River New Jersey (USA): Pearson
Education. 436 hal.
Lubis DP. 2009. Pendahuluan. Hubeis AVS, editor. Dasar-dasar komunikasi.
Bogor (ID): Sains KPM IPB Press. 392 hal.
Marknesis. 2009. Pemasaran: Strategi dan teknik. Yogyakarta (ID): Marknesis.
378 hal.
Marpaung H. 2002. Pengetahuan kepariwisataan. Bandung (ID): Alfabeta. 231 hal.
Morrisan. 2010. Periklanan: Komunikasi pemasaran terpadu. Jakarta (ID):
Prenada Media Group. 376 hal.
Mulyana D. 2001. Ilmu komunikasi suatu pengantar. Bandung (ID): Remaja
Rosdakarya Bandung. 410 hal.
Muntasib EKSH, Mardiastuti A, Hermawan R, Siswoyo, Rushayati SB, Haryanto,
Nasyud B, Ginoga LN, Soedibyo. 2000. Identifikasi kebutuhan pelatihan

86
dan pendidikan ekowisata Indonesia. Bogor (ID): Direktorat Wisata Alam
dan Jasa Lingkungan Ditjen Perlindungan dan Konservasi Alam
Departemen Kehutanan dan Perkebunan RI dan Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor.
Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Kesatuan Bisnis Mandiri AEJ
(KBM AEJ) Perum Perhutani. 2011. [Internet]. [diunduh 2012 Nov 15].
Tersedia pada: http://www.unit3.perumperhutani.com
[Perum Perhutani; PPK ITB] Perum Perhutani Unit III Jawa Barat; Pusat
Penelitian Kepariwisataan Institut Teknologi Bandung. 2000. Rencana
induk pengusahaan wana wisata Curug Cilember KPH Bogor. [laporan
akhir]. Bogor (ID): Perum Perhutani dan PPK ITB.
Rakhmat J. 2004. Psikologi komunikasi. Edisi Revisi. Bandung (ID): Remaja
Rosdakarya Bandung. 332 hal.
Rangkuti F. 2009. Analisis SWOT: Teknik membedah kasus bisnis. Jakarta (ID):
Gramedia Pustaka Utama. 188 hal.
Siagian SP. 2008. Manajemen stratejik. Jakarta (ID): Bumi Aksara. 276 hal.
Singarimbun M, Effendi S. 2008. Metode penelitian survei. Jakarta (ID): Pustaka
LPE3S Indonesia. 336 hal.
Sudarto G. 1999. Ekowisata: Wahana pelestarian alam, pengembangan ekonomi
berkelanjutan dan pemberdayaan masyarakat. Bekasi (ID): Yayasan
Kalpataru Bahari. 84 hal.
Sugiyono. 2010. Metode penelitian bisnis. Bandung (ID): Alfabeta. 335 hal
Sumarwan U. 2004. Perilaku konsumen: Teori dan penerapannya dalam
pemasaran. Bogor [ID]: Ghalia Indonesia. 368 hal.
Supriatna J. 2008. Melestarikan alam Indonesia. Jakarta (ID): Yayasan Obor
Indonesia. 482 hal
Tjiptono F. 2008. Strategi pemasaran. Yogyakarta (ID): ANDI OFFSET. 590 hal
Umar, H. 2004. Metode penelitian untuk skripsi dan tesis bisnis. Jakarta (ID):
Raja Grafindo Persada. 337 hal.
[WWCC] Wana Wisata Curug Tujuh Cilember. 2012. Data pengunjung Wana
Wisata Curug Tujuh Cilember tahun 2008 sampai tahun 2012. Bogor (ID):
WWCC.
________. 2012. Jenis kupu-kupu yang ditangkar di Wana Wisata Curug Tujuh
Cilember tahun 2012. Bogor (ID) WWCC.
Wardiyanto, Baiquni M. 2011. Perencanaan pengembangan pariwisata. Bandung
(ID): Lubuk Agung. 134 hal.
Yassiranda 2011. Strategi komunikasi pemasaran kawasan ekowisata berbasis
masyarakat. Kasus taman nasional gunung halimun salak. [skripsi]. Bogor
(ID): Sekolah Pasca Sarjana IPB. 155 hal.
Yoeti OA. 2006. Tours and travel marketing. Cetakan kedua. Jakarta (ID):
Pradnya Paramita. 344 hal.
________. 2008. Ekonomi pariwisata: Introduksi, informasi, dan aplikasi. Jakarta
(ID): Kompas. 292 hal.

87

Lampiran 1 Denah kawasan wana wisata curug cilember dan peta menuju lokasi
Wana Wisata Curug Tujuh Cilember

88

88
Lampiran 2 Struktur organisasi fungsional Curug Cilember

Duty Manager

Divisi
Keamanan dan
Ketertiban

Divisi Tata
Usaha

Pengamanan dan
penertiban objek,
koordinasi keamanan
dan ketertiban
dengan pihak
eksternal: Koramil,
Polsek, Linmas Desa
& IRMAS, PPPK &
evakuasi korban
kecelakaan.

Administrasi
Keuangan, SDM &
umum, teknologi
informasi, mutu
obyek, desain
produk & obyek,
entry data CRM.

Divisi
Penjualan

Penjualan tiket (karcis


tiket masuk, kemping,
taman kupu-kupu),
jungle lodge dan
meeting room,
penjualan paket dan
produk lainnya,
reservasi.

Divisi
Marketing &
PR

Promosi dan
pemasaran produk,
pengembangan
produk, public
relation,
pengembangan
jejaring pasar.

Divisi Tata
Kelola
Objek

Divisi
Tata
Graha

Pengelolaan
sarana dan
prasarana &
fasilitas
objek,
pengelolaan
kebersihan
dan
pertamanan,
pengelolaan
camping
ground,
pengelolaan
taman kupukupu

Pengelolaan,
pemeliharaan
kebersihan
dan
perlengkapan
area jungle
lodge dan
meeting room

89
Lampiran 3. Dokumentasi
3a. Dokumentasi Pameran Wana Wisata Curug Cilember

90
3b. Dokumentasi Periklanan Wana Wisata Curug Cilember
Billboard

Banner

91
3c. Dokumentasi Media Pembelajaran
Brosur

Website

92
Blog

facebook

93
Youtube

Website KBM

Website Kabupaten Bogor

94
Booklet Disbudpat Kabupaten Bogor

95
3d. Dokumentasi Promosi Penjualan
Partnership Card

96
3e. Dokumentasi Kondisi Jalan Menuju Kawasan Wisata

3f. Dokumentasi Sarana dan Prasarana Wana Wisata


Gerbang

97
Tempat Parkir Kendaraan

loket tiket

Kantor Pemasaran

98
Kios Wisata

Toilet

Musholla

99
Penunjuk arah

5g. Dokumentasi Papan Informasi

100
3h. Dokumentasi Objek Wisata
Taman Keluarga

Terapi Ikan

Taman Kupu-kupu

101
Laboratorium Taman Kupu-kupu

Area Kemping

Flying Fox

102
Aula/Meeting Room

Pondok Kayu/Vila

Air Terjun
Curug 1

Curug 2

103
Curug 3

Curug 4

Curug 5

104
Curug 6

Kegiatan Lain

Curug 7

105
Lampiran 4 Jadwal penelitian 2012
Kegiatan
1

Mei
2 3

Juni
2 3

Agustus
4

September
1 2 3 4

2012
Oktober
1 2 3 4

November
1 2 3 4

2013
Desember
01
1 2 3 4 3

Penyusunan
Proposal Skripsi
Kolokium
Perbaikan
Proposal
Pengambilan
Data Lapangan
Pengolahan dan
Analisis Data
Penulisan Draft
Skripsi
Sidang Skripsi
Perbaikan
Laporan
Penelitian

105

106
Lampiran 5. Data responden

WU

25

Bogor

2
3
4

MB
FT
BD

L
L
L

15
15
16

Jakarta
Jakarta
Bekasi

Pendidikan
Terakhir
Perguruan
Tinggi
SMP
SMP
SMP

YT

38

Jakarta

SMA

6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

ST
AN
FN
AJ
RA
AS
AR
MS
EK
IMH
VK
FO
NH
ESY

P
L
P
P
P
P
L
P
P
P
P
P
L
P

21
20
20
21
21
19
21
18
18
20
20
17
18
15

Subang
Karawang
Bogor
Bogor
Bogor
Medan
Bekasi
Bogor
Bogor
Bogor
Bogor
Bogor
Bogor
Bogor

20

DDA

30

Jakarta

21

DD

27

Jakarta

22

SA

30

Jakarta

23

HD

26

Jakarta

SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
Perguruan
Tinggi
Perguruan
Tinggi
Perguruan
Tinggi
Perguruan
Tinggi

24

SP

27

Jakarta

SMA

25

DN

19

Jakarta

SMA

26

YD

24

Jakarta

Perguruan
Tinggi

27

AL

41

Damam,
Saudi
Arabia

Perguruan
Tinggi

28

DN

24

Bogor

SMP

29

ER

20

30

ES

40

Jakarta
Abha, Saudi
Arabia

SMA
Perguruan
Tinggi

No.

Nama P/L

Umur

Asal
(Kota)

Pekerjaan
Pegawai
Swasta
Pelajar
Pelajar
Pelajar
Pegawai
Swasta
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Pelajar
Pegawai
Swasta
Pegawai
Swasta
Pegawai
Swasta
Pegawai
Swasta
Pegawai
Swasta
Pegawai
Swasta
Pegawai
Swasta
Wiraswasta
Pegawai
Swasta
Mahasiswa
Guru

Warga
Negara
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
ARAB
INA
INA
ARAB

107

31

MH

42

32

HS

42

33

AH

30

Riyadh,
Saudi
Arabia
Abha, Saudi
Arabia
Bogor

34

AS

35

Depok

35

MS

43

Depok

36

BD

43

Sukabumi

37

SM

42

Depok

38

DA

33

Depok

39

RH

30

Jakarta

40

AU

50

41

DAR

42

MAW

43
44
45

Perguruan
Tinggi

24

Madina,
Saudi
Arabia
Jakarta

Perguruan
Tinggi
SMA
Perguruan
Tinggi
Perguruan
Tinggi
Perguruan
Tinggi
Perguruan
Tinggi
Perguruan
Tinggi
Perguruan
Tinggi
Madrasah
Aliyah
Tsanawiyah
SMA

21

Jakarta

SMA

RAR
RP
DN

L
L
L

21
23
23

Jakarta
Jakarta
Jakarta

46

UR

43

Bekasi

SMA
SMA
SMA
Perguruan
Tinggi

47

EP

30

Jakarta

SMA

48

EW

49

Jakarta

Perguruan
Tinggi

49

AA

22

Jakarta

SMA

50

FY

22

Jakarta

SMA

51

AP

20

Depok

SMA

52
53

KR
EAP

L
L

19
19

Bogor
Bogor

SMA
SMA

54

JI

25

Bogor

Mahasiswa

55
56
57
58

JK
KA
MP
EW

L
L
L
L

16
15
15
16

Bogor
Bogor
Bogor
Bogor

SMP
SMP
SMP
SMP

Pegawai
Negeri

ARAB

Guru

ARAB

Wiraswasta
Pegawai
Swasta

INA

Wiraswasta

INA

Pegawai
Swasta
Pegawai
Swasta

INA

INA
INA

Wiraswasta

INA

Pegawai
Swasta

INA

Wiraswasta

ARAB

Mahasiswa
Pegawai
Negeri
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Ibu Rumah
Tangga
Pegawai
Swasta
Pegawai
Swasta
Pegawai
Swasta
Pegawai
Swasta
Pegawai
Swasta
Lainnya
Mahasiswa
Pegawai
Swasta
Pelajar
Pelajar
Pelajar
Pelajar

INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA

108
59
60
61
62
63
64
65

KB
AR
HG
AY
MGH
GMB
IC

L
L
L
L
L
L
P

15
16
15
16
15
15
15

Bogor
Bogor
Bogor
Bogor
Bogor
Bogor
Bogor

SMP
SMP
SMP
SMP
SMP
SMP
SMP

66

UD

37

Bogor

Mahasiswa

67
68

RHn
TY

L
L

16
16

Bogor
Bogor

SMP
SMP

69

WS

21

Bogor

SMA

70

NG

57

Bogor

SMP

71

CS

52

Bogor

SMP

72
73
74
75
76
77
78

RE
CAD
IH
NL
DNA
AGS
SO

P
P
P
P
P
P
P

21
21
20
21
20
21
21

Pekanbaru
Bogor
Jakarta
Jember
Bogor
Bogor
Bandung

79

MZZ

25

Bogor

80

SR

21

Cilegon

SMA
SMA
SMA
SMA
Diploma
SMA
SMA
Perguruan
Tinggi
SMA

81

AF

21

Bogor

Diploma

82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92

YR
MA
NA
APR
TRB
MA
GT
HP
ARP
AIP
MRM

L
L
L
P
P
L
P
L
L
P
P

21
21
21
21
21
21
20
21
21
20
20

Bogor
Jakarta
Jakarta
Bogor
Bogor
Bogor
Bogor
Bogor
Bogor
Bogor
Bogor

SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA
SMA

93

SYF

45

Bogor

SMA

94

NG

40

Bogor

SMA

95
96

DS
SS

P
P

21
29

Banyuwangi
Depok

SMA
Perguruan

Pelajar
Pelajar
Pelajar
Pelajar
Pelajar
Pelajar
Pelajar
Pegawai
Swasta
Pelajar
Pelajar
Pegawai
Swasta
Swasta
Ibu Rumah
Tangga
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Lainnya
Mahasiswa
Mahasiswa
Pegawai
Swasta
Mahasiswa
Pegawai
Swasta
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Mahasiswa
Pegawai
Swasta
Pegawai
Swasta
Mahasiswa
Lainnya

INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA
INA

109

97

RAP

21

Bogor

Tinggi
SMA

98

BS

22

Bogor

SMA

99

LM

25

Bogor

100

CL

19

Jakarta

Perguruan
Tinggi
SMA

Mahasiswa
Pegawai
Swasta
Pegawai
Swasta
Mahasiswa

INA
INA
INA
INA

110
Lampiran 6 Paket wisata
Paket Wisata
Keterangan
Gathering/Fun Outbond
Packages
Minimal Pack : 30 Pack
Trip
Harga
: Rp175.000
Fasilitas
: Asuransi, fasilitator, fun games, flying fox,
makan 1 kali, snack 1 kali
Minimal Pack : 30 pack
2 hari 1 malam
: Rp375.000
(akomodasi vila) Harga
Fasilitas
: Asuransi, jungle lodge, extra bed, fasilitator,
fun games, flying fox, makan 3 kali, snack 2
kali
2 hari 1 malam Minimal Pack : 30 pack
Harga
: Rp275.000
(akomodasi
Fasilitas
: Asuransi, tenda dome, fasilitator, fun games,
tenda)
flying fox, makan 3 kali, snack 2 kali
Family
Minimal Pack : 5 pack
Trip
Harga
: Rp100.000
Fasilitas
: Asuransi, kupu-kupu, trekking, flying fox,
makan 1 kali, snack 1 kali
2 hari 1 malam Minimal Pack : 5 pack
: Rp435.000
(akomodasi vila) Harga
Fasilitas
: Asuransi, jungle lodge, kupu-kupu, trekking,
flying fox, makan 3 kali, snack 2 kali
2 hari 1 malam Minimal Pack : 5 pack
Harga
: Rp 260.000
(akomodasi
Fasilitas
: Asuransi, tenda pango, kupu-kupu, trakking,
tenda)
flying fox, makan 3 kali, snack 3 kali
Eco-edu
Minimal Pack : 30 pack
Trip
2 hari 1 malam Minimal Pack : 30 pack
: Rp 350.000
(akomodasi vila) Harga
Fasilitas
: Asuransi, jungle lodge, extra bed, konservasi,
kupu-kupu, trekking, flying fox, makan 3 kali,
snack 2 kali
2 hari 1 malam Minimal Pack : 30 pack
Harga
: Rp 250.000
(akomodasi
Fasilitas
: Asuransi, tenda dome, konservasi, kupu-kupu,
tenda)
trekking, flying fox, makan 3 kali, snack 2
kali
Minimal Pack : 10 pack
Waterfall Rapeling
Harga
: Rp175.000
(extreme impact)
Fasilitas
: Asuransi, fasilitator, makan 1 kali, snack 1
kali

111
Lampiran 7 Hasil olahan data statistik
Hasil korelasi Rank Spearman
Correlations

Spearman's rho

Frekuensi penyampaian

Correlation

pesan

Coefficient

Frekuensi

Efektivitas

penyampaian

komunikasi

pesan

tingkat kognitif
1.000

.045

.655

100

100

Efektivitas komunikasi

Correlation

.045

1.000

tingkat kognitif

Coefficient
.655

100

100

Sig. (2tailed)

Sig. (2tailed)
N

Correlations

Spearman's rho

Frekuensi penyampaian

Correlation

pesan

Coefficient

Frekuensi

Efektivitas

penyampaian

komunikasi

pesan

tingkat afektif
1.000

.177

.077

100

100

Efektivitas komunikasi

Correlation

.177

1.000

tingkat afektif

Coefficient
.077

100

100

Sig. (2tailed)

Sig. (2tailed)
N

112

Correlations

Spearman's rho

Frekuensi penyampaian

Correlation

pesan

Coefficient

Frekuensi

Efektivitas

penyampaian

komunikasi

pesan

tingkat konatif

1.000

.020

.840

100

100

Efektivitas komunikasi

Correlation

.020

1.000

tingkat konatif

Coefficient
Sig. (2-tailed)

.840

100

100

Sig. (2-tailed)

Correlations

Spearman's rho

Frekuensi penyampaian

Correlation

pesan

Coefficient

Frekuensi

Efektivitas

penyampaian

Komunikasi

pesan

Pemasaran

1.000

.126

.213

100

100

Efektivitas Komunikasi

Correlation

.126

1.000

Pemasaran

Coefficient
Sig. (2-tailed)

.213

100

100

Sig. (2-tailed)

113
Correlations

Spearman's rho

Kekuatan rancangan pesan Correlation

Kekuatan

Efektivitas

rancangan

komunikasi tingkat

pesan

kognitif

1.000

.014

.889

100

100

Efektivitas komunikasi

Correlation

.014

1.000

tingkat kognitif

Coefficient
.889

100

100

Coefficient
Sig. (2tailed)

Sig. (2tailed)
N

Correlations

Spearman's rho

Kekuatan rancangan pesan Correlation

Kekuatan

Efektivitas

rancangan

komunikasi tingkat

pesan

afektif

1.000

.274**

.006

100

100

.274**

1.000

.006

100

100

Coefficient
Sig. (2tailed)
N
Efektivitas komunikasi

Correlation

tingkat afektif

Coefficient
Sig. (2tailed)
N

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

114
Correlations

Spearman's rho

Kekuatan rancangan Correlation Coefficient


pesan

Kekuatan

Efektivitas

rancangan

komunikasi

pesan

tingkat konatif

1.000

.043

.674

100

100

.043

1.000

Sig. (2-tailed)

.674

100

100

Sig. (2-tailed)
N

Efektivitas komunikasi Correlation Coefficient


tingkat konatif

Correlations

Spearman's rho

Kekuatan rancangan Correlation Coefficient


pesan

Efektivitas
Komunikasi

Kekuatan

Efektivitas

rancangan

Komunikasi

pesan

Pemasaran

1.000

.122

.226

100

100

Correlation Coefficient

.122

1.000

Sig. (2-tailed)

.226

100

100

Sig. (2-tailed)

Pemasaran

Correlations

Spearman's rho

Ragam media
penyampaian pesan

Correlation Coefficient

Efektivitas

penyampaian

komunikasi

pesan

tingkat kognitif
*

1.000

.220

.028

100

100

.220*

1.000

Sig. (2-tailed)

.028

100

100

Sig. (2-tailed)
N

Efektivitas komunikasi Correlation Coefficient


tingkat kognitif

Ragam media

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

115
Correlations

Spearman's rho

Ragam media

Correlation

penyampaian pesan

Coefficient

Ragam media

Efektivitas

penyampaian

komunikasi

pesan

tingkat afektif
*

1.000

.203

.043

100

100

.203

1.000

Sig. (2-tailed)

.043

100

100

Sig. (2-tailed)
N
Efektivitas komunikasi

Correlation

tingkat afektif

Coefficient

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Correlations

Spearman's rho

Ragam media penyampaian Correlation

Ragam media

Efektivitas

penyampaian

komunikasi

pesan

tingkat konatif

1.000

.053

.602

100

100

Efektivitas komunikasi

Correlation

.053

1.000

tingkat konatif

Coefficient
Sig. (2-tailed)

.602

100

100

pesan

Coefficient
Sig. (2-tailed)

116
Correlations

Spearman's rho

Ragam media
penyampaian

Correlation Coefficient

Ragam media

Efektivitas

penyampaian

Komunikasi

pesan

Pemasaran

1.000

Sig. (2-tailed)

**

.263

.008

100

100

**

1.000

Sig. (2-tailed)

.008

100

100

pesan
N
Efektivitas
Komunikasi

Correlation Coefficient

.263

Pemasaran
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

RIWAYAT HIDUP
Peneliti dilahirkan di Bogor, 9 Septermber 1991. Peneliti merupakan anak
terakhir dari empat bersaudara dari pasangan Muhammad Nasir dan Cicih
Sukaesih. Peneliti adalah lulusan dari Sekolah Menengah Atas Plus Yayasan
Persaudaraan Haji Bogor pada tahun 2006-2009. Setelah lulus dari jenjang
pendidikan SMA, melanjutkan pendidikannya di Institut Pertanian Bogor pada
tahun 2009 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi
Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Selama menuntut ilmu di Institut Pertanian Bogor, peneliti aktif menjadi
anggota departemen Kominfo BEM Tingkat Persiapan Bersama (2009-2010),
bendahara divisi Jurnalistik Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-ilmu
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (HIMASIERA) (2011-2012),
anggota Komunitas Sanggar Juara, anggota jurnalistik HIMASIERA (2012-2013),
dan Young On Top Campus Ambassador IPB (2011)
Peneliti pernah menjadi Asisten Praktikum Dasar-dasar Komunikasi Departemen
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat dan Asisten Komunikasi
Bisnis (2012-2013). Peneliti juga mengikuti beragam kepanitiaan, salah satunya
dipercaya menjadi ketua pelaksana Indonesian-Korean Youth Solution for
Environmental Issues (IKOYSEIS) 2011 bekerja sama dengan Daejayon Korea.
Peneliti berkesempatan menjadi pembicara dalam 2011 Green Campus Global
Forum oleh Daejayon bekerja sama dengan Myongjii University di Korea Selatan.
Sekarang peneliti menjadi bagian dalam Editor Majalah Komunitas Fakultas
Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor.

Você também pode gostar