Você está na página 1de 31

BELAJAR CINTA DARI RAHWANA

Kisah cinta segitiga dalam epos ramayana antara Sinta, Rama dan Rahwana begitu cantik
dan menarik. Banyak di terkandung kisah2 heroik dan romantis di dalamnya.. itulah yang
menuntunku untuk menulisnya disini.
Aku disini tidak akan membahas siapa yg benar siapa yg salah. Atau siapa yg hitam siapa
dan putih. Karena memang tidak ada yg bener2 hitam dan tidak ada yg bner2 putih.
Karena itu urusan cinta, urusan perasaan, kesetiaan, kemunafikan dan pengorbanan yg
bisa menjadikan kehancuran dan kejayaan. Rama yg berwajah tampan berjiwa kesatria
dan Sinta yg berwajah cantik dan setia adalah simbol pasangan ideal dlm kisah cinta
modern. Rama mencinta Sinta begitu juga sebaliknya.
Kisah cinta mereka berdua menjadi terusik ketika seorang raksasa yg bernama Rahwana
si raja alengka yg buruk rupa yg mempunyai 10 muka (dasamuka) menculik Sinta karena
Rahwana tergoda kecantikan wajahnya.
Kisah itu bermula ketika Sinta bersama Rama suaminya dan laksamana adik iparnya
sedang menjalankan pembuangan di hutan. Rama yang seharusnya menggantikan
ayahnya menjadi raja di kerajaan Ayodya terpaksa harus mengembara di hutan setelah
ibu tirinya Kaikeyi mengingatkan janji Dasarata, ayah Rama bahwa yang berhak atas
takhta adalah Barata dan Rama harus dibuang selama lima belas tahun. Di dlam hutan
mereka mendapatkan berbagai godaan. Mereka melawan para raksasa2 yg meganggu
masyarakat di sekitar hutan. Salah satunya adalah seorang raksesi yg bernama Supanaka
adik Rahwana. Sebenernya Supanaka hanya berniat menggoda Rama dan Laksamana
karena tergoda ketampanan mereka. Tapi Rama jenggkel kemudian menebas hidung
Supanaka sampe putus. Kemudian Supanaka melaporkan kepada kakaknya, Rahwana.
Tentu saja Rahwana sngat marah dan tidak terima dgn itu. Dan Rahwana bertekat untuk
membalasnya karena tidak terima ada Orang yg berani merendahkan harga diri
keluarganya dan kerajaan alengkadireja. Kemudian Rahwana berangkat ke hutan
ditemani Marica untuk membalaskan dendam.
Sementara di hutan. Sinta melihat seekor kijang emas dan sinta menyukainya kemudian
Sinta merengek2 menyuruh suaminya untuk menangkapnya. Sbg seorang lelaki Rama
mnuruti kemauan istri tercintanya, Rama mengejar kijang yg sebenarnya adalah jelmaan
Marica anak buah Rahwana tersebut. setelah itu dari kejauhan Sinta mendengar suara
suaminya yg bertiak seakan meminta pertolongan. Sinta khawatir kalo suaminya terjadi
apa2 lalu Sinta menyuruh Laksamana adik suaminya untuk melihatnya. Tapi Laksamana
punya pikiran lain bahwa dia gak yakin itu adalah suara Rama. dan dia jg bimbang kalo
seandainya Sinta di tinggal lalu siapa yg akan menjaga Sinta.. padahal dia sudah di beri
mandat oleh kakaknya untuk menjaga Sinta. Di tengah2 kebimbangan dan kegalauan itu
Sinta justru menuduh Laksamana punya maksud tertentu kepadanya.

Sinta menuduh Laksamana memang sengaja membiarkan


kakaknya yg sedang dlam kecelakaan supaya mati dan Laksamana bisa mendapatkan
Sinta. Laksamana yg merasa sama skali tidak punya maksud sperti itu, mau tidak mau
Laksamana harus menuruti kemauan Sinta dan mengingkari amanah kakaknya. Ketika di
tinggal oleh Laksmana itulah Rahwana menculik Sinta karena Rahwana terpesona dgn
kecantikan Sinta. Rahwana merasa Sinta adalah reinkarnasi dr Dewi widowati seorang
wanita yg dijanjikan oleh Dewa kpd Rahwana. kemudian Rahwana membawanya ke
kerajaan alengka.

Di dlm perjalanan Rahwana di


hadang oleh burung yg bernama Jatayu teman Rama bahkan jatayu berhasil merebut
sinta. Tapi Rahwan punya senjata sakti pemberian dewa siwa menebas Jatayu dgn senjata
itu hingga terluka dan Rahwana berhasil merebut Sinta kembali. Sebelum Jatayu mati dia
memberi tahu Rama dan Laksamana bahwa Sinta diculik oleh Rahwana. Sementara
selama 3 tahun dlam penyekapan Sinta di kerajaan alengka sebenarnya Sinta di
perlakukan dgn sangat baik dan di manjakan oleh Rahwana. Bahkan Rahwana tidak
pernah menyentuhnya. karena Rahwana sangat mencintai Sinta. Walau Rahwana adalah
raja raksasa yg bengis dan kejam tapi dia gk mau melukai Sinta krn dia hanya dendam
kepada suami Sinta. Rahwana sangat menginginkan Sinta untuk jadi istrinya.
Dia selalu datang stiap hari kepada Sinta. Rahwana selalu merayu Sinta dengan kata2
Indah. Rahwana meminta Sinta untuk mau menjadi permaisurinya. Ia slalu minta maaf
karena telah menculiknya. smua itu di lakukan semata mata karena ia mencintainya. Ia

slalu mengatakan bahwa dia siap berkorban dgn apa pun untuk mendapatkan cintanya.
namun Sinta slalu menolaknya.
Meski Cintanya slalu di tolak tp tak membuat Rahwana putus asa untuk mengejar Cinta
sang pujaan hati yg sangat ia cintai. tp Rahwana terus berjuang tak kenal lelah untuk
mengejar cintanya dia terus datang stiap hari dgn kata2 yg sama, dgn Rayuan gombalnya
dan dgn kata2 lembut penuh harapan barangkali Sinta sudah berubah fikiran. "Maukah
engakau menjadi permaisuriku??" Tapi Sinta slalu berkata tidak. Karena cintanya hanya
untuk Rama.
Smakin lama Sinta smakin gelisah. Timbul gejolak di dlam hatinya mengapa suaminya tak
kunjung memjemputnya.. Di satu sisi Sinta mulai tergoda dgn kebaikan dan kesopanan
Rahwana.. Sinta mulai terbuai dgn cara Rahwana memperlakukannya. Selama ia di
kerajaan alengka Rahwana berubah menjadi baik dan murah senyum sehingga merubah
suasana kerajaan menjadi baik pula dan penuh kedamaian tidak sperti ketika ia baru
datang. Sinta mulai tergoda dgn Rahwana..ia mulai mencintai Rahwana Tapi disisi yg lain
Sinta jg masih mencintai Rama dan tidak mau menghianati cinta suaminya.. Tp mengapa
ia tak kunjung menjemput dan menyelamatkannya.. Apakah suaminya sudah tidak lagi
mencintainya??
Setelah itu Hanoman datang dan menyusup di dlam kerajaan alengka dgn membawa
cincin yg menandakan bahwa dia di utus oleh suamiya untuk menjemputnya. tp Sinta
menolaknya. Ia hanya ingin di jemput oleh suaminya sbgai tanda bukti bahwa Rama
masih mencintainya. Kemudian Rama menyusun strategi dan membuat koloni untuk
menyerang kerajaan alengka. Rama bekerjasama dgn wibisana adik Rahwana kemudian
menyerang kerajaan dan memporak porandakan kerajaan alengka.
Di dalam situasi darurat di kerajaan alengka Rahwana justru masih terus menggoda Sinta
tak kenal lelah. Tak peduli dgn situasi kerajaan yg sudah di serang habis2an oleh Rama.
"Wahai pujaan hatiku.. Aku sangat mencintaimu.. Hanya kamulah yg Aku cintai.. Aku
siap berkorban apa pun demi cintamu walau pun sampai mati.." itu yg terus dikatakan
oleh Rahwana.

Sinta menjawab "Jujur.. Aku sebenernya jg mencintaimu..kamu slalu memperlakukanku


dgn baik.. Selama aku disini sifatmu berubah menjadi baik. suasana kerajaan menjadi
tenang penuh kedamaian.. tp aku jg tak mau menghianati cinta suamiku.. jika kamu
mencintaiku Tolong relakanlah aku dan kembalikanlah aku kepada suamiku."

Itulah kata2 yg slama ini di nanti2 oleh Rahwana.. Hanya sbuah kata "Cinta" walupun tak
bisa memiliki sinta seutuhnya. "Baik.. Jika itu maumu.. Aku adalah ksatria dan aku akan
menyerahkanmu dengan cara ksatria.. aku akan membunuh suamimu." Kata Rahwana
Kemudian Rahwana pergi dan bertarung dgn Rama. pertarungan seorang kesatria.
singkat cerita pertarungan tersebut dimenangkan olh Rama dan Rahwana pun tewas
ditangan rama. dan kerajaan alengka yg kosong di ganti oleh wibisana adik Rahwana.
Rama berhasil membawa pulang kembali Dewi sinta istri tercinta.
Namun karena Sinta sudah bertahun2 disekap Rahwana sehingga muncul kecurigaan
rama bahwa Rahwana telah menodai Sinta. Sinta mencoba meyakinkan kepada suaminya
bahwa selama di dlam sekapan, Rahwana slalu memperlakukannya dengan baik.
Rahwana sama skali tidak pernah menyentuhnya sdikit pun. Tapi Rama tetap saja gk
percaya. Untuk meyakinkan suaminya Sinta berani menceburkan diri ke dalam api. Sbg
pembuktian jika Sinta berbohong dia akan mati tapi jika dia masih hidup berarti dia
masih suci. Kemudian sinta menceburkan diri ke dalam api dan ditolong oleh Dewa api
sehingga Sinta selamat dan menandakan bahwa dia masih suci. Dan kehidupan mreka pun
kembali sperti sedia kala.
Menurut umumnya para dalang. Rahwana di anggap tokoh antagonis dan Rama adalah
tokoh protagonis. menurut sebagian orang Rama dianggap seorang kesatria sejati dan
Rahwana adalah seorang pecundang karena menculik istri orang. tapi aku bner2 gk stuju
dgn itu. memang kalo dilihat dari satu sudut pandang saja memang seperti itu. tapi
cobalah melihat kisah ini dgn sudut pandang yg lain. justru aku anggap Rahwana lah yg
benar2 seorang laki2 sejati. dan seorang kesatria yg gagah berani.
Rama memang orangnya tampan dan Rahwana orangnya urakan dan slengean, bengis
dan kejam tapi Dalam urusan cinta Rahwanalah yg romantis.
Memang Rahwana punya kepala sepuluh tapi hanya 1 yg ada di dalam kepalanya, yaitu
"Dewi Sinta"
Dgn kata2 dan prilakunya, dengan rayuan dan kesabaran Rahwana dapat meluluhkan
hati Sinta yg mulanya membencinya menjadi mencintainya. Bisa saja Rahwana ketika itu
memaksa dan memperkosa Sinta. tapi Rahwana tidak mau melakukannya karena
Rahwana sadar bahwa Cinta tidak bisa di paksa.
Rahwana ingin Sinta mnjadi istrinya atas dasar cinta bkn krna unsur paksaan.
Karena cinta.Rahwana yg mulanya raja yg kejam berubah menjadi baik inilah sisi yg
patuh di contoh dari seorang Rahwana. justru Rama lah yg seorang pengecut yg. tidak
bisa menghargai seorang wanita.
Rama berani melukai seorang wanita (Supanaka). tapi Rahwana justru sangat menghargai
seorang wanita. gk mau menyentuhnya sebelum dia mau menerima cintanya dgn setulus
hati.
Dalam priode penyandraan Sinta selama 3 tahun. kemanakah Rama?? kenapa dia gk
cepat2 menolong Sinta..apa dia gk berani dengan Rahwana padahal dia adalah titisan
dewa wisnu.

Justru Rama malah meminta bantuan banyak orang untuk membunuh Rahwana padahal
itu urusan pribadinya. kemana jiwa laki2 seorang Sri Ramawijaya?? sangat pengecut
menurutku.
Setelah Sinta kembali ke tangan Rama mengapa Rama masih mempertanyakan kesucian
Sinta bahkan sebagai pembuktian Sinta rela nyemplung kedalam api.??
Ketika rasa kepercayaan dalam sbuah hubungan itu terkikis..apakah itu masih bisa
disebut cinta??
Rama mempertanyakan kesucian Sinta itu artinya Rama tidak percaya dan cintanya tidak
tulus sepenuhnya kpd Sinta.
Sekali lagi aku katakan disini aku tidak membahas siapa yg hitam dan siapa yg putih.
Karena dlam sbuah hal itu tidak ada yg benar2 hitam dan tidak ada yg pure putih.
Smua pasti ada yg namanya The gray side tapi aku melihat kisah cinta yg luar biasa ini
scara obyektif dgn sudut pandang yg berbeda. Tidak sperti para orang maupun dalang pd
umumnya yg slalu memuja2 Rama sbg ksatria dan slalu memposisikan Rama sbgai tokoh
protagonis.
Cerita dlam epos Ramayana ini adalah cerita yg berasal dari india cerita yg sangat lama
dan turun temurun sehingga menimbulkan berbagai versi yg berbeda tergantung siapa yg
menceritakannya. Tapi scara garis besar tetap sama.
Konon di sri lanka Rahwana justru di posisikan sebagai tokoh protagonis dan Rama
antagonis. Termasuk Sujiwo tejo, dalang dan seniman eksentrik Indonesia jg mempunyai
pendapat yg sama. Ketika ia membawakan cerita ini Rahwana yg di posisikan sbg tokoh
protagonis bahkan dia menduga bahwa justru Sinta lah yg sebenarnya ingin di culik oleh
Rahwana karena Sinta tidak suka dgn gaya Rama yg gitu2 aja yg monoton tidak sperti
Rahwana yg berwarna dan penuh dgn seni. Cerita dan sejarah slalu menyimpan sbuah
pesan yg bisa kita ambil di dalamnya bahkan hanya sbuah dongeng skali pun.
Dan di dalam kisah ini kita bisa mendapatkan banyak skali pelajaran yg dapat kita ambil.
Bahwa jgn pernah memandang apa pun dari satu sisi saja. Dibalik sifat Rahwana yg
kejam, raja yg diktator dia mempunyai sisi yg unik dan romantis, dia jg mmpunyai sifat
lucu yg slalu menghibur dlam rasa kesepian dan kegalauan hari2 seorang sinta.
Disisi itulah sinta mulai kagum dgn karakter Rahwana.. di sisi yg lain Rama adalah
seorang pria tampan nan lugu, baik dan jujur tapi dia tidak mempunyai jiwa romantisme
dan unik sperti yg di miliki Rahwana. Sinta merasa pribadi suaminya sangat kaku dan
monoton tidak berseni dan berwarna.
Sinta benar2 menemukan suatu hal yg lain dari karakter mereka berdua.
Begitulah garis besar kisah Cinta ini. kisah cinta yg penuh dgn cobaan, perjuangan dan
pengorbanan. Penuh dengan kebimbangan dan kisah heroik..
Karena Ego Rahwana untuk mendapatkan cinta sinta mengakibatkan kehancuran
kekuasaan dan kerajaanya.. tapi ketulusan itu mengalahkan segalanya.
Cinta bisa membawa manusia kepada puncak kejayaan dan cinta juga bisa
menenggelamkan manusia ke dalam jurang kehancuran.
Cinta terkadang tak masuk akal karena memang cinta adalah urusan hati. cinta tak
pernah memandang apa pun.

Dewi sinta yg mulanya eneg dgn Rahwana tiba2 jatuh cinta jg dengannya..mungkin itulah
maksud dr falsafah jawa bahwa cinta tak slalu datang scara tiba2. Kadang cinta datang
karen terbiasa, cinta bisa merubah Rahwana yg jahat menjadi baik. walau pun pada
akhirnya Rahwana pun terbunuh karena cinta.
ya memang begitulah cinta, penderitaannya tiada akhir. kata Chu Pat Kay.
Pernah menonton film india yang berjudul Rab ne Bana Dijodi? salah satu film film favoritku
yang dibintangi oleh Shahrukh khan dan Anuskha Sharma. Film yang bercerita tentang seorang
pasangan suami istri tapi sang istri tidak mencintai suaminya karena si wanita dinikahi karena
terpaksa. Walaupun suaminya tersebut seorang yang baik, pintar, jujur dan giat. Tapi ia bukanlah
tipe pria yang menjadi idamannya. Si pria yang bernama Surinder suri sahni mempunyai
karakter yang lugu dan culun, sedangkan Taani Istrinya menyukai tipe laki-laki yang ceria dan
macho. Oleh karena itu, Suri mencoba untuk merubah stylenya menjadi pria macho supaya
istrinya dapat mencintai dirinya. Kemudian Suri menyamar dan mengaku bernama Raaj yang
mempunyai karakter terbalik 180 derajat dari Suri. Raaj seorang yang bertipe urakan, ceplasceplos bahasa inggrisnya sak karepe dewe. Pria yang ceria, Suka merayu dan ngegombal.
Awalnya Taani tidak suka dengan karakter seorang Raaj tersebut. Hingga pada akhirnya Taani
pun tak berdaya melawan rayuan-rayuan maut Raaj dan Tanni pun jatuh cinta kepadanya. Tapi
Taani tidak tahu bahwa Raaj adalah seorang Suri, suaminya sendiri. Karena mereka berdua
memang mempunyai karakter yang jauh berbeda. Tapi ending dari film tersebut Taani
mengetahui bahwa Raaj sebenernya adalah samaran dari Suri. Jalan cerita dalam tersebut
mempunyai kemiripan dengan cerita dalam kisah Ramayana. aku yakin sang sutradara memang
terinspirasi dalah kisah itu. Bedanya dalam film itu dua karakter pria diperankan oleh satu tokoh.
Cerita dalam epos Ramayana memang sangatlah bagus, maka dari itu banyak diinspirasi oleh
banyak sutradara, Termasuk sinetron-sinetron Indonesia. Kisah itu bermula ketika Sinta bersama
Rama suaminya dan laksamana adik iparnya sedang menjalankan hukuman pembuangan di
hutan. Rama yang seharusnya menggantikan ayahnya menjadi raja di kerajaan Ayodya terpaksa
harus mengembara di hutan setelah ibu tirinya Kaikeyi mengingatkan janji Dasarata, ayah Rama
bahwa yang berhak atas tahta adalah Barata. dan Rama harus dibuang ke dalam hutan selama
lima belas tahun. Di dalam hutan mereka mendapatkan berbagai godaan. Mereka melawan para
raksasa-raksasa yang meganggu masyarakat di sekitar hutan. Salah satunya adalah seorang
raksesi yang bernama Supanaka. ialah adik Rahwana. Sebenernya Supanaka hanya berniat
menggoda Rama dan Laksamana karena tergoda ketampanan mereka. Tapi Rama jenggkel
kemudian menebas hidung Supanaka sampai terluka. Kemudian Supanaka melaporkan kepada
kakaknya, Rahwana. Tentu saja Rahwana sangat marah dan tidak terima dengan perlakuan itu.
Dan Rahwana bertekat untuk membalasnya. Rahwana merasa Rama dan Laksamana telah berani
merendahkan harga diri keluarganya dan kerajaan alengkadireja. Kemudian Rahwana berangkat
ke hutan ditemani Marica untuk membalaskan dendam. Kemudian di hutan. Sinta melihat seekor
kijang emas. Karena sinta menyukainya kemudian Sinta merengek manja menyuruh suaminya
untuk menangkapnya. Sebagai seorang lelaki dan suami yang baik, Rama mau tidak mau harus

menuruti kemauan istri tercintanya, Rama mengejar kijang yang sebenarnya adalah jelmaan
Marica anak buah Rahwana tersebut. setelah itu dari kejauhan Sinta mendengar suara suaminya
yang bertiak seakan meminta pertolongan. Sinta khawatir jika suaminya terjadi apa-apa. lalu
Sinta menyuruh Laksamana untuk mengeceknya. Tapi Laksamana mempunya pikiran lain bahwa
dia tidak yakin itu adalah suara Rama. dan dia juga bimbang kalau seandainya mengeceknya,
lalu siapa yang akan menjaga Sinta? padahal dia sudah di beri mandat oleh abangnya untuk terus
menjaga Sinta. Di tengah-tengah kebimbangan dan kegalauan itu Sinta justru menuduh
Laksamana mempunyai maksud tertentu kepadanya. Sinta menuduh Laksamana memang sengaja
membiarkan kakaknya yang sedang dalam bahaya supaya mati dan Laksamana bisa
mendapatkan dirinya. Laksamana yang merasa sama skali tidak punya maksud seperti itu, mau
tidak mau Laksamana harus menuruti kemauan Sinta dan mengingkari amanah abangnya. Ketika
ditinggal oleh Laksmana itulah Rahwana menculik Sinta. karena Rahwana terpesona dengan
kecantikan dirinya. Rahwana merasa Sinta adalah reinkarnasi dr Dewi widowati seorang wanita
yang dijanjikan oleh Dewa kepada dirinya. Singkatnya, kemudian Rahwana membawanya ke
kerajaan alengka. Di dalam perjalanan Rahwana di hadang oleh burung yang bernama Jatayu.
ialah teman Rama bahkan jatayu berhasil merebut sinta. Tapi Rahwan punya senjata sakti
pemberian dewa shiwa, lalu menebas Jatayu dengan senjata itu hingga terluka dan Rahwana
berhasil merebut Sinta kembali. Sebelum Jatayu mati dia memberi tahu Rama dan Laksamana
bahwa Sinta diculik oleh Rahwana. Selama 3 tahun dalam penyekapan. sebenarnya Sinta di
perlakukan dengan sangat baik dan dimanjakan oleh Rahwana. Walau Rahwana adalah raja
raksasa yang bengis dan kejam tapi dia tidak mau melukai Sinta karena dia hanya dendam
kepada suami Sinta. Bahkan Rahwana tidak pernah menyentuhnya. karena Rahwana sangat
mencintai Sinta. Dan ingin mendapatkannya dengan cinta pula. Rahwana sangat menginginkan
Sinta untuk menjadi istrinya. Dia selalu datang stiap hari kepada Sinta. Rahwana selalu merayu
Sinta dengan kata-kata Indah yang penuh gombal. Rahwana meminta Sinta untuk menjadi
permaisurinya. Ia slalu minta maaf karena telah menculiknya. semua itu di lakukan semata mata
karena ia mencintainya. Ia slalu mengatakan bahwa dia siap berkorban apa pun untuk
mendapatkan cintanya. namun Sinta selalu menolaknya. Meski Cintanya selalu di tolak, tapi tak
membuat Rahwana putus asa untuk mengejar Cinta sang pujaan hati yang sangat ia cintai itu.
tapi Rahwana terus berjuang tak kenal lelah untuk mengejar cintanya dia terus datang setiap hari
dengan kata-kata yang sama, dengan Rayuan gombalnya dan dengan kata-kata lembut penuh
harapan barangkali Sinta sudah berubah fikiran. "Maukah engakau menjadi permaisuriku??" Tapi
Sinta tetap berkata tidak. Karena cintanya hanyalah milik Rama suaminya. Semakin lama Sinta
semakin gelisah. Timbul gejolak di dalam hatinya mengapa suaminya tak kunjung
memjemputnya? Di satu sisi Sinta mulai tergoda dengan kebaikan dan kesopanan Rahwana..
Sinta mulai terbuai dengan cara Rahwana memperlakukannya. Selama ia di kerajaan alengka
Rahwana berubah menjadi baik, murah senyum sehingga merubah suasana kerajaan menjadi
penuh dengan keceriaan dan kedamaian. tidak sperti ketika ia baru datang. Sinta mulai tergoda
dengan Rahwana.. mulai ada sesuatu rasa cinta kepada Rahwana. Tapi disisi yang lain Sinta juga
masih mencintai Rama dan tidak mau menghianati cinta suaminya.. Tp mengapa ia tak kunjung
menjemput dan menyelamatkannya.. Apakah suaminya sudah tidak lagi mencintainya? Setelah

itu Hanoman datang dan menyusup di dlam kerajaan alengka dengan membawa cincin yang
menandakan bahwa dia di utus oleh suamiya untuk menjemputnya. tp Sinta menolaknya. Ia
hanya ingin di jemput oleh suaminya sbgai tanda bukti bahwa Rama masih mencintainya.
Kemudian Rama menyusun strategi dan membuat koloni untuk menyerang kerajaan alengka.
Rama bekerjasama dengan wibisana adik Rahwana. kemudian menyerang kerajaan dan
memporak porandakan kerajaan alengka. Di dalam situasi darurat di kerajaan alengka Rahwana
justru masih terus menggoda Sinta tak kenal lelah. Tak peduli dengan situasi kerajaan yang sudah
di serang habis-habisan oleh Rama. "Wahai pujaan hati.. Hanya kaulah yang Aku cintai saat ini..
Aku siap berkorban apa pun demi cintamu. walau pun sampai mati.." itu yang terus dikatakan
oleh Rahwana. Sinta menjawab "Jujur.. Aku sebenernya juga mulai timbul perasaan
kepadamu..kamu selalu memperlakukanku dengan baik. Selalu menghormatiku dan merayuku
dengan gombalan-gombalanmu. . Selama aku disini sifatmu berubah menjadi baik. suasana
kerajaan menjadi tenang dan penuh kedamaian.. tapi aku juga tak mau menghianati cinta
suamiku.. jika kau benar-benar mencintaiku. Tolong relakanlah aku dan kembalikanlah aku
kepada suamiku." Itulah kata-kata yang selama ini di nanti-nanti oleh Rahwana.. Hanya sbuah
kata "Cinta" walupun tak bisa memiliki seutuhnya. "Baik.. Jika itu maumu.. Aku adalah ksatria
dan aku akan menyerahkanmu dengan cara ksatria pula.. aku akan menyerahkanmu kepadanya
jika ia bisa mengalahkanku" Kata Rahwana. Kemudian Rahwana pergi dan bertarung dengan
Rama. pertarungan seorang kesatria. singkat cerita pertarungan tersebut dimenangkan oleh
Rama. dan Rahwana pun tewas ditangan rama. tahta kerajaan alengka yang kosong di ganti oleh
wibisana adik Rahwana. Dan Rama berhasil membawa pulang kembali Dewi sinta istri
tercintanya. Namun karena Sinta sudah bertahun-tahun ditawan oleh Rahwana. sehingga muncul
kecurigaan rama bahwa Rahwana telah menodai Sinta. Sinta mencoba meyakinkan kepada
suaminya bahwa selama didalam sekapan, Rahwana slalu memperlakukannya dengan baik.
Rahwana sama sekali tidak pernah menyentuhnya sdikit pun. Tapi Rama tetap saja tidak percaya.
Untuk meyakinkan suaminya Sinta berani menceburkan diri ke dalam api. Sebagai pembuktian.
seandainya Sinta berbohong dia akan mati tapi jika dia masih hidup berarti dia masih suci.
Kemudian sinta menceburkan diri ke dalam api dan ditolong oleh Dewa api sehingga Sinta
selamat dan menandakan bahwa dia masih suci. Dan kehidupan mreka pun kembali sperti sedia
kala. Menurut umumnya para dalang. Rahwana di anggap tokoh antagonis dan Rama adalah
tokoh protagonis. menurut sebagian orang Rama dianggap seorang kesatria sejati dan Rahwana
adalah seorang pecundang karena menculik istri orang. Tapi menurutku tidaklah seperti itu.
memang kalo dilihat dari satu sudut pandang saja memang seperti itu. tapi cobalah melihat kisah
ini dengan sudut pandang yang lain. justru aku anggap Rahwana lah yang benar-benar seorang
laki-laki sejati. gantelman dan seorang kesatria sejati.
Rama memang ormempunyai paras
tampan dan Rahwana orangnya urakan dan slengean, bengis dan kejam tapi, Dalam urusan cinta
Rahwanalah yang romantis.
Memang Rahwana punya kepala sepuluh tapi hanya 1 yang
ada di dalam kepalanya, yaitu "Dewi Sinta"
Dengan kata-kata dan prilakunya, dengan
rayuan dan kesabaran. Rahwana dapat meluluhkan hati Sinta yang mulanya membencinya
menjadi mencintainya.
Bisa saja Rahwana ketika itu memaksa dan memperkosa Sinta. tapi
Rahwana tidak mau melakukannya karena Rahwana sadar bahwa Cinta tidak bisa di paksa.


Rahwana ingin Sinta menjadi istrinya atas dasar cinta bukan karna unsur paksaan.
Karena cinta. Rahwana yang mulanya raja yang kejam berubah menjadi baik. inilah sisi yang
patuh diinspirasi dari seorang Rahwana. justru Rama lah seorang pengecut yang tidak bisa
menghormati seorang wanita.
Rama berani melukai seorang wanita (Supanaka). tapi
Rahwana justru sangat menghormati seorang wanita. tidak mau menyentuhnya sebelum ia mau
menerima cintanya dengan setulus hati.
Dalam priode penyandraan Sinta selama 3 tahun.
kemanakah Rama?? kenapa dia tidak cepat-cepat menolong Sinta.. apa dia tidak berani dengan
Rahwana. padahal dia adalah titisan dewa wisnu.
Justru Rama malah meminta bantuan
banyak orang untuk membunuh Rahwana padahal itu urusan pribadinya. kemana jiwa laki2
seorang Sri Ramawijaya??
Setelah Sinta kembali ke tangan Rama mengapa Rama masih
mempertanyakan kesucian Sinta bahkan sebagai pembuktian Sinta rela nyemplung kedalam
api.?? Ketika rasa kepercayaan dalam sbuah hubungan itu terkikis..apakah itu masih bisa
disebut cinta?? Rama mempertanyakan kesucian Sinta itu artinya Rama tidak percaya dan
cintanya tidak tulus sepenuhnya kepad Sinta. Prilaku Rahwana yang menculuk istri orang tentu
bukanlah hal yang benar. tapi aku melihat kisah cinta yang luar biasa ini secara obyektif dengan
sudut pandang yang berbeda. Tidak seperti para orang maupun dalang pada umumnya yang slalu
memuja-muja Rama dan memposisikan Rama sbgai tokoh yang segala-galanya. Cerita dalam
epos Ramayana ini adalah cerita yang berasal dari india. cerita yang sangat lama dan turun
temurun. sehingga tak bisa terhindar dari pergeseran cerita dan kemudian menimbulkan berbagai
versi yang berbeda-beda. tergantung siapa yang menceritakannya. Tapi scara garis besar tetap
sama. Konon di sri lanka Rahwana justru di posisikan sebagai tokoh protagonis dan Rama
antagonis. Termasuk Sujiwo tejo, dalang dan seniman eksentrik Indonesia jg mempunyai
pendapat yang sama. Ketika ia membawakan cerita ini, Rahwana yang di posisikan sebagai
tokoh protagonis bahkan dia menduga bahwa justru Sinta lah yang sebenarnya ingin di culik oleh
Rahwana karena Sinta tidak suka dengan karakter Rama yang gitu-gitu aja. monoton tidak sperti
Rahwana yang berwarna. Cerita dan sejarah selalu menyimpan sbuah pesan yang dapat kita
ambil di dalamnya bahkan hanya sbuah dongeng skali pun. Dan di dalam kisah ini kita bisa
mendapatkan banyak skali pelajaran yang dapat kita petik. Bahwa jangan pernah memandang
apa pun dari satu sisi saja. Dibalik sifat Rahwana yang kejam, raja yang diktator dia mempunyai
sisi yang unik dan romantis, dia juga mempunyai sifat lucu yangg selalu menghibur rasa
kesepian dan kegalauan hari-hari seorang sinta selama dalam penyekapan. Disisi itulah sinta
mulai kagum dengan karakter Rahwana.. disisi yang lain, Rama adalah seorang pria tampan, ia
juga baik dan jujur tapi dia lugu dan tidak mempunyai jiwa romantisme dan unik sperti yang di
miliki seorang Rahwana. Sinta merasa pribadi suaminya sangat kaku dan monoton tidak berseni
dan berwarna. Sinta benar-benar menemukan suatu hal yang lain dari karakter mereka berdua.
Begitulah garis besar kisah Cinta ini. kisah cinta yang penuh dengan cobaan, perjuangan dan
pengorbanan. Penuh dengan kebimbangan dan kisah heroik.. Karena Ego Rahwana untuk
mendapatkan cinta sinta mengakibatkan kehancuran kekuasaan dan kerajaanya.. tapi ketulusan
itu mengalahkan segalanya. Cinta bisa membawa manusia kepada puncak kejayaan dan cinta
juga bisa menenggelamkan manusia ke dalam jurang kehancuran. Cinta terkadang tak masuk
akal karena memang cinta adalah urusan hati. cinta tak pernah memandang apa pun. Dewi sinta

yang mulanya eneg dengan Rahwana tiba-tiba jatuh cinta juga dkepadanya..mungkin itulah
maksud dari falsafah jawa bahwa cinta tak slalu datang scara tiba-tiba. Kadang cinta datang
karen terbiasa, cinta bisa merubah Rahwana yang jahat menjadi baik. walau pun pada akhirnya
Rahwana pun terbunuh karena cinta. ya memang begitulah cinta, penderitaannya tiada akhir.
-Chu Pat Kay.
Read more at: http://muassamudra.blogspot.com/2013/01/belajar-cinta-kepada-rahwana.html
Copyright muassamudra.blogspot.com Under Common Share Alike Atribution
CINTA RAHWANA HANYA UNTUK SINTA

Saat Rahwana menculik Dewi Sinta, perbuatannya ketahuan oleh Jatayu. Jatayu
berusaha merebut Dewi Sinta, namun gagal.
Ini merupakan obrolan antar sahabat, saat sedang suntuk dan capek bekerja. Topiknya, sudah
jelas mempertanyakan, apakah Rahwana itu raja yang jahat atau bukan? Bagi saya dan sejumlah
sahabat, ini jelas merupakan dilema yang bisa menyebabkan saya dan beberapa sahabat saya
dibenci orang. Sebabnya jelas, kita mencoba melihat Rahwana dari sisi dia sebagai
manusia. Sebagian besar dari kita, umumnya melihat Rahwana sebagai tokoh yang jahat.
Sedangkan Rama, sebagai orang baik yang dizalimi. Itu pandangan orang pada umumnya.
Sedangkan dalam pandangan saya (dan beberapa sahabat saya lainnya), kita bisa bersikap begitu
karena kita selalu menerima 'wejangan' dari orang tua kita, bahwa Rahwana itu orang jahat dan
Rama orang baik. Kita bahkan menerima pandangan itu begitu saja, tanpa pernah
mempertanyakan, apa saja kebaikan Rahwana dan apa pula keburukan Rama.

Dalam cerita Ramayana yang lazim disampaikan kepada kita, sesuai dengan pakem pewayangan,
diceritakan bahwa Rahwana sangat ingin memperisteri Dewi Sinta. Padahal, Dewi Sinta saat itu
sudah menjadi isteri Rama. Untuk itu, ia berupaya memperdaya Rama dan Laksmana, supaya
bisa menculik Dewi Sinta. Penculikan itu berhasil sukses! Meskipun selama perjalanan Rahwana
diserang oleh Jatayu, tetapi halangan itu bisa diatasinya, dan Dewi Sinta bisa diboyong Rahwana
ke Alengkadiraja. Tiga tahun, Dewi Sinta ditawan di sebuah 'keputren', ditemani DewiTrijatha,
adik Rahwana. Dan selama tiga tahun pula Rahwana selalu berusaha membujuk Dewi Sinta
untuk bersedia menjadi permaisurinya. Segala upayanya untuk menjadikan Dewi Sinta sebagai
permaisuri, ditolak oleh Dewi Sinta secara halus. Jadi Rahwana sebenarnya dapat dikatakan
gagal memperisteri Dewi Sinta. Bahkan, saat Rahwana agak kelewatan sikapnya, saat sedang
membujuk Dewi Sinta, ia dihalangi oleh Dewi Trijatha, adiknya. Tentu saja Rahwana menjadi
marah, dan Dewi Trijatha dikutuk oleh Rahwana. Kutukan Rahwana menyatakan, bahwa Dewi

Trijatha akan mendapat jodoh jika sudah menjadi 'perawan tua' dan jodohnya adalah seorang
wanara tua yang bertubuh pendek, jelek, dan buruk muka. Kutukan Rahwana ini, membuat Dewi
Trijatha sedih berkepanjangan. Keinginan Rahwana untuk bisa menjadikan Dewi Sinta sebagai
permaisurinya, telah mengorbankan banyak hal, termasuk kekuasaan, keluarga, sanak saudara,
dan kerajaan Alengka. Rahwana, akhirnya terbunuh dalam suatu pertempuran melawan Rama
yang dibantu ribuan pasukan wanara (kera). Ia merupakan orang terakhir dari Kerajaan Alengka
yang mati di medan laga, melawan musuh. itulah ringkasan seluruh cerita tentang Rahwana yang
sangat terkenal itu.

Sekarang cobalah kita pahami barang sedikit cerita kebalikannya, ditinjau dari sisi Rahwana.
Cobalah untuk mendinginkan kepala dan tidak emosional sewaktu membaca cerita ini. Tentu
saja, cerita ini merupakan cerita imajiner, jadi gunakanlah juga imajinasi anda saat
membacanya.....

Bayangkalah, Alengkadiraja adalah sebuah negara adidaya, yang terkenal sangat kaya dan
makmur. Kerajaan ini, politiknya sangat stabil, keamanan di seluruh wilayah Kerajaan
Alengkadiraja sangat terkendali dan sangat aman. Rakyatnya demikian sejahtera, sehingga
banyak orang yang berasal dari manca negara, datang dan akhirnya tinggal bermukim di
Kerajaan Alengkadiraja. Menurut sejarahnya, Kerajaan Alengkadiraja juga tidak pernah
memperlakukan kerajaan-kerajaan di sekitar wilayahnya sebagai negara jajahan. Alengkadiraja
juga tidak pernah menyerbu negara lain. Kerajaan Alengkadiraja, memang bukan sebuah negara
demokratis seperti Amerika. Kerajaan Alengkadiraja, memang merupakan sebuah negara
monarki (kerajaan), yang dipimpin oleh seorang diktator luar biasa besar dan sangat luas
kekuasaannya, yang berjuluk Prabu Rahwana. Kerajaan besar ini, bahkan tidak memerlukan
adanya Dewan Perwakilan Rakyat untuk membuat berbagai undang-undang. Segala aturan dan
undang-undang, cukup ditangani oleh Rahwana yang dibantu sejumlah pejabat tinggi
kepercayaannya. Sejak Kerajaan Alengkadiraja berdiri, sampai akhirnya tumbang oleh serbuan
para 'monyet' yang membantu Rama, tidak pernah ada berita negatif sedikitpun yang menyatakan
bahwa Rahwana pernah berbuat menzalimi rakyatnya. Begitu juga para pejabat tingginya, selalu
mempunyai 'track record' yang baik dan tidak tercela. Bagi rakyat di Kerajaan Alengkadiraja,
pemerintahan diktatorial nyatanya justru jauh lebih baik dari pada pemerintahan demokratis yang
centang-perenang dan tak jelas juntrungannya.

Rahwana sangat menginginkan Dewi Sinta sebagai permaisurinya. Sebagai manusia, itu
merupakan hal yang wajar. Namanya juga naksir. Salahnya, Dewi Sinta sudah menjadi isteri
orang lain. Bahwa Rahwana menculik Dewi Sinta, itu memang kesalahan fatal. Tapi bagaimana
lagi? Namanya juga usaha! Apalagi dilandasi rasa cinta yang membara. Segala cara bisa

ditempuh. Kalau nggak begitu, kan malah dipertanyakan orang, seberapa besar cintanya? Kan
kata pepatah juga menyatakan bahwa 'cinta itu buta'. Bahkan cinta itu, mudah indikasinya. Orang
yang benar-benar cinta, akan berada pada kondisi hilang akal dan hilang ingatan. Kalau masih
bisa berpikir jernih dan tidak hilang akal, pastilah orang itu tidak benar-benar jatuh cinta.
Mungkin hanya pura-pura jatuh cinta. Kalau tidak hilang ingatan (terhadap banyak hal), pastilah
orang itu juga tidak jatuh cinta. Cobalah renungkan saat anda dulu jatuh cinta. Apakah benar
anda tidak hilang akal dan hilang ingatan? Contohnya, saat anda jatuh cinta, bukankah anda
menjadi bingung dan tidak tahu apa yang harus diperbuat? Segala kecanggihan diri anda tiba-tiba
lenyap begitu saja, saat berhadapan dan bertemu dengan wanita idaman anda. Saat anda jatuh
cinta dulu, bukankah anda juga hilang ingatan? Lupa daratan, lupa makan, lupa tidur, dan bahkan
lupa segalanya. Anda hanya bisa mengingat satu hal saja. Yaitu wanita idaman anda! Hal
lainnya? Tentu saja anda lupakan. Ingatan anda tentang nasehat orang tua yang mengatakan
bahwa hidup harus berhati-hati, juga bisa anda abaikan seketika. Anda tiba-tiba berubah menjadi
manusia yang berani mati demi sang pujaan hati. Woooooo..... luar biasa! Jatuh cinta, ternyata
bisa mengubah segalanya........

Begitu juga dengan Raja Rahwana yang julukan aslinya adalah 'King of Forest Blood', dari
sebuah kerajaan adidaya yang sangat terkenal di seantero jagat maya dengan sebutan 'The Great
Alengka Kingdom'. Rahwana, seorang 'manusia berdarah rimba raya' telah jatuh cinta! Ini
merupakan suatu fenomena dan peristiwa yang sangat luar biasa yang amat sangat langka, yang
diliput oleh semua stasiun televisi di seluruh dunia sebagai sebuah peristiwa besar! Ia telah
dinobatkan menjadi 'the greatest man of the year', yang selalu ditayangkan dalam bentuk
'headline' di semua surat-kabar, majalah, harian lokal dan internasional, internet, stasiun televisi,
stasiun radio dalam negeri dan manca negara.

Seorang Rahwana yang semula lebih dikenal sebagai penguasa sebuah kerajaan adidaya yang
sangat jarang tersenyum, tiba-tiba berubah menjadi seorang pria yang berdandan necis dan
'dandy', dengan pakaian keluaran rumah mode terkenal, bergaya mode mutakhir, dengan
potongan rambut yang sedang trendy. Semua orang jadi memperhatikan Rahwana yang sedang
menjadi pokok pembicaraan di mana-mana. Bahkan sejumlah anak muda Alengkadiraja yang
sebelumnya cenderung menjauhinya, tiba-tiba secara sangat antusias dan bersuka hati,
membentuk sebuah organisasi komunitas sosial yang dinamakan 'Rahwana Fans Club'. Majalah
mode manca negara yang sangat terkenal, lantas memuat foto-foto kegiatan sehari-hari Rahwana
dan menobatkannya menjadi 'The man who give new inspiration to other peoples'.

Jangan lupa, Rahwana memang sudah 'sugih' (kaya raya) dari sononya. Jadi, ia jelas bukan
seorang koruptor. Saat pergi ke Istana Negara Alengkadiraja, ia mengendarai mobil sport merk

Jaguar model terbaru. Pakai mobil Jepang? No way! Mobil bikinan Jepang kurang keren,
katanya dalam suatu wawancara eksklusif dengan sejumlah wartawan. Tanpa sungkan ia juga
bercerita, bahwa ia sekarang punya kebiasaan baru, yaitu selalu membuka semua jendela dan kap
atas mobilnya, jika sedang melakukan perjalanan memakai mobil Jaguar-nya. Ia, selalu
melambaikan tangan sambil menebar senyum gembira kepada seluruh rakyatnya yang selalu
menantikannya di pinggir jalan, saat rombongan mobil kerajaan itu lewat di jalan protokol
Kerajaan Alengkadiraja. Suasana itu, juga menjalar ke Istana Kenegaraan Alengkadiraja.
Suasana istana yang semula terlihat angker, formal, resmi, dan kaku; lalu berubah menjadi
sebuah istana yang menyenangkan, indah, ceria, selalu penuh bunga.

Berbagai pagelaran wayang kulit, wayang wong, wayang klithik, musik keroncong, jaipongan,
wayang golek, orkestra, band musik pop, musik klasik, jazz, rock, dan blues; lantas menjadi
pagelaran yang secara rutin menghias pendhapa istana Alengkadiraja. Hanya musik kamar
(chamber music) yang tetap tidak diijinkan Rahwana main di istana. "Musik kamar terlalu
berisik, kalau dimainkan di dalam kamar yang sempit. Saya bisa jadi 'budheg' (tuli)! Kan saya
hanya menonton dengan beberapa sahabat. Jadi kurang siplah kalau dimainkan di dalam kamar
yang sempit di istana," begitu kata Rahwana, seperti dikutip oleh sejumlah wartawan istana.

Tetapi jika ada wartawan yang bertanya tentang Dewi Sinta yang menurut kabar angin,
selentingan, dan gosip; telah diculik dan dijadikan tawanan jelita, Rahwana selalu diam terpaku
dan selalu menjawab "no comment". Sangat nyata terlihat di air mukanya, betapa pertanyaan
seperti itu telah melukai perasaannya. Menurut berita-berita yang santer dibocorkan oleh
sejumlah pejabat istana Alengkadiraja, Rahwana akhir-akhir ini sering terlihat duduk termenung
sendu, saat sedang sendirian di Istana Alengkadiraja. Meskipun masyarakat Alengkadiraja
melihat Rahwana sebagai manusia yang sehari-hari terlihat gembira, penuh senyum, dan
seringkali menyapa rakyatnya dengan tebaran senyumnya yang sangat khas, tetapi di balik itu
semua ia ternyata menyimpan kesedihan luar biasa. Dan, justru karena Rahwana merupakan
penguasa tertinggi di Kerajaan Alengkadiraja, maka tidak ada yang berani menanyakan
kepadanya tentang apa yang telah membuatnya gundah dan bersedih. Banyak orang hanya
menebak-nebak saja di dalam hati dan tidak pernah berani mengungkapkkannya secara terbuka,
takut melukai hati orang yang menjadi pujaannya itu.

Diam-diam, tanpa terungkap di media massa, dan tanpa pernah dipublikasikan; ternyata banyak
juga rakyat Alengkadiraja yang ikut merasa sedih atas apa yang sedang menimpa Rahwana, raja
yang sangat dihormati rakyatnya itu. Pendapat mereka, umumnya terpecah menjadi dua.
Sebagian mengatakan bahwa Rahwana sebagai seorang raja besar, tidak sepatutya menculik
Dewi Sinta, meskipun ia sangat mencintainya. Tetapi, sebagian lagi, merasa bahwa seorang

Rahwana adalah seorang laki-laki sejati, yang berani mengambil risiko apapun demi cinta
matinya kepada Dewi Sinta, meskipun mereka juga tahu bahwa tindakan itu salah. Tetapi, secara
umum, rakyat Alengkadiraja tetap berpendapat bahwa bagaimanapun juga, Rahwana adalah lakilaki sejati, yang menjadi dambaan setiap wanita. Ia dimimpikan oleh banyak wanita, karena
keteguhan dan ketegaran sikapnya. Tidak banyak wanita Alengkadiraja yang mempunyai kekasih
atau suami seperti Rahwana, yaitu jika sudah jatuh cinta, apapun rintangannya akan diterjang,
apapun penghalangnya akan dilibas, dan apapun akan dilakukan demi cintanya kepada pujaan
hatinya. Rahwana sebenarnya adalah seorang laki-laki ideal pujaan hati wanita.....

Tiga tahun sudah, Dewi Sinta disekap di dalam 'keputren' Alengkadiraja, ditemani Dewi Trijatha
yang setia. Setiap hari, Rahwana selalu datang mengunjunginya dan dengan kata-kata yang
selalu diusahakan diucapkan sehalus mungkin, selalu ditanyakannya kepada Dewi Sinta, apakah
ia bersedia dipersunting dirinya dan dijadikan permaisuri, menjadi Ibu Negara Alengkadiraja.
Dinyatakannya juga, bahwa ia hanya mempunyai satu cinta, dan cinta itu telah
dipersembahkannya kepada Dewi Sinta. Setiap kali Rahwana berhadapan dengan Dewi Sinta, ia
seperti hilang akal dan tidak tahu apa yang harus diperbuat. Ia merasa seakan semua kekuasaan
yang dimilikinya menjadi sama sekali tidak berarti di mata Dewi Sinta. Rahwana selalu berkata,
bahwa ia menculik Dewi Sinta karena rasa cintanya yang tiada tara. Untuk tindakannya itu,
Rahwana selalu meminta maaf kepada Dewi Sinta. Ia juga selalu mengatakan kepada Dewi
Sinta, bahwa ia bersedia berkorban apa saja, asalkan Dewi Sinta bersedia dimuliakan dan
dipersunting menjadi permaisurinya. Namun, setiap kali ia bertanya kepada Dewi Sinta,
Rahwana selalu mendapat jawaban menolak, yang membuat hatinya remuk redam. Tiap kali
Rahwana mendapat jawaban penolakan seperti itu, setiap kali pula ia terdiam. Dan, perlahanlahan ia berjalan meninggalkan Dewi Sinta sendirian tanpa mengucapkan sepata katapun.
Begitulah yang terjadi setiap kali dan setiap hari. Rahwana selalu menerima jawaban yang
membuatnya merasa seakan dunia hendak kiamat. Tetapi, entah mengapa, tiap kali Rahwana
selalu kembali memberanikan dirinya untuk menanyakan hal yang sama. Meskipun ia tahu benar,
jawaban yang akan diterimanya akan selalu sama, yaitu berupa jawaban menolak. Tetapi,
manusia hidup dari harapan dan mimpi. Selama harapan dan mimpi itu belum pudar, maka
selama itu pula manusia bisa berharap bahwa mimpinya suatu ketika akan menjadi kenyataan.
Karena itu pula, Rahwana selalu kembali menguatkan dirinya untuk selalu datang bertanya
kepada Dewi Sinta. Meskipun ia sangat sadar, bahwa harga dirinya sebagai laki-laki, sebenarnya
sudah hancur. Rahwana telah mengambil risiko mengorbankan harga dirinya, demi cintanya
kepada Dewi Sinta. Tetapi Rahwana menganggap hal itu sebagai sebuah konsekuensi logis yang
harus ditanggungnya. Dalam pandangannya, harga dirinya akan pulih secara perlahan-lahan, jika
ia berhasil mempersunting Dewi Sinta, dan mempersembahkannya kepada rakyatnya untuk
dimuliakan sebagai seorang Ibu Negara.

Rahwana bukanlah seorang penyair, yang bisa menulis puisi jika hatinya sedang gundah. Ia juga
bukan seorang penyanyi, yang bisa membuat tembang balada jika hatinya sedang sedih. Ia juga
bukan seorang sastrawan, yang bisa mencurahkan isi hatinya ke dalam bentuk karya sastra, saat
ia memikirkan pujaan hatinya. Pada saat-saat seperti itu, Rahwana bahkan merasa sendirian,
kesepian, dan seperti sama sekali tak berteman. Ia merasa sendirian di tengah keramaian dunia.
Di tempat yang sangat ramai sekalipun, ia merasa tetap kesepian. Ia selalu memimpikan bisa
bergandeng tangan dengan mesra, bercengkerama, berjalan berdua dengan Dewi Sinta, sambil
menyapa lambaian tangan rakyatnya. Mimpi-mimpi itulah yang selalu datang setiap malam, dan
membuat hatinya kuat untuk kembali menemui Dewi Sinta pada esok hari berikutnya.

Selama tiga tahun, Dewi Sinta hampir setiap hari bertemu dengan Rahwana. Selama itu pula, ia
tidak pernah disentuh atau dijamah sekalipun oleh Rahwana. Meskipun ada rasa rindu yang
menggebu-gebu kepada Rama, tetapi sebagai wanita dewasa Dewi Sinta juga sering
mempertanyakan kepada dirinya sendiri, apa yang telah terjadi dan bagaimana seharusnya ia
bersikap. Secara jujur Dewi Sinta juga mengakui di dalam hati (hal ini secara diam-diam juga
sering diutarakan kepada Dewi Trijatha), bahwa Rahwana dipandang dari satu segi, memang
telah melakukan kejahatan, yaitu menculik dirinya. Namun, dari segi lainnya, selama tiga tahun
disekap itu, ia selalu mendapat perlakuan yang sangat baik dan sopan oleh Rahwana. Dari berita
dan cerita yang diterimanya dari berbagai pihak secara sembunyi-sembunyi, Dewi Sinta juga
mendengar berbagai kabar tentang Rahwana. Sebagian besar kabar yang diterimanya itu,
menceritakan bahwa Rahwana telah berubah menjadi orang yang gembira, penuh senyum, dan
bahkan suasana istana sudah sangat berubah. Semua berita tentang Rahwana, ternyata
merupakan berita yang sangat positif. Dewi Sinta sebenarnya juga berpikir, bahwa jika Rahwana
benar-benar orang jahat, maka pada hari pertama saat ia diculik, bisa saja ia langsung diperkosa
dan ditinggalkan begitu saja oleh Rahwana. Tetapi kenyataannya, Dewi Sinta tidak pernah
mengalami hal itu. Bahkan selama disekap di 'keputren' Alengkadiraja, disentuh atau dijamahpun
tidak pernah dilakukan Rahwana.

Saat Rahwana berkunjung, ia selalu menyatakan cintanya dan menanyakan kesediaannya untuk
dipersunting menjadi permaisuri. Dan saat ia mengatakan penolakannya, Dewi Sinta selalu
melihat, betapa air muka Rahwana yang seketika berubah menjadi sendu. Setiap kali Dewi Sinta
mengatakan penolakannya, setiap kali pula Rahwana terdiam tak bisa berkata-kata. Dan,
akhirnya Rahwana selalu berjalan perlahan-lahan meninggalkannya sendirian. Ada perasaan
galau bercampur kasihan pada diri Dewi Sinta, setiap kali Rahwana perlahan-lahan pergi
meninggalkannya sendirian.

Dewi Sinta juga sering berpikir dan mempertanyakan kepada dirinya sendiri, tentang Rama
kekasihnya. Ia juga sudah mendengar kabar yang diselundupkan dari Ayudia. Semakin lama,
serpihan demi serpihan kabar dari Ayudia itu semakin lengkap. Sehingga akhirnya Dewi Sinta
bisa mengumpulkan seluruh serpihan berita itu secara lengkap, sehingga Dewi Sinta akhirnya
bisa memahami apa yang sebenarnya telah terjadi selepas penculikan atas dirinya. Meskipun
hanya selintas, Dewi Sinta juga sering memikirkan mengapa Rama kekasih hatinya itu, tidak
juga datang menolongnya? Apa yang telah terjadi?

Setelah tiga tahun ia tinggal di Alengkadiraja, Dewi Sinta juga seringkali berpikir, bagaimana
seharusnya sikap seorang suami jika isterinya diculik. Di dalam benaknya, timbul sejumlah
logika yang saling berbalikan. Secara logika, jika seorang laki-laki sangat mencintai isterinya,
dan tiba-tiba isterinya diculik, maka yang yang dilakukannya adalah segera mengejar dan
berusaha mencari isterinya. Tetapi dari berita-berita yang diterimanya, Rama ternyata tidak
segera melakukan upaya mencari dirinya. Bukankah ia titisan Dewa Wisnu? Bukankah Rama
juga sakti? Mengapa ia tak melakukan usaha apapun, saat isterinya diculik? Mengapa Rama
justru mengutus 'agen rahasia' yang bernama Anoman untuk menemui dirinya? Mengapa
perintah Rama kepada Anoman, adalah supaya mengabarkan bahwa Rama dalam keadaan baikbaik saja? Mengapa Anoman hanya disuruh menyerahkan sebuah cincin kepadanya? Mengapa
Anoman tidak diperintahkan untuk 'menculik' Dewi Sinta dan membawanya kembali ke Ayudia?
Berjuta pertanyaan bergaung berulang-ulang di dalam benak Dewi Sinta.

Meskipun Dewi Sinta tetap mencintai Rama, tetapi penantian yang begitu lama dan kesepian
yang merajam hatinya setiap hari dan setiap malam, membuatnya akhirnya juga berpikir. Pikiran
buruk itu, juga seringkali melintas di benaknya. Ia selalu berusaha menepis berbagai pikiran
buruk itu. Tetapi, pikiran dan bayangan itu selalu saja datang sendiri setiap kali ia merenung.
Sesekali ia sempat juga terpikir, bahwa Rama bukanlah laki-laki yang sejati. Bagaimana bisa
seorang laki-laki sejati bisa membiarkan isterinya diculik selama tiga tahun dan ternyata ia tidak
melakukan upaya apapun? Sesekali, muncul juga pikiran yang menyatakan bahwa Rama
merupakan suami yang tidak bertanggung-jawab. Jika ia memang suami yang bertanggungjawab, mengapa selama bertahun-tahun membiarkan saja isterinya disekap di keputren negara
lain? Sesekali, muncul juga pikiran yang mempertanyakan sumpah dan janji Laksmana, yang
didengarnya sangat jelas, saat membuat garis 'rajah kalacakra' pelindung, sambil mengucapkan
sumpah, yang menyatakan akan selalu menjaga dan melindungi Dewi Sinta selama hayatnya.

Dewi Sinta juga manusia biasa. Ia juga wanita seperti layaknya wanita lainnya. Yang
membedakannya hanya kedudukannya semata. Saat Rahwana datang menemuinya, sesekali
sempat juga ia memperhatikan tubuh Rahwana yang tinggi besar, gempal, berotot, dan atletis.

Bahkan tubuh Rahwana jauh lebih tegap dari pada Rama suaminya. Rahwana, jelas jauh lebih
'macho' dan tentu bisa membuat setiap wanita gandrung dan mabuk kepayang. Sebagai seorang
wanita muda yang sudah sekian lama tak tersentuh laki-laki. Dewi Sinta beberapa kali juga
sempat merasakan detak jantungnya tiba-tiba berdegup keras tak terkendali. Bulu kuduknya
seringkali berdiri meremang, saat membayangkan tubuh Rahwana menyentuh dirinya. Bukan
karena takut, tetapi karena terbuai oleh bayangan indah yang tiba-tiba merangsek ke dalam
benaknya. Keringat dinginnya mengucur begitu saja di seluruh permukaan tubuhnya. Tubuhnya,
tiba-tiba berubah menjadi panas dan seketika otaknya tidak lagi bisa berpikir jernih. Ada gejolak
gairah yang tiba-tiba menyeruak tanpa bisa dikendalikannya. Badannya bergetar hebat, lidahnya
terasa menjadi kelu dan sukar untuk berkata-kata. Jari-jari tangannya yang lentik, tiba-tiba
menjadi gemetar. Tubuhnya lemas dan seakan ia tidak mempunyai kekuatan untuk
menggerakkannya. Hatinya sejenak menjadi resah dan gelisah. Saat ia menjawab pertanyaan
Rahwana, kalimat yang terlontar dari mulut mungilnya begitu bergetar, sehingga saat
mengucapkannya menjadi terbata-bata. Untunglah, Rahwana menganggap kalimat yang
diucapkan terbata-bata itu, sebagai ucapan seorang yang sedang dilanda ketakutan hebat. Andai
saja Rahwana tahu apa yang sedang dirasakannya, mungkin ceritanya akan menjadi lain.....

Malam-malam yang dingin, sepi, dan hanya ditingkah oleh suara cengkerik dan binatang malam,
membuat Dewi Sinta sering melamun kesepian. Dalam tidurnya, semakin lama semakin sering ia
memimpikan Rahwana; dan semakin lama semakin berkurang pula mimpi-mimpi tentang Rama.
Mimpi-mimpi 'indah' itu selalu datang sendiri tanpa diminta. Diam-diam Dewi Sinta telah jatuh
cinta kepada Rahwana! Itulah kenyataan yang dialaminya. Ada perasaan galau, sewaktu
memikirkan betapa Rahwana sangat mencintai dirinya, sementara Rama yang dicintainya justru
tak pernah ada kabar beritanya, seakan Rama telah membiarkan dan menelantarkan
dirinya. Namun, otak dan perasaan seringkali memang tidak sejalan. Di malam-malam yang sepi,
Dewi Sinta sering menangis, karena merasa telah berdosa. Ia merasa telah membagi dua
cintanya. Di dalam hatinya, diam-diam telah terukir nama Rahwana sebagai seseorang laki-laki
yang selalu dimimpikannya, tetapi akan pernah tidak bisa dimilikinya.......
Bila Cinta Duryudana hanya untuk Banowati, maka Rahwana pun tak mau kalah,
CintaRahwana hanya untuk Shinta seorang. Dalam cerita Ramayana, Rahwana adalah raja dari
kerajaan Alengkadiraja, yang merupakan Negara adidaya yang terkenal dan makmur. Kisahnya
berawal dari pembuangan Rama ke hutan, dan dia mengembara ke hutan Dandaka yang diikuti
adiknya Laksmana dan Sinta istri Rama, puteri Prabu Janaka.
Rama yang seharusnya menggantikan ayahnya menjadi raja di kerajaan Ayodya terpaksa harus
mengembara di hutan setelah ibu tirinya Kaikeyi mengingatkan janji Dasarata, ayah Rama
bahwa yang berhak atas takhta adalah Barata dan Rama harus dibuang selama lima belas tahun.
Selama mengembara di hutan banyak cobaan yang dialami Rama, Laksmana dan Sinta. Mereka
bertemu dan harus menghadapi para raksasa yang mengganggu masyarakat di sekitar hutan

Dandaka. Salah satu musuh mereka adalah raksesi yang bernama Surpanaka, yang sangat
bernafsu menginginkan Rama dan Laksmana untuk menjadi suaminya. Karena jengkel,
Laksmana membabat hidung Surpanakan hingga putus. Surpanaka kemudina mengadu kepada
kakanya, yang tak lain adalah Rahwana, raja raksasa di Alengkadireja. Tentu saja Rahwana
marah dan beniat untuk balas dendam. Rahwana kemudian menuju ke tempat dimana Rama,
Sinta dan Laksmana, dan dengan bantuan Marica, Rahwana berhasil menculik Sinta istri Rama.

Burung Jatayu yang berusaha untuk menghalangi Rahwana, tewas oleh senjata Rahwana.
Namun ia sempat memberitahu nasib Sinta kepada Rama yang sudah diculik oleh Rahwana.
Mendengar bahwa istrinya diculik, Rama dan Laksmana kemudian pergi ke Alengka untuk
mencari Sinta.
Sementara Sinta yang diculik Rahwana dan dibawa ke Alengka sebenarnya mendapat perlakuan
yang baik dari Rahwana. Meskipun Rahwana menculik Sinta, karena balas dendam bukan berarti
dia lalu melakukan tindakan yang tidak baik pada Sinta atau bahkan melukainya. Rahwana
melakukan itu karena dia sangat mencintai Sinta. Bahkan selama dalam masa penyekapan, tak
pernah sekalipun Rahwana menyentuh apalagi melakukan hal yang tidak baik kepada Sinta.
Tiga tahun Dewi Sinta disekap di dalam keputren Alengkadireja, dia ditemani oleh Dewi
Trijatha. Setiap hari, Rahwana selalu datang ke keputren untuk mengunjungi sang pujaan hati,
Dewi Sinta. Dan dengan kata-kata yang halus Rahwana selalu menyakan kepada Dewi Sinta
apakah ia bersedia untuk menjadi permaisurinya. Rahwana juga selalu menyatakan bahwa ia
hanya mencintai Dewi Sinta. Ia juga selalu meminta maaf karena telah menculik Dewi Sinta dari
Rama, tapi itu semua dia lakukan karena dia sangat mencintai Sinta. Bahkan Rahwana selalu
mengatakan kepada Dewi Sinta bahwa ia rela berkorban apa saja, asalkan Dewi Sinta bersedia
untuk dipersuntignya.
Namun, jawaban apa yang didapatnya dari Sinta, Sinta selalu menolak untuk dipersunting
Rahwana. Tentu saja jawaban Dewi Sinta membuat hati Rahwana seakan remuk redam, tetapi dia
tidak pernah memaksa Dewi Sinta agar bersedia untuk menjadi permaisurinya dengan kasar,
Rahwana hanya diam, dan perlahan-lahan dia meninggalkan Dewi Sinta . Tapi meskipun sudah
berulang kali dia mendapat penolakan dari Dewi Sinta, Rahwana tidak pernah menyerah, dan
setiap hari dia melakukan hal yang sama. Tentu saja dengan harapan, mungkin Dewi Sinta
berubah pikiran dan mau dipersuntingnya.
Selama tiga tahun, tentu saja Dewi Sinta merasa kesepian dan merasa rindu kepada sang suami
Rama, dan dia juga mulai merasa bimbang. Di lain sisi dia melihat Rahwana adalah orang yang
Jahat karena menculik dirinya. Tetapi di lain sisi, dia juga merasa bahwa Rahwana adalah orang

yang baik, karena selama dia diculik, Rahwana selalu bersikap baik dan sopan kepadanya. Dia
tidak pernah disentuh, dijamah bahkan dilukai oleh Rahwana. Bahkan Dewi Sinta mendengar
bahwa semenjak ia berada di Alengkadireja, Rahwana berubah menjadi seorang raja yang
gembira, murah senyum, dan suasana istana pun berubah.
Selain itu, Dewi Sinta juga memikirkan suaminya Rama, apa yang sebenarnya terjadi dengan
Rama, kenapa sang suami tercinta tidak datang untuk menolongnya? Dewi Sinta juga bertanyatanya tentang kesetiaan Rama, apakah Rama bukan laki-laki sejati. Mengapa saat isterinya
diculik dia tidak segera mengejar dan mencari dirinya? Bukankah dia titisan Dewa Wisnu dan
juga meiliki kesaktian yang tinggi? Dan kenapa Rama justru hanya mengutus Anoman untuk
menemui dirinya hanya untuk, member kabar bahwa Rama dalam keadaan baik-baik saja dan
Anoman hanya diutus untuk menyerahkan cincin kepadanya bukan membawanya kembali
ke Ayodya untuk bertemu suaminya Rama? Pertanyaan-pertanyaan itu terus membayang dalam
pikiran Dewi Sinta. Kadang ia juga teringat akan sumpah janji Laksmana kepada Rama, saat
membuat garis rajah kalacakra pelindung, bahwa ia menyatakan akan selalu menjaga dan
melindungi Sinta selama hayatnya.
Meskipun Dewi Sinta berusaha sekuat mungkin untuk menjaga kesetiaan cintanya kepada Rama,
namun tidak bisa dipungkiri bahwa Dewi Sinta mulai memiliki perasaan yang lain kepada
Rahwana. Mungkin benar orang Jawa bilang witing tresna jalaran saka kulina. Selama tiga
tahun berada di keputren Alengkadireja, dan selama itu pula setiap hari dia selalu bertemu
dengan Rahwana yang tidak pernah kenal lelah untuk menyatakan cinta kepada dirinya dengan
kata-kata yang lembut dan selalu sopan kepadanya. Dewi Sinta mulai merasa gugup bila
Rahwana datang untuk menytaakan hal yang sama, yaitu memintanya untuk menjadi permasuri.
Dalam tidurnya, Dewi Sinta mulai sering memimpikan Rahwana dan mimpi-mimpi indah
tentang Rama sudah mulai berkurang. Dewi Sinta memang sudah jatuh cinta kepada Rahwana.
Namun meskipun demikian dia tetap setia dan selalu menangis bila dia teringat bahwa dia telah
berdosa karena menduakan Rama.
Sementara Rama dan Laksmana yang ingin mencari Sinta , dalam perjalanan dia bertemu
dengan Sugriwa dan Anoman. Kemudian mereka mengikat persahabatan, dan dengan bantuan
Rama, Sugriwa berhasil merebut Kiskenda dari kakaknya Subali. Sebagai sahabat, Anoman pun
membantu Rama untuk mencari Sinta. Dengan pasukan yang dipimpin Anggada, anak Subali,
mereka pergi mencari Sinta.
Dan atas petunjuk Sempati, kakak Jatayu, pasukan pembebas Dewi Sinta menuju ke pantai
selatan. Untuk mencapai Alengka, Anoman harus meloncat dari puncak gunung Mahendra.
Setibanya di Alengka, Anoman berhasil menemui Dewi Sinta dan mengabarkan bahwa Rama
baik-baik saja dan memberikan cincin titipan Rama kepada Dewi Sinta. Itulah yang menjadi
pertanyaan Sinta, kenapa Anoman hanya datang memberikan kabar itu, dan tidak membawanya
langsung saja kepada Rama.

Sekembalinya Anoman, mereka kemudian membuat strategi penyerangan, dan atas


saran Wibisana yang tidak berpihak pada kakaknya Rahwana, dibuatlah jembatan menuju
Alengka. Dengan jembatan itu, semua pasukan bisa masuk ke Alengka dan berhasil
menghancurkan Rahwana dan pasukannya. Dewi Sinta berhasil dibawa pulang kembali ke
Ayodya, dan Wibisana dinobatkan sebagai raja Alengka menggantikan kakaknya.
Cinta Rahwana dan Sinta

Entahlah apa bedanya. Tak ada hati mendikte kata salah atas apa yang terjadi. Bukankah cinta tak
ada yang salah? Tentu tak ada yang salah dengan cinta, hanya saja, kesalahan itu ada pada tata
dimana dan siapa orang yang dicinta..
Melihat dari sisi yang orang lain tak dapat melihatnya. Membaca yang orang lain enggan
membacanya. Dan adalah sebuah kisah cinta teramat sejati, terbenam dalam kesejatian cinta
seorang ksatria yang tak terganti dengan ribuan kisah singgah di telinga. Sebuah kisah Rahwana
dan Sinta.
Rahwana, yang hanya mencintai satu perempuan. Dewi Setyawati namanya. Hingga sang
empunya hati itu meninggalkan dunia fana dan terlahir kembali pada seorang Sinta. Kesetiaan itu
tersimpan utuh. Rahwana mencintai Sinta dengan segenap jiwa, seperti ia jatuhkan hatinya pada
Setyawati. Hanya saja. Sinta bukan seorang yang dengan mudah bisa dimiliki. Dia bersama
Rama. Dia telah menjadi pendamping ksatria lain. Menjadi istrinya.
Rahwana tau, cinta sejati tak butuh dipaksa. Dia pun tak pernah menyentuhnya. Menunggu.
Menunggu adalah hal terbaik agar sang dewi tak terluka hatinya. Agar sang dewi mencintainya
sepenuh hati. Suatu saat nanti. Entah kapan. Padahal dia tlah tau titisan Dewi Setyawati itu
terlahir begitu setia pada suaminya.
Hingga pada waktunya, ketika semua tau kisah cinta itu sampai pada sebuah tragedi
Sebuah ungkapan dari hati yang mengerti seperti apa sejatinya cinta, dari seorang Rahwana,Aku
mencintai Sinta, Rama! Aku akan melakukan apapun untuknya. Aku benar-benar mencintainya,
bukan sepertimu yang menikahinya hanya karena berhasil memenangkan sayembara. Semua
perbuatanku yang kau sebut mengacau sebenarnya adalah usahaku dalam rangka mendapatkan
kembali Sinta.

Butuh waktu sangaaat lama untukku sampai pada pemahaman ini, tapi akhirnya aku mengerti:
Cinta tidak dapat dipaksa. Dan hakekat cinta adalah saat kau bisa merelakannya tanpa terpaksa.
Semakin sejati cinta maka semakin rela kau melepaskannya. Maka hari ini demi kesejatian
cintaku pada Sinta kurelakan ia pergi dari istana untuk hidup bersama denganmu, Rama. Jagalah
Sinta dengan segenap jiwa dan raga. Jagalah ia demi kehormatanmu sebagai seorang ksatria serta
kehormatanmu sebagai seorang pria. Semoga kalian bahagia.
Demikian cara Rahwana mencurahkan cintanya, cinta sejati yang tentu tak pernah dia ingin
rasakan sakitnya. Seandainya pun dewa mengabulkan mimpinya, tentu ia mengharap sebuah
jalan indah untuknya, dan Sinta. Bukan sebuah pembelaan. Hanya satu legenda yang sempat
singgah. Bukan dari pertunjukan-pertunjukan seorang dalang yang menanamkan kebencian
penontonnya pada rahwana. Yang melabelkan penokohan antagonis dan kejahatan saja dalam diri
seorang Rahwana. Tapi dari orang-orang yang mengerti cinta. Yang mengisahkan dari hati, tanpa
menyembunyikan. Tak terikat aturan akan perjalanan sebuah drama. Tentang cinta Rahwana
yang begitu suci. Yang menjaga pujaan hatinya. Tak melulu bercerita tentang dirinya sebagai
raksasa dan identik dengan keburukan.
Bagaimana cintanya tak dianggap sejati? sedangkan dia, Rahwana, bahkan tak pernah sedikitpun
menyentuh dewinya. Telah tertanam dalam hati, sebuah janji, takkan dia sentuh Sang Cinta
sebelum Dewi Sinta sendiri menyerahkan hati dengan tulus kepadanya, lalu kenapa Dewa diam
saja? Apa karena kejahatan Raja itu? Tentu tidak. Mana mungkin seorang yang jahat mendapat
begitu banyak cinta dari rakyatnya. Bahkan beramai-ramai membela dan mengorbankan diri
untuk Sang Raja dalam sebuah perang hidup mati yang sangat melegenda itu. Dari cerita Sujiwo
Tejo, meski tak terekam kata-kata persisnya, sebuah percakapan sebelum tragedi yang
menyedihkan, terkenang dengan saksama. ketika Rama dan bala tentara kera sudah meluluh
lantahkan negeri Alengka, dan saat itu Rahwana berpamitan pada Dewi nya.
Rahwana, kau jangan menghadapi suamiku, dia sungguh sakti, kata Sinta.
tidak Sinta, aku seorang kesatria dan aku harus memperjuangkan apa yang dapat ku
perjuangkan
tapi Rahwana, Rama itu titisan Dewa, kau takkan bisa mengalahkannya,
tidak wahai Dewi, seandainya aku harus mati, aku akan tetap menghadapinya
Rahwana? Tidakkah Kau lihat negerimu sudah hancur? Dan rakyatmu sudah banyak yang
gugur

justru itu Sinta, Raja macam apa aku ini jika rakyatku sudah mengorbankan dirinya sedangkan
aku bersembunyi? Seandainya pertarungan ini bukan untuk aku bisa mendapatkanmu, maka
pertempuran ini adalah untuk kehormatan bangsaku
Lalu untuk pertama kalinya Dewi Sinta memegang pundak Rahwana sambil menangis. Itukah
jawaban Dewa? Ya tentu. Menurutku. Kesuciannya terbalas. Karena setiap cinta yang sejati lahir
dari hati. Bukan karena sebuah perlombaan. Bukan karena paksaan atau sekedar aturan. Meski
pada akhirnnya cinta sejati harus tetap merelakan.
Ini Prabu Rama, seorang kesatria yang mempertahankan harga diri dan istrinya, yang ini Dewi
Sinta, seorang dewi yang setia, menjaga kesucian diri hanya untuk suaminya, dan yang ini
Rahwana, seorang Raja yang memperjuangkan cinta, dan negerinya.
Sisi lain dari kisah pewayangan RAMAYANA. Sebernya aku dah lama denger cerita ini,
tapi kemaren habis nonton Sudjiwotedjo ndalang cerita ini jadi pengen ngeshare juga.

Ketika kita mendengar Judul RAMAYANA yang terlintas di sebagian besar masyarakat
Indonesia adalah kisah tentang Perjuangan Epik Rama seorang pangeran dari Negara
ayodia menyelamatkan istrinya Shinta yang diculik dan hendak di peristri oleh Raja
Raksasa Rahwana.

Dalam pelajaran di Sekolah dasar dan SMP biasanya hanya disampaikan pada epos ke-5
saat Rama di bantu pasukan kera yang dipimpin Hanoman akhirnya mengalahkan
pasukan Raksasa yang dipimpin Rahwana. Shinta kembali ke pelukan Rama, sedangkan
Rahwana gugur dalam perang. Kebaikan mengalahkan Kejahatan, happy ending.

Kenyataanya itu hanya sampai pada epos 5 dari keseluruhan 7 epos Ramayana.
Pertempuran di Alengka, kerajaan Rahwana adalah awal dari Epos 6, yang menunjukkan
cerita betapa maha cinta-nya si Raja Raksasa Rahwana. Bagaimana disana ditunjukkan
bahwa tidak ada yang benar-benar jahat, dan tidak ada yang benar-benar baik. 2 sisa epos
ini yang kemaren diangkat oleh Sudjiwo Tedjo dalam Maha Cinta Rahwana.

Shinta sudah kembali ke daerah hutan Bharata tempat Arjuna membangun kerajaanya
ketika dia ketahuan Hamil. Saat itu Rama murka. Dia menuduh bahwa selama masa
penyekapan Shinta oleh Rahwana, mereka sempat bercampur dan anak dalam kandungan
Shinta adalah anak dari Rahwana.
Shinta sedih atas tuduhan Rama, dia menjelaskan bahwa dia tidak pernah bercampur
dengan Rahwana karena kenyataanya Rahwana takut menyentuh Shinta karena dia tahu
kalau Rahwana berani menyentuh Shinta, sang putrid tidak akan segan untuk bunuh diri.
Ego Rahwana memaksa untuk memiliki Shinta, tapi pada akhirnya Hatinya menang
karena tidak tega menyakiti kekasih yang dia Cintai.

Tak lama Rama menuntut Shinta untuk membuktikan kesucianya dengan ritual pati
obong. Sebuah ritual melompat kedalam api. Shinta bersedia, demi membuktikan
pengabdianya kepada sang suami. Sebuah api unggun besar di buat di alun-alun kota. Di
saksikan oleh Rama, Lesmana dan Puluhan warga Shinta melompat kedalam api unggun.
Setelah berjam-jam api bergolak dengan panas, api unggun itu padam dan Shinta selamat.
Bukti bahwa Shinta suci.

Lesmana dan warga bersorak gembira dengan hasil itu, tapi tidak dengan Rama. Rama
masih ragu dengan Shinta. Malam hari setelah Ritual Pati obong dia mengajak Lesmana
untuk bicara 4 mata. Dia meminta lesmana untuk membawa Shinta ke tengah hutan
Baratha dan membunuhnya. Pada awalnya Lesmana menolak, tapi karena itu adalah
perintah dari kaka sekaligus Rajanya akhirnya dia menyanggupi.

Pagi harinya, Lesmana mengajak Shinta ke tengah hutan. Alih-alih membunuh Shinta
disana dia membuatkan sebuah rumah pohon untuk Shinta tinggali. Dia menceritakan
permintaan Rama kepadanya, Shinta menangis sejadi-jadinya namun berterima kasih
pada pada kebaikan hati Lesmana. Lesmana meninggalkan Shinta di tengah hutan dalam
keadaan hamil, tapi itu adalah hal terbaik yang bisa dilakukannya untuk menyelamatkan
nyawa Shinta.

Dalam perjalanan pulang dia sempatkan berburu Rusa, anak panah yang masih ada darah
rusa itu di serahkan ke Rama sebagai bukti bahwa dia telah membunuh Shinta. Rama
senang, dan beberapa waktu kemudian menikah dengan adik sulung Rahwana,
Surpanakha yang sebelumnya dijadikan tawanan perang. Rama akhirnya menghabiskan
masa hidupnya bahagia dengan istri dan selir-selir di kerajaan yang dia bangun.

Nasib lain di alami Shinta. Beberapa bulan setelah dia ditinggal Lesmana di tengah hutan,
usia kandungnya sudah sampai pada waktu melahirkan. Saat itu hujan badai diluar.
Tanpa pertolongan seorang dukun beranak Shinta berjuang melahirkan anaknya. Dalam
rasa sakit yang hebat dia berusaha meraih-raih tirai untuk digenggam sambil dia
mendorong anaknya keluar. Malang dia meraih ekor se-ekor ular raksasa. Kaget dan
panic, dua anak kembar Shinta lahir, namun Shinta sendiri tidak selamat.

Dalam keadaan kritis itu jiwa Rahwana menerobos keluar dari Dhurma (alam setelah
mati) menjemput ke-2 anak kembar Shinta dan menyerahkan dalam asuhan Valmiki
(seorang sakti, resi, dewa). Dalam perjalananya ke Kahyangan untuk menemui Valmiki,
Rahwana membentangkan dua anak kembar yang akhirnya diberi nama Lava dan Khusa
kepada dunia. Dia bertutur Hai Dunia? Sesungguhnya siapa yang Banjingan? Aku atau
Rama?.

Well ya Ramayana memang merupakan sebuah karya sastra yang mengagumkan. Betapa
dalam tiap epos-nya mengundang kita untuk berdecak kagum dengan aksi, emosi, dan
penokohan karakternya.
Satu hal tentang Ramayana, di cerita itu tidak ada ada karakter yang benar-benar baik,
dan tidak ada yang sepenuhnya hitam. Lihatlah Rama, yang heroic tapi tega menyuruh
adiknya untuk membunuh istrinya, dan bahkan menikah dengan adik sulung musuh
bebuyutanya. Lihatlah Lesmana, yang loyal dan setia tapi dalam kebingungnya dia
memilih menghianati raja sekaligus kakaknya. Lihatlah Shinta, yang setia namun di
Hatinya mengagumi Rahwana dengan diam-diam

Lalu Rahwana, sang Maha Cinta. Dia yang sangat Jahat dengan merebut Shinta dari
Rama namun tetap mencintai Shinta meskipun dengan cara yang salah. Betapa dia sangat
takut untuk menyakiti orang yang dicintainya. Mati untuknya, kemudia menerobos keluar
Dhurma untuk menyelamatkan anak dari orang yang di Cintainya. Maha Cinta Rahwana.
TEMPO.CO, Jakarta - Menangkap momentum 25 tahun Sujiwo Tejo berkarya sebagai
budayawan Indonesia, para sahabat menghadirkan sebuah konser musik bertajuk "Maha Cinta
Rahwana". Dibalut dengan gimmick dan adegan, konser ini bisa dinikmati sebagai sajian musik.
"Saya juga enggak tahu apa-apa, tiba-tiba dua bulan lalu anak-anak ini bilang pokoknya harus
ada acara," kata Sujiwo Tejo seusai pementasan "Maha Cinta Rahwana" di Taman Ismail
Marzuki, Jumat, 30 Agustus 2013.
Lewat konser ini, Tejo--begitu ia biasa disapa--menawarkan perspektif yang baru dalam melihat
sosok Rahwana. "Selama ini, Rahwana dilihat kejam dan seram, tapi dia mencintai, dan itu tidak
salah. Ia hanya salah dalam hal moral," ujar Tejo di sela-sela komentarnya.
Ia pun menyelipkan kalimat yang mencerminkan cerita cinta antara Rahwana dan Sinta.
"Menikah itu nasib, mencintai itu takdir," ujarnya dalam pentas tersebut. Tidak hanya
menawarkan cerita cinta Rahwana, Tejo yang dibantu beberapa pengisi acara pun memasukkan
celetukan-celetukan yang membuat kita sadar dengan kondisi sosial sekitar.
Salah satu celetukannya saat ia menyodorkan mikrofon ke arah penonton. "Aku
ini ngasih mikrofon bukan karena lupa lirik. Bukan enggak hafal Indonesia Raya," celetuknya,
yang membuat para penonton tertawa terpingkal-pingkal. Hal itu terkait, belum lama ini, dengan
seorang menteri yang tertangkap kamera tidak hafal menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Celetukan itu hanyalah satu dari sekian yang berhasil mengocok perut para penonton. Acara yang
diadakan di Taman Ismali Marzuki ini terbilang sukses. Pada malam pertama pementasan, kursi

penonton terisi 90 persen. Rencananya, hari ini, Sabtu, 31 Agustus, juga akan kembali
dipentaskan konser dengan judul yang sama.
Pada pementasan pertama, Sujiwo Tejo dibantu beberapa pengisi acara, seperti Butet
Kartaredjasa, Glenn Fredly, Syaharani, Sruti Respati, dan Tya Subiakto.
Dalam acara tersebut dibawakan beberapa lagu Sujiwo Tejo yang disusun menjadi sebuah alur
cerita, sesuai dengan kisah Rahwana dan Sinta. Beberapa lagu tersebut antara lainIngsun, Hujan
Deras, Anyam Anyaman Nyaman, Blak Blakan, Ole Olang Wanita, Pada Sebuah Ranjang, dan
juga lagu terbaru Sujiwo Tejo, Maha Cinta Rahwana, yang dibawakan oleh Glenn Fredly.
Peperangan pun tak dapat dihindari, Shinta yang berada di tengah pusaran badai peperangan tak
bisa berhenti menyalahkan dirinya, seandainya saja saat itu ia menyingkirkan harga dirinya dan
ikut bersama Hanoman pastilah tak perlu terjadi peperangan.. Ia berdoa dan meminta dewa untuk
memenangkan suaminya, meski ia tahu Rahwana sangat sakti tetapi ia tak ingin menikah dengan
Rahwana, dalam hati Shinta tahu dengan pasti bahwa Rahwana mencintainya dan pasti akan
mengabulkan semua permintaannya kecuali untuk kembali pada Rama.
Meski tinggal dalam satu istana, Rahwana tak pernah sedikitpun berniat menodai Shinta, ia
hanya datang sesekali untuk melihat keadaan Shinta dan setiap kali itu pula Shinta selalu
membuang muka, tak pernah bicara, tak makan, dan tak ingin keluar dari kamarnya. Rasanya
Rahwana hampir putus asa, Taman Asoka yang dibuatnya untuk Shinta tak bisa
membahagiakannya, baju, emas dan permata tak menyenangkan hatinya, buah, daging, dan
segala jenis makanan tak menarik seleranya. Bila terus begini Shinta pasti akan mati, cepat atau
lambat. Tujuan Rahwana membawa Shinta ke Alengka agar dapat melindunginya ternyata tak
lebih baik dari membiarkan Shinta di hutan sendiri dan mati dimakan raksasa. Frustasi, Rahwana
mendatangi Wibisana yang merupakan adik sekaligus penasihat kepercayaannya. Namun nasihat
Wibisana sangat tak memuaskan hati Rahwana, bagaimana tidak, Wibisana menyarankan untuk
mengembalikan Shinta ke tangan Rama, karena menurutnya peperangan ini sebenarnya tak perlu
terjadi andai Rahwana tak menahan Shinta.
Tak pernah terlintas sedikitpun dalam benak Rahwana untuk menyerahkan Shinta kepada Rama,
ia tak ingin mengembalikan Shinta hanya untuk mengabdi pada Rama yang tak punya apa-apa.
Shinta layak hidup sebagai Ratu dengan bergelimang kemewahan dunia dan bahagia tanpa
pernah tau apa itu penderitaan. Maka saran dari Wibisana ia abaikan, ia rela meski harus
mengorbankan banyak nyawa rakyatnya demi mempertahankan Shinta. Dikeluarkannya senjata
pusaka pedang bulan, dipilihnya kuda terbaik untuk menarik kereta perangnya, diperintahkannya
seluruh pengawalnya untuk menjaga taman Asoka dan melarang siapapun mendekati Shinta. Ia
siap berperang.
Di dalam peperangan, pasukan Rama sebenarnya nyaris kalah, jika saja dewa tak mendengar doa
tulus Shinta dan menurunkan busur sakti untuk mengalahkan Rahwana. Rama tak tahu hal ini, ia

menganggap kemenangan ini karena strategi dan keberpihakan dewa kepadanya untuk
membunuh Rahwana yang lalim. Namun dewa tak tega pada ketulusan Rahwana terhadap
Shinta, jasad Rahwana yang tergolek tak bernyawa diangkat dewa ke nirwana, disucikan dan ia
bereinkarnasi menjadi resi, untuk menebus dosa-dosanya di masa lampau, ia bertapa menjauhkan
diri dari keinginan memiliki Shinta, namun cintanya tetap tulus hanya untuk Shinta tak sedikit
pun Rahwana ingin menikah dengan wanita lain setelah ia menjadi resi.
Shinta yang telah mendengar kabar bahwa Rama memenangkan peperangan dan mengharap
kedatangan Rama untuk menjemputnya di taman Asoka ternyata tak jua menjadi nyata. Betapa
suaminya sangatlah angkuh, Shinta dijemput oleh Laksmana karena Rama tak sudi
menginjakkan kaki di istana Alengka. Shinta patah hati, setelah bertahun-tahun merindukan
suaminya, ternyata Rama tak merindukannya, karena kalau Rama merindukannya ia pasti
bergegas datang menjemput Shinta langsung di taman Asoka. Kalaupun Rama merindukannya,
rindunya kalah oleh egonya. Namun Shinta paham, suaminya sejatinya adalah seorang raja meski
tanpa kerajaan, ada batas-batas prinsip yang dipegangnya untuk menunjukkan wibawa. Maka
dengan hati lapang Shinta memaafkan Rama dan tersenyum saat memeluknya di istana kerajaan
Kosala.
Di istana, Bharata sang adik tiri merasa bahwa Rama lebih berhak atas tahta dibandingkan
dirinya, maka ia meyakinkan ibunya untuk tak mendendam lagi terhadap Rama, dan merelakan
kedudukannya sebagai raja. Sekali lagi Rama menjadi pahlawan bukan karena dirinya, tetapi
karena kebaikan orang-orang disekelilingnya. Ia diangkat menjadi raja Kosala, dan memerintah
di istana bersama Shinta. Namun, ibu tiri Rama tak menyerah begitu saja, meski ia tahu anaknya
tak lagi mau menduduki singgasana raja, ia tetap tak rela Rama menjadi raja. Maka
disebarkannya berita tentang Shinta yang tak lagi suci, dihasutnya rakyat untuk meminta
pembuktian ratu mereka, diguncangnya pemerintahan Rama yang baru saja dikukuhkan.
Lagi-lagi Rama kalah terhadap egonya, ia mempertanyakan kesucian Shinta, meski Shinta
berulang kali menjelaskan bahwa Rahwana tak pernah sekalipun menyentuhnya, Rama tak
percaya. Lalu Shinta yang tak tahu harus bagaimana membuktikan pada Rama hanya bisa berdoa
agar dewa memberikan petunjuk padanya. Di hari yang telah ditentukan, Shinta meminta Rama
untuk menyiapkan api unggun di pelataran istana, ia berkata bahwa meski seluruh dunia tak
percaya padanya seharusnya Rama sebagai suaminya yang paling mengenal dirinya adalah orang
yang akan tetap percaya padanya, karena itu yang akan Shinta lakukan jika seluruh dunia
berpaling dari Rama maka dirinya adalah orang terakhir yang akan selalu berada disampingnya.
Namun Rama yang telah goyah kepercayaannya malah memalingkan muka saat istrinya masuk
ke dalam api yang berkorbar, setengah hatinya percaya bahwa istrinya tak bersalah tapi setengah
lagi berharap agar istrinya membuktikannya pada dunia agar tak ada lagi suara-suara sumbang
yang menggoyah pemerintahannya. Disaat Rama bersiap untuk berduka, karena sebagai manusia
biasa tak mungkin istrinya selamat dari api, ternyata dewa Agni mendengar doa Shinta dan
melindunginya dari panasnya api, bahkan sehelai rambut dan ujung gaunnya pun tak tersentuh
api. Shinta melangkah keluar dari kobaran api dengan anggun, rakyat terpana dan percaya bahwa

dewa memang melindungi Shinta, yang berarti bahwa Shinta tak bersalah. Rama bahagia.
Pertama, karena ia mendapatkan istrinya kembali dan yang kedua kini tak ada lagi yang akan
mempertanyakan keadilannya sebagai seorang raja, karena bahkan ia rela meminta istrinya
masuk ke dalam api untuk membuktikan kesuciannya. Keegoisan Rama dibalas cinta sempurna
Shinta.
Beberapa bulan kemudian Shinta menunjukkan tanda-tanda bahwa ia hamil. Seluruh rakyat
Kosala bersuka cita menanti pewaris tahta dari raja yang mereka cintai. Namun bagi Kaikeyi, ibu
tiri Rama, berita ini adalah bencana. Jika Rama memiliki pewaris maka hilang sudah kesempatan
bagi Bharata, putranya, untuk menjadi raja menggantikan Rama. Hal ini tak boleh dibiarkan.
Maka dibuatlah rencana untuk membuang Shinta, ibu tiri Rama meminta Rama dan Bharata
untuk berburu burung yang sangat indah bulunya karena ia mendengar bahwa tak ada seorang
pun yang memiliki burung itu, ia ingin sekali memilikinya. Dengan khidmat, kedua putra nya
tersebut tanpa curiga memenuhi keinginan ibu mereka, Laksmana yang tak bisa terpisahkan dari
Rama curiga bahwa ini jebakan ibu tiri mereka untuk membunuh Rama, membuntuti kedua
ksatria tersebut. Laksmana salah. Karena yang diincar Kaikeyi bukanlah Rama melainkan Shinta.
Shinta dibuang ke suatu tempat yang sangat jauh, ditutup matanya agar tak bisa kembali ke
Kosala. Pada Rama yang baru saja kembali dari perburuan, dikatakan bahwa Shinta yang tengah
mencari buah di hutan dekat istana hilang tanpa kabar. Para pengawal dan Rama langsung
menyusuri hutan dan mencari tanda-tanda keberadaan Shinta. Tentu saja mereka tak menemukan
sedikit pun tanda yang bisa menjadi petunjuk dimana Shinta berada. Pencarian dilakukan
berminggu-minggu, hingga akhirnya Rama putus asa dan menyerah. Ia akhirnya mengumumkan
bahwa istrinya hilang dan mungkin saja telah mati dimakan hewan buas atau raksasa. Rama
berduka, rakyat Kosala berduka, Kaikeyi tersenyum menang. Akhirnya, impiannya untuk
menempatkan Bharata sebagai raja menunjukkan titik terang.
Shinta, yang dibuang ke hutan sendiri dan kelaparan tak kuasa menahan tangisnya, ia meratapi
nasibnya dan bertanya pada dewa mengapa terus-menerus ia menderita. Ratapan Shinta
terdengar oleh resi yang sedang bertapa di dalam gua yang terletak tak jauh dari tempat Shinta
berada. Biasanya suara apapun tak pernah mengganggu tapa sang resi, meski petir dan badai
sekalipun tak pernah menggoyahkan keteguhan semedinya. Namun ratapan tangis perempuan ini
sanggup menyayat hatinya, membuatnya tak mampu berkonsentrasi memanjatkan puja pada sang
dewata. Ia memutuskan keluar dari guanya dan mendapati Shinta yang terduduk dengan baju
terkoyak tak berdaya, saat itu dia terkejut, jelas baginya mengapa tapanya terganggu, wanita
yang paling dicintainya sedang menangis tersedu. Ia adalah Rahwana yang telah bereinkarnasi
menjadi resi.
Shinta yang tak lagi mengenali Rahwana yang telah menjadi Resi merasa sangat tertolong. Sang
resi memberinya tempat berteduh di dalam gua dan mencarikan makanan untuk dirinya. Shinta
mulai menerima kenyataan bahwa takdir mungkin harus memisahkannya dari Rama, ia tak lagi
meratap dan bersedih, rasa cintanya kepada Rama terlalu besar. Hingga saat ia melahirkan kedua

anak kembarnya, Kusa dan Lawa, selalu diajarkan kepada anak-anaknya tentang kehebatan ayah
mereka. Rahwana yang telah menjadi resi merasa dewa mengabulkan doanya. Meski tak
menikahi dan memiliki Shinta, ia mampu melindungi Shinta dan bahkan membesarkan anakanak Shinta layaknya anaknya sendiri. Kini hidupnya telah lengkap, berada disisi wanita yang
sangat dicintainya tanpa dibenci oleh Shinta bahkan sekarang Shinta menatapnya dengan
pandangan hormat, ia tak pernah meminta lebih dari ini. Bahagia itu sederhana, melihat Shintanya tersenyum setiap hari, sehat dan tak membencinya, sudah cukup baginya.
Sepuluh tahun berlalu, Rama yang sedang melakukan kunjungan ke kerajaan sekutu, melewati
hutan tempat tinggal Shinta. Ia mendengar lagu yang dinyanyikan oleh Kusa dan lawa yang
sedang bermain. Lagu yang menceritakan kehebatan dirinya. Didatanginya kedua anak leleki
tersebut, dan ia meminta mereka bercerita siapa diri mereka. Dari cerita Kusa dan Lawa, ia sadar
bahwa Shinta belum mati dan kedua anak tersebut adalah anaknya. Maka diboyonglah Shinta
dan kedua anaknya ke Ayodhia, meninggalkan Resi yang kali ini telah rela ditinggalkan oleh
Shinta dan melanjutkan tapanya tanpa tertinggal keinginan duniawi lagi dan akhirnya diterima
dewa dan diangkat ke nirwana.
Ditengah kebahagiaan Rama yang berkumpul kembali dengan istri dan anaknya, Kaikeyi
menyebarkan sangsi tentang anak-anak Shinta dan dengan cepat rakyat Kosala lagi-lagi
terpedaya. Shinta yang kali ini mendengar kabar tersebut, sebelum sempat terucap kalimat
ketidakpercayaan Rama (karena ia melihat mata Rama yang mulai menatapnya tak percaya) ia
berdoa kepada dewa Bumi agar menerimanya jika memang kedua anak tersebut merupakan anak
kandung Rama dan dirinya tetap suci. Rama yang tidak sempat mencegah doa Shinta hanya
mampu menatap bumi yang terbelah dan menelan Shinta yang meneteskan air mata. Rama
terguncang, ia tak bisa menerima kenyataan bahwa istri yang sangat ia cintai telah
meninggalkannya karena dirinya tak mampu meyakinkan rakyatnya bahwa istrinya tak bersalah,
bahwa Shinta adalah wanita yang menjaga kesuciannya, dimanapun ia berada. Maka Rama
meninggalkan tahtanya dan menjadi petapa, untuk menebus seluruh dosa-dosanya terhadap
Shinta.
Tamat

Epilog: Kaikeyi meminta Bharata untuk maju menggantikan Rama, tapi Bharata yang tahu
perbuatan ibunya merasa malu, dan justru marah kepada Kaikeyi dan bersumpah untuk
meninggalkan Ayodhia selamanya. Sebenarnya Kaikeyi hanya menuntut haknya yang dulu
dijanjikan oleh raja Dasarata bahwa anaknya lah yang akan menjadi raja, namun ambisinya
ternyata malah menjauhkannya dari putranya sendiri, menyebabkan kematian suaminya (karena
tak sanggup membuang Rama, anak kesayangannya) dan akhirnya berakhir sendiri tak bahagia
meski tinggal di istana

Note: Cerita ini fiksi, dengan informasi dari cerita Ramayana karya Walmiki. Saya hanya ingin
akhir bahagia untuk Rahwana, karena merasa bahwa mungkin saja ia tak jahat, tetapi manusia
terbiasa menilai dari penampilan, bahwa raksasa identik dengan hal-hal jahat dan menakutkan.
Karena di berbagai literatur yang saya baca Dasamuka (nama lain Rahwana) merupakan simbol
dari pengetahuannya yang luas tentang banyak hal, termasuk agama. Dan tak mungkin seseorang
yang memiliki pengetahuan agama akan berbuat kejam. Kemudian saya membaca bahwa
peristiwa Ramayana dipicu oleh ambisi Kaikeyi dan Surpanaka, masing-masing memiliki latar
belakang yang sangat humanis, membuat cerita ini sebenarnya lebih sinetron dari sinetron yang
banyak ditampilkan di TV. Karena selalu ada sisi manusia yang lemah dibalik ambisi jahat
seseorang. Bahwa sisi lembut seorang wanita tetap ada meski ia terlihat jahat. Selain itu saya
selalu merasa Rama adalah seorang lelaki yang tak tegas, tak layak mendapatkan cinta Shinta
yang murni. Rasanya sebagai wanita biasa, saya pasti tidak akan sanggup menjalani penderitaan
disebabkan oleh kesangsian suami. Itu sebabnya Shinta menjadi dewi dan doanya didengar oleh
dewa, karena ia bukan wanita biasa
Mitologi masa lampau selalu sukses mengikat kita pada cinta sejati yang semu. Malam ini sedikit
diskusi sama Dani. Adik romantis yang kadang blo'on tapi jenius. Banyak dongeng-dongeng,
mitologi, yang menyesatkan pola pikir kita. Cerita-cerita Disney yang menuntun pada stigma
"hanya wanita cantik dan pria tampan yang bisa bahagia". Dulu seorang teman juga menulis di
blognya tentang kisah sleeping beauty yang tak lebih dari cerita pangeran mesum yang
seenaknya 'nyosor' putri cantik yang sedang tidur. Aku rasa memang sudah saatnya meletakkan
logika peristiwa.
Sering kali muncul pertanyaan mengapa percintaan Rama-Shinta tak pernah sukses menyentuh
rasa haru. Aku rasa bukan karena dalang yang gagal mentransfer ilmu. Bukan juga karena bapak
yang selalu merubah kisah tragedi menjadi komedi. Mungkin karena cinta Rama dan Shinta itu
tak seindah semestinya. Banyak versi epik Ramayana yang beredar di masyarakat. Ditulis dalam
berbagai buku, berbagai bahasa, berbagai kisah. Semua mengarah pada alur yang sama, RamaShinta jatuh cinta, menikah, diasingkan kehutan, Shinta diculik rahwana, rama merebut shinta,
rahwana mati.
Nilai moralnya : kebaikan selalu menang diatas kejahatan.

The end

Tapi logika rasa semestinya bisa menggali lebih dari itu. Rahwana telah berhasil mendapatkan
Shinta, meski bukan hatinya. Jika Rahwana memang seorang keturunan raksasa yang bukan
hanya buruk rupa, tapi juga buruk hatinya, bengis, kasar, kejam dll... mengapa ia tak 'menyentuh'
Shinta. Tak satupun versi epik Ramayana yang menceritakan tentang Rahwana yang
memperkosa Shinta, memperlakukan Shinta dengan tidak senonoh, melecehkan Shinta. Rahwana
justru berusaha menyenangkan Shinta, memberikan segala yang terbaik untuk menyenangkan
pujaan hatinya. Rahwana berjanji tak akan menyentuh Shinta sebelum ia berhasil menyentuh hati
sang juwita. Itu baru namanya pria.

Bagaimana dengan Rama?


Rama dan Shinta mungkin saling mencintai. Tapi lihat apa yang diperbuat Rama setelah Shinta
kembali bersanding dengannya. Rama meragukan kesucian Shinta. Rama meminta Shinta
melakukan upacara pembakaran diri. Meminta pengorbanan wanita yang mengasihinya dengan
kesetiaan yang tanpa henti.
Meminta wanita yang disebutnya sebagai istri menjatuhkan diri ke dalam api. Dalam versi cerita
yang terpahat di relief candi prambanan, Rama justru mengusir Shinta yang hamil, tak lama
setelah ia kembali kepelukan Rama. Akhirnya Rama mengakui kesucian Shinta saat ia
menemukan anak kandungnya dengan Shinta disebuah pertapaan. Namun, sayangnya Shinta
sudah mati dalam kepedihan. Karena diusir oleh suami yang begitu dicintainya ke tengah hutan.
Lalu Rama menyesali apa yang telah ia lakukan.
Hah!! Suami macam apa itu ('-_-)

Untuk apa Rama repot-repot mengerahkan pasukan kera, garuda, manusia dan lain sebagainya
untuk menyerang Alengka? Untuk apa ia merebut kembali Shinta jika pada akhirnya meragukan
kesetiaannya?
Lebih masuk akal jika serangan besar-besaran dari Rama, hanya bermakna unjuk kekuatan saja.
Rama seolah ingin membuktikan bahwa ia lebih kuat dari Rahwana, raja yang kala itu tiada
tanding kuasanya. Rama merebut Shinta juga bukan untuk menyelamatkan cinta sejatinya lagi.
Rama merebut Shinta agar ia bisa menyiksa Shinta dengan tangannya sendiri. Menyiksa istri
yang dianggapnya mbalelo karena tinggal bersama pria lain.
Karena itu jika aku harus jatuh cinta, daripada mencintai Rama yang tampan, raja kaya, ksatria,
suami idaman yang pengecut dan tak tahu diri. Lebih baik Rahwana. Sang pecinta sejati.
Wajar juga jika aku lebih mencinta Rahwana yang jahat, keras kepala, nakal dan bandel. Toh "a
gentle-bad guy" memang lebih seksi dan menawan ketimbang "a hypocrite-good guy".

Você também pode gostar