Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
bahwa sumber daya alam dapat terus bermanfaat bagi generasi selanjutnya di
masa mendatang.
Bentuk wilayah atau fisiografi (terrain) yang merupakan faktor utama
penentuan sistem produksi disamping sifat tanah.Lereng lahan banyak dipakai
sebagai bahan pertimbangan mengingat bahaya erosi dan penurunan mutu lahan
merupakan ancaman nyata pada pertanian berlereng curam di daerah tropika
basah. Lahan yang mempunyai kelerengan tajam akan menguntungkan secara
ekonomi bila diusahakan untuk budidaya tanaman hias dan sayuran serta
hortikultura dengan membuat teras. Namun pembuatan teras tidak selalu tepat
untuk semua jenis tanah karena tanah dengan jenis bahan induk yang lepas (loose)
seperti batuan pasir, akan mudah longsor bila diteras. Sedangkan bila pada tanah
masam, peterasan akan menyingkap lapisan bawah yang banyak mengandung
aluminium serta kurang subur sehingga membatasi pilihan tanaman yang dapak
dibudidayakan.
Kondisi lahan makin baik akan membuat makin banyak alternative
komoditas yang dapat dipilih untuk ditanam. Dalam pemilihan tanaman yang
sesuai untuk diusahakan pada suatu lahan, diperlukan data masukan tentang
lereng, tekstur, kemasaman serta dilengkapi dengan data rejim suhu dan rejim
kelembaban. Selain itu, kesesuaian tanaman umunya dibatasi oleh kekurangan
atau kelebihan air maupun suhu yang ekstrim. Sedangkan bila kendala tanah,
umumnya lebih cepat dan mudah diatasi serta dengan biaya yang cukup pula.
Namun tak hanya hal-hal yang telah disebutkan di atas yang dapat
mempengaruhi pembangunan pertanian.Pembangunan pertanian tidak dapat
terlepas dari faktor sosial ekonomi seperti penduduk sebagai sumber tenaga kerja
dan potensi pasar, prasarana dan kebiasaan masyarakat.
Teknologi pertanian dapat berkembang dan berkelanjutan tidak saja karena
teknis mantap dan aman secara lingkungan, tetapi juga secara ekonomi harus
layak, secara sosial dan dapat diterima dan secara administratif dapat dikelola.
Dengan memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence)
seperti contoh komputer atau laptop atau netbook, telah disusun suatu sistem
pakar untuk mengevaluasi sistem produksi yang tepat untuk suatu lahan dan
mencari alternatif komoditas untuk diusahakan dengan cepat.
1.2 Tujuan
1. Menyusun data dan informasi tentang keadaan biofisik dan sosial ekonomi di
suatu wilayah ke dalam suatu sistem pangkalan data dan berbagai jenis peta
sehingga tersedia berbagai informasi yang terpadu dan memadai mengenai
keadaan lingkungan di suatu wilayah.
2. Melakukan analisis tentang kesesuaian beberapa jenis tanaman/komoditas
pertanian penting serta kesesuaian teknologi di suatu wilayah.
3. Mengidentifikasi berbagai komoditas pertanian unggulan spesifik lokasi, serta
mengidentifikasi kebutuhan teknologinya.
4. Memberikan masukan dalam rangka perencanaan penelitian, pengkajian dan
pengembangan komoditas unggulan spesifik lokal.
dan mempelajari
ilmu
ekologi
untuk
(agroekosistem).Agroekologi
mengelompokan
suatu
wilayah
3. Pengelompokan
sub zona
rejim
kelembaban,
dibedakan
berdasarkan
jumlahbulan kering (curah hujan<60 mm) dalam satu tahun atau didasarkan
padabesarnya curah hujan. Sedangkan rejim suhu didasarkan pada ketinggian
tempatdari permukaan laut yang mengikuti proses lapse rate adiabatic.
Berdasarkandata rejim kelembaban yang didasarkan pada data bulan kering
atau curah hujan,maka wilayah dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:
a) Kering (X) yaitu jika bulankering>7 bulan dalam satu tahun atau curah hujan
tahunan <1500 mm
b) Lembab(Y) yaitu jika bulan kering antara empat sampai tujuh bulan dalam
setahun ataucurah hujan tahunan antara 3000-1500 mm; c).Basah (Z) yaitu
bulan kering < 3bulan dalam setahun atau curah hujan tahunan >3000 mm.
4. Pengelompokan sub zona Drainase. Berdasarkan keadaan drainase
tanah(mudah tidaknya air hilang dari tanah) maka wilayah dikelompokkan
atas:
a) Drainase baik (simbol satu) yaitu daerah yang tanahnya tidak tergenang.
b) Drainase buruk (simbol dua) yaitu daerah yang tanahnya selalu tergenang.
dilaksanakan
di
Ruang
Fakultas
Pertanian
Universitas
3.2.2 Alat
1. Spidol 3 warna
4.1 Hasil
4.1.1 Peta Potensi Tanaman Berdasarkan Jenis Tanah
N
O
1.
2.
Jenis Tanah
Tanaman Potensi
Andisol
Tanaman Pangan
Tanaman Sayuran
Tanaman Buah
Tanaman
Perkebunan
Tanaman Pangan
Tanaman Sayuran
Padi, jagung
Terong, sawi, wortel, kentang,
Tanaman Buah
Tanaman
kubis
Salak, sawo, rambutan, sukun
Kelapa sawit, tembakau, tebu, teh,
Perkebunan
kopi, cokelat
Entisol
2.
Rezim Suhu
Tanaman Potensi
Isothermic
Tanaman Pangan
Tanaman Sayuran
Tanaman Buah
Tanaman
tomat
Rambutan, salak, sawo
Coklat, vanili, kopi robusta, jarak
Perkebunan
Tanaman Pangan
Tanaman Sayuran
Tanaman Buah
Tanaman
Jagung , kentang
Sawi kecil, wortel, kol atau kubis
Apel, strawberry, blue berry
Teh
Isomesic
Perkebunan
Rezim
O
1.
Kebasahan
Udic
Tanaman Potensi
Tanaman Pangan
Tanaman Sayuran
Tanaman Buah
Tanaman
Padi, jagung
Tomat, cabai, wortel
Jeruk
Teh, kopi, coklat
Perkebunan
Zona
And.2.2 (andisol,
Tanaman Potensi
Tanaman pangan
Tanaman sayuran
Tanaman buah
Tanaman
perkebunan
Tanaman pangan
jarak
jagung, ubi, kentang, kedelai
Tanaman sayuran
Tanaman buah
Tanaman
perkebunan
Tanaman pangan
isotermic, udic)
2.
And.3.2 (andisol,
isomesic, udic)
3.
Ent.2.2 (entisol,
isothermic, udic)
4.
Ent.3.2 (entisol,
Tanaman sayuran
Tanaman buah
Tanaman
perkebunan
Tanaman pangan
Padi, jagung
Tanaman sayuran
Tanaman buah
Tanaman
Terong, sawi
Apel, strawberry
Teh, kopi robusta, cokelat
isomesic, udic)
perkebunan
4.2 Pembahasan
4.2.1 Fungsi Peta Zona Agroekologi
Zona Agroekologi merupakan pengelompokan suatu wilayah berdasarkan
keadaan kondisi lingkungan fisik yang sama serta kemiripan keragaman hewan
dan tanamannya.
Peta Zona Agroekologi merupakan gambaran pengelompokan suatu wilayah
yang dikhususkan untuk digunakan dalam bidang pertanian.
Peta Zona Agroekologi dapat digunakan untuk mendapatkan dan
mengetahui komoditas pertanian apa saja yang cocok untuk dibudidayakan di
suatu wilayah agar sesuai dengan kondisi wilayahnya serta dengan tetap menjaga
kelestarian dari agroekosistemnya (lingkungan pertaniannya). Sehingga akan
dapat diketahui informasi mengenai penggunaan lahannya, rekomendasi
penggunaan pupuk dan komoditas unggulannya berdasarkan agroekosistemnya
serta akan mempermudah dalam melaksanakan kegiatan pertanian. Hingga pada
akhirnya mampu menghasilkan produk unggulan baik secara kualitas maupun
kuantitas.
ditanami tanaman semusim sedangkan untuk lahan dengan lereng 16% 40%
hanya cocok untuk ditanami tanaman permanen. Hal ini berdasarkan, semakin
curam suatu lahan akan semakin membatasi penggunaan tenaga mesin dan
ternak dalam pengolahan akibat sulit dijangkaunya daerah lahan tersebut.
Selain permasalahan tersebut di atas juga kendala efisiensi energi jangka
panjang perlu diperhatikan karena pada lahan yang curam tenaga yang
diperlukan untuk mengangkut masukan dan hasil pertanian dari dank e lahan
usaha akan menjadi sangat tinggi. Hal ini menyebabkan usaha tani pada lahan
yang curam hanya akan menguntungkan bila upah tenaga relatif rendah.
4.2.3
wilayah
1. Jenis Tanah
a) Andisol. Merupakan tanah yang pembentukannya melalui proses pelapukan
sehingga menghasilkan mineral dengan struktur kristal yang cukup rapi.
Mineral inilah yang menyebabkan jenis tanah andisol memiliki daya pegang
yang baik terhadap unsur hara dan air. Tanah ini disebut juga tanah pegunungan
tinggi atau tropical brown forest yang mempunyai ciri ketebalan solum tanah
sekitar
100-225
cm,
berwarna
hitam
kelabu,
bertekstur
debu
dan
Bondowoso diantaranya:
1. Sistem pengairannya atau Drainase. Karena jenis tanah di daerah ini sangat
mudah berubah PH-nya sehingga dapat menjadi sangat masam. Jenis tanah ini
tidak terdapat cacing karena keadaan tanah yang kurang subur dan komposisi
mineralnya adalah mineral kuarsa dan mineral besi.
2. Pemupukan. Dalam penggunaan pupuk akan lebih baik apabila menggunakan
jenis dan sistem pemupukan organik walaupun dengan pemulihan yang lama
karena kurangnya produktivitasnya tanah jenis ini. Pemupukan dengan zat atau
bahan kimia seperti pestisida akan merusak hara dari tanah, juga pemasukan
teknologi juga akan merusak karena akan membuat tanah semakin rusak akibat
polusi atau gas yang dikeluarkan oleh alat atau mesinnya.
5.1 Kesimpulan
Pemetaan suatu zona agroekologi yang bertujuan untuk menentukan
komoditas-komoditas pertanian yang layak tumbuh dan hidup pada suatu wilayah
tertentu sangat membantu terutama dalam hal meningkatkan kegiatan pertanian di
suatu daerah yang erat kaitannya dengan produktivitas dan kondisi socialekonomi masyarakat, juga kondisi sosial budaya masyarakat.
Dimana dengan adanya suatu pemetaan ini suatu komoditas tertentu dapat dipilahpilah dan didelinasi dengan cara menyusun data dan informasi tentang keadaan
biofisik dan sosial ekonomi di suatu wilayah ke dalam suatu sistem pangkalan
data dan berbagai jenis peta, sehingga tersedia informasi yang terpadu dan
memadai mengenai keadaan lingkungan di suatu wilayah.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Alemina, Ema, Hairul Basri, Muslimsyah, Muzailin Affan, Agus Halim, dan T.
Alvisyahrin. 2011. Penyimpangan Penggunaan Lahan di DAS Krueng Aceh
Berdasarkan Zona Agroekologi. Prosiding Seminar Hasil Penelitian
Kebencanaan TDMRC-Unsyiah,13 19 April 2011:29.
K. Boitt, Mark, Charles N. Mundia, dan Petri Pellikka. 2014. Modelling the
Impacts of Climate Change on Agro-Ecological Zones a Case Study of
Taita Hills, Kenya. Universal Journal of Geoscience, 2(6): 172-179.
Lichtfouse, Eric. 2011. Agroecology and Strategies for Climate Change. New
York: Springer.
Prasetyo, Sri Yulianto Joko, Bistok Hasiholan S, dan Kristoko Dwi Hartomo.
2012. The Agroecological Zone using Fuzzy Logic for Land Suitability and
Regional Sustainable Food Insecurity in Boyolali, Central of Java Indonesia.
IJCSI International Journal of Computer Science Issues, 9 (6): 191-197.
Sirappa, M. P. dan P. R. Matitaputty. 2010. Potensi Lahan untuk Pengembangan
Komoditas Perkebunan Unggulan Daerah Kabupaten Maluku Tengah.
Jurnal Peternakan, 7 (2): 52-61.
Susetyo, Yerymia Alfa, M. A. Ineke Pakereng, Sri Yulianto J. Prasetyo. 2011.
Pembangunan Sistem Zona Agroekologi (ZAE) menggunakan Logika Fuzzy
pada Wilayah Pertanian Kabupaten Semarang Berbasis Data Spasial. Jurnal
Teknologi Informasi-Aiti, 8(1): 61-75.
Warren, John. Clare Lawson, dan Ken Belcher. 2008. The Agri-Environment. New
York: Cambridge University Press.