Você está na página 1de 5

Artikel ini sudah dibaca 266348 kali!

Pada pemeriksaan fisik paru, salah satu tahap yang terpenting adalah pemeriksaan
auskultasi yang bertujuan untuk menilai pergerakan udara pada jalan napas besar
sampai sedang dan untuk membuat kesimpulan tentang jalan nafas, parenkim dan
rongga pleura. Diafragma stetoskop (dihangatkan dengan memegang atau
menggenggamnya dengan kuat pada telapak tangan digunakan untuk asukultasi
paru rutin. Pada pemeriksaan fisik paru, ada beberapa suara yang dapat didengar
secara langsung tanpa alat bantu. Di antaranya adalah:
Suara batuk: Suara batuk, baik berdahak maupun tidak, menunjukan gangguan
(1)

pada daerah bronkus maupun bronkiolus.


Suara mengi (wheezing): Suara ini dapat didengar baik pada saat inspirasi
maupun ekspirasi. Wheezing merupakan suara nafas seperti musik yang terjadi
karena adanya penyempitan jalan udara atau tersumbat sebagian. Obstruksi
seringkali terjadi sebagai akibat adanya sekresi atau edema. Bunyi yang sama juga
terdengar pada asma dan banyak proses yang berkaitan dengan bronkokonstriksi.
Mengi dapat dihilangkan dengan membatukannya.
Kondisi ini biasanya disebabkan oleh bronkospasme, edema mukosa, hilangnya
penyokong elastik, dan berlikunya saluran nafas. Asma maupun obstruksi oleh
bahan intralumen, seperti benda asing atau sekresi yang diaspirasi, merupakan
penyebabnya pula. Wheezing yang tidak berubah dengan batuk, mungkin
menunjukan bronkus yang tersumbat sebagian oleh benda asing atau tumor.
Mengi berasal dari bronki oleh osilasi kontinyu dari dinding jalan nafas yang
menyempit. Mengi cenderung menjadi lebih keras pada ekspirasi. Ini disebabkan
penyempitan jalan nafas terjadi bila tekanan paru lebih tinggi seperti pada ekspirasi.
Mengi inspirasi menunjukan penyempitan jalan nafas yang berat.
(2)

Mengi dapat berasal dari bronki dan bronkiolus yang kecil. Bunyi yang terdengar
mempunyai puncak suara tinggi dan bersiul. Ronki berasal dari bronki yang lebih
besar atau trakea dan mempunyai bunyi yang berpuncak lebih rendah dari sonor.
Bunyi-bunyi tersebut terdengar pada klien yang mengalami penurunan sekresi.
Frekuensi mengi bervariasi . Nada ditentukan kecepatan aliran udara, dan tidak
berkaitan dengan panjangnya jalan nafas dan ukurannya. Mengi bernada tinggi,
ditimbulkan bronkus kecil, kualitasnya seperti bunyi siulan, sedangkan mengi yang
bernada rendah timbul dari bronkus yang lebih besar.

Mengi merupakan petunjuk yang buruk untuk menentukan berat ringannya obstruksi
jalan nafas. Pada obstruksi jalan napas berat, mengi dapat menghilang karena
ventilasi sangat rendah sehingga kecepatan aliran udara berkurang di bawah tingkat
kritis yang diperlukan untuk menimbulkan bunyi napas. Obstruksi bronkus menetap
seperti pada karsinoma paru, cenderung menyebabkan mengi terlokalisasi atau
unilateral yang memiliki nada tunggal yang musikal (monofonik) dan tidak
menghilang dengan batuk. Suatu dada yang sunyi pada pasien dengan serangan
asma akut biasanya merupakan tanda buruk dan menunjukan beratnya obstruksi.
Stridor: merupakan suara berkerok secara teratur. Suara ini terjadi karena ada
(2), 3

penyumbatan di daerah laring. Stridor dapat berupa inspiratoir atau ekspiratoir. Yang
paling banyak adalah stridor inspiratoir yang dapat terjadi pada tumor, peradangan
pada trakea, atau karena ada benda asing di trakea.
Suara serak (hoarseness), terjadi karena kelumpuhan pada saraf laring atau
peradangan pita suara.
Aliran turubulensi udara terjadi pada trakea dan jalan udara yang besar. Suara yang
ditimbulkannya mempunyai nada yang keras, dinamakan suara trakeal. Pada
percabangan-percabangan bronkus yang besar, akan terdengar suara bronkus
vesikular (campuran antara suara bronkial dan vesikular). Selanjutnya, percabangan
bronkus kecil (percabangan ke-15) sampai distal akan memberikan nada yang lebih
rendah karena adanya jaringan paru sebagai saringan udara.
Suara nafas, dilukiskan sebagai normal atau menurun kualitasnya. Penyebab
penurunan suara nafs terdapat pada emfisema paru, pneumotoraks, penebalan
pleura dan penebalan otot-otot dada/lemak pada obesitas. Auskultasi dilakukan
berurutan dengan selang-seling dada kiri dan kanan (zig-zag). Termasuk
diauskultasi juga daerah aksila selanjutnya berpindah ke bagian belakang yang
sama diauskultasi seperti bagian depan.
Pada auskultasi terdapat 2 bunyi, yaitu bunyi nafas pokok dan bunyi nafas
tambahan.
A. Bunyi nafas pokok: 4
1.
Vesikular, terdengar sebagai bunyi yang tenang, bernada rendah.
Suara ini terdapat pada paru yang normal, di mana suara inspirasi lebih
keras dan lebih tinggi nadanya serta 3x lebih panjang daripada ekspirasi.
Suara vesikular diproduksi oleh udara jalan nafas di alveol. Suaranya
menyerupai tiupan angin di daun-daunan. Antara inspirasi dan ekspirasi ,
tidak ada bunyi nafas tambahan. Bunyi ini normalnya terdengar di seluruh
bidang paru, kecuali di atas sternum atas dan di antara skapula. Bunyi
nafas vesikular disertai ekspirasi yang memanjang dapat terjadi pada
emfisema paru.
3,

2.

Bronkial. Bunyi bronkial terdengar biasanya terdengar lebih keras


dan dengan nada yang lebih tinggi dibandingkan bunyi vesikular.
Turbulensi udara di dalam bronkus kartilaginosa dapat menimbulkan bunyi
pernafasan ini. Dibandingkan dengan bunyi vesikuler, bunyi bronkial lebih
kasar dan nadanya lebih tinggi.Bunyi pernafasan bronkialhampir hilang
seluruhnya ketika mereka melintasi sekat alveolus. Oleh karena itu,
mereka biasanya tidak terdengar di bagian perifer paru-paru normal.
Dalam keadaan normal, dapat terdengar di daerah interskapular, juga di
atas trakea. Biasanya, terdapat alveoli yang terisi eksudat atau
konsolidasi tapi lumen bronkus atau bronkial masih terbuka. Baik suara
inspirasi maupun ekspirasi sama atau lebih panjang dari inspirasi. Suara
bronkial ini terdapat pada daerah konsolidasi atau dibagian atas daerah
efusi pleura.
3.
Bronkovesikular, merupakan bunyi yang terdengar antara
vesikular dan bronkial, di mana ekspirasi menjadi lebih keras, lebih tinggi
nadanya, dan lebih memanjang hingga hampir menyerupai inspirasi.
Bunyi ini dapat didengar pada tempat-tempat yang ada bronkiolus besar
yang ditutupi satu lapisan tipis alveolus. Suara ini secara spesifik dapat
didengar antara skapula dan pada kedua sisi sternum. Penyakit yang
menyebabkan misalnya adalah penyakit paru dengan infiltrat misalnya
bronkopneumonia, tuberkulosis paru.
4.
Amfotrik, didapatkan bila terdapat kavitas besar yang letaknya
perifer dan berhubungan terbuka dengan bronkus, terdengar seperti
tiupan dalam botol kosong.
(5)

(5)

Bunyi bronkial dan bronkovesikular yang terdengar di semua tempat di paru


menandakan keadaan patologi. Bunyi ini biasanya menunjukan area yang
mengalami konsolidasi pada paru (misalnya pnemuonia dan gagal jantung) dan
membutuhkan evaluasi lebih lanjut.
Kualitas dan intensitas bunyi napas ditentukan selama auskultasi. Jika aliran udara
menurun akibat obstruksi bronkial (atelektasis) atau ketika cairan (efusi pleural) atau
jaringan (obesitas) memisahkan saluran udara dari stetoskop, maka bunyi napas
akan menghilang atau tidak terdengar. Sebagai contoh, bunyi napas penderita
emfisema dapat samar bahkan tidak terdengar.
Kadang-kadang, untuk memberikan resonansi vokal dan dengan jelas memberikan
perbedaan suara nafas pada beberapa lapangan paru, seringkali pasien diminta
mengucapkan beberapa kata seperti 77 dan 99.
B. Bunyi Nafas Tambahan

(4)

Bunyi nafas tambahan merupakan suara getaran dari jaringan paru yang sakit.
Semestinya, suara ini tidak ada pada kondisi normal. Bunyi nafas tersebut, di
antaranya adalah:

1.

Ronki kering, merupakan bunyi yang terputus, terjadi oleh getaran


dalam lumen saluran nafas akibat penyempitan. Kelainan ini terjadi pada
mukosa atau adanya sekret yang kental dan lengket. Terdengar lebih jelas
pada ekspirasi walaupun pada inspirasi sering terdengar juga. Suara ini
dapat terdengar di semua bagian bronkus, makin kecil diameter lumen,
makin tinggi dan makin keras nadanya. Wheezing merupakan ronki kering
yang tinggi nadanya dan panjang yang biasa terdengar pada serangan
asma.
2.
Ronki basah. Ronki basah sering juga disebut dengan suara
krekels (crackles) atau rales. Ronki basah merupakan suara berisik dan
terputus akibat aliran udara yang melewati cairan. Ronki basah halus,
sedang atau kasar tergantung pada besarnya bronkus yang terkena dan
umumnya terdengar pada inspirasi. Ronki basah halus biasanya terdapat
pada bronkiale, sedangkan yang lebih halus lagi berasal dari alveolus
yang sering disebut krepitasi, akibat terbukanya alveoli pada akhir
inspirasi. Sifat ronki basah ini dapat nyaring (infiltrat)atau tidak nyaring
(pada edema paru). Krekel dapat dihilangkan dengan batuk, tapi mungkin
juga tidak. Krekels mencerminkan inflamasi atau kongesti yang
mendasarinya dan sering timbul pada kondisi seperti pneumonia,bronkitis,
gagal jantung kongesti, bronkiektasis, dan fibrosis pulmonal serta khas
pada pneumonia dan interstitial atau fibrosis.Timing (waktu) ronkhi ini
sangat penting. Ronki inspirasi awal menunjukan kemungkinan penyakit
pada jalan napas kecil, dan khas untuk hambatan jalan napas kronis.
Ronki lainnya terdengar pada inspirasi awal dan bersifat kasar sedang.
Ronki berbeda dengan yang terdengar pada gagal ventrikel kiri yang
terjadi di akhir siklus pernapasan.
Ronki pada inspirasi akhir atau paninspirasi menunjukan kemungkinan penyakit
yang mengenai alveoli dan dapat bersifat halus, sedang, atau kasar. Ronki halus
dideskripsikan sebagai bunyi rambut yang digosok-gosok dengan jari-jari tangan.
Bunyi ini secara khas disebabkan oleh fibrosis paru. Ronki sedang biasanya akibat
gagal ventrikel kiri, bila ada cairan alveoli merusak fungsi dari surfaktan yang
disekresi dalam keadaan normal. Ronki kasar khas untuk pengumpulan sekret yang
tertahan dan memiliki kualitas seperti mendeguk yang tidak mengenakan. Bunyi ini
cenderung berubah dengan batuk yang juga memiliki kualitas yang sama.
Bronkiektasis paling sering menyebabkan terjadinya ronki, tetapi setiap penyakit
yang menimbulkan retensi sekret dapat menyebabkan gangguan ini.
Ronki mungkin disebabkan oleh hilangnya stabilitas jalan napas perifer yang kolaps
pada saat ekspirasi. Tekanan inspirasi yang tinggi menyebabkan terjadinya
pemasukan udara cepat ke dalam unit-unit udara distal. Hal ini menyebabkan
pembukaan yang cepat dari alveoli dan bronkus kecil atau bronkus sedang yang
mengandung sekret pada bagian-bagian paru yang berdeflasi sampai volume
residu.
3

3. Bunyi gesekan pleura (p.viseralis dan p. parietalis). Bunyi ini terjadi akibat
inflamasi permukaan pleura yang mengakibatkan bunyi krekling. Bunyi ini paling
jelas terdengar pada akhir inspirasi dan awal ekspirasi. Seringkali, bunyi ini
dilukiskan sebagai bunyi yang dibuat dengan menkeriat-keriutkan kulit yang sudah
disamak. Bunyi ini dapat terdengar terutama bila permukaan pleura menjadi kasar
atau menebal karena sel-sel radang atau neoplasma atau endapan fibrin.
Bunyi terdengar cukup jelas dan dapat ditingkatkan dengan memberikan tekanan
pada dinding dada menggunakan bagian kepala stetoskop. Bunyi ini dapat ditirukan
dengan menggesekan ibu jari dan jari telunjuk di dekat telinga. Bunyi grating dari
friction rub ini tidak dapat diubah dengan membatukannya. Jika hanya terdengar
selama inspirasi, bunyi ini mungkin sulit dibedakan dari krekels, yang mungkin
terdengar multiple dan terlalu nyaring sehingga yang diduga adalah bunyi krekels.
Friction rub terdengar sangat baik pada permukaan anterior lateral bawah toraks.
4. Hippocrates succusion, merupakan suara cairan pada hidropneumotoraks
(2)

yang terdengar bila pasien di goyang-goyangkan.

Você também pode gostar