Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan akhlak merupakan permasalahan utama yang
selalu menjadi tantangan manusia dalam sepanjang sejarahnya.
Sejarah bangsa-bangsa yang diabadikan dalam Al-Quran seperti
kaum Ad, Samud, Madyan, dan Saba maupun yang didapat
dalam buku-buku sejarah menunjukkan bahwa suatu bangsa
akan kokoh apabila akhlaqnya kokoh dan sebaliknya suatu
bangsa akan runtuh apabila akhlaknya rusak. Nabi Muhammad
SAW yang diyakini oleh umat Islam sebagai pembawa risalah
Tuhan yang terakhir, sudah sejak awal abad ke 7 Masehi secara
tegas telah menyatakan bahwa tugas utamanya adalah sebagai
penyempurna akhlak manusia. Dalam Al-Quran terdapat pula
pernyataan bahwa, ia adalah seorang yang berakhlak agung,
karena itu ia patut dijadikan contoh.
Kebesaran Nabi Muhammad tentunya disebabkan oleh
ketinggian akhlaknya. Karena itu tujuan pendidikan akhlak Islam
harus diarahkan kepada terciptanya manusia yang berakhlak
agung seperti Nabi Muhammad SAW. Hanya saja pemahaman
dan cara yang ditempuh untuk mencapai akhlak mulia tersebut,
antara satu orang dengan lainnya bisa berbeda. Diantara
pentingnya pemikiran Ibnu Miskawaih dibidang pendidikan
akhlak tidak merintangi, tetapi mungkin memberikan motivasi
bagi adanya pemikiran pembaharuan dalam Islam.
Kalau diperbandingkan dengan mazhab pemikiran di
bidang pendidikan akhlak, maka secara umum pendidikan
akhlak juga dapat dibagi dua, yaitu pendidikan akhlak mistik
dan
konsekuensi
rasional
rasional
sebagaimana
dapat
kreativitas
tersebut
dan
dalam
membawa
inisiatif
bukannya
tidak
teologi
konsekuensi
sedangkan
mempunyai
rasional,
bagi
akhlak
akhlak
pertumbuhan
mistik
kurang
pendekatan
tentang
Islam.
Pendidikan
akhlak
doktrin
yang
absolut
(pendekatan
kemanusiaan).
Pendekatan
kemanusiaan
memiliki
indikasi
BAB II
PEMBAHASAN
1030
M,
Ibnu
Miskawaih
hidup
pada
masa
pendidik
anak
para
pemuka
dinasti
Buwaihiyyah.
Tartib
al-Saadah,
buku
ini
berisi
uraian
pendidikan
Ibnu
Miskawaih
tidak
dapat
dengan kecenderungan
dan
untuk
memperoleh
yang
lebih
dahulu
dengan
segala
sifat-sifatnya
hingga
tidak
pada
diri
manusia
adalah
daya
bernafsu
(al-
daya
Dengan
daya
ini
manusia
memiliki
perilaku
dengan makhluk
lain.
Daya
ini
seara
Miskawaih
dengan
aqil.
Seperti
telah
disinggung
kebajikan
mutlak
(al-khair
al-muthlaq)
sehingga
masa
ini
ialah
seseorang
mulai
memiliki
Keutamaan
Pendidikan
Akhlak
Menurut
Ibnu
Miskawaih
1. Doktrin Jalan Tengah (Akhlak Moderasi)
Pemikiran
Ibn
Miskawaih
dalam
bidang
akhlak
adalah
al-iffah
yaitu
menjaga
diri
dari
diperhitungkan
Sedangkan
posisi
dengan
tengah
masak
untung
jiwa
pemikiran
dari
ruginya.
adalah
adalah
keadilan
atau
keseimbangan.
Ketiga
mengikuti
gerak
zaman.
Perkembangan
ilmu
dan
ekstrim
kelebihan.
Ukuran
tingkat
Miskawaih
dalam
bidang
akhlak,
maka
konsep
spontan untuk
perbuatan
bernilai
yang
baik
melahirkan semua
sehingga
mencapai
semua
sisi
kemanusiaan
mendapatkan
materi
pendidikan
akhlak
yang
wajib
bagi
memang
terlihat
mengarah
kepada
Matematika
2)
3)
Logika
Ilmu kealaman
Jadi, jika dianalisa dengan secara seksama, bahwa
karena
ilmu
itu
sendiri
atau
tujuan
dan
anak
didik
mendapat
perhatian
Ibn
Miskawaih
disamakan
kedudukannya
yang
dimaksud
guru
biasa
oleh
Ibn
murid
dapat
memberi
dampak
positif
bagi
keberhasilan pendidikan.
e. Lingkungan pendidikan
Ibnu
mencapai
Miskawaih
kebahagiaan
berpendapat
(as-saadah)
bahwa
usaha
tidak
dapat
berpendapat
bahwa
sebagai
makhluk
sosial,
masih
ada
kaitannya
dengannya
mulai
dari
mencapai
keadaan
lingkungan
yang
satu
dengan
yang
lainnya
saling
menyempurnakan.
Lingkungan pendidikan selama ini dikenal ada tiga
lingkungan
pendidikan
yaitu
lingkungan
keluarga,
meliputi
hubungan
orang
tua
dengan
anak.
Ibn
Miskawaih
sasarannya
adalah
usaha-usaha
untuk
mengubahnya
diperlukan
dalam
mencapai
akhlak
yang
al-jihad)
untuk
memperoleh
keutamaan
dan
untuk
memperoleh
keutamaan
pernyataan
ini
adalah
pengetahuan
dan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pendidikan akhlak menurut Ibnu Miskawaih didasarkan pada
konsepnya tentang manusia. Tugas pendidikan akhlak adalah
memperkokoh daya-daya positif yang dimiliki manusia agar
mencapai
(al-adalat)
tingkatan
sehingga
manusia
yang
perbuatannya
seimbang/harmonis
mencapai
tingkat
Ibnu
Miskawaih
untuk
bukan
pula
berani
terhadap
tingkat
kebijaksanaan
sesuatu
yang
diarahkan
untuk
(al-hikma),
yakni
yang
digunakan
untuk
memperoleh
dan
tidak
diperdebatkan
segala
perintah
dan
adalah
untuk
pendidikan
manusia
pada
masa
akhlak
menurut
konsep
Ibnu
menggolangkan
nilai-nilai
esensial
dari
pokok
dan
efektivitas
individu
maupun
sosial.