Você está na página 1de 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat umum sebagai hasil dari buah
pemikiran para ahli filsuf yang melahirkan bergagai macam pandangan. Filsafat pendidikan
ini diaplikasikan dalam pendidikan untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan
pendidikan secara menyeluruh.
Di dalam filsafat pendidikan ini terdapat berbagai aliran-aliran seperti materialisme,
idealisme, realisme, pragmatisme, dan yang lainnya. Menurut Brubacher (dalam Uyoh
Sadullah, 2010:96) filsafat pendidikan dikelompokkan kedalam dua kelompok besar, yaitu
filsafat pendidikan progresif dan filsafat pendidikan pragmatisme dari John Dewey, dan
romantik naturalisme dari Rousseau. Yang kemudian filsafat-filsafat tersebut melahirkan
berbagai aliran filsafat pendidikan lainnya.
Di sini penulis mencoba untuk mengulas mengenai aliran filsafat pendidikan idealisme,
realisme,

materialisme,

pragmatisme,

eksistensialisme,

progresivisme,

perenialisme,

esensalisme dan rekonstruksionalisme. Dengan adanya ulasan ini diharapkan kita dapat
mengetahui lebih jauh mengenai liran-aliran filsafat pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa-apa saja pengertian dari aliran-aliran filsafat pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui
1. Pengertian dari aliran-aliran filsafat pendidikan

BAB II
PEMBAHASAN
A. Aliran-aliran Filsafat Pendidikan

1. Filsafat Pendidikan Idealisme


a. Definisi Idealisme

Secara ringkas idealisme mengatakan bahwa realitas terdiri dari ide-ide, pikiranpikiran, akal (mind) atau jiwa (self) dan bukan benda material dan kekuatan.
Idealisme menekankan mind sebagai hal yang lebih dahulu (primer) daripada
materi. Secara epistemologi, istilah Idealisme berasal dari kata idea yang artinya
adalah sesuatu yang hadir dalam jiwa (Plato)
b. Jenis-jenis idealisme
1) Idealisme Subyektif (Immaterialisme)
Idealisme Subyektif kadang-kadang

dinamakan

mentalisme

atau

fenomenalisme. Seorang idealis subyektif berpendirian bahwa akal, jiwa dan


persepsi-persepsinya atau ide-idenya merupakan segala yang ada.
2) Idealisme Obyektif
Idealisme Objektif adalah idealisme yang bertitik tolak pada ide di luar ide
manusia. Idealisme objektif ini dikatakan bahwa akal menemukan apa yang
sudah terdapat dalam susunan alam.
3) Idealisme Personal (Personalisme)
Sebagai suatu kelompok, pengikut aliran idealisme personal menunjukkan
perhatian yang lebih besar kepada etika dan lebih sedikit kepada logika
daripada pengikut idealisme mutlak.
c. Konsep filsafat menurut aliran idealisme
1) metafisika-idealisme
2) humanologi-idealisme
3) Epistimologi-idealisme
4) Aksiologi-idealisme
d. Idealisme sebagai filsafat pendidikan
Idealisme menekankan akal (mind) sebagai hal yang lebih dahulu (primer),
daripada materi, bahwa akal itulah yang riil dan materi hanyalah merupakan
produk sampingan. Idealisme mengatakan bahwa realitas terdiri dari ide-ide,
pikiran-pikiran, akal (mind) atau jiwa (self) dan bukan benda material dan
kekuatan.
e. Kelebihan dan kekurangan filsafat pendidikan idealisme
Adapun kelebihan dari filsafat pendidikan idealisme yaitu:
1) Meningkatkan daya pemikiran dari segi menghasilkan ide yang benar dan
boleh dipakai.
Adapun kelemahan dari filsafat pendidikan idealisme yaitu:
1) Anggapan terhadap sesuatu nilai atau kebenaran yang kekal sepanjang masa.

2. Filsafat Pendidikan Realisme


a. Definisi Realisme
Realisme berpendapat bahwa hakikat realitas adalah terdiri atas dunia fisik dan
dunia rohani. Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yang subjek yang

menyadari dan mengetahui disatu pihak dan dipihak lainnya adalah adanya realita
diluar manusia yang dapat dijadikan sebagai objek pengetahuan manusia.
b. Bentuk realisme
Realisme merupakan aliran filsafat yang memiliki beraneka ragam bentuk. Kneller
membagi realisme menjadi dua bentuk, yaitu : 1) Realisme Rasional, 2) Realisme
Naturalis. (Uyoh Sadullah : 2007 : 103)
1) Realisme rasional
Realisme rasional dapat didefinisikan pada dua aliran, yaitu realisme klasik
dan

realisme

religius.

Bentuk

utama

dari

realisme

religius

ialah

Scholastisisme. Realisme klasik ialah filsafat Yunani yang pertama kali


dikembangkan oleh Aristoteles, sedangkan realisme religius, terutama
Scholatisisme oleh Thomas Aquina, dengan menggunakan filsafat Aristoteles
dalam membahas teologi gereja. Thomas Aquina menciptakan filsafat baru
dalam agama kristen, yang disebut tomisme, pada saat filsafat gereja dikuasai
oleh neoplatonisme yang dipelopori oleh Plotinus.
a) Realisme klasik
Realisme klasik berpandangan bahwa manusia pada hakikatnya memiliki
ciri rasional. Dunia dikenal melalui akal, dimulai dengan prinsip self
evident, dimana manusia dapat menjangkau kebenaran umum.
b) Realisme religious
Realisme religious dalam pandangannya tampak dualistis. Ia berpendapat
bahwa terdapat dua order yang terdiri atas order natural dan order
supernatural. Kedua order tersebut berpusat pada tuhan.
2) Realisme natural ilmiah
Realism natural ilmiah mengatakan bahwa manusia adalah organisme biologis
dengan system syaraf yang kompleks dan secara inheren berpembawaan social
(social disposition).
3) Neo-realisme dan realisme kritis
Selain aliran-aliran realism diatas, masih ada lagi pandangan-pandangan lain,
yang termasuk realism. Aliran tersebut disebut Neo-Realisme dari Frederick
Breed, dan Realisme Kritis dari Immanuel Kant. Menurut pandangan Breed,
filsafat pendidikan hendaknya harmoni dengan prinsip-prinsip demokrasi.
Semua aliran filsafat pendidikan menyetjui bahwa :
a. Proses pendidikan berpusat pada tugas mengembangkan laki-laki dan
wanita yang hebat dan kuat.
b. Tugas manusia di dunia adalah memajukan keadilan dan kesejahteraaan
umum
c. Kita seharusnya memandang bahwa tujuan akhir pendidikan adalah
memecahkan masalah-masalah pendidikan.
3

Power (1982) mengemukakan implikasi pendidikan realisme sebagai berikut :


1) Tujuan pendidikan
2) Kedudukan siswa
3) Peranan guru
4) Kurikulum
5) Metode
c. Realisme dalam pendidikan
1) Pendidikan sebagai institusi sosial
John Amos Comenius di dalam bukunya Great Didactic, mengatakan bahwa
manusia tidak diciptakan hanya kelahiran biologinya saja.
2) Siswa
Guru adalah pengelola KBM di dalam kelas (classroom is teacher-centered),
guru penentu materi pelajaran, guru harus menggunakan minat siswa yang
berhubungan dengan mata pelajaran, dan membuat mata pelajaran sebagai
sesuatu yang kongkret untuk dialami siswa.
3) Tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan realisme adalah untuk penyesuaian diri dalam hidup dan
mampu melaksanakan tanggung jawab sosial.
4) Proses pendidikan
a) Kurikulum
b) Metode Pendidikan
c) Evaluasi
d. Kelebihan dan kekurangan filsafat pendidikan realisme
Adapun kelebihan dari filsafat pendidikan realisme yaitu :
1) Tidak bergantung pada segala pengetahuan
Adapun kekurangan dari filsafat pendidikan realisme yaitu:
1) Menganggap bahwa realitas itu tidak sekedar apa yang dapat dilihat secara
real, tetapi realitas itu adalah pemikiran atau ide-ide.

3. Filsafat Pendidikan Materialisme


a. Definisi materialisme
Filsafat materialisme memandang bahwa materi lebih dahulu ada sedangkan ide
atau pikiran timbul setelah melihat materi. Dengan kata lain materialisme
mengakui bahwa materi menentukan ide, bukan ide menentukan materi.
b. Ciri-ciri filsafat materialisme
1) Segala yang ada (wujud) berasal dari satu sumber yaitu materi
2) Tidak meyakini adanya alam ghaib
3) Menjadikan panca-indera sebagai satu-satunya alat mencapai ilmu

4) Memposisikan ilmu sebagai pengganti agama dalam peletakkan hukum


5) Menjadikan kecondongan dan tabiat manusia sebagai akhlaq
c. Variasi aliran filsafat materialisme
Aliran materialisme memiliki dua variasi yaitu materialisme dialektik dan
materialisme metafisik.
1) Materialisme dialektik
Materialisme dialektika adalah materialisme yang memandang segala sesuatu
selalu berkembang sesuai dengan hukum-hukum dialektika: hukum saling
hubungan dan perkembangan gejala-gejala yang berlaku secara objektif
didalam dunia semesta.
2) Materialisme metafisik
Materialisme metafisik, yang memandang dunia secara sepotong-sepotong
atau dikotak-kotak, tidak menyeluruh dan statis.
d. Kelebihan dan kekurangan filsafat materialisme untuk pendidikan
Adapun kelebihan-kelebihan dari filsafat materialisme untuk pendidikan yaitu:
1) Teori-teorinya jelas berdasarkan teori-teori pengetahuan yang sudah umum.
2) Isi pendidikan mencakup pengetahuan yang dapat dipercaya (handal), dan
diorganisasi,selalu berhubungan dengan sasaran perilaku.
3) Semua pelajaran dihasilkan dengan kondisionisasi, pelajaran berprogram dan
kompetensi
Kelemahan-kelemahan dari filsafat materialisme untuk pendidikan yaitu :
1) Dalam dunia pendidikan aliran materialisme hanya berpusat pada guru dan
tidak memberikan kebebasan kepada siswanya, baginya guru yang memiliki
kekuasan untuk merancang dan mengontrol proses pendidikan. Guru dapat
mengukur kualitas dan karakter hasil belajar siswa. Sedangkan siswa tidak
ada kebebasan, perilaku ditentukan oleh kekuatan dari luar, pelajaran sudah
dirancang, siswa dipersiapkan untuk hidup, mereka dituntut untuk belajar.
2) Di kelas, anak didik hanya disodori setumpuk pengetahuan material, baik
dalam buku-buku teks maupun proses belajar mengajar. Yang terjadi adalah
proses pengayaan pengetahuan kognitif tanpa upaya internalisasi nilai.
Akibatnya, terjadi kesenjangan yang jauh antara apa yang diajarkan dengan
apa yang terjadi dalam kehidupan sehar-hari anak didik. Pendidikan agama
menjadi tumpul, tidak mampu mengubah sikap-perilaku mereka.
4. Filsafat Pendidikan Pragmatisme
1) Pengertian Pragmatisme
5

Dari sudut etimologi pragmatisme berasal dari bahasa Yunani yaitu pragma yang
berarti perbuatan (action) atau tindakan (practice) sedangkan isme berarti ajaran atau
paham. Dengan demikian pragmatisme berarti ajaran yang menekankan bahwa pemikiran
itu menuruti tindakan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:698) pragmatisme merupakan
kepercayaan bahwa kebenaran atau nilai (paham, doktrin, gaasan, pernyataan ucapan dan
sebagainya) diukur pada penerapannya bagi kepentingan manusia atau suatu paham yang
menyatakan bahwa segala sesuatu tidak tetap, melainkan tumbuh dan terus menerus
mengalami perubahan.
Menurut Praja (2005: 171) pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan
bahwa yang benar apa yang membuktikan bahwa dirinya sebagai benar dengan
perantaraan akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis. Aliran ini bersedia
menerima sesuatu, asal saja membawa akibat praktis. Dengan demikian, patokan
pragmatisme adalah manfaat bagi hidup praktis. Pragmatisme memandang bahwa
kriteria kebenaran ajaran adalah faedah atau manfaat. Suatu teori atau hipotesis
dianggap oleh Pragmatisme benar apabila membawa suatu hasil. Dengan kata lain, suatu
teori itu benar kalau berfungsi.
Power (dalam uyoh, 2011:133) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan
Pragmatisme sebagai berikut:

Tujuan pendidikan : memberi pengalaman untuk penemuan hal-hal baru dalam hidup

sosial dan pribadi.


Kedudukan siswa : suatu organisme yang memiliki kemampuan yang luar biasa dan

kompleks untuk tumbuh


Peranan guru : mengawasi dan membimbing pengalaman belajar siswa, tanpa

mengganggu minat dan kebutuhannya.


Kurikulum : berisi pengalaman yang teruji yang dapat diubah. Minat dan kebutuhan

siswa yang dibawa kesekolah dapat menentukan kurikulum.


Metode : metode aktif, yaitu learning by doing

2) Tokoh-tokoh Filsafat Pragmatisme


a. Charles Sanders Peirce
Charles mempunyai gagasan bahwa suatu hipotesis (dugaan sementara/ pegangan
dasar) itu benar bila bisa diterapkan dan dilaksanakan menurut tujuan kita. Horton dan
Edwards di dalam sebuah buku yang berjudul Background of American Literary Thought
menjelaskan bahwa Peirce merumuskan tiga prinsip-prinsip lain yang menjadi dasar bagi
pragmatisme sebagai berikut :
6

Bahwa kebenaran ilmu pengetahuan sebenarnya tidak lebih daripada kemurnian opini

manusia;
Bahwa apa yang kita namakan universal adalah yang pada akhirnya setuju dan

menerima keyakinan dari community of knowers


Bahwa filsafat dan matematika harus di buat lebih praktis dengan membuktikan
bahwa problem-problem dan kesimpulan-kesimpulan yang terdapat dalam filsafat dan

matematika merupakan hal yang nyata bagi masyarakat (komunitas).


b. William James
William selain menamakan filsafatnya dengan pragmatisme, ia juga menamainya
empirisme radikal. Menurut James, pragatisme adalah aliran yang mengajarkan bahwa
yang benar ialah apa yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan perantaraan
yang akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis.
Empirisme radikal adalah suatu aliran yang harus tidak menerima suatu unsur alam
bentuk apa pun yang tidak dialami secara langsung. Dalam bukunya The Meaning of The
Truth, James mengemukakan tidak ada kebenaran mutlak, yang berlaku umum, yang
bersifat tetap, yang berdiri sendiri dan terlepas dari segala akal yang mengenal,
melainkan yang ada hanya kebenaran-kebenaran plural. Yang dimaksud kebenarankebenaran plural adalah apa yang benar dalam pengalaman-pengalaman khusus yang
setiap kali dapat diubah oleh pengalaman berikutnya.
Menurut James, ada dua hal kebenaran yang pokok dalam filsafat yaitu Tough
Minded dan Tender Minded. Tough Minded dalam mencari kebenaran hanya lewat
pendekatan empirirs dan tergantung pada fakta-fakta yang dapat ditangkap indera.
Sementara, Tender Minded hanya mengakui kebenaran yang sifatnya berada dalam ide
dan yang bersifat rasional.
Disamping itu pula, William James mengajukan prinsip-prinsip dasar terhadap
pragmatisme, sebagai berikut:

Bahwa dunia tidak hanya terlihat menjadi spontan, berhenti dan tak dapat di prediksi

tetapi dunia benar adanya.


Bahwa kebenaran tidaklah melekat dalam ide-ide tetapi sesuatu yang terjadi pada ide-

ide daam proses yang dipakai dalam situasi kehidupan nyata.


Bahwa manusia bebas untuk meyakini apa yang menjadi keinginannya untuk percaya
pada dunia, sepanjang keyakinannya tidak berlawanan dengan pengalaman praktisny
maupun penguasaan ilmu pengetahuannya.

Bahwa nilai akhir kebenaran tidak merupakan satu titik ketentuan yang absolut, tetapi
semata-mata terletak dalam kekuasaannya mengarahkan kita kepada kebenaran-

kebenaran yang lain tentang dunia tempat kita tinggal didalamnya.


c. John Dewey
Dewey adalah seorang pragmatis, namun ia lebih suka menyebut sistemnya dengan
istilah Instrumentalis. Menurutnya, tujuan filsafat adalah untuk mengatur kehidupan dan
aktivitas manusia secara lebih baik, untuk didunia dan sekarang. Tegasnya, tugas fiilsafat
yang utama ialah memberikan garis-garis pengarahan bagi perbuatan dalam kenyataan
hidup. Oleh karena itu, filsafat tidak boleh tenggelam dalam pemikiran-pemikiran
metafisis yang tiada faedahnya. Filsafat harus berpijak pada pengalaman, dan
menyelidiki serta mengolah pengalaman itu secara aktif kritis. Dengan demikian, filsafat
akan dapat menyusun suatu sistem norma-norma dan nilai.
Instrumentalisme adalah suatu usaha untuk menyusun suatu teori yang logis dan
tepat dari konsep-konsep, pertimbangan-pertimbangan, penyimpulan-penyimpulan dalam
bentuknya yang bermacam-macam itu dengan cara utama menyelidiki bagaimana
pikiran-pikiran berfungsi dalam penemuan-penemuan yang berdasarkan pengalamanpenglaman yang berdasarkan pengalaman yang mengenai konsekuensi-konsekuensi di
masa depan.
Sehubungan hal diatas, menurut Dewey, penyelidikan adalah transformasi yang
terawasi atau terpimpin dari suatu keadaan yang tak menentu menjadi suatu keadaan
yang

tertentu.

Oleh

karena

itu,

penyelidakan

dengan

penilaiannya

adalah

alat( instrumental) . jadi yang di maksud dengan instrumentalisme adalah suatu usaha
untuk menyusun suatu teori yang logis dan tepat dari konsep-konsep, pertimbanganpertimbangan, penyimpulan-penyimpulan dalam bentuknya yang bermacam-macam.
Menurut Dewey, kita hidup dalam dunia yang belum selesai penciptaanya.
3) Kekuatan dan Kelemahan Pragmatisme
a. Kekuatan Pragmatisme
Adapun kekuatan atau kelebihan dari dari aliran pragmatisme yaitu :

berfikir hal-hal yang memikirkan atas kenyataan, materialis, dan kebutuhan-

kebutuhan dunia, bukan akhirat;


hanya mempercayai pada hal yang sifatnya riil, indriawi, dan yang manfaatnya bisa di

nikmati secara praktis dalam kehidupan sehari-hari;


mendorong berfikir liberal, bebas dan selalu menyangsikan segala yang ada;

mendorong dan memberi semangat untuk berlomba-lomba membuktikan suatu


konsep lewat penelitian, pembuktian dan eksperimen sehingga muncul temuan baru

dalam dunia ilmu pengetahuan


tidak mudah percaya pada kepercayaan yang mapan.
b. Kelemahan Pragmatisme
Adapun kelemahan dari dari aliran pragmatisme yaitu :

Pragmatisme mengingkari sesuatu yang transendental;


Pragmatisme sangat mendewakan kemampuan akal sehingga dapat menjurus kepada

ateisme;
Pragmatisme menciptkan pola pikir masyarakat yang matrealis
Masyarakat pragmatisme menderita penyakit humanisme.

5. Filsafat Pendidikan Aliran Eksistensialisme


1) Pengertian Eksistensialisme
Dari sudut etimologi eksistensi berasal dari kata eks yang berarti diluar dan
sistensi yang berarti berdiri atau menempatkan, jadi secara luas eksistensi dapat
diartikan sebagai berdiri sendiri sebagai dirinya sekaligus keluar dari dirinya.
Eksistensialisme menurut pengertian terminologinya adalah suatu aliran dalam ilmu
filsafat yang menekankan segala sesuatu terhadap manusia dan segala sesuatu yang
mengiringinya, dan dimana manusia dipandang sebagai suatu mahluk yang harus
bereksistensi atau aktif dengan sesuatu yang ada disekelilingnya, serta mengkaji cara
kerja manusia ketika berada di alam dunia ini dengan kesadaran.
Menurut KBBI (1990:220) eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang menganut
paham eksistensi manusia individual. Eksistensialisme merupakan suatu aliran filsafat
yang lahir karena latar belakang ketidakpuasan beberapa filusuf yang memandang bahwa
filsafat pada masa Yunani yang bersifat dangkal dan primitif dari akademik. Salah satu
latar belakang dan alasan lahirnya aliran ini juga karena sadarnya beberapa golongan
filusuf yang menyadari bahwa manusia mulai terbelenggu dengan aktifitas teknologi yang
membuat mereka kehilangan hakekat hidupnya sebagai manusia atau mahluk yang
bereksistensi dengan alam dan lingkungan sekitar bukan hanya dengan semua serba
instan.
2) Tokoh-Tokoh Aliran Filsafat Eksistensialisme
a. Karl Jaspers

Eksistensialismenya

ditandai

dengan

pemikiran

yang

menggunakan

semua

pengetahuan obyektif serta mengatasi pengetahuan obyektif sehingga manusia sadar


akan dirinya sendiri dan memandang filsafat bertujuan mengembalikan manusia
kepada jatidirinya kembali. Ada dua fokus pemikiran Jasper, yaitu eksistensi dan
transendensi.
b. Soren Aabye Kiekeegaard
Mengedepankan teori bahwa eksistensi manusia bukanlah sesuatu yang kaku dan
statis tetapi senantiasa terbentuk, manusia juga senantiasa melakukan upaya dari
sebuah hal yang sifatnya hanya sebagai spekulasi menuju suatu yang nyata dan pasti,
seperti upaya mereka untuk menggapai cita-citanya pada masa depan.
c. Jean Paul Sartre
Manusia yang bereksistensi adalah makhluk yang hidup dan berada dengan sadar
dan bebas bagi diri sendiri. Itu adalah salah satu pernyataan dan mungkin bernilai
teori yang terkenal darinya.
d. Friedrich Nietzsche
Menurutnya manusia yang teruji adalah manusia yang cenderung melalui jalan yang
terjal dalam hidupnya dan definisi dari aliran eksistensialisme menurutnya adalah
manusia yang mempunyai keinginan untuk berkuasa (will to power), dan untuk
berkuasa manusia harus menjadi manusia super dan yang mempunyai mental majikan
bukan mental budak supaya manusia tidak diam dengan kenyamanan saja.
e. Martin Heidegger
Inti pemikirannya adalah memusatkan semua hal kepada manusia dan mengembalikan
semua masalah apapun ujung-ujungnya adalah manusia sebagai subjek atau objek dari
masalah tersebut.

6. Filsafat Pendidikan Progresivisme


a. Pengertian Filsafat Progresivisme
Progresivisme mempunyai konsep yang didasari oleh pengetahuan dan kepercayaan
bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi
dan mengatasi masalah-masalah yang bersifat menekan atau mengancam adanya manusia itu
sendiri. Berhubung dengan itu progresivisme kurang menyetujui adanya pendidikan yang
bercorak otoriter, baik yang timbul pada zaman dahulu maupun pada zaman sekarang.
Pendidikan yang bercorak otoriter ini dapat diperkirakan mempunyai kesulitan untuk
mencapai tujuan-tujuan (yang baik), karena kurang menghargai dan memberikan tempat
semestinya kepada kemampuan-kemampuan tersebut dalam proses pendidikan. Padahal
semuanya itu adalah ibarat motor penggerak manusia dalam usahanya untuk mengalami
kemajuan atau progres.
10

Menurut Progresivisme pendidikan selalu dalam proses perkembangan. Kualitas khusus


pendidikan bukan ditentukan oleh aplikasi standar-standar yang menetap mengenai kebaikan,
kebenaran dan keindahan, melainkan memandang pendidikan sebagai suatu rekonstruksi
pengalaman yang terus menerus.
b. Pandangan terhadapa pendidikan
Progresivisme memandang education as cultural transition. Pendidikan dianggap mampu
mengubah dalam arti membina kebudayaan baru yang dapat menyelamatkan manusia bagi
hari depan yang makin kompleks dan menantang. Pendidikan adalah lembaga yang mampu
membina manusia untuk dapat menyesuaikan diri dengan peruhahan-perubahan kultural dan
tantangan-tantangan zaman demi survive-nya manusia (M. Noor Syam).
Bagi penganut Progresivisme pendidikan bertujuan agar peserta didik individu
memiliki kemampuan memecahkan berbagai masalah baru dalam kehidupan pribadi maupun
kehidupan sosial atau dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar yang berada dalam
proses perubahan. Selain itu, pendidikan juga bertujuan membantu peserta didik untuk
menjadi warga negara yang demokratis. Sejalan dengan itu Imam Barnadib (1984)
menyatakan bahwa tugas utama dalam lapangan pendidikan adalah meningkatkan kecerdasan
agar peserta didik mampu memecahkan berbagai masalah.
Pendidikan adalah hidup itu sendiri, kehidupan yang riil adalah proses belajar,
manusia (peserta didik) bebas dan aktif dalam berinteraksi, mengambil bagian, serta
memanfaatkan lingkungan alam dan lingkungan sosial-budayanya, dan bahwa pengalaman
hidup manusia dalam berinteraksi dengan lingkungannya merupakan realita yang meresap
membina pribadi. Manusia dan lingkungannya saling berpengaruh satu sama lainnya dalam
proses perubahan dan perkembangan. Karena itu, gagasan atau kenyataan yang menunjukkan
adanya dinding pemisah antara sekolah dan masyarakat tentang oleh Progresivisme. Bagi
penganut Progresivisme sekolah yang baik adalah masyarakat yang baik dalam bentuk kecil.
Sedangkan pendidikan yang mencerminkan keadaan dan kebutuhan masyarakat perlu
dilakukan secara teratur sebagaimana halnya dalam lingkungan sekolah. Sekolah hendaknya
merupakan suatu mikrokosmos dan masyarakat yang lebih luas. Di sini para pelajar dapat
mengkaji masalah-masalah dan pandangan-pandangan yang dihadapi masyarakat sebagai
suatu keseluruhan. Sekolah menjadi laboratorium belajar hidup, suatu model kerja demokrasi.
Dewey sebagai seorang Progresivist memandang sekolah sebagai suatu masyarakat
demokratis dalam ukuran kecil yang murid-muridnya dapat belajar dan mempraktikkan
keterampilan yang diperlukan untuk hidup dalam suasana demokrasi.
11

Metode pendidikan yang diutamakan Progresivisme adalah metode pemecahan


masalah problem solving method serta metode penyelidikan penemuan (inquiry and
discovery method). Sehubungan dengan metode ini, dalam pelaksanaannya dibutuhkan guru
yang memiliki karakteristik sebagai berikut: permissive (pemberi kesempatan), friendy
(bersahabat), a guide (seorang pembimbing), open minded (berpandangan terbuka), creative
(kreatif), social a ware (sadar bermasyarakat), enthusiastic (antusias), cooperative and sincere
(bekerja sama dan sungguh-sungguh).
7. Filsafat Pendidikan Perenialisme
a. Pengertian Filsafat Perenialisme
Perenialisme merupakan sutau aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad ke-20.
Perenialisme lahir dari suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Perenialisme menentang
pandangan progresivisme yang menekan perubahan dan suatu yang baru . Perenialisme
memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, terutama dalam
kehidupan moral, intelektual, dan sosikultural.
Solusi yang ditawarkan kaum perenialis adalah jalan mundur ke belakang dengan
menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan
hidup yang kukuh , kuat pada zaman kuno dan pertengahan . Peradaban- kuno (yunani purba)
dan abad pertengahaan sebagai dasar budaya bangsa- bangsa di dunia dari masa ke masa dari
abad ke abad.
Pandangan - pandangan yang telah menjadi dasar pandangan manusia tersebut, telah
teruji kemampuan dan kekuatan oleh sejarah . Pandangan - pandangan plato dan aristoteles
mewakili peradaban yunani kuno , serta ajaran thomas aquina dari abad pertengahan .kaum
prenialis percaya bahwa ajaran dari tokoh-tokoh tersebut memiliki kualitas yang dapat
dijadikan tuntutan hidup dan kehidupan manusia pada abad ke dua puluh ini.
b. Pandangan terhadap pendidikan
Mohammad Noor syam (1984) mengemukakan pandangan perenialisme, bahwa
pendidkan harus lebih banyak mengerahkan pusat perhatiannya pada kebudayaan yang btelah
teruji dan tangguh. Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali tau proses
mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan ideal.perenialisme
tidak melihat jalan yang meyakinkan selain , kembali pada prinsip-prinsip yang telah
sedemikian rupa yang membentuk suatu sikap kebiasaan , bahwa kepribadian manusia yaitu
kebudayaan dahulu (yunani kuno).

12

Tentang pendidikan kaum perenialisme memandang education as cultur regression:


pendidikan sebagai jalan kembali, atau proses mengembalikan keadaaan manusia sekarang
seperti dalam masa lampau yang dianggap sebagai kebudayaan ideal. Tugas pendidikan
adalah memberikan pengetahuan tentang nilai-nilai kebenaran yang pasti, absolut, dan abadi
yang terdapat dalam kebudayaan masa lampau yang dipandang sebagai kebudayaan ideal
tersebut.sejalan dengan hal diatas, penganut perenialisme percaya bahwa prinsip-prinsip
pendidikan juga bersifat universal dan abadi.
Filsafat pendidikan perenialisme mempunyai empat prinsip dalam pembelajaran
secara umum yang mesti dimiliki manusia, yaitu:
1.
2.
3.
4.

Kebenaran yang bersifat universal dan tidak tergantung pada tempat, waktu ,dan oramg.
Pendidikan yang baik melibatkan pencarian pemahaman atas kebenaran.
Kebenaran dapat ditemukan dalam karya-karya agung.
Pendidikan adalah kegiatan liberal utuk mengembangkan nalarbeberapa pandangan tokoh
perenialisme terhadap pendidikan.
Murid dalam aliran perenialisme merupakan mahkluk yang di bimbing oleh prinsipprinsip pertama, kebenaran-kebenaran abadi, pikiran mengangkat dunia biologis. Hakikat
pendidikan upaya proses transformasi pengetahuan dan nilai pada subyek didik. Mencakup
totalitas aspek kemanusiaan , kesadaran, dan sikap dan tindakan kritis, terhadap fenomena
yang terjadi di sekitarnya. Pendidikan bertujuan mencapai tujuan kepribadian manusia yang
menyeluruh secara seimbang melalui latihan jiwa, intelek, diri manusia yang rasional,
perasaan dan indera, karena itu pendidikan harus mencakup pertumbuhan manusia dalam
segala aspeknya.
8. Filsafat Pendidikan Essensialisme
a. Pengertian Filsafat Essensialisme
Filsafat Esensialisme adalah pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai kebudayaan
yang telah ada sejak awak peradaban umat manusia. Esensialisme memandang bahwa
pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang
memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas.
Dari paparan diatas terdapat beberapa prinsp-prinsip Esensialisme adalah :
a. Esesialisme berakar pada ungkapn realisme objektif dan idealisme objektif yang modern,
yaitu alam semesta diatur oleh hokum alam sehingga tugas manusia memahami hokum
alam adalah dalam rangka penyesuaian diri dan pengelolaannya.

13

b. Sasaran pendidikan adalah mengenalkan siswa pada karakter alam dan warisan budaya.
Pendidikan harus dibangun atas nilai-nilai yang kukuh, tetap dan stabil.
c. Nilai kebenaran bersifat korespondensi, berhubungan antara gagasan fakta secara
objektif.
d. Bersifat konservatif ( pelestarian budaya ) dengan merfleksikan humanisme klasik yang
berkembang pada zaman renaissance.
Esensialisme suatu filsafat pendidikan konservatif yang pada mulanya dirumuskan
sebagai suatu kritik terhadap trend-trend progresif di sekolah-sekolah. Esensialisme, yang
memiliki beberapa kesamaan dengan perenialisme, berpendapat bahwa kultur kita telah
memiliki suatu inti pengetahuan umum yang harus diberikan di sekolah-sekolah kepada para
siswa dalam suatu cara yang sistematik dan berdisiplin.
Power

(dalam

uyoh,

2011:165)

mengemukakan

implikasi

filsafat

pendidikan

Esensialisme sebagai berikut:


1) Tujuan pendidikan
Transmisi kebudayaan untuk menentukan solidaritas social dan kesejahteraan umum
2) Kedudukan siswa
Sekolah bertanggung jawab atas pemberian pengajaran yang logis atau dapat
dipercaya.Sekolah berkuasa untuk menuntut hasil belajar siswa.Siswa belajar ke sekolah
untuk belajar, bukan untuk mengatur pelajaran.
3) Peranan guru
Guru harus terdidik. Secara moral ia merupakan orang yang dapat dipercaya,
dan secara teknis harus memiliki kemahiran dalam mengarahkan proses belajar.
4) Kurikulum
Di pendidikan dasar berupa membaca, menulis, berhitung.Keterampilan
berkomunikasi adalah esensial untuk mencapai prestasi skolastik dan hidup sosial
yang layak. Kurikulum sekolah berisikan apa yang harus diajarkan.
5) Metode
Metode tradisional, menekankan pada inisiatif guru.

9. Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme


Kata rekonstruksionisme dalam bahasa Inggris reconstruct yang berarti menyusun
kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan , aliran rekonstruksionisme adalah suatu
aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup
kebudayaan yang bercorak modern. Aliran rekonstruksionisme, pada prinsipnya, sepaham
14

dengan aliran perenialisme, yaitu hendak menyatakan krisis kebudayaan modern. Kedua
aliran tersebut, memandang bahwa keadaan sekarang merupakan zaman yang mempunyai
kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran, kebingungan dan kesimpangsiuran.
Walaupun demikian, prinsip yang dimiliki oleh aliran rekonstruksionisme tidaklah
sama dengan prinsip yang dipegang oleh aliran perenialisme. Keduanya memepunyai visi
dan cara yang berbeda dalam pemecahan yang akan ditempuh untuk mengembalikan
kebudayaan yang serasi dalam kehidupan. Aliran perenialisme memilih cara tersendari,
yakni dengan kembali ke alam kebudayaan lama atau di kenal dangan regressive road
culture yang mereka anggap paling ideal. Sedangkan itu aliran rekonsruksinisme
menempuhnya dengan jalan berupaya membina suatu konsensus yang paling luas dan
mengenai tujuan pokok dan tertinggi dalam kehidupan umat manusia.
Untuk

mencapai

tujuan

tersebut,

rekonstruksionisme

berupaya

mencari

kesepakatan antar sesama manusia, yakni agar dapat mengatur tata kehidupan manusia
dalam suatu tatanan dan seluruh lingkungannya. Maka, proses dan lembaga pendidikan
dalam pandangan rekonstruksionisme perlu merombak tata susunan lama dan
membangun tata susunan hidup kebudayaan yang baru, untuk mencapai tujuan utama
tersebut memerlukan kerjasama antar umat manusia.
Rekonstruksionisme dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun
1930, ingin membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil. Beberapa
tokoh dalam aliran ini : Caroline Pratt, Geaoge Count, Harold Rugg.
Rekonstruksionisme merupakn kelanjutan dari gerakan progresivisme. Gerakan
ini lahir didasarkan atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan
melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada sekarang.

15

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Idealisme mengatakan bahwa realitas terdiri dari ide-ide, pikiran-pikiran, akal (mind) atau
jiwa (self) dan bukan benda material dan kekuatan. Idealisme menekankan mind sebagai hal
yang lebih dahulu (primer) daripada materi. Realisme berpendapat bahwa hakikat realitas
adalah terdiri atas dunia fisik dan dunia rohani.
Aliran eksistensialisme adalah aliran yang cenderung memandang manusia sebagai objek
hidup yang memiliki taraf yang tinggi, dan keberadaan dari manusia ditentukan dengan
dirinya sendiri bukan melalui rekan atau kerabatnya, serta berpandangan bahwa manusia
adalah satu-satunya mahluk hidup yang dapat eksis dengan apapun disekelilingnya karena
manusia disini dikaruniai sebuah organ urgen yang tidak dimiliki oleh mahluk hidup lainnya
sehingga pada akhirnya mereka dapat menempatkan dirinya sesuai dengan keadaan dan
selalu eksis dalam setiap hidupnya dengan organ yang luar biasa hebat tersebut.
Progresivisme memandang education as cultural transition, yaitu pendidikan
dianggap

mampu

mengubah

dalam

arti

membina

kebudayaan

baru

yang

dapat menyelamatkan manusia bagi hari depan yang makin kompleks dan menantang.
Perenialisme memandang education as cultur regression yaitu pendidikan sebagai
jalan kembali, atau proses mengembalikan keadaaan manusia sekarang seperti dalam masa
lampau yang dianggap sebagai kebudayaan ideal.
Filsafat Esensialisme adalah pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai kebudayaan
yang telah ada sejak awak peradaban umat manusia. Aliran rekonstruksionisme adalah suatu
aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup
kebudayaan yang bercorak modern.
16

B. Saran
Berdasarkan aliran-aliran filsafat pendidikan yang telah dibahas diharapkan kita sebagai
calon guru dapat berperan dalam membimbing siswanya dengan baik dan merancang
pembelajaran sesuai dengan gagasan aliran filsafat pendidikan tertentu.

DAFTAR PUSTAKA
Edward. 2014. Filsafat Pendidikan. Medan : UNIMED PRESS
Pusat pembinaan pengembangan bahasa. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta :
Balai Pustaka
Sadulloh, Uyoh. 2010. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta
http://blog.uin-malang.ac.id/fityanku/2011/12/23/filsafat-pendidikan/ (diakses pada tanggal
14 Februari 2015)
http://Kuliah-e-learning.blogspot.com/2013/11/filsafat-idealisme-dalam-pendidikan.html?
m=1/
http://Koreakinayahfaqot.blogspot.com/2012/07/makalah-filsafat-pendidikan-realisme.html?
m=1
http://Jejesinaga.blogspot.com/2013/12/makalah-filsafat-pendidikan-materialisme.html?m=1

17

Você também pode gostar