Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Kontraksi otot detrusor tidak hanya tergantung pada inervasi kolinergik oleh saraf
pelvis. Otot detrusor juga mengandung reseptor prostaglandin. Prostaglandin-inhibiting drugs
dapat mengganggu kontraksi detrusor. Kontraksi kandung kemih juga calcium channel
dependent. Oleh karena itu, calcium channel blocker dapat juga mengganggu kontraksi
kandung kemih.
Inervasi sfingter uretra internal dan eksternal bersifat kompleks. Untuk memberikan
pengobatan dan penatalaksanaan inkontinensia yang efektif, petugas kesehatan harus
mengerti dasar inervasi adrenergic dari sfingter dan hubungan anatomi ureter dan kandung
kemih.
Aktivitas adrenergic-alfa menyebabkan sfingter uretra berkontraksi. Untuk itu,
pengobatan dengan agonis adrenergic-alfa (pseudoefedrin) dapat memperkuat kontraksi
saluran urogenital bagian bawah dapat dilihat pada table. Pada dinding kandung kemih terjadi
peningkatan fibrosis dan kandungan kolagen sehingga mengakibatkan fungsi kontraktil tidak
efektif lagi, dan mudah terbentuk trabekulasi sampai divertikel.
Atrofi mukosa, perubahan vaskularisasi submukosa, dan menipisnya lapisan otot
uretra mengakibatkan menurunnya tekanan penutupan uretra dan tekanan outflow. Pada lakilaki terjadi pengecilan testis dan pembesaran kelenjar prostat sedangkan pada perempuan
terjadi penipisan dinding vagina dengan timbulnya eritema atau ptekie, pemendekan dan
penyempitan ruang vagina serta berkurangnya lubrikasi dengan akibat meningkatnya pH
lingkungan vagina.
Telah diketahui dengan baik bahwa dasar panggul (pelvic floor) mempunyai peran
penting dalam dinamika miksi dan mempertahankan kondisi kontinen. Melemahnya fungsi
dasar panggul disebabkan oleh banyak faktor baik fisiologis maupun patologis (trauma,
operasi, denervasi neurologic). Perubahan fisiologis akibat proses menua pada organ dasar
panggul seperti tercantum pada table.
Secara keseluruhan perubahan akibat proses menua pada system urogenital bawah
mengakibatkan posisi kandung kemih prolaps sehingga melemahkan tekanan atau tekanan
akhir kemih keluar.
Dari pembahasan dampak proses menua terhadap struktur anatomi dan fisiologis
system urogenital bawah dapat dipahami bahwa usia lanjut merupakan faktor contributor
terjadinya inkontinensia tipe stress, urgensi, dan luapan (overflow)
No
Organ
Perubahan
.
1.
Kandung kemih
Perubahan morfologis
Trabekulasi
Fibrosis
Saraf autonom
Pembentukan divertikula
Perubahan Fisiologis
2.
Uretra
Kapasitas
Kemampuan menahan kencing
Kontraksi involunter
Volume residu pasca berkemih
Perubahan Morfologis
Komponen seluler
Deposti kolagen
Perubahan Fisiologis
3.
4.
Prostat
Vagina
Tekanan penutupan
Tekanan akhiran keluar
Hiperplasi dan membesar
Komponen selular
5.
Dasar Panggul
Mukosa Atrofi
Deposit kolagen
Rasio jaringan ikat-otot
Otot melemah
Inkontinensia Urine
Definisi
Inkontinensia urin adalah keluarnya urin secara tidak terkendali sehingga menimbulkan
masalah fisik (jatuh, dekubitus akibat kulit lembab) dan psikososial (hygiene, isolasi social,
depresi), serta mengakibatkan penurunan kualitas hidup. Inkontinensia urin sering ditemukan
pada pasien geriatric, namun usia lanjut bukanlah penyebab inkontinensia urine.
Epidemiologi
Sekitar 50 % usia lanjut di instalasi perawatan kronis dan 11-30% di masyarakat mengalami
inkontinensia urine. Prevalensinya meningkat seiring dengan peningkatan umur. Perempuan
lebih sering mengalami inkontinensia urin daripada laki-laki dengan perbandingan 1,5 : 1.
Faktor Risiko
1. Usia tua. Prevalensi inkontinensia urine meningkat seiring meningkatnya usia
2. Jenis kelamin perempuan lebih sering dibanding laki-laki
3. Pada orang usia lanjut di masyarakat, inkontinesia urine dikaitkan dengan depresi,
transient ischaemic attacks dan stroke, gagal jantung kongestif, konstipasi dan
inkontinensia feses, obesitas, penyakit paru obstruktif kronik, batuk kronik, dan
gangguan mobilitas.
4. Pada orang usia lanjut dip anti, inkontinensia urin dikaitkan dengan terdapatnya
gangguan mobilitas, demensia depresi, stroke, diabetes, dan Parkinson
5. Risiko inkontinensia pada perempuan dengan IMT besar, riwayat histerektomi, infeksi
urine, trauma perineal, melahirkan per vaginam
Gangguan urologic
Gangguan neurologis
Gangguan fungsional/psikologis
Iatrogenik/lingkungan
2. Persisten
Kondisi kronis atau menetap yang berlangsung lama. Dibagi menjadi lima tipe :
a. Tipe urgensi (overactive bladder). Ditandai dengan gejala sering berkemih
(frekuensi lebih dari 8 kali), keinginan berkemih yang tidak tertahankan,
sering berkemih di malam hari (nokturia), dan keluarnya urin yang tidak
terkendali yang didahului keinginan berkemih tidak tertahankan. Penyebabnya
Diagnosis
Tentukan jenis inkontinensia dan penyebab yang mendasari, lakukan langkah berikut :
Anamnesis gejala dan riwayat berkemih, penulisan catatan / diary berkemih selama 24
72 jam berupa frekuensi dan volume berkemih dapat membantu menentukan jenis,
Evaluasi
Tatalaksana
Spektrum modalitas terapi meliputi :
1. Terapi non farmakologis
a. Terapi suportif nonspesifik (edukasi, manipulasi lingkungan, pakaian dan pads
tertentu)
b. Intervensi tingkah laku (latihan otot dasar panggul, latihan kandung kemih,
penjadwalan berkemih, latihan kebiasaan)
2. Terapi medikamentosa
3. Operasi
4. Pemakaian kateter
Intervensi tingkah laku
Bladder training merupakan salah satu terapi yang efektif di antara terapi non
farmakologik lainnya. Terapi ini bertujuan memperpanjang interval berkemih yang normal
dengan teknik distraksi atau teknik relaksasi sehingga frekuensi berkemih hanya 6-7 kali per
hari atau 3-4 jam sekali. Pasien diharapkan dapat menahan sensasi untuk berkemih. Pasien
diinstruksikan untuk berkemih pada interval waktu tertentu, mula-mula setiap jam,
selanjutnya interval berkemih diperpanjang secara bertahap sampai pasien ingin berkemih
setiap 2-3 jam. Teknik ini terbukti bermanfaat pada inkontinensia urgensi dan stres, namun
untuk itu diperlukan motivasi yang kuat dari pasien untuk berlatih menahan keluarnya urin
dan hanya berkemih pada interval waktu tertentu saja.
Latihan otot dasar panggul merupakan terapi yang efektif untuk inkontinensia urin
tipe stress atau campuran dan tipe urgensi. Latihan dilakukan tiga sampai lima kali sehari
dengan 15 kontraksi dan menahan hingga 10 detik. Penelitian uji klinik menunjukkan bahwa
56-77% pasien mengalami perbaikan dalam jangka pendek dengan latihan tersebut. Terdapat
pula penelitian yang menunjukkan bahwa peningkatan perbaikan akan timbul paling tidak 10
tahun. Latihan dilakukan dengan membuat kontraksi berulang-ulang pada otot dasar panggul.
Dengan memperkuat otot tersebut, latihan ini diharapkan dapat meningkatkan kekuatan uretra
untuk menutup secara sempurna. Sebelum pasien menjalani latihan, harus dilakukan lebih
dahulu pemeriksaan vagina atau rektum untuk menetapkan apakah mereka dapat
mengkontraksikan otot dasar panggulnya.
penderita perlu mempunyai intelegensia yang cukup untuk dapat mengikuti petunjuk
pelatihnya, sementara pelatihnya sendiri harus mempunyai kesadaran dan motivasi yang
tinggi karena waktu yang diperlukan untuk dapat mendidik satu orang pasien dengan cara ini
cukup lama.
Stimulasi elektrik merupakan terapi yang menggunakan dasar kejutan kontraksi otot
pelvis dengan menggunakan alat bantu pada vagina atau rektum. Terapi ini tidak begitu
disukai, karena pasien harus menggunakan alat dan kemajuan dari terapi ini terlihat lamban.
Neuromodulasi merupakan terapi dengan menggunakan stimulasi saraf sakral.
Mekanisme yang pasti dari teknik ini masih belum diketahui, tetapi diduga karena adanya
kegiatan interneuron tulang belakang atau neuron adrenergik beta yang menghambat kegiatan
kandung kemih. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa neuromodulasi merupakan salah
satu cara penatalaksanaan kandung kemih hiperaktif yang berhasil.
Penggunaan kateter menetap (indwelling catheter) sebaiknya tidak digunakan
secara rutin dalam pengelolaan inkontinensia urin karena dapat terjadi ISK bahkan sampai
sepsis, pembentukan batu, abses, dan bocor. Kateter menetap ini dapat digunakan bila terjadi
retensi urin yang lama sehingga menyebabkan ISK atau gangguan ginjal. Kateter intermiten
merupakan alat yang secara rutin digunakan untuk mengosongkan kandung kemih. Teknik ini
diajarkan kepada pasien yang tidak dapat mengosongkan kandung kemih.
Tipe Inkontinensia
Stress
Urgensi
Luber (Overflow)
Fungsional
Terapi Primer
Latihan kegel
Agonis adrenergik
Estrogen
Injeksi periuretral
Operasi bagian leher kandung kemih
Relaksan kandung kemih
Estrogen
Bladder training
Schedule toileting (berkemih tiap 2-4 jam)
Latihan otot dasar panggul
Obat antimuskarinik/antikolinergik
Operasi untuk menghilangkan sumbatan
Bladder retraining
Kateterisasi intermiten
Kateterisasi menetap
Intervensi behavioral
Manipulasi lingkungan
Golongan
Antikolinergi
k
Antidepresan
-blockers
(untuk bph
Pads
Obat
Oksibutinin
Oksibutinin
XL
Tolterodin
Tolterodin
sekali sehari)
1-2 mg dua kali/hari PO
2-4 mg sekali/hari PO
kering, penglihatan
buram, konstipasi
kebingungan, tidak
nyaman pada
gastrointestinal
LA
TCA:
imipramin
SNRI:
Hati-hati
penggunaannya pada
geriatri
duloksetin
Terazosin
Tamsulosin
Tamsulosin
tidur
0,4 0,8 mg sekali/hari PO
0,4 0,8 mg sekali / hari PO
CR
Doxazosin
Alfuzosin
tidur
10 mg sekali/hari PO setelah
makan