Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
( MESIN SINKRON)
BAB I
GENERATOR SINKRON
(ALTERNATOR)
Hampir semua energi listrik dibangkitkan dengan menggunakan mesin sinkron.
Generator sinkron (sering disebut alternator) adalah mesin sinkron yangdigunakan
untuk mengubah daya mekanik menjadi daya listrik. Generator sinkrondapat berupa
generator sinkron tiga fasa atau generator sinkron AC satu fasatergantung dari
kebutuhan.
1.1 Konstruksi Generator Sinkron
Pada generator sinkron, arus DC diterapkan pada lilitan rotor untuk
mengahasilkan mdan magnet rotor. Rotor generator diputar oleh prime mover
menghasilkan medan magnet berputar pada mesin. Medan magnet putar ini
menginduksi tegangan tiga fasa pada kumparan stator generator. Rotor pada
generator sinkron pada dasarnya adalah sebuah elektromagnet yang besar. Kutub
medan magnet rotor dapat berupa salient (kutub sepatu) dan dan non salient (rotor
silinder). Gambaran bentuk kutup sepatu generator sinkron diperlihatkan pada gambar
di bawah ini.
Rotor silinder umumnya digunakan untuk rotor dua kutub dan empat kutub,
sedangkan rotor kutub sepatu digunakan untuk rotor dengan empat atau lebih kutub.
Pemilihan konstruksi rotor tergantung dari kecepatan putar prime mover, frekuensi dan
rating daya generator. Generator dengan kecepatan 1500 rpm ke atas pada frekuensi
50 Hz dan rating daya sekitar 10MVA menggunakan rotor silinder. Sementara untuk
daya dibawah 10 MVA dan kecepatan rendah maka digunakan rotor kutub sepatu.
Gambaran bentuk kutup silinder generator sinkron diperlihatkan pada gambar di bawah
ini.
(a)
(b)
Gambar 1.2 Gambaran bentuk (a) rotor Non-salient (rotor silinder), (b) penampang
rotor pada generator sinkron
Arus DC disuplai ke rangkaian medan rotor dengan dua cara:
1. Menyuplai daya DC ke rangkaian dari sumber DC eksternal dengan sarana slip
ring dan sikat.
2. Menyuplai daya DC dari sumber DC khusus yang ditempelkan langsung pada
batang rotor generator sinkron.
1.2 Prinsip Kerja Generator Sinkron
Jika sebuah kumparan diputar pada kecepatan konstan pada medan
magnethomogen, maka akan terinduksi tegangan sinusoidal pada kumparan tersebut.
Medan magnet bisa dihasilkan oleh kumparan yang dialiri arus DC atau oleh magnet
tetap. Pada mesin tipe ini medan magnet diletakkan pada stator (disebut generator
kutub eksternal / external pole generator) yang mana energi listrik dibangkitkan pada
kumparan rotor. Hal ini dapat menimbulkan kerusakan pada slip ring dan karbon sikat,
sehingga menimbulkan permasalahan pada pembangkitan daya tinggi. Untuk
mengatasi permasalahan ini, digunakan tipe generator dengan kutub internal (internal
pole generator), yang mana medan magnet dibangkitkan oleh kutub rotor dan
kumparan 3-fasa
dan tegangan
yang
putar
generator.
Rotor
generator
sinkron
terdiri
atas
rangkaian
elektromagnet dengan suplai arus DC. Medan magnet rotor bergerak pada arah
putaran rotor. Hubungan antara kecepatan putar medan magnet pada mesin dengan
frekuensi elektrik pada stator adalah:
fe
n r .p
120
(1.1)
yang mana:
fe = frekuensi listrik (Hz)
nr = kecepatan putar rotor = kecepatan medan magnet (rpm)
p = jumlah kutub magnet
Oleh karena rotor berputar pada kecepatan yang sama dengan medan magnet,
persamaan diatas juga menunjukkan hubungan antara kecepatan putar rotor dengan
frekuensi listrik yang dihasilkan. Agar daya listrik dibangkitkan tetap pada frekuensi
50Hz atau 60 Hz, maka generator harus berputar pada kecepatan tetapdengan jumlah
kutub mesin yang telah ditentukan. Sebagai contoh untuk membangkitkan 60 Hz pada
mesin dua kutub, rotor arus berputar dengan kecepatan 3600 rpm. Untuk
membangkitkan daya 50 Hz pada mesin empat kutub, rotor harus berputar pada 1500
rpm.
1.4 Alternator tanpa beban
Dengan memutar alternator pada kecepatan sinkron dan rotor diberi arus
medan (IF), maka tegangan (Ea ) akan terinduksi pada kumparan jangkar stator.
Bentuk hubungannya diperlihatkan pada persamaan berikut.
Ea = c.n.
(1.2)
yang mana:
c = konstanta mesin
n = putaran sinkron
= fluks yang dihasilkan oleh IF
Dalam keadaan tanpa beban arus jangkar tidak mengalir pada stator,
karenanya tidak terdapat pengaruh reaksi jangkar. Fluks hanya dihasilkan oleh arus
medan (IF). Apabila arus medan (IF) diubah-ubah harganya, akan diperoleh harga Ea
seperti yang terlihat pada kurva sebagai berikut.
(1.3)
Xs = Xm + Xa
(1.4)
yang mana:
Ea = tegangan induksi pada jangkar
V = tegangan terminal output
Ra
= resistansi jangkar
Xs = reaktansi sinkron
Karakteristik pembebanan dan diagram vektor dari alternator berbeban induktif (faktor
kerja terbelakang) dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Zs Ra 2 Xs 2
Ea
Ia
(1.5)
Oleh karena Xs >> Ra, maka persamaan diatas dapat disederhanakan menjadi:
Xs
Ea VOC
Ia Iahs
(1.6)
Jika Ia dan Ea diketahui untuk kondisi tertentu, maka nilai reaktansi sinkron
dapat diketahui. Tahanan jangkar dapat diukur dengan menerapkan tegangan DC pada
kumparan jangkar pada kondisi generator diam saat hubungan bintang (Y), kemudian
arus yang mengalir diukur. Selanjutnya tahanan jangkar perfasa pada kumparan dapat
diperoleh dengan menggunakan hukum ohm sebagai berikut.
Ra
VDC
2.I DC
(1.7)
Penggunaan tegangan DC ini adalah supaya reaktansi kumparan sama dengan nol
pada saat pengukuran.
1.8 Diagram Fasor
Gambar 1.9 Diagram fasor (a) Faktor daya satu (b) faktor daya tertinggal (c) faktor
daya mendahului
Diagram fasor memperlihatkan bahwa terjadinya pebedaan antara tegangan
teminal V dalam keadaan berbeban dengan tegangan induksi (Ea ) atau tegangan
pada saat tidak berbeban. Diagram dipengaruhi selain oleh faktor kerja juga oleh
besarnya arus jangkar (Ia ) yang mengalir. Dengan memperhatikan perubahan
tegangan V untuk faktor keja yang berbeda-beda, karakteristik tegangan teminal V
terhadap arus jangkar Ia diperlihatkan pada gambar 1.9.
1.9 Pengaturan Tegangan (Regulasi Tegangan)
Pengaturan tegangan adalah perubahan tegangan terminal alternator antara
keadaan beban nol (VNL) dengan beban penuh (VFL). Keadaan ini memberikan
gambaran batasan drop tegangan yang terjadi pada generator, yang dinyatakan
sebagai berikut.
VR
V NL V FL
x100%
VFL
(1.8)
Jika rangakaian untuk pararel itu benar (urutan fasa sama) maka lampu L1, L2
dan L3 akan hidup-mati dengan frekuensi fL - fG cycle. Sehingga apabila ke tiga lampu
sedang tidak bekedip berarti fL = fG atau frekuensi tegangan generator dan jala-jala
sudah sama. Untuk mengetahui bahwa fasa kedua tegangan (generator dan jala-jala)
sama dapat dilihat dari lampu L1, L2, dan L3. Frekuensi tegangan generator diatur oleh
penggerak mula, sedang besar tegangan diatur oleh penguatan medan. Jika rangkaian
untuk mempararelkan itu salah (urutan fasa tidak sama) maka lampu L1, L2 dan L3
akan hidup-mati bergantian dengan frekuensi (fL + fG ) cycle. Dalam hal ini dua buah
fasa (sebarang) pada terminal generator harus kita pertukarkan.
Jika urutan fasa kedua sistem tegangan sama, maka lampu L1, L2, dan L3
akan hidup-mati bergantian dengan frekuensi fL - fG cycle. Saat mempararelkan
adalah pada keadaan L1 mati sedangkan L2 dan L3 menyala sama terang, dan
keadaan ini berlangsung agak lama (yang berarti fL dan fG sudah sangat dekat atau
benar-benar sama). Dalam keadaan ini, posisi semua fasa sistem tegangan jala-jala
berimpit dengan semua fasa sistem tegangan generator.
BAB II
MOTOR SINKRON
Motor Sinkron adalah mesin sinkron yang digunakan untuk mengubah energi
listrik menjadi energi mekanik. Mesin sinkron mempunyai kumparan jangkar pada
stator dan kumparan medan pada rotor. Kumparan jangkarnya berbentuk sama
dengan mesin induksi, sedangkan kumparan medan mesin sinkron dapat berbentuk
kutub sepatu (salient) atau kutub dengan celah udara sama rata (rotor silinder). Arus
searah (DC) untuk menghasilkan fluks pada kumparan medan dialirkan ke rotor melalui
cincin dan sikat.
10
Gambar 2.1 Terjadinya torsi pada motor sinkron (a) tanpa beban (b) kondisi berbeban
(c) kurva karakteristik torsi
Gambar 2.1 memperlihatkan keadaan terjadinya torsi pada motor sinkron.
Keadaan ini dapat dijelaskan sebagai berikut: apabila kumparan jangkar (pada stator)
dihubungkan dengan sumber tegangan tiga fasa maka akan mengalir arus tiga fasa
pada kumparan. Arus tiga fasa pada kumparan jangkar ini menghasilkan medan putar
homogen (BS). Berbeda dengan motor induksi, motor sinkron mendapat eksitasi dari
sumber DC eksternal yang dihubungkan ke rangkaian rotor melalui slip ring dan sikat.
Arus DC pada rotor ini menghasilkan medan magnet rotor (BR) yang tetap. Kutub
medan rotor mendapat tarikan dari kutub medan putar stator hingga turut berputar
dengan kecepatan yang sama (sinkron). Torsi yang dihasilkan motor sinkron
merupakan fungsi sudut torsi (). Semakin besar sudut antara kedua medan magnet,
maka torsi yang dihasilkan akan semakin besar seperti persamaan di bawah ini.
T = k .BR .Bnet sin
(2.1)
Pada beban nol, sumbu kutub medan putar berimpit dengan sumbu kumparan
medan ( = 0). Setiap penambahan beban membuat medan motor tertinggal dari
medan stator, berbentuk sudut kopel (); untuk kemudian berputar dengan kecepatan
yang sama lagi. Beban maksimum tercapai ketika = 90o. Penambahan beban lebih
lanjut mengakibatkan hilangnya kekuatan torsi dan motor disebut kehilangan
sinkronisasi. Oleh karena pada motor sinkron terdapat dua sumber pembangkit fluks
yaitu arus bolak-balik (AC) pada stator dan arus searah (DC) pada rotor, maka ketika
arus medan pada rotor cukup untuk membangkitkan fluks (ggm) yang diperlukan
motor, maka stator tidak perlu memberikan arus magnetisasi atau daya reaktif dan
motor bekerja pada faktor daya = 1,0. Ketika arus medan pada rotor kurang (penguat
bekurang), stator akan menarik arus magnetisasi dari jala-jala, sehingga motor bekerja
pada faktor daya terbelakang (lagging). Sebaliknya bila arus pada medan rotor belebih
(penguat berlebih), kelebihan fluks (ggm) ini harus diimbangi, dan stator akan menarik
11
arus yang bersifat kapasitif dari jala-jala, dan karenanya motor bekerja pada faktor
daya
mendahului (leading). Dengan demikian, faktor daya motor sinkron dapat diatur
dengan mengubah-ubah harga arus medan (IF)
2.2 Rangkaian Ekuivalen Motor Sinkron
Motor sinkron pada dasarnya adalah sama dengan generator sinkron, kecuali
arah aliran daya pada motor sinkron merupakan kebalikan dari generator sinkron. Oleh
karena arah aliran daya pada motor sinkron dibalik, maka arah aliran arus pada stator
motor sinkron juga dapat dianggap dibalik. Maka rangkaianekuivalen motor sinkron
adalah sama dengan rangkaian ekuivalen generator sinkron, kecuali arah arus Ia
dibalik. Bentuk rangkaian ekuivalen motor sinkron diperlihatkan pada gambar 2.2.
(2.2)
atau :
Ea = V - Ia.Ra jIa.XS
(2.3)
12
Tind
(2.4)
m . Xs
Torsi maksimum motor terjadi ketika = 90. Umumnya torsi maksimum motor
sinkron adalah tiga kali torsi beban penuhnya. Ketika torsi pada motor sinkron melebihi
torsi maksimum maka motor akan kehilangan sinkronisasi. Dengan mengacu kembali
ke persamaan (2.1) dan (2.4), maka persamaan Torsi maksimum (pullout) motor
sinkron dapat dibuatkan sebagai berikut.
Tind k .B R .Bnet
(2.5)
atau
Tind
3.V .Ea.
(2.6)
m . Xs
Dari persamaan di atas menunjukkan bahwa semakin besar arus medan, maka torsi
maksimum motor akan semakin besar.
2.4 Pengaruh Perubahan Beban Pada Motor Sinkron
13
14
15
Gambar 2.6 Kurva V hubungan antara arus jangkar Ia dengan arus medan IF untuk
satu beban (P) yang tetap pada motor sinkron
Beberapa kurva V digambarkan untuk level daya yang berbeda. Arus jangkar
minimum terjadi pada faktor daya satu dimana hanya daya real yang disuplai ke motor.
Pada titik lain, daya reaktif disuplai ke atau dari motor. Untuk arus medan lebih rendah
dari nilai yang menyebabkan Ia minimum, maka arus jangkar akan tertinggal (lagging)
dan menyerap Q. Oleh karena arus medan pada kondisi ini adalah kecil, maka motor
dikatakan under excitation. Untuk arus medan lebih besar dari nilai yang menyebabkan
Ia minimum, maka arus jangkar akan mendahului (leading) dan menyuplai Q. Kondisi
ini disebut over excitation.
2.6 Kondensor Sinkron
Telah diterangkan sebelumnya bahwa apabila motor sinkron diberi penguatan
berlebih, maka untuk mengkompensasi kelebihan fluks, dari jala-jala akan ditarik arus
kapasitif. Karena itu motor sinkron (tanpa beban) yang diberi penguat berlebih akan
berfungsi sebagai kapasitor dan mempunyai kemampuan untuk memperbaiki faktor
daya. Motor sinkron demikian disebut kondensor sinkron.
16
Gambar 2.7 Diagram vektor daya reaktif motor sinkron tanpa beban
Pada gambar (a), penguatan normal, sehingga V = E. Motor dalam keadaan
mengambang karena tidak memberikan ataupun menarik arus. V berimpit dengan E
karena dalam keadaan tanpa beban sudut daya = 0. Pada gambar (b), penguatan
berlebih, sehingga E >V. Arus kapasitif (leading current) ditarik dari jala-jala. Daya aktif
P = VI cos = 0. Jadi, motor berfungsi sebagai pembangkit daya reaktif yang bersifat
kapasitif (kapasitor). Pada gambar (c), penguatan berkurang, sehingga E < V. Arus
magnetisasi (lagging current) ditarik dari jala-jala. Jadi, motor berfungsi sebagai
pembangkit daya reaktif yang bersifat induktif (induktor).
2.8 Starting Motor Sinkron
Pada saat start ( tegangan dihubungkan ke kumparan stator) kondisi motor
adalah diam dan medan rotor BR juga stasioner, medan magnet stator mulai berputar
pada kecepatan sinkron. Saat t = 0, BR dan BS adalah segaris, maka torsi induksi
pada rotor adalah nol. Kemudian saat t = siklus rotor belum bergerak dan medan
magnet stator ke arah kiri menghasilkan torsi induksi pada rotor berlawanan arah jarum
jam. Selanjutnya pada t = siklus BR dan BS berlawanan arah dan torsi induksi pada
kondisi ini adalah nol. Pada t = siklus medan magnet stator ke arah kanan
menghasilkan torsi searah jarum jam. Demikian seterusnya pada t = 1 siklus medan
magnet stator kembali segaris dengan medan magnet rotor. Bentuk hubungan Torsi
motor sinkron pada kondisi start ini diperlihatkan pada gambar di bawah ini.
17
18