Você está na página 1de 26

MAKALAH

BIOTEKNOLOGI DASAR

PERANAN BIOTEKNOLOGI (VAKSIN)


DALAM INDUSTRI FARMASI

NAMA
NIM

: AFIDA TUL HASANAH


: H311 12 028

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang maha esa, karena
atas berkat dan limpahan rahmat-Nya maka saya dapat menyelesaikan sebuah karya
tulis dengan tepat waktu.
Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul
Peranan Bioteknlogi dalam Industri Farmasi (Vaksin), yang menurut saya dapat
memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajari tentang bagaimana
proses pembuatan dan manfaat dari vaksin.
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan mohon
dimaklumi bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat
kurang tepat. Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa
terima kasih dan semoga allah SWT. memberkahi makalah ini sehingga dapat
memberikan manfaat.

Makassar, Februari 2015

Penulis

DAFTAR ISI

Sampul .......

Kata Pengantar ..

ii

Daftar Isi ........

iii

Ringkasan ..

iv

Bab I
1.1 Latar Belakang .

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan ..

Bab II
2.1 Sejarah Vaksin ........................

2.2 Definisi Vaksin ................

2.3 Proses Pembuatan Vaksin .....

2.4 Jenis-jenis Vaksin .........

2.5 Manfaat dari Vaksin ........................................................................................ 10


Bab III
Kesimpulan

12

Daftar Pustaka .......

14

RINGKASAN

Vaksin pertama diproduksi oleh Edward Jenner pada tahun 1796 dalam
upaya untuk memberikan perlindungan terhadap cacar. Pada saat itu Jenner
mengamati bahwa tukang pemerah susu yang pernah tertular cacar sapi, infeksi yang
relatif tidak berbahaya, tampaknya menjadi tahan terhadap penyakit cacar manusia,
penyakit pada manusia yang secara rutin mencapai tingkat epidemi dengan tingkat
kematian sangat tinggi pada saat itu. Jenner berteori (yang ternyata benar) bahwa
cacar sapi, suatu penyakit hewan, sama dengan cacar pada manusia. Dia
menyimpulkan bahwa reaksi manusia untuk suntikan virus cacar sapi akan
mengajarkan tubuh manusia untuk menanggapi kedua virus ini, tanpa menyebabkan
penyakit berat atau kematian.
Vaksin memang lebih banyak ditujukan untuk menangkal virus, bukan
bakteri, karena virus lebih sulit dibasmi ketimbang bakteri yang bisa dibunuh dengan
antibiotika. Virus adalah jasad renik berukuran mikroskopik yang menginfeksi
organisme biologis. Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan
menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki
perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Imunisasi adalah memberikan vaksin yang mengandung kuman yang sudah
dilemahkan, caranya bisa diteteskan melalui mulut seperti imunisasi polio dan bisa
juga melalui injeksi. Vaksin yang masuk dalam tubuh bayi itu akan merangsang
tubuh memproduksi antibodi. Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk
membantu mencegah suatu penyakit. Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan
antibodi. Antibodi ini berfungsi melindungi terhadap penyakit.Vaksin tidak hanya
menjaga agar anak tetap sehat, tetapi juga membantu membasmi penyakit yang serius
yang timbul pada masa kanak-kanak.
Vaksin secara umum cukup aman. Keuntungan perlindungan yang diberikan
vaksin jauh lebih besar daripada efek samping yang mungkin timbul. Dengan adanya
vaksin maka banyak penyakit masa kanak-kanak yang serius, yang sekarang ini
sudah jarang ditemukan.
Istilah vaksin berasal dari Edward Jenner 1796. Penggunaan istilah vaksin
berasal dari bahasa latin vacca (sapi) dan vaccinia (cacar sapi). Vaksin adalah bahan
antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu
penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme
alami atau liar. Vaksin cacar tidak dapat dipisahkan dari Edward Jenner (17491823). Jenner menyusun tulisan ilmiahnya tentang kekebalan terhadap cacar pada
manusia yang pernah tertular cacar sapi.Ia juga melakukan survei nasional yang
mendukung teorinya. Sesudah penemuan Jenner diuji coba dan dikonfirmasi banyak
ilmuwan vaksinasi cacar mulai meluas di London untuk kemudian menyebar

di

Inggris,

seluruh

Eropa,

dan

dunia.

Pasteur (1885)

memperkenalkan

cara

penanggulangan penyakit akibat gigitan tersangka rabies dengan menggunakan cara


vaksinasi menggunakan vaksin anti rabies (VAR). Seperti halnya obat, tidak ada
vaksin yang bebas dari risiko efek samping. Namun keputusan untuk tidak memberi
vaksin juga lebih berisiko untuk terjadinya penyakit atau lebih jauh menularkan
penyakit pada orang lain.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah vaksin?
2. Apa definisi dari vaksin?
3. Bagaimana proses pembuatan vaksin?
4. Apa saja jenis-jenis vaksin?
5. Apa manfaat dari vaksin?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah vaksin.
2. Untuk mengetahui definisi dari vaksin.
3. Untuk mengetahui dan memahami proses pembuatan vaksin.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis dari vaksin.
5. Untuk memahami manfaat dari vaksin.

BAB II
ISI

2.1 Sejarah Vaksin


Vaksin berasal dari bahasa latin vacca (sapi) dan vaccinia (cacar sapi).
Edward Jenner sedang menyuntikkan vaksin. Dunia sudah selayaknya mengucapkan
terima kasih untuk pionir-pionir seperti Jenner dan Pasteur. Mereka telah menemukan
vaksin yang mencegah tingginya angka kesakitan dan kematian. Namun demikian,
kondisi masih memprihatinkan, bahkan dirasakan tragis, karena menurut laporan
Badan Kesehatan Dunia (WHO), hampir dua juta anak-anak masih menjadi korban
penyakit tiap tahun. Menutup tahun-tahun pada abad ke-19 dan memasuki abad ke20 ditandai dengan munculnya achievements of great vaccine scientist seperti
Pasteur. Sejak Jenner vaccinia 200 tahun yang lalu diperkenalkan, sembilan penyakit
utama manusia telah dapat dikendalikan dengan penggunaan vaksin: smallpox
(1798),

rabies

(1885), plague (1897),

difteri

(1923),

pertusis

(1926),

tuberculosis/BCG (1927), tetanus (1927), dan yellow fever (1935). Beberapa vaksin
digunakan secara individu di daerah dengan resiko penyakit seperti rabies
dan plague, tetapi tidak pernah digunakan secara sistematis dalam skala global.
Antara lain pada vaksin BCG pada tanggal 24 April 1927, dokter Albert
Calmette dan seorang peneliti bernama Camille Guerin berhasil menemukan vaksin
untuk mengobati penyakit TBC, yang dinamakan vaksin bacillus calmette
guerin (BCG).
2.2 Definisi Vaksin
Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan
kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi

pengaruh infeksi oleh organisme alami atau liar. Vaksin dapat berupa galur virus
atau bakteri yang telah dilemahkan sehingga tidak menimbulkan penyakit.Vaksin
dapat juga berupa organisme mati atau hasil-hasil pemurniannya (protein, peptida,
partikel serupa virus, dsb.). Vaksin akan mempersiapkan sistem kekebalan manusia
atau hewan untuk bertahan terhadap serangan patogen tertentu, terutama bakteri,
virus, atau toksin. Vaksin juga bisa membantu sistem kekebalan untuk melawan selsel degeneratif (kanker). Pemberian vaksin diberikan untuk merangsang sistem
imunologi tubuh untuk membentuk antibodi spesifik sehingga dapat melindungi
tubuh dari serangan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin. Ada beberapa jenis
vaksin. Namun, apa pun jenisnya tujuannya sama, yaitu menstimulasi reaksi
kekebalan tanpa menimbulkan penyakit. Ketika seorang individu divaksinasi
terhadap penyakit atau infeksi, mengatakan difterinya sistem kekebalan tubuh siap
untuk melawan infeksi. Setelah divaksinasi ketika orang terkena bakteri yang
menyebabkan tubuh persneling untuk melawan infeksi. Vaksin memanfaatkan
kemampuan alami tubuh untuk belajar bagaimana untuk menghilangkan hampir
semua penyebab penyakit kuman, atau mikroba, yang menyerang itu.Setelah
divaksinasi tubuh mengingat bagaimana melindungi diri dari mikroba yang dialami
sebelumnya.
Vaksin memang lebih banyak ditujukan untuk menangkal virus, bukan
bakteri, karena virus lebih sulit dibasmi ketimbang bakteri yang bisa dibunuh dengan
antibiotika. Antivirus jenisnya terbatas dan harganya mahal. Virus adalah jasad renik
berukuran mikroskopik yang menginfeksi organisme biologis. Virus hanya dapat
bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel
makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi
sendiri. Dalam sel inang, virus merupakan parasit obligat dan di luar inangnya

menjadi tak berdaya. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA
atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan
pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya.
Genom virus menyandi baik protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik
maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya.
2.3 Proses Pembuatan Vaksin
Produksi vaksin antivirus saat ini merupakan sebuah proses rumit bahkan
setelah tugas yang berat untuk membuat vaksin potensial di laboratorium. Perubahan
dari produksi vaksin potensial dengan jumlah kecil menjadi produksi bergalon-galon
vaksin yang aman dalam sebuah situasi produksi sangat dramatis, dan prosedur
laboratorium yang sederhana tidak dapat digunakan untuk meningkatkan skala
produksi. Berikut gambar proses pembuatan vaksin:

Gambar 1. Proses pembuatan vaksin

1. Penyiapan benih virus


Produksi vaksin dimulai dengan sejumlah kecil virus tertentu (atau disebut
benih). Virus harus bebas dari kotoran, baik berupa virus yang serupa atau
variasi dari jenis virus yang sama. Selain itu, benih harus disimpan dalam
kondisi ideal, biasanya beku, yang mencegah virus menjadi lebih kuat atau
lebih lemah dari yang diinginkan. Benih disimpan dalam gelas kecil atau
wadah plastik. Jumlah yang kecil hanya 5 atau 10 cm 3, mengandung ribuan
hingga jutaan virus, nantinya dapat dibuat menjadi ratusan liter vaksin.
Freezer dipertahankan pada suhu tertentu. Grafik di luar freezer akan mencatat
secara terus menerus suhu freezer. Sensor terhubung dengan alarm yang dapat
didengar atau alarm komputer yang akan menyala jika suhu freezer berada di
luar suhu yang seharusnya.
2. Penumbuhan virus
Setelah mencairkan dan memanaskan benih virus dalam kondisi tertentu
secara hati-hati (misalnya, pada suhu kamar atau dalam bak air), sejumlah kecil
sel virus ditempatkan ke dalampabrik sel sebuah mesin kecil yang telah
dilengkapi sebuah media pertumbuhan yang tepat sehingga sel memungkinkan
virus untuk berkembang biak. Setiap jenis virus tumbuh terbaik di media
tertentu, namun semua media umumnya mengandung protein yang berasal dari
mamalia, misalnya protein murni dari darah sapi. Media juga mengandung
protein lain dan senyawa organik yang mendorong reproduksi sel virus.
Penyediaan media yang benar, pada suhu yang tepat, dan dengan jumlah waktu
yang telah ditetapkan, virus akan bertambah banyak.
Selain suhu, faktor-faktor lain harus dipantau adalah pH. pH adalah ukuran
keasaman atau kebasaan, diukur pada skala dari 0 sampai 14, dan virus harus
disimpan pada pH yang tepat dalam pabrik sel. Air tawar yang tidak asam atau
basa (netral) memiliki pH 7. Meskipun wadah di mana sel-sel tumbuh tidak

terlalu besar (mungkin ukuran pot 4-8 liter), terdapat sejumlah katup, tabung,
dan sensor yang terhubung dengannya.Sensor memantau pH dan suhu, dan ada
berbagai koneksi untuk menambahkan media atau bahan kimia seperti oksigen
untuk mempertahankan pH, tempat untuk mengambil sampel untuk analisis
mikroskopik, dan pengaturan steril untuk menambahkan komponen ke pabrik
sel dan mengambil produk setengah jadi ketika siap. Sebuah penemuan penting
dalam tahun 1940-an adalah bahwa pertumbuhan sel sangat dirangsang oleh
penambahan enzim pada medium, yang paling umum digunakan yaitu tripsin.
Enzim adalah protein yang juga berfungsi sebagai katalis dalam memberi
makan dan pertumbuhan sel. Dalam praktek saat ini, botol tidak digunakan
sama sekali. Virus yang sedang tumbuh disimpan dalam wadah yang lebih
besar namun mirip dengan pabrik sel, dan dicampur dengan manikmanik, partikel

mikroskopis

dimana

virus

dapat

menempelkan

diri.

Penggunaan manik-manik memberi virus daerah yang lebih besar untuk


menempelkan diri, dan akibatnya, pertumbuhan virus menjadi jauh lebih besar.
Seperti dalam pabrik sel, suhu dan pH dikontrol secara ketat.Waktu yang
dihabiskan virus untuk tumbuh bervariasi sesuai dengan jenis virus yang
diproduksi, dan hal itu sebuah rahasia yang dijaga ketat oleh pabrik.
3. Pemisahan dan pemilihan strain virus
Bila sudah cukup banyak virus yang ditumbuhkan, mereka kemudian
dipisahkan dari mediumnya, misalnya dengan filtrasi dan kemudian
sentrifugasi, atau dengan teknik lain. Vaksin akan dibuat dari virus yang
dilemahkan atau dibunuh. Apakah hanya akan dilemahkan atau dibunuh antara
lain tergantung dari sifat kekuatan virus atau virulensinya. Vaksin rabies,
misalnya, karena cukup virulen, maka merupakan virus yang dibunuh.
Untuk vaksin yang berasal dari virus yang dilemahkan, virus biasanya

dilemahkan sebelum menjalani proses produksi. Strain virus yang dipilih


secara hati-hati lalu ditumbuhkan berulang kali di berbagai media. Ada jenis
virus yang benar-benar menjadi kuat saat mereka tumbuh. Strain ini jelas tidak
dapat digunakan untuk pembuatan vaksin. Strain lainnya yang menjadi terlalu
lemah karena mereka dibudidayakan berulang-ulang juga tidak bisa diterima
untuk penggunaan vaksin. Perlu dipilih strain virus yang tumbuh dengan
kekuatan yang tepat seperti yang diinginkan untuk dijadikan vaksin.Virus ini
kemudian dipisahkan dari medium tempat mereka ditanam, lalu dibuat menjadi
sediaan vaksin. Vaksin dapat terdiri dari kombinasi beberapa jenis virus yang
dipilih sebelum kemudian dikemas, dengan menggunakan media pembawa
yang sesuai dengan kadar yang sudah ditentukan.
VIRUS HEPATITIS B
Virus hepatitis b (HVB), termasuk hepadnavirus, berukuran 42-nm double
stranded DNA virus dengan terdiri dari nucleocapsid core (HBc Ag) berukuran 27
mm, dikelilingi oleh lapisan lipoprotein di bagian luarnya yang berisi antigen
permukaan (HBsAg). HBsAg adalah antigen heterogen dengan suatu common
antigen.

Gambar Virus Hepatitis B

Vaksin hepatitis B yang efektif sudah ada sejak tahun 1982. Ada dua jenis
vaksin hepatitis B yan diberi lisensi untuk dipakai di Amerika Serikat dan Kanada.
Kedua jenis vaksin tersebut aman dan mempunyai daya perlindungan tinggi terhadap
semua jenis subtipe HBV. Tipe pertama dibuat dari plasma seseorang dengan
HBsAg positif, tidak lagi diproduksi di Amerika Serikat tetapi masih digunakan
secara luas. Tipe kedua dibuat dengan teknologi rekombinan DNA (rDNA); vaksin
ini

dibuat

dengan

menggunakan

sintesa

HBsAg

dengan

menggunakan

Saccharomyces cerevisiae (ragi yang biasa dipakai untuk membuat kue), kedalam
ragi ini di insersi plasmida yang berisi gen HBsAg. Kombinasi imunoprofilaksis
pasif-aktif antara hepatitis B immunoglobulin (HBIG) dengan vaksin terbukti dapat
merangsang terbentuknya anti-HBs sebanding dengan vaksin yang diberikan sendiri.

Gambar bakteri Sacaromicces cereviciae


Satu produk rekayasa genetika adalah Vaksin Hepatitis B yang dihasilkan
oleh yeast (Saccharomyces cereviceae) melalui tehnik rekombinan DNA
menggunakan hepatitis B surface antigen (HBsAg). Penggunaan vaksin ini telah
meluas di seluruh dunia dan terbukti efektif dalam menekan jumlah infeksi virus
Hepatitis B (HVB). Jenis vaksin rekombinan yang paling umum digunakan adalah
Recombivax HB dan Energix-B, diberikan secara intramuscular pada bayi yang
baru lahir, anak-anak, dan dewasa. Dosis pemberian vaksin sebanyak 3 kali.
Pemberian vaksin telah dikembangkan dengan menyisipkannya ke dalam tanaman,
misalnya pada pisang. Teknologi DNA rekombinan atau sering juga disebut rekayasa
genetika merupakan teknologi yang memanfaatkan proses replikasi, transkripsi dan

translasi untuk memanipulasi, mengisolasi dan mengekspresikan suatu gen dalam


organisme yang berbeda. Biasanya gen dari organisme yang lebih tinggi
diekspresikan pada organisme yang lebih rendah. Teknologi ini juga memberikan
kesempatan yang tidak terbatas untuk menciptakan kombinasi barudari gen yang
tidak ada pada kondisi normal. Melalui rekayasa genetika, akan dihasilkan kombinasi
baru dari materi genetik melalui penyisipan molekul asam nukleat kedalam suatu
sistem DNA vektor (plasmid bakteri, virus dan lain-lain) dan kemudian memasukkan
vektor ini kedalam suatu inang sehingga akan dihasilkan suatu produk gen dalam
jumlah banyak.
Pembuatan Vaksin Hepatitis B
Vaksin HBsAg yang dimumikan dari plasma karier dan inaktifasi
formalin/panas telah diproduksi di beberapa laboratorium. Namun dengan
terbatasnya persediaan plasma, perlunya seleksi dan kontrol yang ketat untuk
mendapatkan vaksin murni dan bebas sumber infeksi lain, maka pendekatan lain
terus dicari. Problem ini akhirnya dapat teratasi dengan pendekatan rekombinan
DNA. Salah satu sintesis HbsAg yang telah berhasil dari sel ragi (yeast) rekombinan.
Partikel ini memperlihatkan sifat imunogenik pada binatang percobaan; pengujian
pada manusia telah berhasil menginduksi anti HBs dan melindungi dar iinfeksi virus
hepatitis B. Saat ini setidaknya ada 3 sumber partikel HBsAg yang digunakan untuk
vaksinasi hepatitis B. Terutama HbsAg dimumikan dari plasma karier. Metode ini
telah berhasil dan efikasinya tidak disangsikan. Dua sumber lain yaitu melalui
pendekatan teknologi rekombinan DNA, dengan memasukan gen virus hepatitis B
pengkode HBsAg ke dalam sel ragi dan sel mamalia. Selain itu, HBsAg juga dapat
disekresi oleh E coli, namun jumlahnya relatif kecil, demikian juga sifat
antigeniknya.
Tahapan pembuatan vaksin
Virus yang dilemahkan (imunisasi). Untuk menghasilkan vaksin dibutuhkan
HBsAg yang berasal dari virus Hepatitis B, virus diperbanyak dalam medium
tertentu sehingga nantinya dihasilkan virus yang tidak menyebabkan penyakit namun
mampu merangsang sistem imun. Strain ini selanjutnya dikultur pada kondisi yang

sesuai dan virusnya diinaktifkan melalui pemanasan dan proses kimia. Tahapan
berikutnya virus yang telah dilemahkan ini diinjeksikan ke dalam tubuh.

Vaksin DNA rekombinan


Vaksin hepatitis B yang diproduksi sel ragi rekombinan telah menjalani
pengujian keamanan, imunogenisitas dan evaluasi klinis. Hasil menunjukkan bahwa
vaksin ini aman, antigenik dan relatif bebas efek samping yang merugikan, bahkan
vaksin ini telah dilisensikan dan diproduksi diberbagai negara. Salah satu keuntungan
vaksin dari sel ragi dibanding dari plasma yaitu siklus produksinya dapat dikurangi,
dan konsistensi dari batch ke batch lebih mudah diperoleh.

HBs Ag dilepaskan dari sel dengan homogeniser atau disruption


menggunakan glass bead. Pemurnian melalui tahap klarifikasi, ultrafiltrasi,
kromatografi dan ultrasentrifugasi serta diabsorbsi dengan alum hidroksida; sebagai
pengawet ditambahkan thiomerosal. Karakterisisasi partikel dilakukan dengan
membandingkan HBs Ag dari plasma antara lain meliputi berat molekul, komposisi
asam amino, densitas dalam CsC12 dan sebagainya. Analisis imunologis
menggunakan antibodi monoklonal memperlihatkan vaksin dari plasma dan ragi
mengandung epitop yang berperan menginduksi antibodi setelah vaksinasi.

Vaksin Hepatitis B rekombinan (Recombivax HB) Recombivax HB vaccine


mengandung antigen Hepatitis B, amorphous aluminum hidroksiphosfat, yeastprotein

yang diberi formaldehid, dan thimerosal sebagai pengawet. Vaksin Hepatitis B


rekombinan ini berasal dari HepatitisB surface antigen (HBsAg) yang diproduksi
dalam sel yeast. Bagian virus yang mengkode HBsAg dimasukkan kedalam yeast,
dan selanjutnya dikultur. Antigen kemudian dipanen dan dipurifikasi dari kultur
fermentasi yeast Saccharomyces cereviceae, antigen HBsAg mengandung gen adw
subtype. Proses fermentasi meliputi pertumbuhan Saccharomyces cereviceae pada
medium kompleks yang mengandung ekstrak Yeast, soy pepton, dextrose, asam
amino, dan garam mineral. Protein dilepaskan dari sel yeast melalui pengrusakan sel
kemudian dipurifikasi dengan metode fisika dan kimia. Selanjutnya potein
dimasukkan ke larutan buffer posfat dan formaldehid, dipercepat dengan
menggunakan alum (potassium aluminium sulfat). Vaksin rekombinan ini
memperlihatkan kesamaan dengan vaksin yang diperoleh dari plasma darah.
Berikut bahan-bahan pembuat vaksin :
1. Alumunium, logam ini ditambahkan kepada vaksin dalam bentuk gel atau
garam untuk mendorong anti body. Logam ini dikenal sebagai kemungkinan
penyebab kejang, penyakit Alzheimer, kerusakan otak, dan dementia (pikun).
Menurut pemerhati vaksin Australia bahan ini dapat meracuni darah, syaraf
pernafasan, mengganggu sistem imun dan syaraf seumur hidup. Alumunium
digunakan pada vaksin DPT dan Hepatitis B.
2. Benzetonium klorida, yaitu bahan pengawet yang belum dievaluasi untuk
konsumsi manusia dan banyak digunakan untuk vaksin anthrax.
3. Etilen Glikol, merupakan bahan utama anti beku yang digunakan pada
beberapavaksin yaitu DPT, Polio, Hepatitis B sebagai bahan pengawet.
4. Formaldehida/Formalin, bahan ini menimbulkan kekhawatiran besar karena
dipakai sebagai karsinogen (zat pencetus kanker). Bahan ini dikenal sebagai
bahan pembalseman.
5. Gelatin, biasanya digunakan pada Vaksin Cacar Air dan MMR.
6. Glutamat, digunakan untuk menstabilkan beberapa vaksin panas, cahaya dan
kondisi lingkungan lainnya. Bahan Ini banyak ditemukan pada Vaksin
Varicella.

7. Neomicin, antibiotik ini digunakan untuk mencegah pertumbuhan kuman di


dalam perkembangbiakan vaksin. Bahan ini dapat menyebabkan gatal pada
sebagian orang dan biasanya terdapat pada Vaksin MMR dan Polio.
8. Fenol, bahan yang berasal dari tar batubara ini digunakan dalam produk bahan
pewarna. Bahan ini sangat berbahaya dan beracun.
9. Streptomisin, antibiotika ini dikenal menimbulkan reaksi alergi dan ditemukan
padaVaksin Polio.
10. Timerosal, bahan ini adalah pengawet yang mengandung 50% etil merkuri.
Sementara itu pemerhati vaksin dari Australia juga mencatat adanya bahanbahan lain seperti :

Ammonium Sulfat, diduga dapat meracuni sistem pencernaan, hati, syaraf


dan sistem pernafasan.

Ampotericin B, sejenis obat yang digunakan untuk mencegah penyakit jamur.


Efek sampingya dapat menyebabkan pembekuan darah.

Kasein, perekat yang kuat, sering digunakan untuk merekatkan label pada
botol.

Jenis-Jenis Vaksin
1. Vaksin Toksoid
Vaksin yang dibuat dari beberapa jenis bakteri yang menimbulkan penyakit
dengan memasukkan racun dilemahkan ke dalam aliran darah. Bahan bersifat
imunogenik yang dibuat dari toksin kuman. Hasil pembuatan bahan toksoid yang jadi
disebut sebagai natural fluid plain toxoid yang mampu merangsang terbentuknya
antibodi antitoksin. Imunisasi bakteri toksoid efektif selama satu tahun. Contoh:
Vaksin Difteri dan Tetanus
2. Vaksin Acellular dan Subunit

Vaksin yang dibuat dari bagian tertentu dalam virus atau bakteri dengan
melakukan kloning dari gen virus atau bakteri melalui rekombinasi DNA, vaksin
vektor virus dan vaksin antiidiotipe. Contoh: Vaksin Hepatitis B, Vaksin Hemofilus
Influenza tipe b (Hib) dan Vaksin Influenza.
3. Vaksin Idiotipe
Vaksin yang dibuat berdasarkan sifat bahwa Fab (fragment antigen binding)
dari antibodi yang dihasilkan oleh tiap klon sel B mengandung asam amino yang
disebut sebagai idiotipe atau determinan idiotipe yang dapat bertindak sebagai
antigen.Vaksin ini dapat menghambat pertumbuhan virus melalui netralisasai dan
pemblokiran terhadap reseptor pre sel B.
4. Vaksin Rekombinan
Vaksin rekombinan memungkinkan produksi protein virus dalam jumlah
besar. Gen virus yang diinginkan diekspresikan dalam sel prokariot atau eukariot.
Sistem ekspresi eukariot meliputi sel bakteri E.coli, yeast, dan baculovirus. Dengan
teknologi DNA rekombinan selain dihasilkan vaksin protein juga dihasilkan vaksin
DNA. Penggunaan virus sebagai vektor untuk membawa gen sebagai antigen
pelindung dari virus lainnya, misalnya gen untuk antigen dari berbagai virus
disatukan ke dalam genom dari virus vaksinia dan imunisasi hewan dengan vaksin
bervektor ini menghasilkan respon antibodi yang baik. Susunan vaksin ini (misal
hepatiitis B) memerlukan epitop organisme yang patogen. Sintesis dari antigen
vaksin tersebut melalui isolasi dan penentuan kode gen epitop bagi sel penerima
vaksin.
5. Vaksin DNA (Plasmid DNA Vaccines)
Vaksin dengan pendekatan baru dalam teknologi vaksin yang memiliki
potensi dalam menginduksi imunitas seluler. Dalam vaksin DNA gen tertentu dari

mikroba diklon ke dalam suatu plasmid bakteri yang direkayasa untuk meningkatkan
ekspresi gen yang diinsersikan ke dalam sel mamalia. Setelah disuntikkan DNA
plasmid akan menetap dalam nukleus sebagai episom, tidak berintegrasi kedalam
DNA sel (kromosom), selanjutnya mensintesis antigen yang dikodenya. Selain itu
vektor plasmid mengandung sekuens nukleotida yang bersifat imunostimulan yang
akan menginduksi imunitas seluler. Vaksin ini berdasarkan isolasi DNA mikroba
yang mengandung kode antigen yang patogen dan saat ini sedang dalam
perkembangan

penelitian.

Hasil

akhir penelitian

pada binatang

percobaan

menunjukkan bahwa vaksin DNA (virus dan bakteri) merangsang respon humoral
dan selular yang cukup kuat, sedangkan penelitian klinis pada manusia saat ini
sedang dilakukan.
6. Vaksin Hepatitis B
Vaksin Hepatitis B dapat mencegah penyakit Hepatitis B dan berbagai
komplikasinya yang serius yaitu sirosis dan kanker.Vaksinasi Hepatitis B dibuat dari
bagian virus, bukan seluruh virus tersebut sehingga vaksin hepatitis tidak dapat
menimbulkan penyakit hepatitis. Vaksin Hepatitis B diberikan 4 serial, pemberian
serial ini memberikan efek proteksi jangka panjang bahkan seumur hidup.
7. Vaksin Pneumokokus
Persatuan kesehatan sedunia menempatkan penyakit Pneumokokus yaitu
penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin sebagai penyebab no.1 kematian anakanak di bawah umur 5 tahun di seluruh dunia. Bakteri Pneumonia (Pneumokokus)
dapat menyebabkan penyakit Pneumokokus. Biasanya ditemukan di dalam saluran
pernafasan anak-anak yang disebarkan melalui batuk atau bersin. Kini terdapat lebih
dari 90 jenis Pneumokokus yang diketahui, namun hanya lebih kurang 10% yang
bisa menyebabkan penyakit yang serius di seluruh dunia. Jenis 19A adalah bakteri

yang muncul di dunia dan dapat menyebabkan penyakit pneumokokus yang sangat
serius dan resisten terhadap antibiotik. Pneumokokus menyerang beberapa bagian
tubuh yang berbeda, diantaranya adalah:

Meningitis (Radang selaput otak)

Bakteremia (infeksi dalam darah)

Pneumonia (infeksi Paru-paru)

Otitis Media (infeksi Telinga)


Penyakit Pnemokokus sangat serius dan dapat menyebabkan kerusakan otak,

ketulian, dan kematian.


2.6 Manfaat Vaksin
Dalam hal penyakit, lebih bijaksana untuk mencegah daripada mengobati.
Salah satu caranya adalah dengan memberikan vaksinasi.Vaksinasi sangat membantu
untuk mencegah penyakit-penyakit infeksi yang menular baik karena virus atau
bakteri, misalnya polio, campak, difteri, pertusis (batuk rejan), rubella (campak
Jerman), meningitis, tetanus, Haemophilus influenzae tipe b (Hib), hepatitis, dll.
Sebenarnya setiap anak lahir dengan sistem kekebalan penuh terdiri dari sel,
kelenjar, organ, dan cairan yang berada di seluruh tubuhnya untuk melawan bakteri
dan virus yang menyerang. Sistem kekebalan mengenali kuman yang memasuki
tubuh sebagai penjajah asing, atau antigen, dan menghasilkan zat protein yang
disebut antibodi untuk melawan mereka. Suatu sistem kekebalan tubuh yang sehat
dan normal memiliki kemampuan untuk menghasilkan jutaan antibodi untuk
membela serangan terhadap ribuan antigen setiap hari. Mereka melakukannya-secara
alami sampai-sampai orang bahkan tidak menyadari mereka sedang diserang dan
membela diri. Ketika serangan sudah terlalu banyak dan tubuh tidak mampu

bertahan, barulah orang akan merasakan sakit atau berbagai gejala penyakit. Banyak
antibodi akan menghilang ketika mereka telah menghancurkan antigen menyerang,
tetapi sel-sel yang terlibat dalam produksi antibodi akan bertahan dan menjadi sel
memori. Sel

memori

ini

dapat

mengingat

antigen

asli

dan

kemudian

mempertahankan diri ketika antigen yang sama mencoba untuk kembali menginfeksi
seseorang, bahkan setelah beberapa dekade kemudian. Perlindungan ini disebut
imunitas.
Vaksin mengandung antigen yang sama atau bagian dari antigen yang
menyebabkan penyakit, tetapi antigen dalam vaksin adalah dalam keadaan sudah
dibunuh atau sangat lemah. Ketika mereka yang disuntikkan kedalam jaringan lemak
atau otot, antigen vaksin tidak cukup kuat untuk menghasilkan gejala dan tanda-tanda
penyakit, tetapi cukup kuat bagi sistem imun untuk menghasilkan antibodi terhadap
mereka. Sel-sel memori yang menetap akan mencegah infeksi ulang ketika mereka
kembali lagi berhadapan dengan antigen penyebab penyakit yang sama di waktuwaktu yang akan datang. Dengan demikian, melalui vaksinasi, anak-anak
mengembangkan kekebalan tubuh terhadap penyakit yang mestinya bisa dicegah.
Namun perlu juga diingat bahwa karena vaksin berupa antigen, walaupun sudah
dilemahkan, jika daya tahan anak atau host sedang lemah, mungkin bisa juga
menyebabkan penyakit. Karena itu pastikan anak/host dalam keadaan sehat ketika
akan divaksinasi. Jika sedang demam atau sakit, sebaiknya ditunda dulu untuk
imunisasi/vaksinasi.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Vaksin berasal dari bahasa latin vacca (sapi) dan vaccinia (cacar sapi). Edward
Jenner sedang menyuntikkan vaksin. Sejak Jenner vaccinia 200 tahun yang lalu
diperkenalkan, sembilan penyakit utama manusia telah dapat dikendalikan
dengan penggunaan vaksin: smallpox (1798), rabies (1885), plague (1897),
difteri (1923), pertusis (1926), tuberculosis/BCG (1927), tetanus (1927),
dan yellow fever (1935). Antara lain pada vaksin BCG pada tanggal 24 April
1927, dokter Albert Calmette dan seorang peneliti bernama Camille Guerin
berhasil menemukan vaksin untuk mengobati penyakit TBC, yang dinamakan
vaksin bacillus calmette guerin (BCG).
2. Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan
aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi
pengaruh infeksi oleh organisme alami atau liar. Vaksin dapat berupa galur
virus atau bakteri yang telah dilemahkan sehingga tidak menimbulkan penyakit.
Pemberian vaksin diberikan untuk merangsang sistem imunologi tubuh untuk
membentuk antibodi spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan
penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin.
3. Proses pembuatan vaksin terdiri dari tiga tahap yaitu:
a. Penyiapan benih virus
Produksi vaksin dimulai dengan sejumlah kecil virus tertentu (atau disebut
benih). Virus harus bebas dari kotoran, baik berupa virus yang serupa atau
variasi dari jenis virus yang sama. Selain itu, benih harus disimpan dalam

kondisi ideal, biasanya beku, yang mencegah virus menjadi lebih kuat atau
lebih lemah dari yang diinginkan.
b. Penumbuhan virus
Setelah mencairkan dan memanaskan benih virus dalam kondisi tertentu
secara hati-hati (misalnya, pada suhu kamar atau dalam bak air), sejumlah
kecil sel virus ditempatkan ke dalampabrik sel sebuah mesin kecil yang
telah dilengkapi sebuah media pertumbuhan yang tepat sehingga sel
memungkinkan virus untuk berkembang biak. S
c. Pemisahan dan pemilihan strain virus
Bila sudah cukup banyak virus yang ditumbuhkan, mereka kemudian
dipisahkan dari mediumnya, misalnya dengan filtrasi dan kemudian
sentrifugasi, atau dengan teknik lain.
4. Jenis-jenis vaksin antara lain yaitu vaksin toksoid, Vaksin Acellular dan Subunit,
vaksin idiotipe, vaksin rekombinan, vaksin DNA, vaksin Hepatitis B, dan Vaksin
Pneumokokus.
5. Manfaat dari vaksin antara lain yaitu, vaksinasi sangat membantu untuk
mencegah penyakit-penyakit infeksi yang menular baik karena virus atau
bakteri, misalnya polio, campak, difteri, pertusis (batuk rejan), rubella (campak
Jerman), meningitis, tetanus, Haemophilus influenzae tipe b (Hib), hepatitis, dll.

DAFTAR PUSTAKA

Aguskrisno, 2011, Rekayasa Produk Vaksin Virus dalam Kehidupan Sehari-hari,


http://www.biology-online.org, (Diakses 20 Februari, 2015).

Agustian, A., 2000, Kesehatan Modern, Puspa Swara, Jakarta.

Asminarti, Budianto, A.K., 2012, Application Of Genetic Engineering In


Development Using Bacterial Vaccine Hepatitis Saccharomyces cerevicae to
Prevent Hepatitis B Virus Infection, Journal Biology, 2 (1): 1-10.
Martin, A., 1999, Pemikiran Kedokteran Modern, Kawan Pustaka, Bandung.
organisme-trans/, (Diakses 20 Februari 2015).
O'Shea T., M.A. Hillard, S.T. Anderson, B.M. Bindon, J.K. Findlay, C.G. Tsonis, and
J.F.Wilkins. 1994. Inhibin immunization for increasing ovulation rate and
superovulation. Theriogenology. 41:3-17.
Retnoningrum, dan Debbie S., 2010, Prinsip Teknologi DNA Rekombinan, ITB,
Bandung.
Susanto, dan Agus H., 2011, DNA rekombinan, http://biomol. wordpress.com/bahanajar/, (Diakses 20 Februari 2015).
Suwandi, U., 1990, Perkembangan Pembuatan Vaksin, PT Kalbe Farma, Jakarta.
Wahyu, S., 2013, Imunisasi, https://www.academia.edu/7029530/MAKALAH
_IMUNISASI, (Diakses 20 Februari 2015).

LAMPIRAN
PERTANYAAN DAN JAWABAN

1. Yafyet (H311 12 )
Apakah virus atau bakteri yang diisolasi dalam pembuatan vaksin tidak
berbahaya atau tidak berdampak negative ketika disuntikkan, serta berapa
jumlah protein murni yang dihasilkan dari hasil isolasi pembuatan vaksin?
2. Muh. Amri (H311 11
Bagaimana metodologi kerja bahan-bahan pembuat vaksin yang ditampilkan
pada slide terakhir?
JAWABAN
1. Virus atau bakteri yang diisolasi sudah tidak berbahaya karena pada proses
pembuatannya, virus tersebut dilemahkan terlebih dahulu kemudian setelah itu
disisipkan dengan antigen virus yang akan diisolasi.
Jumlah protein yang dihasilkan setelah penyimpanan dalam gelas beaker umumnya
menghasilkan ratusan juta sampai milyaran virus dalam protein murni.
2. Untuk metodologi kerja pada bahan-bahan pembuat vaksin hanya manfaat dari

bahan-bahan tersebut yang saya dapat dari referensi-referensi. Karena


banyaknya bahan-bahan yang ditambahkan dalam bentuk (mL) itu merupakan
rahasia pabrik pembuat vaksin dan tidak dipublikasi. Hanya prosedur secara
umum yang ditampilkan pada referensi-referensi yang saya baca. Contohnya itu
Alumunium, logam ini ditambahkan kepada vaksin dalam bentuk gel atau garam
untuk mendorong anti body. Alumunium digunakan pada vaksin DPT dan
Hepatitis B dan Benzetonium klorida, yaitu bahan pengawet yang belum
dievaluasi untuk konsumsi manusia dan banyak digunakan untuk vaksin anthrax.

Você também pode gostar