Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
BIOTEKNOLOGI DASAR
NAMA
NIM
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang maha esa, karena
atas berkat dan limpahan rahmat-Nya maka saya dapat menyelesaikan sebuah karya
tulis dengan tepat waktu.
Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul
Peranan Bioteknlogi dalam Industri Farmasi (Vaksin), yang menurut saya dapat
memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajari tentang bagaimana
proses pembuatan dan manfaat dari vaksin.
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan mohon
dimaklumi bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat
kurang tepat. Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa
terima kasih dan semoga allah SWT. memberkahi makalah ini sehingga dapat
memberikan manfaat.
Penulis
DAFTAR ISI
Sampul .......
Kata Pengantar ..
ii
iii
Ringkasan ..
iv
Bab I
1.1 Latar Belakang .
1.3 Tujuan ..
Bab II
2.1 Sejarah Vaksin ........................
12
14
RINGKASAN
Vaksin pertama diproduksi oleh Edward Jenner pada tahun 1796 dalam
upaya untuk memberikan perlindungan terhadap cacar. Pada saat itu Jenner
mengamati bahwa tukang pemerah susu yang pernah tertular cacar sapi, infeksi yang
relatif tidak berbahaya, tampaknya menjadi tahan terhadap penyakit cacar manusia,
penyakit pada manusia yang secara rutin mencapai tingkat epidemi dengan tingkat
kematian sangat tinggi pada saat itu. Jenner berteori (yang ternyata benar) bahwa
cacar sapi, suatu penyakit hewan, sama dengan cacar pada manusia. Dia
menyimpulkan bahwa reaksi manusia untuk suntikan virus cacar sapi akan
mengajarkan tubuh manusia untuk menanggapi kedua virus ini, tanpa menyebabkan
penyakit berat atau kematian.
Vaksin memang lebih banyak ditujukan untuk menangkal virus, bukan
bakteri, karena virus lebih sulit dibasmi ketimbang bakteri yang bisa dibunuh dengan
antibiotika. Virus adalah jasad renik berukuran mikroskopik yang menginfeksi
organisme biologis. Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan
menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki
perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri.
BAB I
PENDAHULUAN
di
Inggris,
seluruh
Eropa,
dan
dunia.
Pasteur (1885)
memperkenalkan
cara
BAB II
ISI
rabies
difteri
(1923),
pertusis
(1926),
tuberculosis/BCG (1927), tetanus (1927), dan yellow fever (1935). Beberapa vaksin
digunakan secara individu di daerah dengan resiko penyakit seperti rabies
dan plague, tetapi tidak pernah digunakan secara sistematis dalam skala global.
Antara lain pada vaksin BCG pada tanggal 24 April 1927, dokter Albert
Calmette dan seorang peneliti bernama Camille Guerin berhasil menemukan vaksin
untuk mengobati penyakit TBC, yang dinamakan vaksin bacillus calmette
guerin (BCG).
2.2 Definisi Vaksin
Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan
kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi
pengaruh infeksi oleh organisme alami atau liar. Vaksin dapat berupa galur virus
atau bakteri yang telah dilemahkan sehingga tidak menimbulkan penyakit.Vaksin
dapat juga berupa organisme mati atau hasil-hasil pemurniannya (protein, peptida,
partikel serupa virus, dsb.). Vaksin akan mempersiapkan sistem kekebalan manusia
atau hewan untuk bertahan terhadap serangan patogen tertentu, terutama bakteri,
virus, atau toksin. Vaksin juga bisa membantu sistem kekebalan untuk melawan selsel degeneratif (kanker). Pemberian vaksin diberikan untuk merangsang sistem
imunologi tubuh untuk membentuk antibodi spesifik sehingga dapat melindungi
tubuh dari serangan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin. Ada beberapa jenis
vaksin. Namun, apa pun jenisnya tujuannya sama, yaitu menstimulasi reaksi
kekebalan tanpa menimbulkan penyakit. Ketika seorang individu divaksinasi
terhadap penyakit atau infeksi, mengatakan difterinya sistem kekebalan tubuh siap
untuk melawan infeksi. Setelah divaksinasi ketika orang terkena bakteri yang
menyebabkan tubuh persneling untuk melawan infeksi. Vaksin memanfaatkan
kemampuan alami tubuh untuk belajar bagaimana untuk menghilangkan hampir
semua penyebab penyakit kuman, atau mikroba, yang menyerang itu.Setelah
divaksinasi tubuh mengingat bagaimana melindungi diri dari mikroba yang dialami
sebelumnya.
Vaksin memang lebih banyak ditujukan untuk menangkal virus, bukan
bakteri, karena virus lebih sulit dibasmi ketimbang bakteri yang bisa dibunuh dengan
antibiotika. Antivirus jenisnya terbatas dan harganya mahal. Virus adalah jasad renik
berukuran mikroskopik yang menginfeksi organisme biologis. Virus hanya dapat
bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel
makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi
sendiri. Dalam sel inang, virus merupakan parasit obligat dan di luar inangnya
menjadi tak berdaya. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA
atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan
pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya.
Genom virus menyandi baik protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik
maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya.
2.3 Proses Pembuatan Vaksin
Produksi vaksin antivirus saat ini merupakan sebuah proses rumit bahkan
setelah tugas yang berat untuk membuat vaksin potensial di laboratorium. Perubahan
dari produksi vaksin potensial dengan jumlah kecil menjadi produksi bergalon-galon
vaksin yang aman dalam sebuah situasi produksi sangat dramatis, dan prosedur
laboratorium yang sederhana tidak dapat digunakan untuk meningkatkan skala
produksi. Berikut gambar proses pembuatan vaksin:
terlalu besar (mungkin ukuran pot 4-8 liter), terdapat sejumlah katup, tabung,
dan sensor yang terhubung dengannya.Sensor memantau pH dan suhu, dan ada
berbagai koneksi untuk menambahkan media atau bahan kimia seperti oksigen
untuk mempertahankan pH, tempat untuk mengambil sampel untuk analisis
mikroskopik, dan pengaturan steril untuk menambahkan komponen ke pabrik
sel dan mengambil produk setengah jadi ketika siap. Sebuah penemuan penting
dalam tahun 1940-an adalah bahwa pertumbuhan sel sangat dirangsang oleh
penambahan enzim pada medium, yang paling umum digunakan yaitu tripsin.
Enzim adalah protein yang juga berfungsi sebagai katalis dalam memberi
makan dan pertumbuhan sel. Dalam praktek saat ini, botol tidak digunakan
sama sekali. Virus yang sedang tumbuh disimpan dalam wadah yang lebih
besar namun mirip dengan pabrik sel, dan dicampur dengan manikmanik, partikel
mikroskopis
dimana
virus
dapat
menempelkan
diri.
Vaksin hepatitis B yang efektif sudah ada sejak tahun 1982. Ada dua jenis
vaksin hepatitis B yan diberi lisensi untuk dipakai di Amerika Serikat dan Kanada.
Kedua jenis vaksin tersebut aman dan mempunyai daya perlindungan tinggi terhadap
semua jenis subtipe HBV. Tipe pertama dibuat dari plasma seseorang dengan
HBsAg positif, tidak lagi diproduksi di Amerika Serikat tetapi masih digunakan
secara luas. Tipe kedua dibuat dengan teknologi rekombinan DNA (rDNA); vaksin
ini
dibuat
dengan
menggunakan
sintesa
HBsAg
dengan
menggunakan
Saccharomyces cerevisiae (ragi yang biasa dipakai untuk membuat kue), kedalam
ragi ini di insersi plasmida yang berisi gen HBsAg. Kombinasi imunoprofilaksis
pasif-aktif antara hepatitis B immunoglobulin (HBIG) dengan vaksin terbukti dapat
merangsang terbentuknya anti-HBs sebanding dengan vaksin yang diberikan sendiri.
sesuai dan virusnya diinaktifkan melalui pemanasan dan proses kimia. Tahapan
berikutnya virus yang telah dilemahkan ini diinjeksikan ke dalam tubuh.
Kasein, perekat yang kuat, sering digunakan untuk merekatkan label pada
botol.
Jenis-Jenis Vaksin
1. Vaksin Toksoid
Vaksin yang dibuat dari beberapa jenis bakteri yang menimbulkan penyakit
dengan memasukkan racun dilemahkan ke dalam aliran darah. Bahan bersifat
imunogenik yang dibuat dari toksin kuman. Hasil pembuatan bahan toksoid yang jadi
disebut sebagai natural fluid plain toxoid yang mampu merangsang terbentuknya
antibodi antitoksin. Imunisasi bakteri toksoid efektif selama satu tahun. Contoh:
Vaksin Difteri dan Tetanus
2. Vaksin Acellular dan Subunit
Vaksin yang dibuat dari bagian tertentu dalam virus atau bakteri dengan
melakukan kloning dari gen virus atau bakteri melalui rekombinasi DNA, vaksin
vektor virus dan vaksin antiidiotipe. Contoh: Vaksin Hepatitis B, Vaksin Hemofilus
Influenza tipe b (Hib) dan Vaksin Influenza.
3. Vaksin Idiotipe
Vaksin yang dibuat berdasarkan sifat bahwa Fab (fragment antigen binding)
dari antibodi yang dihasilkan oleh tiap klon sel B mengandung asam amino yang
disebut sebagai idiotipe atau determinan idiotipe yang dapat bertindak sebagai
antigen.Vaksin ini dapat menghambat pertumbuhan virus melalui netralisasai dan
pemblokiran terhadap reseptor pre sel B.
4. Vaksin Rekombinan
Vaksin rekombinan memungkinkan produksi protein virus dalam jumlah
besar. Gen virus yang diinginkan diekspresikan dalam sel prokariot atau eukariot.
Sistem ekspresi eukariot meliputi sel bakteri E.coli, yeast, dan baculovirus. Dengan
teknologi DNA rekombinan selain dihasilkan vaksin protein juga dihasilkan vaksin
DNA. Penggunaan virus sebagai vektor untuk membawa gen sebagai antigen
pelindung dari virus lainnya, misalnya gen untuk antigen dari berbagai virus
disatukan ke dalam genom dari virus vaksinia dan imunisasi hewan dengan vaksin
bervektor ini menghasilkan respon antibodi yang baik. Susunan vaksin ini (misal
hepatiitis B) memerlukan epitop organisme yang patogen. Sintesis dari antigen
vaksin tersebut melalui isolasi dan penentuan kode gen epitop bagi sel penerima
vaksin.
5. Vaksin DNA (Plasmid DNA Vaccines)
Vaksin dengan pendekatan baru dalam teknologi vaksin yang memiliki
potensi dalam menginduksi imunitas seluler. Dalam vaksin DNA gen tertentu dari
mikroba diklon ke dalam suatu plasmid bakteri yang direkayasa untuk meningkatkan
ekspresi gen yang diinsersikan ke dalam sel mamalia. Setelah disuntikkan DNA
plasmid akan menetap dalam nukleus sebagai episom, tidak berintegrasi kedalam
DNA sel (kromosom), selanjutnya mensintesis antigen yang dikodenya. Selain itu
vektor plasmid mengandung sekuens nukleotida yang bersifat imunostimulan yang
akan menginduksi imunitas seluler. Vaksin ini berdasarkan isolasi DNA mikroba
yang mengandung kode antigen yang patogen dan saat ini sedang dalam
perkembangan
penelitian.
Hasil
akhir penelitian
pada binatang
percobaan
menunjukkan bahwa vaksin DNA (virus dan bakteri) merangsang respon humoral
dan selular yang cukup kuat, sedangkan penelitian klinis pada manusia saat ini
sedang dilakukan.
6. Vaksin Hepatitis B
Vaksin Hepatitis B dapat mencegah penyakit Hepatitis B dan berbagai
komplikasinya yang serius yaitu sirosis dan kanker.Vaksinasi Hepatitis B dibuat dari
bagian virus, bukan seluruh virus tersebut sehingga vaksin hepatitis tidak dapat
menimbulkan penyakit hepatitis. Vaksin Hepatitis B diberikan 4 serial, pemberian
serial ini memberikan efek proteksi jangka panjang bahkan seumur hidup.
7. Vaksin Pneumokokus
Persatuan kesehatan sedunia menempatkan penyakit Pneumokokus yaitu
penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin sebagai penyebab no.1 kematian anakanak di bawah umur 5 tahun di seluruh dunia. Bakteri Pneumonia (Pneumokokus)
dapat menyebabkan penyakit Pneumokokus. Biasanya ditemukan di dalam saluran
pernafasan anak-anak yang disebarkan melalui batuk atau bersin. Kini terdapat lebih
dari 90 jenis Pneumokokus yang diketahui, namun hanya lebih kurang 10% yang
bisa menyebabkan penyakit yang serius di seluruh dunia. Jenis 19A adalah bakteri
yang muncul di dunia dan dapat menyebabkan penyakit pneumokokus yang sangat
serius dan resisten terhadap antibiotik. Pneumokokus menyerang beberapa bagian
tubuh yang berbeda, diantaranya adalah:
bertahan, barulah orang akan merasakan sakit atau berbagai gejala penyakit. Banyak
antibodi akan menghilang ketika mereka telah menghancurkan antigen menyerang,
tetapi sel-sel yang terlibat dalam produksi antibodi akan bertahan dan menjadi sel
memori. Sel
memori
ini
dapat
mengingat
antigen
asli
dan
kemudian
mempertahankan diri ketika antigen yang sama mencoba untuk kembali menginfeksi
seseorang, bahkan setelah beberapa dekade kemudian. Perlindungan ini disebut
imunitas.
Vaksin mengandung antigen yang sama atau bagian dari antigen yang
menyebabkan penyakit, tetapi antigen dalam vaksin adalah dalam keadaan sudah
dibunuh atau sangat lemah. Ketika mereka yang disuntikkan kedalam jaringan lemak
atau otot, antigen vaksin tidak cukup kuat untuk menghasilkan gejala dan tanda-tanda
penyakit, tetapi cukup kuat bagi sistem imun untuk menghasilkan antibodi terhadap
mereka. Sel-sel memori yang menetap akan mencegah infeksi ulang ketika mereka
kembali lagi berhadapan dengan antigen penyebab penyakit yang sama di waktuwaktu yang akan datang. Dengan demikian, melalui vaksinasi, anak-anak
mengembangkan kekebalan tubuh terhadap penyakit yang mestinya bisa dicegah.
Namun perlu juga diingat bahwa karena vaksin berupa antigen, walaupun sudah
dilemahkan, jika daya tahan anak atau host sedang lemah, mungkin bisa juga
menyebabkan penyakit. Karena itu pastikan anak/host dalam keadaan sehat ketika
akan divaksinasi. Jika sedang demam atau sakit, sebaiknya ditunda dulu untuk
imunisasi/vaksinasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Vaksin berasal dari bahasa latin vacca (sapi) dan vaccinia (cacar sapi). Edward
Jenner sedang menyuntikkan vaksin. Sejak Jenner vaccinia 200 tahun yang lalu
diperkenalkan, sembilan penyakit utama manusia telah dapat dikendalikan
dengan penggunaan vaksin: smallpox (1798), rabies (1885), plague (1897),
difteri (1923), pertusis (1926), tuberculosis/BCG (1927), tetanus (1927),
dan yellow fever (1935). Antara lain pada vaksin BCG pada tanggal 24 April
1927, dokter Albert Calmette dan seorang peneliti bernama Camille Guerin
berhasil menemukan vaksin untuk mengobati penyakit TBC, yang dinamakan
vaksin bacillus calmette guerin (BCG).
2. Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan
aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi
pengaruh infeksi oleh organisme alami atau liar. Vaksin dapat berupa galur
virus atau bakteri yang telah dilemahkan sehingga tidak menimbulkan penyakit.
Pemberian vaksin diberikan untuk merangsang sistem imunologi tubuh untuk
membentuk antibodi spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan
penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin.
3. Proses pembuatan vaksin terdiri dari tiga tahap yaitu:
a. Penyiapan benih virus
Produksi vaksin dimulai dengan sejumlah kecil virus tertentu (atau disebut
benih). Virus harus bebas dari kotoran, baik berupa virus yang serupa atau
variasi dari jenis virus yang sama. Selain itu, benih harus disimpan dalam
kondisi ideal, biasanya beku, yang mencegah virus menjadi lebih kuat atau
lebih lemah dari yang diinginkan.
b. Penumbuhan virus
Setelah mencairkan dan memanaskan benih virus dalam kondisi tertentu
secara hati-hati (misalnya, pada suhu kamar atau dalam bak air), sejumlah
kecil sel virus ditempatkan ke dalampabrik sel sebuah mesin kecil yang
telah dilengkapi sebuah media pertumbuhan yang tepat sehingga sel
memungkinkan virus untuk berkembang biak. S
c. Pemisahan dan pemilihan strain virus
Bila sudah cukup banyak virus yang ditumbuhkan, mereka kemudian
dipisahkan dari mediumnya, misalnya dengan filtrasi dan kemudian
sentrifugasi, atau dengan teknik lain.
4. Jenis-jenis vaksin antara lain yaitu vaksin toksoid, Vaksin Acellular dan Subunit,
vaksin idiotipe, vaksin rekombinan, vaksin DNA, vaksin Hepatitis B, dan Vaksin
Pneumokokus.
5. Manfaat dari vaksin antara lain yaitu, vaksinasi sangat membantu untuk
mencegah penyakit-penyakit infeksi yang menular baik karena virus atau
bakteri, misalnya polio, campak, difteri, pertusis (batuk rejan), rubella (campak
Jerman), meningitis, tetanus, Haemophilus influenzae tipe b (Hib), hepatitis, dll.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PERTANYAAN DAN JAWABAN
1. Yafyet (H311 12 )
Apakah virus atau bakteri yang diisolasi dalam pembuatan vaksin tidak
berbahaya atau tidak berdampak negative ketika disuntikkan, serta berapa
jumlah protein murni yang dihasilkan dari hasil isolasi pembuatan vaksin?
2. Muh. Amri (H311 11
Bagaimana metodologi kerja bahan-bahan pembuat vaksin yang ditampilkan
pada slide terakhir?
JAWABAN
1. Virus atau bakteri yang diisolasi sudah tidak berbahaya karena pada proses
pembuatannya, virus tersebut dilemahkan terlebih dahulu kemudian setelah itu
disisipkan dengan antigen virus yang akan diisolasi.
Jumlah protein yang dihasilkan setelah penyimpanan dalam gelas beaker umumnya
menghasilkan ratusan juta sampai milyaran virus dalam protein murni.
2. Untuk metodologi kerja pada bahan-bahan pembuat vaksin hanya manfaat dari