Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
OLEH
KELOMPOK IX
Andrian Yasin
Kiki Fatmawaty Pakaya
Reinaldy O.Y. Dimpudus
LAPORAN PENDAHULUAN
DEPRESI POST PARTUM
A. Konsep Medis
1. Definisi
Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah
melahirkan dan berlangsung selama 30 hari, dapat terjadi kapan pun bahkan
sampai 1 tahun kedepan. Depresi postpartum pertama kali ditemukan oleh Pitt
pada tahun 1988. Pitt menyatakan bahwa depresi post parum adalah depresi yang
bervariasi dari hari ke hari dengan menunjukkan kelelahan, mudah marah,
gangguan nafsu makan dan kehilangan libido (kehilangan selera untuk
berhubungan intim dengan suami).
Llewelly-jones (1994) menyatakan wanita yang didiagnosa mengalami depresi
3 bulan pertama setelah melahirkan yaitu wanita tersebut secara social dan
emosional meras terasingkan atau mudah tegang dalam setiap kejadian hidupnya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa depresi post partum adalah
gangguan emosional pasca persalinan yang bervariasi, terjadi pada 10 hari
pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung terus-menerus sampai 6 bulan
atau bahkan sampai satu tahun.. tingkat keparahan depresi postpartum bervariasi.
Keadaan ekstrem yang paling ringan yaitu saat ibu mengalami kesedihan
sementara yang berlangsung sangat cepat pada masa awal postpartum, ini disebut
dengan the blues atau maternity blues.
Gangguan postpartum yang paling berat disebut psikosis postpartum atau
melankolia. Diantara 2 keadaan ekstrem tersebut terdapat kedaan yang relatif
mempunyai tingkat keparahan sedang yang disebut neurosa depresi atau depresi
postpartum.
2. Etiologi
Gejala depresi post partum yang dialami 60% wanita mempunyai karateristik dan
spesifik antara lain:
a. Trauma terhadap intervensi medis yang terjadi
b. Kelelahan dan perubahan mood
c. Gangguan nafsu makan dan gangguan tidur
d. Tidak mau berhubungan dengan orang lain
e. Tidak mencintai bayinya dan ingin menyakiti bayinya atau dirinya sendiri.
4. Penatalaksanaan
Untuk mencegah terjadinya depresi post partum sebagai anggota keluarga harus
memberikan dukungan emosional kepada ibu dan jangan mengabaikan ibu bila
terlihat sedang sedih, dan sarankan pada ibu untuk:
Beristirahat dengan baik
Berolahraga yang ringan
Berbagi cerita dengan orang lain
Bersikap fleksible
Bergabung dengan orang-oarang baru
Sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis.
Ada cara-cara menghidari atau mengatasi depresi:
Batasi pengunjung jika kehadiran mereka ternyata malah mengganggu
tubuh.
Sesekali berpergianlah agar anda tak merasa bosan, karena berada di
rumah.
Dukungan yang suportif dari suami dan anggota keluarga lainnya sangat
berpengaruh bagi keadaan psikis ibu.
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Pengenalan gejala mood merupakan hal yang penting untuk dilakukan oleh
perawatperinatal. Rencana keperawatan harus merefleksikan respons perilaku
yang diharapkan dari gangguan tertentu. Rencan individu didasarkan pada
karakteristik wanita dan keadaannya yang spesifik. Suami atau pasangan wanita
tersebut juga dapat mengalami gangguan emosional akibat perilaku wanita
tersebut.
Pengkajiannya meliputi ;
a. Identitas klien.
Data diri klien meliputi: nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical
record dan lain-lain.
b. Keluhan Utama
Mudah marah, cemas, melukai diri
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada Ibu dengan depresi postpartum biasanya terjadi kurang nafsu
makan, sedih murung, mudah marah, kelelahan, insomnia, anorexia,
merasa terganggu dengan perubahan fisik, sulit konsentrasi, melukai
diri.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Berhubungan dengan kejadian pada persalinan masa lalu serta
kesehatan pasien.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Berhubungan dengan dukungan keluarga terhadap keadaan pasien
d. Struktur dan Fungsi Keluarga
Komponen penting lain dalam pengkajian pada pasien post partum blues ialah
melihat komposisi dan fungsi keluarga. Penyesuaian seorang wanita terhadap
perannya sebagai ibu sangat dipengaruhi oleh hubungannya dengan
pasangannya, ibunya dengan keluarga lain, dan anak-anak lain. Perawat dapat
membantu meringankan tugas ibu baru yang akan pulang dengan mengkaji
kemungkinan konflik yang bisa terjadi diantara anggota keluarga dan
membantu ibu merencanakan strategi untuk mengatasi masalah tersebut
sebelum keluar dari rumah sakit.
e. Pemeriksaan Fisik
Aktivitas/ istirahat
Biasanya aktivitas dan istirahat klien terganggu
Sirkulasi
Biasanya nadi meningkat, (tachikardia), TD kadang meningkat
Eliminasi
Biasanya klien sering BAK, kadang terjadi diare
Makanan/cairan
Biasanya terjadi anoreksia, mual atau muntah, haus , membrane mukosa
kering
Neurosensori
Biasanya klien mengeluh sakit kepala
Pernafasan
Biasanya pernafasan cepat dan dangkal
Nyeri dan ketidaknyamanan
Biasanya terjadi nyeri/ ketidaknyamanan pada daerah abdomen dan kepala
Integritas Ego
Biasanya klien ansietas, gelisah
Seksualitas
Biasanya seksualitas terganggu dan penurunan libido
TTV
Biasanya nadi meningkat, pernafasan meningkat, TD meningkat
2. Pathway
d. Diagnosa
I.
Koping individu tidak efektif b/d stress kelahiran, konsep diri negative,
II.
III.
IV.
e. Perencanaan
No.
I.
DIAGNOSA
Koping individu
tidak efektif b/d
stress kelahiran,
konsep diri negative,
system pendukung,
yang tidak adekuat
NOC
NIC
NOC :
NIC :
Anxiety Control Counseling (5240)
Aktivitas :
(1402)
Beri dorongan kepada
Indikasi :
pasien untuk
Kontrol
mengungkapkan pikiran dan
instensitas
perasaan untuk
cemas
mengeksternalisasikan
Batasan
Eliminasi
kecemasan.
karakteristik :
tanda cemas
II.
III.
untuk
Gugup
menekan
Mudah
kecemasan
tersinggung
Nyeri hebat
Ketakutan
Distres
Khawatir
Cemas
Fisiologi
Goyah
Peningkatan
respirasi
(simpatis)
Peningkatan
keringat
Wajah tegang
Anoreksia
(simpatis)
Kelelahan
(parasimpatis
)
Gugup
(simpatis)
Mual
(parasimapati
s)
Pusing
(parasimpatis
)
Kognitif
C. Bingung
D. Kerusakan
perhatian
E. Ketakutan
terhadap hal
yang tidak
jelas
F. Sulit
berkonsentras
i
Gangguan interaksi
NOC :
sosial b/d depresi
Social
berat
Interaction Skill
(1502)
Batasan
NIC :
Dorong keterlibatan
ditingkatkan dalam
hubungan yang sudah
IV.
karakteristik :
Pengungkap
ditetapkan
Mengungkapka
Dorong pasien dalam
an,
/menunjukan
Kesiapan
pengembangan hubungan
Dorong untuk berhubungan
ketidakmampua Kerjasama
Kepekaan
dengan orang lain
n untuk
Konfrontasi
menerima atau
dalam masyarakat / social
mengkomunikas Pertimbanga
Gunakan tahap-tahap
seperti ingin
Penolakan
interaksi dengantepat
marah, jengk
Cemas
Observasi tanda-tanda
el, ingin
Panic
perilaku kekerasan
merusak,
Mudah marah
padaklien
memukul,dll
Permusuhan
Bantu klien
.
mengidentifikasi tanda Mengenal pe
tanda perilakukekerasan
nanganan
klien dengan
perilaku
kekerasan
Penanganan
klien dengan
perilaku
kekerasan
Bantuan
yang adaptif
pada klien
dengan
perilaku
kekerasan
Cara yang
dipilih untuk
membantu
merubah
perilaku
klien
Tingkat
kemarahan
LAPORAN PENDAHULUAN
POST PARTUM (NIFAS)
A. Konsep Medis
1. Definisi
Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Hadijono,2008:356)
Periode pascapartum (puerperium) ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai
organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak,2004:492)
Post partum (nifas) secara harafiah adalah sebagai masa persalinan dan segera setelah
kelahiran, masa pada waktu saluran reproduktif kembali ke keadaan semula (tidak
hamil). (William,1995)
Puerperium / nifas adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah kelahiran plasenta
dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil,
masa nifas berlangsung selama 6 minggu (Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal,2002).
2. Klasifikasi
Masa nifas dibagi dalam 3 periode yaitu :
a. Puerperium dini adalah kondisi kepulihan dimana seorang ibu sudah diperbolehkan
berdiri dan berjalan
b. Puerperium Intermedial adalah kondisi kepulihan organ genital secara menyeluruh
dengan lama 6-8 minggu
c. Remote Puerperium waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila saat hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi. Waktu yang
diperlukan untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan ataupun
tahunan.
3. Gejala Klinis (Fisiologi Nifas)
Pada masa puerperium atau nifas tampak perubahan dari alat alat / organ reproduksi
yaitu :
a. Sistem Reproduksi
Uterus
INVOLUSI
TFU
BERAT UTERUS
Bayi lahir
Setinggi pusat
1000 gram
Placenta lahir
1000 gram
promontorium sakralis
Pertengahan antara umbilikus dan
500 gram
2 minggu
simfisis pubis
Tidak teraba di atas simfisis
350 gram
6 minggu
Bertambah kecil
50-60 gram
c. Payudara
Pada masa nifas akan timbul masa laktasi akibat pengaruh hormon laktogen
(prolaktin) terhadap kelenjar payudara. Kolostrum diproduksi mulai di akhir masa
kehamilan sampai hari ke 3-5 post partum dimana kolostrum mengandung lebih
banyak protein dan mineral tetapi gula dan lemak lebih sedikit. Produksi ASI akan
meningkat saat bayi menetek pada ibunya karena menetek merupakan suatu
rangsangan terhadap peningkatan produksi ASI. Makin sering menetek, maka ASI
akan makin banyak diproduksi.
d. Sistem Pencernaan
Nafsu Makan
Setelah benar-benar pulih analgesia, anesthesia, dan keletihan, kebanyakan
ibu merasa sangat lapar. Permintaan untuk memperoleh makanan dua kali
b. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan kiri
c. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan
perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas, pemberian
informasi tentang senam nifas.
d. Hari ke- 2 : mulai latihan duduk
e. Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengkajian Fisik
1) Riwayat kesehatan sebelumnya
2) Tanda-tanda Vital
3) Mamae: gumpalan, kemerahan,
nyeri,
perawatan
payudara,
management
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri b.d. Agen injuri fisik (trauma jalan lahir, episiotomi).
2) Menyusui tidak efektif b.d. Kurang pengetahuan ibu, terhentinya proses menyusui.
3) Risiko infeksi b.d. Faktor risiko: Episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuan
pertolongan persalinan.
4) Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik
5) Gangguan eliminasi BAB : Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik,
nyeri episiotomi, penurunan aktivitas.
6) Kurang pengetahuan: Perawatan post partum b.d. Kurangnya informasi tentang
penanganan postpartum.
3. INTERVENSI
Dx 1
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri ibu berkurang
Kriteria hasil : skala nyeri 0-1, ibu mengatakan nyerinya berkurang sampai hilang, tidak
merasa nyeri saat mobilisasi , tanda vital dalam batas normal . S = 37 C . N = 80
x/menit , TD = 120/80 mmHG , R = 18 20 x / menit
intervensi :
a) Kaji ulang skala nyeri
R/ mengidentifikasi kebutuhan dan intervensi yang tepat
b) Anjurkan ibu agar menggunakan teknik relaksasi dan distraksi rasa nyeri
R/ untuk mengalihkan perhatian ibu dan rasa nyeri yang dirasakan
c) Motivasi : untuk mobilisasi sesuai indikasi
R/ memperlancar pengeluaran lochea, mempercepat involusi dan mengurangi
nyeri secara bertahap.
d) Berikan kompres hangat
R/ meningkatkan sirkulasi pada perinium
e) Delegasi pemberian analgetik
R/ melonggarkan system saraf perifer sehingga rasa nyeri berkurang
Dx 2
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ibu dapat mencapai
kepuasan menyusui
Kriteria hasil : ibu mengungkapkan proses situasi menyusui, bayi mendapat ASI yang
cukup.
Intervesi :
a) Kaji ulang tingkat pengetahuan dan pengalaman ibu tentang menyusui sebelumnya.
R/ membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini agar memberikan intervensi
yang tepat.
b) Demonstransikan dan tinjau ulang teknik menyusui
Rasional : posisi yang tepat biasanya mencegah luka/pecah putting yang dapat
merusak dan mengganggu.
c) Anjurkan ibu mengeringkan puting setelah menyusui
R/ agar kelembapan pada payudara tetap dalam batas normal.
Dx 3
Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan infeksi pada ibu tidak terjadi
Kriteria hasil : dapat mendemonstrasikan teknik untuk menurunkan resiko infeksi, tidak
terdapat tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
a) Kaji lochea (warna, bau, jumlah) kontraksi uterus dan kondisi jahitan episiotomi.
R/ untuk dapat mendeteksi tanda infeksi lebih dini dan mengintervensi dengan tepat.
b) Sarankan pada ibu agar mengganti pembalut tiap 4 jam.
R/ pembalut yang lembab dan banyak darah merupakan media yang menjadi tempat
berkembangbiaknya kuman.
c) Pantau tanda-tanda vital.
R/ peningkatan suhu > 38C menandakan infeksi.
d) Lakukan rendam bokong.
R/ untuk memperlancar sirkulasi ke perinium dan mengurangi udema.
e) Sarankan ibu membersihkan perineal dari depan ke belakang.
R/ membantu mencegah kontaminasi rektal melalui vaginal.
Dx 4
Tujuan : Kebutuhan ADL-nya dapat terpenuhi dengan kriteria :
Kriteria hasil : Klien dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa bantuan orang lain,
keadaan umum baik, kekuatan otot baik
Intervensi:
a) Kaji kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
R/ mengetahui kemampuan klien dan dapat memenuhi kebutuhannya
b) Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
R/ bantu dan latihan yang teratur membiasakan klien melakukan aktivitas sehari-hari.
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi terbatas
pada perineum, vulva, dan endometriurn. Kuman ini merupakan sebab penting
dari infeksi traktus urinarius
4) Clostridium Welchii
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya.
Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus yang
ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit.
Cara Terjadinya Infeksi Pasca Partum
Infeksi dapat terjadi sebagai berikut :
1) Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan
dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke dalam
uterus. Kemungkinan lain ialah bahwa sarung tangan atau alat-alat yang
dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman-kuman.
2) Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri yang
berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau petugas kesehatan lainnya. Oleh
karena itu, hidung dan mulut petugas yang bekerja di kamar bersalin harus
ditutup dengan masker dan penderita infeksi saluran pernafasan dilarang
memasuki kamar bersalin.
3) Dalam rumah sakit terlalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari penderitapenderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa dibawa oleh
aliran udara kemana-mana termasuk kain-kain, alat-alat yang suci hama, dan
yang digunakan untuk merawat wanita dalam persalinan atau pada waktu nifas.
4) Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting, kecuali
apabila mengakibatkan pecahnya ketuban.
Faktor predisposisi
Beberapa faktor dalam kehamilan atau persalinan yang dapat menyebabkan infeksi
pascapersalinan antara lain :
1) Anemia
Kekurangan sel-sel darah merah akan meningkatkan kemungkinan infeksi. Hal ini juga
terjadi pada ibu yang kurang nutrisi sehingga respon sel darah putih kurang untuk
menghambat masuknya bakteri.
2) Ketuban pecah dini
Keluarnya cairan ketuban sebelum waktunya persalinan menjadi jembatan masuknya
kuman keorgan genital.
3) Trauma
Pembedahan, perlukaan atau robekan menjadi tempat masuknya kuman pathogen, seperti
operasi.
4) Kontaminasi bakteri
Bakteri yang sudah ada dalam vagina atau servik dapat terbawa ke rongga rahim. Selain
itu, pemasangan alat selama proses pemeriksaan vagina atau saat dilakukan tindakan
persalinan dapat menjadi salah satu jalan masuk bakteri. Tentunya, jika peralatan tersebut
tidak terjamin sterilisasinya.
5) Kehilangan darah
Trauma yang menimbulkan perdarahan dan tindakan manipulasi yang berkaitan dengan
pengendalian pendarahan bersama-sama perbaikan jaringan luka, merupakan factor yang
dapat menjadi jalannya masuk kuman.
5. Manifestasi klinis
Rubor (kemerahan), kalor (demam setempat) akibat vasodilatasi dan tumor (benngkak)
karena eksudasi. Ujung syaraf merasa akan terangsang oleh peradangan sehingga terdapat
rasa nyeri (dolor). Nyeri dan pembengkan akan mengakibatkan gangguan faal, dan reaksi
umum antara lain berupa sakit kepala, demam dan peningkatan denyut jantung
(Sjamsuhidajat, R. 1997).
6. Patofisiologi
Reaksi tubuh dapat berupa reaksi lokal dan dapat pula terjadi reaksi umum. Pada infeksi
dengan reaksi umum akan melibatkan syaraf dan metabolik pada saat itu terjadi reaksi ringan
limporetikularis diseluruh tubuh, berupa proliferasi sel fagosit dan sel pembuat antibodi
(limfosit B). Kemudian reaksi lokal yang disebut inflamasi akut, reaksi ini terus berlangsung
selama menjadi proses pengrusakan jaringan oleh trauma. Bila penyebab pengrusakan
jaringan bisa diberantas, maka sisa jaringan yang rusak disebut debris akan difagositosis dan
dibuang oleh tubuh sampai terjadi resolusi dan kesembuhan. Bila trauma berlebihan, reksi sel
fagosit kadang berlebihan sehingga debris yang berlebihan terkumpul dalam suatu rongga
membentuk abses atau bekumpul dijaringan tubuh yang lain membentuk flegman
(peradangan yang luas dijaringan ikat). (Sjamsuhidajat, R, 1997 ).
7. Jenis-Jenis Infeksi Post Partum
1) Infeksi uterus
a. Endometritis
Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari rahim). infeksi ini
dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks atau infeksi tersendiri dan terdapat benda
asing dalam rahim (Anonym, 2008).
Endometritis adalah infeksi yang berhubungan dengan kelahiran anak, jarang terjadi
pada wanita yang mendapatkan perawatan medis yang baik dan telah mengalami persalinan
melalui vagina yang tidak berkomplikasi. Infeksi pasca lahir yang paling sering terjadi adalah
endometritis yaitu infeksi pada endometrium atau pelapis rahim yang menjadi peka setelah
lepasnya plasenta, lebih sering terjadi pada proses kelahiran caesar, setelah proses persalinan
yang terlalu lama atau pecahnya membran yang terlalu dini. Juga sering terjadi bila ada
plasenta yang tertinggal di dalam rahim, mungkin pula terjadi infeksi dari luka pada leher
rahim, vagina atau vulva.
Tanda dan gejalanya akan berbeda bergantung dari asal infeksi, sedikit demam, nyeri
yang samar-samar pada perut bagian bawah dan kadang-kadang keluar dari vagina berbau
tidak enak yang khas menunjukkan adanya infeksi pada endometrium. Pada infeksi karena
luka biasanya terdapat nyeri dan nyeri tekan pada daerah luka, kadang berbau busuk,
pengeluaran kental, nyeri pada perut atau sisi tubuh, gangguan buang air kecil. Kadangkadang tidak terdapat tanda yang jelas kecuali suhu tunbuh yang meninggi. Maka dari itu
setiap perubahan suhu tubuh pasca lahir harus segera dilakukan pemeriksaan.
Infeksi endometrium dapat dalam bentuk akut dengan gejala klinis yaitu nyeri abdomen
bagian bawah, mengeluarkan keputihan, kadang-kadang terdapat perdarahan dapat terjadi
penyebaran seperti meometritis (infeksi otot rahim), parametritis (infeksi sekitar rahim),
salpingitis (infeksi saluran tuba), ooforitis (infeksi indung telur), dapat terjadi sepsis (infeksi
menyebar), pembentukan pernanahan sehingga terjadi abses pada tuba atau indung telur
(Anonym, 2008).
Terjadinya infeksi endometrium pada saat persalinan, dimana bekas implantasi plasenta
masih terbuka, terutama pada persalinan terlantar dan persalinan dengan tindakan pada saat
terjadi keguguran, saat pemasangan alat rahim yang kurang legeartis (Anonym, 2008).
Kadang-kadang lokia tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban.
Keadaan ini dinamakan lokiametra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu. Uterus pada
endometritis agak membesar, serta nyeri pada perabaan dan lembek.
Pada endometritis yang tidak meluas, penderita merasa kurang sehat dan nyeri perut
pada hari-hari pertama. Mulai hari ke-3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi
dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun dan dalam kurang lebih satu minggu keadaan
sudah normal kembali.
Lokia pada endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau. Hal ini tidak
boleh dianggap infeksinya berat. Malahan infeksi berat kadang-kadang disertai oleh lokia
yang sedikit dan tidak berbau.
Untuk mengatasinya biasanya dilakukan pemberian antibiotik, tetapi harus segera
diberikan sesegera mungkin agar hasilnya efektif. Dapat pula dilakukan biakkan untuk
menentukan jenis bakteri, sehingga dapat diberikan antibiotik yang tepat.
b. Miometritis (infeksi otot rahim)
Miometritis adalah radang miometrium. Sedangkan miometrium adalah tunika
muskularis uterus. Gejalanya berupa demam, uterus nyeri tekan, perdarahan vaginal dan nyeri
perut bawah, lokhea berbau, purulen.
Metritis akut biasanya terdapat pada abortus septik atau infeksi postpartum. Penyakit ini
tidak brerdiri sendiri akan tetapi merupakan bagian dari infeksi yang lebih luas yaitu
merupakan lanjutan dari endometritis. Kerokan pada wanita dengan endometrium yang
meradang dapat menimbulkan metritis akut. Pada penyakit ini miometrium menunjukkan
reaksi radang berupa pembengkakan dan infiltarsi sel-sel radang. Perluasan dapat terjadi
lewat jalan limfe atau lewat tromboflebitis dan kadang-kadang dapat terjadi abses.
Metritis kronik adalah diagnosa yang dahulu banyak dibuat atas dasar menometroragia
dengan uterus lebih besar dari bisa, sakit pnggang, dan leukore. Akan tetapi pembesaran
uterus pada multipara umumnya disebabkan oleh pemanbahan jaringan ikat akibat kehamilan.
Terapi dapat berupa antibiotik spektrum luas seperti amfisilin 2gr IV per 6 jam, gentamisin 5
mg kg/BB, metronidasol mg IV per 8 jam, profilaksi anti tetanus, efakuasi hasil konsepsi.
c. Parametritis (infeksi daerah di sekitar rahim).
Parametritis adalah radang dari jaringan longgar di dalam lig latum. Radang ini biasanya
unilatelar. Tanda dan gejala suhu tinggi dengan demam tinggi, Nyeri unilateral tanpa gejala
rangsangan peritoneum, seperti muntah. Penyebab Parametritis yaitu :
Endometritis dengan 3 cara yaitu :
d.
e.
2)
menunjukkan
hemokonsentrasi,
asidosis,
dan
koagulopati.
Perubahan
EKG
dilepaskan, embolus masuk keperedaran darah umum dan dibawa oleh aliran darah ketempattempat lain, antaranya ke paru-paru, ginjal, otak, jantung, dan sebagainya, dan
mengakibatkan terjadinya abses-abses ditempat-tempat tersebut. Keadaan ini dinamakan
piemia.
Kedua-duanya merupakan infeksi berat namun gejala-gejala septicemia lebih mendadak
dari piemia. Pada septicemia, dari permulaan penderita sudah sakit dan lemah. Sampai tiga
hari postpartum suhu meningkat dengan cepat, biasanya disertai menggigil. Selanjutnya, suhu
berkisar antara 39 - 40C, keadaan umum cepat memburuk, nadi menjadi cepat (140 - 160
kali/menit atau lebih). Penderita meninggal dalam enam sampai tujuh hari postpartum. Jika ia
hidup terus, gejala-gejala menjadi seperti piemia.
Pada piemia, penderita tidak lama postpartum sudah merasa sakit, perut nyeri, dan suhu
agak meningkat. Akan tetapi gejala-gejala infeksi umum dengan suhu tinggi serta menggigil
terjadi setelah kuman-kuman dengan embolus memasuki peredaran darah umum. Suatu ciri
khusus pada piemia
ialah
berulang-ulang
menggigil, kemudian diikuti oleh turunnya suhu. Ini terjadi pada saat dilepaskannya embolus
dari tromboflebitis pelvika. Lambat laun timbul gejala abses pada paru-paru, pneumonia dan
pleuritis. Embolus dapat pula menyebabkan abses-abses di beberapa tempat lain.
8. Komplikasi
1) Peritonitis (peradangan selaput rongga perut)
2) Tromboflebitis pelvika (bekuan darah di dalam vena panggul), dengan resiko terjadinya
emboli pulmoner.
3) Syok toksik akibat tingginya kadar racun yang dihasilkan oleh bakteri di dalam darah. Syok
toksik bisa menyebabkan kerusakan ginjal yang berat dan bahkan kematian.
9. Pencegahan dan Penanganan
1) Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti anemia, malnutrisi dan
2)
3)
maupun
9)
Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi dengan sterilisasi
10.
A.
1)
2)
3)
4)
5)
B.
1)
2)
3)
C.
Merasa nyaman
a.
b.
Anjurkan klien untuk menggunakan teknik relaksasi, distraksi, relaksasi, kompres, Berikan
instruksi bila perlu.
R/ b. relaksasi dapat membantu menurunkan tegangan dan rasa takut, yang memperberat
nyeri.
c.
d.
a.
b.
Pantau suhu klien (derajat dan pola), perhatikan menggigil atau diaphoresis
R/ Suhu 38,90- 41, 10C menunjukkan proses penyakit infeksius akut. Pola demam dapat
membentu dalam diagnosis, misalnya kurva demam lanjut berakhir lebih dari 24jam
menunjukkan pneumonia pneumokokal.
c.
Pantau suhu lingkungan, batasi/ tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi
R/ Suhu ruangan atau jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati
normal
d.
a.
Kesadaran terhadap perasaan, dam cara yang sehat untuk menghadapi masalah
Evaluasi tingkat ansietas, catat respon verbal, dan nonverbal klien. Dorong ekspresi bebas
akan emosi.
R/ Ketakutan dapat terjadi karena nyeri hebat, meningkatkan perasaan sakit, penting pada
prosedur diagnostic dan kemungkinan pembedahan
3. Manifestasi Klinis
Gejala Klinis umum yang terjadi adalah kehilangan darah dalam jumlah yang
banyak (> 500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah, haus, pusing, gelisah,
letih, dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin,
mual.
Gejala Klinis berdasarkan penyebab:
a) Atonia Uteri:
Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan
perdarahan segera setelah anak lahir (perarahan postpartum primer).
Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah,
denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lainlain)
b) Robekan jalan lahir
Gejala yang selalu ada: perdarahan segera, darah segar mengalir segera
setelah bayi lahir, kontraksi uteru baik, plasenta baik.Gejala yang
kadang-kadang timbul: pucat, lemah, menggigil.
c) Retensio plasenta
Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit,
perdarahan segera, kontraksi uterus baik gejala yang kadang-kadang
timbul: tali pusat putus akibat traksi berlebihan, inversi uteri akibat
tarikan, perdarahan lanjutan
d) Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)
Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung
pembuluh darah ) tidak lengkap dan perdarahan segera. Gejala yang
kadang-kadang timbul: Uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus
tidak berkurang.
e) Inversio uterus
Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa,
tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan
nyeri sedikit atau berat. Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok
neurogenik dan pucat
4. Patofisiologi
Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk
meningkatkan sirkulasi ke sana, atoni uteri dan subinvolusi uterus menyebabkan
kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah-pembuluh darah yang melebar
tadi tidak menutup sempurna sehingga perdarahan terjadi terus menerus. Trauma jalan
lahir seperti epiostomi yang lebar, laserasi perineum, dan rupture uteri juga
menyebabkan perdarahan karena terbukanya pembuluh darah, penyakit darah pada
ibu; misalnya afibrinogemia atau hipofibrinogemia karena tidak ada atau kurangnya
fibrin untuk membantu proses pembekuan darah juga merupakan penyebab dari
perdarahan postpartum. Perdarahan yang sulit dihentikan bisa mendorong pada
keadaan shock hemoragik.
Perbedaan perdarahan pasca persalinan karena atonia uteri dan robekan jalan
lahir adalah:
Atonia uteri (sebelum/sesudah plasenta lahir).
1) Kontraksi uterus lembek, lemah, dan membesar (fundus uteri masih tinggi.
2) Perdarahan terjadi beberapa menit setelah anak lahir.
3) Bila kontraksi lemah, setelah masase atau pemberian uterotonika, kontraksi
yang lemah tersebut menjadi kuat.
Robekan jalan lahir (robekan jaringan lunak).
1) Kontraksi uterus kuat, keras dan mengecil.
2) Perdarahan terjadi langsung setelah anak lahir. Perdarahan ini terus-menerus.
Penanganannya, ambil spekulum dan cari robekan.
3) Setelah dilakukan masase atau pemberian uterotonika langsung uterus
mengeras tapi perdarahan tidak berkurang.
1) Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena melekat dan tumbuh
lebih dalam. Menurut tingkat perlekatannya :
Plasenta adhesiva : plasenta yang melekat pada desidua
endometrium lebih dalam.
Plasenta inkreta : vili khorialis tumbuh lebih dalam dan
menembus desidua endometrium sampai ke miometrium.
Plasenta akreta : vili khorialis tumbuh menembus miometrium
sampai ke serosa.
Plasenta perkreta : vili khorialis tumbuh menembus serosa atau
peritoneum dinding rahim.
2) Plasenta sudah terlepas dari dinding rahim namun belum keluar karena
atoni uteri atau adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim
(akibat kesalahan penanganan kala III) yang akan menghalangi
plasenta keluar (plasenta inkarserata).
Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi
perdarahan tetapi bila sebagian plasenta sudah lepas maka akan terjadi
perdarahan. Ini merupakan indikasi untuk segera mengeluarkannya.
Plasenta mungkin pula tidak keluar karena kandung kemih atau
rektum penuh. Oleh karena itu keduanya harus dikosongkan.
Perdarahan Postpartum akibat Subinvolusi
Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal involusi,
dan keadaan ini merupakan salah satu dari penyebab terumum perdarahan
pascapartum. Biasanya tanda dan gejala subinvolusi tidak tampak, sampai kira-kira 4
hingga 6 minggu pascapartum. Fundus uteri letaknya tetap tinggi di dalam abdomen/
pelvis dari yang diperkirakan. Keluaran lokia seringkali gagal berubah dari bentuk
rubra ke bntuk serosa, lalu ke bentuk lokia alba. Lokia bisa tetap dalam bentuk rubra,
atau kembali ke bentuk rubra dalam beberapa hari pacapartum. Lokia yang tetap
bertahan dalam bentuk rubra selama lebih dari 2 minggu pascapatum sangatlah perlu
dicurigai terjadi kasus subinvolusi. Jumlah lokia bisa lebih banyak dari pada yang
diperkirakan. Leukore, sakit punggung, dan lokia berbau menyengat, bisa terjadi jika
ada infeksi. Ibu bisa juga memiliki riwayat perdarahan yang tidak teratur, atau
perdarahan yang berlebihan setelah kelahiran.
Perdarahan Postpartum akibat Inversio Uteri
Inversio Uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau
seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri. Uterus dikatakan mengalami inverse jika
bagian dalam menjadi di luar saat melahirkan plasenta. Reposisi sebaiknya segera
5. Pemeriksaan Penunjang
1) Golongan darah : menentukan Rh, ABO dan percocokan silang
2) Jumlah darah lengkap : menunjukkan penurunan Hb/Ht dan peningkatan
jumlah sel darah putuih (SDP). (Hb saat tidak hamil:12-16gr/dl, saat hamil:
10-14gr/dl. Ht saat tidak hamil:37%-47%, saat hamil:32%-42%. Total SDP
saat tidak hamil 4.500-10.000/mm3. saat hamil 5.000-15.000)
3) Kultur uterus dan vagina : mengesampingkan infeksi pasca partum
4) Urinalisis : memastikan kerusakan kandung kemih
bawah
untuk
menstimulasi
kontraksi
dan
kekuatan
cc hingga 1 cc.
Kosongkan kandung kemih dan lakukan masase ringan di uterus.
Keluarkan plasenta dengan perasat Crede, bila gagal, lanjutkan dengan;
Plasenta manual (seyogyanya di rumah sakit).
Periksa apakah masih ada plasenta yang tertinggal. Bila masih berdarah;
Dalam keadaan darurat dapat dilakukan penekanan pada fundus uteri atau kompresi
aorta.
Perdarahan postpartum akibat laserasi/ Robekan Jalan Lahir. Perdarahan pasca persalinan
yang terjadi pada kontraksi uterus yang kuat, keras, bisa terjadi akibat adanya robekan jalan
lahir (periksa dengan spekulum dan lampu penerangan yang baik-red). Bila sudah dapat
dilokalisir dari perdarahannya, jahitlah luka tersebut dengan menggunakan benang katgut dan
jarum bulat.
Untuk robekan yang lokasinya dalam atau sulit dijangkau, berilah tampon pada liang
senggama/vagina dan segera dirujuk dengan terlebih dahulu memasang infus dan pemberian
uterotonika intravena.
A
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan. Pengkajian yang benar
dan terarah akan mempermudah dalam merencanakan tinfakan dan evaluasi dari tidakan
yang dilakasanakan. Pengkajian dilakukan secara sistematis, berisikan informasi subjektif
dan objektif dari klien yang diperoleh dari wawancara dan pemeriksaan fisik.
Pengkajian terhadap klien post meliputi :
Identitas klien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat,
lahir atau mati, berat badan anak waktu lahir, panjang waktu lahir
Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada pendarahan, ASI
cukup atau tidak dan kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri dan
kontraksi
4) Riwayat Kehamilan sekarang
Hamil muda, keluhan selama hamil muda
Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat
badan,
tinggi
badan,
suhu,
nadi,
pernafasan,
keluhan lain
Riwayat antenatal care meliputi : Dimana tempat
pelayanan,
beberapa
kali,
perawatan
serta
secepatnya
dilakukan
sendiri
(Rustam
Mukthar, 1995 )
Istirahat atau tidur meliputi gangguan pola tidur karena
perubahan peran dan melaporkan kelelahan yang
berlebihan.
Personal hygiene meliputi : Pola atau frekuensi mandi,
menggosok gigi, keramas, baik sebelum dan selama
Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan tanda-tanda vital
2. Suhu badan
Suhu biasanya meningkat sampai 380 C dianggap normal. Setelah satu hari suhu akan
kembali normal (360 C 370 C), terjadi penurunan akibat hipovolemia
3. Nadi
Denyut nadi akan meningkat cepat karena nyeri, biasanya terjadi hipovolemia yang
semakin berat.
4. Tekanan darah
Tekanan darah biasanya stabil, memperingan hipovolemia
5. Pernafasan
Bila suhu dan nadi tidak normal, pernafasan juga menjadi tidak normal.
6. Pemeriksaan Khusus
Observasi setiap 8 jam untuk mendeteksi adanya tanda-tanda komplikasi dengan
mengevaluasi sistem dalam tubuh. Pengkajian ini meliputi :
Nyeri/ketidaknyamanan
Nyeri tekan uterus (fragmen-fragmen plasenta tertahan)
Ketidaknyamanan
berikutnya
Tensi diawasi tiap 8 jam
Apakah ada tanda-tanda trombosis, kaki sakit, bengkak dan merah
Haemorroid diobservasi tiap 8 jam terhadap besar dan kekenyalan
Riwayat anemia kronis, konjungtiva anemis/sub anemis, defek koagulasi
kongenital, idiopatik trombositopeni purpura.
Sistem Reproduksi
Uterus diobservasi tiap 30 menit selama empat hari post partum, kemudian tiap 8
jam selama 3 hari meliputi tinggi fundus uteri dan posisinya serta konsistensinya
Lochea diobservasi setiap 8 jam selama 3 hari terhadap warna, banyak dan bau
Perineum diobservasi tiap 8 jam untuk melihat tanda-tanda infeksi, luka jahitan
B.
1)
2)
3)
informasi
Rencana Keperawatan pada Pasien Perdarahan Postpartum
Kekurangan volume cairan b.d kehilangan vaskuler berlebihan
DO:
Hipotensi
Peningkatan nadi,
Penurunan volume urin,
Membran mukosa kering,
Pelambatan pengisian kapiler
DS:
Ibu mengatakan urin sedikit
Ibu mengatakan pusing dan pucat
Ibu mengatakan kulit kering dan bersisik
Tujuan :
Volume cairan adekuat
Hasil yang diharapkan:
TTV stabil
Pengisian kapiler cepat
Haluaran urine adekuat
Mandiri:
1)
Tinjau ulang catatan kehamilan dan persalinan, perhatikan faktor-faktor penyebab atau
memperberat perdarahan seperti laserasi, retensio plasenta, sepsis, abrupsio plasenta, emboli
2)
cairan amnion.
Kaji dan catat jumlah, tipe dan sisi perdarahan ; timbang dan hitung pembalut ; simpan
uterus dengan satu tangan sambil menempatakan tangan kedua tepat diatas simfisis pubis
Perhatikan hipotensi / takikardia, perlambatan pengisian kapiler atau sianosis dasar, kuku,
5)