Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
Tulang mempunyai banyak fungsi yaitu sebagai penunjang jaringan tubuh,
pelindung organ tubuh, memungkinkan gerakan dan berfungsi sebagai tempat
penyimpanan garam mineral, namun fungsi tersebut bisa saja hilang dengan
terjatuh, benturan atau kecelakaan yang mengakibatkan fraktur. Fraktur
didefinisikan sebagai hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang
rawan epifisis biasanya akibat adanya ruda paksa baik yang bersifat total maupun
yang bersifat parsial.
Fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan dengan umur
dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olah raga, pekerjaan atau luka
yang disebabkan oleh kendaraan bermotor. Mobilisasi yang lebih banyak
dilakukan oleh laki-laki menjadi penyebab tingginya resiko fraktur. Sedangkan
pada orang tua, perempuan lebih sering mengalami fraktur daripada laki-laki yang
berhubungan dengan meningkatnya insiden osteoporosis yang terkait dengan
hormon pada menopause
Prinsip penanggulangan cedera muskuloskeletal adalah 4R yaitu rekognisi,
reduksi, retaining, dan rehabilitation. Rekognisi (mengenali) ialah tahap awal
dimana harus diketahui kapan terjadinya trauma, dimana terjadinya, jenisnya,
berat ringan trauma, arah trauma dan posisi pasien atau ekstremitas yang
bersangkutan (mekanisme trauma) sehingga dapat diketahui kemungkinan fraktur
apa yang terjadi. Selanjutnya adalah reduksi (mengembalikan jaringan atau
fragmen ke posisi semula sehingga bagian yang sakit dapat berfungsi kembali
dengan maksimal), Setelah direduksi, perlu retaining (mempertahankan hasil
reposisi dengan fiksasi yang akan menghilangkan spasme otot pada ekstremitas
yang sakit sehingga terasa lebih nyaman dan sembuh lebih cepat). Prinsip yang
terakhir adalah rehabilitasi yaitu mengembalikan kemampuan anggota yang sakit
agar dapat berfungsi kembali.
BAB II
STATUS PASIEN
I.
Identifikasi Pasien
Nama
: Ahmad Suparman
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Usia
Pekerjaan
: Swasta
Status
: Menikah
Alamat
Agama
: Islam
No Reg/ Medrec
: RI 15006276/78277
Tanggal MRS
: 6 Maret 2015
II.
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: 2 bulan yang lalu penderita
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: kompos mentis
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 80 kali/menit
Temperatur
: 36,8 0C
Tinggi Badan
: 170 cm
Berat Badan
: 69 kg
B. Status Lokalis
Kepala
o Mata
:
: konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-),
edema palpebra (-), refleks cahaya (+/+),
pupil bulat, isokor, diameter = 3mm
o Hidung
o Mulut
T1-T1
hiperemis (-)
hiperemis
(-),
faring
Leher
Thoraks
o Cor
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
o Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
o Inspeksi
: datar
o Palpasi
o Perkusi
o Auskultasi
Inguinal
Ekstremitas superior
Ekstremitas inferior
2
: akral hangat, sianosis (-), deformitas (+),
CRT < 2
Status Lokalis
Regio femur dextra, didapatkan:
Look
Feel
Movement
Look
Feel
IV.
Movement
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium (28/02/2015)
Jenis
Pemeriksaan
Hasil
Rujukan
Interpretasi
HEMATOLOGI
Hemoglobin (Hb)
16,4 g/dl
Eritrosit (RBC)
5,54 x 10 /mm
Leukosit (WBC)
Normal
4,20 106/mm3
4,87
x Menurun
7,9 x 103/mm3
4,5
103/mm3
11,0
x Normal
Hematokrit
46%
43-49%
Normal
Trombosit (PLT)
223 x 103/l
Normal
Diff Count
Basofil
Eosinofil
Neutrofil
Limfosit
Monosit
0%
17 %
51 %
61 %
5%
01%
16%
25 40 %
28%
28%
Normal
Normal
Menurun
Normal
Normal
Normal
83 mg/dl
Normal
Natrium (Na)
147 mEq/L
Normal
Kalium (K)
4,6 mEq/L
Normal
METABOLISME KARBOHIDRAT
Glukosa Sewaktu
ELEKTROLIT
Pemeriksaan Radiologis
1. Pada Rontgen Femur Dextra (9/02/2015)
V.
Diagnosis
Fraktur Intertrochanter regio os femur dextra
VI.
Penatalaksanaan
1. Rujuk ke Dokter Spesialis Ortopedi untuk penatalaksanaan kausatif:
Tindakan operatif dengan Repair Open Reduction and Internal Fixation
(ORIF)
2. Simptomatik
3. Suportif
: bed rest
4. Edukatif
5. Rehabilitatif
VII.
: Fisioterapi post op
Prognosis
Quo ad vitam
: bonam
Quo ad functionam
: dubia
VIII. Follow Up
S:
O:
KU
Sens
TD
PR
RR
T
S:
O:
KU
Sens
TD
PR
RR
T
10/03/2015
12/03/2015
Nyeri pada tungkai Nyeri pada tungkai -
14/03/2015
kanan
kanan
Baik
Compos mentis
110/70 mmHg
82 kali/menit
18 kali/menit
36,5 0C
16/0315
-
Baik
Compos mentis
110/70 mmHg
88 kali/menit
20 kali/menit
36,60C
18/03/2015
-
Baik
Compos mentis
120/80 mmHg
84 kali/menit
18 kali/menit
36,7 0C
20/03/2015
-
Baik
Compos mentis
120/70 mmHg
85 kali/menit
18 kali/menit
36,7 0C
Baik
Compos mentis
120/80 mmHg
88 kali/menit
18 kali/menit
36,5 0C
Baik
Compos mentis
110/70 mmHg
82 kali/menit
20 kali/menit
36,8 0C
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Fraktur
3.1.1 Definisi1,2,3,4
Fraktur didefinisikan sebagai hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan
sendi, tulang rawan epifisis biasanya akibat adanya ruda paksa baik yang bersifat
total maupun yang bersifat parsial
3.1.2 Proses Terjadinya Fraktur1
Proses terjadinya fraktur tergantung pada keadaan fisik tulang dan keadaan
trauma yang dapat menyebabkan tulang patah. Tulang kortikal mempunyai
struktur yang dapat menahan kompresi dan tekanan memuntir. Kebanyakan
fraktur terjadi karena
Klasifikasi etiologis
a. Fraktur traumatik, terjadi karena trauma yang tiba-tiba
b. Fraktur patologis, terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya
c.
2.
Klasifikasi klinis
a. Fraktur tertutup (simple fracture) tanpa hubungan dengan dunia
luar
10
b.
c.
3.
infeksi tulang
Klasifikasi radiologis
Klasifikasi ini berdasarkan atas:
1. Lokalisasi
a. Diafisial
b. Metafisial
c. Epifisis
d. Intra-artikuler
e. Fraktur dengan dislokasi
2. Konfigurasi
a. Fraktur transversal
b. Fraktur oblik
c. Fraktur spiral
d. Fraktur Z
e. Fraktur segmental
f. Fraktur komunitif
g. Fraktur kupu-kupu
h. Fraktur greenstick
i. Fraktur baji biasanya pada vertebra karena trauma kompresi
j. Fraktur avulsi, fragmen kecil tertarik oleh otot atau tendo
k. Fraktur depresi, karena trauma langsung
l. Fraktur impaksi
m. Fraktur pecah (burst), fragmen kecil yang berpisah
3. Menurut ekstensi
a. Fraktur total
b. Fraktur tidak total (fraktur crack)
c. Fraktur buckle atau torus
d. Fraktur garis rambut
e. Fraktur green stick
4. Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya
a. Tidak bergeser
b. Bergeser, dapat terjadi dalam 6 cara, yaitu bersampingan,
angulasi, rotasi, distraksi, over-riding, impaksi
11
Anamnesis1,2
Penderita datang dengan traumatik fraktur, baik yang hebat maupun
trauma ringan dan diikuti dengan ketidakmampuan untuk menggunakan
anggota gerak. Fraktur tidak selalu terjadi di daerah trauma dan mungkin
terjadi pada daerah lain. Trauma dapat terjadi karena kecelakaan lalu lintas,
jatuh dari ketinggian, jatuh di kamar mandi pada orang tua, trauma olah
raga, dll. Penderita datang karena nyeri, deformitas (angulasi, rotasi,
diskrepansi), pembengkakan, gangguan fungsi anggota gerak, deformitas,
kelainan gerak, krepitasi atau gejala lainnya.
Pemeriksaan Fisik1,2,3
Pada pemeriksaan awal, diperhatikan adanya:
1.
2.
3.
Pemeriksaan Lokal
-
Inspeksi (Look)
Bandingkan dengan bagian yang sehat
Perhatikan posisi anggota gerak
Keadaan umum penderita
Ekspresi wajah karena nyeri
Lidah kering atau basah
Tanda anemia karena perdarahan
Luka pada kulit dan jaringan lunak (membedakan fraktur terbuka
dan tertutup)
Ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa jam sampai hari
Deformitas berupa angulasi, rotasi, kependekan
Survey pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada organ lain
Kondisi mental penderita
Keadaan vaskularisasi
1.
Palpasi (Feel)
2.
Temperatur setempat
Nyeri tekan, yang bersifat superficial biasanya disebabkan oleh
12
3.
4.
neurologis,
yaitu
neuropraksia,
aksonotmesis
atau
neurotmesis
Pemeriksaan radiologis1,5
Pemeriksaan radiologis dilakukan dengan beberapa prinsip dua:
-
Segera
setelah
Pemeriksaan periodik
untuk menilai penyembuhan fraktur
Pembentukan kalus
Konsolidasi
Remodeling
13
2.
3.
4.
2.
Komplikasi segera
a. Lokal
- Kulit dan otot: berbagai vulnus, kontusio, avulsi
- Vaskular: terputus, kontusio, perdarahan
- Organ dalam: jantung, paru-paru, hepar, limpa, buli-buli
- Neurologis, otak, medulla spinalis, kerusakan saraf perifer
b. Umum
- Trauma multipel, syok
Komplikasi dini
a. Lokal
- Nekrosis kulit-otot, sindrom kompartemen, trombosis, infeksi
sendi, osteomielitis
b. Umum
- ARDS, emboli paru, tetanus
3.
a.
-
Komplikasi lama
Lokal
Tulang: malunion, nonunion, delayed union, osteomielitis,
hiperkalsemia)
Neurosis pasca trauma
b.
14
Proses penyembuhan fraktur pada tulang kortikal terdiri atas lima fase,
yaitu:
a.
Fase hematoma
Pada fraktur tulang panjang, pembuluh darah kecil yang melewati
kanalikuli dalam sistem Haversian akan robek pada daerah fraktur dan
akan membentuk hematoma di antara kedua sisi fraktur. Hematoma
yang besar akan diliputi periosteum. Periosteum terdorong dan robek
akibat tekanan hematoma sehingga terjadi ekstravasasi darah ke
jaringan lunak. Osteosit dari daerah fraktur akan kehilangan darah dan
mati.
e. Fase remodeling
15
Jika union sudah lengkap, tulang yang baru membentuk bagian yang
menyerupai bulbus yang meliputi tulang tanpa kanalis medularis.
Kemudian, terjadi resorbsi secara osteoklastik dan tetap terjadi proses
osteoblastik pada tulang dan kalus eksterna secara perlahan
menghilang. Kalus intermediat menjadi tulang kompak dan berisi
sistem Haversian dan kalus bagian dalam akan mengalami peronggaan
membentuk ruang sumsum.
Solomon, Louis, David Warwick, Selvadurai Nayagam. 2010. Apleys System of Orthopaedics and
Fractures Ninth Edition. India: Replica Press.
Recognition (mengenali)
Prinsip pertama adalah mengetahui dan menilai keadaan fraktur
dengan anamnesis, pemeriksan klinis dan radiologis. Pada awal
pengobatan perlu diperhatikan :
-
16
b.
- Lokalisasi fraktur
- Bentuk fraktur
- Menentukan teknik yang sesuai untuk pengobatan
- Komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengobatan
Reduction (mengembalikan)
Reduksi berarti mengembalikan jaringan atau fragmen ke posisi
semula (reposisi). Restorasi fragmen fraktur dilakukan untuk
c.
d.
yang sakit sehingga terasa lebih nyaman dan sembuh lebih cepat.
Rehabilitation
Mengembalikan aktivitas fungsional dari anggota yang sakit agar dapat
berfungsi semaksimal mungkin.
Konservatif
a.
Proteksi untuk mencegah trauma lebih lanjut, misalnya dengan
cara memberikan sling (mitela) pada anggota gerak atas atau
b.
c.
d.
kurang kuat.
Reduksi tertutup dengan traksi berlanjut diikuti dengan
e.
17
operatif.
Bila terdapat otot yang kuat mengelilingi fraktur pada tulang
tungkai bawah yang menarik fragmen dan menyebabkan
angulasi, over-riding, dan rotasi yang dapat menimbulkan
panjang.
Fraktur dengan pembengkakan yang sangat hebat disertai
Traksi kulit
Traksi dengan menggunakan leukoplas yang melekat pada
kulit disertai dengan pemakaian bidai Thomas atau bidai
2.
Brown Bohler.
Traksi menetap
Traksi menggunakan leukoplas yang melekat pada bidai
Thomas atau bidai Brown Bohler yang difiksasi pada salah
satu bagian dari bidai Thomas, dilakukan pada fraktur femur
3.
18
tengkorak.
Traksi berimbang dan traksi sliding
Traksi yang digunakan pada fraktur femur, menggunakan
traksi skeletal dengan beberapa katrol dan bantalan khusus,
biasanya digunakan bidai Thomas dan Pearson attachment.
Penyakit trombo-emboli
Infeksi kulit superfisial dan reaksi alergi
Leukoplas yang mengalami robekan sehingga fraktur
mengalami pergeseran
Infeksi tulang akibat pemasangan pin
Terjadi distraksi di antara kedua fragmen fraktur
Dekubitus pada daerah tekanan bidai Thomas, misalnya pada
tuberositas isiadikus
19
Solomon, Louis, David Warwick, Selvadurai Nayagam. 2010. Apleys System of Orthopaedics and
Fractures Ninth Edition. India: Replica Press.
f.
g.
sehari.
Antibiotik perioperatif
Untuk
mencegah
tromboemboli,
dapat
diberikan
2.
3.
intensifier (C-arm).
Reduksi terbuka dan fiksasi interna atau fiksasi eksterna tulang
20
maksimal.
Reduksi terbuka dengan fiksasi interna
Indikasi:
-
Fraktur intraartikuler
Reduksi tertutup yang gagal
Terdapat interposisi jaringan di antara kedua fragmen
Jika diperlukan fiksasi rigid
Fraktur dislokasi yang tidak dapat direduksi secara baik dengan
reduksi tertutup
Fraktur terbuka
Terdapat kontraindikasi pada imobilisasi eksterna sehingga
avaskuler
Fraktur avulsi
Fraktur epifisis tertentu pada grade III dan IV pada anak
Fraktur multiple
21
Solomon, Louis, David Warwick, Selvadurai Nayagam. 2010. Apleys System of Orthopaedics and
Fractures Ninth Edition. India: Replica Press.
b.
4.
Infeksi (osteomielitis)
Kerusakan pembuluh darah dan saraf
Kekakuan sendi bagian proksimal dan distal
Kerusakan periosteum yang hebat sehingga terjadi delayed union
atau nonunion
Emboli lemak
yaitu
alat
dengan
komposisi
metal
tertentu
untuk
22
trochanter minor.
Ujung bawah femur teridiri dari condilus femoral, medial dan lateral
femur epicondilus medial. Bagian tersebut menunjang permukaan
persendian dengan tibia pada sendi lutut.4
23
Court-Brown, Charles M. 2009. Fractures in Adults: Chapter 52 Femoral Diaphyseal Fractures. London:
Lippincots Williams and Wilkins.
24
Fraktur leher femur terjadi pada proksimal hingga garis intertrokanter pada regio
intrakapsular tulang panggul.7 Fraktur ini seirng terjadi pada wanita usia di atas 60 tahun
dan biasanya berhubungan dengan osteoporosis. 8 Fraktur leher femur disebabkan oleh
trauma yang biasanya terjadi karena kecelakaan, jatuh dari ketinggian atau jatuh dari
sepeda dan biasanya disertai trauma pada tempat lain. Jatuh pada daerah trokanter baik
karena kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari tempat yang tidak terlalu tinggi seperti
terpeleset di kamar mandi di mana panggul dalam keadaan fleksi dan rotasi dapat
menyebabkan fraktur leher femur. 2
Berikut ini adalah klasifikasi fraktur leher femur berdasarkan Garden 8,9
C. Stadium III
D. Stadium IV
b. Fraktur intertrokanter
Fraktur intertrokanter menurut definisi bersifat ekstrakapsular. 2,8 Seperti halnya
fraktur leher femur, fraktur intertrokanter sering ditemukan pada manula ataun penderita
25
osteoporosis, bila ditemukan pada usia muda biasanya disebabkan karena trauma yang
bersifat high energy seperti kecelakaan lalu lintas. 11
Fraktur terjadi jika penderita jatuh dengan trauma lansung pada trokanter mayor
atau pada trauma yang bersifat memuntir. Fraktur intertrokanter terbagi atas tipe yang
stabil dan tak stabil. Fraktur yang tak stabil adalah fraktur yang korteks medialnya hancur
sehingga terdapat fragmen besar yang bergeser yang mencakup trokanter minor; fraktur
tersebut sangat sukar ditahan dengan fiksasi internal. 11
26
Fraktur batang femur merupakan fraktur yang sering terjadi pada orang dewasa
muda. Jika terjadi pada pasien manula, fraktur ini harus dianggap patologik sebelum
terbukti sebaliknya. Fraktur spiral biasanya disebabkan oleh jatuh dengan posisi kaki
tertambat sementara daya pemuntir ditransmisikan ke femur. Fraktur melintang dan oblik
biasanya akibat angulasi atau benturan lansung. Oleh karena itu, sering ditemukan pada
kecelakaan sepeda motor. Pada benturan keras, fraktur mungkin bersifat kominutif atau
tulang dapat patah lebih dari satu tempat. 10
Femur diliputi oleh otot yang kuat dan merupakan proteksi untuk tulang femur,
tetapi juga dapat berakibat jelek karena dapat menarik fragmen fraktur sehingga bergeser.
Femur dapat pula mengalami fraktur patologis akibat metastasis tumor ganas. Fraktur
femur sering disertasi dengan perdarahan masif yang harus selalu dipikirkan sebagai
penyebab syok. Klasifikasi fraktur femur dapat bersifat tertutup atau terbuka, simpel,
komunitif, fraktur Z, atau segmental.
d. Fraktur suprakondiler femur 10
Daerah suprakondiler adalah daerah antara batas proksimal kondilus femur dan
batas metafisis dengan diafisis femur. Fraktur terjadi karena tekanan varus atau valgus
disertai kekuatan aksial dan putaran. Klasifikasi fraktur suprakondiler femur terbagi atas:
tidak bergeser, impaksi, bergeser, dan komunitif, yang dapat dilihat pada gambar 4.3.
27
e. Fraktur subtrokanter
Fraktur ini dapat terjadi pada setiap umur dan biasanya akibat trauma yang hebat.
Gambaran klinisnya berupa anggota gerah bawah keadaan rotasi eksterna, memendek,
dan ditemukan pembengkakan pada daerah proksimal femur disertai nyeri pada
pergerakan. Pada pemeriksaan radiologis dapat menunjukkan fraktur yang terjadi di
bawah trokanter minor. Garis fraktur bisa bersifat tranversal, oblik, atau spiral dan sering
bersifat kominutif. Fragmen proksimal dalam keadaan posisi fleksi sedangkan distal
dalam keadaan posisi abduksi dan bergeser ke proksimal. Pengobatan dengan reduksi
terbuka dan fiksasi interna dengan menggunakan plate dan screw. Komplikasi yang sering
28
timbul adalah nonunion dan malunion. Komplikasi ini dapat dikoreksi dengan osteotomi
atau bone grafting.2
3.3.6 Pengobatan1,9,10
1. Terapi konservatif
b.
Traksi
kulit
Traksi
tulang
cast
eksterna
Syok
Emboli lemak
Trauma
pembuluh
Trauma saraf
Trombo-emboli
Infeksi
29
a.
b.
c.
d.
e.
Delayed union
Nonunion
Malunion
Kaku sendi lutut
Refraktur
BAB IV
ANALISIS KASUS
Suparman, 27 tahun datang berobat ke RSMH dengan keluhan
utama sulit menggerakkan tungkai kanan dan keluhan tambahan nyeri
ketika berjalan jauh. 2 bulan sebelum masuk Rumah Sakit, penderita
mengalami kecelakaan lalu lintas, mobil yang ditumpangi pasien menabrak
mobil didepannya dan kaki kanan pasien terhimpit dashboard, pasien
dibawa ke pengobatan alternatif. Saat itu pasien tidak dibawa ke RS dan
dibawa ke pengobatan alternatif. Penderita mengeluh sulit menggerakan
tungkai kanan. Penderita lalu berobat ke RSMH Palembang.
30
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Rasjad, Chairuddin. 2003. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi: Bab 14 Trauma.
Makassar: Bintang Lamumpatue.
2. Sjamsuhidajat R, Warko Karnadihardja, Theddeus O.H. Prasetyono, Reno
Rudiman. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3: Bab 42 Sistem Muskuloskeletal.
Jakarta: EGC.
3. American College of Surgeons. 2008. Advanced Trauma Life Support for Doctors
Student Course Manual Eighth Edition: Bab 8 Trauma Muskuloskeletal. Jakarta:
IKABI.
4. Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V.
Jakarta: Interna Publishing.
32
5. Rasad, Sjahriar. 2011. Radiologi Diagnostik Edisi Kedua: Bab VI Tulang. Jakarta:
Badan Penerbit FK UI.
6. Solomon, Louis, David Warwick, Selvadurai Nayagam. 2010. Apleys System of
Orthopaedics and Fractures Ninth Edition. India: Replica Press.
7. Griffiths dkk. 2012. Management of Femoral Fractures. London: The Association
of Anaesthetists of Great Britain and Ireland.
8. Court-Brown, Charles M. 2009. Fractures in Adults: Chapter 52 Femoral
Diaphyseal Fractures. London: Lippincots Williams and Wilkins.
9. Perry CR, Elstrom JA. Handbooks of fracture. Ed 2 nd. United State of America:
McGraw-Hill; 2000.
10. Emara, Khaled M. dan Mohammed Farouk Allam. 2006. The Journal of Trauma
Volume 63 Number 3: Intramedullary Fixation of Failed Plated Femoral
Diaphyseal Fractures: Are Bone Grafts Necessary? Kairo: Lippincots Williams
and Wilkins.
11. Evans, P.J., B.J McGrory. 2001. Fracture of The Proximal Femur. ME:
Orthopaedic Associates of Portland.