Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
DISUSUN OLEH:
ROSITA ANGGRAENI
NIM. G1G012041
Gambar 1. Gingiva
Sumber: Newman dkk., (2002)
Lamina propria menurut Fedi, dkk. (2004), merupakan komponen jaringan ikat
gingiva yang terdiri dari sel-sel (fibroblas, sel mesenkim, sel mast, dan makrofag),
elemen pembentuk (serabut-serabut kolagen), substansi dasar (kompleks protein
polisakarida) dan anyaman serabut neurovaskular.
Serabut-serabut jaringan ikat berkolagen menurut Fedi, dkk. (2004), terdiri atas bundel
utama yang dikelompokan sesuai tempat asal dan arahnya, serta biasa disebut dengan
serabut gingiva. Fungsi utama serabut gingiva adalah untuk memelihara gingiva bebas
dan epitelium jungsional. Macam-macam serabut gingiva antara lain
a. Kelompok gingiva
Serabut ini berjalan dari sementum dalam tiga kelompok (disebut a,b,c) dan
mewakili ketebalan lamina propria secara fasio-lingual (Gambar 2).
\
b. Kelompok sirkular
Kelompok serabut ini mengelilingi gigi dari tepi gingiva ke arah puncak
tulang alveolar (Gambar 3).
c. Kelompok transeptal
Serabut ini berjalan pada daerah interdental dari sementum satu gigi ke arah
sementum gigi sebelahnya. Beberapa penulis mengklasifikasikan kelompok serabut
ini sebagai serabut utama ligamen periodontal, bukan serabut gingiva (Gambar 4).
Jaringan Ikat Pada gingiva (lamina propia) dan terdiri dari 2 lapisan :
a. Papillary layer : berbatasan dengan epitel, merupakan penonjolan papiler diantara
epitel retepeg
b. Reticuler layer : berbatasan dengan periosteum dari tulang alveolar.
Menurut Fedi, dkk. (2004),, kondisi normal gingiva adalah
a. Warna
Gingiva normal berwarna merah muda, tetapi banyak variasi untuk tiap-tiap orang
tergantung adanya sel-sel melanin.
b. Ukuran
Adanya pertambahan ukuran gingiva merupakan tanda adanya penyakit periodontal.
c. Kontur
Mengacu pada penampakan festoon gingiva.
d. Konsistensi
Gingiva normal memiliki konsistensi kenyal dan melekat erat pada tulang di
bawahnya.
e. Tekstur permukaan
Gingival normal terlihat adanya stippling, yaitu proyeksi lapisan papilar lamina
propria, yang mendorong epitel menjadi tonjolan-tonjolan bulat yang berselangseling dengan pelekukan epitel.
f. Kecenderungan perdarahan pada palpasi atau probing dengan tekanan lembut
Gingival normal tidak akan berdarah pada saat sonde (probe) periodontal
dimasukkan ke dalam sulkus dengan hati-hati, atau apabila gingiva bebas dipalpasi
dengan jari.
Suplai darah pada gingiva berasal dari
berakhiran bebas. Serabut saraf mengikuti pembuluh darah. Fungsi utama serabut
saraf adalah untuk mengantarkan sensasi proprioseptif melalui jalur trigeminal,
untuk memberikan rasa tentang tempat saat gigi disentuh.
3. Tulang Alveolar atau Prosesus Alveolar
Menurut Fedi dkk., (2004), Prosessus alveolar merupakan bagian dari rahang
(maksila dan mandibular) yang membentuk dan mendukung soket gigi.
a. Divisi
Prosesus dibagi menjadi dua bagian berdasarkan fungsi dan adaptasinya antara
lain
1) Tulang alveolar proprium, yaitu lapisan tipis tulang yang mengelilingi akar dan
memberikan tempat perlekatan bagi ligamen periodontal. Tulang ini disebut
lamina dura atau plat kribiform (lamina kribosa).
2) Tulang alveolar pendukung, yaitu bagian prosesus alveolar yang mengelilingi
tulang alveolar proprium dan memberikan dukungan terhadap soket. Bagian ini
terdiri atas:
a) Tulang kompakta atau tulang kortikal, terdapat pada bagian vestibular dan
oral prosesus alveolar,
b) Tulang kanselus atau tulang spongiosa yang berisi sumsum tulang.terletak
di antara tulang tulang alveolar proprium dan tulang kortikal.
b. Suplai Darah
Suplai darah prosesus alveolar berasal dari arteri intraalveolar, yaitu
pembuluh darah yang masuk ke plat kortikal. Pada keadaan tulang alveolar
proprium dan tulang kortikal menyatu, seperti bagian fasial gigi anterior, suplai
darah berasal dari pembuluh supraperiosteal.
c. Bundel tulang
Bundel tulang menurut Fedi, dkk. (2004), sering berisi serabut-serabut
kolagen terkalsifikasi yang berasal dari ligamen periodontal (Serat Sharpey).
d. Kontur
Kontur prosesus alveolar sesuai dengan tonjolan akar dan posisi gigi.
Ketinggian dan ketebalan plat fasial dan lingual dipengaruhi oleh posisi gigi,
bentuk, dan ukuran akar, serta daya oklusi. Gigi yang terletak di luar lengkung
rahang atau labioversi, sering menonjol keluar dari prosesus, menyebabkan
fenestrasi dan dehisensi alveolar. Fenestrasi alveolar yaitu kehilangan tulang
berupa lubang pada plat kortikal, sehingga akar fasial atau lingual gigi terlihat.
Dehisensi merupakan kehilangan tulang berbentuk celah pada plat kortikal tulang
alveolar, menyebabkan terbukanya permukaan akar gigi.
e. Komposisi tulang alveolar
Tulang alveolar memiliki kandungan osteosit, osteoblast, dan osteoklas dan
komponen ekstraseluler berupa 2/3 bahan norganic (kalsium dan phospat) dan
1/3 bahan organic (serabut kolagen tipe I dan sebagian kecilkolagen non protein)
4. Sementum
Sementum menurut Fedi, dkk. (2004), merupakan struktur terkalsifikasi yang
menutupi akar anatomis gigi, terdiri atas matriks terkalsifikasi yang mengandung serabut
kolagen. Kandungan zat anorganik dalam sementum sekitar 45-50%.
a. Sementum dan sementoid
Menurut Fedi, dkk. (2004), sementum yang belum terkalsifikasi disebut
sementoid. Apabila lapisan baru sudah terbentuk, matriks yang telah tersusun
sebelumnya mengalami kalsifikasi dan menjadi sementum matang. Sementum
secara mikroskopis dibagi menjadi dua macam yaitu sementum selular dan
aselular. Kedua
sementum
tersebut
tersusun atas
matriks
interfibrilar
terkaslsifikasi dan fibril kolagen. Sementum selular terdiri atas lakuna yang berisi
sel-sel sementosit. Sel-sel saling berhubungan melalui kanalikuli. Sementum
selular merupakan sementum yang lebih awal terbentuk selama proses
penyembuhan luka. Sementum aselular biasanya menutupi koronal akar gigi,
sedangkan sementum yang menutupi apikal gigi adalah sementum selular.
Sementum selular juga terdapat pada daerah bifurkasi dan trifurkasi serta sekitar
apeks gigi. Fungsi sementum adalah
1) Memudahkan terjadinya pergeseran mesial fisiologis,
2) Menahan gigi pada soket tulang dengan perantaraan serabut prinsipal
ligamen periodontal,
3) Memungkinkan penyusunan kembali serabut ligamen periodontal secara
terus menerus,
4) Mengompensasi keausan struktur gigi karena pemakaian dengan
pembentukan terus-menerus.
b. Pertemuan semento-ename (CEJ)
Menurut Fedi, dkk. (2004), ada tiga macam hubungan antara sementum dan
enamel.. Pada 60-65% pasien, hubungan semento-enamel saling menutupi atau
overlap, 30% pasien hubungan semento-enamel berupa butt joint (ujung dengan
Ketebalan sementum pada coronal dari akar adalah 16-60m ( se-rambut) dan
1/3 apikal danfurkasi adalah150-200m lebih tebal permukaan distal drpd mesial
B. Periodonsium pada gigi desidui
Gingiva pada gigi desidui memiliki warna merah muda dengan konsistensi keras hingga
lembut dan kontur stipling (usia 5- 13 tahun). Kedalaman sulcus gingiva normalnya adala
2,1 mm 0,2 mm. ligament periodontal pada gigi desidui lebih lebar dibandingkan pada
gigi permanen. Pada tampakkan radiografi terlihat lamina dura pada lapisan criptus
sedang erupsi. Trabekula tulang alveolar terlihat namun lebih tipis dari orang dewasa.
Menurut Newman, dkk., (2002), penyakit gingiva dibagi menjadi
1. Chronic marginal gingivitis
Penyakit ini paling sering dialami oleh anak-anakyang ditandai dengan perubahan
warna, kontus dan konsistensi , perdarahan dnegan probing serta pembesaran ukuran.
Penyebab umumnya dikarenakan plak yang terlokalisir dan adanya hubungan dengan
erupsi gigi, selain itu etiologi lainnya dikaitkan dengan kebiasaan mengunyah satu
sisi, sehingga pada bagian yang tidak digunakan untuk mengunyah terdapat deposit
kalkulus. Peningkatan gingivitis dapat terjadi akibat overjet berlebih, obstruksi nasal,
dan kebiasaan bernafas dengan mulut.
DAFTAR PUSTAKA
Fedi, P.F., Vernino, A.R., Gray, J.L., 2004, Silabus Periodonti, Ed.4, (diterjemahkan oleh:
Amaliya), EGC, Jakarta.
Newman, M.G., Takei, H.H., Klokkevold, P.R., Carranza, F.A., 2006, Carranzas Clinical
Periodontology, Ed.10, Saunders Elsevier, Philadelphia.