Você está na página 1de 10

BLOK SOFT TISSUE SURGERY

SELF DIRECTED LEARNING


REVIEW ANATOMI JARINGAN PERIODONTAL SESUAI USIA

DISUSUN OLEH:
ROSITA ANGGRAENI
NIM. G1G012041

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI
PURWOKERTO
2015

A. Anatomi Jaringan Periodontal


Jaringan periodontium merupakan jaringan lunak yang mendukung gigi, terdiri dari
ligamentum periodontal, gingiva, tulang alveolar, dan sementum.
1. Gingiva
Menurut Newman dkk., 2002 (2002), Gingiva memiliki fungsi untuk meproteksi

jaringan dibawahnya dan memberikan perlindungan pada ligament periodontal, tulang


alveolar dan sementum, secara anatomi gingiva dibagi menjadi 3,yaitu
a. Margin gingiva atau gingiva bebas dapat disebut unattached gingiva merupakan
bagian tepi gingiva yang mengelilingi gigi, tidak melekat langsung pada gigi dan
membentuk dinding jaringan lunak sulkus gingiva
b. Attached gingiva atau gingiva cekat merupakan bagian gusi yang meluas ke daerah
apical dari ceruk gingiva (free gingival groove) kearah pertemuan mukogingival.
Lebar attached gingiva bervariasi di dalam mulut yg terlebar adalah regio insisiv
(3,54,5 mm RA dan 3,33,9mm RB) semakin posterior, ukuran makin pendek.
c. Sulkus Gingiva merupakan ruang atau celah yang dibatasi oleh gigi dan gingiva
bebas serta didasari oleh epitelium junctional. Sulcus gingiva memiliki bentuk V
sehingga memungkinkan probe dapat masuk untuk mendeteksi kedalaman dari
sulcus tersebut. Pada keadaan normal manusia, kedalaman sulcus gingiva ini antara
2-3 mm.
d. Interdental gingiva menempati bagian embrasure gingiva yang terletak pada ruang/
celah antar gigi yang berkontak, permukaan fasial dan lingual tampak runcing pada
area interproximal dan sedikit cekung. Bentuk gingiva dalam interdental space
tergantung dari titik kontak antara 2 gigi dan ada tidaknya resesi gingiva.

Gambar 1. Gingiva
Sumber: Newman dkk., (2002)

Epitel gingiva merupakan epitel gepeng berlapis, berkeratin atau berparakeratin,


kecuali bagian yang melapisi sulkus gingiva (Fedi, dkk., 2004).
Menurut Newman dkk., (2002) Fungsi utama epitel gingiva adalah untuk menjaga
sel-sel dibawahnya dari perubahan kondisi lingkungan rongga mulut. Hal-hal tersebut
dicapai dalam proses proliferasi dan differensiasi. Proses proliverasi ditandai dengan
mitosis sel basal Epitel gingiva berdasarkan morfologi dan fungsinya dibedakan
menjadi tiga area yaitu
a. Oral/outer epithelium
Epitel jenis ini melapisi bagian permukaan luar margin gingiva dan gingiva cekat.
Jenis epitel dapat berkeratin, parakeratin atau kombinasi namun umumnya
parakeratinized. Tingkat keratinasi berdasarkan usia ataupun tingkat menopause
seseorang.
b. Sulcular epithelium
Epitel ini berlapis pipih melapisi permukaan sulkus gusi tipis, tidak berkeratin tanpa
rete peg dan eluas dari junctional epithelium ke arah koronal sampai puncak
marginal gingiva. Sulcus gingiva sangat penting dalam menanggulangi injuri dari
produk bakteri dnegan mengeluarkan cairan. Cairan gingiva (GSF) memiliki fungsi
yaitu membersihkan material sulkus, plasma protein menyebabkan adhesi epithel
dengan gigi, agen antimikroba, dan antibodi pada gingiva.
c. Junctional epithelium
Epitel ini tersususn atas jaringan epitel berlapis pipih tidak berkeratin. Pada
awalnya epithel ini tersusun atas 3-4 lapisan dan berkembang mencapai 10-20
lapisan dan dikelompokkan menjadi 2 stratum yaitu stratum basal dan suprabasal.

Lamina propria menurut Fedi, dkk. (2004), merupakan komponen jaringan ikat
gingiva yang terdiri dari sel-sel (fibroblas, sel mesenkim, sel mast, dan makrofag),
elemen pembentuk (serabut-serabut kolagen), substansi dasar (kompleks protein
polisakarida) dan anyaman serabut neurovaskular.
Serabut-serabut jaringan ikat berkolagen menurut Fedi, dkk. (2004), terdiri atas bundel
utama yang dikelompokan sesuai tempat asal dan arahnya, serta biasa disebut dengan
serabut gingiva. Fungsi utama serabut gingiva adalah untuk memelihara gingiva bebas
dan epitelium jungsional. Macam-macam serabut gingiva antara lain
a. Kelompok gingiva
Serabut ini berjalan dari sementum dalam tiga kelompok (disebut a,b,c) dan
mewakili ketebalan lamina propria secara fasio-lingual (Gambar 2).
\

Gambar 2. Kelompok Gingival


Sumber: Fedi, dkk. (2004)

b. Kelompok sirkular
Kelompok serabut ini mengelilingi gigi dari tepi gingiva ke arah puncak
tulang alveolar (Gambar 3).

Gambar 3. Kelompok Sirkular


Sumber: Fedi, dkk. (2004)

c. Kelompok transeptal

Serabut ini berjalan pada daerah interdental dari sementum satu gigi ke arah
sementum gigi sebelahnya. Beberapa penulis mengklasifikasikan kelompok serabut
ini sebagai serabut utama ligamen periodontal, bukan serabut gingiva (Gambar 4).

Gambar 4. Kelompok Transeptal


Sumber: Fedi, dkk. (2004)

Jaringan Ikat Pada gingiva (lamina propia) dan terdiri dari 2 lapisan :
a. Papillary layer : berbatasan dengan epitel, merupakan penonjolan papiler diantara
epitel retepeg
b. Reticuler layer : berbatasan dengan periosteum dari tulang alveolar.
Menurut Fedi, dkk. (2004),, kondisi normal gingiva adalah
a. Warna
Gingiva normal berwarna merah muda, tetapi banyak variasi untuk tiap-tiap orang
tergantung adanya sel-sel melanin.
b. Ukuran
Adanya pertambahan ukuran gingiva merupakan tanda adanya penyakit periodontal.
c. Kontur
Mengacu pada penampakan festoon gingiva.
d. Konsistensi
Gingiva normal memiliki konsistensi kenyal dan melekat erat pada tulang di
bawahnya.
e. Tekstur permukaan
Gingival normal terlihat adanya stippling, yaitu proyeksi lapisan papilar lamina
propria, yang mendorong epitel menjadi tonjolan-tonjolan bulat yang berselangseling dengan pelekukan epitel.
f. Kecenderungan perdarahan pada palpasi atau probing dengan tekanan lembut
Gingival normal tidak akan berdarah pada saat sonde (probe) periodontal
dimasukkan ke dalam sulkus dengan hati-hati, atau apabila gingiva bebas dipalpasi
dengan jari.
Suplai darah pada gingiva berasal dari

a. Supraperiosteal arterioles : Pada permukaan facial / lingual dari tulang alveolar


menjalar sampai permukaan sulcular epithelium dan diiantara rete pegs pada
permukaan luar gusi
b. Vessels of the periodontal ligament : dari jaringan periodontal ke gusi, anastomose
dengan kapiler-kapiler di sulkus
c. Arteriols : berawal dari interdental septa dan meluas paralel ke ujung tulang untuk
beranastomose dengan pembuluh darah dari Ligamen periodontal, dengan kapiler
padd crevicular gusi dan pembuluh darah sekitar puncak alveolar
2. Ligamen Periodontal
Ligamen periodontal merupakan suatu serabut terdiri atas jaringan ikat berkolagen,
berwarna putih, mengelilingi gigi, dan melekat pada prosesus alveolaris. Elastisitas
pergerakan gigi dipengaruhi konfigurasi dari serabut principal. Serabut principal terdiri
dari alveolar crest, horizontal, oblique, interadikuler, apical,
a. Fungsi
Menurut Fedi, dkk., (2004) Fungsi ligamen periodontal adalah
1) Mensuplai nutrisi dan membersihkan produk sisa melalui aliran darah dan
limfe,
2) Memelihara relasi gigi terhadap jaringan keras dan lunak,
3) Memelihara aktivitas biologik sementum dan tulang,
4) Menghantarkan tekanan taktil dan sensasi nyeri melalui jalur trigeminal.
b. Lebar
Lebar ligamen periodontal bervariasi yaitu sisi mesial lebih tipis daripada sisi
distal, karena adanya pergeseran mesial fisiologis. Gigi yang tidak digunakan
mempunyai ligamen periodontal yang tipis dan arah serabut prinsipal hilang.
Gigi yang digunakan secara normal mempunyai ligamen periodontal yang yang
lebih tebal. Ruang ligamen periodontal pada oklusi fungsional sebesar 0,25 mm,
plus minus 0,10 mm, sedangkan apabila tekanan yang diterima tidak normal,
ruang ligamen periodontal menjadi lebih lebar.
c. Suplai darah
Suplai darah berasal dari
1) Arteri interalveolar (interdental) yang masuk ke dalam ligamen dari
prosesus alveolar interdental,
2) Pembuluh darah yang memasuki ligamen periodontal dari daerah apikal,
3) Anastomosis pembuluh darah dari gingiva.
d. Persarafan
Serabut saraf pada ligamen periodontal terdiri atas serabut saraf bermielin dan
tidak bermielin, bervariasi dari tonjolan tombol (knoblike) hingga serabut

berakhiran bebas. Serabut saraf mengikuti pembuluh darah. Fungsi utama serabut
saraf adalah untuk mengantarkan sensasi proprioseptif melalui jalur trigeminal,
untuk memberikan rasa tentang tempat saat gigi disentuh.
3. Tulang Alveolar atau Prosesus Alveolar
Menurut Fedi dkk., (2004), Prosessus alveolar merupakan bagian dari rahang
(maksila dan mandibular) yang membentuk dan mendukung soket gigi.
a. Divisi
Prosesus dibagi menjadi dua bagian berdasarkan fungsi dan adaptasinya antara
lain
1) Tulang alveolar proprium, yaitu lapisan tipis tulang yang mengelilingi akar dan
memberikan tempat perlekatan bagi ligamen periodontal. Tulang ini disebut
lamina dura atau plat kribiform (lamina kribosa).
2) Tulang alveolar pendukung, yaitu bagian prosesus alveolar yang mengelilingi
tulang alveolar proprium dan memberikan dukungan terhadap soket. Bagian ini
terdiri atas:
a) Tulang kompakta atau tulang kortikal, terdapat pada bagian vestibular dan
oral prosesus alveolar,
b) Tulang kanselus atau tulang spongiosa yang berisi sumsum tulang.terletak
di antara tulang tulang alveolar proprium dan tulang kortikal.
b. Suplai Darah
Suplai darah prosesus alveolar berasal dari arteri intraalveolar, yaitu
pembuluh darah yang masuk ke plat kortikal. Pada keadaan tulang alveolar
proprium dan tulang kortikal menyatu, seperti bagian fasial gigi anterior, suplai
darah berasal dari pembuluh supraperiosteal.
c. Bundel tulang
Bundel tulang menurut Fedi, dkk. (2004), sering berisi serabut-serabut
kolagen terkalsifikasi yang berasal dari ligamen periodontal (Serat Sharpey).
d. Kontur
Kontur prosesus alveolar sesuai dengan tonjolan akar dan posisi gigi.
Ketinggian dan ketebalan plat fasial dan lingual dipengaruhi oleh posisi gigi,
bentuk, dan ukuran akar, serta daya oklusi. Gigi yang terletak di luar lengkung
rahang atau labioversi, sering menonjol keluar dari prosesus, menyebabkan
fenestrasi dan dehisensi alveolar. Fenestrasi alveolar yaitu kehilangan tulang
berupa lubang pada plat kortikal, sehingga akar fasial atau lingual gigi terlihat.

Dehisensi merupakan kehilangan tulang berbentuk celah pada plat kortikal tulang
alveolar, menyebabkan terbukanya permukaan akar gigi.
e. Komposisi tulang alveolar
Tulang alveolar memiliki kandungan osteosit, osteoblast, dan osteoklas dan
komponen ekstraseluler berupa 2/3 bahan norganic (kalsium dan phospat) dan
1/3 bahan organic (serabut kolagen tipe I dan sebagian kecilkolagen non protein)
4. Sementum
Sementum menurut Fedi, dkk. (2004), merupakan struktur terkalsifikasi yang
menutupi akar anatomis gigi, terdiri atas matriks terkalsifikasi yang mengandung serabut
kolagen. Kandungan zat anorganik dalam sementum sekitar 45-50%.
a. Sementum dan sementoid
Menurut Fedi, dkk. (2004), sementum yang belum terkalsifikasi disebut
sementoid. Apabila lapisan baru sudah terbentuk, matriks yang telah tersusun
sebelumnya mengalami kalsifikasi dan menjadi sementum matang. Sementum
secara mikroskopis dibagi menjadi dua macam yaitu sementum selular dan
aselular. Kedua

sementum

tersebut

tersusun atas

matriks

interfibrilar

terkaslsifikasi dan fibril kolagen. Sementum selular terdiri atas lakuna yang berisi
sel-sel sementosit. Sel-sel saling berhubungan melalui kanalikuli. Sementum
selular merupakan sementum yang lebih awal terbentuk selama proses
penyembuhan luka. Sementum aselular biasanya menutupi koronal akar gigi,
sedangkan sementum yang menutupi apikal gigi adalah sementum selular.
Sementum selular juga terdapat pada daerah bifurkasi dan trifurkasi serta sekitar
apeks gigi. Fungsi sementum adalah
1) Memudahkan terjadinya pergeseran mesial fisiologis,
2) Menahan gigi pada soket tulang dengan perantaraan serabut prinsipal
ligamen periodontal,
3) Memungkinkan penyusunan kembali serabut ligamen periodontal secara
terus menerus,
4) Mengompensasi keausan struktur gigi karena pemakaian dengan
pembentukan terus-menerus.
b. Pertemuan semento-ename (CEJ)
Menurut Fedi, dkk. (2004), ada tiga macam hubungan antara sementum dan
enamel.. Pada 60-65% pasien, hubungan semento-enamel saling menutupi atau
overlap, 30% pasien hubungan semento-enamel berupa butt joint (ujung dengan

ujung), sementara 5-10% pasien hubungan semento-enamel tidak bertemu


sehingga terlihat adanya dentin terbuka. Pasien dengan dentin terbuka memiliki
sensitivitas tinggi terhadap rangsang termal dan taktil apabila terjadi resesi.
Selain itu, daerah dentin terbuka dapat meningkatkan akumulasi plak dan
kalkulus.

Gambar 5. Hubungan Semento-enamel


Newman dkk., (2002)

Ketebalan sementum pada coronal dari akar adalah 16-60m ( se-rambut) dan
1/3 apikal danfurkasi adalah150-200m lebih tebal permukaan distal drpd mesial
B. Periodonsium pada gigi desidui
Gingiva pada gigi desidui memiliki warna merah muda dengan konsistensi keras hingga
lembut dan kontur stipling (usia 5- 13 tahun). Kedalaman sulcus gingiva normalnya adala
2,1 mm 0,2 mm. ligament periodontal pada gigi desidui lebih lebar dibandingkan pada
gigi permanen. Pada tampakkan radiografi terlihat lamina dura pada lapisan criptus
sedang erupsi. Trabekula tulang alveolar terlihat namun lebih tipis dari orang dewasa.
Menurut Newman, dkk., (2002), penyakit gingiva dibagi menjadi
1. Chronic marginal gingivitis
Penyakit ini paling sering dialami oleh anak-anakyang ditandai dengan perubahan
warna, kontus dan konsistensi , perdarahan dnegan probing serta pembesaran ukuran.
Penyebab umumnya dikarenakan plak yang terlokalisir dan adanya hubungan dengan
erupsi gigi, selain itu etiologi lainnya dikaitkan dengan kebiasaan mengunyah satu
sisi, sehingga pada bagian yang tidak digunakan untuk mengunyah terdapat deposit
kalkulus. Peningkatan gingivitis dapat terjadi akibat overjet berlebih, obstruksi nasal,
dan kebiasaan bernafas dengan mulut.

2. Localiszed gingival resetion


Resesi gingiva pada anak-anak terlihat pada gigi yang lebih kearah labial. Anterior
open bite juga meningkatkan prevalensi resesi gingiva.
3. Infeksi akut gingiva
a. Primary herpetic gingivostomatitis berhubungan dengan akibat dari infeksi akut
saluran pernafasan
b. Candidiasis
c. NUG (Necrotizing Ulcerative Gingivitis)
NUG jarang ditemukan pada anak-anak, biasanya mengenai anak-anak yang
hidup dengan lingkungan malnutrisi kronis dan ank down syndrome.
Trauma yang terjadi pada pada perubahan jaringan dari gigi desidui berbagai
macam dapat berupa terkelupas, resorbsi sementum, dan masa tulang. Lemahnya
jaringan penyangga menyebabkan kekuatan fungsional menjadi terlukai dalam
fungsinya sebagai pendukung gigi. Tekanan berlebihan menyebabkan ketidak
sejajaran, terpisah, hilang dan gigi tercabut. Pada masa mix dentition terkadang dapat
berefek pada jaringan periodontal gigi permanennya.

DAFTAR PUSTAKA

Fedi, P.F., Vernino, A.R., Gray, J.L., 2004, Silabus Periodonti, Ed.4, (diterjemahkan oleh:
Amaliya), EGC, Jakarta.
Newman, M.G., Takei, H.H., Klokkevold, P.R., Carranza, F.A., 2006, Carranzas Clinical
Periodontology, Ed.10, Saunders Elsevier, Philadelphia.

Você também pode gostar