Você está na página 1de 8

PANDUAN

ALAT PELINDUNG DIRI

RUMAH SAKIT UMUM RESTU IBU


Jl. Gatot Subroto km. 8.5 No. 434
Telp. (061) 8470985 8451638
Medan
2013

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga rumah sakit. Keselamatan
pasien merupakan prioritas utama dilaksanakan di rumah sakit dan hal itu terkait dengan isu
mutu dan citra rumah sakit. Sejak awal tahun 1990 Instusi rumah sakit selalu meningkatkan
mutu pada tiga elemen yaitu struktur, proses dan outcome dengan berbagai macam program
regulasi yang berwenang misalnya antara lain penerapan Standar Pelayanan Rumah Sakit,
ISO, Indikator Klinis dan lain sebagainya. Namun harus diakui, pada pelayanan yang
berkualitas masih terjadi Kejadian Tidak Diduga (KTD) (DepKes R.I 2006)
Walaupun patient safety adalah prioritas untuk dilaksanakan dirumah sakit, keselamatan
petugas pelayanan kesehatan pun sangat lah penting dan menjamin semua petugas kesehatan
terhindar dari bahaya penyakit akibat kerja. Dengan kondisi seperti itu layaklah petugas
kesehatan yang memberikan pelayanan kepada pasien juga memerlukan perlindungan
terhadap infeksi / mikroorganisme dengan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
Pelindung barrier, yang secara umum disebut sebagai alat pelindung diri (APD), telah
digunakan selama bertahun tahun untuk melindungi pasien dari mikroorganisme yang ada
pada petugas kesehatan. Namun dengan munculnya AIDS dan hepatitis C, serta
meningkatnya kembali tuberculosis di banyak Negara, pemakaian APD menjadi juga sangat
penting untuk melindungi petugas. Dengan munculnya infeksi baru seperti flu burung, SARS
dan penyakit infeksi lainnya nanti (Emerging Infectious Diseases), pemakaina APD yang
tepat dan benar menjadi semakin penting.
Agar menjadi efektif, APD harus digunakan secara benar. Misalnya , gaun dan duk telah
terbukti dapat mencegah infeksi luka hanya bila dalam keadaan yang kering. Sedangkan
dalam keadaan basah, kain beraksi sebagai spons yang menarik bakteri dari kulit atau
peralatan melalui bahan kain sehingga dapat mengkontaminasi luka operasi. Sebagai
konsekuensinya, pengelola rumah sakit, penyedia dan para petugas kesehatan harus
mengetahui tidak hanya kegunaan dan keterbatasan dari APD tertentu, tetapi juga peran APD
sesungguhnya dalam mencegah penyakit infeksi sehingga dapat digunakan secara efektif dan
efisien.
Sebagai konsekuensinya, pengelola rumah sakit, penyedia dan para petugas kesehatan
harus mengetahui tidak hanya kegunaan dan keterbatasan dari APD tertentu, tetapi juga peran
APD sesungguhnya dalam mencegah penyakit infeksi sehingga dapat digunakan secara
efektif dan efisien.

1.2 Tujuan Panduan Alat Pelindung Diri (APD)

1.2.1

Tujuan Umum
Sebagai pedoman bagi petugas medis Rumah Sakit Umum Restu Ibu Medan untuk
menggunakan APD
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Sebagai pedoman penggunaan APD di Rumah Sakit ;
2. Agar penggunaan APD efektif dan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan RSU.
3. Menghindari terjadinya kejadian yang tidak diharapkan yang disebabkan kesalahan
penggunaan APD
1.3 Ruang Lingkup
1. Panduan ini diterapkan kepada seluruh kegiatan yang memerlukan penggunaan APD
di RSU. Restu Ibu Medan
2. Pelaksanaan panduan ini adalah seluruh Pegawai dan pengunjung RSU. Restu Ibu
Medan
1.4 Prinsip
1. Setiap pegawai RSU. Restu Ibu Medan harus dapat menggunakan APD dengan baik
dan benar
2. Setiap kegiatan atau tindakan yang dapat menimbulkan potensi bahaya dirumah sakit
harus dilakukan dengan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
3. Penggunaan APD disesuaikan dengan jenis tindakan dan kegiatan disetiap instalasi
RSU. Restu Ibu Medan
4. Kejadian yang tidak diharapkan oleh kelalaian dan menggunakan APD dirumah sakit,
bukan merupakan tanggung jawab rumah sakit.
1.5 Tugas dan Tanggung Jawab
a. Perawat/Bidan/Koordinator APD di Instalasi ;
a. Menyiapkan kelengkapan Alat Pelindung Diri di instalasi,
b. Memberikan Penyuluhan tentang hal hal yang berkaitan penggunaan APD kepada
pengunjung
c. Mencegah terjadinya Kejadian yang tidak diharapkan yang disebabkan kesalahan
penggunaan APD
b. Kepala Instalasi / Kepala Ruangan
a. Memastikan penggunaan APD sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan
b. Mengidentifikasi setiap kelalaina yang timbul dalam pelaksanaan penggunaan
APD dan memastikan terlaksananya suatu tindakan untuk mencegah terulangnya
kembali insiden tersebut.
c. Direktur
a. Menetapkan kebijakan untuk menetapkan atau mengatasi setiap masalah yang
mungkin terjadi dalam pelaksanaan Kegiatan Penggunaan APD di Rumah Sakit
Umum Restu Ibu Medan.

BAB II
PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI
2.1 Jenis Alat Pelindung Diri (APD)

a. Sarung Tangan
Melindungi tangan dari bahan yang menularkan penyakit dan melindungi
pasien dari mikroorganisme yang berada ditangan petugas kesehatan. Sarung tangan
merupakan penghalang (barrier) fisik paling penting untuk mencegah penyebaran
infeksi. Sarung tangan harus diganti anatara setiap kontak dengan satu pasien ke
pasien lainnya, untuk menghindari kontaminasi silang.
Meskipun efektifitas pemakaian sarung tangan dalam mencegah kontaminasi
dari petugas kesehatan telah terbukti berulang kali (tenorio et al.2001). Tetapi
pemakaian sarung tangan tidak menggantikan kebutuhan untuk mencuci tangan.
Sebab sarung tangan bedah lateks dengan kualitas terbaik sekalipun, mungkin
mengalami kerusakan kecil yang tidak terlihat, sarung tangan mungkin robek pada
saat digunakan atau tangan terkontaminasi pada saat melepas sarung tangan (bagg,
Jenkins dan barker 1990; Davis 2001). Kapan pemakaian sarung tangan diperlukan :
1. Ada kemungkinan kontak tangan dengan darah atau cairan tubuh lain,
membran mukosa atau kulit yang terlepas.
2. Melakukan prosedur medis yang bersifat invasif misalnya menusukkan
sesuatu kedalam pembuluh darah, seperti memasang infus.
3. Menangani bahan bahan bekas pakai yang telah terkontaminasi atau
menyentuh permukaan yang tercemar.
4. Menerapkan kewaspadaan berdasarkan penularan melalui kontak (yang
diperlukan pada kasus penyakit menular melalui kontak yang telah diketahui
atau dicurigai), yang mengharuskan petugas kesehatan menggunakan sarung
tangan bersih, tidak steril ketika memasuki ruangan pasien.
Petugas kesehatan harus melepas sarung tangan tersebut sebelum
meninggalkan ruangan pasien , mencuci tangan dengan air dan sabun atau dengan
handrub berbasis alkohol satu pasang sarung tangan harus digunakan untuk setiap
pasien, sebagai upaya menghindari kontaminasi silang (CDC 1987). Pemakaian
sepasang sarung tangan yang sama atau mencuci tangan yang masih bersarung
tangan, ketika berpindah dari satu pasien kepasien lain atau ketika melakukan
perawatan dibagian tubuh yang kotor kemudian berpindah kebagian tubuh yang
bersih, bukan merupakan praktek yang aman.Doebbeling dan Colleague(1988)
menemukan bakteri dalam jumlah bermakna pada tangan sarung tangan petugas yang
hanya mencuci tangan dalam keadaan masih memakai sarung tangan dan tidak
mengganti sarung tangan ketika berpindah dari satu pasien ke pasien.
Hal yang harus dilakukan bila persediaan sarung tangan terbatasi
Bila sumber daya terbatas dan jumlah sarung tangan periksa tidak
memadai,sarung tangan bedah sekali pakai(disposebel) yang sudah digunakan dapat
diperoses ulang dengan cara:
1. Dekontaminase dengan merendam dalam larutan morin 0,5% selama 10 menit
2. Dicuci dan dibilas, serta dikeringkan
3. Sterilkan dengan menggunkan atutoclaf atau didisin infeksi tingkat tinggi( dengan
dikukus)
Bila sarung tangan dak rumah tangga tidak tersedia, gunakan duk lapis sarung
tanggan periksa atau sarung tanggan bedah yang telah diperoses untuk

membemberikan perlindungan yang cukup bagi petugas kebersihan, petugas


londry,pekarya serta petugas yang menangani dan membuang limbah medis.
Hal yang harus diperhatikan pada pemakaian sarung tangan :
1. Gunakan sarung tangan dengan ukuran yang sesuai,khususnya untuk sarung
tanggan bedah . sarung tangan yang tidak sesuai dengan ukuran tangan dapat
mengganggu keterampilan dan mudah robek
2. Jaga agar kuku selalu pendek untuk menurunkan resiko sarung tangan robek
3. Tarik sarung tangan ke atas menset untuk melindunggi pergelangan tangan
4. Gunakan pelembab yang larut dalam air( tidak menggandung lemak) untuk
mencegah kulit tangan kering /berkerut
5. Jangan gunakan latio atau crem berbasis minyak,karena akan merusak sarung
tangan bedah mau pun sarung tangan periksa dari lateks
6. Jangan menggunakan cairan pelembab yang menggandung parfum karena
dapat menyebabkan iritasi pada kulit
7. Jangan menyimpan sarung tangan ditempat dengan suhu yang terlalu panas
atau telalu dingin misalnya, dibawah sianr matahari langsung, didekat
pemanas, ac, cahaya ultra violet, cahaya fluoresen atau mesin rongzen, karena
dapat merusak bahan sarung tangan sehingga mengurangi efektifitasnya
sebagai pelindung.
Reaksi alergi terhadap sarung tangan latex semakin banyak dilaporkan oleh
berbagai petugas difasilitas kesehatan,termasuk dibagian rumah tangga, petugas
laboratorium dan dokter gigi. Jika memungkinkan,sarung tangan bebas latex(nitril)
atau sarung tangan latex rendah allergen harus digunakan,jika dicurigai terjadi
alergi(reaksi alergi terhadap nitril juga terjadi, tetapi lebih jarang). Selain itu,
pemakaian sarung tangan bebas bedak juga direkomendasikan. Sarung tangan
dengan bedak dapat menyebabkan reaksi lebih banyak, karena bedak pada sarung
tangan membawa partikel latex ke udara. Jika hal ini tidak memungkinkan,
pemakaian sarung tangan kain finil dibawah sarung tangan latex dapat membantu
mencegah sensitisasi kulit. Meskipun demikian , tindakan ini tidak akan dapat
mencegah sensitisasi pada membranan mukosa mata dan hidung.(Garner dan
HICPAC 1996).
Pada sebagian besar orang yang sensitif, gejala yang muncul adalah warna
merah pada kulit, hidung berair dan gatal gatal pada mata, yang mungkin berulang
atau semakin parah misalnya menyebabkan gangguan pernapasan seperti asma.
Reaksi alergi trhadap lateks dapat muncul dalam waktu 1 bulan pemakaian. Tetapi
pada umumnya reaksi terjadi setelah pemakaian yang lebih lama, sekitar 3-5 tahun,
bahkan sampai 15 tahun (Baumann1992), meskipun pada orang yang rentan. Belum
ada terapi atau desensitisasi untuk mengatasi alergi lateks, satu- satunya pilihan
adalah menghindari kontak.
b. Masker
Masker harus cukup untuk menutupi hidung, mulut, bagian bawah dagu, dan
rambut pada wajah). Masker dipakai untuk menahan cipratan yang keluar sewaktu

petuugas kesehatan atau petugas bedah berbicara, batuk, bersin, serta untuk
mencegah percikan darah atau cairan tubuh lainnya memasuki mulut atau hidung
petugas kesehatan. Bila masker tidak terbuat dari bahan tahan cairan, maka
masker tersebut tidak efektif untuk mencegah kedua hal tersebut.
Masker yang terbuat dari berbagai bahan sepwrti katun ringan, kain kassa,
kertas dan bahan sintetik yang beberapa diantaranya tahan cairan. Masker yang
terbuat dari katun atau kertas sangat nyaman tetapi tidak dapat menahan cairan
atau efektif sebagai filter. Masker yang terbuat dari bahan sintetik.dapat
memberikan perlindungan dari tetesan partikel berukuran besar (>5 m) yang
tersebar melalui batuk atau bersin ke orang yang berada didekat pasien (kurang
dari 1 meter). Namun masker bedah terbaik sekalipun tidak dirancang untuk
benar-benar menutup pas secara erat (menempel sepenuhnya pada wajah)
sehingga mencegah kebocoran udara pada bagian tepinya. Dengan demikian,
masker tidak dapat secara efektif menyaring udara yang di hisap (Chen dan
Welleke 1992) dan tidak dapat direkomendasikan untuk tujuan tersebut.
Pada perawatan pasien yang telah diketahui atau dicurigai menderita penyakit
menular melalui udara atau droplet, masker yang digunakan harus dapat
mencegah partikel mencapai membran mukosa dari petugas kesehatan. Masker
dengan efisiensi tinggi merupakan jenis masker khusus yang direkomendasikan,
bila penyaringan udara dianggap penting misalnya pada perawatan seseorang
yang telah diketahui atau dicurigai menderita flu burung atau SARS. Masker
dengan efisiensi tinggi misalnya N95 melindungi dari partikel dengan ukuran < 5
mikron yang dibawa oleh udara. Pelindung ini terdiri dari banyak lapisan bahan
penyaring dan harus dapat menempel dengan erat pada wajah tanpa dad
kebocoran. Dilain pihak pelindung ini juga lebih mengganggu pernapasan dan
lebih mahal daripada masker bedah. Sebelum petugas memakai masker N95 perlu
dilakukan fit test pada setiap pemakaiannya.
Ketika sedang merawat pasien yang telah diketahui atau dicurigai menderita
penyakit menular melalui airbone maupun droplet, seperti misalnya flu burung
atau SARS, petugas kesehatan harus menggunakan masker efisiensi tinggi.
Pelindung ini merupakan perangkat N-95 yang telah disertifikasi oleh US
National Institute for Occupational Safety dan Health (NIOSH), disetujui oleh
European CE, atau standart nasional/regional yang sebanding dengan standart
tersebut dari Negara yang memproduksinya. Masker efisiensi tinggi, seperti
khususnya N-95, harus diuji pengepasannya (fit test ) untuk menjamin bahwa
perangkat tersebut pas dengan benar pada wajah pemakaianya.

c. Topi
Digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga serpihan kulit
dan rambut tidak masuk kedalam luka selama pembedahan. Topi harus cukup
besar untuk menutup semua rambut. Meskipun topi dapat memberikan sejumlah
perlindungan pada pasien, tetapi tujuan utamanya adalah untuk melindungi
pemakaiannya dari darah atau cairan tubuh yang terpecik atau menyemprot.

d. Gaun Pelindung
Digunakan untuk menutupi atau mengganti pakaian biasa atau seragam lain,
pada saat merawat pasien yang diketahui atau dicurigai menderita penyakit
menular melalui droplet atau airbone. Pemakaian gaun pelindung terutama adalah
untuk melindungi baju dan kulit petugas dari sekresi, espirasi,. Ketika merawat
pasien yang diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular tersebut, petugas
kesehatan harus mengenakan gaun pelindung setiap memasuki ruangan untuk
merawat pasien karena da kemungkinan terpecik atau tersemprot darah, cairan
tubuh, sekresi dan ekskresi. Pangkal sarung tangan harus menutupi ujung lengan
sepenuhnya. Lepaskan gaun sebelum meninggalkan area pasien. Setelah gaun
dilepas, pastikan bahwa pakaian dan kulit tidak kontak dengan bagian yang
potensial tercemar lalu cuci tangan segera untuk mencegah berpindahnya
organisme.
e. Pelindung Kaki
Digunakan untuk melindungi kaki dari cedera akibat benda tajam atau benda
berat yang mungkin jatuh secara tidak sengaja ke atas kaki. Oleh Karena itu,
sandal, sandal jepit atau sepatu yang terbuat dari bahan lunak (kain) tidak boleh
di kenakan. Sepatu boot karet atau sepatu kulit tertutup lebih banyak memberikan
perlindungan, tetapi harus dijaga tetap bersih dan bebas kontaminasi darah atau
tumpahan cairan tubuh lain.penutup sepatu tidak diperlukan jika sepatu bersih.
Sepatu yang tahan terhadap benda tajam atau kedap air harus tersedia dikamar
bedah. Sebuah penelitian menyatakan bahwa penutup sepatu dari kain atau kertas
dapat meningkatkan kontaminasi karena memungkinkan darah merembes melalui
sepatu dan seringkali digunakan sampai diluar ruang operasi. Kemudian dilepas
tanpa sarung tangan sehingga terjadi pencemaran (Summers e t al.1992)
2.2 Tujuan Pemakaian APD
Tujuan utama dari pemakaian APD di Rumah Sakit untuk mencegah terjadinya
Penyakit Akibat Kerja (APK) pada petugas pelayanan kesehatan, serta patient safety.

2.3 Pemakaian APD di Sarana Pelayana Kesehatan


Faktor Faktor yng harus diperhatikan pada pemakaian APD
1) Kenakan APD sebelum kontak dengan pasien, umumnya sebelum memasuki
ruangan
2) Gunakan dengan hati hati jangan menyebarkan kontaminasi

3) Lepas dan buang dengan hati hati ketempatsampah infeksius yang telah
disediakan di ruang ganti khusus
4) Lepas masker di luar ruangan
5) Segera lakukan pencucian tangan dengan 7 langkah hygiene tangan
Langkah Mengenakan APD
1) Kenakan kedua belah sepatu bot karet
2) Kenakan gaun luar / jas operasi
3) Kenakan penutup kepala
4) Kenakan masker / masker N95 pada kondisi tertentu yang telah ditetapkan
5) Kenakan sepasang sarung tangan sebatas pergelangan tangan
6) Kenakan sepasang sarung tangan sebatas lengan bila perlu
2.4 Cara Melepas APD
Kecuali masker, lepaskan APD di pintu atau di anteroom. Masker dilepaskan setelah
meninggalkan ruangan pasien dan menutup pintunya.
Urutan Melepas APD
1) Sarung tangan
a. Ingatlah bahwa bagian luar sarung tangan telah terkontaminasi
b. Pegang bagian luar sarung tangan dengan sarung tangan lainnya, Lepaskan.
c. Pegang sarung tangan yang telah didilepas dengan menggunakan tangan
yang masih memakai memakai sarung tangan.
d. Selipkan jari tangan yang sudah tidak memakai sarung tangan di bawah
sarung tangan yang belum dilepas di pergelangan tangan.
e. Lepaskan sarung tangan diatas sarung tangan pertama
f. Buang sarung tangan ditempat sampah infeksius
2) Kaca mata atau pelindung wajah
a. Ingatlah bahwa bagian luar kaca mata atau pelindung wajah telah
terkontaminasi
b. Untuk melepasnya, pegang karet atau gagang kaca mata
c. Letakkan di wadah yang telah disediakan untuk proses ulang atau dalam
tempat sampah infeksius
3) Masker
a. Ingatlah bahwa bagian depan masker telah terkontaminasi. JANGAN
SENTUH!
b. Lepaskan tali bagian bawah dan kemudian tali atau karet bagian atas
c. Buang ke tempat infeksius
4) Pelindung kaki

Você também pode gostar