Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Laki-laki
44,2
Perempuan
47,2
Total
1980
50,6
53,7
52,2
1990
58,1
61,5
59,8
1995
61,5
65,4
63,5
2000
63,3
67,2
65,3
2005
64,9
68,8
66,9
2010
66,4
70,4
68,4
2015
67,7
71,7
69,8
2020
69,0
73,0
Sumber: BPS, 1992, 1993 Keterangan: Angka harapan hidup sejak lahir
45,7
71,7
Saat ini, di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata
rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di negara maju
seperti Amerika Serikat pertambahan orang lanjut usia lebih kurang 1000 orang per hari pada
tahun 1985 dan diperkirakan 50% dari penduduk berusia di atas 50 tahun sehingga istilah
Baby Boom pada masa lalu berganti menjadi Ledakan penduduk lanjut usia.
Menurut penelitian yang dilakukan terhadap orang lanjut usia di Indonesia yang dilakukan
oleh Prof. Dr.R. Boedhi Darmojo, terjadi peningkatan jumlah lanjut usia yang sangat
signifikan seperti terlihat dalam tabel berikut:
Tabel 1.1 Demografi Orang Lanjut Usia di Indonesia
Tahun
1980
1985
Total penduduk (55 tahun ke atas) 148
165
a. Total (juta)
11,4
13,3
b. Persentase (%)
7,7
8
Harapan hidup
55,30
58,19
Menurut penelitian Prof. Dr. R. Boedhi Darmojo
1990
183
16
8,7
61,12
1995
202
19
9,4
64,05
2000
222
22,2
10
65-70
2020
29,12
11,09
70-75
Berdasarkan Data pada Biro Pusat Statistika dan beberapa sumber lain, dapat diketahui
jumlah dan prosentase populasi lansia di Indonesia pada tahun 1971 2020 sesuai pada tabel
berikut ini:
Tabel 1.2 Jumlah dan Persentase Populasi Lansia Indonesia 1971 2020
Tahun
Jumlah Lansia
Persentase
1971 (a)
5.306.874
4,48%
1980 (b)
7.998.543
5,45%
1990 (c)
11.277.557
6,29%
1995 (d)
12.778.212
6,56%
2000 (d)
15.262.199
7,28%
2005 (d)
17.767.709
7,97%
2010 (d)
19.936.859
8,48%
2015 (d)
23.992.553
9,77%
2020 (d)
28.822.879
11,34%
Sumber: (a) Biro Pusat Statistika, 1974; (b) Biro Pusat Statistika,1983; (c) Biro Pusat
Statistika, 1992; (d) Ananta dan Anwar, 1994. Dikutip oleh Djuhari dan Anwar, 1994
Meningkatnya umur harapan hidup dipengaruhi oleh:
1)
2)
3)
4)
Secara individu, pada usia di atas 55 tahun terjadi proses penuaan secara alamiah. Hal ini
akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologis. Dengan
bergesernya pola perekonomian dari pertanian ke industri maka pola penyakit pada lansia
juga bergeser dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular (degeneratif).
Survei rumah tangga tahun 1980, angka kesakitan penduduk usia lebih dari 55 tahun sebesar
25,70% diharapkan pada tahun 2000 nanti angka tersebut menjadi 12,30% (Depkes RI,
Pedoman Pembinaan Kesehatan Lanjut Usia Bagi Petugas Kesehatan I, 1992).
Perawatan terhadap pasien lansia bisa menjadi tugas yang menantang bagi para tenaga klinis.
Perubahan perubahan kecil dalam kemampuan seorang pasien lansia untuk melaksanakan
aktivitas sehari hari atau perubahan kemampuan seorang pemberi asuhan keperawatan
dalam memberikan dukungan hendaknya memiliki kemampuan untuk mengkaji aspek
fungsional, sosial, dan aspek aspek lain dari kondisi klien lansia.
Berkaitan dengan peran pemberi asuhan keperawatan dalam hal ini perawat sebagai salah
satu kompetensi yang harus diemban, maka dirasa perlu untuk mengadakan praktek
keperawatan klinik khususnya pada klien lansia sebagai konteks keperawatan gerontik, maka
pada kesempatan mengenyam tahap profesi ini, mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, Angkatan II, Gerbong I, diterjunkan
secara langsung di Panti Sosial Tresna Werdha Bahagia di Kabupaten Magetan, guna
mendapat pengalaman secara langsung mengenai perubahan perubahan yang terjadi pada
lansia serta konsep asuhan keperawatan pada klien lansia yang mengalami gangguan atau
masalah kesehatan.
1.2 Tujuan Kegiatan
Tujuan kegiatan praktek keperawatan gerontik adalah sebagai lahan penerapan asuhan
keperawatan gerontik khusunya pada klien lansia dengan post operasi katarak guna
meningkatkan status kesehatan klien lansia.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat praktek keperawatan gerontik adalah:
1)
2)
keperawatan.
1.4 Sistematika Laporan
Sistematika laporan kegiatan ini adalah:
1)
Laporan.
2)
Bab 2 Konsep Teori memuat: Konsep Lansia, Konsep Penyakit Post Operasi Katarak dan
3)
Bab
Penutup,
memuat:
Kesimpulan
dan
Saran.
BAB 2
KONSEP TEORI
Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep teori yang memuat: Konsep Lansia, Konsep
Penyakit Post Operasi Katarak dan Konsep Asuhan Keperawatan Klien Dengan Post Operasi
Katarak.
2.1 Konsep Teori Lansia
2.1.1 Batasan Lansia
Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
1)
2)
3)
4)
2)
3)
Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat (Rahardjo, 1996)
1)
2)
3)
Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal atau
pindah,
4)
Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah banyak dan
5)
Belajar memperlakukan anak anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan dengan
perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik yang mendasar adalah
perubahan gerak.
Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat terhadap diri makin
bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin berkurang. Ketiga minat terhadap
uang semakin meningkat, terakhir minta terhadap kegiatan kegiatan rekreasi tak berubah
hanya cenderung menyempit. Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi pada diri usia lanjut
untuk selalu menjaga kebugaran fisiknya agar tetap sehat secara fisik. Motivasi tersebut
diperlukan untuk melakukan latihan fisik secara benar dan teratur untuk meningkatkan
kebugaran fisiknya.
Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa perubahan yang
dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya terhadap perubahan tersebut dan
akhirnya mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap yang ditunjukkan apakah
memuaskan atau tidak memuaskan, hal ini tergantung dari pengaruh perubahan terhadap
peran dan pengalaman pribadinya. Perubahan ynag diminati oleh para lanjut usia adalah
perubahan yang berkaitan dengan masalah peningkatan kesehatan, ekonomi/pendapatan dan
peran sosial (Goldstein, 1992)
Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri ciri penyesuaian yang
tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979, Munandar, 1994) adalah:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
menikmati kegiatan yang dilkukan saat ini dan memiliki kekhawatiran minimla trehadap diri
dan orang lain.
2.1.3 Teori Proses Menua
1) Teori teori biologi
a)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies spesies tertentu.
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul
molekul / DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang
khas adalah mutasi dari sel sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel)
b)
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel sel tubuh lelah (rusak)
c)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan
tubuh tertentu yang tidaktahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah
dan sakit.
d) Teori immunology slow virus (immunology slow virus theory)
Sistem imune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus kedalam tubuh
dapat menyebabkab kerusakan organ tubuh.
e)
Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak
dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres
menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
f)
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom)
mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein.
Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
g) Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya
jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya
fungsi.
h) Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah sel-sel tersebut
mati.
2) Teori kejiwaan sosial
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini merupakan
gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada
seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.
c)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur
mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial
lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjaadi
kehilangan ganda (triple loss), yakni :
1.
kehilangan peran
2.
3.
2)
3)
Status kesehatan
4)
Pengalaman hidup
5)
Lingkungan
6)
Stres
Perubahan fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistim organ tubuh, diantaranya sistim
pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh,
muskuloskeletal, gastro intestinal, genito urinaria, endokrin dan integumen.
2)
Perubahan mental
b)
Kesehatan umum
c)
Tingkat pendidikan
d)
Keturunan (hereditas)
e)
Lingkungan
f)
g)
h) Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan famili.
i)
Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri, perubahan
konsep dir.
3)
Perubahan spiritual
Menurut the National Old Peoples Welfare Council , dikemukakan 12 macam penyakit
lansia, yaitu :
1)
Depresi mental
2)
Gangguan pendengaran
3)
Bronkhitis kronis
4)
5)
6) Anemia
7)
Demensia
2) Trauma terjadi oleh karena pukulan benda tajam/tumpul, terpapar oleh sinar X atau
benda benda radioaktif.
3)
4)
5)
Defek kongenital
2.2.3 Patofisiologi
Dalam keadaan normal transparansi lensa terjadi karena adanya keseimbangan atara protein
yang dapat larut dalam protein yang tidak dapat larut dalam membran semipermiabel.
Apabila terjadi peningkatan jumlah protein yang tdak dapat diserap dapat mengakibatkan
penurunan sintesa protein, perubahan biokimiawi dan fisik dan protein tersebut
mengakibatkan jumlah protein dalam lens melebihi jumlah protein dalam lensa melebihi
jumlah protein dalam bagian ynag lain sehingga membentuk suatu kapsul yang dikenal
dengan nama katarak. Terjadinya penumpukan cairan/degenerasi dan desintegrasi pada
serabut tersebut menyebabkan jalannya cahaya terhambat dan mengakibatkan gangguan
penglihatan.
2.2.4 Macam macam Katarak
1)
katarak kongenital
Adalah katarak sebagian pada lensa yang sdah idapatkan pada waktu lahir. Jenisnya adalah:
a)
b)
c)
d)
e)
Katarak sutural
2)
Katarak juvenil
Katarak senil
Adalah kekeruhan lensa ang terjadi karena bertambahnya usia. Ada beberapa macam yaitu:
a)
katarak nuklear
Katarak kortikal
Katarak kupliform
katarak insipiens
Katarak yang tidak teratur seperti bercak bercak yang membentuk gerigi dengandasar di
perifer dan daerah jernih di antaranya.
b)
katarak imatur
Terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga
masih terdapt bagian- bagian yang jernih pada lensa.
c)
katarak matur
Bila proses degenerasi berjala terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama sama hasil
desintegritas melalui kapsul.
d)
katarak hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut sehingga korteks lensa mencair dan dapat keluar melalui
kapsul lensa.
4)
Katarak komplikasi
Terjadi akibat penyakit lain. Penyakit tersebut dapat intra okular atau penyakit umum.
5)
Katarak traumatik
Data Subyektif
a)
Nyeri
b)
Mual
c)
Diaporesis
d)
e)
f)
2)
Data obyektif
a)
b)
c)
Kemerahan
Edema
Zat purulen
sesitivitas abnormal.
d)
e)
f)
Tiang infus
Tempat sampah
Sandal
g)
3)
Resiko tinggi terhadap infeksi b/d peningkatan perentanan sekunder terhadap interupsi
permukaan tubuh.
4)
Resiko tinggi terhadap cidera b/d keterbatasan penglihatan, berada di lingkungan yang
asing dan keterbatasan mobilitas dan perubahan kedalaman persepsi karena pelindung mata.
5)
Resiko tinggi terhadap infektif penatalaksanaan regimen terapeutik b/d kurang aktivitas
2.3.3 Perencanaan
1)
Nyeri akut
a)
b)
Kriteria hasil: klien melaporkan penurunan nyeri progresif dan penghilangan nyeri
setelah intervensi.
c)
Intervensi:
Bantu klien dalam mengidentifikasi tindakan penghilangan nyeri yang efektif.
Jelaskan bahwa nyeri dapat akan terjadi sampai beberapa jam setelah pembedahan.
Lakukan tindakan penghilanagn nyeri non invasif atau non farmakologik, seperti
berikut;
-
Posisi: tinggikan bagian kepala tempat tidur, berubah ubah antara berbaring pada
Distraksi
Latihan relaksasi
Rasional: beberapa tindakan penghilang nyeri non invasif adalah tindakan mandiri yang dapat
dilaksanakan perawat dalam usaha meningkatkan kenyamanan pada klien.
Rasional: Analgesik mambantu dalam menekan respon nyeri dan menimbulkan kenyamanan
pada klien.
Beritahu doker jika nyeri tidak hilang setelah jam pemberian obat, jika nyeri disertai
a)
b)
Kriteria hasil: klien akan menunjukkan penyembuhan insisi tanpa gejala infeksi.
c)
Intervensi:
adekuat.
-
Instruksikan klien untuk tetap menutup mata sampai hari pertama setelah operasi atau
sampai diberitahukan
Rasional: Nutrisi dan hidrasi yang optimal meningkatkan kesehatan secara keseluruhan, yang
meningkatkan penyembuhan
Ketika meneteskan, hindari kontak antara ata, tetesan dan alat penetes.
Peningkatan suhu
Nilai laboratorium abnormal (mis. Peningkatan SDP, hasil kultur dan sensitivitas
positif)
Rasional: Deteksi dini infeksi memungkinkan penanganan yang cepat untuk meminimalkan
keseriusan infeksi.
Lakukan tindakan untuk mencegah ketegangan pada jahtan (misal anjurkan klien
menggunakan kacamata protektif dan pelindung mata pada siang hari dan pelindung mata
pada malam hari).
Rasional: Ketegangan pada jahitan dapat menimbulkan interupsi menciptakan jalan masuk
untuk mikroorganisme.
a)
b)
Kriteria hasil: Klien tidak mengalami cidera atau trauma jaringan selama dirawat.
c)
Intervesi:
Pastikan pintu dan laci tetap tertutup atau terbuka secara sempurna.
Rasonal: Kehilangan atau gangguan penglihatan atau menggunakan pelindung mata juga apat
mempengaruhi resiko cidera yang berasal dari gangguan ketajaman dan kedalaman persepsi.
Tinggikan pengaman tempat tidur. Letakkan benda dimana klien dapat melihat dan
Bantu klien dan keluarga mengevaluasi lingkungan rumah untuk kemungkinan bahaya.
Binatang peliharaan
Tangga
Rasional: Perlunya untuk empertahankan lingkungan yang aman dilanjutkan setelah pulang.
4)
a)
b)
Kriteria hasil: Berkaitan dengan rencana pemulangan rujuk pada rencana pemulangan.
c)
Intervensi:
Membaca
Menonton televisi
Memasak
Mandi
Rasional: Pembatasan diperlukan utnuk menguangi gerakan mata dan mencegah peningkatan
tekanan okuler. Pembatasan yang spesifik tergantung pada beberapa faktor, termasuk sifat
dan luasnya pembedahan, preferensi dokter, umur serta status kesehatan klien secara
keseluruhan. Pemahaman klein tentang alasan untuk pembatasan ini dapat mendorong
kepatuhan klien.
Tekankan pentingnya tidak mengusap mata atau menggosok mata dan menjaga balutan
serta pelindung protektif tetap pada tempatnya sampai hari pertama setelah operasi.
Rasional: Mengusap atau menggosok mata dapat merusak integritas jahitan dan memebrikan
jalan masuk untk mikroorganisme. Menjaga mata tertutup mengurangi resiko kontaminasi
oleh mikroorganisme di udara.
Jelaskan informasi berikut untuk tetap setiap obat obatan yang diresepkan.
Teknik pemberian
Rasional: Memberikan informasi yang akurat sebelum pulang dapat meningkatkan kepatuhan
dengan regimen pengobatan dan membantu mencegah kesalahan dalam pemberian obat.
Instruksikan klien dan keluarga untuk melaporkan tanda dan gejala berikut:
Kehilangan penglihatan
Rasional: Melaporkan tanda dan gejala ini lebih awal memungkinkan intervensi yang cepat
untuk mencegah atau meminimalkan infeksi, peningkatan tekanan intra okular, perdarahan,
terlepasnya retina atau komplikasi lain.
Instruksikan untuk menjaga hygiene mata (membuang drainase yang mengeras dengan
menyeka kelopak mata yang terpejam menggunakan bola kapas yang dielmbabakan dengan
larutan irigasi mata).
Rasional: Sekresi dapat melekat pada kelopak mata dan blu mata. Pembuangan sekresi dapat
memberikan kenyamanan dan mengurangi resiko infeksi dengan mneghilangkan sumber
mikroorganisme.
Tekankan pentingnya perawatan lanjutan yang adekuat, dengan adwal yang ditentukan
oleh ahli bedah. Klien harus mengetahui tanggal dan waktu jadwal perjanjian pertamanya
sebelum pulang.
Rasional: Instruksi tertulis memberikan klien dan keluarga sumber informasi yang dapat
merekam rujuk jika diperlukan.
2.3.4 Pelaksanaan
Disesuaikan dengan intervensi yang telah ditetapkan serta keadaan umum klien.
2.3.5 Evaluasi
Disesuaikan dengan tujuan yang telah ditetapkan, menggunakan metode SOAP.
BAB 3
AS U H AN
K E PE R AWATAN
Satus perkawinan:-
f)
TB/BB: -
g)
j)
k)
3)
Riwayat pekerjaan
Pekerjaan saat ini: Pekerjaan sebelumnya: tukang pijat keliling, sumber sumber
pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan:
4)
Klien tinggal di Wisma Pandu, 1 kamar berdua dengan Ibu Darmiatun. Kondisi kamar cukup
bersih, peralatan makan tertata rapi di atas meja, tidak ada pakaian kotor yang menumpuk
atau tergantung, kondisi tempat tidur cukup bersih. Pertukaran udara an cahaya matahari
cukup bersih. Tingkat kenyamanan dan privacy cukup terjamin. Klien juga punya tongkat 1
buah, tapi jarang digunakan.
5)
Riwayat rekreasi
Klien mengaku sering jalan jalan kewisma wisma yang lain untuk menengok teman
temannya atau sekedar mengobrol. Klien juga mengatakan sangat senang dengan adanya
kegiatan senam lansia setiap hari Selasa dan Kamis serta kegiatan rekreatif setiap hari Rabu,
karena ada hiburan serta kesempatan bertemu dengan teman temannya yang lain.
6)
Sistem pendukung
Di panti ada seorang perawat lulusan SPK dan panti telah mengkibatkan kerjasama sistem
rujukan dengan puskesmas pembantu Candirejo serta RSUD Magetan. Serta keberadaan
teman sekamar klien yang sangat memperhatikan kondisi klien sangat membantu pegawasan
kesehatan klien.
7)
Deskripsi kekhususan
Klien semenjak bulan puasa, rajin puasa setiap hari dan sampai har ini belum pernah gagal
puasa. Sholat 5 waktu juga dilaksanakan oleh klien secara rutin, bahkan shalat tarawih pun
dilaksanakan setiap hari di musholla.
8)
Status kesehatan
Klien mengatakan penglihatannya mulai terasa kabur sejak lebih kurang 3 tahun yang lalu.
Klien juga mengatakan tidak menderita penyakit lain, klien merasa seat sehat saja.
Semenjak operasi klien mengeluh nyeri pada mata kiri, mata kiri terasa panas, berair, nyeri
terasa sampai menyebar ke kepala.
Provokative
bangun tidur.
Quality
dan berair.
Region
Severity scale
Timming
Klien post op 16 hari yang lalu dan telah banyak mendapatkan informasi dari perawat panti
serta pendamping wisma yang bertugas mengenai perawatan luka pada post operasi serta
pantangan pantangan yang harus diperhatikan oleh klien. Tetapi setelah dilaksanakan
pengkajian , terlihat banyak sekret yang menumpuk pada mata kiri dan ternyata klien belum
memahami beberapa pantangan yang arus dijalaninya.
Obat obatan: bila nyeri biasanya perawat memberikan Gentamycin Salp 31
Satus imunisasi:
Alergi terhadap obat obatan, makanan maupun zat paparan lain seperti debu, cuaca tidak
ada pada klien.
9) A D L (activity daily living)
Berdasarkan indeks KATZS, pemenuhan kebutuhan ADL klien diskor dengan A karena
berdasarkan pengamatan mahasiswa, klien mampu memenuhi kebutuhan makan, kontinen,
berpindah, ke kamar kecil dan berpakaian secara mandiri.
Kebutuhan istirahat tidur kadang kadang terganggu bila nyeri pada luka post operasi
kambuh. Pada pengkajian personal hygiene tampak penumpukan sekret pada mata kiri klien.
Psikologis kien meliputi:
Persepsi klien terhadap penyakit: klien merasa wajar karena umurnya sudah tua.
Konsep diri baik karena klien mampu memandang dirinya secara positif dan mau
Kemampuan adaptasi klien baik, terlihat daris eringnya klien mengunjungi teman
Mekanisme pertahanan diri: klien mengnaggap kehidupan di luar panti sudah tidak
menarik lagi baginya, klien ingin menghabiskan hari tuanya di panti. Klien mengatakan
senang tinggal di panti karena mendapatkan keteraturan dalam hal makan, istirahat dan
kebutuhan lain terpenuhi.
10) Tinjauan sistem
a)
d) Tanda tanda vital: N: 76 x/mnt; S: 36,80C, RR: 18 x/mnt; TD: 130/80 mmHg.
e)
Sistem kardiovaskuler:
Perkusi: Tidak ada suara redup, pekak atau suara abnoral lain.
f)
Sistem pernafasan:
g)
Sistem integumen
Inspeksi: tekstur kulit terlihat kendur, keriput(+), peningkatan pigmen (+), dekubitus (-),
bekas luka (-). Palpasi: turgor kulit baik.
h) Sistem perkemihan
Klien mengatakan biasa buang air kecil di kamar mandi, frekuensi 3-4 x/hari, jumlah baias
(K100 cc). Ngompol (-)
i)
Sistem muskuloskletal
ROM klien baik/penuh, klien seimbang dalam berjalan, osteoporosis (-), kemampuan
menggenggam kuat, otot ekstremitas ka/ki sama kuat, tidak ada kelainan tulang, atrofi dll.
j)
Sistem endokrin
Klien mengatakan tidak menderita kencing manis. Palpasi: tidak ada pembesaran kelenjar.
k)
Sistem immune
Klien mengatkan belum pernah disuntik imunisasi, sensitivitas terhadap zat alergen (-),
riwayat penyakit berkaitan dengan imunisasi, klien mengatakan tidak tahu.
l)
Sistem gastrointestinal
Klien hanya mengkonsumsi makanan yang disediakan dari dapur umum panti ditambah
dengan kadang kadang minum kopi. Klien mampu menghabiskan 1 porsi makanan yang
disediakan pendamping wisma tanpa keluhan mual. Klien mengatakan tinggal di panti
membuatnya makan teratur 3x/hari dengan snack 2x/hari dan tambahan susu, teh atau kopi
sehingga klien merasakan badannya lebih gemuk semenjak tinggal di panti. BB sekarang: 33
kg, keadaan gigi klien: sudah ompong semuanya, klien mengatakan tidak ada kesulitan
menelan an mengunyah makanan.
m) Sistem reproduksi
Klien mengatakan tidak punya anak dari hasil pernikahannya, riwayat berhenti menstruasi
lebih kurang 30 tahun yll.
n) Sistem persyarafan
Keadaan status mental klien baik dengan emosi stabil. Respon klien terhadap pembicaraan
(+) dengan bicara yang normal dan jelas, suara pelo (-), bahasa yang digunakan adalah bahasa
Jawa dan bahasa Indonesia. Interpretasi klien terhadap lawan bicara cukup aik.
Keadaan mata kiri tampak penumpukan sekret, penglihatan agak kabur tetapi klien mampu
pergi ke wisma lain tanpa bimbingan orang lain atau menggunakan tongkat dan klien juga
mampu mengikuti kegiatan senam dengan baik. IOL (+), hiperemis (+). Klien mampu melihat
dalam jarak pandang K50 mtr. Kemampuan pendengaran agak menurun sehingga lawan
bicara harus berbicara agak keras supaya klien mendengar.
11) Status kognitif/afektif/sosial
a)
Short potable mental status questionaire (SPMSQ) dengan skor: 10, fungsi intelektual
utuh.
b)
Mini mental state exam (MMSE) dengan skor: 25, aspek kognitif dari fungsi mental
Inventaris depresi beck, dengan skor: 3 pada keraguan raguan, kesulitan kerja dan
Data
2.
3.
Etiologi
Interupsi
pada mata kiri.
kerentanan skunder
terhadap interupsi
pembedahan katarak.
tidur.
Keterbatasan
penglihatan.
IOL (+)
DS:
-
Nyeri
Masalah
Resiko cidera
hari yll.
DS:
-
sudah 85 tahun.
DO:
-
Nyeri
2)
Resiko infeksi
3)
Resiko cidera
Nyeri b/d interupsi pembedahan katarak pada mata kiri ditandai dengan:
DS:
-
Klien mengeluh nyeri pada mata kiri pot op menyebar ke kepala saat terpapar sinar
DO:
-
IOL (+)
2)
Klien mengatakan mata kiri terasa nyeri, panas dan nyeri menyebar sampai ke kepala.
DO:
-
3)
DS:
-
DO:
-
Nyeri b/d interupsi pembedahan katarak pada mata kiri ditandai dengan:
DS:
-
Klien mengeluh nyeri pada mata kiri pot op menyebar ke kepala saat terpapar sinar
DO:
-
IOL (+)
2) Resiko infeksi b/d peningkatan kerentanan skunder terhadap interupsi pembedahan katarak
ditandai dengan:
DS:
-
Klien mengatakan mata kiri terasa nyeri, panas dan nyeri menyebar sampai ke kepala.
DO:
-
3)
DS:
-
DO:
-
3.3 Perencanaan
No Diagnosa
1. Nyeri b/d interupsi
Tujuan
Intervensi
Setelah diberikan asuhan
Bantu klien dalam
Rasional
Membantu
2. pembedahan katarak
keperawatan selama 3
mengidentifikasi tindakan
kenyamanan dan
tekanan pada bo
ditandai dengan:
Beberapa
peningkatan kerentanan -
Nyeri berkurang.
duduk.
penghilang nyer
skunder terhadap
Istirahat tidur
Lakukan tindakan
adalah tindakan
interupsi pembedahan
tercukupi K8 jam.
dapat dilaksanak
katarak.
dalam usaha me
tidak merah.
keterbatasan
penglihatan.
keperawatan selama 3
berikut;
Posisi: tinggikan bagian
kenyamanan pad
Analgesik
dalam menekan
dan menimbulka
ditandai dengan:
dioperasi.
Distraksi
peningaktan tek
Kemerahan (-)
Latihan relaksasi
Penyembuhan luka
(-)
-
mata (-)
Tanda ini
Pembatasa
utnuk menguang
dan mencegah p
tekanan okuler.
Peningkatan suhu
Pertegas pembatasan
beberapa faktor,
tubuh (-)
preferensi dokte
keperawatan selama 3
status kesehatan
keseluruhan. Pem
ditandai dengan:
dioperasi
tentang alasan u
pembatasan ini d
Klien tidak
pinggang
mendorong kepa
dirawat.
optimal meningk
Mandi
kesehatan secara
Tingkatkan penyembuhan
luka:
-
penyembuhan
Nutrisi da
Teknik ase
meminimialkan
mengurangi resi
Deteksi di
memungkinkan
memulai
meminimalkan k
infeksi.
Keteganga
untuk mikroorga
atau menggunak
Gangguan
infeksi:
gangguan ketaja
kelopak mata
edalaman persep
Infeksi konjungtiva
Peningkatan suhu
Nilai laboratorium
Modifikasi lingkungan
untuk menghilangkan
kemungkinan bahaya:
-
jalur berjalan.
-
3.4 Implementasi
Waktu/tgl
Implementasi
Evaluasi
Tindakan
mengurangi resi
4 12 2001
09.00
5 12 2001 09.30
Klien kooperatif.
Pembatasan aktifitas.
mengahbiskan porsi
5 12 2001 11.00
Memberikan HE pentingnya:
dirasakannya.
makanannya.Klien banyak
meja.
matahari.
kebersihan mata:
sekamarnya.
mata.
-
matahari.
dioperasi.
mengurangi rasa sakit pada mata kiri. mengikuti instruksi, tetapi mau
mencoba unutk berlatih.
3.5 Evaluasi
No
Diagnosa Keperawatan
Evaluasi
1. Nyeri b/d interupsi pembedahan S: Klien mengatakan nyeri pada mata kiri sudah
2.
3.
dengan baik.
penglihatan.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan gerontik merupakan salah satu bagian dari asuhan keperawatan yang
diberikan kepada indivdu atau sekleompok lansia dalam konteks peran perawat sebagai
penerima asuhan keperawatan yang diberikan secara profesional.
Dalam konteks keperawatan gerontik yang dilaksanakan di Panti Sosial Tresna Werdha
Bahagia Magetan dari tanggal 03 07 Deseber 2001, mahasiswa diberikan tanggung jawab
untuk membina satu orang klien lansia yang memiliki masalah kesehatan dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan dimulai dari tahap pengkajian sampai pada
tahap evaluasi guna mengetahui perkembangan kesehatan klien lansia secara komprehensif.
4.2 Saran
1)
Agar seoptimal mungkin menerapkan konsep pemikiran yang telah disepakati guna
meningkatkan fungsi dan peran panti secara optimal.
2)
Hudak and Gallo (1996), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Lueckenotte.A.G. (1996). Gerontologic Nursing. Mosby Year Book. Missouri
Nugroho.W. (2000). Keperawatan Gerontik. Gramedia. Jakarta
ASKEP KATARAK
15 Selasa Mar 2011
Posted by lengku in Keperawatan MATA
Tinggalkan sebuah Komentar
A. Pengertian
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat proses
penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran ( katarak congenital ). Dapat juga berhubungan
karena trauma mata tajam maupun tumpul, penggunaan kortikosteroid jangka panjang,
penyakit sistemis, seperti diabetes miletus atau hipopara tiroidisme, pemajanan radiasi,
pemajanan sinar matahari ( ultraviolet ) yang lama, atau kelainan mata lain seperti uveitis
anterior.
1. B. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti
kancing baju; mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen
anatomis. Pada zona sentral terdapat nucleus, di perifer ada kortek, dan yang mengelilingi
keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nucleus
mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opesitas terdapat densitas
seperti duri di anterior dan posterior nucleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan
bentuk katarak yang paling bermakna nampak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan
pada serabut halus multiple (zunula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di
luar lensa misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia
dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan
menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein
lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa
yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim
mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun
dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak biasanya terjadi bilateral namun mempunyai kecepatan yang berbeda. Dapat
disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis, seperti diabetes, namun sebenarnya
mempunyai konsekwensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak berkembang
secara kronik dan matang ketika seseorang memasuki dekade ketuju. Katarak dapat
bersifat congenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat
menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanent. Faktor yang paling sering
berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alcohol,
merokok, diabetes, dan asupan vitamin antitoksin yang kurang dala jangka waktu yang lama.
1. C. Klasifikasi katarak
Menurut Allen katarak dibagi dalam dua kelompok :
1. Development Catarak
Pembentukan lensa fiber terganggu selama pertumbuhan ( congenital katarak dan juvenile
katarak).
1. Degenarativ Catarak
Lensa fiber sudah terbentuk tetapi karena suatu sebab sehingga terjadi degenerasi dan lensa
menjadi keruh ( katarak senile ).
1. D. Stadium Katarak
2. 1. stadium insipien
Kekaburan dimulai pada bagian perifer lensa, lambat laun mengarah pada bagian inti lensa
mata sehingga menyerupai terali besi ( roda sepeda ). Pada keadaan ini biasanya katarak
stasioner.
1. 2. stadium intumesen ( imatur )
Terjadi perubahan pada lensa, dimana lensa menjadi bengkak dan menarik cairan dari
jaringan sekitar. Kelainan yang nampak pada keadaan ini adalah myopia, astigmatisme,
bayangan iris pada lensa terlihat.
1. 3. stadium maturesen ( matur )
Kekaburan lensa lebih padat dan lebih mudah dipisahkan dari kapsulnya, ini merupakan
stadium yang tepat untuk dilakukan operasi.
1. 4. stadium hipermatur
Biasanya akan ditemukan beberapa perubahan, katarak menjadi lembek, mencair atau
menjadi seperti susu.
1. E. Tanda-Tanda Katarak
v visus menurun, berlangsung lambat sampai cepat tergantung proses kekeruhannya
v pada katarak tipe nucleus, penglihatan menjadi lebih terang pada waktu senja dibanding
pada waktu siang hari
v pada katarak tipe kortek, sebaliknya
v terlihat bintik-bintik hitam pada suatu lapang pandang pada posisi tertentu ( pada stadium
insipien )
v diplopia atau poliplopia ( pengaruh pembiasan yang ireguler dari lensa mata )
v myopia, sebagai proses pembentukan katarak dimana lensa mengabsorpsi air sekitar lensa
sehingga lensa menjadi cembung.
1. F. Pemeriksaan Penunang
1. Penyinaran samping
Dengan bantuan lampu senter, terlihat kekaburan lensa mata yang putih keabuan dengan
dasar hitam. Pada stadium imatur, tampak bayangan iris diatas lensa akibat superfisial lensa
masih transparan, iris shadow positif. Pada stadium matur, iris shadow negative, lensa keruh
sama sekali.
1. Offtalmoskope
Pada stadium impisien da imatur tampak kekaburan yang kehitaman dengan latar belakang
merah jambu. Pada stadium matur haya didapat warana putih atau kehitaman tanpa latar
belakang merah jambu, lensa sudah keruh.
1. G. Penatalaksanaan
Stadium I
Dengan deteksi catalin, catalin adalah zat yang berfungsi untuk menghalangi kerja zat quino,
yaitu zat yang mengubah protein lensa mata yang bening menjadi gelap.
Tujuan pegobatan ini adalah untuk menekan proresifitas kekaburan lensa supaya katarak
menjadi stasioner.
Stadium II
Pre operasi :
Intra operasi :
Pasca operasi :
1. B. Intervensi
Diagnosa Tujuan
Cemas
Cemas
Intervensi
1. kaji tingkat
berhubuna berkurang
kecemasanpasien , ukur
n dengan setelah
tanda-tanda fital
kurang
dilakukan
Rasional
1. meningkatka
n relaksasi
dan koping
pengetahu tindakan
dibutuhkan pasien
dapat
an dan
sebelum dilakukan
menurunkan
tindakan pembedahan
TIO
keperawatan
informasi selama 10
pre
menit dengan
operasi
kriteria hasil:
katarak
1. pasien
tenang
dan
rileks
2. dapat
( tekanan
intra okuli )
melibatkan unsur-usur
religi
4. berikan kesempatan
pasien untuk
mengungkapkan
mengun
perasaannya sebelum
kapkan
operasi
penyeba
b
kecema
san
Nyeri
3. pasien
1. menurunkan
berhubung
mampu
1. anjurkan untuk
jumlah
an dengan
menontr
menggunakan teknik
bakteri pada
tindakan
ol
manajemen relaksasi,
tangan,
operasi
kecema
guide imageri,
mencegah
san
kontaminasi
Resiko
4. pasien
dalam
area operasi
tinggi
dapat
2. teknik
infeksi
menjela
berhubung
skan
an dengan
tentang
resiko
peradanga
tindaka
menyentuh atau
penyebaran
n luka
mengoati mata
bakteri dan
operasi
operasi
aseptik
1. diskusikan pentinnya
menurunkan
kontaminasi
silang
3. mencegah
Nyeri
kontaminasi
berkurang
dan
setelah
kerusakan
dilakukan
sisi operasi
tindakan
keitika menggunakan
keparawatn
4. infeksi mata
terjadi 2-3
selama 5 menit
menyentuh atau
hari setelah
dengan kriteria
prosedur dan
hasil:
dioperasi
memerlukan
1. pasien
4. observasi/ diskusikan
menata
kan
contoh kemerahan,
nyeri
berkura
purulen.
ng
2. wajah
1. kemungkinan
peningkatan
pasien
kelihata
denyut nadi
n relaks
dengan disertai
napas dangkal
tidak terjadi
infeksi selama
menunjukkan
dilakukan
manifestasi cemas
upaya
intervensi.
tindakan
keperawatan
pada pasien
2. informasi yang
adekuat dan
peyampaian yang
aik akan
mengubah
persepsi dan pola
pikir pasien
3. pasien mampu
mengontrol
tingkat emosi dan
kecemasannya,
dengan mencoba
beberapa teknik
napas yang
teratur, serta
ketenangan jiwa
yang berpengaruh
terhadap tingkat
emosi dan
kecemasan
BAB II
KONSEP PENYAKIT
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Mata adalah organ penglihatan. Saraf optikus atau urat saraf kranial kedua adalah saraf
sensorik untuk penglihatan. Saraf ini timbul dari sel-sel ganglion dalam retina yang
bergabung membentuk saraf optikus. Saraf ini bergerak ke belakang secara medial dan
melintasi kanalis optikus memasuki rongga kranium, lantas menuju kiasma optikum. Saraf
penglihatan memiliki 3 pembungkus yang serupa dengan meningen otak. Lapisan luarnya
kuat dan fibrus serta bergabung dengan skelera. Lapisan tengah halus seperti araknoid,
sementara lapisan dalam adalah vakuler ( mengandung banyak pembuluh darah).
Pada saat serabut-serabut itu mencapai kiasma optikum, separuh serabut-serabut itu akan
menuju ke traktus optikus sisi seberangnya, sementara separuhnya lagi menuju traktus
optikus sisi yang sama. Dengan perantaraan serabut-serabut ini, setiap serabut nervus optikus
dihubungkan dengan kedua sisi otak. Pusat visual terletak pada korteks lobus oksipitalis otak.
Bola mata adalah organ penglihat. Struktur yang berhubungan dilindungi dan dilingkupi
dalam tulang berongga bulat dianamakan orbita, serta dilindungi sejumla struktur, seperti
kelopak mata,alis, konjungtiva, dan alat-alat lakrimal (aparatu lakrimalis). Bola mata yang
menempati bagian kecil dari orbita, dilindungi dan dialasi oleh lemak yang terletak di
belakang bola mata. Saraf dan pembuluh darah yang mensuplai nutrisi dan mentransmisikan
impuls ke otak juga dalam orbita. Orbita merupakan rongga berpotensi untuk terkumpulnya
cairan, darah, dan udara karena letak anatominya yang dekat dengan sinus dan pembuluh
darah. Pendesakan komponen lain ke lengkungan orbita dapat menyebabkan pergseran,
penekanan, atau protusi bola mata dan struktur di sekitarnya. Meskipun ada perbedaan
individual pada mata tiap orang, biasanya ukuran dan posisinya mendekati semetris.
Bagian - bagian biji mata mulai dari depan hingga belakang
1.Kornea, merupakan bagian depan yang transparan dan bersambung dengan skelera yang
putih dan tidak tembus cahaya, kornea terdiri atas berberapa lapisan. Lapisan tepi adalah
epitelium berlapis yang bersambung dengan konjungtiva.
2.Bilik anterior ( kamera okuli anterior),yang terletak antara kornea dan iris.
3.Iris adalah tirai berwarna di depan lensa yang bersambung dengan selaput koroid. Iris berisi
2 kelopak serabut otot tak sadar atau otot polos-kelompok yang satu mengecilkan ukuran
pupil, sementara kelompok yang lain melebarkan ukuran pupil itu.
4.Pupil, bintik tengah yang berwarna hitam, yang merupakan celah dalam iris, tempat cahaya
yang masuk guna mencapai retina.
5.Bilik posterior( kamera okuli posterior) terletak di antara iris dan lensa. Bilik kanan. Baik
bilik anterior maupun bilik anterior maupun bilik posterior diisi dengan akueus humor.
6.Akueus humor. Cairan ini berasal dari korpus siliare dan diserap kembali ke dalam aliran
darah pada sudut antara iris dan kornea melalui vena halus yang dikenal sebagai saluran
schlemm.
7.Lensa adalah sebuah benda transparan bikonveks(cembung depan belakang) yang terdiri
atas berberapa lapisan. Lensa terletak peris di belakang iris. Membran yang dikenal sebagai
ligamentum suspesorium terdapat di depan maupun dibelakang lensa itu, yang berfungsi
mengaitkan lensa itu pada korpus siliare. Bila legamentum suspensorium mengendur, lensa
mengerut dan menebal, sebaliknya bila ligamen mengendurnya lensa dikendalikan kontraksi
otot siliare.
8.Vitreus humor. Darah sebelah belakang biji mata, mulai dari lensa hingga retina, diisi cairan
penuh albumen berwarna keputih-putihan seprti agar-agar yaitu vitreus humor. Vitreus humor
berfungsi memberi bentuk dan kekokohan pada mata, serta mempertahankan hubungan
antara retina dan selaput koroid dan sklerotik.
B. PENGERTIAN
a.Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat
proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran( katarak kongenital). ( brunner &
suddarth .2001, keperawatan medikal bedah vol.3, EGC. Jakarta ).
b.Katarak adalah penurunan progresif kerjernihan lensa. Lensa menjadi keruh, atau berwarna
putih abu-abu, dan ketajaman penglihatan berkurang.
( elizabeth J. corwin.2000, buku saku patofisiologi, EGC. Jakarta ).
c.Katarak adalah kekeruhan( bayangan seperti awan) pada lensa tanpa nyeri yang berangsurangsur penglihatan kabur dan akhirnya tidak dapat menerima cahaya.( barbara C. long. 1996,
perawatan medikal bedah vol.2,Yayasan Alumni Keperawatan. Bandung ).
d. Katarak adalah keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di dalam
kapsul lensa.( sidarta ilyas, 1998 )
e. Katarak adalah suatu bagian yang kabur dan keruh pada lensa mata, yang disebabkan oleh
menebalnya zat-zat protein di dalam lensa itu sendiri. (Clifford R. 1982. Petunjuk Modern
Kepada Kesehatan. IPH. Bandung)
f. Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran yang
diproyeksi pada retina dan merupakan penyebab umum kehilangan pandangan secara
bertahap. (Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata/Indrian N. Istiqomah. Jakarta. EGC.
2004)
g. Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa beberapa abad yang lalu
apabila pengurangan visus diperkirakan oleh suatu tabir (layar) yang diturunkan di dalam
mata, agak seperti melihat air terjun. (Perawatan Mata. Vera H. Darling, Margaret R. Thorpe).
h. Katarak(pasca operasi) adalah terjadinya opasitas progresif pada lensa atau kapsul lensa,
umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65 tahun.
( Rencana Asuhan Keperawatan,M.E.Doenges. Jakarta.EGC.1999).
C. ETIOLOGI
degenerasi atau kemunduran serat lensa karena proses penuaan dan kemungkinan besar
menjadi menurun penglihatanya.
2. Trauma, contohnya terjadi pada katarak traumatika, seperti trauma tembus pada mata
yang disebabkan oleh benda tajam/ tumpul, radiasi( terpapar oleh sinar X atau benda-benda
radioaktif).
3.
4.
dikarenakan gangguan metabolisme tubuh secara umum dan retina sehingga mengakibatkan
kelainan retina dan pembuluh-pembuluh darahnya. Diabetes akan mengakibatkan kelainan
dan kerusakan pada retina.
5.
Defek kongenital, salah satu kelainan heriditer sebagai akibat infeksi virus prenatal)dan
katarak developmental terjadi pada tahun-tahun awal kehidupan sebagai akibat dari defek
kongenital. Kedua bentuk ini mungkin disebabkan oleh faktor herediter, toksis, nutrisional,
atau proses peradangan.
B. KLASIFIKASI
Macam-macam katarak
1. Katarak senil
Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di atas
50 tahun. Pada katarak senil akan terjadi degenerasi lensa secara perlahan-lahan. Tajam
penglihatan akan menurun secara berangsur-angsur hingga tinggal proyeksi sinar saja.
Katarak senil merupakan katarak yang terjadi akibat terjadinya degenerasi serat lensa karena
proses penuaan.
Katarak senil dapat terbagi dalam berberapa stadium
a. Katarak insipiens, dimana mulai timbul katarak akibat proses degenerasi lensa. Kekeruhan
lensa berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak teratur. Pasien akan mengeluh gangguan
penglihatan seperti melihat ganda dengan satu matanya. Pada stadium ini proses degenerasi
belum menyerap cairan mata ke dalam lensa sehingga akan terlihat bilik mata depan dengan
kedalaman yang normal, iris dalam posisi biasa disertai dengan kekeruhan ringan pada lensa.
Tajam penglihatan pasien belum terganggu.
b. Katarak imatur, dimana pada stadium ini lensa yang degeneratif mulai terserap cairan mata
ke dalam lensa sehingga lensa menjadi cembung. Terjadi pembengkakan lensa yang disebut
sebagai katarak intumesen. Pada katarak imatur maka penglihatannya mulai berangsur-angsur
menjadi berkurang, hal ini diakibatkan media penglihatan tertutup oleh kekeruhan lensa yang
menebal.
c.Katarak matur, merupakan proses degenarasi lanjut lensa. Terjadi kekeruhan seluruh lensa.
Tekanan cairan di dalam lensa sudah keadaan seimbang dengan cairan dalam mata sehingga
ukuran lensa akan menjadi normal kembali. Tajam penglihatan sangat menurun dan dapat
hanya tinggal proyeksi saja.
d. Katarak hipermatur, dimana pada stadium ini terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan
korteks lensa dapat mencair sehingga nukleus lensa tenggelam di dalam korteks lensa
( katarak morgagni). Pada stadium ini terjadi juga degenerasi kapsul lensa sehingga bahan
lensa ataupun korteks lensa yang cair keluar dan masuk ke dalam bilik mata depan. Pada
stadium hipermatur akan terlihat lensa yang lebih kecil dari pada normal, yang akan
mengakibatkan iris trimulans, dan bilik mata depan terbuka.
Perbedaan stadium katarak senil
INSIPIEN
IMATUR
Kekeruhan
Ringan
Cairan lensa
Iris
MATUR
Sebagian
HIPERMATUR
Seluruh
Normal Bertambah
Normal Terdorong
Normal Dangkal
Normal Sempit
Negatif
Penyulit
Glaukoma
Normal Berkurang
Masif
Positif
-
Normal Dalam
Normal Terbuka
Negatif
Pseudopositif
Uveitis, glaukoma
2. Katarak kongenital
Katarak kongenital merupakan kekeruhan lensa yang didapatkan sejak lahir, dan terjadi
akibat gangguan perkembangan embrio intrauterin. Katarak kongenital yang terjagi sejak
perkembangan serat lensa terlihat segera setelah bayi lahir sampai usia 1 tahun. Katarak ini
terjadi karena gangguan metabolisme serat-serat lensa pada saat pembentukan serat lensa
akibat gangguan metabolisme jaringan lensa pada saat bayi masih di dalam kandungan. Pada
bayi dengan katarak kongenital akan terlihat bercak putih di depan pupil yang disebut sebagai
leukokoria (pupil berwarna putih). Setiap bayi dengan lekokoria sebaiknya difikirkan
diagnosis bandingan seperti retinoblastoma, endoftalmitis, fibroplasi retroletal, hiperplastik
viterus primer, dan miopia tinggi disamping katarak sendiri.
Berberapa macam jenis katarak kongenital
mendapat infeksi virus, maka amnionya akan mengandung virus. Plakoda lensa akan
mendapat infeksi virus hingga rubela masuk ke dalam vesikel akan menjadi lensa. Gambaran
klinis akan terjadi ialah adanya keluhan ibu karena anaknya mempunyai leukokoria. Pada
pemeriksaan subjektif akan terlihat kekeruhan pada kornea dan terdapatnaya fibrosis di dalam
bilik mata depan yang menghubungkan kekeruhan kornea dengan lensa yang keruh.
Kekeruhan yang terlihat pada lensa terletak di polus anterior lensa dalam bentuk piramid
dengan puncak di dalam bilik mata depan. Kekeruhan lensa pada katarak polar anterior ini
tidak progresif. Pengobatan dilakukan bila kekeruhan mengakibatkan tidak terlihatnya fundus
bayi tersebut. Tindakan bedah yang dilakukan adalah disisio lentis atau suatu ekstraksi linear.
d. Katarak sentral
Katarak sentral merupakan katarak halus yang terlihat pada bagian nukleus embrional.
Katarak ini terdapat 80% orang normal dan tidak menggangu tajam penglihatan. Pengobatan
tidak dilakukan pada katarak sentral karena tidak menggangu tajam penglihatan dan fundus
okuli dapat dilihat dengan mudah.
3. Katarak traumatik
Katarak traumatik adalah katarak yang terjadi akibat trauma lensa mata, serta robekan pada
kapsul sebagai akibat dari benda tajam. Apabila terjadi lubang yang besar pada kapsul lensa,
maka humor akuosus akan masuk ke dalam lensa dan menyebabkan penyerapan lensa, serta
menyebabkan uveitis.
4. Katarak juvenil adalah katarak yang terlihat setelah usia 1 tahun dapat terjadi karena :
a.Lanjutan katarak kongenital yang makin nyata.
b.Penyulit penyakit lain, katarak komplikata, yang dapat terjadi akibat :
- Penyakit lokal pada satu mata,seperti akibat uveitis anterior, glaukoma, ablasi retiana,
miopia tinggi, ftsis bulbi, yang mengenai satu mata.
- Penyakit sistemik, seperti diabetes, hipoparatiroid, dan miotonia distrofi,yang mengenai
kedua mata akibat trauma tumpul ataupun tajam
Biasanya katarak juvenil ini merupakan katarak yang didapat dan banyak
berberapa faktor.
5. Katarak komplikata
dipengaruhi oleh
Katarak komplikata terjadi akibat gangguan keseimbangan susunan sel lensa faktor fisik atau
kimiawi sehingga terjadi gangguan kejernihan lensa. Katarak komplikata dapat terjadi akibat
iridosiklitis, miopia tinggi, abalasi retina dan glaukoma. Katarak komplikata dapat terjadi
akibat kelainan sistemik yang akan mengenai kedua mata atau kelainan lokal yang akan
mengenai satu mata.
6. Katarak diabetika
Katarak diabetika adalah katarak yang disebabkan oleh penyakit diabetes.
C. Manifestasi klinis
Katarak didiagnosa terutama dengan gejala subyektif. Biasanya, pasien melaporkan
penurunan ketajaman penglihatan dan silau dan gangguan fungsional sampai derajat tertentu
yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan tadi. Temuan obyektif biasanya meliputi
pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan
oftalmoskop.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan
dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina hasilnya adalah pandangan kabur atau
redup, menyhilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di
malam hari. Pupil yang normalnya hitam akan tampak kekuningan, abu-abu atau putih.
Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun, dan ketika katarak sudah sangat
memburuk, lensa koreksi yang lebih kuatpun tak akan mampu memperbaiki penglihatan.
Orang dengan katarak secara khas selalu mengembangkan strategi untuk menghindari silau
yang menjengkelkan yang disebabkan oleh cahaya yang salah arah. Misalnya ada yang
mengatur ulang perabot rumahnya. Sehingga sinar tidak akan langsung menyinari mata
mereka (Diambil dari buku Keperawatan Medikal Bedah jilid 3 hal.1996-1997).
Biasanya gejala berupa keluhan penurunan tajam pengelihatan secara progresif (seperti rabun
jauh memburuk secara progresif). Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata
seakan akan bertambah putih. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak
benar-benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif (-).
Bila Katarak dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan akan dapat menimbulkan
komplikasi berupa Glaukoma dan Uveitis.
Gejala umum gangguan katarak meliputi
E. PEMERIKSAAN FISIK
Tehnik yang biasanya dipergunakan dalam pemeriksaan oftalmologis adalah inspeksi dan
palpasi. Inspeksi visual dilakukan dengan instrumen oftalmik khusus dan sumber cahaya.
Palpasi bisa dilakukan untuk mengkaji nyeri tekan mata dan deformitas dan untuk
mengeluarkan cairan dari puncta. Palpasi juga dilakukan untuk mendeteksi secara kasar(jelas
terlihat ) tingkat tekanan intraokuler.
Seperti pada semua pemeriksaan fisik, perawat menggunakan pendekatan sitematis, biasanya
dari luar ke dalam. Struktur eksternal mata dan bola mata di evaluasi lebih dahulu, kemudian
diperiksa struktur internal. Struktur eksternal mata diperiksa terutama dengan inspeksi.
Struktur ini meliputi alis, kelopak mata, bulu mata, aparatus maksilaris, konjungtiva, kornea,
kamera anterior, iris, dan pupil.
Ketika melakukan pemeriksaan dari luar ke dalam, perawat :
a. Melakukan obsevasi keadaan umum mata dari jauh.
b. Alis diobsevasi mengenai kuantitas dan penyebaran rambutnya. Kelopak mata diinspeksi
warna,keadaan kulit, dan ada tidaknya serta arahnya tumbuhnya bulu mata.
c. Catat adanya jaringan parut, pembengkakan, lepuh, laserasi, cedera lain dan adanya benda
asing.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Kartu mata snellen/mesin telebinokular (test ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan) : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea,lensa, akueus atau vitreus humor,
kesalahan refraksi, atau penyakit sistem saraf atau penglihatan ke retina atau jalan optik.
2. Lapang penglihatan
Pengukuran gonioskopi
glaukoma.
4. Test provokatif
PAK.
7. Test toleransi glaukosa/ FBS
G. PENATALAKSANAAN
Tidak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan pembesaran laser. Namun,
masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru yang dapat
digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar melalui kanula
(Pokalo, 1992).
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan reflaksi kuat sampai titik dimana
pasien melakukan aktivitas hidup sehari-hari, maka penanganan biasanya konservatif.
pentingnya di kaji efek katarak terhadap kehidupan sehari-hari pasien. Mengkaji derajat
gangguan fungsi sehari-hari, seperti berdandan, ambulasi, aktifitas rekreasi, menyetir mobil,
dan kemampuan bekerja, sangat penting untuk menentukkan terapi mana yang paling cocok
bagi masing-masing penderita.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk berkerja
ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik dapat
dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi, bila pandangan tajam mempengaruhi keamanan
atau kwalitas hidup, atau bila virsualisasi segmen posterior sangat perlu mengevalusi
perkembangan berbagi penyakit retina atau saraf optikus, seperti pada diabetes dan
glaukoma.
Pembedahan katarak adalah pembedahan yang sering dilakukan pada orang berusia lebih dari
65. masa kini, katarak paling sering diangkat dengan anestesia lokal berdasar pasien rawat
jalan, meskipun pasien perlu dirawat bila ada indikasi medis. Keberhasilan pengembalian
penglihatan yang bermanfaat dapat dicapai pada 95% pasien.
Pengamblian keputusan untuk menjalani pembedahan sangat individual sifatnya. Dukungan
finansial dan psikososial dan konsekuensi pembedahan harus dievaluasi, karena sangat
penting untuk penatalaksanaan pasien pasca operasi.
Kebanyakan operasi dilakukan dengan anestesi lokal (retrobulbar atau peribulbar), yang
dapat mengimobilisasi mata. Obat penghilang cemas dapat diberikan untuk mengatasi
perasaan klaustreofobia sehubungan dengan graping bedah. Anestesi umum diperlukan bagi
yang tidak bisa menerima anestesi lokal, yang tidak mampu bekerjasama dengan alasan fisik
atau psikologis, atau yang tidak berespon terhadap anestesi lokal.
Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak: ekstrasi
intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi bedah adalah hilangnya penglihatan yang
mempengaruhi aktivitas normal pasien atau katarak yang menyebabakan glaukoma atau
mempengaruhi diagnosis dan terapi gangguan okuler lain, seperti retinopatidiabetika.
H. PENCEGAHAN
Perawat sebagai anggota penting tim perawatan kesehatan, dan sebagai pendidik dan
praktiksi kebiasaan kesehatan yang baik, dapat memberikan pendidikan dalam hal asuhan
mata, keamanan mata, dan pencegahan penyakit mata. Perawat dapat mencegah membantu
orang belajar bagaimana mencegah kontaminasi silang atau penyebaran penyakit infeksi
kepada orang lain melalui praktek higiene yang baik. Perawat dapat mendorong pasien
melakukan pemeriksaan berkala dan dapat merekomendasikan cara mencegah cedera mata.
Kapan dan seringnya mata seseorang harus diperiksa tergantung pada usia pasien, faktor
resiko terhadap penyakit dan gejala orkuler. Orang yang mengalami gejala orkuler harus
segera menjalani pemeriksaan mata. Mereka yang tidak mengalami gejala tetapi yang
berisiko mengalami penyakit mata orkuler harus menjalani pemeriksaan mata berkala. Pasien
yang menggunakan obat yang dapat mempengaruhi mata, seperti kortekosteroid,
hidrokksikloroquin sulfat, tioridasin HCI, atau amiodarone, harus diperiksa secara teratur.
Yang lainya harus menjalani evaluasi glaukoma rutin pada usia 35 dan reevaluasi berkala
setiap 2 sampai 5 tahun.
I. KOMPLIKASI
Ambliopia sensori, penyulit yang terjadi berupa : visus tidak akan mencapai 5/5. Komplikasi
yang terjadi : nistagmus dan strabismus dan bila katarak dibiarkan maka akan mengganggu
penglihatan dan akan menimbulkan komplikasi berupa glukoma dan uveitis.
BAB III
ASKEP KATARAK
A. PENGKAJIAN
Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah
1.
Identitas
Nama
Usia
: Tn./Ny./ An
: Bisa terjadi pada semua umur
Jenis kelamin
Alamat
Dan keterangan lain mengenai identitas pasien. Pada katarak kongenital biasanya terlihat
pada usia dibawah 1 tahun, sedangkan pasien dengan katarak juvenile terjadi pada usia <40
tahun, pasien dengan katarak persenil terjadi pada usia sesudah 30 40 tahun,dan pasien
dengan katarak senilis terjadi pada usia >40 tahun.
2. Keluhan utama:
- Penglihatan kabur
- Persepsi warna turun
- Diplopia dan visus menurun
- Ada hailo
- Penglihatan memburuk pada siang hari/silau
- Mata basah
Perawat harus menentukan apakah masalahnya hanya mengenai satu atau dua mata dan
berapa lama pasien sudah menderita kelainan ini.
3. Riwayat penyakit dahulu
- Akibat trauma
- Akibat radasi
- Penggunaan kortikosteroid yang lama
- Kelainan congenital
- Adanya riwayat penyakit sistemik yang dimiliki oleh pasien seperti DM, hipertensi,
pembedahan mata sebelumnya , dan penyakit metabolic lainya yang memicu resiko katarak.
2. Makanan/cairan
- Gejala
3. Neurosensori
- Gejala : gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan
kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/ merasa
di ruang gelap (katarak). Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/ pelangi
sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotopobia (glaukoma akut ). Perubahan
kacamata/ pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.
- Tanda : tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil ( katarak ). Pupil menyempit dan
merah/mata keras dengan kornea berawan ( glaukoma darurat ). Peningkatan air mata.
4.Nyeri/ketidaknyamanan
- Gejala
Intervensi
Rasional
Rasional
Mandiri
1. Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh/mengobati mata
2. Gunakan/tunjukkan teknik yang tepat untuk membersihkan mata dari dalam ke luar
dengan tisu basah/bola kapas untuk tiap usapan, ganti balutan, dan masukkan lensa kontak
bila menggunakan.
3. Tekankan pentingnya tidak menyentuh/menggaruk mata yang dioperasi.
4. Observasi tanda terjadinya infeksi contoh kemerahan, kelopak bengkak, drainase purulen.
Identifikasi tindakan kewaspadaan bila terjadi ISK.
Kolaborasi
Kolaborasi
1. Berikan antiemetik sesuai indikasi
2. Berikan analgesic
1.
Membantu mengurangi rasa takut dan meningkatkan kerja sama dalam pembatasan yang
diperlukan
2.
Istirahat beberapa menit sampai beberapa jam pada bedah rawat jalan atau menginap
semalam bila terjadi komplikasi. Menurunkan tekanan pada mata yang sakit, meminimalkan
resiko perdarahan atau stres pada jahitan terbuka
3.
4.
Memerlukan sedikit regangan dari pada penggunaan pispot yang dapat meningkatkan tio
5.
6.
Digunakan untuk melindungi dari cedera kecelakaan dan menurunkan gerakan mata
7.
8.
Menunjukkan proptar iris atau rupture luka disebabkan oleh kerusakan jahitan atau
tekanan mata.
1.
cedera intraokuler.
2.
Diagnosa 4
Perubahan sensori perseptual (visual) yang berhubungan dengan kekeruhan pada lensa mata.
Tujuan : klien akan mendemontrasikan peningkatan kemampuan untuk memproses
rangsangan visual dan mengomunikasikan pembatasan pandangan.
Intervensi
Rasional
1.
2.
Dapatkan deskripsi fungsi tentang apa yang bisa dan tidak bisa dilihat oleh klien
3. Adaptasikan lingkungan dengan kebutuhan visual klien dengan cara orientasikan klien
padalingkungan
4.
Letakkan alat-alat yang sering digunakan dalam pandangan klien (seperti, tv control,
teko, tisu)
5.
6.
7. Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau kedua mata terlibat
8.
Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, birara dan menyentuh sering
9.
10. Ingatkan pasien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar kurang
lebih 25%, penglihatan ferifer hilang. Dan buta titik mungkin ada
11. Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana dapat terjadi
bila menggunakan tetes mata
12. Letakkan barang yang dibutuhkan dalam jangkauan pada sisi yang tak dioperasi
1.
Memberikan data dasar tentang pandangan akurat klien dan bagaimana hal tersebut
memengaruhi perawatan
3.
4.
5.
Meningkatkan penglihatan klien lokasi katarak akan memengaruhi apakah cahaya gelap
Mencegah distres. Katarak akan memecah sinar lampu yang akan menyebabkan distres
7.
Kehilangan pengihatan terjadi lambat dan progresif, tiap mata dapat berlanjut dengan
laju yang berbeda, tetapi biasanya hanya satu mata yang diperbaiki per prosedur.
8.
9.
10. Perubahan ketajaman penglihatan dan kedalaman persepsi dapat menyebabkan bingung
penglihatan/ meningkatkan resiko cedera sampai pasien belajar untuk mengkompensasi
11. Gangguan penglihatan iritasi dapat berakhir 1-2 jam setelah tetesan mata tetapi secara
bertahap menurun dengan penggunaan
12. Memungkinkan pasien melihat objek lebih mudah
Diagnosa 5
Ansietas berdasarkan kehilangan penglihatan
Tujuan : tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat diatasi
Intervensi
Rasional
1. Kaji tingkat ansietas derajat pengalaman nyeri/timbulnya secara tiba-tiba dan pengetahuan
kondisi saat ini
2. Dorong pasien untuk mengukur masalah dan mengekspresikan perasaan
3. Identifikasi sumber orang yang mendorong
1.
pasien terhadap ancaman diri, potensial siklus ansietas dan dapat mempengaruhi upaya medik
untuk mengontrol TIO
2.
Memberikan kesempatan untuk pasien menerima situasi nyata mengklasifikasi salah satu
Diagnosa 6
Kurang pengetahuan berhubungn dengan perawatan/pengobatan
Tujuan : menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan pengobatan
INTERVENSI
RASIONAL
1.
2.
3. Aktivitas yang menyebabkan mata lelah atau regang atau meningkatkan TIO dapat
mempengaruhi hasil bedah dan mencetuskan perdarahan
4.
Mencegah cedera kecelakaan pada mata dan menurunkan resiko peningkatan TIO
1.
5.
Diagnosa 7
Ketakutan atau ansietas yang berhubungan dengan kerusakan sensori dan kurangnya
pemahaman mengenai perawatan pascaoperatif, pemberian obat.
Tujuan : menurunkan stress emosional, ketekutan dan depresi : penerimaan pembedahan dan
pemahaman instruksi.
INTERVENSI
1.
RASIONAL
Kaji derajat dan durasi gangguan visual. Dorong percakapan untuk mengetahui
3.
peringatan kepada ahli bedah ketika terasa akan batuk atau akan berganti posisi. Muka
ditutup dengan kain, dan diberikan O. Suara bising dan peralatan yang tak biasa.
Pemantauan, termasuk pengukuran tekanan darah yang sering.
-
keamanan.
3.
Pasien yang telah mendapat informasi banyak informasi lebih mudah menerima
Pasien yang mengalami ganguan visual bergantung pada masukan indera yang lain untuk
mendapatkan informasi.
5.
6.
Pasien mungkin tak mampu melakukan semua tugas sehubungan dengan penanganan dan
perawatan diri.
7.
Isolasi sosial dan waktu luang yang terlalu lama dapat menimbulkan perasaan negatif.
Diagnosa 8
Resiko terhadap cedera dan yag berhubugan dengan kerusakan penglihatan atau kurang
pengetahuan.
Tujuan : pencegahan cedera.
INTERVENSI
RASIONAL
1. Bantu pasien ketika mampu melakukan ambulasi pasca operasi sampai stabil dan
mencapai penglihatan dan keterampilan koping yang memadai. Ingat bahwa balutan bilateral
menjadikan pasien tak dapat melihat, mengunakan tekhnik bimbingan penglihatan.
2. Bantu pasien menata lingkungan. Jangan mengubah penataaan meja-kursi tanpa pasien
diorentasi terlebih dahulu.
3. Orintasikan pasien pada ruangan.
4. Bahas perlunya penggunaan perisai metal atau kaca mata bila diperintahkan.
5. Jangan memberikan tekanan pada mata yang terkena trauma.
6. Gunakan prosedur yang memadai ketika memberikan obat mata.
1. Menurunkan resiko
jatuh atau cedera ketika langkah sempoyongan atau tidak mempunyai keterampilan koping
untuk kerusakan penglihatan.
2.
3.
6.
E. Implementasi
Melaksanakan tindakan sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan dan dilakukan
sesuai dengan kebutuhan klien/pasien dan tergantung pada kondisinya. Sasaran utama pasien
meliputi peredaan nyeri, mengontrol ansietas, pencegahan deteriosasi visual yang lebih berat ,
pemahaman dan penerimaan penanganan, pemenuhan aktivitas perawatan diri, termasuk
pemberian obat, pencegahan isolasi sosial, dan tanpa komplikasi.
F. Evaluasi
Melakukan pengkajian kembali untuk mengetahui apakah semua tindakan yang telah
dilakukan dapat memberikan perbaikan status kesehatan terhadap klien. Hasil yang
diharapkan :
1.
4.
Menerima program penanganan dan menjalankan anjuran secara aman dan tepat.
5.
6.
7.
dokter.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer,dkk.(1999). Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta
Brunner dan Suddarth.(2001).Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. EGC : Jakarta
Barbara C, Long.(1996). Perawatan medikal bedah. EGC : Jakarta
Corwin, J Elizabeth.(2000). buku saku patofisiologi. EGC : Jakarta
Doenges, E. Marilynn. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.EGC : Jakarta
Dorland. (1998).Kamus Saku Kedokteran Dorland.Edisi 25. EGC : Jakarta
Darling,H Vera dan Thorpe, R Margaret. (1996) Perawatan Mata. Yayasan Essentia
Medica dan Andi : Yogyakarta
Ilyas Sidarta, dkk.(2008). Sari Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia : Jakarta
Juall Lyanda Carepnito.(2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 8. EGC: Jakarta
N, Indriana Istiqomah.(2004). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. EGC : Jakarta
Pearce C, Evelyn.(2009). Anatomi dan fisiologi. Gramedia : Jakarta
Smeltzer, Suzanne C.(2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta
1.2.2
1.4.2
1.4.3
1.4.4
1.4.5
1.4.6
1.4 Manfaat
1. Mahasiswa mampu dan mengerti tentang katarak
2. Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien katarak
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Katarak
Katarak merupakan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, sehingga menyebabkan
penurunan/gangguan penglihatan (Admin,2009). Katarak menyebabkan penglihatan menjadi
berkabut/buram. Katarak merupakan keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh
akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa, sehingga pandangan seperti tertutup
air terjun atau kabut merupakan penurunan progresif kejernihan lensa, sehingga ketajaman
penglihatan berkurang (Corwin, 2000). Definisi lain katarak adalah suatu keadaan patologik
lensa di mana lensa rnenjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa.
Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada
berbagai usia tertentu (Iwan,2009)
Lensa mata merupakan bagian jernih dari mata yang berfungsi untuk menangkap cahaya dan
gambar. Retina merupakan jaringan yang berada di bagian belakang mata, bersifat sensitive
terhadap cahaya. Pada keadaan normal, cahaya atau gambar yang masuk akan diterima oleh
lensa mata, kemudian akan diteruskan ke retina, selanjutnya rangsangan cahaya atau gambar
tadi akan diubah menjadi sinyal / impuls yang akan diteruskan ke otak melalui saraf
penglihatan dan akhirnya akan diterjemahkan sehingga dapat dipahami. Tetapi bila jalan
cahaya tertutup oleh keadaan lensa yang katarak maka impuls tidak akan dapat diterima oleh
otak dan tidak akan bisa diterjemahkan menjado suatu gambaran penglihatan yang baik.
Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun dan ketika katarak sudah sangat
memburuk lensa yang lebih kuat pun tidak akan mampu memperbaiki penglihatan. Orang
dengan katarak secara khas selalu mencari cara untuk menghindari silau yang berasal dari
cahaya yang salah arah. Misalnya dengan mengenakan topi berkelapak lebar atau kaca mata
hitam dan menurunkan pelindung cahaya saat mengendarai mobil pada siang hari.
Katarak dapat diklasifikasikan menurut umur penderita:
1. Katarak Kongenital, sejak sebelum berumur 1 tahun sudah terlihat disebabkan oleh
infeksi virus yang dialami ibu pada saat usia kehamilan masih dini (Farmacia, 2009).
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah
lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab
kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat penanganannya yang kurang
tepat.
Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang
menderita penyakit rubela, galaktosemia, homosisteinuri, toksoplasmosis, inklusi
sitomegalik,dan histoplasmosis, penyakit lain yang menyertai katarak kongenital biasanya
berupa penyakit-penyakt herediter seperti mikroftlmus, aniridia, koloboma iris, keratokonus,
iris heterokromia, lensa ektopik, displasia retina, dan megalo kornea.
Untuk mengetahui penyebab katarak kongenital diperlukan pemeriksaan riwayat
prenatal infeksi ibu seperti rubela pada kehamilan trimester pertama dan pemakainan obat
selama kehamilan. Kadang-kadang terdapat riwayat kejang, tetani, ikterus, atau
hepatosplenomegali pada ibu hamil. Bila katarak disertai uji reduksi pada urine yang positif,
mungkin katarak ini terjadi akibat galaktosemia. Sering katarak kongenital ditemukan pada
bayi prematur dan gangguan sistem saraf seperti retardasi mental.
Pemeriksaan darah pada katarak kongenital perlu dilakukan karena ada hubungan katarak
kongenital dengan diabetes melitus, fosfor, dan kalsium. Hampir 50 % katarak kongenital
adalah sporadik dan tidak diketahui penyebabnya. Pada pupil bayi yang menderita katarak
kongenital akan terlihat bercak putih atau suatu leukokoria.
1. Katarak Juvenil, Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai
terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil
biasanya merupakan kelanjutan katarak kongenital. Katarak juvenil biasanya
merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit lainnya
2. Katarak Senil, setelah usia 50 tahun akibat penuaan. Katarak senile biasanya
berkembang lambat selama beberapa tahun, Kekeruhan lensa dengan nucleus yang
mengeras akibat usia lanjut yang biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun.
(Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3)
Katarak Senil sendiri terdiri dari 4 stadium, yaitu:
1. Stadium awal (insipien). Pada stadium awal (katarak insipien) kekeruhan lensa mata
masih sangat minimal, bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa. Pada
saat ini seringkali penderitanya tidak merasakan keluhan atau gangguan pada
penglihatannya, sehingga cenderung diabaikan. Kekeruhan mulai dari tepi ekuator
berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior ( katarak kortikal ). Vakuol
mulai terlihat di dalam korteks. Katarak sub kapsular posterior, kekeruhan mulai
terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan dan
korteks berisi jaringan degenerative(benda morgagni)pada katarak insipient kekeruhan
ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada
semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.
(Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,)
2. Stadium imatur. Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal
tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian
yang jernih pada lensa. Pada stadium ini terjadi hidrasi kortek yang mengakibatkan
lensa menjadi bertambah cembung. Pencembungan lensa akan mmberikan perubahan
indeks refraksi dimana mata akan menjadi mioptik. Kecembungan ini akan
mengakibatkan pendorongan iris kedepan sehingga bilik mata depan akan lebih
sempit.( (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,)
3. Stadium matur. Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran
air bersama-sama hasil desintegrasi melalui kapsul. Didalam stadium ini lensa akan
berukuran normal. Iris tidak terdorong ke depan dan bilik mata depan akan
mempunyai kedalaman normal kembali. Kadang pada stadium ini terlihat lensa
berwarna sangat putih akibatperkapuran menyeluruh karena deposit kalsium ( Ca ).
Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negatif.( Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa
Mata Keruh, ed. 2,)
4. stadium hipermatur. Katarak yang terjadi akibatkorteks yang mencair sehingga masa
lensa ini dapat keluar melalui kapsul. Akibat pencairan korteks ini maka nukleus
"tenggelam" kearah bawah (jam 6)(katarak morgagni). Lensa akan mengeriput. Akibat
masa lensa yang keluar kedalam bilik mata depan maka dapat timbul penyulit berupa
uveitis fakotoksik atau galukoma fakolitik (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata
Keruh, ed. 2,)
5. Katarak Intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa
degenerative yang menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa disertai
pembengkakan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga
bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa
ini akan dapat memberikan penyulit glaucoma. Katarak intumesen biasanya terjadi
pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopi lentikularis. Pada keadaan
ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga akan mencembung dan daya biasnya akan
bertambah, yang meberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol
pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa. (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa
Mata Keruh, ed. 2,)
6. Katarak Brunesen. Katarak yang berwarna coklat sampai hitam (katarak nigra)
terutama pada lensa, juga dapat terjadi pada katarak pasien diabetes militus dan
miopia tinggi. Sering tajam penglihatan lebih baik dari dugaan sebelumnya dan
biasanya ini terdapat pada orang berusia lebih dari 65 tahun yang belum
memperlihatkan adanya katarak kortikal posterior. (Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit
Mata, ed. 3)
Tabel 1.1 Perbedaan karakteristik Katarak (Ilyas, 2001)
Kekeruhan
Cairan Lensa
Iris
Bilik mata depan
Sudut bilik mata
Shadow test
Visus
Penyulit
Insipien
Ringan
Normal
Normal
Normal
Normal
(-)
(+)
(-)
Imatur
Sebagian
Bertambah
Terdorong
Dangkal
Sempit
(+)
<
Glaukoma
Matur
Seluruh
Normal
Normal
Normal
Normal
(-)
<<
(-)
Hipermatur
Masif
Berkurang
Tremulans
Dalam
Terbuka
+/<<<
Uveitis+glaukoma
Merupakan yang paling banyak terjadi. Lokasinya terletak pada nukleus atau bagian tengah
dari lensa. Biasanya karena proses penuaan.
2.)
Katarak Kortikal
Katarak kortikal ini biasanya terjadi pada korteks. Mulai dengan kekeruhan putih mulai dari
tepi lensa dan berjalan ketengah sehingga mengganggu penglihatan. Banyak pada penderita
DM
3.)
Katarak Subkapsular.
Mulai dengan kekeruhan kecil dibawah kapsul lensa, tepat pada lajur jalan sinar masuk. DM,
renitis pigmentosa dan pemakaian kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama dapat
mencetuskan kelainan ini. Biasanya dapat terlihat pada kedua mata.
2.2 Etiologi Katarak
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Corwin,2000):
1. Usia lanjut dan proses penuaan
2. Congenital atau bisa diturunkan.
3. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau bahan
beracun lainnya.
4. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya diabetes)
dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:
1. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.
2. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti: penyakit/gangguan
metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes melitus.
3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
4. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti
kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
5. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik (Admin,2009).
2.3 Patofisiologi
Metabolisme Lensa Normal
Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium dan kalium).
Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous. Kadar kalium di bagian anterior
lensa lebih tinggi di bandingkan posterior. Dan kadar natrium di bagian posterior lebih besar.
Ion K bergerak ke bagian posterior dan keluar ke aqueous humour, dari luar Ion Na masuk
secara difusi dan bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui
pompa aktif Na-K ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di dalam oleh CaATPase Metabolisme lensa melalui glikolsis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%). Jalur HMP
shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose, juga untuk aktivitas
glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktse adalah enzim yang merubah
glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah menjadi fructose oleh enzim sorbitol
dehidrogenase.
Lensa mengandung 65% air, 35% protein dan sisanya adalah mineral. Dengan bertambahnya
usia, ukuran dan densitasnya bertambah. Penambahan densitas ini akibat kompresi sentral
pada kompresi sentral yang menua. Serat lensa yang baru dihasilkan di korteks, serat yang tua
ditekan ke arah sentral. Kekeruhan dapat terjadi pada beberapa bagian lensa.
Kekeruhan sel selaput lensa yang terlalu lama menyebabkan kehilangan kejernihan secara
progresif, yang dapat menimbulkan nyeri hebat dan sering terjadi pada kedua mata.
2.4 Manifestasi Klinis
Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:
1. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta
gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.
2. menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari
Gejala objektif biasanya meliputi:
1.
Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak
dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan
bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina.
Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur atau redup.
1. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih. Pengelihatan seakanakan melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih.
2. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar putih
,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif.
Gejala umum gangguan katarak meliputi:
1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
2. Gangguan penglihatan bisa berupa:
1. Peka terhadap sinar atau cahaya.
2. Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
3. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
4. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
1)
2)
3)
keruh. Untuk itu perlu terapi laser untuk membuka kapsul yang keruh tersebut agar
penglihatan dapat kembali menjadi jelas.
DOWNLOAD : WOC ASKEP KATARAK
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KATARAK
3.1 Pengkajian
3.1.1 Anamnesa
Anamnesa yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah :
1. Identitas / Data demografi
Berisi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan yang sering terpapar sinar matahari secara
langsung, tempat tinggal sebagai gambaran kondisi lingkungan dan keluarga, dan keterangan
lain mengenai identitas pasien.
1. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama pasien katarak biasanya antara lain:
-Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala utama katarak) .
-Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah
-Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film
-Perubahan daya lihat warna
-Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan mata
-
Lihat ganda
DM
hipertensi
katarak.
-
ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi, steroid /
toksisitas fenotiazin.
3.1.2
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Dalam inspeksi, bagian-bagian mata yang perlu di amati adalah dengan melihat lensa mata
melalui senter tangan (penlight), kaca pembesar, slit lamp, dan oftalmoskop sebaiknya
dengan pupil berdilatasi. Dengan penyinaran miring ( 45 derajat dari poros mata) dapat
dinilai kekeruhan lensa dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh ( iris
shadow ). Bila letak bayangan jauh dan besar berarti kataraknya imatur, sedang bayangan
kecil dan dekat dengan pupil terjadi pada katarak matur.
3.1.3
Pemeriksaan Diagnostik
1. Kartu mata Snellen / mesin telebinokular ( tes ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan) : mungkin terganggu dengan kerusakan lensa, system saraf atau
penglihatan ke retina ayau jalan optic.
2. Pemeriksaan oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi
lempeng optic, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisme.
3. Darah lengkap, laju sedimentasi (LED) : menunjukkan anemi sistemik / infeksi
4. EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid : dilakukan untuk memastikan
aterosklerosis.
5. Tes toleransi glukosa / FBS : menentukan adanya/ control diabetes.
3.1
No Diagnosa Keperawatan
NIC
NOC
Mandiri
mata terlibat
penglihatan
perubahan.
terhadap rangsang.
tanda disorientasi.
menurunnyaketajaman
Observasi tanda-
Mengidentifikasi/memperbaiki d
bicara dengan
menyentuh.
Ingatkan klien
menggunakan
tujuannya memperbesar
ada.
Letakkan barang
yang dibutuhkan/posisi
jangkauan/posisi yang
tidak dioperasi.
m
3
Mandiri
mendiskusikan rasa cemas/takutnya. kecemasan pasien dan b. Pasien tampak rileks tidak tegang d
dan melaporkan kecemasannya
catat adanya tandai
-
Kaji tingkat
berkurang
nonverbal.
Pasien untuk
mengungkapkan isi
pembedahan
takutnya.
-
Observasi tanda
Edukasi
Beri penjelasan
tindakan operasi,
Beri penjelasan
prosedur tindakan
-
Lakukan orientasi
DAFTAR PUSTAKA
1. Khurna A.K. 2007. Community Ophthalmology in Comprehensive Ophthalmology,
fourth edition, chapter 20, new delhi, new age limited publisher : 443-446.
megalokornea, hetekronia iris. Kekeruhandapat dijumpai dalam bentuk arteri hialoidea yang persisten ,katarak
Polarisanterior,posterior, katarak aksialis,katrak zonularis,katarak stelata,katarak totalis dankatarak kongenita
membranasea.2.
Katarak PrimerKatarak primer, menurut umur ada tiga golongan yaitu atarak juvenilis (umur <20tahun),
katarak senilis (umur >50 tahun ). Katarak primer dibagi menjadi empatstadium :1.
Stadium InsipienJenis katarak ini adalah stadium paling dini . Visus belum terganggu ,dengan koreksi masih
bisa 5/5 -6/6. Kekeruha terutama terdapat padabagian perifer berupa bercak-bercak seperti jari-jari roda.2.
Stadium ImaturKekeruhan sebelum mengenai seluruh lapisan lensa , terutama terdapatdibagian posterior dan
bagian belakang nucleus lensa . Shadow testposotif . Saat ini mungkin terjadi hidrasi korteks yang
menyebabkan lensamenjadi cembung sehingga indeks refraksi berubah dan mata menjadimiopa. Keadaan ini
disebut intumesensi. Cembungnya lensa akanmendorong iris kedepan, menyebabkan sudut bilik mata depan
menjadisempit dan menimbulkan komplikasi glaucoma.3.
Stadium Matur
Pada stadium ini terjadi pengeluaran air sehingga lensa akan berukurannormal kembali. Saat ini lensa telah
keruh seluruhnya sehingga semuasinar yang masuk pipil dipantulkan kembali. Shadow tes negative .Dipupil
tampak lensa seperti mutiara.4.
Stadium Hipermatur (Katarak Morgagni)Korteks lensa yang seperti bubur telah mencair sehingga nucleus
lensaturun karena daya beratnya. Melalui pupil, nucleus terbayang sebagaisetengah lingkaran dibgian bawah
dengan warna berbeda dari yangdiatasnya yaitu kecoklatan .Saat ini juga terjadi kerusakan kapsul lensayang
menjadi lebih permeable sehingga isi korteks dapat keluar dan lensamenjadi kempis yang dibawahnya
terdapat nucleus lensa.Keadaan inidisebut katarak morgani.5.
Katarak KomplikataKatarak jenis ini terjadi sekunder atau sebagian komplikasi daripenyakit lain . Penyebab
katarak jenis ini adalah :a.
Gangguan okuler, karena retinitis pigmentosa, glaucoma,ablasio retina yang sudah lama , uveitis, myopia
maligna.b.
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya klienmelaporkan penurunan ketajaman
penglihatan dan silau serta gangguan fungsionalsampai derajat tertentu yang diakibatkan oleh kehilangan
penglihatan tadi. Temuanobjektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil
sehinggaretina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak,cahaya akan
dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadibayangan terfokus pada retina. Hasilnya
adalah pendangan menjadi kabur atau redup,emnyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan
susah melihat dimalam hari. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih.
E. PATHWAY
Perubahan KumanDegeneratif TraumaJumlah proteinKompresi sentral (serat)Perubahan
serabutMembentuk massaDensitasKeruhKeruhPembedahan KatarakPre Operasi
Kecemasanmeningkat
KurangPost Operasi
Gangguan rasanyaman (nyeri)
Resiko tinggiterjadinya infeksi
Resiko tinggiterjadinya injuri :
F. PEMERIKSAAN
1.
Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengankerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus
humor, kesalahan refraksi,penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina2.
Iluminasi oblik tampak kekeruhan yang keabu-abuan atau putih denganbayangan hitam disebut iris shadow.3.
Pemeriksaan dengan optalmoskop tampak warna hitam diatas dasarorange disebut fundus reflek.4.
Pada katarak yang lebih lanjut, kekeruhan bertambah sehingga iris shadowmenghilang dan fundus reflek
menjadi hitam saja (negatif).5. Pengukuran Tonografi : TIO (12
25 mmHg)
G. PENATALAKSANAAN
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampaike titik di mana pasien
melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanyakonservatif.Pembedahan diindikasikan bagi
mereka yang memerlukan penglihatan akutuntuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila
koreksi tajampenglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bilaketajaman
pandang mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasisegmen posterior sangat perlu
untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakitretina atau sarf optikus, seperti diabetes dan
glaukoma.Ada 2 macam teknik pembedahan ;1.
Ekstraksi katarak ekstrakapsuler (ECCE)Adalah pengangkatan korteks dan nukeus ,kapsul
posteriorditinggalkan untuk mencegah kolaps vitreus, untuk melindungi retina dari